lakip - Komisi Informasi

advertisement
KOMISI INFORMASI PUSAT
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)
KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2015
BANDUNG, 28 – 30 JANUARI 2016
Komisi Informasi Pusat RI
Sekretariat : Gedung Graha PPI Lantai 5
Jl. Abdul Muis No. 8, Jakarta Pusat
Tlp. 021-34830741 Fax. 021-34830757
[email protected]
www.komisiinformasi.go.id
Komisi Informasi Pusat RI
Sekretariat : Gedung Wisma ITC Lantai 5
Jl. Abdul Muis No. 8, Jakarta Pusat
Tlp. 021-34830741 Fax. 021-34830757
[email protected]
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
K ATA PENG ANTAR
Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Tuhan YME, atas rahmat dan ridhoNYA,
penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Komisi Informasi Pusat Tahun
Anggaran 2015 ini dapat diselesaikan.
LAKIP Komisi Informasi Pusat ini merupakan perwujudan dan pertanggungjawaban atas
kinerja pencapaian tugas, fungsi, tujuan, dan sasaran Komisi Informasi Pusat Tahun Anggaran
2015. LAKIP ini merupakan media untuk menginformasikan segala pertanggungjawaban
upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka pencapaian target kinerja yang telah
ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja. Kinerja diukur berdasarkan penilaian indikator
kinerja yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian sasaran strategis sebagaimana
telah ditetapkan dalam Renstra dan dilaksanakan dalam bentuk Penetapan Kinerja.
Dengan demikian LAKIP ini memiliki beberapa fungsi, yaitu: sebagai alat penilaian capaian
kinerja secara kuantitatif; sebagai wujud transparansi serta pertanggungjawaban kepada
masyarakat; sebagai alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja setiap unsur organisasi
di lingkungan Komisi Informasi Pusat.
Berdasarkan analisis dan evaluasi LAKIP diharapkan semoga laporan ini bermanfaat dan
digunakan sebagai bahan peningkatan dan perbaikan kinerja seluruh jajaran pejabat dan staf
pelaksana di lingkungan Komisi Informasi Pusat, seperti: optimalisasi peran kelembagaan dan
peningkatan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja.
Jakarta,
Februari 2016
Sekretaris Komisi Informasi Pusat
ttd
Drs. Bambang Hardi Winata, MM
1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Komisi Informasi Pusat
ini menyajikan
berbagai keberhasilan atau capaian strategis Komisi Informasi Pusat selama tahun 2014 dan
beberapa hal yang perlu perbaikan. Berbagai capaian strategis tersebut tercermin dalam
capaian indikator kinerja kegiatan (IKK) maupun analisis kinerja berdasarkan tujuan dan
sasaran yang didasarkan pada target kinerja yang telah ditetapkan pada RPJMN 2015-2019,
Renstra Kemenkominfo 2015-2019, RKP, dan Penetapan Kinerja.
Capaian kinerja (performance result) tahun 2015 tersebut dibandingkan dengan penetapan
kinerja (performance agreement) tahun 2015 sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan
organisasi. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kerja ini akan dapat memungkinkan
diidentifikasinya sejumlah celah kinerja (performance gap) untuk perbaikan kinerja dimasa
yang akan datang.
Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja pada level
sasaran dan realisasi. Pengukuran dengan menggunakan indikator kinerja pada level sasaran
digunakan untuk menunjukan secara langsung kaitan antara sasaran dengan indikator
kinerjanya, sehingga salah satu keberhasilan sasaran berdasarkan rencana kinerja tahunan
yang ditetapkan dapat dilihat dengan jelas. Selain itu, untuk dapat memberikan penilaian yang
lebih independen melalui indikator outcome atau minimal output dari kegiatan yang terkait
langsung dengan sasaran yang diinginkan.
Berdsasarkan hasil pengukuran tingkat pencapaian sasaran, Komisi Informasi Pusat Tahun
2015 memiliki sebanyak 2 (dua) sasaran dengan 8 (indikator) indikator. Realisasi target
kinerja menunjukan bahwa hasil pencapaian seluruh sasaran program KIP pada Tahun 2015
tidak mencapai target yang ditetapkan, bahkan
kurang baik atau menurun. Diharapkan
capaian kinerja pada tahun mendatang dapat lebih ditingkatkan dan harus diupayakan
seoptimal mungkin pencapaiannya.
2
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
2
DAFTAR ISI
3
I. PENDAHULUAN
4
A. Latar Belakang
4
B. Tugas dan Wewenang KI Pusat
6
C. Struktur Organisasi KI Pusat
7
II. PERENCANAAN KINERJA
10
A. Rencana Strategis (Renstra) 2015 – 2019
10
B. Penetapan Kinerja Tahun 2015
13
C. Realisasi Anggaran
17
III. AKUNTABILITAS KINERJA
18
A. Bidang PSI
18
B. Bidang ASE
23
C. Bidang Kelembagaan
31
D. Bidang Sekretariat
47
IV. PENUTUP
51
A. Kesimpulan
51
B. Langkah Tindak Lanjut
51
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Perjanjian Kinerja
2. Pengukuran Kinerja
3. Realisasi Anggaran Tahun 2015
3
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komisi Informasi Pusat (KI Pusat) dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14
tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). KI Pusat merupakan
lembaga mandiri berfungsi menjalankan UU KIP dan peraturan pelaksanaannya,
menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan
sengketa informasi publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi Nonlitigasi.
Komisi Informasi Pusat terbentuk pada tahun 2009, melalui Keputusan Presiden
Nomor 48/P tentang Pengangkatan Anggota KI Pusat Periode 2009 – 2013, dan
Periode 2013 – 2017 kedua ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 85/P.
Anggota KI Pusat dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia melalui
uji kepatuhan dan kelayakan yang selanjutnya diangkat oleh Presiden Republik
Indonesia.
Dukungan administrasi, keuangan, dan tata kelola Komisi Informasi Pusat
dilaksanakan oleh Pemerintah yang tugas dan fungsinya di bidang komunikasi dan
informatika dalam hal ini adalah Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia. Kelembagaan Sekretariat KI Pusat diatur berdasarkan Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika Nomor 11/PERM/M.KOMINFO/03/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Komisi Informasi Pusat (Permen Kominfo
No.11 Tahun 2011).
Berdasarkan UU KIP juncto Permen Kominfo No. 11 Tahun 2011, Sekretariat KI
Pusat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang secara operasional (tata kelola)
bertanggungjawab kepada Ketua Komisi Informasi Pusat dan secara administratif
bertanggungjawab kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan
Informatika.
4
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Pelaksanaan program dan kegiatan KI Pusat dibiayai oleh Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) dan berkewajiban untuk menerapkan prinsip good
governance
dalam
mengelola
sumber
daya
organisasi
dan
melaksanakan
kewenangannya. Lima pilar good governance yaitu akuntabilitas, keterbukaan dan
transparansi,
ketaatan
pada
hukum,
partisipasi
masyarakat,
dan
komitmen
mendahulukan kepentingan bangsa dan negara.
Akuntabilitas
yang
dipandang
sebagai
bentuk
kewajiban
untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan
dalam mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target Kinerja dengan
menggunakan kriteria spesifik (specific), dapat terukur (measurable), dapat dicapai
(attainable), berjangka waktu tertentu (time bound), dan dapat dipantau dan
dikumpulkan (trackable).
Hasil evaluasi tersebut kemudian dituangkan dalam dokumen Laporan Akuntabilitas
Kinerja (LAKIP) Komisi Informasi Pusat yang disusun setiap tahun sebagai bentuk
kewajiban Komisi Informasi Pusat dalam mempertanggungjawabkan tujuan dan
sasaran serta rencana kinerja yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Tahun
2015-2019, Rencana Kinerja Tahun 2015, dan Penetapan Kinerja Tahun 2015.
LAKIP yang tersusun ini sebagai bentuk akuntabilitas dan laporan capaian atas kinerja
yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun
2015-2019 yang disebutkan bahwa sasaran strategis Sekretariat Komisi Informasi
Pusat adalah Tersedianya Dukungan Teknis dan Manajemen dalam rangka
Kelancaran Pelaksanaan Tugas Komisi Informasi Pusat dan Terlaksananya
Ketentuan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Pusat.
Sejalan dengan itu, LAKIP ini memberikan penjelasan mengenai pencapaian kinerja
KIP selama Tahun Anggaran 2015. Capaian kinerja (performance results) di Tahun
2015 diperbandingkan dengan Perjanjian Kinerja (performance agreement) Tahun
2015 sebagai tolak ukur dan gambaran tingkat keberhasilan pencapaian kinerja KIP
selama 1 tahun. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana target kinerja
5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
digunakan sebagai ukuran yang memberikan hasil guna perbaikan dan peningkatan
kinerja.
Terdapat beberapa permasalahan utama (strategic issues) dalam mengawal
pelaksanaan keterbukaan informasi publik di Indonesia. Yaitu, belum terbentuknya
Komisi Informasi di 34 provinsi. Permasalahan ini dinilai sebagai ukuran belum
meratanya
transparansi,
sehingga
pembentukan
Komisi
Informasi
Provinsi
dimasukkan sebagai rencana strategis yang harus dicapai di tahun 2015. Selain itu,
monitoring dan evaluasi pelaksanaan keterbukaan informasi publik di Badan Publik
juga harus dilakukan dengan melihat pembentukan PPID di seluruh Badan Publik.
Dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja dapat diketahui penyebab tinggi atau rendahnya
capaian dari indikator-indikator kinerja yang ada, sehingga Laporan Akuntabilitas
Kinerja ini dapat menjadi parameter dalam meningkatkan dan memperbaiki kinerja
Komisi Informasi Pusat di masa mendatang.
B. Tugas dan Wewenang Komisi Informasi Pusat
1. Tugas
a. Menetapkan prosedur pelaksanaan penyelesaian sengketa melalui Mediasi dan/atau
Ajudikasi nonlitigasi;
b. Menerima, memeriksa, dan memutus Sengketa Informasi Publik di daerah selama
Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota belum
terbentuk; dan
c. Memberikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya berdasarkan UU KIP kepada
Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia setahun sekali atau
sewaktu-waktu jika diminta.
6
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
2. Wewenang
a. Memanggil dan/atau mempertemukan para pihak yang bersengketa;
b. Meminta catatan atau bahan yang relevan yang dimiliki oleh Badan Publik terkait
untuk mengambil keputusan dalam upaya menyelesaikan Sengketa Informasi
Publik;
c. Meminta keterangan atau menghadirkan pejabat Badan Publik ataupun pihak yang
terkait sebagai saksi dalam penyelesaian Sengketa Informasi Publik;
d. Mengambil sumpah setiap saksi yang didengar keterangannya dalam Ajudikasi
nonlitigasi penyelesaian Sengketa Informasi Publik; dan
e. Membuat kode etik yang diumumkan kepada publik sehingga masyarakat dapat
menilai kinerja Komisi Informasi.
C. Struktur Organisasi Komisi Informasi Pusat
Struktur Organisasi Komisi Informasi Pusat, terdiri dari Komisioner Komisi Informasi
Pusat, Sekretaris Komisi Informasi Pusat dan terdiri dari bagian yaitu (1) Bagian
Perencanaan, (2) Bagian Administrasi Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa, dan (3)
Bagian Umum. Berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 3 Permen Kominfo No.11 Tahun 2011.
Tugas dan fungsi Sekretariat KI Pusat dalam memberikan dukungan kepada KI Pusat,
sebagai berikut:
1. Menyiapkan bahan penyusunan perencanaan program;
2. Penyediaan dukungan penyediaan dukungan administrasi pelayanan pengaduan dan
penyelesaian sengketa informasi publik;
3. pelaksanaan
tugas
ketatausahaan,
kepegawaian,
keuangan,
perlengkapan
kerumahtanggaan; dan
4. penyiapan bahan dokumentasi dan kepustakaan.
7
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Sumber Daya Manusia (SDM) di Komisi Informasi Pusat terdiri dari Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan Pegawai Non Pegawai Negeri Sipil (Non PNS) sebanyak 60 Pegawai
termasuk dari 7 (tujuh) Anggota Komisi Informasi Pusat.
Adapun jumlah PNS sebanyak 18 dengan rincian eselonisasi sebagaimana pada tabel
di bawah ini:
8
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Adapun Non PNS sebanyak 42 orang terdiri dari jabatan-jabatan yaitu Tenaga Ahli,
Asisten Ahli, Pengelola Data, Sekretaris, Staf Administrasi, Pengemudi, Satpam dan
Pramubakti dengan rincian jumlah sebagaimana pada tabel di bawah:
9
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A.
Rencana Strategis (Renstra) 2015 - 2019
Sesuai dengan Renstra Kementerian Komunikasi dan Informatika, telah ditetapkan
tujuan lima tahun kedepan dari tahun 2015 – 2019 serta menggambarkan arah strategi
organisasi, perbaikan-perbaikan yang ingin diciptakan sesuai dengan tugas dan fungsi,
serta meletakkan kerangka prioritas untuk memfokuskan program dan kegiatan yang
akan dilaksanakan.
Sesuai dokumen Renstra Kementerian Komunikasi dan Informatika
2015 – 2019,
tujuan atau sasaran strategis Komisi Informasi Pusat Tahun 2015 – 2019 adalah
Tersedianya Dukungan Teknis dan Manajemen dalam rangka Kelancaran Tugas Komisi
Informasi Pusat, seperti dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Sasaran
Indikator
Tersedianya
Persentase
Dukungan
(%) Layanan
Teknis dan
Administrasi
Manajemen
dan
dalam Rangka
Dukungan
Kelancaran
Teknis
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Tugas Komisi
Tugas dan
Informasi Pusat
Fungsi
Target
2015
2016
2017
2018
2019
100%
100%
100%
100%
100%
55%
60%
65%
65%
65%
Keterangan
Komisi
Informasi
Terlaksananya
Presentase
Ketentuan
(%)
Undang-Undang
Penyelesaian
No. 14 Tahun
Sengketa
2008 tentang
Informasi
10
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Keterbukaan
Publik
Informasi Publik
(KIP)
Persentase
60%
65%
70%
75%
80%
80%
100%
-
-
-
(%) Badan
Publik yang
melaksanaka
n Ketentuan
Keterbukaan
Informasi
Publik
Persentase
(%) Fasilitasi
Pembentukan
Komisi
Informasi
Provinsi
Berdasarkan tujuan atau sasaran strategis tersebut, Komisi Informasi Pusat dapat secara
tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi 1 s.d. 5 tahun kedepan
dengan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Lebih dari itu
perumusan tujuan atau sasaran juga memungkinkan Komisi Informasi Pusat untuk
mengukur sejauh mana visi dan misi organisasi.
Adapun Renstra Komisi Informasi Pusat Tahun 2015 berdasarkan Renstra 2015 – 2019
adalah sebagai berikut :
Tahun
2015
Misi
Indikator Capaian
Memperkuat kelembagaan menuju komisi Selesainya amandemen UU KIP
informasi yang mandiri dan kredibel
yang antara lain pada Pasal 29
berisi bahwa KIP didukung bukan
lagi
oleh
Sekretariat
Jenderal
(Kesekjenan).
11
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Memiliki kantor yang memadai
dan mendukung profesionalitas
kerja.
Semua program sudah mengacu
pada substansi dari visi dan misi.
Ditandatanganinya MoU dengan
lembaga lain terkait UU KIP
minimal dengan dua lembaga.
Adanya publkasi yang rutin dan
berkualitas antara lain dua buku,
tiga jurnal, dan enam newsletter.
Meningkatnya persentase Badan
Publik yang mentaati peraturan
terkait keterbukaan informasi.
Memiliki
pengganti
tiga
orang
yang
panitera
memiliki
kualifikasi terkait tugasnya.
Terinternalisasinya
value/corporate culture khas KI.
Mentaati
penanganan
sengketa
dan PSI terselesaikan 85% dari total
penegakan hukum terhadap pelanggaran hak register.
atas informasi
Tersusun tiga regulasi hukum
acara PSI.
Tersusun KI Prudensi.
12
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Permutakhiran pendokumentasian
arsip PSI.
Mengarusutamakan keterbukaan informasi Tersusun
dan
terdiseminasinya
dalam setiap kebijakan penyelenggaraan dua telaah dan pendapat hukum
negara
terhadap
berbagai
kebijakan
negara.
Berpartisipasi
dalam
proses
penyusunan tiga kebijakan negara
(undang-undang).
Memastikan dan memfasilitasi pemenuhan Adanya
hak masyarakat terhadap informasi publik
Badan
laporan
Publik
tahunan
Negara
dari
terkait
keterbukaan informasi publik.
Mengupayakan 70% Badan Publik
negara sudah menunjuk PPID dan
memiliki standar layanan.
Terbentuknya jaringan masyarakat
peduli keterbukaan informasi di
20 provinsi.
Berperan aktif dalam kegiatan internasional Terlibat
dalam
satu
kegiatan
untuk memperkuat pelaksanaan keterbukaan terkait keterbukaan informasi yang
informasi.
bersifat internasional .
Tergabung
dalam
keanggotaan
dua organisasi atau asosiasi.
B. Penetapan Kinerja Tahun 2015
Penetapan Kinerja merupakan suatu bentuk kesepakatan kinerja yang harus diwujudkan
oleh pimpinan unit kerja atau penerima amanah sebagai janji atau tanggung jawab kepada
atasannya yang harus dicapai dalam suatu waktu tertentu. Dokumen Perjanjian Kinerja
ditandatangani oleh pembuat janji (pimpinan/penerima amanah) dan pimpinannya.
13
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Dokumen Perjanjian Kinerja nantinya akan dimanfaatkan oleh setiap pimpinan disusun
setelah ada kejelasan mengenai alokasi anggaran.
Adapun Kinerja secara ringkas dapat dijelaskan sebagai gambaran mengenai tingkat
pencapaian sasaran ataupun tujuan berbasis kinerja, yaitu hasil-hasil yang akan dicapai
oleh instansi pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya.
Dokumen Perjanjian Kinerja Komisi Informasi Pusat Tahun 2015 yang ditetapkan menjadi
acuan dan tolok ukur bagi pencapaian kinerja melalui sasaran-sasaran strategis, adapun
sasaran strategis indikator kinerja Komisi Informasi Pusat, sebagai berikut:
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015
KOMISI INFORMASI PUSAT
No
1.
Sasaran
Tersedianya
Teknis
dan
Dukungan
Manajemen
Indikator Kinerja
Target
Persentase (%) Layanan Administrasi
100%
dan Dukungan Teknis Pelaksanaan
dalam Rangka Kelancaran
Tugas dan Fungsi Komisi Informasi
Pelaksanaan Tugas Komisi
Pusat
Informasi (KI) Pusat
Jumlah
dokumen
perencanaan
2 dokumen
program dan anggaran yang tepat
sasaran dan tepat waktu
Jumlah laporan Monev dan Kinerja
6 dokumen
yang diselesaikan tepat waktu dan
sesuai peraturan perundang-undangan
Jumlah Laporan Keuangan (LK) yang
tepat
waktu
dan
sesuai
3 dokumen
Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP)
14
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Jumlah laporan Barang Milik Negara
4 dokumen
(BMN) yang dapat diselesaiakan tepat
waktu dan sesuai SIMAK BMN
Persentase (%) layanan administrasi
100 %
dan dukungan teknis permohonan
penyelesaian sengketa informasi
Persentase
(%)
penyelesaian
100 %
rekomendasi hasil audit internal dan
eksternal
2.
Terlaksananya
Ketentuan 1. Persentase
UU No. 14 Tahun 2008
tentang
(%)
Penyelesaian
55%
Sengketa Informasi Publik
Keterbukaan
Informasi Publik
2. Persentase (%) Badan Publik yang
Melaksanakan
60%
Ketentuan
Keterbukaan Informasi Publik
3. Persentase
Pembentukan
(%)
Fasilitasi
Komisi
Informasi
80%
Provinsi
Terdapat perbedaan dan penyesuaian antara IKK yang dicantumkan dalam PK dengan IKK
dalam Renstra. Perbedaan dan penyesuaian tersebut dapat dilihat dalam Tabel Indikator
Kinerja Tahun 2011-2015 di bawah ini. Namun dalam Bab Akuntabilitas Kinerja, indikator
kinerja yang akan diakuntabilitaskan realisasinya adalah indikator kinerja menurut dokumen
Penetapan Kinerja.
15
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
PERBEDAAN DAN PENYESUAIAN INDIKATOR KINERJA
KOMISI INFORMASI PUSAT TAHUN 2011-2015
TAHUN
INDIKATOR KINERJA
TARGET
(1)
(2)
(3)
1. Jumlah Kegiatan Pelaksanaan Program Pengembangan
2011
Peran Komisi Informasi Pusat
2. Persentase (%) Pengaduan Perselisihan Masalah Informasi
Publik yang Terselesaikan
3. Persentase (%) Lembaga Publik yang Melaksanakan Kode
Etik Keterbukaan Informasi Publik
2012
1.
Persentase (%) Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
2.
Persentase
(%)
Badan
Publik
yang
Melaksanakan
Ketentuan Keterbukaan Informasi Publik
3.
12 Paket
75%
75%
80%
80%
Jumlah Kegiatan Pelaksanaan Program Pengembangan
Peran dan Penguatan Kelembagaan Komisi Informasi
80%
Pusat
2013
1.
Persentase (%) Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
2.
Persentase (%) PPID yang Melaksanakan Keterbukaan
Informasi Publik
2014
85%
85%
1.
Persentase (%) Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
90%
2.
Persentase (%) PPID yang Melaksanakan Keterbukaan
90%
Informasi Publik
2015
1. Persentase (%) Layanan Administrasi dan Dukungan
100%
Teknis Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Komisi Informasi
Pusat
2. Persentase (%) Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
55%
16
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
3. Persentase (%) Badan Publik yang Melaksanakan
60%
Ketentuan Informasi Publik
4. Persentase (%) Fasilitasi Pembentukan Komisi Informasi
80%
Provinsi
C. Realisasi Anggaran
Realisasi Capaian Kinerja Anggaran Komisi Informasi Pusat mencapai 79,07% atau
mengalami penurunan sebesar 3,28% dibanding tahun 2014 yang mencapai 82,35%. Adapun
rincian Realisasi Anggaran per output adalah sebagai berikut:
No.
Uraian
Anggaran (%)
1
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik sesuai UU No. 14 Tahun
56,79
2008
2
Pelaksanaan Edukasi dan Advokasi Keterbukaan Informasi Publik
92,69
3
Penguatan Kelembagaan dan Pengembangan Jaringan Komisi
68,54
Informasi
4
Layanan Administrasi dan Dukungan Teknis Lainnya
89,64
5
Pembentukan Komisi Informasi Provinsi
81,92
6
Layanan Perkantoran
88,92
7
Perangkat Pengolah Data dan Informasi
45,33
8
Pengadaan Inventaris Kantor
38,79
17
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Bidang PSI
1. Capaian Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
Salah satu tugas dan fungsi dari Komisi Informasi adalah menerima, memeriksa, dan
memutus permohonan penyelesaian sengketa informasi publik melalui Mediasi dan
/atau Ajudikasi Non Litigasi yang diajukan oleh setiap pemohon informasi publik
berdasarkan pada Undang-Undang No 14 Tahun 2008 mengenai keterbukaan
informasi publik. Untuk dapat melihat kinerja Komisi Informasi dalam melaksanakan
tugasnya maka perlu dilakukan pengukuran kinerja. Hal tersebut dapat terlihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 1. Jumlah Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Tahun 2010-2015
JU MLA H PER MOHONA N PENY ELESA I AN
S EN GKETA I NF OR MA S I KI P
1354
419
323
377
76
TAH UN
2010
71
TA H U N
2011
TA H U N
2012
TAHUN
2013
TAHUN
2014
TAHUN
2015
18
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Tabel 1 menunjukan bahwa jumlah permohonan penyelesaian sengketa pada tahun 2015
berjumlah 71. Hal ini mengalami penurunan secara kuantitatif yang signifikan
dibandingkan dengan tahun 2014. Hal ini bukan menandakan mengalami penurunan
secara kualitas melainkan karena permohonan yang berjumlah 1209 permohonan
Penyelesaian Sengketa Informasi didominasi oleh pemohon tertentu yaitu Muhammad
Hidayat S. (MHS) dengan menggunakan nama pribadi pemohon selaku Warga negara
Indonesia dan menggunakan nama kelompok Mata Ummat, Perkumpulan Mata Umat,
Pergerakan Mata Umat, Sahabat Muslim, Sahabat Muslim Indonesia, dan Perkumpulan
Sahabat Muslim. Berdasarkan data yang ada, dari sisa 1354 permohonan penyelesaian
sengketa hanya 145 dari pemohon yang lain yang satu dan lainya tidak memiliki
hubungan dan memiliki kepentingan langsung dengan obyek permohoan informasi yang
dijadikan sengketa informasi publik.
Tabel 2. Jumlah Penyelesaian Sengketa Informasi Publik Tahun 2010 - 2015
19
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Pada tabel 2 menunjukan bahwa jumlah penyelesaian sengketa pada tahun 2015
menurun dari 123 menjadi 94. Hal ini disebabkan karenabanyaknya kegiatan lain di
luar persidangan yang masih berkaitan dalam hal implementasi Undang-Undang
Keterbukaan Informasi Publik.
Tabel 3. Pengukuran Capaian Indikator Kinerja Penyelesaian Sengketa
URAIAN
Jumlah Permohonan
- JumlahPenyelesaian
- Realisasi
- Target
- Tingkat Capaian
Kinerja
s/d 2011
s/d 2012
s/d 2013
s/d 2014
s/d 2015
495
237
47,88%
75%
63,84%
818
474
57,95%
80%
72,44%
1195
599
50,13%
85%
58,98%
2549
722
28,32%
90%
31,47%
2620
816
31,15%
55%
56,63%
Pada Tabel 3 di atas menunjukan bahwa capaian kinerja penyelesaian sengketa tahun
2015 mengalami kenaikan dari 31,47 pada tahun 2014 menjadi 56,63%. Hal
inidisebabkankarenarealisasi juga meningkatpadatahun 2015 ini yaitu 31,15%
daripadapadatahun 2014 sebesar 28,32%. Selainitu juga target RPJMN padatahun 2015
juga diturunkanmenjadi 55% berbedadengantahun 2014 sebesar 90%.
Dalam kinerja tahun 2013 sampai tahun 2015 terjadi fluktuasi dalam penyelesaian
sengketa karena pada tahun 2014 terdapat permohonan yang berjumlah 1209
permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi didominasi oleh pemohon tertentu yaitu
Muhammad Hidayat S. (MHS) dengan menggunakan nama pribadi pemohon selaku
Warga negara Indonesia dan menggunakan nama kelompok Mata Ummat, Perkumpulan
Mata Umat, Pergerakan Mata Umat, Sahabat Muslim, Sahabat Muslim Indonesia, dan
Perkumpulan Sahabat Muslim. Berdasarkan data yang ada, dari sisa 1354 permohonan
penyelesaian sengketa hanya 145 dari pemohon yang lain yang satu dan lainya tidak
memiliki hubungan dan memiliki kepentingan langsung dengan obyek permohoan
informasi yang dijadikan sengketa informasi publik.
2. Capaian Kegiatan Bidang PSI
Untuk menunjang keberhasilan Komisi Informasi Pusat dalam melakukan tugas dan
fungsinya, maka dilakukan beberapa kegiatan antara lain :
20
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
a. Penyusunan 3 Regulasi di Bidang Hukum Acara PSI
Sebagai amanat Perki 1 tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik Komsi Informasi diharuskan menetapkan regulasi turunan dari
regulasi tersebut, pada tahun 2015 Komisi Informasi Pusat telah menyusun 3 draf
final yang saat ini sudah semua kami selesaikan yaitu draf final Peraturan KI
tentang Pemeriksaan Setempat, Peraturan KI tentang Mediator pembantu, dan
Peraturan KI tentang persidangan Jarak Jauh. Sehingga untuk memaksimalkan atas
hasil tersebut maka pengesahan melalui mekanisme yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan untuk dapat diterapkan.
b. Penyusunan Modul PSI
Dalam menjalankan hukum acara di komisi informasi yang dijadikan rujukan
adalah Perki 1 tahun 2013 tentang prosedur penyelesaian sengketa informasi, dalam
membaca dan memahami Perki tersebut pihak yang terlibat dalam PSI yaitu
komsioner, paniteran panitera pengganti, para pihak atau pihak lainya terkadang
perlu penjelasan atau pemahaman yang cukup jeli sehingga memaknai bunyi PasalPasal dalam perki tersebut tidak setengah-setengah.
Modul ini disusun berdasarkan pengalaman KI Pusat dalam menyelesaian sengketa
informasi, sehingga kemasan dalam modul ini sangat teknis dan diuapayakan dapat
mudah dipahami oleh pembaca khusunya pihak-pihak yang terlibat dalam dalam
penyelesaian sengketa informasi. Bahwa modul ini adalah pertama kali diterbitkan
oleh KI Pusat, sehingga modul ini bisa dijadikan pegangan bagi semua pihak yang
terlibat dalam penyelesaian sengketa informasi.
Sehigga guna memudahkan dan menyeragamkan dalam menjalankan persidangan
Komisi Informasi telah berhasil menyusun 3 modul PSI, terdiri dari modul
kepaniteraan, mediasi, dan ajudikasi atas hal tersebut komisi informasi sudah
merealisasikan Modul PSI. Dengan modul diharapkan tidak terdapat perbedaan
penafsiran diantara Majelis Komisoner atas hukum acara KIP atapun jika ada dapat
diminimalisir.
c. Putusan Komisi Informasi Pusat Dalam Bingkai Hukum Progresif
Dalam membangun kesepahaman dan berbagai pengalaman sesama Komisi
Informasi dalam memutus permohonan maka Komisi Informasi menyusun buku
21
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
kompilasi putusan, khusunya putusan Majelis Komsioner KIP dalam pemeriksaan
awal dalam hal pemeriksaan legal standing para pihak. Putusan ini dapat dijadikan
rujukan/referensi
atau
bahan
pembelajaran
Majelis
Komisoner
KI
propinsi/kabupaten /kota dalam memutus hal yang serupa.
3.
Evaluasi Kinerja
a. Dari segi SDM, jumlah panitera pengganti di bidang Penyelesaian Sengketa
Informasi Publik hanya terdapat 4 orang. Adapun kegiatannya tidak hanya sebagai
Panitera Pengganti, namun juga sebagai penerima pendaftaran & permohonan
informasi, mengelola dokumen persidangan, dan melakukan kegiatan di bidang
PSI. Sehingga untuk menunjang kerja admintrasi penyelesaian sengketa maka KI
Pusat pada tahun 2015 menggas diadanya SIMSI yang direalisasikan tahun 2016.
b. Sistem Informasi Manajemen Sengketa Informasi (SIMSI), adalah aplikasi yang
memungkinkan KIP untuk mencatat, melacak dan memonitor sengketa informasi
publik secara terintegrasi. SIMSI merupakan aplikasi berbasis situs yang
dikembangkan untuk membantu Komisi Informasi Pusat maupun Komisi Informasi
Daerah (KID) dalam mencatat seluruh data yang terdaftar, melacak proses
sengketa, dan memberikan informasi rutin. Selain itu, SIMSI juga memungkinkan
masyarakat untuk mengadukan permohonan penyelesaian sengketa melalui
http://simsi.komisiinformasi.go.id.
c. Bahwa untuk menunjang kinerja panitera pengganti, Asisten Ahli dan Tenaga Ahli
dalam menyelesaian sengketa maka peningkatan kapasitas melauai pelatihan
mutlak adanya sehingga harapan masyarakat untuk layanan sengketa informasi
publik lebih baik dapat terwujud.
d. Dalam hal penyelesaian sengketa informasi di tahun 2015, hubungan antara
pemohon informasi dengan obyek permohonan informasi memiliki keterikatan
secara langsung sehingga pemohon informasi sangat membutuhkan.
e. Dengan semakin meningkatnya kemampuan majelis komisioner Komisi Informasi
Pusat dan KI Provinsi dalam menyelesaikan sengketa, maka penerapan hukum
acara perlu diseragamkan.
f. Dalam penyelesaian sengketa perlu adanya acuan atau rujukan Majelis Komisioner
provinsi, kabupaten, dan kota.
22
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
B. Bidang ASE
Dalam perjalanannya Bidang Advokasi, Sosialisasi, dan Edukasi (ASE) telah
melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat, media dan badan publik
untuk menyampaikan dan menyebarkan terkait Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik. Kegiatan tersebut mulai dari
mengembangkan jaringan dengan media dan masyarakat, menyebarkan gerakan hak
masyarakat untuk mendapatkan informasi, sosialisasi di berbagai media cetak dan
elektronik, sampai mengundang partisipasi mahasiwa untuk mengikuti lomba debat
Keterbukaan Informasi Publik. Adapun kegiatan Bidang ASE pada Tahun 2015
sebagai berikut:
1. Pengembangan jaringan Media melalui Media Gathering dan Diskusi Media
Diskusi Media dilaksanakan 2 kali, yakni:
a. Pelaksanaan pertama dilaksanakan di Denpasar, Bali, pada tanggal 10 – 12 April
2015, dengan Narasumber : Henny S Widyaningsih (Komisioner KIP), I Nyoman
Gde Legawa Partha ( Komisioner KI Provinsi Bali) dan, Made Santeri (Tokoh Pers
Bali). Kegiatan Diskusi Media di Bali dilanjutkan dengan Media Gathering.
b. Pelaksanaan kedua dilaksanakan di Surabaya pada tanggal 22 Mei 2015 dengan
Narasumber : Henny S Widyaningsih (Komisioner KIP), Djoko Tetuko (Tokoh
Media). Pelaksanaan Diskusi Media dilanjutkan dengan kunjungan media ke redaksi
Jawa Pos.
Hasil yang dicapai dari kegiatan ini adalah terbentuknya jaringan kerja sama diantara
Komisi Informasi dengan Media.
2.
Diskusi Publik dalam Peringatan 5 tahun Implementasi Undang- Undang Nomor
14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Pencanangan Hari
Keterbukaan Informasi Nasional
Kegiatan ini bertujuan sebagai refleksi setelah 5 tahun Implementasi Undang-Undang
Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik sekaligus mencanangkan
tanggal 30 April sebagai hari Keterbukaan Informasi Nasional. Kegiatan ini
dilaksanakan di Gedung Joeang Jakarta pada tanggal 30 April 2015 dengan
menghadirkan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara sebagai keynote
speaker, dan narasumber : Abdulhamid Dipopramono (Ketua KIP), Yanuar Nugroho
(Deputi IV Kantor Staf Presiden), Sulastio (IPC), DR H Muhammad Gamari Sutrisno
23
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
(Komisi I DPR RI). Dalam acara ini juga diperdengarkan untuk pertama kalinya Mars
Komisi Informasi.
Selain diskusi publik, dalam kegiatan ini Komisi Informasi memberikan penghargaan
dalam bentuk piagam kepada pihak yang telah bekerjasama dengan baik dengan Komisi
Informasi. Pihak-pihak tersebut adalah : Kementerian Pemuda dan Olah Raga,
Kemenkominfo, Kemenkeu, Kepolisian negara RI, Gubernur Jawa Tengah, Aliansi
Jurnalis Independen, ANRI, KPI, KPK, KPU, Bawaslu, Ombudsman Republik
Indonesia, ICEL, dan MSI – USAID.
3. Dialog Interaktif
a. Televisi
1. Tanggal 27 April 2015 di Metro TV dengan Narasumber: Henny S Widyaningsih
(Komisioner KIPusat), Meuthia Hafid ( Komisi I DPR RI) dengan tema :
peringatan 5 tahun implementasi UU KIP.
2. Tanggal 28 April 2015 di MNC TV dengan narasumber : Herry Siswanto
(Kementerian Keuangan), Henny S Widyaningsih (Komisioner KIPusat).
3. Tanggal 29 April 2015 di TV One dengan narasumber: Henny S Widyaningsih
(Komisioner KIPusat), Hendri (ICEL) .
4. Tanggal 4 Mei 2015 di TVRI dengan narasumber : Rumadi (Komisioner KI Pusat),
Farhkan ( KI Provinsi DKI Jakarta).
5. Tanggal 7 Oktober 2015 di TVRI penayangan Final Lomba Debat
6. Tanggal 14 Oktober 2015 di TVRI Aceh dengan Narasumber Ketua KI Pusat dan
Ketua KI Aceh dan Tokoh LSM MATA.
7. Tanggal 15 Oktober Liputan Langsung Aceh TV Pembukaan Rakornas Komisi
Informasi Se Indonesia.
8. Tanggal 21 Desember 2015 di JakTV dengan narasumber Ketua KI Pusat
b. Radio
1.
Tanggal 10 April 2015 di Pro 2 Bali dengan narasumber : Rumadi Ahmad
(Komisioner KIP), I Gde Legawa Partha (Ketua Komisi Informasi Bali), Bambang
Hardi Winata ( Sekretaris KIP). Dengan Audiens 25 orang dari unsur LSM, Pers,
Tokoh Masyarakat, Mahasiswa dan Badan Publik.
24
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
2.
Tanggal 22 Mei 2015 di RRI Surabaya dengan narasumber: Rumadi Ahmad
(Komisioner KIP), Ketty Tri Setyorini (Ketua Komisi Informasi jawa Timur),
Bambang Hardi Winata ( Sekretaris KIP).
3.
Tanggal 15 Oktober 2015 di Radio Seurambi FM dengan narasumber sekretariat
KIPusat dan Komisioner KI Aceh
4.
Tanggal 15 Oktober 2015 di RRI Aceh dengan narasumber Rumadi (Komisioner
KIPusat) dan Wakil Ketua KI Aceh
5.
Tanggal 16 Oktober 2015 di Rumoh PMI dengan narasumber Henny S
Widyaningsih (Komisioner KIPusat), Komisioner KI Sumbar dan Ketua Sekretariat
KI Aceh.
6.
Tanggal 5 November 2015 di RRI Jakarta dengan Narasumber Sekretaris KIPusat
Bambang Hardiwinata dengan tema Lomba Debat Keterbukaan untuk mahasiswa
seluruh Indonesia.
4.
Penyusunan dan Penerbitan News Letter
Penerbitan News Letter sebagai media publikasi KIP yang menuangkan tulisan reportase
dan opini terkait Keterbukaan Informasi Publik yang bertitel majalah Buka! sudah
dilaksanakan sebanyak 4 kali dalam Tahun 2015.
a)
Edisi Januari – Februari 2015 merupakan pembuka tahun 2015. Tahun 2015 adalah
awal dari masa eksekusi dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015 – 2019 yang merupakan fase ketiga dari Rencana pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025. Newsletter edisi ini mengangkat
tema Pengarusutamaan Keterbukaan Informasi Publik dalam RPJMN 2015 -2019.
25
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
b) Untuk Edisi bulan Maret- April 2015, Newsletter KIP mengangkat tema yang
berangkat dari kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) yang dilakukan Komisi
Informasi Pusat terhadap Badan Publik pada tahun 2014 yang telah menghasilkan
peringkat. Pada edisi ini ditampilkan “testimoni” dari sebagian Badan Publik yang
mendapat peringkat tersebut.
c)
Edisi Ketiga bulan Mei - Juni 2015 disajikan Laporan Utama yang berhubungan
dengan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Dalam undang-undang
tersebut banyak pasal yang mengatur tentang informasi, transparansi, dan
keterbukaan
informasi.
Undang-undang
tersebut
juga
menjadi
landasan
mengucurnya dana yang cukup besar dari pemerintah pusat dan menginisiasi
terwujudnya “otonomi desa” di masa mendatang.
26
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
d) Edisi bulan November 2015 terbit dengan laporan utama tentang Pilkada Serentak,
yang dilaksanakan tanggal 9 Desember 2015. Pilkada model ini baru pertama
digelar di Indonesia. Tujuan Pilkada serentak ini sangat mulia, antara lain salah
satunya untuk menghemat energi bangsa agar tidak setiap saat disibukkan dengan
urusan Pilkada. Utamanya bagi Pemerintah Pusat yang perhatiannya tidak harus
terus-menerus dicurahkan untuk Pilkada.
5. Pemantauan Media
Kegiatan ini bermaksud sebagai bentuk monitoring perkembangan isu Keterbukaan
Informasi Publik di masyarakat dengan tujuan: (1) Mengetahui kecenderungan
pemberitaan tentang Keterbukaan Informasi di media; (2) Mengetahui perkembangan
persepsi Keterbukaan Informasi Publik di masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan ini akan menghasilkan output berupa:
1. Laporan dan analisa pemantauan harian
2. Laporan dan analisa pemantauan bulanan
Bentuk kegiatan pemantauan berita adalah mengumpulkan potongan-potongan berita
di media cetak dan media online tentang issu Keterbukaan Informasi Publik setiap hari
kerja, mengklasifikasi dan menganalisis isi berita tersebut.
a. Media Cetak:
- Surat kabar harian : Kompas, Media Indonesia, Koran Tempo, Republika,
Jurnas, Sindo, Jakarta Post
-
Majalah : Tempo, Gatra
27
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
b.
Media Online: detik, kompas.com, beritasatu, tempo.co, rmonline, hukumonline,
liputan6.com, vivanews, okezone.com.
Dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan media, tim pelaksana bekerjasama dengan
Dirjen IKP dan PIH Kemenkominfo.
6.
Peringatan Hari Hak untuk Tahu Internasional (The International Right To Know
Day)
Peringatan Right To Know Day dilaksanakan dalam dua kegiatan yang berbeda, yakni
sebagai berikut:
1. Pada tanggal 28 September 2015, bentuk kegiatan dilakukan di area Car Free Day
dengan acara orasi di panggung terbuka yang dihadiri oleh seluruh Komisioner
Komisi Informasi Pusat, Komisioner Komisi Informasi Provinsi, PPID Badan
Publik, mahasiswa, dan Koalisi Masyarakat Sipil penggiat keterbukaan, dilanjutkan
dengan melakukan senam bersama, membuka Klinik Keterbukaan, pembagian
kaos, pelepasan balon keterbukaan informasi publik serta Long March sepanjang
jalur Car Free Day yang diiringi musik perkusi.
2. Pada tanggal 29 September 2015, dilaksanakan forum diskusi publik yang
diselenggarakan di Gedung Krida Bhakti Sekretariat Negara dengan Keynote
Speaker Menteri Sekretaris Negara Prof. Praktikno, Profesor Rhenald Kasali,
Dirjen IKP Kementerian Kominfo Ir.Joko Agung M.M.
7.
Lomba Debat Keterbukaan Informasi Publik untuk Mahasiswa di seluruh
Indonesia
Penyelenggaraan Lomba Debat Mahasiswa tentang keterbukaan merupakan rangkaian
dari peringatan Right To Know Day pada tanggal 5 – 7 Oktober 2015. Diikuti oleh 16
Universitas dari seluruh Indonesia yakni : Universitas Sumatera Utara, Universitas
Andalas, Unpad, UIN Syarif Hidayatullah, UI, Universitas Mercu Buana, Universitas
Sultang Ageng Tirtayasa, Universitas Brawijaya, UGM, Universitas Palangkaraya,
Universitas tanjung Pura, Universitas Airlangga, Universitas Hasanuddin, Universitas
Negeri Semarang, Universitas Soedirman,Universitass Lampung.
28
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Babak Penyisihan dilaksanakan di Sekretariat Komisi Informasi Pusat Republik di
Jakarta Senin – Rabu, 5 s.d. 6 Oktober 2015. Babak Final dilaksanakan tanggal 7
Oktober 2015 di Auditorium Hotel Citi M Jakarta Pusat dan ditayangkan di TVRI
dengan finalis tim UIN Syarif Hidayatullah, Unpad, Universitas Andalas dan UI.
Dalam pelaksanaannya Lomba Debat yang baru pertama kali dilaksanakan oleh KI
Pusat berjalan dengan lancar. Kekurangan yang harus diperbaiki untk penyelenggaraan
Lomba Debat berikutnya terkait dengan persiapan dalam pengkoordinasian personil
dan peserta lomba.
8.
Penerbitan Jurnal Keterbukaan Informasi Publik
Penerbitan Jurnal Keterbukaan Informasi Publik merupakan salah satu wadah yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menuangkan ide, gagasan dan pemikiran
terkait keterbukaan informasi publik secara akademis. Penerbitan Jurnal keterbukaan
Volume 1 pada bulan September - Desember 2015.
Volume 1 Jurnal Keterbukaan diisi oleh tulisan dari :
- Al Araf, Direktur Program Imparsial dan mengajar di HI Universitas Paramadina
dan Al Azhar Jakarta dengan judul Nasib Kebebasan Informasi di Era Jokowi.
- Rumadi Ahmad, Dosen fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Komisioner Komisi Informasi Pusat 2013 – 2017 dengan judul
Penguatan demikrasi melalui keterbukaan Informasi.
- Feri Firdaus, Asisten Ahli Komisi Informasi Pusat dengan judul Implementasi
Undang-Undang keterbukaan Informasi Publik di provinsi Lampung Tahun 2010 2013.
- Annie Londa, Tenaga Ahli Komisi Informasi Pusat dengan judul Keterbukaan
informasi mendorong Terwujudnya Tata pemerintahan Yang Baik (Good
Governance).
- Fathul Ullum, Tenaga Ahli Komisi Informasi Pusat dengan judul Review Putusan
Komisi Informasi Pusat: Sengketa Informasi Publik pada sektor Lingkungan Hidup
dan sumber Daya Alam.
29
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
9.
Iklan Layanan Masyarakat (Advetorial dan PSA)
Iklan Layanan Masyarakat melalui media Televisi diproduksi dalam versi 30 second
dengan 2 jenis materi yang menampilkan talent Komisioner Komisi Informasi Pusat
Henny S Widyaningsih dan Rumadi serta talent tamu Cak Lontong.
Penayangan PSA:
1) Ditayangkan 4 kali di Televisi Metro TV, yakni :
2) Ditayangkan kali di TVOne, yakni
Pesan dalam Iklan tersebut berupa himbauan kepada masyarakat untuk menggunakan
hak mendapatkan informasi publik. Iklan ini bertujuan mengedukasi Masyarakat dan
Badan Publik melalui Televisi.
Sedangkan untuk media cetak dilaksanakan dalam bentuk advertorial sebanyak tiga
kali. Pertama, Republika dua kali dan Indopos sekali dengan mengangkat tema;
1) Lima Tahun Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik;
2) Pra Pemeringkatan Keterbukaan Informasi Badan Publik 2015 ;
3) Hasil Pemeringkatan Keterbukaan Informasi Badan Publik 2015.
30
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
C. Bidang Kelembagaan
1. Badan Publik yang Melaksanakan Ketentuan Keterbukaan Informasi Publik
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019 Sekretariat Komisi
Informasi Pusat memiliki 2 (dua) sasaran yaitu Tersedianya dukungan teknis dan
manajemen dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas Komisi Informasi (KI) Pusat
dan Terlaksananya Ketentuan UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (KIP). Atas kedua sasaran tersebut lahirlah 4 (empat) indikator kinerja antara
lain Badan Publik yang Melaksanakan Ketentuan Keterbukaan Informasi Publik
sebagaimana yang akan dibahas pada capaian kinerja Komisi Informasi Pusat pada
tahun 2015 ini.
Berdasarkan Pasal 23 UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(UU KIP) Komisi Informasi memiliki fungsi menjalankan UU KIP dan peraturan
pelaksanaannya menetapkan petunjuk teknis standar layanan Informasi Publik dan
menyelesaikan Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi
nonlitigasi. Fungsi menjalankan UU KIP itu diterjemahkan bahwa KIP harus terus
berupaya mencapai tujuan UU KIP sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 3 UU KIP.
Untuk itulah indikator kinerja Komisi Informasi Pusat tahun 2015 adalah Badan
Publik yang Melaksanakan Ketentuan Keterbukaan Informasi Publik.
Indikator kinerja ini terbagi menjadi beberapa program kegiatan Komisi Informasi
Pusat. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) pada indikator kinerja Badan Publik yang
Melaksanakan Ketentuan Keterbukaan Informasi Publik adalah Realisasi Jumlah
Badan Publik yang sudah membentuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
(PPID). Pengukuran IKK tersebut adalah jumlah Badan Publik yang dapat
diintervensi. Dalam hal menjalankan tugas dan fungsinya Komisi Informasi Pusat
tidak memiliki kewenangan untuk memerintahkan pembentukan PPID di Badan
Publik baik di tingkat pusat maupun daerah, namun Komisi Informasi Pusat memiliki
peran untuk mendorong Keterbukaan Informasi Publik berjalan sebagaimana amanah
UU KIP baik di pusat maupun daerah.
Pelaksanaan keterbukaan informasi publik dapat dilihat dengan terbentuknya PPID.
PPID sebagai pintu awal pelaksanaan kewajiban Badan Publik yang merupakan
terjemahan
dari
kewajiban
Badan
Publik
yang
harus
membangun
dan
31
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola Informasi Publik
secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. Oleh karena itu,
pengertian intervensi disini adalah upaya Komisi Informasi Pusat untuk mendorong
Badan Publik membentuk PPID melalui berbagai program kegiatan sehingga tercipta
keterbukaan informasi publik pada Badan Publik baik di pusat maupun di daerah.
Adapun kegiatan lain yang sudah terealisasi di Komisi Informasi Pusat, diantaranya
adalah Pengembangan jaringan Media melalui Media Gathering, Diskusi Publik dalam
Peringatan 5 tahun Implementasi Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan, Dialog Interaktif Radio dan Televisi, Penyusunan dan penerbitan News
letter, Diseminasi tentang hak masyarakat sebagai pengguna dan pemohon informasi
dalam rangka Hari Hak Untuk Tahu Internasional (RTKD), Pemantauan Media Cetak,
Jurnal Keterbukaan Informasi Publik, Lomba Debat, Iklan Layanan Masyarakat.,
Asistensi dan Konsultasi Kelembagaan dan Aktivitas KI Daerah, Rakernis, Rakornas,
Pengembangan dan Pengelolaan Wibsite, Koordinasi dalam rangka pengembangan
jaringan Kelembagaan dan Aktivitas KI, Kajian Kelembagaan Sekretariat Komisi
Informasi Provinsi, Kajian Reviu UU Keterbukaan Informasi Publik, MoU dengan
Lembaga Pemerintah dan Non Pemerintah, Layanan Informasi PPID.
Sampai dengan Desember Tahun 2015 jumlah Badan Publik yang telah membentuk
PPID mencapai 341 PPID (49,14%) dari 694 Badan Publik yang dapat diintervensi,
dengan rincian tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4. Rekapitulasi Jumlah PPID Tahun 2015
No.
Lembaga
Jumlah
Telah Membentuk PPID
%
1
Kementerian
34
34
100%
2.
Lembaga Non Kementerian
129
43
33,33%
3.
Provinsi
34
30
88,24%
4.
Kabupaten
399
174
43,61%
5.
Kota
98
60
61,22%
694
341
49,14%
Jumlah
32
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4 di atas jumlah instansi pemerintah yang sudah membentuk PPID
sebanyak 341 instansi atau 49,14% dengan rincian instansi pemerintah pusat sebanyak
77 instansi atau 47,24%. Dan instansi pemerintah daerah sebanyak 264 instansi atau
49,72%. Kondisi ini menunjukan masih diperlukan berbagai langkah dan upaya kerja
keras serta kerjasama di antara instansi terkait.
Dengan demikian capaian indikator kinerja PPID yang Melaksanakan Ketentuan
Keterbukaan Informasi Publik sampai dengan akhir tahun 2015 menunjukan adanya
peningkatan, seperti terlihat dalam tabel 5 berikut :
Tabel 5. Perkembangan Jumlah PPID 2011-2015
URAIAN
2011
2012
2013
2014
2015
Jumlah PPID
154
199
227
339
341
- Jumlah Badan Publik
519
554
590
694
694
29,67%
35,92%
38,47%
48,84%
49,14%
75%
80%
85%
90%
60%
39,56%
44,90%
45,26%
54,26%
81,89%
- Realisasi
- Target
- Capaian Kinerja
Perkembangan jumlah PPID terhitung sangat lambat. Hal ini mengingat bahwa UU KIP
diberlakukan secara efektif sejak 31 April 2010 mengingat telah dinyatakan dalam Pasal
62 UU KIP bahwa pada saat diberlakukannya undang-undang ini Badan Publik harus
melaksanakan kewajibannya berdasarkan Undang-Undang, kewajiban itu antara lain
adalah membentuk PPID. Beberapa kendala yang dihadapi dalam Pembentukan PPID,
antara lain adalah :
1. Kurangnya komitmen dan kesadaran pimpinan badan publik terhadap hak dasar
masyarakat atas akses informasi publik
2. Terbatasnya kemampuan SDM dan anggaran badan publik
3. Kurangnya kesadaran dan kemampuan masyarakat sebagai pengguna dan pemohon
informasi sehingga badan publik tidak terdorong untuk melakukan pembenahan dan
penataan terhadap sistem layanan informasi yang dimilikinya.
33
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Selain itu, Komisi Informasi Pusat dari tahun 2011-2015 Komisi Informasi Pusat setiap
tahunnya melakukan Pemeringkatan (Rating) Badan Publik dalam Penerapan
Keterbukaan Informasi Publik untuk mengetahui tingkat kepatuhan Badan Publik dalam
pelaksanaan keterbukaan informasi publik. Untuk tahun 2014 Pemeringkatan (Rating)
Badan Publik dalam Penerapan Keterbukaan Informasi Publik dilakukan kepada 414
Badan Publik dengan 6 kategori yaitu, Kementerian, Lembaga/Badan, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), Partai Politik, Perguruan Tinggi Negeri, dan Provinsi. Dari 414
kuesioner penilaian mandiri yang dikirimkan yang kembali sebanyak 166 kuesioner
yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6. Perkembangan Pemeringkatan (Rating) Badan Publik dalam Penerapan
Keterbukaan Informasi Publik
NO
TAHUN
TARGET (BADAN PUBLIK)
REALISASI
CAPAIAN
1
2013
323
123
38%
2
2014
414
166
40%
3
2015
386
180
47%
(dijelaskan berkurang karena ada penghapusan beberapa lembaga)
Fokus pemeringkatannya adalah layanan informasi yang wajib disediakan dan
diumumkan secara berkala, informasi yang wajib tersedia setiap saat, informasi yang
wajib diumumkan secara serta merta, dan pengelolaan serta pendokumentasian
informasi publik. Survey tersebut dilakukan untuk kepentingan praktis sesaat, yaitu
pemeringkatan badan publik dan bukan monitoring yang bersifat komprehensif dan
secara terus menerus sepanjang waktu 1 tahun. Oleh karena itu parameter kuantitatif
yang digunakan untuk mengetahui ketaatan badan publik adalah pembentukan PPID.
Pemeringkatan (Rating) Badan Publik dalam Penerapan Keterbukaan Informasi Publik
dilakukan dengan Penilaian Kuesioner Mandiri (Self-Assessment Questioner).
34
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Penilaian Kuesioner Mandiri tahun 2015 disebarkan kepada 386 Badan Publik tingkat
nasional dengan 7 kategori sebagai berikut:
1. Kementerian
2. Lembaga Negara
3. Lembaga Non Struktural
4. Pemerintah Provinsi
5. Perguruan Tinggi Negeri
6. Badan Usaha Milik Negara
7. Partai Politik
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan Badan Publik penilaian sendiri berkenaan
dengan pelaksanaan keterbukaan informasi publik pada institusinya. Namun, penilaian
sendiri yang dilakukan oleh Badan Publik juga akan dinilai oleh Tim Penilai dari
Komisi Informasi Pusat dengan melihat persesuaian pelaksanaan Keterbukaan Informasi
Publik yang sesuai dengan UU KIP dan Perki 1 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan
Informasi Publik. Setelah melakukan verifikasi atas kuesioner mandiri maka dilakukan
Verifikasi Lanjutan Acak (VLA) dan diakhiri dengan penilaian visitasi kepada Badan
Publik.
Puncak acara Pemeringkatan (Rating) Badan Publik dalam Penerapan Keterbukaan
Informasi Publik adalah dengan diselenggarakannya penganugerahan Keterbukaan
Informasi Publik yang digelar Komisi Informasi Pusat pada tanggal 15 Desember 2015
di Istana Presiden dan pemberian anugerah kepada Badan Publik yang langsung
diberikan oleh Bapak Presiden RI Joko Widodo didampingi Ketua Komisi Informasi
Pusat Abdulhamid Dipopramono dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
Adapun, data pengiriman dan pengembalian kuesioner mandiri (Self-Assessment
Questioner) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
35
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Tabel 7. Data Kuesioner Mandiri (Self-Assessment Questioner) Terkirim dan
Kembali tahun 2015
No
Katergori Badan Publik
Kirim
Kembali
1
Kementerian
34
29
2
Pemerintah Provinsi
34
15
3
Lembaga Negara
42
25
4
Lembaga Non Struktural
79
28
5
BUMN
120
51
6
Perguruan Tinggi Negeri
65
27
7
Partai Politik Nasional
12
5
386
180
Jumlah
Dalam Persentase
47%
Urutan Peringkat Badan Publik dengan Skala Nilai Keterbukaan Informasi = 0 - 100,
semakin besar nilai yang diperoleh, maka tingkat kepatuhan Badan Publik terhadap
UU No. 14 Tahun 2008 semakin tinggi.
Secara umum dapat kami laporkan bahwa dari hasil penilaian self assessment,
verifikasi dan visitasi nilai rata-rata keterbukaan informasi Badan Publik per kategori
adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Rata-rata keterbukaan informasi Kategori BP Kementerian : 45,285
Rata-rata keterbukaan informasi Kategori BP Lembaga Negara : 48,976
Rata-rata keterbukaan informasi Kategori BP Lembaga Non Struktural : 22,096
Rata-rata keterbukaan informasi Kategori BP Pemerintah Provinsi : 49,946
Rata-rata keterbukaan informasi Kategori BP BUMN : 35,944
Rata-rata keterbukaan informasi Kategori BP Perguruan Tinggi Negeri: 22,000
Hal ini menjadi parameter bahwa rata-rata tingkat Keterbukaan Informasi Badan
Publik masih harus terus ditingkatkan, yakni belum mencapai nilai setengah dari
kewajiban Badan Publik sesuai dengan yang diamanatkan UU.
36
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Untuk hasil peringkat Keterbukaan Informasi Badan Publik Tahun 2015 per kategori
adalah :
1. Kategori BP Perguruan Tinggi Negeri :
a. Peringkat X, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
UIN. Sunan Gunung Jati
b. Peringkat IX, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Univ. Bengkulu
c. Peringkat VIII, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Univ. Lambung Mangkurat
d. Peringkat VII, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Univ. Jambi
e. Peringkat VI, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Univ. Sumatera Utara
f. Peringkat V, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
g. Peringkat IV, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Universitas Indonesia
h. Peringkat III, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Univ. Padjajaran
i. Peringkat II, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Univ. Gadjah Mada
j. Peringkat I, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Univ. Brawijaya
2. Kategori BP BUMN :
a. Peringkat X, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
PT Adhi Karya
b. Peringkat IX, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Bank Tabungan Negara (BTN)
c. Peringkat VIII, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Pelindo III
d. Peringkat VII, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Jasa Raharja
e. Peringkat VI, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
PT INTI
f. Peringkat V, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Perhutani
g. Peringkat IV, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
PT Kereta Api Indonesia (KAI)
h. Peringkat III, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)
i. Peringkat II, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
PT Bio Farma
j. Peringkat I, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
PT Taspen
31,039
32,833
33,875
36,597
41,236
45,560
62,796
62,986
77,653
87,861
38,477
43,026
47,304
47,735
54,054
54,237
57,584
82,010
84,838
96,500
37
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
3. Kategori BP Lembaga Non Struktural
a. Peringkat X, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Komnas HAM
b. Peringkat IX, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Dewan Jaminan Sosial Nasional
c. Peringkat VIII, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Badan Pengawas Pemilu
d. Peringkat VII, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Dewan Pertimbangan Presiden
e. Peringkat VI, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura
f. Peringkat V, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
g. Peringkat IV, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Dewan Ketahanan Nasional
h. Peringkat III, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
i. Peringkat II, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Komisi Pemilihan Umum (KPU)
j. Peringkat I, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK)
4. Kategori BP Lembaga Negara
a. Peringkat X, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
b. Peringkat IX, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Kejaksaaan Agung
c. Peringkat VIII, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
d. Peringkat VII, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
e. Peringkat VI, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Bank Indonesia
f. Peringkat V, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP)
g. Peringkat IV, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Komisi Yudisial
h. Peringkat III, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Lembaga Antariksa dan Penerbangan Indonesia
(LAPAN)
i. Peringkat II, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN)
j. Peringkat I, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Arsip Nasional RI (ANRI)
27,746
29,804
35,924
50,967
53,320
64,843
65,621
66,850
67,117
86,750
68,327
70,390
74,981
80,667
83,223
83,382
83,779
85,556
95,511
98,056
38
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
5. Kategori BP Pemerintah Provinsi :
a. Peringkat X, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Daerah Istimewa Yogyakarta
b. Peringkat IX, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Sumatera Selatan
c. Peringkat VIII, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Banten
d. Peringkat VII, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Kalimantan Barat
e. Peringkat VI, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Jawa Barat
f. Peringkat V, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Jawa Tengah
g. Peringkat IV, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Nusa Tenggara Barat
h. Peringkat III, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Kalimantan Timur
i. Peringkat II, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Jawa Timur
j. Peringkat I, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Aceh
6. Kategori BP Kementerian :
a. Peringkat X, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Kementerian Sekretariat Negara
b. Peringkat IX, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Kementerian PAN & RB
c. Peringkat VIII, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Kementerian Komunikasi dan Informatika
d. Peringkat VII, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Kementerian Kelautan dan Perikanan
e. Peringkat VI, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Kementerian Pertanian
f. Peringkat V, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Kementerian Kesehatan
g. Peringkat IV, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Kementerian Perhubungan
h. Peringkat III, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Kementerian Perindustrian
i. Peringkat II, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
j. Peringkat I, dengan nilai Keterbukaan Informasi:
Kementerian Keuangan
61,206
70,397
71,172
71,623
72,994
74,861
80,417
81,188
88,639
94,111
77,747
79,136
84,550
87,417
87,542
89,778
91,445
92,153
94,611
99,722
39
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
7. Kategori Partai Politik Nasional:
Pada kategori ini tidak dilakukan pemeringkatan karena kesemuanya tidak
mengikuti tahapan-tahapan yang telah ditentukan. Namun demikian, Komisi
Informasi Pusat memberikan Penghargaan atas komitmennya dalam
Keterbukaan Informasi Publik, kepada :
Partai Gerindra
Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Partai Amanat Nasional (PAN)
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Partai Nasional Demokrat (NASDEM)
Beberapa kendala yang dihadapi dalam Pemeringkatan (Rating) Badan Publik dalam
Penerapan Keterbukaan Informasi Publik, antara lain adalah :
1. Keterbatasan waktu bagi Tim untuk dapat menilai seluruh Badan Publik.
2. Terbatasnya kemampuan SDM dan anggaran.
3. Kurangnya kesadaran Badan Publik untuk mengisi dan mengembalikan kuesioner
penilaian mandiri yang telah diberikan.
4. Kurangnya jalinan komunikasi antara Komisi Informasi Pusat dengan Badan Publik
khususnya di daerah mengenai kegiatan pemeringkatan ini.
Jika dilihat maka jumlah Badan Publik yang dapat diintervensi pelaksanaan keterbukaan
informasi publik oleh Komisi Informasi Pusat pada program kegiatan Pemeringkatan
(Rating) Badan Publik dalam Penerapan Keterbukaan Informasi Publik hanyalah
sebanyak 386 Badan Publik bukan 694 Badan Publik yang telah memiliki PPID. Hal ini
dikarenakan beberapa sebab antara lain, (1) pada 694 Badan Publik yang telah
membentuk PPID itu merupakan akumulasi antara Badan Publik tingkat pusat dan
daerah. sedangkan kewenangan dalam memonitoring dan evaluasi Badan Publik oleh
Komisi Informasi Pusat hanyalah pada Badan Publik tingkat pusat, kewenangan tingkat
daerah berada pada Komisi Informasi Provinsi dan Kabupaten/Kota. (2) adanya
Peraturan Presiden Nomor 176 tentang Pembubaran 10 Lembaga Non-struktural
menyebabkan berubahnya jumlah Badan Publik yang dikirimkan Kuesioner Penilaian
Mandiri (Self-Assessment Questioner). (3) jumlah PTN yang fluktuatif dilihat dari
keikutsertaannya pada program Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) Tahun 2015. (4) beberapa BUMN yang telah dilikuidasi atau non aktif. Hal
ini juga yang menjadi penyebab turunnya jumlah Badan Publik yang pada tahun 2014
sebanyak 414 menjadi 386 pada tahun 2015 (lihat tabel 3).
40
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
2. Fasilitasi Pembentukan Komisi Informasi Provinsi
Indikator kinerja lainnya dari sasaran program kegiatan Terlaksananya Ketentuan UU
No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019 Sekretariat Komisi Informasi
Pusat adalah Fasilitasi Pembentukan Komisi Informasi Provinsi. Salah satu peran
Komisi Informasi Pusat adalah mendorong terbentuknya Komisi Informasi Provinsi
sebagai pioneer pengawal keterbukaan informasi publik di Indonesia. Hal ini
merupakan perwujudan dari amanah Pasal 60 UU KIP yang berbunyi Komisi Informasi
provinsi harus sudah dibentuk paling lambat 2 (dua) tahun sejak diundangkannya UU
KIP.
Proses pembentukan Komisi Informasi Provinsi sepenuhnya menjadi kewenangannya
pemerintah provinsi sebagaimana kewenangan yang tertuang dalam Undang-Undang
Pemerintahan Daerah dengan prinsip keotonomiannya. Hal ini juga mencirikan pola
hubungan Komisi Informasi Pusat dan daerah yaitu tidak secara hierarkis melainkan
koordinatif yang tersirat dalam Pasal 29 UU KIP. Oleh karena itu, peran Komisi
Informasi Pusat hanya memberikan fasilitasi berupa inisiasi, edukasi dan advokasi
melalui serangkaian Audiensi dengan Kepala Daerah dan DPRD serta melakukan focus
group discussion (FGD) dengan kelompok-kelompok masyarakat strategis guna
mendorong atau mempercepat proses pembentukan Komisi Informasi Provinsi serta
memetakan problema yang dihadapi daerah untuk membentuk Komisi Informasi.
Grafik Capaian Pembentukan Komisi Informasi Provinsi
41
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Berdasarkan pada grafik tersebut di atas pada tahun 2011 jumlah Komisi Informasi
Provinsi yang terbentuk sebanyak 11 dari 33 Provinsi atau 33,33% dan bila dikonversi
dengan target 75%, maka realisasi capaian kinerja menjadi 44,44%. Pada tahun 2012
jumlah Komisi Informasi Provinsi yang terbentuk sebanyak 19 dari 34 provinsi atau
55,88% dan bila dikonversi dengan target 80%, maka realisasi capaian kinerja menjadi
69,85%.
Demikian juga tahun 2013 jumlah Komisi Informasi Provinsi yang terbentuk sebanyak
23 dari 34 provinsi atau 67,65% dan bila dikonversi dengan target 85%, maka realisasi
capaian kinerja menjadi 79,58%. Selanjutnya pada tahun 2014 jumlah Komisi
Informasi Provinsi yang terbentuk sebanyak 26 dari 34 provinsi atau 76,47% dan bila
dikonversi dengan target 90%, maka realisasi capaian kinerja menjadi 84,97%.
Sementara pada Tahun 2015 Komisi Informasi Provinsi telah terbentuk 28 dari 34
Provinsi atau 82,35 jika dikonversi dengan target 80% tahun 2015 mengalami
pencapaian target yang ada.
Tabel 8. Perkembangan Fasilitasi Pembentukan Komisi Informasi Provinsi
No.
Tahun
Target
Capaian
Persentase
1.
2011
75%
11
33,33%
2.
2012
80%
19
44,44%
3.
2013
85%
23
67,65%
4.
2014
90%
26
84,97%
5.
2015
80%
28
82,35
Pembentukan Komisi Informasi Provinsi mengalami peningkatan dan telah melampaui
target yang ditetapkan pada tahun 2015. Hasil peningkatan ini didahului oleh upaya
Komisi Informasi Pusat dalam menginisiasi pemerintah provinsi khususnya kepala
daerah yang belum membentuk Komisi Informasi sesuai amanah dalam UU KIP. Upaya
itu ditempuh Komisi Informasi Pusat melalui surat, walaupun tidak semua Komisi
Informasi Provinsi yang terbentuk merupakan hasil inisiasi Komisi Informasi Pusat
42
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
karena ada beberapa Komisi Informasi Provinsi yang dibentuk berdasarkan inisiasi atau
kesadaran dari pemerintah provinsi itu sendiri. Hal ini sangat diapresiasi oleh Komisi
Informasi Pusat karena telah taat pada undang-undang berikut juga komitmennya dalam
menjamin hak masyarakat atas informasi.
Tabel 9. Fasilitasi Pembentukan Komisi Informasi Provinsi Tahun 2015
% Fasilitasi Pembentukan Komisi Informasi Provinsi
Jumlah Pemerintah Provinsi
34
- Jumlah Komisi Informasi Provinsi yang terbentuk
28
- Realisasi
82,35
- Target
80%
- Capaian Kinerja
102,94%
- Sisa Kasus
6 provinsi
Beberapa kendala yang dihadapi dalam Pembentukan Komisi Informsi Provinsi, antara
lain adalah:
1. Keterbatasan anggaran pada tingkat provinsi dalam proses pembentukan KI
Provinsi.
2. Kurangnya kesadaran Pemerintah provinsi untuk menjalankan Undang-undang
Keterbukaan Informasi Publik sehingga terhambatnya proses pembentukan KI
Provinsi.
3. Situasi politik yang tidak kondusif pada pemerintah provinsi.
4. Kurangnya kesadaran masyarakat atas hak informasinya sehingga menjadi pasif.
5. Gagalnya proses advokasi dan inisiasi yang dilakukan oleh Komisi Informasi Pusat
kepada Pemerintah Provinsi tersebut.
43
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
3. Capaian Kinerja Lainnya
a. Rapat Koordinasi Nasional Komisi Informasi se-Indonesia
Rakornas Komisi Informasi se-Indonesia telah dilaksanakan di Hotel Hermes Palace,
Banda Aceh pada tanggal 15 – 17 Oktober 2015. Tema kegiatan Rakornas 2015
adalah “Keterbukaan Informasi Memperkuat Kepribadian dan Kemandirian Bangsa”.
Peserta yang hadir pada kegiatan ini berjumlah 192 peserta. Peserta terdiri dari KI
Pusat, KI Provinsi, KI Kabupaten/Kota.
Pembahasan hari pertama Rakornas dibuka dengan Laporan Panitia oleh Sekretaris KI
Pusat. Dalam laporannya menyampaikan bahwa maksud dari terselenggaranya
Rakornas ini adalah menyelaraskan strategi peningkatan kinerja Komisi Informasi
seluruh Indonesia untuk mewujudkan budaya keterbukaan informasi sebagai wujud
penegakan demokrasi di Indonesia. Dilanjukan dengan sambutan Ketua KI Pusat yang
dalam sambutannya menyampaikan bahwa salah satu Komisioner KI Pusat tidak bisa
hadir dikarenakan sedang dalam pelathan selama 6 bulan. Agenda seminar nasional
yang sebelumnya telah diagendakan, dihapus karena Narasumber tidak bisa hadir.
Komisi Informasi masuk list dalam lembaga yang akan dibubarkan. Mari kita buktikan
dengan kinerja sesuai dengan fungsi, tugas, dan wewenang kita.
Kemudian dilanjutkan dengan sambutan sekaligus membuka acara oleh Gubernur
Aceh, dr. H. Zaini Abdullah. Dalam sambutannya menyampaikan bahwa merupakan
suatu kebanggan tahun ini Aceh mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah Rakornas
Komisi Informasi. Salah satu aspek penting reformasi birokrasi adalah mendukung
terciptanya pemerintahan transparan melalui peningkatan kapasitas dan akuntabilitas
kinerja birokrasi dan diharapkan juga Komisi Informasi terus melakukan visioning
kepada jajaran pemerintah, sehingga budaya transparansi akan mendorong birokrasi
meningkatkan kompetensinya. Hari kedua dilaksanakan Rapat Pleno I (Pelaporan
Komisi Informasi se-Indonesia), Rapat Pleno II (Sidang Komisi) dan Rapat Pleno III
(Perumusan dan Laporan Hasil Rakornas 2015). Hari ketiga ditutup dengan City Tour
dan Temu Media.
Output dari kegiatan ini adalah tersedianya rekomendasi dari 3 bidang Komisi yaitu
Komisi Penyelesaian Sengketa Informasi, Komisi Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi
44
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
(ASE), dan Komisi Kelembagaan, yang dapat mendukung terciptanya koordinasi yang
menyeluruh antar Komisi informasi se-Indonesia dan adanya kesepakatan upayaupaya yang akan dilakukan oleh Komisi Informasi untuk menjadi lembaga yang
mandiri, akuntabel dan kredibel. Dalam kegiatan ini terdapat kendala diantaranya
adalah tidak hadirnya Narasumber dikarenakan kurangnya persiapan dalam
mempersiapkan Rakornas. Serta sulitnya untuk mengkonfirmasi mengenai kedatangan
para Narasumber.
b. Asistensi dan Konsultasi Kelembagaan dan Aktivitas Komisi Informasi Daerah
Pada akhir 2014 hingga 2015, terdapat beberapa Komisi Informasi tingkat Provinsi
yang baru terbentuk secara kelembagaan dan beberapa Komisi Informasi tingkat
Provinsi yang telah memasuki periode ke-2. Komisi Informasi tingkat Provinsi yang
baru terbentuk atau yang memasuki periode ke-2, diperlukan pendampingan dalam
melaksanakan tugas dan fungsi Komisi Informasi dalam melakukan penyelesaian
sengketa informasi yang sesuai dengan Perki 1 Tahun 2013 tentang Prosedur
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik dan menjalankan kegiatan kelembagaan
lainnya. Sebagai contoh, apakah Komisi Informasi Provinsi dalam melakukan
pemanggilan untuk menyelesaikan sengketa informasi sudah dilakukan sesuai dengan
peraturan? Hal ini merupakan satu dari beberapa hal masalah kelembagaan yang
secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan penyelesaian sengketa pada
Komisi Informasi Provinsi yang menjadi titik berat maksud dan tujuan diperlukannya
kegiatan ini.
Dengan dilakukan di sekretariat Komisi Informasi Provinsi sebagai tempat
menjalankan tugas dan fungsinya sehari-hari secara kelembagaan dan dalam
menyelesaikan Sengketa Informasi Publik, diharapkan segala permasalahan yang
terkait dengan kelembagaan dan penyelesaian sengketa informasi dapat dilakukan
asistensi dan konsultasi secara langsung oleh Komisi Informasi Pusat. Namun,
asistensi dan konsultasi kelembagaan tersebut juga masih diperlukan bagi Komisi
Informasi Provinsi yang khususnya baru saja terbentuk dan berjalan. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 30 Juni – 3 Juli 2015 di Komisi Informasi Provinsi
Sumatera Barat.
45
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Walaupun belum lama berdiri, KI Provinsi Sumatera Barat telah menyelesaikan
beberapa sengketa informasi melalui mediasi dan ajudikasi non litigasi. Melihat
kondisi yang terjadi tersebut, maka Komisi Informasi Pusat memandang perlu untuk
memastikan kegiatan yang telah berjalan dilaksanakan dengan efektif dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku untuk menjaga kesinambungan penerapan prosedur
penyelesaian sengketa sekaligus asistensi dalam hal kelembagaan. Melalui asistensi
dan konsultasi kelembagaan Komisi Informasi Provinsi, diharapkan dapat membantu
dan mengarahkan secara langsung kepada anggota dan sekretariat Komisi Informasi
Provinsi berkenaan dengan hal-hal kelembagaan dan penyelesaian sengketa informasi
yang terjadi sejak pembentukan Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat.
c. Kajian Kelembagaan Komisi Informasi
UU KIP menyebutkan bahwa sekretariat Komisi Informasi dilaksanakan oleh
Pemerintah (Pasal 29 ayat (2) UU KIP). Pasal selanjutnya, menyebutkan bahwa
sekretariat Komisi Informasi Pusat dipimpin oleh sekretaris yang ditetapkan oleh
Menteri yang tugas dan wewenangnya di bidang komunikasi dan informatika
berdasarkan usulan Komisi Informasi. Sedangkan terhadap sekretariat Komisi
Informasi provinsi dilaksanakan oleh pejabat yang tugas dan wewenangnya di bidang
komunikasi dan informasi di tingkat provinsi yang bersangkutan.
Sampai saat ini, Komisi Informasi Provinsi yang telah terbentuk sejumlah 27. Komisi
Informasi Kabupaten sejumlah 3, dan 1 Komisi Informasi Kota. Namun, dari ke-32
Komisi Informasi yang terbentuk tidak semua memiliki sekretariat dan walaupun
sudah ada dukungan sekretariat tetapi jabatannya masih rangkap (ex officio). Kondisi
jabatan yang rangkap atau masih melekat disebabkan oleh ketidakjelasan peraturan
daerah yang mengaturnya namun Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun 2013
tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik (Perki PPSIP) mengatur
bahwa kepaniteraan yang bertugas dalam proses penyelesaian sengketa informasi
haruslah sekretariat Komisi Informasi tersebut. Hal ini yang menyebabkan
terhambatnya Komisi Informasi tersebut untuk melaksanakan tugas dan fungsinya
yang utama, yaitu penyelesaian sengketa informasi sebagaimana diatur dalam Pasal 23
UU KIP.
46
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Melalui kajian ini dapat terlihat bagaimana susunan organ, serta dukungan yang
diberikan dengan melalui metodologi wawancara dan pengisioan kuesioner oleh
Komisi Informasi tersebut. Adapun rangkaian kajian ini akan dilakukan selama 3
(tiga) bulan yang terdiri dari kegiatan penyusunan instrumen pengumpulan data,
dilanjutkan dengan pengumpulan data secara langsung di 2 (dua) lokasi Komisi
Informasi Provinsi dan pengumpulan data secara tidak langsung kepada Komisi
Informasi se-Indonesia termasuk Komisi Informasi Pusat, setelah pengumpulan data
dilakukan maka hasil tersebut akan dikaji melalui diskusi yang akan mendatangkan
para ahli di bidang struktur kesekretariatan, kemudian dilanjutkan dengan konsinyasi
hasil kajian, dan diakhiri dengan diskusi publik dalam rangka mensosialisasikan hasil
kajian baik kepada Komisi Informasi di daerah maupun instansi terkait.
D. Bidang Sekretariat
Sesuai dengan Permen Kominfo No.11 Tahun 2011 tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Sekretariat Komisi Informasi Pusat, maka yang menjadi sasaran Komisi Informasi Pusat
adalah melaksanakan dukungan teknis dan administratif kepada Komisi Informasi Pusat
dalam menyelenggarakan tugas, fungsi, dan wewenangnya. Adapun output dari kegiatan
ini berupa layanan bulanan pengadaan barang/jasa dan pemeliharaan, penyiapan
administrasi/ SDM/ Keuangan, pelaporan, serta pembayaran gaji dan honor.
Untuk mengukur sejauh mana Sekretariat Komisi Informasi Pusat telah mencapai tujuan
atau sasarannya, maka ditetapkan indikator kinerja dan target kinerja yang harus dicapai
pada tahun 2015. Adapun realisasi yang telah dicapai kesekretariatan di tahun 2015
sesuai dengan dokumen Penetapan Kinerja (PK) adalah sebagai berikut:
47
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
Tabel Perbandingan antara Target dan Realisasi Kegiatan Sekretariat KI Pusat
No.
1.
Sasaran
Tersedianya
Dukungan Teknis
dan Manajemen
dalam
Rangka
Kelancaran
Pelaksanaan
Tugas
Komisi
Informasi
(KI)
Pusat
Indikator
Kinerja
Target
A. Jumlah
2
dokumen
dokumen
perencanaan
program dan
anggaran
yang
tepat
sasaran dan
tepat waktu
Realisasi
1. Renja 2015 (100%)
Capaian
(%)
100
2. Dokumen anggaran
(RKA-KL) tahun 2015
(100%)
B. Jumlah
1. Draft LAKIP Sekretariat
laporan
KI Pusat Tahun 2014
6
Monev dan
(100%)
Kinerja yang dokumen
2. Laporan Triwulan I Monev
diselesaikan
dan Kinerja Tahun 2015
tepat waktu
(100%)
dan sesuai
peraturan
3. Laporan Semester I Monev
perundangdan Kinerja Tahun 2015
undangan
(100%)
100
4. Laporan Triwulan III
Monev dan Kinerja Tahun
2015 (100%)
5. Laporan Tahunan Komisi
Informasi Pusat Tahun
2014 (100%)
6. Laporan Tahunan
Sekretariat KI Pusat Tahun
2015 (100%)
48
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
C. Jumlah
3
Laporan
dokumen
Keuangan
(LK) yang
tepat waktu
dan sesuai
Standar
Akuntansi
Pemerintah
(SAP)
1. Laporan Keuangan Tahun
2014 (Unaudited) dengan
tepat waktu dan sesuai
dengan SAP (100%)
100
2. Laporan Keuangan Tahun
2014 (Audited) dengan
tepat waktu dan sesuai
standar SAP (100%)
3. Laporan Keuangan
Semester I tahun 2015
tepat waktu sesuai
dengan standar SAP
(100%)
D. Jumlah
4
1. Laporan Semester II
laporan
dokumen
BMN Tahun 2014 dengan
Barang Milik
tepat waktu sesuai dengan
Negara
Sistem Informasi
(BMN) yang
Manajemen Akuntansi
dapat
Barang Milik Negara
diselesaiakan
(SIMAK BMN) (100%)
tepat waktu
2. Laporan Tahunan BMN
dan sesuai
Tahun 2014 (Unaudited)
SIMAK
dengan tepat waktu dan
BMN
sesuai dengan Sistem
Informasi Manajemen
AKuntansi Barang Milik
Negara (SIMAK BMN)
(100%)
100
3. Laporan Tahunan BMN
Tahun 2014 (Audited)
dengan tepat waktu dan
sesuai dengan Sistem
Informasi Manajemen
Akuntansi Barang Milik
Negara (SIMAK BMN)
(100%)
4. Laporan Semester I BMN
Tahun Anggaran 2015
dengan tepat waktu dan
sesuai dengan SIMAK
BMN (100%)
49
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
E. Persentase
(%) layanan
administrasi
dan
dukungan
teknis
permohonan
penyelesaian
sengketa
informasi
100 %
1. Laporan Permohonan dan
Penyelesaian Sengketa
Triwulan I 2015 (20%)
20
2. Laporan Permohonan dan
Penyelesaian Sengketa
Triwulan II 2015 (20%)
3. Laporan Permohonan dan
Penyelesaian Sengketa
Triwulan III 2015 (20%)
4. Laporan Permohonan dan
Penyelesaian Sengketa
Triwulan IV 2015 (20%)
F. Persentase
(%)
penyelesaian
rekomendasi
hasil audit
internal dan
eksternal
100 %
1. Laporan penyelesaian
rekomendasi hasil audit
internal dan eksternal
(100%)
100
50
50
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Komisi Informasi Pusat
Tahun 2015 menyajikan berbagai capaian strategis yang tercermin dalam capaian
indikator kinerja kegiatan. Berbagai keberhasilan dan kegagalan yang sudah dicapai
sepanjang ditentukan oleh adanya komitmen dan dukungan pimpinan. Selain itu
dukungan kemampuan personil yang memadai juga menjadi salah satu penentu
keberhasilan pencapaian kinerja tahun 2015.
B. Saran/Langkah Tindak Lanjut
1. Menyusun berbagai SOP atau mekanisme kerja.
2. Meningkatkan kualitas pelatihan dan bimbingan teknis baik kepada jajaran
Sekretariat KIP maupun jajaran instansi pemerintah lainnya.
3. Memperluas cakupan sosialisasi untuk lebih mendorong penguatan kelembagaan
dan aktivitas PPID dalam layanan informasi publik.
4. Menurunkaan target kinerja dalam RPJMN 2015-2019 vang sebelumnya terlalu
tinggi.
51
51
AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015
KOMIS I INFORMAS I PUS AT
I.
PEN ETAPAN KIN ERJA
No.
S asaran
Indikator Kinerja
Target
1.
Tersedianya Dukungan Teknis dan M anajemen dalam Persentase (%) Layanan Administrasi dan Dukungan Teknis Pelaksanaan
rangka Kelancaran Pelaksanaan Tugas Komisi Informasi Tugas dan Fungsi Komisi Informasi Pusat
(KI) Pusat
100%
2.
Terlaksananya Keterbukaan UU No.14 Tahun 2008 tentang Presentase (%) Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
Keterbukaan Informasi Publik (KIP)
Presentase (%) Badan Publik yang melaksanakan Ketentuan Keterbukaan
Informasi Publik
55%
Presentase (%) Fasilitasi Pembentukan Komisi Informasi Provinsi
Kegiatan
1. Dukungan M anajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya Komisi Informasi Pusat
Anggaran
Rp. 21.698.499.000,-
60%
80%
II.
Pengukuran Capaian Kinerja
Indikator Kinerja
2015
Target
Realisasi
100%
100%
Presentase (%) Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
55%
31,65%
Presentase (%) Badan Publik yang melaksanakan Ketentuan Keterbukaan Informasi Publik
60%
49,14
Presentase (%) Fasilitasi Pembentukan Komisi Informasi Provinsi
80%
82,35%
Persentase (%) Layanan Administrasi dan Dukungan Teknis Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Komisi Informasi Pusat
Tabel 1 : Kondisi Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
NO
1
URAIAN
% Layanan Administrasi dan Dukungan Teknis Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Komisi Informasi Pusat
Jumlah Layanan Administras dan Dukungan Teknis
12 Bulan
- Jumlah diselesaikan
12 Bulan
- Realisasi
100%
- Target
100%
- Capaian Kinerja
100%
- Sisa Layanan
2
2015
0 Bulan
% Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
Jumlah Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
2607
- Jumlah kasus yang diselesaikan
825
- Realisasi
- Target
- Capaian Kinerja
- Sisa Kasus
31.65%
55%
57.54%
1782
3
(%) Badan Publik yang melaksanakan Ketentuan Keterbukaan Informasi Publik
Realisasi Jumlah Badan Publik yang sudah membentuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)
341
- Jumlah Badan Publik yang dapat diintervensi
694
- Realisasi
- Target
- Capaian Kinerja
4
49.14%
60%
81.89%
- Sisa
353
% Fasilitasi Pembentukan Komisi Informasi Provinsi
Jumlah Pemerintah Provinsi
34
- Jumlah Komisi Informasi Provinsi yang terbentuk
28
- Realisasi
82,35
- Target
80%
- Capaian Kinerja
102,94%
- Sisa Kasus
6 Provinsi
Tabel 2 : Capaian Kinerja Tahun 2015
NO
1
2
S AS ARAN S TRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
TARGET
REALIS AS I
% Capaian
KETERANGAN
Persentase (%) Layanan
Administrasi
dan
Dukungan
Teknis
Pelaksanaan Tugas dan
Fungsi Komisi Informasi
Pusat
Terlaksananya Keterbukaan Presentase
(%)
UU No.14 Tahun 2008 Penyelesaian
Sengketa
tentang
Keterbukaan Informasi Publik
Informasi Publik (KIP)
100%
100%
100
Output dari kegiatan ini adalah berupa layanan
bulanan pengadaan barang/jasa dan pemeliharaan,
penyiapan administrasi/SDM /keuangan, pelaporan,
serta pwembayaran gaji dan honor.
55%
31,65%
57,54
Kasus
permohonan
penyelesaian
sengketa,
didominasi oleh pihak pemohon yang sama dengan
permohonan informasi yang relatif sama kepada
berbagai badan publik. Kondisi ini disebut sebagai
Permintaan informasi yang menjengkelkan. Realisasi
penyelesaian
sengketa
informasi
mengalami
peningkatan sebesar 2,86%, dari 28,79% pada tahun
2014 menjadi 31,65% pada tahun 2015.
Presentase (%) Badan
Publik yang melaksanakan
Ketentuan
Keterbukaan
Informasi Publik
60%
49,14%
81,90
Parameter dari kegiatan ini adalah terbentuknya PPID
pada Kementerian/Lembaga, Pemrpov/Kab/Kota.
Realisasi pembentukan mengalami peningkatan
sebesar 0,30% dari 48,84% pada tahun 2014 menjadi
49,14% pada tahun 2015.
Selanjutnya ketaatan PPID pada ketentuan
keterbukaan info5rmasi publik kiranya dapat juga
diukur dari kesediaannya mengisi SAQ (Self
Assesment Questioner) Komisi Informasi Pusat.
Sebanyak 386 SAQ yang dikirim kepada 386 Badan
Publik, namun yang mengembalikan hanya 180
badan publik atau 46,63%.
Tersedianya
Dukungan
Teknis
dan M anajemen
Dalam Rangka Kelancaran
Pelaksanaan Tugas Komisi
Informasi Pusat
Presentase (%) Fasilitasi
Pembentukan
Komisi
Informasi Provinsi
80%
82,35%
102,94
Parameter dari kegiatan ini adalah terbentuknya
Komisi Informasi Provinsi di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2014 jumlah Komisi Informasi Provinsi
yang terbentuk sebanyak 26 atau 76,47%. Pada tahun
2015 dan mengalami peningkatan sebesar 5,88%
yakni sebanyak 28 atau 82,35%.
FOTO DOKUMENTASI
Sidang Ajudikasi antara KONTRAS dan Mabes TNI di Jakarta, 29 Juli 2015
Sidang Ajudikasiantara Federasi Serikat Pekerja Pariwisata & Sektoral Indonesia dengan
Komisi Yudisial di Jakarta, 7 Agustus 2015
FGD Modul Seri Kepaniteraan di Jakarta, 5 November 2015
Media Gathering di Bali, 9-12 April 2015
FGD Review UU No 14 Tahun 2008 di Jakarta, 22 September 2015
Diskusi Publik 5 Tahun Pelaksanaan UU KIP di Gedung Joeang Jakarta, 30 April 2015
Peringatan Right To Know Day (RTKD) di Bunderah HI Jakarta, 27 September 2015
Diskusi Publik dalam rangka RTKD di Gedung Krida Bhakti Jakarta, 28 September 2015
FGD Inisiasi Pembutukan KI Prov NTT di Kupang, ...... 2015
Audiensi dengan Pemprov NTT di Kupang, ....... 2015
Rakornas Komisi Informasi se-Indonesia di Banda Aceh, 15 – 17 Oktober 2015
Diskusi Media di Surabaya, 22 Mei 2015
Dialog Interakti di RRI Surabaya, 22 Mei 2015
Babak Penyisihan Lomba Debat Mahasiswa di Jakarta, 5 Oktober 2015
Final Lomba Debat Mahasiswa di Jakarta, 7 Oktober 2015
Penganugerahan Keterbukaan Informasi Badan Publik di Istana Negara, 15 Desember 2015
Seminar Pemeringkatan Badan Publik di RRI Jakarta, 15 Desember 2015
Download