BAB 2 LANDASAN TEORI

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
Proyek TA (tugas akhir) DKV animasi merupakan proyek untuk melihat
kompetensi mahasiswa dalam membuat rancangan dan pembuatan sebuah film yang
memiliki konten animasi didalamnya. Dalam pembuatan karya TA, mahasiswa
membutuhkan kemampuan dalam membuat konsep yang baik, memahami pipeline
produksi, kemampuan teknis yang baik dalam proses produksinya, dan menganalisa
dan menerapkan teori-teori serta referensi yang dibutuhkan dalam proses pembuatan
film. Dalam proyek TA ini, penulis akan membuat sebuah film animasi pendek yang
bertema pola pikir sosial tentang cara menggapai keinginan.
Dalam perancangan film animasi pendek ini, penulis melakukan riset untuk
memperoleh data dan referensi yang mendukung proses produksi film. Metode yang
digunakan untuk memperoleh data antara lain literatur buku, internet dan video.
2.1.1 Film Animasi Pendek
Secara umum, animasi pendek merupakan salah satu contoh film animasi
yang biasanya dibuat untuk disertakan ke festival. Film ini tidak cukup panjang
sehingga tidak bisa dikategorikan “Feature Film”. Dan menurut Academy of Motion
Picture Arts and Sciences film pendek merupakan film orisinil yang berdurasi 40
menit atau dibawahnya termasuk semua kreditnya.
Film-film animasi pendek merupakan sebuah tempat dimana para seniman
dan desainer kreatif menuangkan idenya dan bereksplorasi dengan cara-cara, konsep,
dan teknik yang baru. Film animasi pendek ini ada yang dibuat secara independen
maupun dibuat oleh studio besar sebagai bahan percobaan dan membuat portofolio.
Sebagai contoh film animasi pendek “The Dam Keeper” dimana para kreatornya
merupakan desainer-desainer kelas atas seperti Dice Tsutsumi dan Robert Kondo.
3
4
Mereka membuat film animasi pendek ini karena berbagai sebab. Salah satunya
karena mereka tidak hanya ingin menerima inspirasi dari orang lain namun juga
ingin menginspirasi orang lain.
Menurut jenis pemenang dalam festival film, Film animasi pendek
dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu film animasi pendek pilihan Juri dan film
animasi pendek pilihan penonton. Dari hasil riset dari beberapa festival, biasanya
film animasi pendek yang difavoritkan oleh juri juga difavoritkan oleh penonton.
Sebagai contoh pada tahun 2011 dan 2012 di Austin Film Festival yang terpilih
sebagai pemenang pilihan juri dan penonton merupakan film yang sama yaitu “The
Fantastic Flying Books of Mr.Morris Lessmore” karya Willian Joyce dan Brandon
Oldenburg dan “Head over Heels” karya Timothy Reckart. Ada juga beberapa film
animasi pendek yang berhasil memenangkan audience award dan biasanya juga
mendapatkan beberapa penghargaan dari beberapa festival lainnya contohnya “The
Maker” karya Christopher dan Christine Kezelos yang berhasil memenangkan 22
penghargaan di festival.
Menurut hasil analisis yang penulis lakukan, biasanya karya yang
difavoritkan oleh juri memiliki daya tarik eksperimental yang kuat. Maksudnya, film
animasi pendek tersebut memiliki tema yang tidak biasa, beberapa cenderung
absurd, aneh dan sangat imajinatif. Teknik eksekusi yang dilakukan juga biasanya
sangat eksperimental. Menggunakan cara-cara yang tidak biasa. Sebagai contoh, film
animasi pendek “Will” yang dibuat oleh murid Calarts yang menggunakan visual
yang berbasis vektor, “The Maker” yang menggunakan stop motion, film animasi
pendek ”The Cautionary Tail” karya Erica Harrison yang menggabungkan set buatan
tangan dan animasi 3D. Sedangkan film yang difavoritkan oleh penonton biasanya
memiliki tema yang ringan dan imajinatif serta menyenangkan dan menghibur untuk
ditonton. Karakter yang digunakan biasanya lucu dan menarik. Sebagai contoh, film
animasi pendek yang memenangkan audience award di Austin Film festival “MIA”
karya Wouter Bongaerts yang menceritakan tentang seorang anak yang ingin
membebaskan ibunya yang bekerja berlebihan. Karakternya sangat lucu, menghibur
dan temanya sangat dekat dengan penonton. Tetapi, tidak melepaskan unsur utama
dari film animasi pendek yaitu unsur imajinatif.
5
2.1.2 Sinopsis
Disebuah dunia awan, hiduplah 2 utas layang-layang yang bernama Kagha
dan Ti. Mereka berdua merupakan tetangga sekaligus musuh kebuyutan karena
memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Ti memiliki kepintaran karena sering
menghabiskan waktu dengan membaca buku namun malas melakukan aktivitas fisik.
Sebaliknya Kagha sangat malas membaca buku namun suka berpetualang kesanakemari.
Suatu hari, ketika mereka berada di sebuah taman dan melakukan aktivitas
masing-masing, tiba-tiba muncul hujan batu. Para layang-layang ketakutan dan
mencari tempat berteduh. Kagha dan Ti yang berada tak jauh satu sama lain pun
segera terbang ke tempat peristirahatan terdekat. Ketika berusaha bertahan agar tidak
tertiup angin dan masuk ke tempat peristirahatan, secara tidak sengaja tali mereka
berkaitan satu sama lain dan membentuk simpul.
Ketika angin berhenti, mereka sadar ternyata mereka tidak bisa berpisah
karena “terikat”. Mereka menyalahkan satu sama lain dan seutas layang-layang yang
lebih tua menyarankan mereka agar bertemu dengan layang-layang yang ahli
melepas simpul. Lalu, mereka memutuskan untuk mencari ahli pelepas simpul. Di
tengah perjalanan menuju tempat ahli pelepas simpul tersebut, secara tak terduga
turun sebuah batu secara tiba-tiba, Ti yang sudah kecapaian karena jarang bepergian
jauh tidak memperhatikan batu yang jatuh kearahnya. Kagha yang menyadari hal
tersebut terpaksa menyelamatkan Ti dan menyebabkan Kagha terluka. Ti pun
mencoba menyembuhkan luka dan memapah Kagha.
Sampai akhirnya mereka sampai ketempat ahli pelepas simpul yang ternyata
sedang keluar dan mereka pun sadar mereka telah menjadi sahabat yang baik.
6
2.1.3 Data Karakter dan Environment
2.1.3.1 Sejarah Layang-Layang
Gambar 2.1 Kaghati Kite on Berck sur Mer Beach 1997
(Sumber : http://www.wolfgangbieck.gmxhome.de)
Layang-layang pertama di dunia berasal dari Indonesia sekitar 4.000 tahun.
Sumber informasi ini berasal dari pengamatan Wolfgang Bieck pada tahun 1997 di
Muna. Wolfgang Bieck berasal dari Jerman dan merupakan salah seorang
Counsultant of Kite Aerial Photography Scientific Use of Kite Aerial Photography.
Awal penelitiannya dilatar belakangi oleh festival layang-layang dunia di Prancis
tahun 1997. Saat itu layangan Kaghati Kolope dari Indonesia tampil sebagai juara
mengalahkan
Jerman.
Hal
ini
membuatnya
berkeinginan
menelusuri
keunikan Kaghati Kolope dan mengantarkannya ke Pulau Muna, Sulawesi Tenggara.
Tepatnya di Gua Sugi Patani, Desa Liang Kobori sekitar 8 km dari Raha, ibu kota
7
Pulau Muna. Gua ini berada di sebuah bukit setinggi 80 meter dengan kemiringan 90
derajat.
Gambar 2.2 Cave of “The First Kiteman”
(Sumber : http://www.wolfgangbieck.gmxhome.de)
Dalam penelitiannya Wolfgang Bieck melihat sendiri lukisan tangan
manusia yang menggambarkan layang-layang di dalam Gua Sugi Patani, Desa Liang
Kobori. Di situs pra sejarah tersebut tergambar seseorang sedang bermain layanglayang
di
dinding
batunya
dengan
menggunakan
tinta
warna
merah
dari oker (campuran tanah liat dengan getah pohon). Gambar itu sudah dicoba untuk
dihapus tetapi tidak bisa.
Penemuan lukisan di Gua Sugi Patani dikatakan Wolfgang Bieck telah
mematahkan klaim bahwa layangan pertama berasal dari China pada 2.400 tahun
lalu. Layangan yang ditemukan di China menggunakan bahan kain parasut dan
batang almunium. Sementara layangan dari Pulau Muna terbuat dari bahan alam dan
telah menjadi bagian kehidupan masyarakatnya. Bieck meyakini, layangan pertama
di dunia berasal dari Muna, bukan dari China.
8
Wolfgang Bieck mengambil foto-foto dalam gua tersebut kemudian
menuliskan penelitiannya dalam artikel berjudul ”The First Kiteman” di sebuah
majalah Jerman tahun 2003.
Gambar 2.3 “The First Kiteman”
(Sumber : http://www.wolfgangbieck.gmxhome.de)
2.1.3.2 Data Observasi Layang-Layang Indonesia
Untuk mengumpulkan data mengenai berbagai bentuk dan motif dari
layang-layang yang ada di Indonesia, penulis mengunjungi Museum Layang-layang
yang ada di Jalan H.Kamang di daerah Cilandak, Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Di Museum Layang-layang, banyak layang-layang tradisional Indonesia
yang dipajang serta diberi penjelasan mengenai kegunaan, bentuk serta desain dari
layang-layang yang ada di berbagai daerah di Indonesia. Masing-masing layanglayang memiliki motif, bentuk, dan tujuan yang berbeda-beda. Contoh layang-layang
tradisional yang ada di Indonesia antara lain
9
1. Pepetengan (Jawa Barat)
Pepetengan adalah layang-layang tradisional dari daerah Jawa Barat. Bentuk
bagian atas pada umumnya sama dengan layangan tradisional dari daerah lain.
Desain gambar dapat beragam misalnya dengan menggambar tokoh/legenda pada
zaman terdahulu.
Seperti halnya daerah-daerah bersistem mata pencaharian agraris lainnya di
Indonesia, di Jawa Barat. Kehadiran layang-layang juga berfungsi untuk menjaga
sawah. Melalui bunyi dan motif hiasan didalamnya, Pepetengan diterbangkan
berhari-hari untuk menghalau hama burung yang mengganggu tanaman padi.
Gambar 2.4 Layang-Layang Pepetengan
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
2. Koangan (DKI Jakarta)
Layang-layang ini merupakan layang-layang tradisional yang berasal dari
DKI Jakarta, rangkanya terbuat dari bambu yang diraut supaya menjadi lebih halus &
badan layangannya dibungkus oleh kertas minyak. Layang-layang ini dilengkapi
dengan bunyi-bunyian yang merdu sehingga dikenal sebagai layang-layang Koang
atau Koangan, warna warni pada layangan ini tidak mempunyai arti khusus, biasanya
diperlombakan pada acara-acara tertentu dan diberi hiasan ornamen.
10
Gambar 2.5 Layang-layang Koangan
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
3. Dandang (Kalimantan Selatan)
Permainan layang-layang di Kalimantan Selatan khususnya Rantau
Kabupaten Tapin merupakan bagian kebudayaan sari masyarakat setempat yang
sudah cukup tua keberadaannya layang-layang dimainkan oleh masyarakat setempat
secara turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya kayang-layang dimainkan
pada bulan Agustus setelah musim panen selesai.
Asal kata “Dandang” berasal dari nama suatu alat untuk mencari/menangkap
ikan bagi para nelayan darat (menyerupai tangguk untuk menyerok ikan di sungai).
Bentuk layang-layang Dandang adalah wujud dari salah satu jenis burung di
Kalimantan Selatan yakni burung Enggang dimana burung tersebut merupakan
lambang kedigdayaan masyarakat Dayak Kalimantan Selatan. Untuk mendekati
wujud asli dari burung Enggang maka layang-layang tersebut dilengkapi dengan
suatu alat bunyi (dengung). Apabila layang-layang diterbangkan maka alat bunyi
tersebut akan mengeluarkan suara. Bunyi (dengung) yang dikeluarkan sama dan
mirip suara dari burung Enggang. Alat dengung ini diletakan/dipasang diatas pundak
kanan/kiri layang-layang tersebut.
11
Gambar 2.6 Layang-layang Dandang Laki
Gambar 2.7 Layang-layang Dandang Bini
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
4. Kaghati (Muna - Sulawesi Tenggara)
Kaghati adalah jenis layang-layang yang unik. Ia dapat dikategorikan sebagai
layang-layang purba karena dibuat dari bahan yang berbeda dari layang-layang pada
umumnya. Jika layang-layang biasa dibuat dari kertas, Kaghati berbuat dari daun ubi
hutan/gadung. Seluruh bahannya berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kerangkanya
terbuat dari bambu, sementara badannya terbuat dari daun ubi gadung. Benangnya
terbuat dari serat daun pandan duri.
Kaghati selalu dibuat setelah musim tanam. Pada badannya dipasangi alat
penyeimbangan yang menghasilkan suara keras. Alat ini dibuat dari kulit ari pohon
waru. Suara itu akan membuat takut babi hutan pengganggu tanaman.
12
Gambar 2.8 Layang-layang Kaghati Kolope
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
5. Goang (Sumbawa)
Bentuk layangan ini sama dengan bentuk layang-layang pecukan yang berasal
dari Bali. Masyarakat Nusa Tenggara Barat pada masa lampau membuat layanglayang dengan bahan-bahan yang seluruhnya disediakan oleh alam. Kerangka
layangan terbuat dari bambu, dengan penutup yang menggunakan pelepah batang
pisang, benangnya berbuat dari serat daun nanas.
Gambar 2.9 Layang-layang Goang
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
13
6. Pinisi (Sulawesi Selatan)
Diterbangkan dari awal panen sampai selesai panen.
Gambar 2.10 Layang-layang Pinisi
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
7. Layang-layang Tradisional (Banten)
Gambar 2.11 Layang-layang Tradisional
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
14
8. Layang –layang Tradisional (Sulawesi Utara)
Gambar 2.12 Layang-layang Tradisional
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
9. Perisai (Kalimantan Timur)
Gambar 2.13 Layang-layang Perisai
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
15
10. Burung Enggang (Kalimantan Barat dan Timur)
Gambar 2.14 Layang-layang Burung Enggang
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
11. Layang Adu (Kalimantan Timur)
Gambar 2.15 Layang-layang Adu
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
12. Daplangan Tanggalan (Cilacap - Jawa Tengah)
Daplangan adalah layang-layang tradisional yang berasal dari Cilacap, Jawa
Tengah. Rangka layang-layang ini terbuat dari kayu pohon waru. Awalnya kayu
pohon waru direbus dan kemudian digosok agar terlihat seratnya. Untuk menutup
rangkanya digunakan kertas pilus, alat bunyi atau dengungnya terbuat dari daun
kelapa yang direbus dulu kemudian dipertipis.
16
Gambar 2.16 Layang-layang Daplangan Tanggalan
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
13. Sumbulan (Jepara-Jawa Tengah)
Gambar 2.17 Layang-layang Sumbulan
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
17
14. Doro Keplok (Kudus – Jawa Tengah)
Layang-layang tradisional dari daerah Kudus (Jawa Tengah), layangan ini
mengambil ide desain dari seekor burung merpati/burung dara yang sedang terbang
di angkasa. Di angkasa, burung merpati itu akan melayang-layang sambil
mengepakkan sayapnya yang dapat menimbulkan bunyi seperti tepukan. Dikedua
sayap dipasang bambu sehingga setiap gerakan akan menimbulkan suara seperti
orang bertepuk tangan.
Gambar 2.18 Layang-layang Doro Keplok
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
15. Pecukan (Bali)
Layang-layang ini pertama kali diberi nama layangan Tekuk, karena
bentuknya yang menekuk seperti daun. Disebut layang-layang pecukan karena pada
kedua ujung kiri & kanan di-pecuk (bahasa Bali) yang artinya dipelintir.
Rangkanya terbuat dari bambu, dengan memakai dedaunan. Awalnya
penutup layangan ini terbuat dari kertas. Tapi kini banyak yang menggunakan
penutup dari bahan kain, supaya awet & tahan lama. Pecukan dapat dibandingkan
dengan ulu candra yang menjadi simbol Tri Purusa, Windhu. Windhu sendiri
merupakan dari Wijaksara simbol Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, bentuk layang-layang
pecukan adalah simbol dari Sadaiswa.
18
Gambar 2.19 Layang-layang Pecukan
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
16. Janggan (Bali)
Dari ketiga jenis layangan Bali, janggan adalah yang terbesar dan panjang
ekornya yang bisa mencapai lebih dari 100 meter, membuatnya begitu gagah saat dia
menembus angkasa. Kepala naga yang menjadi bagian teratas dari layangan, seolah
ia hidup dan menari di angkasa. Banyak perlakuan khusus yang diperlakukan untuk
kepala naga pada janggan ini. Pura adalah tempat ia disimpan saat tidak digunakan
berlayang, dan baru dikeluarkan saat akan upacara pensucian layangan akan dimulai
2 hari menjelang acara pesta layang-layang Bali.
Gambar 2.20 Layang-layang janggan
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
19
17. Mera’an (Jawa Timur)
Gambar 2.21 Layang-layang Mera’an
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
18. Layang Tapean (Banyuwangi – Jawa Timur)
Gambar 2.22 Layang-layang tapean
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
20
19. Mancungan (D.I. Yogyakarta)
Gambar 2.23 Layang-layang mancungan
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
20. Sekak (Surabaya)
Gambar 2.24 Layang-layang sekak
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
21
21. Layang Sowangan (Banyuwangi – Jawa Timur)
Gambar 2.25 Layang-layang Sowangan
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
22. Babon Angrem (Tulung Agung)
Layang-layang tradisional ini berasal dari Tulung Agung, Jawa Timur. Jenis
yang pertama adalah tanggalan, bagian bawahnya berbentuk bulan sabit dan bagian
atasnya diberi alat bunyi atau dengungan. Jenis yang berikutnya adakah babon
angrem dan badholan. Ketiga jenis layangan ini umumnya dibuat berwarna merah,
kuning hitam & putih.
22
Gambar 2.26 Layang-layang babon angrem
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
23. Tanggalan (Tulung Agung)
Gambar 2.27 Layang-layang tanggalan
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
24. Badholan (Tulung Agung)
Gambar 2.28 Layang-layang badholan
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
23
25. Kuala (Sumatera Utara)
Gambar 2.29 Layang-layang kuala
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
26. Telong-telong (Bengkulu)
Gambar 2.30 Layang-layang telong-telong
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
24
27. Dengung (Sumatera Utara)
Gambar 2.31 Layang-layang dengung
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
28. Langlang Macho (Sumatera Barat)
Masyarakat Minang tradisional menyebut layang-layang dengan kata
langlang, bentuk kedua layangan ini terdiri dari bagian atas yang melengkung (elips)
dan bagian bawahnya berbentuk segitiga. Bambu pada langlang patah siku dan
lengkungannya menjadi agak bersudut. Langlang Macho yang besarnya sesuai
dengan selera pemain atau pembuat, layang-layang ini berbentuk wajik/belah ketupat
dan memiliki kepala atau paruh dibagian atasnya. Pada bagian paruh ini akan
diletakkan semacam anak panah, yang fungsinya merusak layang-layang lawan.
Gambar 2.32 Layang-layang Langlang Macho
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
25
29. Lang-lang Patah Siku (Sumatera Barat)
Gambar 2.33 Layang-layang Langlang Patah Siku
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
30. Siger (Lampung)
Gambar 2.34 Layang-layang siger
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
2.1.3.3 Data Karakter
Dalam film pendek animasi ini terdapat dua karakter yang menjadi fokus
cerita: Kagha dan Ti. Untuk menggambarkan karakter dalam film animasi ini,
penulis menggunakan beberapa referensi visual di antaranya adalah sebagai berikut:
26
2.1.3.3.1 Ti
Ti adalah salah satu tokoh utama dalam film animasi pendek ini. Ti adalah
seutas layang-layang remaja melankolis-koleris yang suka membaca buku dan pintar,
namun malas beraktivitas dan dipandang sombong dan skeptis oleh layang-layang
lainnya. Ti bertubuh mungil, lucu, bentuknya menyerupai layang layang patah siku
dan lamban. Ia sangat takut dengan ketinggian dan aktivitas di luar ruangan sehingga
sangat mengagumi keberanian. Ia mudah tersinggung jika orang lain menyebutnya
lemah dan penyendiri. Ti memiliki cita-cita menjadi pustakawan karena obsesinya
terhadap buku. Referensi visual Ti :
Gambar 2.35 Physiognomy Ti
(Sumber: “The Face Reader” – Patrician McCarthy & “Amazing Face Reading” – Mac Fuller)
2.1.3.3.2 Kagha
Kagha adalah salah satu tokoh utama dalam film animasi pendek ini. Kagha
adalah seutas layang-layang remaja sanguin-koleris yang over-active, kuat,
berpikiran positif namun sok tahu dan bodoh. Kagha bertubuh besar, ramping dan
berbentuk seperti layang-layang Macho dari Sumatera Barat. Ia sangat takut
27
terkurung dan akan menjadi tidak terkendali seperti menghancurkan benda sekitar
jika tidak mendapatkan kebebasan. Ia sangat mengagumi kepintaran dan ketenangan.
Kagha sangat menyukai kebebasan. Referensi visual Kagha :
Gambar 2.36 Physiognomy Kagha
(Sumber: “The Face Reader” – Patrician McCarthy & “Amazing Face Reading” – Mac Fuller)
2.1.3.3.3 Environment
Pada tahun 1894, Komisi Cuaca Internasional membagi bentuk awan menjadi
4 kelompok utama, yaitu awan tinggi, awan sedang, awan rendah, dan awan dengan
perkembangan vertikal.
1. Kelompok Awan Tinggi
Pada kawasan tropis, awan ini terletak di ketinggian 6-18 km, pada kawasan
iklim sedang awan ini terletak pada ketinggian 5-13 km, sedangkan di kawasan kutub
terletak pada 3-8 km.
28
Gambar 2.37 Awan Sirrus
Gambar 2.38 Awan Sirostratus
Gambar 2.39 Awan Sirokumulus
(Sumber: http://softilmu.blogspot.com)
2. Kelompok Awan Sedang
Pada kawasan tropis awan ini terletak di ketinggian 2-8 km, pada kawasan
iklim sedang terletak di ketinggian 2-7 km, sedangkan pada kawasan kutub terletak
di ketinggian 2-4 km.
Gambar 2.40 Awan Altokumulus
Gambar 2.41 Awan Altostratus
(Sumber: http://softilmu.blogspot.com)
29
3. Kelompok Awan Rendah
Awan ini terletak pada ketinggian kurang dari 3 km, yang tergolong ke dalam
awan rendah.
Gambar 2.42 Awan Stratokumulus
Gambar 2.43 Awan Stratus
Gambar 2.44 Awan Nimbostratus
(Sumber: http://softilmu.blogspot.com)
4. Kelompok Awan Dengan Perkembangan Vertikal
Awan ini terletak antara 500-1500 m, yang tergolong dalam awan dengan
perkembangan vertikal.
Gambar 2.45 Awan Kumulus
Gambar 2.46 Awan Kumulonimbus
(Sumber: http://softilmu.blogspot.com)
30
Sedangkan berdasarkan bentuknya, Awan terbagi menjadi 3 yaitu :
-
Kumulus, yaitu awan yang bentuknya bergumpal-gumpal dan dasarnya
horizontal.
-
Stratus, yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehingga menutupi langit secara
merata.
-
Sirrus, yaitu awan yang berbentuk halus dan berserat seperti bulu ayam. Awan
ini tidak dapat menimbulkan hujan.
Referensi visual 3D:
Gambar 2.47 3D cute cloud
Gambar 2.48 Scrat in Heaven
(Sumber: http://bbs.epochtimes.com.tw/)
(Sumber: http://image1.frequency.com/)
Gambar 2.49 Broken Age
(Sumber: http://www.sidequesting.com)
31
2.1.4 Referensi film pendek
1. Monsterbox
Gambar 2.50 Monsterbox
(Sumber: Youtube)
Monsterbox adalah film pendek animasi bergenre fantasi dan sedikit drama
yang mengisahkan tentang seorang anak yang ingin membeli rumah untuk monstermonster yang tinggal bersamanya dari seorang kakek yang merupakan seorang
penjual tanaman hias dan rumah-rumah untuk binatang peliharaan. Film ini
merupakan proyek akhir siswa jurusan 3d computer graphics Bachelor 2012 di
Bellecour Schools Art & Design Entertainment. Yang diproduksi dan diarahkan oleh
4 orang (Ludovic Gavillet, Derya Kocaurlu, Lucas Hudson dan Colin Jean-Saunier).
Visual, style, karakter, dan pewarnaan dari film ini sangat menginspirasi penulis.
32
2. Head Over Heels
Gambar 2.51 Head Over Heels
(Sumber: Youtube)
Head Over Heels adalah film pendek animasi ber-genre fantasi dan drama
yang mengisahkan tentang keluarga dimana suami dan istrinya memiliki
pertengkaran didalam keluarga mereka karena perbedaan cara pandang dan
keegoisan masing-masing. Digambarkan dengan 1 rumah yang memiliki gravitasi
yang “aneh”. Sangat imajinatif dan menarik. Diakhir ceritanya mereka berbaikan dan
menyadari bahwa mereka saling menyayangi satu sama lain.
Penulis melakukan studi tentang film ini karena memiliki banyak kesamaan
dengan film yang penulis buat seperti memiliki 2 karakter yang utama, awal cerita
yang berawal dari pertengkaran 2 karakter tersebut sampai akhirnya mereka kembali
33
berbaikan, sangat imajinatif, dan beberapa hal yang tidak masuk akal namun
menarik. Penulis akan menggunakan film ini untuk melakukan studi mood warna.
Gambar 2.52 Head Over Heels color
(Sumber: Youtube)
34
3. Kiwi!
Gambar 2.53 Kiwi!
(Sumber: Youtube)
Sebuah film animasi pendek yang dibuat pada tahun 2006 yang dibuat oleh
Dony Permedi, seorang murid dari New York City School of Visual Arts untuk
Master’s Thesis animation-nya. Yang menceritakan tentang seekor burung kiwi yang
mempunyai mimpi untuk terbang. Film ini menciptakan fenomena terutama ketika
film ini di-host di situs Youtube. Dan sudah ditonton lebih dari 35 juta kali dan
menjadi salah satu video yang ditonton paling banyak dalam kategori “film and
animation”.
35
Penulis sangat terinspirasi oleh visual dan animasi yang sangat simpel tapi
penceritaan dan jalannya cerita dari film pendek ini sangatlah kuat. Pesan dan makna
yang disampaikan pun sangat kuat dan menyentuh hati penontonnya. Ini
membuktikan bahwa sebuah film pendek tidak memerlukan tampilan visual yang
“wah” dan asset yang sangat banyak untuk membuat sebuah film pendek yang bagus.
Konsep, animasi dan story-telling yang baik bisa membuat sebuah film pendek
animasi tampil luar biasa.
2.2. Tinjauan Khusus
2.2.1 Teori 12 prinsip animasi
Dalam buku “The Illusion of Life” oleh Frank Thomas dan Ollie Johnston, ada
12 prinsip animasi yang biasanya dijadikan panduan oleh animator-animator dunia
untuk menghasilkan karya animasi yang berkualitas. 12 prinsip animasi tersebut
adalah
1. Solid drawing
Menggambar merupakan salah satu cara terbaik untuk merencanakan sebuah
gerakan yang akan dianimasikan. Meskipun sekarang jaman mulai bergerak ke era
3D, menggambar gerakan karakter di kertas akan membuat gestur-gestur karakter
yang dianimasikan menjadi lebih kuat dan menarik.
2. Timing & spacing
Grim Natwick -seorang animator Disney- pernah berkata, “Animasi adalah
tentang timing dan spacing”. Timing adalah menentukan seberapa cepat gerakan
objek yang dianimasikan bergerak dari suatu pose ke pose lainnya. Sedangkan,
spacing adalah menentukan jarak (percepatan dan perlambatan) dari tiap gerakan
dalam satuan frame.
3. Squash & stretch
Pemberian efek lentur pada gerakan animasi agar membuat suatu animasi
menjadi lebih hidup, lentur dan menarik. Sebagai contoh ketika bola memantul, atau
ketika otot pada manusia berkontraksi.
4. Anticipation
36
Sebuah ancang-ancang/persiapan sebelum melakukan suatu gerakan besar.
Agar penonton lebih siap terhadap gerakan besar yang akan dilakukan sehingga
impact yang penonton rasakan menjadi lebih mantap.
5. Slow in and slow out
Mirip seperti spacing, intinya agar gerakan karakter tidak seperti robot dan
tidak memiliki gravitasi. Animasi tersebut membutuhkan slow in dan slow out
sehingga gerakan karakter menjadi lebih realistik dan menarik.
6. Arcs
Setiap gerakan yang dilakukan oleh manusia maupun lainnya, gerakan tersebut
rata-rata memiliki arcs dalam trajectory-nya. Karena hampir mustahil gerakan
membentuk trajectory dengan garis lurus. Kecuali gerakan tersebut terhalang atau
dipandu oleh sesuatu.
7. Secondary action
Gerakan-gerakan tambahan selain gerakan utama agar memberikan kesan
hidup kepada karakter/objek yang dianimasikan.
8. Follow through and overlapping action
Follow through adalah tentang bagian tubuh tertentu yang tetap bergerak
meskipun seseorang telah berhenti bergerak. Overlapping action adalah gerakan
dimana suatu gerakan yang ditimbulkan oleh gerakan lain. Misalnya, gerakan tangan
yang mengayun.
9. Straight ahead action and pose to pose
Straight ahead adalah cara membuat animasi dengan membuat pose per frame.
Sedangkan, Pose to pose adalah membuat pose-pose kunci yang menjadi keyframe
sehingga proses pengerjaannya menjadi lebih mudah dan cepat untuk melihat hasil
akhir animasi yang dibuat.
10. Staging
Seperti halnya yang dikenal dalam film atau theater, staging dalam animasi
juga berupa pengkomposisian objek, mood dan gerakan kamera agar pesan yang
ingin disampaikan dalam adegan tersebut tersampaikan ke penonton.
11. Appeal
Suatu hal yang khas dan menarik yang membuat orang ingin menonton animasi
yang dibuat. Bisa berupa penokohan, style animasi dan hal hal lainnya yang
membuat animasi tersebut menarik untuk ditonton.
37
12. Exaggeration
Suatu gerakan yang dilebih-lebihkan agar animasi yang dibuat menghibur dan
menarik untuk ditonton.
2.2.2 Semiotika
Dalam buku “Semiotika Visual” oleh Kris Budiman, pengertian semiotika
secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek,
peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Semiotik sebagai “ilmu
tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengannya cara berfungsinya,
hubungannya dengan kata-kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka
yang mempergunakannya.
Semiotika, yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the
study of signs), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem
apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tandatanda atau sebagai sesuatu yang bermakna ( Scholes, 1982: ix dalam Kris Budiman,
2011: 3)
Sehingga bagi Ferdinand de Saussure (Kris Budiman, 2011: 3) menuturkan
bahwa semiologi adalah sebuah ilmu umum tentang tanda, “suatu ilmu yang
mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat”. Tanda-tanda dalam
masyarakat yang telah disepakati sebenarnya hasil dari pemikiran logika seperti yang
diungkapkan oleh Charles S. Pierce (Kris Budiman 2011: 3) bahwa semiotika tidak
lain daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni “doktrin formal tentang tandatanda”.
2.2.3 Unity in Diversity
Dalam
kehidupan
sehari-hari,
kita
sering
mendengar
sebutan
dan
pengelompokan dalam masyarakat disekeliling kita. Misalnya orang kaya dan
miskin, pintar dan bodoh. Sebutan-sebutan itu menunjukkan bahwa pengelompokan
warga masyarakat berdasarkan kesamaan ciri tertentu. Ciri – ciri dari stratifikasi
sosial adalah perbedaan kemampuan, gaya hidup, hak dan perolehan sumber daya.
Selain stratifikasi sosial, ada juga jenis pengelompokan lainnya seperti diferensiasi
38
sosial. Diferensiasi membedakan kelompok-kelompok dalam masyarakat menurut
ciri-ciri biologis antar manusia atau atas dasar agama, jenis kelamin, dan profesi. Dan
dari pengelompokan-pengelompokan itulah, sering terjadi perselisihan dan
pertengkaran karena tidak saling menghormati dan memaklumi satu dengan yang
lainnya.
Menurut Sri Sunarti dan Suhardi dalam buku Sosiologi 2, konflik adalah
bagian dari interaksi sosial yang bersifat disasosiatif. Konflik atau pertentangan
diartikan sebagai suatu bentuk interaksi yang ditandai oleh keadaan saling
mengancam, menghancurkan, melukai, dan melenyapkan diantara pihak-pihak yang
terlibat. Sesuai kenyataan, konflik tidak dapat dilepaskan dari dinamika masyarakat.
Menurut teori konflik, masyarakat memang bersifat pluralistik dan didalamnya
terjadi ketidakseimbangan distribusi kekuasaan (authority), artinya dalamnya dalam
suatu masyarakat semamtiasa terdapat kelompok-kelompok sosial yang saling
bersaing dan berebut pengaruh. Konflik dalam masyarakat juga beragam sebagai
contoh konflik individual (perselisihan antara 2 orang), konflik antarkelas atau
antargolongan sosial, konflik rasial, konflik politik, konflik internasional. Sedangkan
faktor penyebab konflik adalah faktor perbedaan pendirian dan keyakinan, faktor
perbedaan kebudayaan, faktor perbedaan kepentingan, faktor perubahan sosial.
Meskipun ada berbagai faktor penyebab konflik, ada pula faktor pendorong integrasi
sosial seperti pola hubungan simbiosis mutualisme, cross-cutting affiliations dan
cross-cutting loyalities (keanggotaan ganda dan loyalitas ganda), rasa saling
memiliki, konsensus.
Menurut R. Roosevelt Thomas Jr., presiden dari institur pengaturan
keragaman Amerika, keragaman atau perbedaan adalah berurusan dengan campuran
kolektif dari perbedaan dan persamaan sepanjang dimensi dan meluas sampai batas
usia, latar belakang pribadi dan perusahaan, edukasi, fungsi, serta sifat.
Mengelola keragaman adalah sebuah filosofi tentang bagaimana perbedaan
antara individu dan organisasi dapat dirangkul bukannya takut, mendorong daripada
mendiamkannya.
Berbagai halangan dalam menerima keragaman adalah
-
prasangka
-
sukuisme
-
stereotip
39
-
menyalahkan korban
-
diskriminasi
-
gangguan
-
perbedaan gender
-
reaksi/balasan
Dimensi sosial dari keragaman adalah
-
Agama
-
Kultur/budaya
-
Jenis kelamin
-
Ideologi
-
Ras
-
Etnis
2.2.4 Teori Story Development – Pixar
Dalam pembuatan cerita, penulis menggunakan teori story development yang
penulis pelajari dari Pixar Masterclass bersama Matthew Luhn pada tanggal 10
Februari 2014.
Singkatnya, proses pembentukan cerita dari teknik yang diajarkan dari Pixar
Masterclass adalah pembentukan cerita dari premis > controlling idea > element of
story. Serta tidak boleh melupakan character arcs (jika dalam short setidaknya ada
“lesson learn dan payoff” dari karakter utama).
Penerapan dalam cerita yang dibuat penulis:
Premis
: 2 layang-layang yang berkepribadian berbeda.
Controlling idea
: Di dunia awan ada 2 Layang-layang yang berkepribadian
berbeda, bertetangga dan sering bertengkar yang akhirnya
harus bersana karena “terikat” satu sama lain dan dalam
perjalanan mencari ahli pelepas simpul, mereka akhirnya
belajar menjadi sahabat.
Element of story
-
Exposition
:
40
Disebuah dunia awan, hiduplah 2 utas layang-layang yang bernama Kagha
dan Ti. Mereka berdua merupakan tetangga sekaligus musuh kebuyutan karena
memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Ti memiliki kepintaran karena sering
menghabiskan waktu dengan membaca buku namun malas melakukan aktivitas fisik.
Sebaliknya Kagha sangat malas membaca buku namun suka berpetualang kesana
kemari.
-
Inciting incident
Suatu hari, ketika mereka berada disebuah taman dan melakukan aktivitas
masing-masing, tiba-tiba muncul hujan batu. Para layang-layang ketakutan dan
mencari tempat berteduh. Kagha dan Ti yang berada tak jauh satu sama lain pun
segera terbang menuju tempat peristirahatan terdekat. Ketika berusaha berpegangan
pada tempat peristirahatan agar tidak terseret angin, tali mereka saling melilit dan
terikat.
-
Progressive complication
Ketika angin reda, mereka sadar bahwa mereka tidak bisa berpisah karena
“terikat”. Mereka menyalahkan satu sama lain dan mendengar nasehat dari seutas
layang-layang yang lebih tua untuk mencari ahli pelepas simpul.
-
Crisis & climax
Ditengah perjalanan menuju tempat ahli pelepas simpul tersebut, secara tak
terduga jatuh sebuah batu secara tiba-tiba, Ti yang sudah kecapaian karena jarang
bepergian jauh tidak memperhatikan batu yang jatuh kearahnya. Kagha yang
menyadari hal tersebut terpaksa menyelamatkan Ti dan menyebabkan Kagha terluka.
Ti pun mencoba menyembuhkan luka dan memapah Kagha.
-
Resolution
Sampai akhirnya mereka sampai ketempat ahli pelepas simpul yang ternyata
sudah pindah dan mereka pun sadar mereka telah menjadi sahabat yang baik.
2.2.5 The Invisible Art
Menurut Scott McCloud dalam buku “The Invisible Art”, “Icon” adalah sesuatu
yang menggantikan seseorang, tempat ataupun ide. Dengan gambar-gambar icon
inilah kita membuat simbol yang merepresentasikan konsep, ide dan filosofi. Dan
manusia akan lebih mudah merespon sebuah kartun daripada sebuah gambar yang
41
realistis. Karena dengan simplifikasi tersebut, kartun dapat mengamplifikasi maksud
dimana gambar realistis tidak dapat mencapainya. Kita sebagai manusia selalu
melihat dunia dengan bentuk kita. Manusia juga lebih mudah memasuki dan menjadi
1 dengan dunia kartun daripada dunia dengan gambar yang realistik. Alasan
utamanya karena ada beberapa faktor dari masa anak-anak kita dengan kartun
melalui beberapa faktor seperti identifikasi universal, simpel dan fitur-fitur anakanak yang juga memainkan peran tertentu. Style kartun seperti ”Vacuum” yang
menghisap identitas, dan kewaspadaan. Sebuah cangkang yang kosong dimana kita
bisa bertualang ke alam lainnya.
Gambar 2.54 Style area of exploration
(Sumber: The Invisible Art – Scott McCloud)
Lingkaran merah adalah area eksplorasi style karakter. Penulis akan lebih
menekankan pada eksplorasi ide dan seni yang lebih mengarah pada bagian kanan
dan atas pada area segitiga tersebut.
42
2.2.6 Psikologi melankolis-koleris dan sanguinis-koleris
Menurut Florence Littauer (1996) dalam bukunya yang berjudul Personality
Plus, mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai sifat yang unik dan berbeda satu
sama lain. Dan salah satu cara mengelompokkan sifat-sifat itu adalah membaginya
menjadi 4 kelompok besar yaitu sanguinis, melankolis, koleris dan plegmatis. Tidak
semua orang memiliki 1 kelompok murni. Biasanya mereka memiliki beberapa
kelompok sifat namun biasanya hanya 1 atau 2 kelompok yang dominan. Penulis
akan lebih menekankan pada kelompok sifat sanguinis-koleris dan melankoliskoleris karena itu merupakan sifat dari kedua karakter utama.
Sanguinis dan koleris : ekstrovert dan memiliki 2 orientasi. Di sisi positif,
paling berani, bersemangat, energik, dan taktis. Tapi di sisi negatif, yang paling
impulsif dan emosional, dan dapat menyebabkan drama terjadi. Berkisar dari lelaki
sejati, sampai darah ksatria jika dilihat dari sisi yang negatif, dan hampir selalu
sangat egois. Di sisi baik karakter dengan kombinasi ini cenderung berdarah panas,
dengan beberapa kecenderungan menjadi seorang pahlawan namun bodoh.
Melankolis dan koleris : ambiverted dan berorientasi pada tugas. Kombinasi
temperamen sangat kalkulatif dan bersikeras pada hal-hal yang sejalan dengan
hukum yang baik. Baik dalam mengajar dengan otoritas dan mencegah pengaruh
buruk atau rintangan terhadap proyek yang ada di tangannya. Di sisi lain, cukup
rentan terhadap keserakahan, kerakusan, kemunafikan, manipulasi, dan menghakimi,
sikap sok suci. Bisa menjadi “mood-swinger” dan tersangka dan/atau membenci
simpati dari orang lain. Memiliki kecenderungan kurang memaafkan orang lain dan
memiliki sifat yang keras dalam menyalahkan orang lain. Sering menjadi orang
pintar dalam hal akal sehat dan kelicikan, juga dapat menjadi genius yang tak
tertahankan. Kombinasi temperamen ini paling rentan untuk menjadi “grumpy bear”,
“tsundere”, pengacara, versi pemimpin tanpa henti seperti orang yang “freak”
kerapian. Jika menjadi penjahat yang ekstrim contohnya seperti ”straw hypocrite”
dan “the caligula”. Untuk segi pahlawan, selalu menjadi orang yang bekerja
sendirian.
43
2.2.7 Psikologi Warna
Dalam buku “The Complete Color Harmony” oleh Bride M. Whelan,
psikologi karakter dari warna:
1. Merah
Mendambakan kegembiraan dan menyukai hidup pada momen kini. Bergairah
terhadap kehidupan.
2. Kuning
Senang, suka bermain, spontan dan optimis. Memiliki rasa ingin tahu yang
besar.
3. Oranye
Dinamis, suka berteman dan menyenangkan. Semarak dan menyukai keramaian.
4. Biru
Tenang dan teratur. Serius dan konservatif
5. Abu-abu
Lebih menyukai menonton daripada berpartisipasi
6. Ungu
Negotiator, suka menyenangkan orang lain, tidak curhat dengan mudah dengan
orang lain dan menyukai misteri.
44
Mood warna:
-
Imaginatif & magis
Gambar 2.55 Imaginatif & Magis
(Sumber: The Complete Color Harmony – Bride M. Whelan)
45
-
Earthy/natural
Gambar 2.56 Earthy
(Sumber: The Complete Color Harmony – Bride M. Whelan)
46
-
Damai & tenang
Gambar 2.57 Damai & Tenang
(Sumber: The Complete Color Harmony – Bride M. Whelan)
47
-
Friendly
Gambar 2.58 Friendly
(Sumber: The Complete Color Harmony – Bride M. Whelan)
48
Psikologi warna
-
Merah
Senang, cepat, kekuatan, bahaya, hangat dan gairah
-
Kuning
Bahagia, cerah, optimis, spontan
Kebijaksanaan, kepintaran dan imajinasi (cahaya)
-
Oranye
Stimulus, energy, bersahabat, ramah, ceria, petualang
Warning signal, perhatian, mudah berinteraksi dengan mata, warna gugur, hangat,
eksotis, menggugah selera.
Kreatif, antusias, menyenangkan, namun tidak bertanggung jawab (warna
berpakaian)
-
Hijau
Pale Green
: Relaksasi dan tenang, nyaman di mata
Vibrant Green
: musim semi, alam, kehidupan, energi muda
Darker Green
: stabil, pertumbuhan, status ekonomi tinggi dan sukses
Simbol dunia akan rasa aman, hijau juga berarti terus melaju
Baik hati, dapat diandalkan dan murah hati (warna berpakaian)
-
Biru
Secara umum paling disukai orang dan warna favorit laki-laki.
Positif, memajukan dan damai
-
Ungu
Royal Purple
: memancarkan kelas, kekuatan, gairah, sensualitas dan
kemewahan
Deep Plum
: spiritual dan misterius, dengan serius, kualitas bermartabat
Lavenders & violet
: manis, romantic dan nostalgia
Umumnya warna favorit wanita adalah cite purple
-
Pink
Warna yang paling pasif
Feminim, pengasuhan, menenangkan dan kasih sayang.
Pink dengan konsentrasi merah yang lebih banyak menunjukan energik,
menyenangkan dan trendi
49
-
Coklat
Hangat, warna yang menenangkan sering diasosiasikan dengan tanah, pohon, dan
rumah.
Umum, bisa didekati, diandalkan dan tulus (warna pakaian)
Maskulin, kualitas kasar yang sangat menarik bagi laki-laki
-
Abu-abu
Tidak terlibat, formal, bermartabat, otoritas konservatif
Terpencil, serius dan suram (ketika dipakai sebagai warna tunggal)
Sering diasosiasi dengan kebijaksanaan, dewasa, terlihat berduit
Metallic Gray : ilmiah, teknologi yang mutakhir, kecepatan dan kompetensi
2.3 Analisa
-
Analisa animasi pendek
Alasan utama pemilihan membuat sebuah film animasi pendek ini adalah
sebagai portfolio penulis, kesempatan bereksperimen dan menunjukkan seberapa
banyak yang penulis pelajari di bangku kuliah. Dan penulis lebih mengarahkan
animasi pendek ini kearah animasi pendek pilihan penonton dibanding pilihan juri.
Karena biasanya film animasi pendek yang difavoritkan juri memiliki teknik
produksi yang kompleks dan tidak biasa. Sedangkan penulis memiliki kemampuan
teknis yang terbatas. Sehingga penulis lebih mengarah untuk membuat karya yang
simpel, karakter yang lucu, visual yang menarik, imajinatif dan dekat dengan
penonton. Selain itu, film pendek yang lebih mengarah ke unsur komunikatif dan
menghibur mempunyai target penonton yang luas serta disukai oleh penonton pada
umumnya. Dan tujuan utama dari penulis membuat film animasi pendek ini adalah
untuk menginspirasi dan menghibur penonton (dan lebih menekankan ke jumlah
penonton yang sebanyak-banyaknya) serta memberikan pesan moral. Oleh karena
itu, penulis mencoba bereksplorasi ke area film animasi pendek yang disukai
penonton.
-
Analisa layang-layang
Dari 30 layang-layang Indonesia yang penulis kumpulkan datanya, penulis
melakukan riset dan wawancara untuk mendapatkan bentuk layang-layang yang
paling mewakili personality dari karakter utama dalam cerita.
50
-
Analisa awan
Jenis awan yang penulis gunakan dalam mendesain konsep environment
adalah awan kumulus. Karena awan kumulus mempunyai kepadatan dan ukuran
yang paling cocok dengan konsep environment yang penulis ingin visualisasikan.
-
Analisa prinsip animasi
Penerapan dalam karya TA, penulis akan berusaha menggunakan 12 prinsip
dalam proses menganimasikan karakter dan props lainnya. Tetapi, karena timeline
produksi yang sangat pendek, penulis akan lebih memfokuskan pada prinsip-prinsip
animasi yang lebih primer/penting menurut penulis yaitu timing & spacing, slow in
& slow out, anticipation dan arcs.
-
Analisa semiotika
Penerapan dalam karya TA, penulis menggunakan semiotika dalam proses
pembuatan konsep dan cerita. Penulis melihat dan menganalisa bahwa di film-film
pendek animasi yang menang dalam penghargaan Oscar, banyak film pendek
animasi yang menang/masuk nominasi selalu menggunakan semiotika (suatu simbol
yang didefinisikan sebagai objek lain) dalam pembuatan karakter, warna dan properti
dalam ceritanya. Sebagai contoh, The Fantastic Flying Books of Mr. Morris
Lessmore – Moonbot Studios yang merupakan pemenang Oscar pada tahun 2011.
Dalam film tersebut mereka menggunakan banyak sekali simbol, contohnya ketika
warna monokrom (hitam putih) yang merupakan simbol kemurungan tanpa inspirasi,
sesuatu yang tidak hidup sedangkan warna warni yang menandakan suatu kehidupan
dan inspirasi. Buku terbang dan berkaki yang berarti buku tersebut memiliki jiwa dan
hidup. Ekspresi dalam buku yang ditunjukkan dalam gambar. Buku hidup jika dibaca
(dalam scene buku yang sekarat dan akhirnya hidup ketika dibaca karakter utama).
Buku memakan cereal yang berbentuk huruf. Sampul buku yang berarti baju bagi
buku. Buku tua yang sobek/lepas yang menandakan buku tersebut sekarat/sakit.
Buku yang menuntun ibu tua yang mengartikan buku sebagai penuntun dalam hidup.
Masih banyak simbol dan perumpamaan yang tersirat dalam film tersebut. Hal
tersebutlah yang membuat film tersebut sangat berbobot dan berkualitas (konsepnya
sangatlah kuat).
Dalam film ini, mereka juga banyak menggunakan hal-hal imajinatif yang
hampir mustahil terjadi di dunia nyata. Menurut penulis, ini merupakan ciri khas dari
film-film animasi (membuat sesuatu yang mustahil dan imajinatif). Misalnya tulisan
51
dalam buku yang ikut terbang ketika tertiup angin, berlari diatas sebuah rumah yang
berputar-putar ditengah badai, buku terbang dan yang lainnya. Hal-hal inilah yang
membuat film animasi pendek ini sangat menarik menurut penulis.
Dalam konsep TA, penulis menggunakan Kagha dan Ti sebagai
perumpamaan sebagai audiens dan orang lain yang memiliki perbedaan. Simpul
sebagai pertemuan dan ikatan dengan orang lain. Hujan asteroid sebagai kejadiankejadian tak terduga dan rintangan dalam hidup. Dunia awan sebagai dunia.
-
Analisa warna
Warna yang akan penulis gunakan untuk warna karakter adalah warna yang
dekat dengan oranye untuk Kagha dan warna yang dekat dengan biru untuk Ti.
Dikarenakan oleh personality dari karakter tersebut dan psikologi warna yang dipilih.
2.3.1 Faktor pendukung
-
Film animasi dengan karakter layang-layang sangat cocok untuk memberikan
pesan kepada penonton tanpa terkesan menggurui penonton.
-
Perkembangan teknologi yang memudahkan penulis dalam proses produksi film.
-
Pembuatan karakter dan properti dengan bentuk yang simpel memudahkan
proses produksi film.
-
Film pendek animasi tanpa menggunakan bahasa negara sehingga lebih
universal.
2.3.2 Faktor penghambat
-
Semua proses produksi film yang harus dikerjakan sendiri dalam waktu yang
terbatas.
-
Film pendek yang tanpa dialog membuat proses menyampaikan pesan menjadi
lebih sulit.
52
Download