pengaruh earning per share dan price earning ratio

advertisement
PENGARUH EARNING PER SHARE DAN PRICE EARNING RATIO
TERHADAP RETURN ON EQUITY
PADA PERUSAHAAN YANG BERGERAK DI SEKTOR PERTAMBANGAN
(The Influence of Earning Per Share and Price Earning Ratio to Return on Equity)
Oleh/By:
Aang Munawar dan Aan Soelehan
Dosen STIE Kesatuan
ABSTRACT
Capital Market is one place for investors to invest
capital in the hope of obtaining compensation in the
form of return on investment. Investment shares are
highly vulnerable to political and economic situation,
the stock market will react when problems occur in the
country. The financial statements of companies are
expected to member information to potential investors
and prospective creditors to take decisions related to
their fund investments. One of the tools to analyza the
return on the capital stock itself is the analysis of
financial ratios such as EPS (Earning Per Share) and PER
(Price Earning Ratio). The problems studied in this
research is How MuchEPS and PER effect on Return On
Equity jointly and individually. The purpose of this
study was to identify relationships between variables,
independent variables affect the dependent variable,
and finally to measure how strong the influence of
variable X to variable Y. The analytical method used is
the Linear Regression. Case study taken at PT Aneka
Tambang Tbk, PT TimahTbk, PT Tambang Batubara
Bukit AsamTbk, PT Indonesian Natural Resources Tbk,
and PT Bumi Resources Tbk.
Concluded that overall the Price Earning Ratio
influence significantly the level of ROE companies,
although on Earning Per Share has no significant effect.
Viewed from the five companies it can be concluded
that there was no significant on the EPS level of Return
On Equity Company.
Keywords: Earning Per Share, Price Earning Ratio and
Return On Equity
PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi para
investor untuk menginvestasikan modal dengan harapan
memperoleh
imbalan
berupa
keuntungan
atas
investasinya. Investasi saham sangat rentan terhadap
situasi politik dan ekonomi. Bursa saham akan bereaksi
bila terjadi kemelut dalam negeri. Keadaan tersebut
sering menyebabkan investor luar negeri dan dalam
negeri kehilangan kepercayaan terhadap investasi. Naik
turunnya harga saham dapat juga bergantung dari
kekuatan permintaan dan penawaran akan saham di
pasar modal.
Tujuan investor menginvestasikan dananya di pasar
modal adalah selain untuk dapat turut memiliki suatu
perusahaan juga untuk dapat menikmati deviden yang
dibagikan. Selain itu juga terdapat kemungkinan untuk
mendapat capital gain di kemudian hari apabila terjadi
kenaikan harga saham perusahaan yang bersangkutan.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham
suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh
deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar
penentuan pembayaran deviden dan kenaikan nilai
saham di masa yang akan dating. Oleh karena itu, para
pemegang saham biasanya tertarik dengan angka
Earning per Share (EPS) yang dilaporkan perusahaan.
Pendapatan per saham perusahaan biasanya
menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya
atau calon pemegang saham dan manajemen. EPS
menunjukan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari
setiap lembar saham. Semakin besar nilai EPS, semakin
besar keuntungan/return yang diterima pemegang
saham.
Semakin tinggi Price Earning Ratio (PER) semakin
Nampak rendah EPS dibandingkan dengan harga
sahamnya. Laba per saham mengacu pada jumlah laba
yang dihasilkan perusahaan untuk tiap saham yang
diterbitkan. Laba per lembar saham ini merupakan hasil
yang bias diberikan kepada pemegang saham. Angka per
lembar saham diperoleh dengan membagi laba bersih
dengan jumlah saham yang diterbitkan.
EPS merupakan hasil bagi antara laba yang tersedia
bagi pemegang saham dengan jumlah rata-rata yang
beredar. Laba per lembar saham menunjukan
kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba untuk
setiap lembar sahamnya. EPS merupakan perbandingan
antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan
jumlah saham yang beredar.
PER menunjukan hubungan anatara harga saham
biasa dan earning per share. Oleh para investor, angka
ratio ini digunakan untuk memprediksikan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan
datang. Seperti yang diketahui setiap pergerakan harga
saham akan mengakibatkan perubahan pula pada PER
dari suatu perusahaan. Para investor harus mampu
menyikapi apabila terjadi pergerakan harga saham yang
menyebabkan PER rendah dan bagaimana investor
menyikapi bila PER tinggi.
ROE untuk menilai kemampuan manajemen dalam
menciptakan laba dari sudut pandang pemegang saham.
Tingkat keuntungan bagi pemegang saham merupakan
hak pemegang saham yang harus dicapai manajemen
setelah pemegang bersedia memenuhi tuntutan
kompensasi
atas pengelolaan
perusahaan
oleh
manajemen. Para investor mempertimbangkan faktor
MUNAWAR & SOELEHAN. Pengaruh EPS dan PER terhadap ROE pada Perusahaan Pertambangan
ROE untuk menilai harga saham. Bila ROE positif maka
harga saham meningkat. Hal ini menunjukan kondisi
yang sesuai dengan teori yaitu apabila perusahaan
mampu memperoleh laba maka penilaian investor pada
saham yang diperjualbelikan investor.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif komparatif. Metode ini
dipakai dengan alasan penelitian ini bertujuan untuk
menjawab pertanyaan mengenai pengaruh EPS dan PER
terhadap return on equity. Metode penelitian ini adalah
suatu metode yang dilakukan dengan cara mencari data
yang dapat memberikan gambaran yang jelas tentang
kinerja keuangan perusahaan. Kemudian penulis
membandingkan perkembangan kinerja keuangan
perusahaan tiap tahunnya dengan mengambil data
selama lima tahun terakhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. EPS pada PT. Aneka Tambang, Tbk.
Berdasarkan data EPS pada tahun 2005 sampai
2006 EPS mengalami peningkatan, Hal ini menunjukan
bahwa perusahaan dengan nilai EPS yang tinggi mampu
menghasilkan laba per lembar saham yang tinggi,
sehingga tingkat pengembalian juga tinggi begitupun
sebaliknya. Jika EPS meningkat/tinggi maka permintaan
atas saham perusahaan semakin banyak dari para calon
investor sehingga harga saham perusahaan tersebut
dipasar modal cenderung meningkat.
Akan tetapi pada tahun 2007 EPS itu mengalami
penurunan dari tahun-tahun berikutnya, hal ini dapat
terjadi karena perusahaan tidak mampu menghasilkan
laba perlembar saham dengan baik kepada investor
sehingga tingkat pengembaliannya pun rendah. Bila
dilihat dari keseluruhan pada PT. Aneka Tambang, tbk
yang memiliki nilai EPS tertinggi pada tahun 2006
sebesar 813,96 dan sedangkan yang memiliki nilai EPS
terendah pada tahun 2009 yaitu sebesar 30,68. Hal ini
menunjukan bahwa perusahaan dengan nilai EPS yang
tinggi mampu menghasilkan laba per lembar saham yang
tinggi, sehingga tingkat pengembalian juga tinggi
begitupun sebaliknya.
B.
EPS pada PT. Timah, Tbk.
Berdasarkan data EPS dari tahun 2005 hingga tahun
2007 EPS itu mengalami peningkatan, namun pada tahun
berikutnya mengalami penurunan yang drastis. Bila
dilihat dari keseluruhan pada PT. Timah, tbk yang
memiliki nilai EPS tertinggi pada tahun 2007 sebesar
3.5465, 77 dan sedangkan yang memiliki nilai EPS
terendah pada tahun 2009 yaitu sebesar 33,97. Hal ini
menunjukan bahwa perusahaan dengan nilai EPS yang
tinggi mampu menghasilkan laba per lembar saham yang
tinggi.
C.
EPS pada PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam,
Tbk.
Berdasarkan data EPS pada perusahaan ini terbukti
bahwa dari setiap tahunke tahun atau dari tahun 2005
sampai tahun 2009, EPS selalu mengalami peningkatan.
32
Hal ini disebabkan karena perusahaan dapat
memperoleh laba per lembar saham yang tinggi.
sehingga selalu mengalami peningkatan. Jika dilihat dari
keseluruhan pada PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam,
tbk pada setiap tahunnya terjadi fluktuasi peningkatan
nilai EPS. Nilai EPS tertinggi pada tahun 2009 yaitu
sebesar 967.05. Nilai EPS perusahaan mengalami
peningkatan pada setiap tahunnya Hal ini sudah
dikatakan sebelumnya menunjukan bahwa perusahaan
dengan nilai EPS yang tinggi mampu menghasilkan laba
per lembar saham yang tinggi, sehingga tingkat
pengembalian juga tinggi dan sebaliknya.
D. EPS pada PT. Resources Alam Indonesia, Tbk.
Berdasarkan data EPS keseluruhan pada PT.
Resources Alam Indonesia, tbk pada setiap tahunnya
terjadi fluktuasi peningkatan nilai EPS pada setiap
tahunnya. Nilai EPS tertinggi pada tahun 2008 yaitu
sebesar
161.89, dan yang mempunyai Nilai EPS
terendah adalah sebesar -15.89 yakni pada tahun 2005.
Nilai EPS perusahaan mengalami peningkatan pada
setiap tahunnya Hal ini menunjukan bahwa perusahaan
dengan nilai EPS yang tinggi mampu menghasilkan laba
per lembar saham yang tinggi.
E.
EPS pada PT. Bumi Resources, Tbk.
Berdasarkan data EPS keseluruhan pada PT. Bumi
Resources,tbk pada setiap tahunnya terjadi peningkatan
nilai EPS. Nilai EPS tertinggi terdapat pada tahun 2007
yaitu sebesar
382.99. Akan tetapi EPS tersebut
mengalami penurunan pada tahun 2008 hingga 2009.
Nilai EPS perusahaan yang mengalami peningkatan pada
setiap tahunnya menunjukan bahwa perusahaan dengan
nilai EPS yang tinggi mampu menghasilkan laba per
lembar saham yang tinggi. Dan yang mengalami
penurunan itu terjadi karena perusahaan tidak mampu
menghasilkan laba perlembar saham yang tinggi.
F.
PER pada PT. Aneka Tambang, Tbk.
Berdasarkan data PER keseluruhan pada PT. Aneka
Tambang, tbk. Pada tahun 2005 hingga 2006 PER
mengalami kenaikan namun pada tahun 2007 mengalami
penurunan sedikit namun 2008 PER mengalami
penurunan drastic. Pada kondisi PER yang menurun,
harga saham meningkat tetapi peningkatan itu lebih
kecil dibandingkan dengan Earning, sehingga secara
relatif PER menurun. Apabila dilihat dari kondisi pasar,
maka PER yang semakin kecil mengindikasikan nilai
Earning sebagai pembagi meningkat nilainya, dengan
kata lain penerimaan pemegang sham dalam kurun
waktu penelitian meningkat.
Apabila PER menurun hal itu menunjukan earning
secara relative meningkat, sehingga dengan jumlah uang
tertentu (price) akan diperoleh pendapatan saham yang
lebih besar. Kondisi ini akan mendorong investor berani
membeli saham dengan harga yang lebih baik dari harga
sebelumnya,
karena
terdorong
oleh
harapan
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.
Namun meningkat pada tahun 2009 yaitu 53,78.
Disini PER yang rendah terdapat Ditahun 2008 sebesar
2.73. Price Earning Ratio (PER) yang meningkat dapat
dikatakan baik namun perusahaan dengan nilai PER yang
tinggi berarti memiliki laba yang rendah begitupun
sebaliknya jika perusahaan memiliki nilai PER yang
rendah berarti memiliki laba yang tinggi. Maka tidak
Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 12, April 2010
MUNAWAR & SOELEHAN. Pengaruh EPS dan PER terhadap ROE pada Perusahaan Pertambangan
heran jika Seorang investor menyukai nilai PER yang
rendah, karena perusahaan dapat menghasilkan laba
yang tinggi.
G. PER pada PT. Timah, Tbk.
Berdasarkan data PER keseluruhan pada PT. Timah,
tbk. Pada tahun 2005 hingga 2006 PER mengalami
kenaikan namun pada tahun 2007 mengalami penurunan
sedikit, bahkan pada tahun 2008 PER mengalami
penurunan drastis sebesar 2.73 dari 8.57. Akan tetapi
PER mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu
sebesar 44.16. PER yang meningkat dapat dikatakan baik
namun perusahaan dengan nilai PER yang tinggi berarti
memiliki laba yang rendah begitupun sebaliknya jika
perusahaan memiliki nilai PER yang rendah berarti
memiliki laba yang tinggi sehingga. Maka tidak heran
jika Seorang investor menyukai nilai PER yang rendah,
karena perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi.
H. PER pada PT. Tambang BatuBara Bukit Asam, Tbk.
Berdasarkan data PER keseluruhan pada PT.
Tambang Batu Bara Bukit Asam,tbk. Pada tahun 2005,
2006, dan 2007 PER mengalami kenaikan setiap
tahunnya namun pada tahun 2008 mengalami penurunan
drastis akan tetapi perlahan meningkat pada tahun 2009
yaitu 13,38. Nilai PER tertinggi pada tahun 2007 sebesar
39,33 dan nilai PER terendah pada tahun 2008 sebesar
8.88. PER meningkat dapat dikatakan baik, namun
perusahaan dengan nilai PER yang tinggi berarti
memiliki laba yang rendah begitupun sebaliknya jika
perusahaan memiliki nilai PER yang rendah berarti
memiliki laba yang tinggi. Maka tidak heran jika Seorang
investor menyukai nilai PER yang rendah, karena
perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi.
Pada kondisi PER yang menurun, harga saham
meningkat tetapi peningkatan itu lebih kecil
dibandingkan dengan Earning, sehingga secara relatif
PER menurun. Apabila dilihat dari kondisi pasar, maka
PER yang semakin kecil mengindikasikan nilai Earning
sebagai pembagi meningkat nilainya, dengan kata lain
penerimaan pemegang sham dalam kurun waktu
penelitian meningkat.
Apabila PER menurun hal itu menunjukan earning
secara relative meningkat, sehingga dengan jumlah
uang tertentu (price) akan diperoleh pendapatan saham
yang lebih besar. Kondisi ini akan mendorong investor
berani membeli saham dengan harga yang lebih baik
dari harga sebelumnya, karena terdorong oleh harapan
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.
I.
PER pada PT. Resources Alam Indonesia, Tbk.
Berdasarkan data PER keseluruhan pada PT,
Resources Alam Indonesia,tbk. Pada tahun 2005, 2006,
dan 2007 PER mengalami nilai minus atau mengalami
penurunan pada setiap tahunnya namun pada tahun
2008 dan pada tahun 2009 PER nya semakin meningkat.
Nilai PER tertinggi pada tahun 2009 sebesar 12,94 dan
nilai PER terendah pada tahun 2006 sebesar -0,98. PER
meningkat dapat dikatakan baik, namun perusahaan
dengan nilai PER yang tinggi berarti memiliki laba yang
rendah begitupun sebaliknya jika perusahaan memiliki
nilai PER yang rendah berarti memiliki laba yang tinggi.
Maka tidak heran jika Seorang investor menyukai nilai
PER yang rendah,
karena
perusahaan
dapat
menghasilkan laba yang tinggi.
Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 12, April 2010
J.
PER pada PT. Bumi Resources, Tbk.
Berdasarkan data PER keseluruhan pada PT. Bumi
Resources,tbk. Pada tahun 2005, 2006 PER mengalami
penurunan drastis namun perlahan meningkat pada
tahun 2007 hingga 2008 yaitu 23,52. Nilai PER tertinggi
pada tahun 2008 sebesar 23,52 dan nilai PER terendah
pada tahun 2006 sebesar 8,7. PER meningkat dapat
dikatakan baik, namun perusahaan dengan nilai PER
yang tinggi berarti memiliki laba yang rendah begitupun
sebaliknya jika perusahaan memiliki nilai PER yang
rendah berarti memiliki laba yang tinggi. Maka tidak
heran jika Seorang investor menyukai nilai PER yang
rendah, karena perusahaan dapat menghasilkan laba
yang tinggi.
K.
ROE pada PT. Aneka Tambang, Tbk.
Dalam melancarkan kegiatan operasionalnya,
perusahaan akan menggunakan Laba bersih yang dimiliki
untuk meningkatkan kegiatannya terutama dalam
mencapai tujuannya untuk mencapai laba yang
maksimal. Nilai ROE pada perusahaan selama 5 tahun
cenderung konstan karena naik turunnya nilai ekuitas
diikuti pula dengan naik turunnya laba bersih yang
diperoleh. Artinya jika perusahaan menambah total
penggunaan aktivanya maka laba bersih yang diperoleh
akan naik.
Namun sebaliknya, jika perusahaan
mengurangi total penggunaan aktivanya maka laba
bersih yang diperoleh pun menurun.
Berdasarkan data ROE keseluruhan pada PT. Aneka
Tambang, tbk. Pada tahun 2005, 2006 hingga 2007 ROE
mengalami Kenaikan yang signifikan namun pada tahun
2008 mulai mengalami penurunan drastis dan mulai
mengalami kenaikan sedikit dan nilai ROE yang paling
tinggi pada tahun 2007 sebesar 58,56, ROE tinggi berarti
kemampuan manajemen dalam menciptakan laba baik,
ROE bertanda positif, menunjukan bahwa perusahaan
keuntungannya meningkat atau memiliki laba positif,
maka harga sahamnya akan meningkat pula meningkat
dapat dikatakan baik apabila ada saham yang memiliki
ROE positif dan makin besar, maka dapat dipastikan
harga dan return akan positif.
Keadaan yang diterangkan diatas menunjukan
bahwa para investor mempertimbangkan faktor ROE
untuk menilai harga saham, bila ROE positif maka harga
saham meningkat. Hal ini menunjukan kondisi yang
sesuai dengan teori yaitu apabila perusahaan mampu
memperoleh laba maka penilaian investor pada saham
yang diperjual belikan juga akan positif sehingga
semakin besar ROE maka semakin baik ekspektasi
investor dan selanjutnya harga saham akan meningkat
sejalan dengan ekspektasi investor.
L.
ROE pada PT. Timah, Tbk.
Dalam melancarkan kegiatan operasional-nya,
perusahaan akan menggunakan Laba bersih yang dimiliki
untuk meningkatkan kegiatannya terutama dalam
mencapai tujuannya untuk mencapai laba yang
maksimal. Nilai ROE pada perusahaan selama 5 tahun
cenderung konstan karena naik turunnya nilai ekuitas
diikuti pula dengan naik turunnya laba bersih yang
diperoleh. Artinya jika perusahaan menambah total
penggunaan aktivanya maka laba bersih yang diperoleh
akan naik.
Namun sebaliknya, jika perusahaan
mengurangi total penggunaan aktivanya maka laba
bersih yang diperoleh pun menurun.
33
MUNAWAR & SOELEHAN. Pengaruh EPS dan PER terhadap ROE pada Perusahaan Pertambangan
Berdasarkan data ROE keseluruhan pada PT.
Timah, tbk. Pada tahun 2005 dan 2006 ROE mengalami
Kenaikan, ditahun 2007 mengalamin penurunan namun
pada tahun 2008 mulai mengalami kenaikan dan mulai
mengalami penurunan. Nilai ROE yang paling tinggi pada
tahun 2008 sebesar 35,14, ROE tinggi berarti
kemampuan manajemen dalam menciptakan laba baik,
ROE bertanda positif, menunjukan bahwa perusahaan
keuntungannya meningkat atau memiliki laba positif,
maka harga sahamnya akan meningkat pula meningkat
dapat dikatakan baik Apabila ada saham yang memiliki
ROE positif dan makin besar, maka dapat dipastikan
harga dan return akan positif.
M. ROE pada PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk.
Dalam melancarkan kegiatan operasionalnya,
perusahaan akan menggunakan Laba bersih yang dimiliki
untuk meningkatkan kegiatannya terutama dalam
mencapai tujuannya untuk mencapai laba yang
maksimal. Nilai ROE pada perusahaan selama 5 tahun
cenderung konstan karena naik turunnya nilai ekuitas
diikuti pula dengan naik turunnya laba bersih yang
diperoleh. Artinya jika perusahaan menambah total
penggunaan aktivanya maka laba bersih yang diperoleh
akan naik.
Namun sebaliknya, jika perusahaan
mengurangi total penggunaan aktivanya maka laba
bersih yang diperoleh pun menurun.
Berdasarkan data ROE keseluruhan pada PT.
Tambang Batubara, tbk. Pada tahun 2005 dan 2006 ROE
mengalami penurunan, ditahun 2007 hingga 2008 mulai
mengalami kenaikan namun pada tahun 2008 kembali
mulai mengalami penurunan. Nilai ROE yang paling
tinggi pada tahun 2008 sebesar 42,71, ROE tinggi berarti
kemampuan manajemen dalam menciptakan laba baik,
ROE bertanda positif, menunjukan bahwa perusahaan
keuntungannya meningkat atau memiliki laba positif,
maka harga sahamnya akan meningkat pula meningkat
dapat dikatakan baik Apabila ada saham yang memiliki
ROE positif dan makin besar, maka dapat dipastikan
harga dan return akan positif.
N. ROE pada PT Resources Alam Indonesia, Tbk.
Dalam melancarkan kegiatan operasionalnya,
perusahaan akan menggunakan Laba bersih yang dimiliki
untuk meningkatkan kegiatannya terutama dalam
mencapai tujuannya untuk mencapai laba yang
maksimal. Nilai ROE pada perusahaan selama 5 tahun
cenderung mengalami naik turun yang fluktuatif.
Nilai ROE pada perusahaan selama 5 tahun
cenderung konstan karena naik turunnya nilai ekuitas
diikuti pula dengan naik turunnya laba bersih yang
diperoleh. Artinya jika perusahaan menambah total
penggunaan aktivanya maka laba bersih yang diperoleh
akan naik.
Namun sebaliknya, jika perusahaan
mengurangi total penggunaan aktivanya maka laba
bersih yang diperoleh pun menurun.
Berdasarkan data ROE keseluruhan pada PT.
Resources Alam Indonesia, tbk. Pada tahun 2005,2006
dan 2007 ROE mengalami penurunan berarti
kemamp[uan perusahaan dalam menciptakan laba
menurun, namun ditahun 2007 ke 2008 mengalamin
kenaikan. Nilai ROE yang paling tinggi pada tahun 2008
sebesar 36,69, ROE tinggi berarti kemampuan
manajemen dalam menciptakan laba baik, ROE bertanda
positif, menunjukan bahwa perusahaan keuntungannya
34
meningkat atau memiliki laba positif, maka harga
sahamnya akan meningkat pula meningkat dapat
dikatakan baik Apabila ada saham yang memiliki ROE
positif dan makin besar, maka dapat dipastikan harga
dan return akan positif.
O. ROE pada PT Bumi Resources, Tbk.
Dalam melancarkan kegiatan operasionalnya,
perusahaan akan menggunakan Laba bersih yang dimiliki
untuk meningkatkan kegiatannya terutama dalam
mencapai tujuannya untuk mencapai laba yang
maksimal. Nilai ROE pada perusahaan selama 5 tahun
cenderung konstan karena naik turunnya nilai ekuitas
diikuti pula dengan naik turunnya laba bersih yang
diperoleh. Namun pada tahun 2008 hingga 2009
mengalami penurunan drastis, Artinya jika perusahaan
menambah total penggunaan aktivanya maka laba bersih
yang diperoleh akan naik. Namun sebaliknya, jika
perusahaan mengurangi total penggunaan aktivanya
maka laba bersih yang diperoleh pun menurun.
Berdasarkan data ROE keseluruhan pada PT. Bumi
Resources, tbk. Pada tahun 2005 dan 2006 ROE
mengalami penurunan, ditahun 2007 mulai mengalami
kenaikan namun pada tahun 2008 hingga 2009 kembali
mulai mengalami penurunan yang sangat drastis. Nilai
ROE yang paling tinggi pada tahun 2007 sebesar 70,32,
ROE tinggi berarti kemampuan manajemen dalam
menciptakan laba baik, ROE bertanda positif,
menunjukan
bahwa
perusahaan
keuntungannya
meningkat atau memiliki laba positif, maka harga
sahamnya akan meningkat pula meningkat dapat
dikatakan baik Apabila ada saham yang memiliki ROE
positif dan makin besar, maka dapat dipastikan harga
dan return akan positif.
P.
Analisis Statistika dengan Pengolahan SPSS
Analisis ini merupakan angka statistik yang disertai
dengan analisis pengaruh dan keeratan hubungan antara
variabel independent dengan variabel dependent data
secara statistik. Tingkat signifikansi yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah α = 5% atau tingkat
signifikan (level of significant) 0,5%.
Analisis SPSS pada Perusahaan yang Bergerak Dibidang
Pertambangan.
Pengolahan SPSS yang digunakan yaitu variabel X1
(Earning Per Share), X2 (Price Earning Ratio) terhadap
ROE (Y) pada Perusahaan yang bergerak dibidang
Pertambangan. adalah sebagai berikut :
Dari tabel 1 model summary diperoleh nilai
kolerasi (R) antara variabel (X1) Earning Per Share,
variabel Price Earning Ratio (X2) terhadap variabel (Y)
ROE sebesar 0,610 atau sebesar 61,0 %. Nilai ini
menunjukan bahwa pengaruh yang terdapat antara
variabel independent Earning Per Share (x1), Price
Earning Ratio (X2) dengan variabel dependen Return On
Equity (Y) mempunyai sifat keeratan hubungan kuat,
karena nilai kolerasi sebesar 0,606 berada dari nilai
interval koefisien 0,60 < r < 0,80.
Dari tabel 1 diperoleh nilai koefisien determinasi
(R2 Square) sebesar 0,372 atau hanya sebesar 37,2%. Hal
ini menunjukan model yang dibangun hanya dapat
dijelaskan sebesar 37,2%, sisanya sebesar 62,8%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukan
dalam model.
Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 12, April 2010
MUNAWAR & SOELEHAN. Pengaruh EPS dan PER terhadap ROE pada Perusahaan Pertambangan
Dari tabel 2 dapat diketahui pengaruh EPS dan PER
secara simultan mempengaruhi ROE, dengan nilai F
6.522 dan signifikan 0.006 yang berarti menolak H 0
atau dapat dinyatakan karena sig 006< 0.05, sehingga
kedua variabel secara bersama-sama mempengaruhi
Return On Equity ROE.
Dari tabel 3 dapat diketahui jika dilihat dari uji
coeffisients constant bahwa secara sendiri-sendiri
signifikan, karena standar error 0,006<0.05,dan apabila
dilihat dari variabel EPS dengan Coefficient B sebesar
1.949, dan standar error 0,064 itu tidak signifikan,
karena 0,064>0,05. akan tetapi jika tingkat signifikan
itu sendiri adalah 10% atau 0.10 itu signifikan atau
berpengaruh karena dibawah 10%. Dan apabila dilihat
dari Variabel PER dengan Coeffient B sebesar 2,493 dan
standar error 0,021 itu signifikan, karena 0,021<0,05.
Pengaruh variabel Earning Per Share dan Price
Earning Ratio terhadap Return On Equity pada
keseluruhan perusahaan dapat diketahui dalam
persamaan Linier Regression sebagai berikut :
Y = 21,661+ 0,013 X1+ 1,371 X2
Persamaan tersebut menggambarkan bahwa pengaruh
Earning Per Share dan Price Earning Ratio memiliki
pengaruh positif, artinya jika setiap perubahan Earning
Per Share dan Price Earning Ratio naik sebesar 1 satuan,
maka Return On Equity senantiasa bergerak berbanding
terbalik dengan penambahan Earning Per Share dan
Price Earning Ratio sebesar 0,013 dan 1,371 tapi bila
Earning Per Share dan Price Earning Ratio tidak
mengalami perubahan, maka Return On Equity hanya
akan berada pada level yang stabil dan bernilai positif
yaitu 21,661.
Tabel 1 Koefisien Korelasi dan Determinasi
Variables Entered/Removed(b)
Variables
Variables
Entered
Removed
PER, EPS(a) .
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: ROE
Model Summary
Model
1
Model
1
R
.610(a)
Method
Enter
Adjusted R
Std. Error of
R Square
Square
the Estimate
.372
.315
26.86452
a Predictors: (Constant), PER, EPS
Tabel 2 Uji ANOVA
ANOVA(b)
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
9413.957
Df
2
Mean
Square
F
Sig.
4706.97
6.522
.006
9
721.702
15877.451 22
25291.408 24
a Predictors: (Constant), PER, EPS
b Dependent Variable: ROE
Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 12, April 2010
Tabel 3 Pembentukan Persamaan Regresi dan Uji
Persamaan Regresi
Coefficients(a)
Model
1
(Constant)
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
21.661
7.082
EPS
.013
.007
PER
1.371
.550
Std
Coef
Beta
T
B
Sig.
Std.
Error
3.058
.006
.339
1.949
.064
.433
2.493
.021
a Dependent Variable: ROE
Berdasarkan data di atas, terbukti bahwa secara
bersama-sama variable EPS tidak berpengaruh terhadap
variabel ROE (Y) karena tidak signifikan hal itu terbukti
bahwa hasil uji 0,064 > 0,5 atau lebih besar
dibandingkan dengan tingkat kepercayaannya itu sendiri
sehingga persamaan tersebut berubah menjadi:
Y=21,661+1,371X2
terbukti persamaan tersebut menggambarkan bahwa
disini yang berpengaruh adalah variabel PER karena
tingkat signifikannya lebih kecil dari tingkat
kepercayaan sebesar 0,5 atau 0,021<0,5. Setelah diuji
sendiri-sendiri tidak signifikan namun setelah diuji
secara bersama-sama signifikan.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya,
maka dapat diperoleh simpulan sebagai berilkut:
1. EPS Yang Tertinggi pada ke-5 sektor pertambangan
terdapat pada PT. Timah,Tbk sebesar 3545,77. EPS
meningkat/tinggi maka permintaan atas saham
perusahaan semakin banyak dari calon investor
sehingga harga saham perusahaan tersebut dipasar
modal cendrung meningkat. Jika nilai EPS naik
maka harga saham mengalami kenaikan dan yang
mempunyai EPS terendah adalah PT. Resources
Alam Indonesia, Tbk sebesar -15,89
2. PER yang Tertinggi pada ke-5 sektor pertambangan
terdapat pada PT. Aneka Tambang, Tbk. Yaitu
sebesar 53,78. Sebaliknya yang mempunyai Price
Earning Ratio yang terendah adalah pada PT.
Resources Alam Indonesia, Tbk. Sebesar -0,98.
Akan tetapi disini mengindikasikan bahwa PER
meningkat dapat dikatakan baik, namun perusahaan
dengan nilai PER yang tinggi berarti memiliki laba
yang rendah begitupun sebaliknya jika perusahaan
memiliki nilai PER yang rendah berarti memiliki
laba yang tinggi.
3. ROE yang tertinggi pada ke-5 sektor pertambangan
terdapat pada PT. Bumi Resources, Tbk. yakni
70,32. jika ROE tinggi maka kinerja perusahaan
membaik karena perusahaan mampu memperoleh
laba maka penilaian investor pada saham yang
diperjual
belikan
ekspektasi
investor
dan
selanjutnya harga saham akan meningkat sejalan
dengan ekspektasi investor. Dan yang mempunyai
ROE terendah adalah pada PT. Resources Alam
Indonesia,Tbk. Sebesar -2,95. Hal ini terjadi karena
kinerja perusahaan tidak baik disebabkan karena
perusahaan ini tidak mampu memperoleh laba yang
baik terjadi karena target yang ditetapkan pada
awal tahun tidak terpenuhi oleh pihak manajemen
kepada pemegang saham.
35
MUNAWAR & SOELEHAN. Pengaruh EPS dan PER terhadap ROE pada Perusahaan Pertambangan
4.
EPS dan PER secara bersama-sama berpengaruh
terhadap Return On Equity ROE, namun setelah
dilakukan analisis pengaruh keduanya terhadap
Return On Equity (ROE) secara individual, hanya
variable PER yang berpengaruh nyata terhadap
Return On Equity (ROE), sedangkan EPS tidak
berpengaruh secara nyata terhadap Return On
Equity (ROE). Selanjutnya variable EPS pada tingkat
signifikan 10% berpengaruh terhadap Return On
Equity (ROE).
Tjiptono Darmadji, Hendy M. Fakhruddin, 2001. Pasar
Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab.
Salemba Empat, Jakarta.
http://pustakaonline.wordpress.com
www.idx.co.id
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Iskandar Z. 2003. Pasar Modal, Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Nasindo Internusa
Arifin,A. Membaca Saham. Yogyakarta: ANDI
Bambang Riyanto. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan,
Gajah Mada, Yogyakarta.
Brigham, Eugene F. and Philip R. Daves. 2001.
Intermediate Financial Management. 8th edition.
Candradewi, Susanna.2000. “Pengaruh EPS, PER, ROI,
Debt to Equity Ratio dan Net Profit Margin dalam
menetapkan harga saham perdana (Studi Pada
Perusahaan Yang Terdaftar di BEJ)” Jurnal
Penelitian Balance Vol 1
Darmaji, Tjiptono & Fakhrudin.2001.Pasar Modal
Indonesia. Jakarta: Salemba Empat
Fabozzi, J. 2003. Manajemen Jilid Satu. Bussiness
Publication Texas
Harahap, Sofyan Safri. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan
Keuangan. Jakarta : PT Grafindo Persada
James C. Van Horne, dan John M. Wachowicz, JR. 2005.
Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi 12, Salemba
Empat: Jakarta.
Jogiyanto, 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Edisi 2. BPEP, Yogyakarta.
Jogiyanto.2003.Teory Portofoli dan Analisis Investasi
Edisi 2. Yogyakarta:BPFE
Munawir.2001 Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta:
Liberty
Pandji Anoraga, Piji Pakarti. 2001.Pengantar Pasar
Modal, Edisi Revisi. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Prastowo, Dwi & Yuliaty, Rifky. 2002. Analisis Laporan
Keuangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN
Husnan,Suad.2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan
analisis Investasi. Yogyakarta:UPP AMP YKPN
Raharjo, Budi. 2003. Laporan Keuangan Perusahaan.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori Dan
Aplikasi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Siamat, Dahlan, 2001. Manajemen Lembaga Keuangan.
Edisi ketiga. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta
Simamora, H. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan
Keputusan Bisnis. Jakarta: Salemba Empat
Suad Husnan., dan Enny Pudjiastuti. 2002. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. Edisi 2, Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Suad Husnan., dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. Edisi 4, Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Tandelin, Eduardus. 2001. Analysis Investasi dan
Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. BPFE.
Yogyakarta.
36
Jurnal Ilmiah Kesatuan Nomor 1 Volume 12, April 2010
Download