BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Proyek TA (tugas akhir) DKV animasi merupakan proyek untuk melihat kompetensi mahasiswa dalam membuat rancangan dan pembuatan sebuah film yang memiliki konten animasi didalamnya. Dalam pembuatan karya TA, mahasiswa membutuhkan kemampuan dalam membuat konsep yang baik, memahami pipeline produksi, kemampuan teknis yang baik dalam proses produksinya, dan menganalisa dan menerapkan teori-teori serta referensi yang dibutuhkan dalam proses pembuatan film. Dalam proyek TA ini, penulis akan membuat sebuah film animasi pendek yang bertema pola pikir sosial tentang cara menggapai keinginan. Dalam perancangan film animasi pendek ini, penulis melakukan riset untuk memperoleh data dan referensi yang mendukung proses produksi film. Metode yang digunakan untuk memperoleh data antara lain literatur buku, internet dan video. 2.1.1 Film Animasi Pendek Secara umum, animasi pendek merupakan salah satu contoh film animasi yang biasanya dibuat untuk disertakan ke festival. Film ini tidak cukup panjang sehingga tidak bisa dikategorikan “Feature Film”. Dan menurut Academy of Motion Picture Arts and Sciences film pendek merupakan film orisinil yang berdurasi 40 menit atau dibawahnya termasuk semua kreditnya. Film-film animasi pendek merupakan sebuah tempat dimana para seniman dan desainer kreatif menuangkan idenya dan bereksplorasi dengan cara-cara, konsep, dan teknik yang baru. Film animasi pendek ini ada yang dibuat secara independen maupun dibuat oleh studio besar sebagai bahan percobaan dan membuat portofolio. Sebagai contoh film animasi pendek “The Dam Keeper” dimana para kreatornya merupakan desainer-desainer kelas atas seperti Dice Tsutsumi dan Robert Kondo. 3 4 Mereka membuat film animasi pendek ini karena berbagai sebab. Salah satunya karena mereka tidak hanya ingin menerima inspirasi dari orang lain namun juga ingin menginspirasi orang lain. Menurut jenis pemenang dalam festival film, Film animasi pendek dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu film animasi pendek pilihan Juri dan film animasi pendek pilihan penonton. Dari hasil riset dari beberapa festival, biasanya film animasi pendek yang difavoritkan oleh juri juga difavoritkan oleh penonton. Sebagai contoh pada tahun 2011 dan 2012 di Austin Film Festival yang terpilih sebagai pemenang pilihan juri dan penonton merupakan film yang sama yaitu “The Fantastic Flying Books of Mr.Morris Lessmore” karya Willian Joyce dan Brandon Oldenburg dan “Head over Heels” karya Timothy Reckart. Ada juga beberapa film animasi pendek yang berhasil memenangkan audience award dan biasanya juga mendapatkan beberapa penghargaan dari beberapa festival lainnya contohnya “The Maker” karya Christopher dan Christine Kezelos yang berhasil memenangkan 22 penghargaan di festival. Menurut hasil analisis yang penulis lakukan, biasanya karya yang difavoritkan oleh juri memiliki daya tarik eksperimental yang kuat. Maksudnya, film animasi pendek tersebut memiliki tema yang tidak biasa, beberapa cenderung absurd, aneh dan sangat imajinatif. Teknik eksekusi yang dilakukan juga biasanya sangat eksperimental. Menggunakan cara-cara yang tidak biasa. Sebagai contoh, film animasi pendek “Will” yang dibuat oleh murid Calarts yang menggunakan visual yang berbasis vektor, “The Maker” yang menggunakan stop motion, film animasi pendek ”The Cautionary Tail” karya Erica Harrison yang menggabungkan set buatan tangan dan animasi 3D. Sedangkan film yang difavoritkan oleh penonton biasanya memiliki tema yang ringan dan imajinatif serta menyenangkan dan menghibur untuk ditonton. Karakter yang digunakan biasanya lucu dan menarik. Sebagai contoh, film animasi pendek yang memenangkan audience award di Austin Film festival “MIA” karya Wouter Bongaerts yang menceritakan tentang seorang anak yang ingin membebaskan ibunya yang bekerja berlebihan. Karakternya sangat lucu, menghibur dan temanya sangat dekat dengan penonton. Tetapi, tidak melepaskan unsur utama dari film animasi pendek yaitu unsur imajinatif. 5 2.1.2 Sinopsis Disebuah dunia awan, hiduplah 2 utas layang-layang yang bernama Kagha dan Ti. Mereka berdua merupakan tetangga sekaligus musuh kebuyutan karena memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Ti memiliki kepintaran karena sering menghabiskan waktu dengan membaca buku namun malas melakukan aktivitas fisik. Sebaliknya Kagha sangat malas membaca buku namun suka berpetualang kesanakemari. Suatu hari, ketika mereka berada di sebuah taman dan melakukan aktivitas masing-masing, tiba-tiba muncul hujan batu. Para layang-layang ketakutan dan mencari tempat berteduh. Kagha dan Ti yang berada tak jauh satu sama lain pun segera terbang ke tempat peristirahatan terdekat. Ketika berusaha bertahan agar tidak tertiup angin dan masuk ke tempat peristirahatan, secara tidak sengaja tali mereka berkaitan satu sama lain dan membentuk simpul. Ketika angin berhenti, mereka sadar ternyata mereka tidak bisa berpisah karena “terikat”. Mereka menyalahkan satu sama lain dan seutas layang-layang yang lebih tua menyarankan mereka agar bertemu dengan layang-layang yang ahli melepas simpul. Lalu, mereka memutuskan untuk mencari ahli pelepas simpul. Di tengah perjalanan menuju tempat ahli pelepas simpul tersebut, secara tak terduga turun sebuah batu secara tiba-tiba, Ti yang sudah kecapaian karena jarang bepergian jauh tidak memperhatikan batu yang jatuh kearahnya. Kagha yang menyadari hal tersebut terpaksa menyelamatkan Ti dan menyebabkan Kagha terluka. Ti pun mencoba menyembuhkan luka dan memapah Kagha. Sampai akhirnya mereka sampai ketempat ahli pelepas simpul yang ternyata sedang keluar dan mereka pun sadar mereka telah menjadi sahabat yang baik. 6 2.1.3 Data Karakter dan Environment 2.1.3.1 Sejarah Layang-Layang Gambar 2.1 Kaghati Kite on Berck sur Mer Beach 1997 (Sumber : http://www.wolfgangbieck.gmxhome.de) Layang-layang pertama di dunia berasal dari Indonesia sekitar 4.000 tahun. Sumber informasi ini berasal dari pengamatan Wolfgang Bieck pada tahun 1997 di Muna. Wolfgang Bieck berasal dari Jerman dan merupakan salah seorang Counsultant of Kite Aerial Photography Scientific Use of Kite Aerial Photography. Awal penelitiannya dilatar belakangi oleh festival layang-layang dunia di Prancis tahun 1997. Saat itu layangan Kaghati Kolope dari Indonesia tampil sebagai juara mengalahkan Jerman. Hal ini membuatnya berkeinginan menelusuri keunikan Kaghati Kolope dan mengantarkannya ke Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Tepatnya di Gua Sugi Patani, Desa Liang Kobori sekitar 8 km dari Raha, ibu kota 7 Pulau Muna. Gua ini berada di sebuah bukit setinggi 80 meter dengan kemiringan 90 derajat. Gambar 2.2 Cave of “The First Kiteman” (Sumber : http://www.wolfgangbieck.gmxhome.de) Dalam penelitiannya Wolfgang Bieck melihat sendiri lukisan tangan manusia yang menggambarkan layang-layang di dalam Gua Sugi Patani, Desa Liang Kobori. Di situs pra sejarah tersebut tergambar seseorang sedang bermain layanglayang di dinding batunya dengan menggunakan tinta warna merah dari oker (campuran tanah liat dengan getah pohon). Gambar itu sudah dicoba untuk dihapus tetapi tidak bisa. Penemuan lukisan di Gua Sugi Patani dikatakan Wolfgang Bieck telah mematahkan klaim bahwa layangan pertama berasal dari China pada 2.400 tahun lalu. Layangan yang ditemukan di China menggunakan bahan kain parasut dan batang almunium. Sementara layangan dari Pulau Muna terbuat dari bahan alam dan telah menjadi bagian kehidupan masyarakatnya. Bieck meyakini, layangan pertama di dunia berasal dari Muna, bukan dari China. 8 Wolfgang Bieck mengambil foto-foto dalam gua tersebut kemudian menuliskan penelitiannya dalam artikel berjudul ”The First Kiteman” di sebuah majalah Jerman tahun 2003. Gambar 2.3 “The First Kiteman” (Sumber : http://www.wolfgangbieck.gmxhome.de) 2.1.3.2 Data Observasi Layang-Layang Indonesia Untuk mengumpulkan data mengenai berbagai bentuk dan motif dari layang-layang yang ada di Indonesia, penulis mengunjungi Museum Layang-layang yang ada di Jalan H.Kamang di daerah Cilandak, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Di Museum Layang-layang, banyak layang-layang tradisional Indonesia yang dipajang serta diberi penjelasan mengenai kegunaan, bentuk serta desain dari layang-layang yang ada di berbagai daerah di Indonesia. Masing-masing layanglayang memiliki motif, bentuk, dan tujuan yang berbeda-beda. Contoh layang-layang tradisional yang ada di Indonesia antara lain 9 1. Pepetengan (Jawa Barat) Pepetengan adalah layang-layang tradisional dari daerah Jawa Barat. Bentuk bagian atas pada umumnya sama dengan layangan tradisional dari daerah lain. Desain gambar dapat beragam misalnya dengan menggambar tokoh/legenda pada zaman terdahulu. Seperti halnya daerah-daerah bersistem mata pencaharian agraris lainnya di Indonesia, di Jawa Barat. Kehadiran layang-layang juga berfungsi untuk menjaga sawah. Melalui bunyi dan motif hiasan didalamnya, Pepetengan diterbangkan berhari-hari untuk menghalau hama burung yang mengganggu tanaman padi. Gambar 2.4 Layang-Layang Pepetengan (Sumber: Dokumentasi pribadi) 2. Koangan (DKI Jakarta) Layang-layang ini merupakan layang-layang tradisional yang berasal dari DKI Jakarta, rangkanya terbuat dari bambu yang diraut supaya menjadi lebih halus & badan layangannya dibungkus oleh kertas minyak. Layang-layang ini dilengkapi dengan bunyi-bunyian yang merdu sehingga dikenal sebagai layang-layang Koang atau Koangan, warna warni pada layangan ini tidak mempunyai arti khusus, biasanya diperlombakan pada acara-acara tertentu dan diberi hiasan ornamen. 10 Gambar 2.5 Layang-layang Koangan (Sumber: Dokumentasi pribadi) 3. Dandang (Kalimantan Selatan) Permainan layang-layang di Kalimantan Selatan khususnya Rantau Kabupaten Tapin merupakan bagian kebudayaan sari masyarakat setempat yang sudah cukup tua keberadaannya layang-layang dimainkan oleh masyarakat setempat secara turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya kayang-layang dimainkan pada bulan Agustus setelah musim panen selesai. Asal kata “Dandang” berasal dari nama suatu alat untuk mencari/menangkap ikan bagi para nelayan darat (menyerupai tangguk untuk menyerok ikan di sungai). Bentuk layang-layang Dandang adalah wujud dari salah satu jenis burung di Kalimantan Selatan yakni burung Enggang dimana burung tersebut merupakan lambang kedigdayaan masyarakat Dayak Kalimantan Selatan. Untuk mendekati wujud asli dari burung Enggang maka layang-layang tersebut dilengkapi dengan suatu alat bunyi (dengung). Apabila layang-layang diterbangkan maka alat bunyi tersebut akan mengeluarkan suara. Bunyi (dengung) yang dikeluarkan sama dan mirip suara dari burung Enggang. Alat dengung ini diletakan/dipasang diatas pundak kanan/kiri layang-layang tersebut. 11 Gambar 2.6 Layang-layang Dandang Laki Gambar 2.7 Layang-layang Dandang Bini (Sumber: Dokumentasi pribadi) 4. Kaghati (Muna - Sulawesi Tenggara) Kaghati adalah jenis layang-layang yang unik. Ia dapat dikategorikan sebagai layang-layang purba karena dibuat dari bahan yang berbeda dari layang-layang pada umumnya. Jika layang-layang biasa dibuat dari kertas, Kaghati berbuat dari daun ubi hutan/gadung. Seluruh bahannya berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kerangkanya terbuat dari bambu, sementara badannya terbuat dari daun ubi gadung. Benangnya terbuat dari serat daun pandan duri. Kaghati selalu dibuat setelah musim tanam. Pada badannya dipasangi alat penyeimbangan yang menghasilkan suara keras. Alat ini dibuat dari kulit ari pohon waru. Suara itu akan membuat takut babi hutan pengganggu tanaman. 12 Gambar 2.8 Layang-layang Kaghati Kolope (Sumber: Dokumentasi pribadi) 5. Goang (Sumbawa) Bentuk layangan ini sama dengan bentuk layang-layang pecukan yang berasal dari Bali. Masyarakat Nusa Tenggara Barat pada masa lampau membuat layanglayang dengan bahan-bahan yang seluruhnya disediakan oleh alam. Kerangka layangan terbuat dari bambu, dengan penutup yang menggunakan pelepah batang pisang, benangnya berbuat dari serat daun nanas. Gambar 2.9 Layang-layang Goang (Sumber: Dokumentasi pribadi) 13 6. Pinisi (Sulawesi Selatan) Diterbangkan dari awal panen sampai selesai panen. Gambar 2.10 Layang-layang Pinisi (Sumber: Dokumentasi pribadi) 7. Layang-layang Tradisional (Banten) Gambar 2.11 Layang-layang Tradisional (Sumber: Dokumentasi pribadi) 14 8. Layang –layang Tradisional (Sulawesi Utara) Gambar 2.12 Layang-layang Tradisional (Sumber: Dokumentasi pribadi) 9. Perisai (Kalimantan Timur) Gambar 2.13 Layang-layang Perisai (Sumber: Dokumentasi pribadi) 15 10. Burung Enggang (Kalimantan Barat dan Timur) Gambar 2.14 Layang-layang Burung Enggang (Sumber: Dokumentasi pribadi) 11. Layang Adu (Kalimantan Timur) Gambar 2.15 Layang-layang Adu (Sumber: Dokumentasi pribadi) 12. Daplangan Tanggalan (Cilacap - Jawa Tengah) Daplangan adalah layang-layang tradisional yang berasal dari Cilacap, Jawa Tengah. Rangka layang-layang ini terbuat dari kayu pohon waru. Awalnya kayu pohon waru direbus dan kemudian digosok agar terlihat seratnya. Untuk menutup rangkanya digunakan kertas pilus, alat bunyi atau dengungnya terbuat dari daun kelapa yang direbus dulu kemudian dipertipis. 16 Gambar 2.16 Layang-layang Daplangan Tanggalan (Sumber: Dokumentasi pribadi) 13. Sumbulan (Jepara-Jawa Tengah) Gambar 2.17 Layang-layang Sumbulan (Sumber: Dokumentasi pribadi) 17 14. Doro Keplok (Kudus – Jawa Tengah) Layang-layang tradisional dari daerah Kudus (Jawa Tengah), layangan ini mengambil ide desain dari seekor burung merpati/burung dara yang sedang terbang di angkasa. Di angkasa, burung merpati itu akan melayang-layang sambil mengepakkan sayapnya yang dapat menimbulkan bunyi seperti tepukan. Dikedua sayap dipasang bambu sehingga setiap gerakan akan menimbulkan suara seperti orang bertepuk tangan. Gambar 2.18 Layang-layang Doro Keplok (Sumber: Dokumentasi pribadi) 15. Pecukan (Bali) Layang-layang ini pertama kali diberi nama layangan Tekuk, karena bentuknya yang menekuk seperti daun. Disebut layang-layang pecukan karena pada kedua ujung kiri & kanan di-pecuk (bahasa Bali) yang artinya dipelintir. Rangkanya terbuat dari bambu, dengan memakai dedaunan. Awalnya penutup layangan ini terbuat dari kertas. Tapi kini banyak yang menggunakan penutup dari bahan kain, supaya awet & tahan lama. Pecukan dapat dibandingkan dengan ulu candra yang menjadi simbol Tri Purusa, Windhu. Windhu sendiri merupakan dari Wijaksara simbol Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, bentuk layang-layang pecukan adalah simbol dari Sadaiswa. 18 Gambar 2.19 Layang-layang Pecukan (Sumber: Dokumentasi pribadi) 16. Janggan (Bali) Dari ketiga jenis layangan Bali, janggan adalah yang terbesar dan panjang ekornya yang bisa mencapai lebih dari 100 meter, membuatnya begitu gagah saat dia menembus angkasa. Kepala naga yang menjadi bagian teratas dari layangan, seolah ia hidup dan menari di angkasa. Banyak perlakuan khusus yang diperlakukan untuk kepala naga pada janggan ini. Pura adalah tempat ia disimpan saat tidak digunakan berlayang, dan baru dikeluarkan saat akan upacara pensucian layangan akan dimulai 2 hari menjelang acara pesta layang-layang Bali. Gambar 2.20 Layang-layang janggan (Sumber: Dokumentasi pribadi) 19 17. Mera’an (Jawa Timur) Gambar 2.21 Layang-layang Mera’an (Sumber: Dokumentasi pribadi) 18. Layang Tapean (Banyuwangi – Jawa Timur) Gambar 2.22 Layang-layang tapean (Sumber: Dokumentasi pribadi) 20 19. Mancungan (D.I. Yogyakarta) Gambar 2.23 Layang-layang mancungan (Sumber: Dokumentasi pribadi) 20. Sekak (Surabaya) Gambar 2.24 Layang-layang sekak (Sumber: Dokumentasi pribadi) 21 21. Layang Sowangan (Banyuwangi – Jawa Timur) Gambar 2.25 Layang-layang Sowangan (Sumber: Dokumentasi pribadi) 22. Babon Angrem (Tulung Agung) Layang-layang tradisional ini berasal dari Tulung Agung, Jawa Timur. Jenis yang pertama adalah tanggalan, bagian bawahnya berbentuk bulan sabit dan bagian atasnya diberi alat bunyi atau dengungan. Jenis yang berikutnya adakah babon angrem dan badholan. Ketiga jenis layangan ini umumnya dibuat berwarna merah, kuning hitam & putih. 22 Gambar 2.26 Layang-layang babon angrem (Sumber: Dokumentasi pribadi) 23. Tanggalan (Tulung Agung) Gambar 2.27 Layang-layang tanggalan (Sumber: Dokumentasi pribadi) 24. Badholan (Tulung Agung) Gambar 2.28 Layang-layang badholan (Sumber: Dokumentasi pribadi) 23 25. Kuala (Sumatera Utara) Gambar 2.29 Layang-layang kuala (Sumber: Dokumentasi pribadi) 26. Telong-telong (Bengkulu) Gambar 2.30 Layang-layang telong-telong (Sumber: Dokumentasi pribadi) 24 27. Dengung (Sumatera Utara) Gambar 2.31 Layang-layang dengung (Sumber: Dokumentasi pribadi) 28. Langlang Macho (Sumatera Barat) Masyarakat Minang tradisional menyebut layang-layang dengan kata langlang, bentuk kedua layangan ini terdiri dari bagian atas yang melengkung (elips) dan bagian bawahnya berbentuk segitiga. Bambu pada langlang patah siku dan lengkungannya menjadi agak bersudut. Langlang Macho yang besarnya sesuai dengan selera pemain atau pembuat, layang-layang ini berbentuk wajik/belah ketupat dan memiliki kepala atau paruh dibagian atasnya. Pada bagian paruh ini akan diletakkan semacam anak panah, yang fungsinya merusak layang-layang lawan. Gambar 2.32 Layang-layang Langlang Macho (Sumber: Dokumentasi pribadi) 25 29. Lang-lang Patah Siku (Sumatera Barat) Gambar 2.33 Layang-layang Langlang Patah Siku (Sumber: Dokumentasi pribadi) 30. Siger (Lampung) Gambar 2.34 Layang-layang siger (Sumber: Dokumentasi pribadi) 2.1.3.3 Data Karakter Dalam film pendek animasi ini terdapat dua karakter yang menjadi fokus cerita: Kagha dan Ti. Untuk menggambarkan karakter dalam film animasi ini, penulis menggunakan beberapa referensi visual di antaranya adalah sebagai berikut: 26 2.1.3.3.1 Ti Ti adalah salah satu tokoh utama dalam film animasi pendek ini. Ti adalah seutas layang-layang remaja melankolis-koleris yang suka membaca buku dan pintar, namun malas beraktivitas dan dipandang sombong dan skeptis oleh layang-layang lainnya. Ti bertubuh mungil, lucu, bentuknya menyerupai layang layang patah siku dan lamban. Ia sangat takut dengan ketinggian dan aktivitas di luar ruangan sehingga sangat mengagumi keberanian. Ia mudah tersinggung jika orang lain menyebutnya lemah dan penyendiri. Ti memiliki cita-cita menjadi pustakawan karena obsesinya terhadap buku. Referensi visual Ti : Gambar 2.35 Physiognomy Ti (Sumber: “The Face Reader” – Patrician McCarthy & “Amazing Face Reading” – Mac Fuller) 2.1.3.3.2 Kagha Kagha adalah salah satu tokoh utama dalam film animasi pendek ini. Kagha adalah seutas layang-layang remaja sanguin-koleris yang over-active, kuat, berpikiran positif namun sok tahu dan bodoh. Kagha bertubuh besar, ramping dan berbentuk seperti layang-layang Macho dari Sumatera Barat. Ia sangat takut 27 terkurung dan akan menjadi tidak terkendali seperti menghancurkan benda sekitar jika tidak mendapatkan kebebasan. Ia sangat mengagumi kepintaran dan ketenangan. Kagha sangat menyukai kebebasan. Referensi visual Kagha : Gambar 2.36 Physiognomy Kagha (Sumber: “The Face Reader” – Patrician McCarthy & “Amazing Face Reading” – Mac Fuller) 2.1.3.3.3 Environment Pada tahun 1894, Komisi Cuaca Internasional membagi bentuk awan menjadi 4 kelompok utama, yaitu awan tinggi, awan sedang, awan rendah, dan awan dengan perkembangan vertikal. 1. Kelompok Awan Tinggi Pada kawasan tropis, awan ini terletak di ketinggian 6-18 km, pada kawasan iklim sedang awan ini terletak pada ketinggian 5-13 km, sedangkan di kawasan kutub terletak pada 3-8 km. 28 Gambar 2.37 Awan Sirrus Gambar 2.38 Awan Sirostratus Gambar 2.39 Awan Sirokumulus (Sumber: http://softilmu.blogspot.com) 2. Kelompok Awan Sedang Pada kawasan tropis awan ini terletak di ketinggian 2-8 km, pada kawasan iklim sedang terletak di ketinggian 2-7 km, sedangkan pada kawasan kutub terletak di ketinggian 2-4 km. Gambar 2.40 Awan Altokumulus Gambar 2.41 Awan Altostratus (Sumber: http://softilmu.blogspot.com) 29 3. Kelompok Awan Rendah Awan ini terletak pada ketinggian kurang dari 3 km, yang tergolong ke dalam awan rendah. Gambar 2.42 Awan Stratokumulus Gambar 2.43 Awan Stratus Gambar 2.44 Awan Nimbostratus (Sumber: http://softilmu.blogspot.com) 4. Kelompok Awan Dengan Perkembangan Vertikal Awan ini terletak antara 500-1500 m, yang tergolong dalam awan dengan perkembangan vertikal. Gambar 2.45 Awan Kumulus Gambar 2.46 Awan Kumulonimbus (Sumber: http://softilmu.blogspot.com) 30 Sedangkan berdasarkan bentuknya, Awan terbagi menjadi 3 yaitu : - Kumulus, yaitu awan yang bentuknya bergumpal-gumpal dan dasarnya horizontal. - Stratus, yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehingga menutupi langit secara merata. - Sirrus, yaitu awan yang berbentuk halus dan berserat seperti bulu ayam. Awan ini tidak dapat menimbulkan hujan. Referensi visual 3D: Gambar 2.47 3D cute cloud Gambar 2.48 Scrat in Heaven (Sumber: http://bbs.epochtimes.com.tw/) (Sumber: http://image1.frequency.com/) Gambar 2.49 Broken Age (Sumber: http://www.sidequesting.com) 31 2.1.4 Referensi film pendek 1. Monsterbox Gambar 2.50 Monsterbox (Sumber: Youtube) Monsterbox adalah film pendek animasi bergenre fantasi dan sedikit drama yang mengisahkan tentang seorang anak yang ingin membeli rumah untuk monstermonster yang tinggal bersamanya dari seorang kakek yang merupakan seorang penjual tanaman hias dan rumah-rumah untuk binatang peliharaan. Film ini merupakan proyek akhir siswa jurusan 3d computer graphics Bachelor 2012 di Bellecour Schools Art & Design Entertainment. Yang diproduksi dan diarahkan oleh 4 orang (Ludovic Gavillet, Derya Kocaurlu, Lucas Hudson dan Colin Jean-Saunier). Visual, style, karakter, dan pewarnaan dari film ini sangat menginspirasi penulis. 32 2. Head Over Heels Gambar 2.51 Head Over Heels (Sumber: Youtube) Head Over Heels adalah film pendek animasi ber-genre fantasi dan drama yang mengisahkan tentang keluarga dimana suami dan istrinya memiliki pertengkaran didalam keluarga mereka karena perbedaan cara pandang dan keegoisan masing-masing. Digambarkan dengan 1 rumah yang memiliki gravitasi yang “aneh”. Sangat imajinatif dan menarik. Diakhir ceritanya mereka berbaikan dan menyadari bahwa mereka saling menyayangi satu sama lain. Penulis melakukan studi tentang film ini karena memiliki banyak kesamaan dengan film yang penulis buat seperti memiliki 2 karakter yang utama, awal cerita yang berawal dari pertengkaran 2 karakter tersebut sampai akhirnya mereka kembali 33 berbaikan, sangat imajinatif, dan beberapa hal yang tidak masuk akal namun menarik. Penulis akan menggunakan film ini untuk melakukan studi mood warna. Gambar 2.52 Head Over Heels color (Sumber: Youtube) 34 3. Kiwi! Gambar 2.53 Kiwi! (Sumber: Youtube) Sebuah film animasi pendek yang dibuat pada tahun 2006 yang dibuat oleh Dony Permedi, seorang murid dari New York City School of Visual Arts untuk Master’s Thesis animation-nya. Yang menceritakan tentang seekor burung kiwi yang mempunyai mimpi untuk terbang. Film ini menciptakan fenomena terutama ketika film ini di-host di situs Youtube. Dan sudah ditonton lebih dari 35 juta kali dan menjadi salah satu video yang ditonton paling banyak dalam kategori “film and animation”. 35 Penulis sangat terinspirasi oleh visual dan animasi yang sangat simpel tapi penceritaan dan jalannya cerita dari film pendek ini sangatlah kuat. Pesan dan makna yang disampaikan pun sangat kuat dan menyentuh hati penontonnya. Ini membuktikan bahwa sebuah film pendek tidak memerlukan tampilan visual yang “wah” dan asset yang sangat banyak untuk membuat sebuah film pendek yang bagus. Konsep, animasi dan story-telling yang baik bisa membuat sebuah film pendek animasi tampil luar biasa. 2.2. Tinjauan Khusus 2.2.1 Teori 12 prinsip animasi Dalam buku “The Illusion of Life” oleh Frank Thomas dan Ollie Johnston, ada 12 prinsip animasi yang biasanya dijadikan panduan oleh animator-animator dunia untuk menghasilkan karya animasi yang berkualitas. 12 prinsip animasi tersebut adalah 1. Solid drawing Menggambar merupakan salah satu cara terbaik untuk merencanakan sebuah gerakan yang akan dianimasikan. Meskipun sekarang jaman mulai bergerak ke era 3D, menggambar gerakan karakter di kertas akan membuat gestur-gestur karakter yang dianimasikan menjadi lebih kuat dan menarik. 2. Timing & spacing Grim Natwick -seorang animator Disney- pernah berkata, “Animasi adalah tentang timing dan spacing”. Timing adalah menentukan seberapa cepat gerakan objek yang dianimasikan bergerak dari suatu pose ke pose lainnya. Sedangkan, spacing adalah menentukan jarak (percepatan dan perlambatan) dari tiap gerakan dalam satuan frame. 3. Squash & stretch Pemberian efek lentur pada gerakan animasi agar membuat suatu animasi menjadi lebih hidup, lentur dan menarik. Sebagai contoh ketika bola memantul, atau ketika otot pada manusia berkontraksi. 4. Anticipation 36 Sebuah ancang-ancang/persiapan sebelum melakukan suatu gerakan besar. Agar penonton lebih siap terhadap gerakan besar yang akan dilakukan sehingga impact yang penonton rasakan menjadi lebih mantap. 5. Slow in and slow out Mirip seperti spacing, intinya agar gerakan karakter tidak seperti robot dan tidak memiliki gravitasi. Animasi tersebut membutuhkan slow in dan slow out sehingga gerakan karakter menjadi lebih realistik dan menarik. 6. Arcs Setiap gerakan yang dilakukan oleh manusia maupun lainnya, gerakan tersebut rata-rata memiliki arcs dalam trajectory-nya. Karena hampir mustahil gerakan membentuk trajectory dengan garis lurus. Kecuali gerakan tersebut terhalang atau dipandu oleh sesuatu. 7. Secondary action Gerakan-gerakan tambahan selain gerakan utama agar memberikan kesan hidup kepada karakter/objek yang dianimasikan. 8. Follow through and overlapping action Follow through adalah tentang bagian tubuh tertentu yang tetap bergerak meskipun seseorang telah berhenti bergerak. Overlapping action adalah gerakan dimana suatu gerakan yang ditimbulkan oleh gerakan lain. Misalnya, gerakan tangan yang mengayun. 9. Straight ahead action and pose to pose Straight ahead adalah cara membuat animasi dengan membuat pose per frame. Sedangkan, Pose to pose adalah membuat pose-pose kunci yang menjadi keyframe sehingga proses pengerjaannya menjadi lebih mudah dan cepat untuk melihat hasil akhir animasi yang dibuat. 10. Staging Seperti halnya yang dikenal dalam film atau theater, staging dalam animasi juga berupa pengkomposisian objek, mood dan gerakan kamera agar pesan yang ingin disampaikan dalam adegan tersebut tersampaikan ke penonton. 11. Appeal Suatu hal yang khas dan menarik yang membuat orang ingin menonton animasi yang dibuat. Bisa berupa penokohan, style animasi dan hal hal lainnya yang membuat animasi tersebut menarik untuk ditonton. 37 12. Exaggeration Suatu gerakan yang dilebih-lebihkan agar animasi yang dibuat menghibur dan menarik untuk ditonton. 2.2.2 Semiotika Dalam buku “Semiotika Visual” oleh Kris Budiman, pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengannya cara berfungsinya, hubungannya dengan kata-kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Semiotika, yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tandatanda atau sebagai sesuatu yang bermakna ( Scholes, 1982: ix dalam Kris Budiman, 2011: 3) Sehingga bagi Ferdinand de Saussure (Kris Budiman, 2011: 3) menuturkan bahwa semiologi adalah sebuah ilmu umum tentang tanda, “suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat”. Tanda-tanda dalam masyarakat yang telah disepakati sebenarnya hasil dari pemikiran logika seperti yang diungkapkan oleh Charles S. Pierce (Kris Budiman 2011: 3) bahwa semiotika tidak lain daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni “doktrin formal tentang tandatanda”. 2.2.3 Unity in Diversity Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar sebutan dan pengelompokan dalam masyarakat disekeliling kita. Misalnya orang kaya dan miskin, pintar dan bodoh. Sebutan-sebutan itu menunjukkan bahwa pengelompokan warga masyarakat berdasarkan kesamaan ciri tertentu. Ciri – ciri dari stratifikasi sosial adalah perbedaan kemampuan, gaya hidup, hak dan perolehan sumber daya. Selain stratifikasi sosial, ada juga jenis pengelompokan lainnya seperti diferensiasi 38 sosial. Diferensiasi membedakan kelompok-kelompok dalam masyarakat menurut ciri-ciri biologis antar manusia atau atas dasar agama, jenis kelamin, dan profesi. Dan dari pengelompokan-pengelompokan itulah, sering terjadi perselisihan dan pertengkaran karena tidak saling menghormati dan memaklumi satu dengan yang lainnya. Menurut Sri Sunarti dan Suhardi dalam buku Sosiologi 2, konflik adalah bagian dari interaksi sosial yang bersifat disasosiatif. Konflik atau pertentangan diartikan sebagai suatu bentuk interaksi yang ditandai oleh keadaan saling mengancam, menghancurkan, melukai, dan melenyapkan diantara pihak-pihak yang terlibat. Sesuai kenyataan, konflik tidak dapat dilepaskan dari dinamika masyarakat. Menurut teori konflik, masyarakat memang bersifat pluralistik dan didalamnya terjadi ketidakseimbangan distribusi kekuasaan (authority), artinya dalamnya dalam suatu masyarakat semamtiasa terdapat kelompok-kelompok sosial yang saling bersaing dan berebut pengaruh. Konflik dalam masyarakat juga beragam sebagai contoh konflik individual (perselisihan antara 2 orang), konflik antarkelas atau antargolongan sosial, konflik rasial, konflik politik, konflik internasional. Sedangkan faktor penyebab konflik adalah faktor perbedaan pendirian dan keyakinan, faktor perbedaan kebudayaan, faktor perbedaan kepentingan, faktor perubahan sosial. Meskipun ada berbagai faktor penyebab konflik, ada pula faktor pendorong integrasi sosial seperti pola hubungan simbiosis mutualisme, cross-cutting affiliations dan cross-cutting loyalities (keanggotaan ganda dan loyalitas ganda), rasa saling memiliki, konsensus. Menurut R. Roosevelt Thomas Jr., presiden dari institur pengaturan keragaman Amerika, keragaman atau perbedaan adalah berurusan dengan campuran kolektif dari perbedaan dan persamaan sepanjang dimensi dan meluas sampai batas usia, latar belakang pribadi dan perusahaan, edukasi, fungsi, serta sifat. Mengelola keragaman adalah sebuah filosofi tentang bagaimana perbedaan antara individu dan organisasi dapat dirangkul bukannya takut, mendorong daripada mendiamkannya. Berbagai halangan dalam menerima keragaman adalah - prasangka - sukuisme - stereotip 39 - menyalahkan korban - diskriminasi - gangguan - perbedaan gender - reaksi/balasan Dimensi sosial dari keragaman adalah - Agama - Kultur/budaya - Jenis kelamin - Ideologi - Ras - Etnis 2.2.4 Teori Story Development – Pixar Dalam pembuatan cerita, penulis menggunakan teori story development yang penulis pelajari dari Pixar Masterclass bersama Matthew Luhn pada tanggal 10 Februari 2014. Singkatnya, proses pembentukan cerita dari teknik yang diajarkan dari Pixar Masterclass adalah pembentukan cerita dari premis > controlling idea > element of story. Serta tidak boleh melupakan character arcs (jika dalam short setidaknya ada “lesson learn dan payoff” dari karakter utama). Penerapan dalam cerita yang dibuat penulis: Premis : 2 layang-layang yang berkepribadian berbeda. Controlling idea : Di dunia awan ada 2 Layang-layang yang berkepribadian berbeda, bertetangga dan sering bertengkar yang akhirnya harus bersana karena “terikat” satu sama lain dan dalam perjalanan mencari ahli pelepas simpul, mereka akhirnya belajar menjadi sahabat. Element of story - Exposition : 40 Disebuah dunia awan, hiduplah 2 utas layang-layang yang bernama Kagha dan Ti. Mereka berdua merupakan tetangga sekaligus musuh kebuyutan karena memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Ti memiliki kepintaran karena sering menghabiskan waktu dengan membaca buku namun malas melakukan aktivitas fisik. Sebaliknya Kagha sangat malas membaca buku namun suka berpetualang kesana kemari. - Inciting incident Suatu hari, ketika mereka berada disebuah taman dan melakukan aktivitas masing-masing, tiba-tiba muncul hujan batu. Para layang-layang ketakutan dan mencari tempat berteduh. Kagha dan Ti yang berada tak jauh satu sama lain pun segera terbang menuju tempat peristirahatan terdekat. Ketika berusaha berpegangan pada tempat peristirahatan agar tidak terseret angin, tali mereka saling melilit dan terikat. - Progressive complication Ketika angin reda, mereka sadar bahwa mereka tidak bisa berpisah karena “terikat”. Mereka menyalahkan satu sama lain dan mendengar nasehat dari seutas layang-layang yang lebih tua untuk mencari ahli pelepas simpul. - Crisis & climax Ditengah perjalanan menuju tempat ahli pelepas simpul tersebut, secara tak terduga jatuh sebuah batu secara tiba-tiba, Ti yang sudah kecapaian karena jarang bepergian jauh tidak memperhatikan batu yang jatuh kearahnya. Kagha yang menyadari hal tersebut terpaksa menyelamatkan Ti dan menyebabkan Kagha terluka. Ti pun mencoba menyembuhkan luka dan memapah Kagha. - Resolution Sampai akhirnya mereka sampai ketempat ahli pelepas simpul yang ternyata sudah pindah dan mereka pun sadar mereka telah menjadi sahabat yang baik. 2.2.5 The Invisible Art Menurut Scott McCloud dalam buku “The Invisible Art”, “Icon” adalah sesuatu yang menggantikan seseorang, tempat ataupun ide. Dengan gambar-gambar icon inilah kita membuat simbol yang merepresentasikan konsep, ide dan filosofi. Dan manusia akan lebih mudah merespon sebuah kartun daripada sebuah gambar yang 41 realistis. Karena dengan simplifikasi tersebut, kartun dapat mengamplifikasi maksud dimana gambar realistis tidak dapat mencapainya. Kita sebagai manusia selalu melihat dunia dengan bentuk kita. Manusia juga lebih mudah memasuki dan menjadi 1 dengan dunia kartun daripada dunia dengan gambar yang realistik. Alasan utamanya karena ada beberapa faktor dari masa anak-anak kita dengan kartun melalui beberapa faktor seperti identifikasi universal, simpel dan fitur-fitur anakanak yang juga memainkan peran tertentu. Style kartun seperti ”Vacuum” yang menghisap identitas, dan kewaspadaan. Sebuah cangkang yang kosong dimana kita bisa bertualang ke alam lainnya. Gambar 2.54 Style area of exploration (Sumber: The Invisible Art – Scott McCloud) Lingkaran merah adalah area eksplorasi style karakter. Penulis akan lebih menekankan pada eksplorasi ide dan seni yang lebih mengarah pada bagian kanan dan atas pada area segitiga tersebut. 42 2.2.6 Psikologi melankolis-koleris dan sanguinis-koleris Menurut Florence Littauer (1996) dalam bukunya yang berjudul Personality Plus, mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai sifat yang unik dan berbeda satu sama lain. Dan salah satu cara mengelompokkan sifat-sifat itu adalah membaginya menjadi 4 kelompok besar yaitu sanguinis, melankolis, koleris dan plegmatis. Tidak semua orang memiliki 1 kelompok murni. Biasanya mereka memiliki beberapa kelompok sifat namun biasanya hanya 1 atau 2 kelompok yang dominan. Penulis akan lebih menekankan pada kelompok sifat sanguinis-koleris dan melankoliskoleris karena itu merupakan sifat dari kedua karakter utama. Sanguinis dan koleris : ekstrovert dan memiliki 2 orientasi. Di sisi positif, paling berani, bersemangat, energik, dan taktis. Tapi di sisi negatif, yang paling impulsif dan emosional, dan dapat menyebabkan drama terjadi. Berkisar dari lelaki sejati, sampai darah ksatria jika dilihat dari sisi yang negatif, dan hampir selalu sangat egois. Di sisi baik karakter dengan kombinasi ini cenderung berdarah panas, dengan beberapa kecenderungan menjadi seorang pahlawan namun bodoh. Melankolis dan koleris : ambiverted dan berorientasi pada tugas. Kombinasi temperamen sangat kalkulatif dan bersikeras pada hal-hal yang sejalan dengan hukum yang baik. Baik dalam mengajar dengan otoritas dan mencegah pengaruh buruk atau rintangan terhadap proyek yang ada di tangannya. Di sisi lain, cukup rentan terhadap keserakahan, kerakusan, kemunafikan, manipulasi, dan menghakimi, sikap sok suci. Bisa menjadi “mood-swinger” dan tersangka dan/atau membenci simpati dari orang lain. Memiliki kecenderungan kurang memaafkan orang lain dan memiliki sifat yang keras dalam menyalahkan orang lain. Sering menjadi orang pintar dalam hal akal sehat dan kelicikan, juga dapat menjadi genius yang tak tertahankan. Kombinasi temperamen ini paling rentan untuk menjadi “grumpy bear”, “tsundere”, pengacara, versi pemimpin tanpa henti seperti orang yang “freak” kerapian. Jika menjadi penjahat yang ekstrim contohnya seperti ”straw hypocrite” dan “the caligula”. Untuk segi pahlawan, selalu menjadi orang yang bekerja sendirian. 43 2.2.7 Psikologi Warna Dalam buku “The Complete Color Harmony” oleh Bride M. Whelan, psikologi karakter dari warna: 1. Merah Mendambakan kegembiraan dan menyukai hidup pada momen kini. Bergairah terhadap kehidupan. 2. Kuning Senang, suka bermain, spontan dan optimis. Memiliki rasa ingin tahu yang besar. 3. Oranye Dinamis, suka berteman dan menyenangkan. Semarak dan menyukai keramaian. 4. Biru Tenang dan teratur. Serius dan konservatif 5. Abu-abu Lebih menyukai menonton daripada berpartisipasi 6. Ungu Negotiator, suka menyenangkan orang lain, tidak curhat dengan mudah dengan orang lain dan menyukai misteri. 44 Mood warna: - Imaginatif & magis Gambar 2.55 Imaginatif & Magis (Sumber: The Complete Color Harmony – Bride M. Whelan) 45 - Earthy/natural Gambar 2.56 Earthy (Sumber: The Complete Color Harmony – Bride M. Whelan) 46 - Damai & tenang Gambar 2.57 Damai & Tenang (Sumber: The Complete Color Harmony – Bride M. Whelan) 47 - Friendly Gambar 2.58 Friendly (Sumber: The Complete Color Harmony – Bride M. Whelan) 48 Psikologi warna - Merah Senang, cepat, kekuatan, bahaya, hangat dan gairah - Kuning Bahagia, cerah, optimis, spontan Kebijaksanaan, kepintaran dan imajinasi (cahaya) - Oranye Stimulus, energy, bersahabat, ramah, ceria, petualang Warning signal, perhatian, mudah berinteraksi dengan mata, warna gugur, hangat, eksotis, menggugah selera. Kreatif, antusias, menyenangkan, namun tidak bertanggung jawab (warna berpakaian) - Hijau Pale Green : Relaksasi dan tenang, nyaman di mata Vibrant Green : musim semi, alam, kehidupan, energi muda Darker Green : stabil, pertumbuhan, status ekonomi tinggi dan sukses Simbol dunia akan rasa aman, hijau juga berarti terus melaju Baik hati, dapat diandalkan dan murah hati (warna berpakaian) - Biru Secara umum paling disukai orang dan warna favorit laki-laki. Positif, memajukan dan damai - Ungu Royal Purple : memancarkan kelas, kekuatan, gairah, sensualitas dan kemewahan Deep Plum : spiritual dan misterius, dengan serius, kualitas bermartabat Lavenders & violet : manis, romantic dan nostalgia Umumnya warna favorit wanita adalah cite purple - Pink Warna yang paling pasif Feminim, pengasuhan, menenangkan dan kasih sayang. Pink dengan konsentrasi merah yang lebih banyak menunjukan energik, menyenangkan dan trendi 49 - Coklat Hangat, warna yang menenangkan sering diasosiasikan dengan tanah, pohon, dan rumah. Umum, bisa didekati, diandalkan dan tulus (warna pakaian) Maskulin, kualitas kasar yang sangat menarik bagi laki-laki - Abu-abu Tidak terlibat, formal, bermartabat, otoritas konservatif Terpencil, serius dan suram (ketika dipakai sebagai warna tunggal) Sering diasosiasi dengan kebijaksanaan, dewasa, terlihat berduit Metallic Gray : ilmiah, teknologi yang mutakhir, kecepatan dan kompetensi 2.3 Analisa - Analisa animasi pendek Alasan utama pemilihan membuat sebuah film animasi pendek ini adalah sebagai portfolio penulis, kesempatan bereksperimen dan menunjukkan seberapa banyak yang penulis pelajari di bangku kuliah. Dan penulis lebih mengarahkan animasi pendek ini kearah animasi pendek pilihan penonton dibanding pilihan juri. Karena biasanya film animasi pendek yang difavoritkan juri memiliki teknik produksi yang kompleks dan tidak biasa. Sedangkan penulis memiliki kemampuan teknis yang terbatas. Sehingga penulis lebih mengarah untuk membuat karya yang simpel, karakter yang lucu, visual yang menarik, imajinatif dan dekat dengan penonton. Selain itu, film pendek yang lebih mengarah ke unsur komunikatif dan menghibur mempunyai target penonton yang luas serta disukai oleh penonton pada umumnya. Dan tujuan utama dari penulis membuat film animasi pendek ini adalah untuk menginspirasi dan menghibur penonton (dan lebih menekankan ke jumlah penonton yang sebanyak-banyaknya) serta memberikan pesan moral. Oleh karena itu, penulis mencoba bereksplorasi ke area film animasi pendek yang disukai penonton. - Analisa layang-layang Dari 30 layang-layang Indonesia yang penulis kumpulkan datanya, penulis melakukan riset dan wawancara untuk mendapatkan bentuk layang-layang yang paling mewakili personality dari karakter utama dalam cerita. 50 - Analisa awan Jenis awan yang penulis gunakan dalam mendesain konsep environment adalah awan kumulus. Karena awan kumulus mempunyai kepadatan dan ukuran yang paling cocok dengan konsep environment yang penulis ingin visualisasikan. - Analisa prinsip animasi Penerapan dalam karya TA, penulis akan berusaha menggunakan 12 prinsip dalam proses menganimasikan karakter dan props lainnya. Tetapi, karena timeline produksi yang sangat pendek, penulis akan lebih memfokuskan pada prinsip-prinsip animasi yang lebih primer/penting menurut penulis yaitu timing & spacing, slow in & slow out, anticipation dan arcs. - Analisa semiotika Penerapan dalam karya TA, penulis menggunakan semiotika dalam proses pembuatan konsep dan cerita. Penulis melihat dan menganalisa bahwa di film-film pendek animasi yang menang dalam penghargaan Oscar, banyak film pendek animasi yang menang/masuk nominasi selalu menggunakan semiotika (suatu simbol yang didefinisikan sebagai objek lain) dalam pembuatan karakter, warna dan properti dalam ceritanya. Sebagai contoh, The Fantastic Flying Books of Mr. Morris Lessmore – Moonbot Studios yang merupakan pemenang Oscar pada tahun 2011. Dalam film tersebut mereka menggunakan banyak sekali simbol, contohnya ketika warna monokrom (hitam putih) yang merupakan simbol kemurungan tanpa inspirasi, sesuatu yang tidak hidup sedangkan warna warni yang menandakan suatu kehidupan dan inspirasi. Buku terbang dan berkaki yang berarti buku tersebut memiliki jiwa dan hidup. Ekspresi dalam buku yang ditunjukkan dalam gambar. Buku hidup jika dibaca (dalam scene buku yang sekarat dan akhirnya hidup ketika dibaca karakter utama). Buku memakan cereal yang berbentuk huruf. Sampul buku yang berarti baju bagi buku. Buku tua yang sobek/lepas yang menandakan buku tersebut sekarat/sakit. Buku yang menuntun ibu tua yang mengartikan buku sebagai penuntun dalam hidup. Masih banyak simbol dan perumpamaan yang tersirat dalam film tersebut. Hal tersebutlah yang membuat film tersebut sangat berbobot dan berkualitas (konsepnya sangatlah kuat). Dalam film ini, mereka juga banyak menggunakan hal-hal imajinatif yang hampir mustahil terjadi di dunia nyata. Menurut penulis, ini merupakan ciri khas dari film-film animasi (membuat sesuatu yang mustahil dan imajinatif). Misalnya tulisan 51 dalam buku yang ikut terbang ketika tertiup angin, berlari diatas sebuah rumah yang berputar-putar ditengah badai, buku terbang dan yang lainnya. Hal-hal inilah yang membuat film animasi pendek ini sangat menarik menurut penulis. Dalam konsep TA, penulis menggunakan Kagha dan Ti sebagai perumpamaan sebagai audiens dan orang lain yang memiliki perbedaan. Simpul sebagai pertemuan dan ikatan dengan orang lain. Hujan asteroid sebagai kejadiankejadian tak terduga dan rintangan dalam hidup. Dunia awan sebagai dunia. - Analisa warna Warna yang akan penulis gunakan untuk warna karakter adalah warna yang dekat dengan oranye untuk Kagha dan warna yang dekat dengan biru untuk Ti. Dikarenakan oleh personality dari karakter tersebut dan psikologi warna yang dipilih. 2.3.1 Faktor pendukung - Film animasi dengan karakter layang-layang sangat cocok untuk memberikan pesan kepada penonton tanpa terkesan menggurui penonton. - Perkembangan teknologi yang memudahkan penulis dalam proses produksi film. - Pembuatan karakter dan properti dengan bentuk yang simpel memudahkan proses produksi film. - Film pendek animasi tanpa menggunakan bahasa negara sehingga lebih universal. 2.3.2 Faktor penghambat - Semua proses produksi film yang harus dikerjakan sendiri dalam waktu yang terbatas. - Film pendek yang tanpa dialog membuat proses menyampaikan pesan menjadi lebih sulit. 52