JURNAL ILMIAH NON SEMINAR Teori-Teori Masuknya Islam ke Wilayah Timur Indonesia Oleh: Muhammad Syarif Hidayatullah 1006714494 Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia 2013 1 Teori-teori masuknya ..., Muhammad Syarif Hidayatullah, FIB UI, 2014 2 Teori-teori masuknya ..., Muhammad Syarif Hidayatullah, FIB UI, 2014 3 Teori-teori masuknya ..., Muhammad Syarif Hidayatullah, FIB UI, 2014 Teori-Teori Masuknya Islam ke Wilayah Timur Indonesia Muhammad Syarif H / 1006714494 [email protected] Sastra Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Desember, 2013 Abstrak Sejarah masuknya Islam di Indonesia, yaitu pada abad ke-VII. Perkembangan agama Islam di Indonesia menimbulkan pengaruh besar bagi negara Indonesia pada saat itu. Masuknya agama Islam di Nusantara dipelopori oleh pedagang-pedagang yang berasal dari Gujarat, India. Proses perkembangan Islam di Indonesia tidak dilakukan dengan kekerasan ataupun kekuatan militer, penyebaran Islam tersebut dilakukan secara damai dan berangsur-angsur melalui beberapa jalur, di antaranya melalui jalur perdagangan, perkawinan, pendirian lembaga pendidikan, dan lain sebagai-nya. Akan tetapi jalur yang paling utama dalam proses Islamisasi di Nusantara ini melalui jalur perdagangan, yang pada akhirnya melalui jalur damai perdagangan inilah Islam kemudian semakin menyebar luas sampai ke wilayah timur Indonesia seperti Maluku dan Papua. Sementara itu pada abad ke- XVII & XVIII, daerah timur Indonesia masih menganut animisme. Islamisasi di wilayah tersebut juga masih sangat terbatas, yaitu hanya disekitar pelabuhan. Para pedagang dan ulama-lah yang menjadi peran penting dalam Islamisasi di wilayah Timur Indonesia. Kata Kunci: Jalur Perdagangan, Maluku, Papua. Theories Influx of Islam Into Eastern Region of Indonesia Abstract History of Islam was entered in Indonesia, namely in the VII century. Islam in Indonesia, brings a great influence to the country of Indonesia at that time. Arrival of Islam in the archipelago pioneered by traders from Gujarat, India. The process of the development of Islam in Indonesia was not performed by violence or military force, the spread of Islam carried out peacefully and gradually through multiple ways, including through a trade, marriage, establishment of educational institu-tions, and others as his. However, the most important pathway in the process of Islamization in the archipelago via trade, that the end through peaceful trade is Islam then progressively spread to the eastern parts of Indonesia such as Maluku and Papua. Meanwhile, in the XVII & XVIII century, eastern Indonesia still adhered to animism. Islamization in the region is still very limited, which is just around the harbor. The traders and the clerics who became an important role in the Islamization in Eastern Indonesia. Keywords: Trade Lines, Maluku, Papua. 4 Teori-teori masuknya ..., Muhammad Syarif Hidayatullah, FIB UI, 2014 1. Pendahuluan Agama Islam di daerah timur Indonesia tidak terlalu terdengar akibat dari masyarakat yang kurang mau peduli dengan kerohanian. Mereka menganggap bahwa menjunjung tinggi leluhur mereka dengan persembahan-persembahan kepada nenek moyang akan membuat mereka sukses menjalani kehidupan. Kegiatan seperti itulah pendalaman rohani mereka para suku di daerah timur Indonesia. Kehidupan mereka sebelum datangnya agama Islam di sana lebih memprihatinkan dibanding sekarang. Masyarakat timur Indonesia terkenal dengan penganut Animisme, atau yang biasa disebut penyembah “roh”. Masyarakat Indonesia banyak yang masih mempercayai mitos ataupun legenda. Mereka percaya akibat dari cerita turun temurun yang diceritakan dari nenek moyang mereka sampai ke zaman sekarang ini. Jadi tidak heran masih banyak yang melakukan hal-hal aneh untuk pemujaan leluhur mereka, yang konon apabil tidak dilakukan akan mendapat kesialan bahkan sampai turun temurun. Kepercayaan tersebut itulah yang disebut dengan ‘Animisme’. Animisme berasal dari kata ‘Anima’, adalah serapan dari bahasa latin ‘Animus’, dari bahasa Yunani ‘Avepos’, dan dalam bahasa Sansekerta disebut ‘Prana’, serta dalam bahasa Ibrani disebut ‘Ruah’. Semuanya mengandung arti yang sama yaitu napas atau jiwa, yang berarti ajaran dari doktrin tentang realitas jiwa. Kebudayaan animisme terbentuk ketika masyarakat masih belum mengenal agama, dimana masyarakat masih menggunakan bahasa isyarat dalam berkomuni-kasi. Masyarakat yang menganut kebudayaan animisme mempercayai bahwa benda mati seperti batu, pohon besar, dan hal semacamnya memiliki roh atau bisa disebut dikeramatkan. Selain percaya bahwa benda tersebut memiliki roh, mereka juga percaya bahwa roh orang yang sudah mati dapat hidup diantara mereka. Masyarakat seperti itu banyak kita jumpai di wilayah timur Indonesia, yang mana masyarakat di sana masih ada sebagian penganut animisme walaupun pada masa kini sudah mulai berkembangnya zaman. Masyarakat penganut ‘Animisme’ di daerah timur Indonesia adalah mereka yang menganggap leluhur mereka sebagai ‘Tuhan’ yang memberikan mereka kehidupan serta kemakmuran lingkungan mereka. Dalam jurnal ini akan dijelaskan bagaimana agama 5 Teori-teori masuknya ..., Muhammad Syarif Hidayatullah, FIB UI, 2014 Islam bisa masuk ke daerah maluku dan papua, serta masyarakat timur Indonesia yang menganut Animisme menjadi pemeluk agama Islam, dan jalur perdaganganlah yang menjadi pengaruh besar bagi proses berkembangnya agama Islam di sana. Kedatangan Islam di Nusantara membawa tamaddun (kemajuan) dan kecerdasan. Islam juga telah merubah kehidupan-kehidupan sosial budaya dan tradisi kerohanian masyarakat Indonesia. Kedatangan Islam merupakan titik terang bagi kawasan Asia Tenggara terutama Indonesia, karena dalam ajaran Islam sangat mendukung intelektualisme yang tidak terdapat pada masa Hindu-Budha. Dengan pengaruh ajaran Islam, Indonesia menjadi lebih maju dalam bidang perdagangan terutama dalam hubungan perdagangan Internasional dengan Timur Tengah. Khususnya dengan bangsa Arab, Persia, serta India. Berkat para pedagang muslim inilah Islam diperkenalkan serta disebarluaskan kepada masyarakat Indonesia. Mereka menyebarkan agama Islam dengan cara bertahap dan perlahan mengenalkan ajaran yang bertoleran serta persamaan derajat antar sesama makhluk. Hal ini tentu saja menjadi hal yang sangat menarik bagi masyarakat Indonesia, terlebih lagi selama ini kebudayaan Hindu-Budha justru lebih menekan-kan pada perbedaan derajat atau kasta. Sampai pada akhirnya sebagian besar masyarakat di Indonesia memeluk agama Islam. 2. Metode Penulisan dan Kerangka Teori Dalam penulisan jurnal ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah karena berkenaan dengan tema dan lingkup penelitian yang difokuskan pada upaya pengungkapan sejarah. Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah pengumpulan sumber (teori heuristik). Dalam proses ini sumber-sumber yang di-kumpulkan terdiri dari sumber primer dan sekunder, kemudian diambil dari berbagai perpustakaan. Sumber lainnya diperoleh dari sejumlah buku, artikel, majalah, tesis, serta tulisan lainnya yang berkenaan dengan tema penulisan ini. Berbagai sumber di atas digunakan sebagai bahan perbandingan demi membantu eksplanasi jurnal. Langkah kedua adalah dengan melakukan penilaian serta kritik terhadap sumber yang telah dikumpulkan. Berhubung penulisan jurnal ini berdasarkan penelitian sejarah, 6 Teori-teori masuknya ..., Muhammad Syarif Hidayatullah, FIB UI, 2014 maka sumber utama yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sumber tertulis. Sedangkan sumber lisan berupa hasil wawancara tidak dilakukan oleh penulis karena sumber tertulis sudah dianggap memadai dalam jurnal ini. Langkah terakhir adalah dengan melakukan interpretasi atau analisis yang bertujuan untuk mendapatkan sejumlah fakta, yang terkandung dalam berbagai sumber. Fakta tersebut selanjutnya disusun dalam kesatuan yang serasi dan logis, sehingga menghasilkan cerita sejarah. 3. Pembahasan 3.1 Pengaruh Jalur Perdagangan pada Penyebaran Agama Islam Dalam proses Islamisasi di Nusantara para pedagang muslim sangatlah berperan penting. Perkenalannya dimulai dari kawasan Asia Tenggara, namun masih dalam frekuensi yang tidak terlalu besar. Ini terjadi pada saat para pedagang muslim yang berlayar di kawasan tersebut singgah untuk beberapa saat. Di wilayah semenanjung melayu dan nusantara pengenalan Islam terjadi lebih intensif. Bukti tertua peninggalan arkeologi Islam di wilayah Asia Tenggara adalah ditemukannya dua makam muslim yang berangka tahun sekitar abad ke-5 H atau 11 M, yang terdapat didua tempat tidak berjauhan yaitu di Padurangga (Panrang di Vietnam) dan Juda di Leran (Gresik, Jawa Timur). Ditinjau dari segi bahan yang dibuat, dapat terlihat jelas makam ini bukan buatan lokal. Bahan serta tulisan dalam nisan tersebut bergaya Kufi, ini berkesan kuat bahwa kedua batu nisan tersebut dibuat di Gujarat, India. Dan sejak saat itu Islam terus berkembang di kepulauan Nusantara. Dari wilayah Malaka, proses Islamisasi kemudian berkembang ke daerah pesisir utara pulau Jawa. Tidak ada kejelasan pasti mengenai kapan dan dari mananya Islam masuk ke Nusantara, namun setidaknya ada tiga teori yang mencoba menjelaskan tentang proses Islamisasi tersebut. Tiga teori itu adalah Teori Gujarat, Teori Mekkah, dan Teori Persia. Ketiga teori tersebut saling berbeda pendapat mengenai waktu masuknya Islam di Nusantara, asal negara yang menjadi sumber atau perantara pengambilan ajaran agama Islam, serta pelaku penyebar atau pembawa Islam ke Nusantara. 7 Teori-teori masuknya ..., Muhammad Syarif Hidayatullah, FIB UI, 2014 3.1.1 Teori Gujarat Teori ini merupakan teori tertua yang menjelaskan proses Islamisasi di Nusantara. Dinamakan teori Gujarat karena berpatokan pada pandangannya yang mengatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke13 M. Ada dugaan bahwa pencipta dasar teori ini adalah Snouck Hurgronje, beliau berpaku pada pandangannya berdasarkan pada kurangnya fakta yang dapat menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia. Adanya kenyataan hubungan dagang India dengan Indonesia yang sudah lama terjalin, serta Inskripsi tertua mengenai Islam yang terdapat di Sumatera, membuktikan bahwa hubungan antara Sumatera dan India sangat erat. Ahli dari berbagai pendapat yang disampaikan oleh para teori Gujarat, dapat disimpulkan bahwa para ahli tersebut sangat menganut kebudayaan Hindu, membuat seakan-akan segala perubahan sosial, politik, ekonomi, budaya serta agama di Nusantara tidak lepas dari pengaruh India. Selain itu mereka lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam di Nusantara. Pandangan tersebut membuat Islam terkesan masuk di Nusantara dan langsung menguasai struktur politik di sana, padahal tidak dapat dipungkiri bahwa Islam masuk Indonesia melalui infiltrasi kultural oleh para pedagang muslim dan sufi. 3.1.2 Teori Mekkah Teori ini dicetuskan oleh Hamka didalam pidatonya saat Dies Natalis PTAIN ke-8 di Yogyakarta pada tahun 1958. Di sini Hamka berpendapat bahwa ia menolak pandangan yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat. Hamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Islam baru masuk ke Indonesia pada abad ke-13, karena pada kenyataannya pada abad itu di Indonesia sudah berdiri suatu politik Islam. Jadi sudah tentu Islam sudah masuk jauh sebelumnya, yaitu sekitar abad ke-7 Masehi atau pada abad pertama Hijriyah. 8 Teori-teori masuknya ..., Muhammad Syarif Hidayatullah, FIB UI, 2014 Bila dihubungkan dengan penjelasan dari studi kepustakaan Arab kuno, disebutkan al-Hind sebagai India atau pulau-pulau Cina. Maka besar kemungkinan pada abad ke-2 SM bangsa Arab telah sampai di Indonesia. Bahkan Arab sebagai bangsa asing yang pertama kali sampai di Nusantara. 3.1.3 Teori Persia Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat, yang berpendapat bahwa agama Islam yang masuk dan berkembang di Nusantara berasal dari Persia, singgah ke Gujarat, itu terjadi sekitar abad ke-13. Pandangan dalam teori ini berbeda dengan teori Gujarat dan Mekkah. Dalam teori ini lebih memusatkan kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam di Indonesia, dan disinyalir memiliki persamaan dengan Persia. Di antaranya adalah: - Peringatan Asyura atau 10 Muharram sebagai peringatan Syi’ah atas Syahidnya Husein. - Kesamaan antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj, meskipun al-Hallaj telah meninggal pada 310 H atau 922 M, akan tetapi ajarannya terus berkembang dalam bentuk puisi. - Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja atau membaca huruf Arab. - Nisan pada makam Malik Saleh pada tahun 1297 dan makam Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik dipesan dari Gujarat. - Pengakuan umat Islam di Nusantara terhadap Madzhab Syafi’i sebagai madzhab utama di wilayah malabar. 3.2 Islamisasi di Tanah Maluku Tanah Maluku terkenal sebagai pulau penghasil rempah-rempah terbesar di dunia. Rempah-rempah yang dihasilkan antara lain cengkeh dan pala. Karena kekayaan alam di tanah Maluku menyebabkan tanah Maluku banyak dikunjungi oleh pedagang 9 Teori-teori masuknya ..., Muhammad Syarif Hidayatullah, FIB UI, 2014 diseluruh dunia. Seiring dengan gerak niaga tersebut, agama Islam menyebar luas di Maluku melalui jalur perdagangan. Agama Islam memasuki Maluku melalui para pedagang dari muballigh-muballigh Islam yang ikut serta bersama para pedagang. Pengaruh agama Hindu juga masuk ke tanah Maluku, akan tetapi unsur dari pengaruh agama Hindu tersebut kurang kuat untuk menumbuhkan suatu kebudayaan agama di sana. Dengan sendirinya pengaruh agama tersebut menghilang perlahan-lahan. Kemudia pada tahun 1500 agama Islam sudah mulai berkembang luas di antara kerajaan-kerajaan Maluku Utara. Tokoh pemeluk agama Islam yang pertama adalah Kolano Marhum (1465-1486) adalah seorang Raja (penguasa Ternate ke-18) pertama yang memeluk agama Islam bersama seluruh kerabat dan pejabat istana. Kemudian menurun ke anaknya yaitu Zainal Abidin (1486-1500) yang meninggalkan gelar keluarga kerajaannya ‘Kolano’ menjadi ‘Sultan’. Sultan Zainal Abidin menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan, dan syariat Islam diberlakukan untuk membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum Islam dengan melibatkan para ulama. Hal tersebut diikuti oleh kerajaan lain di Maluku tanpa diubah sedikitpun. Kemudian Sultan Zainal Abidin sang pencetus, mendirikan madrasah yang pertama di Ternate. Beliau mempunyai cukup ilmu untuk menyebarkan agama Islam, karkabarnya ia pernah berguru pada Sunan Giri di pulau Jawa dan dikenal sebagai “Sultan Bualawa” (Sultan Cengkih). Pada abad ke-13, Kampung Wawane Provinsi Maluku, adalah tempat dimana penduduk lokal asli Maluku menganut animisme. Satu abad kemudian, datanglah para pedagang-pedagang dari Jawa ke wilayah ini. Mereka tidak hanya berdagang, namun tujuan utama mereka adalah mengenalkan agama Islam di daerah tersebut. Masyarakat kampung Wawane yang menganut animisme, sedikit demi sedikit meninggalkan paham itu demi agama Islam yang dibawa oleh para pedagang Jawa. Masjid Wapaue, adalah masjid tertua di Indonesia yang menjadi simbol bahwa agama Islam masuk ke daerah Maluku pada tahun 1414. Masjid ini dinamakan ‘Wapaue’ karena letaknya di bawah pohon mangga. Dalam bahasa Maluku ‘Wapa’ berarti bawah, sementara ‘Uwe’ adalah mangga. Masjid ini didirikan oleh saudagar kaya yang bernama Perdana Jamillu dan Alahulu. 10 Teori-teori masuknya ..., Muhammad Syarif Hidayatullah, FIB UI, 2014 3.3 Islamisasi di Tanah Papua Sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Papua sama halnya dengan sejarah Islamisasi di daerah-daerah lain Nusantara. Sebagian besar juga melalui jalur perdagangan. Letak Papua yang strategis inilah menjadi perhatian dunia barat serta para pedagang lokal. Papua kaya akan barang galian atau tambang yang tidak ternilai harganya, serta kekayaan rempah-rempah, sehingga papua dijadikan target oleh para pedagang untuk mencari hasil. Kepulauan Papua secara geografis terletak pada daerah pinggiran Islam di Nusantara. Sehingga Islam di Papua termasuk dalam kajian para sejarawan lokal maupun asing. Masuknya Islam di tanah Papua juga masih menjadi perdebatan di antara pemerhati, peneliti, maupun para keturunan raja-raja di daerah Raja Ampat-Sorong, Fak-Fak, Kaimana, dan Bintuni-Manokwari. Di-antara mereka saling berpendapat bahwa Islam lebih dahulu datang di daerahnya yang dapat dibuktikan dengan tradisi lisan tetapi tanpa didukung dengan bukti-bukti tertulis maupun bukti arkeologis. Saksi bisu masuknya Islam di tanah Papua adalah berdirinya Masjid Patimburak di Distrik Kokas, Fak-Fak. Masjid ini dibangun oleh Raja Wertver I, yang memiliki nama kecil ‘Semempe’. Pada tahun 1870, agama Islam dan Kristen sudah menjadi agama yang hidup saling berdampingan di Papua. Wertver sang Raja tak ingin kepercayaan rakyatnya terpecah belah. Oleh sebab itu Wertver membuat sayembara, dimana masing-masing agama ditantang untuk membangun tempat ibadahnya masing-masing. Islam membangun masjid dan Kristen membangun Gereja di sana. Masjid didirikan di daerah Patimburak, sedangkan Gereja didirikan di Bahirkendik. Dalam sayembara tersebut dikatakan bahwa, apabila salah satu di antara kedua agama tersebut dapat menyelesaikan bangunannya dalam jangka waktu yang ditentukan, maka seluruh rakyat Wertver akan memeluk agama tersebut. Pada akhirnya masjidlah yang berdiri di tanah Papua untuk pertama kalinya. Maka Raja dengan bijaksana melaksanakan janji yang ia buat. Raja Wertver beserta seluruh rakyatnyapun akhirnya memeluk agama Islam pada masa itu. Bahkan raja 11 Teori-teori masuknya ..., Muhammad Syarif Hidayatullah, FIB UI, 2014 Wertver menjadi Imam dengan mengenakan pakaian kebesarannya, yaitu Jubah, Sorban, serta tanda pangkat dibahu-nya. Dalam sejarah islamisasi kepulauan Papua, terdapat tujuh pendapat (teori) mengenai masuknya agama Islam yaitu: 3.3.1 Teori Papua Teori ini berkembang berdasarkan pandangan adat dan legenda yang melekat pada sebagian masyarakat papua, terutama yang terdapat di wilayah fak-fak, Kaimana, Manokwari dan Raja Ampat (sorong). Teori ini berpendapat bahwa Islam tidak berasal dari luar Papua dan tidak dibawa serta disebarkan oleh kerajaan ternate dan tidore, serta pedagangan muslim dari Arab, Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi. Mereka meyakini bahwa Islam berasal dari kepulauan Papua itu sendiri yaitu sejak Allah SWT menciptakan kepulauan Papua. Mereka juga berpendapat bahwa kepulauan Papua adalah tempat turunnya nabi Adam dan Hawa. 3.3.2 Teori Aceh Sejarah masuknya Islam di Fak-fak ditandai dengan datangnya Muballigh yang berasal dari Aceh yaitu Abdul Ghafar di Fatagar Lama, kampung Rumbati Fak-fak. Muballigh tersebut berdakwah selama 14 tahun (1360-1374 M) di Rumbati dan sekitarnya. Setelah menyebarkan agama Islam di daerah tersebut, kemudian beliau wafat pada tahun 1374 M dan dimakamkan pula di belakang masjid kampung Rumbati. 3.3.3 Teori Arab Agama Islam mulai masuk dan diperkenalkan di kepulauan Papua pertama kali yaitu di wilayah Jazirah Onin (Patimunin-Fak-Fak) oleh seorang sufi yaitu Syarif Muaz Al-Qathan yang bergelar Syekh Jubah Biru dari negri Arab. Hal ini dibuktikan dengan adanya Masjid Tunasgain yang telah berumur sekitar 400 tahun. 3.3.4 Teori Jawa 12 Teori-teori masuknya ..., Muhammad Syarif Hidayatullah, FIB UI, 2014 Berdasarkan silsilah keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni 1946, yang berpendapat bahwa orang pertama yang memeluk agama Islam adalah Kawalen yang kemudian menikahi seorang Muballigh asal Cirebon yaitu Siti Hawa Farouk. Setelah memeluk agama Islam Kawalen berganti nama menjadi Bayajid. Jadi jika dilihat dari silsilah keluarga tersebut, Kawalen merupakan nenek moyang dari keluarga Arfan yang pertama kali memeluk agama Islam. 3.3.5 Teori Banda Halwany Michrob berpendapat bahwa Islamisasi di Papua khususnya wilayah Fak-fak disebarkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui Banda yang kemudian diteruskan ke Fak-fak melalui Seram Timur oleh Hawaten Attamimi, yaitu seorang pedagang dari Arab yang telah lama menetap di Ambon. Michrob juga berpendapat Islamisasi yang telah dilakukan oleh dua orang yang berasal dari Banda yaitu Salahuddin dan Jainun dengan cara ‘Khitanan’, tetapi pada saat itu kedua Muballigh tersebut dibawah tekanan penduduk setempat. Mereka ditekan oleh penduduk dengan perjanjian khitan, apabila yang di’khitan’ meninggal, maka kedua muballigh tersebut akan dibunuh. Jika tidak, maka penduduk akan masuk Islam. Namun kedua muballigh tersebut berhasil dalam khitanan yang mereka lakukan, dan penduduk berduyun-duyun masuk agama Islam. 3.3.6 Teori Bacan Arnold berpendapat bahwa Raja Bacan yang pertama kali masuk Islam adalah Zainal Abidin yang memerintah pada tahun 1521 M. Pada saat itu raja bacan telah menguasai suku-suku di Papua serta pulau-pulau disebelah barat lautnya seperti Waigeo, Misool, Waigama dan Salawati. Kemudian beliau memperluas daerah kekuasaannya sampai ke semenanjung Onin Fak-fak. Berkat pengaruhnya dan para pedagang muslim maka penduduk sekitar pulau tersebut memeluk agama Islam. 3.3.7 Teori Maluku Utara (Ternate-Tidore) 13 Teori-teori masuknya ..., Muhammad Syarif Hidayatullah, FIB UI, 2014 Penyebaran Islam dikabupaten Fak-fak terjadi sekitar pertengahan abad ke-15. Proses masuknya melalui jalur perdagangan, perkawinan, pendidikan non formal, dan politik. Islam masuk ke wilayah tersebut tidak terlepas dari pengaruh kesultanan Ternate dan Tidore sebagai pelopor Islamisasi di Indonesia bagian Timur. 4. Penutup Dari semua sumber dan informasi yang telah dijelaskan oleh penulis di atas maka dapat disimpulkan bahwa jalur perdagangan adalah sarana terpenting dalam masuknya serta menyebarnya Islam di Indonesia. Proses Islamisasi di Indonesia terjadi berkat para pedagang-pedagang muslim yang singgah lalu memperkenalkan ajaran agama Islam yang mula-mulanya hanya diperkenalkan kepada masyarakat pesisir atau masyarakat sekitar pelabuhan. Namun seiring berjalannya waktu ajaran agama Islam berkembang luas keseluruh masyarakat Indonesia, dan bahkan sampai ke masyarakat Indonesia bagian timur. Dalam teori gujarat, makkah, serta persia pada umumnya memiliki pan-dangan yang sama yaitu jalur perdaganganlah yang berperan penting dalam masuk dan berkembangnya agama Islam. Namun perbedaan prinsip mengenai siapa orang yang pertama kali mengenalkan agama Islam di Indonesia, membuat teori tersebut terkesan bertentangan. 14 Teori-teori masuknya ..., Muhammad Syarif Hidayatullah, FIB UI, 2014 Referensi: Sunanto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005. Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Aksara, Jakarta, 1997. Yusuf, Mundzirin dkk. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Pustaka, Yogyakarta, 2006. Muhammad, Syahril. Kesultanan Ternate, Sejarah Sosial Ekonomi & Politik. Ombak, Yogyakarta, 2004. Alfian, Teuku Ibrahim. Dari Babad Sampai Sejarah Kritis. UGM Press, Yogyakarta, 1992. Woolford, Don. Papua New Guinea : Initation and independence. University of Queensland Press, Australia, 1976. Al-Habib Alwi bin Thahir, Al-Haddad. Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh. Lentera, Jakarta, 2007. Toni Victor, Wanggai. Rekonstruksi Umat Islam Di Tanah Papua. Badan Litbang dan Diklat Depag RI, Jakarta, 2009. http://www.republika.co.id http://tokoone.com/sejarah-peradaban-islam/ 15 Teori-teori masuknya ..., Muhammad Syarif Hidayatullah, FIB UI, 2014