1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah cecah (Presbytis melalophos). Penyebaran cecah ini hampir di seluruh bagian pulau kecuali di bagian pantai timur, selatan Pulau Sumatera. Cecah dari genus Presbytis ditemukan di hutan hujan Semenanjung Malaysia, kepulauan Sumatra mulai dari bagian selatan sampai utara serta Kalimantan bagian barat (Oates, Davies dan Delson, 1994). Cecah di alam merupakan satwa arboreal dan diurnal, hidup berkelompok dengan satu individu jantan dan lima sampai tujuh individu betina dan dapat ditemukan lebih dari dua individu jantan dalam satu kelompok. Kelompok dengan daerah jelajah kecil lebih teritorial dari pada kelompok dengan daerah jelajah besar, hal tersebut berhubungan dengan ketersediaan pakan. Untuk menentukan daerah teritori kelompok jantan mengeluarkan suara sebagai penanda wilayah. Jantan yang soliter biasanya diusir dari kelompok oleh jantan alpha dan ini terjadi pada habitat yang tidak mendukung ketersediaan sumber pakan (Bennett dan Davies, 1994; Schaik, Assink, Salafsky, 1992; Supriatna dan Wahyono, 2000). Cecah merupakan satwa dilindungi dengan status terancam punah (endangered) dalam Red Data Book IUCN (International Union for Conservation of Nature and 2 Natural Resources) (IUCN, 2008). Guna mencegah terjadinya kepunahan jenis satwa ini kegiatan konservasi cecah sangat penting dilakukan melalui perlindungan terhadap spesies dan habitatnya. Perlindungan terhadap satwa ini telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa yang memasukkan semua satwa jenis dari famili Cercopithecidae dalam daftar satwa yang dilindungi. Perlindungan satwa terancam punah dan habitatnya harus dilakukan oleh semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah sebagai pemangku kebijakan, mulai dari lokal, regional maupun secara global. Pengelolaan lahan oleh masyarakat cenderung merusak ekosistem alami dari satwa liar. Namun masyarakat Repong Damar, Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung adalah salah satu contoh keberhasilan masyarakat dalam mengelola hutan secara berkelanjutan melalui kearifan lokal yang terus terjaga hingga saat ini. Repong Damar adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat lokal dalam menyebut kebun damar. Alasan masyarakat menggunakan istilah repong karena kebun identik dengan monokultur, sedangkan repong damar tidak hanya terdiri dari jenis damar melainkan terdapat jenis tumbuhan lain seperti durian, duku, manggis, jenis kayukayuan, semak belukar, dan tanaman obat (Winarti, 2013). Secara geografis letak Pekon Pahmungan berada di perbatasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), sehingga perannya sebagai penyangga kawasan TNBBS sangat penting bagi habitat berbagai macam satwa. Cecah dapat hidup pada berbagai tipe habitat 3 seperti hutan karet rakyat, hutan campuran, hutan mangrove, hutan sekunder dan hutan primer (Bakar dan Suin, 1993). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana struktur populasi cecah berdasarkan susunan umur dan rasio seksual di Repong Damar, Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui populasi cecah berdasarkan susunan umur dan rasio seksual di Repong Damar, Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. D. Manfaat penelitian 1. Sebagai sumber informasi terbaru tentang populasi cecah di Repong Damar, Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat untuk bahan pertimbangan dalam upaya pelestariaan populasi cecah. 2. Sebagai dasar pertimbangan untuk rencana pengelolahan hutan dan repong damar di kawasan penyangga TNBBS Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat. 4 E. Kerangka penelitian Repong Damar, Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat merupakan kawasn penyangga TNBBS yang berada tepat di tepi TNBBS, banyak satwa yang hidup di Repong Damar antara lain jenis primata cecah. Kondisi alam yang sangat terjaga dengan kearifan lokal tetap mempertahankan keadaan alam yang membuat habitat bagi cecah masih terlihat baik. Namun populasi cecah di Repong Damar, Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat belum banyak diketahui. Objek penelitian ini adalah cecah, untuk mengetahui populasi cecah maka perlu dilakukan penelitian populasi cecah dengan cara mencari data mengenai ukuran kelompok, komposisi umur dan rasio seksual. Metode yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah metode titik terkonsentrasi (concentration count) (Bismark, 2009), dengan melakukan pengamatan secara terkonsentrasi pada satu titik yang diduga memiliki intensitas penjumpaan terhadap satwa tinggi pada lokasi pengamatan. Sehingga akan didapatkan hasil tentang populasi cecah di Repong Damar, Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya pelestariaan populasi cecah dan dasar pertimbangan untuk rencana pengelolahan hutan dan Repong dDamar di kawasan penyangga TNBBS Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat. Kerangka pikir pada Studi Populasi Cecah di Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat pada Gambar 1. 5 Repong Damar Cecah (Presbytis melalophos) Komposisi Umur Ukuran Kelompok Dewasa a Remaja Rasio Seksual Anak Jantan Dewasa Metode Area Terkonsentrasi (Concentration Count) Metode Area Terkonsentrasi (Concentration Count) Betina Remaja Dewasa Metode Area Terkonsentrasi (Concentration Count) Populasi Cecah Gambar 1. Kerangka penelitian studi populasi cecah (Presbytis melalophos) di Repong Damar Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat. Remaja