PEREMPUAN DALAM SYARIAT ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA Suyatno Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Semarang [email protected] Abstract: Islam since the beginning of the whole ummah's mandated to protect and put women in a safe position. So that embraces syar'i, women are actually safe and respectable position. But in reality, many obstacles and hurdles that actually invented by the Muslims themselves. The majority of Islamic legal interpretation and the results are written by scholars and men often bring bias in their views. Patriarchal culture has marginalized women, denying women as caliph fil ard, and deny justice teachings promoted by the Qur'an. Ideal-normative Islam does not differentiate between men and women, let alone discriminate against women. As carrier safety and kerahmatan entire universe (rahmatan li al-'aalamiin), Islam puts women's position as evidence of primacy. Women are not appreciated at the time of ignorance, with the arrival of Islam he earned a place of honor, getting an education, open a wider kesempatann for actualization and selfdevelopment. Keywords: Women's Rights, Human Rights, Syar'i. Abstraks: Islam sejak awal seluruh umat yang diamanatkan untuk melindungi dan menempatkan perempuan dalam posisi yang aman. Jadi yang mencakup syar'i, wanita sebenarnya posisi aman dan terhormat. Namun pada kenyataannya, banyak kendala dan rintangan yang sebenarnya diciptakan oleh Muslim sendiri. Mayoritas penafsiran hukum Islam dan hasilnya ditulis oleh ulama dan orang-orang sering membawa bias dalam pandangan mereka. Budaya patriarki telah meminggirkan perempuan, menyangkal perempuan sebagai khalifah fil ard, dan menolak ajaran keadilan dipromosikan oleh AlQur'an. Islam Ideal-normatif tidak membedakan antara pria dan wanita, apalagi mendiskriminasikan perempuan. Sebagai pembawa keselamatan dan kerahmatan seluruh alam semesta (rahmatan li al-'aalamiin), Islam menempatkan posisi perempuan sebagai 242 | MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013 bukti keutamaan. Wanita tidak dihargai pada saat kebodohan, dengan kedatangan Islam ia mendapatkan tempat terhormat, mendapatkan pendidikan, membuka kesempatann yang lebih luas untuk aktualisasi dan pengembangan diri. Kata Kunci: Hak Perempuan, HAM, Syar’i. sejak Pendahuluan Problem yang perlu ditegaskan dalam artikel ini yaitu, bahwa pemahaman dan interpretasi yang salah dari sebagian kalangan dalam awal mengamanatkan kepada seluruh ummatnya untuk melindungi dan menempatkan wanita dalam posisi aman. Dalam arti lain, yang menjadi orientasi penulis adalah melakukan mendiskripsikan hak-hak perempuan dan reinterpretasi pemahaman bahwa Islam kewajibannya, dari adalah benar-benar tidak diskriminatif rentannya penodaan dan klaim Islam terhadap perempuan, sekaligus sebagai biang keladi dan legetimator tindakan manifestasi dari makna aktualisasi HAM; diskriminasi terhadap perempuan. Oleh dengan bukti yang terdapat dalam konten karena itu, artikel ini melihat perlu khutbah meluruskan dalam Muhammad yang akan menjadi uraian ajaran analisis dalam peneniltian ini yaitu kata Islam terutama menyangkut pembahasan “…ﺧ ْﻴﺮًا َ ﺳ َﺘ ْﻮﺻُﻮا ﺑِﺎﻟ ﱢﻨﺴَﺎ ِء ْ ”اyang akan menjadi tentang relasi perempuan dengan kaum pembahasan laki perlindungan adalah lain kesalahpahaman interpretasi-interpretasi laki sisi serta tentang menempatkan relasi haji wada’ serta oleh Nabi relevansinya terhadap bagi hak-hak tersebut secara proporsional berdasarkan perempuan dalam Islam sebagai fokus konteks materi Khutbah (pidato) haji utama dalam penelitian ini. Wada’ Nabi Muhammad Saw, yang dipandang sebagai deklarasi Islam tentang Hak Asasi Manusia (HAM). A. Perempuan Kaum perempuan sejak lama telah menjadi pemikiran terhadap keamanan dan privasinya Dekapan Syariah Penjelasan tentang relasi perempuan dan laki-laki serta hak-hak mendapat kaum perempuan perspektif Islam, telah asasinya. banyak di ulas dalam berbagai momen Islam dalam hal perlindungan ini, justeru seperti seminar, diskusi, lokakarya, bedah yang perlindungan bagian Dalam dari manusia sebagai Pembahasan seharusnya atas hak-hak Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno) | 243 buku dan momen lainnya. meredaksikannya dengan wasiah (wasiat) Termasuk juga tanggapan dari para kaum yang berkonotasi lebih dari sekadar feminis Timur. perintah bagi kaum bani Adam untuk Pembahasan mengenai kesetaraan gender berbuat baik kepada kaum perempuan yang merupakan bagian dari perjuangan dan memperlakukan secara bermartabat hak-hak perempuan di negara Barat telah dan ramah, termasuk kewajiban untuk menjadi cabang dari disiplin ilmu. Salah memenuhi satu buku yang sangat komprehensif yang lingkut privat maupun publik. Hasil dan membahas tentang hak-hak perempuan, tawaran dalam karya ini, memberikan adalah dua buah karya karya Abdu al- respon Razzaq Bin Abdul Muhsin al-Badar perempuan berjudul Takrim al-Islam li al-Mar’ah, menjadi produktif berdasarakan konten (2009) dan Khuthab Wa Mawa'iz Min khutbah haji wada’. Seorang penulis Hajjah al-Wada’i, (2005). Dua karya ini kontemporer Timur Tengah Robi’ al- merupakan master peace dari pemikiran Madkholi menulis dalam karyanya al- Abdur Razzaq kaitannya dengan potret Huquq Wa al-Wajibat ‘ala al-Rijal wa al- perempuan dalam Islam. Dalam karya Nisa'i pertama ia menjelaskan normativitas baik Kewajiban Kaum Laki-laki dan Kaum yang al-Qur’an Perempuan dalam Islam). Dalam buku ini maupun Hadits tentang posisi perempuan ia berusaha meluruskan stigma negatif dalam telah sebagian orang (kaum feminis Liberal) memberikan penghormatan (pemulyaan) terhadap Islam atas pendiskriminasian terhadap kaum perempuan. Sebuah karya kaum perempuan. Ia berusaha untuk yang di meletakkan dalamnya terdapat asumsi bahwa Islam pendekatan sangat memulyakan perempuan yang perempuan secara komprehensif dapat mungkin tidak dimiliki oleh agama lain. dipahami Barat maupun berbentuk Islam perlu ilmiah dalil-dalil di mana diapresiasi, Islam karena Dalam karyanya yang kedua Abdur Razzaq kemanusiaan menjelaskan dengan pilar-pilar memberikan apresiasi terhadap Hak asasi Manusia positif fi yang baik dalam terhadap asumsi cenderung negatif, al-Islam (Hak-hak permasalahan ideal bukan dengan normatif, dengan dan sehingga pandangan diskriminatif, tetapi lebih sikap ramah dan penghargaan yang sangat tinggi terhdap mereka. Selanjutnya, secara umum terutama hak-hak kaum menulis perempuan secara khusus, kerena Nabi kesetaraan 244 | hak-haknya buku Nasaruddin berjudul Gender, yang Umar Argumen berusaha MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013 membangun epistimologi gender berbasis menggunakan al-Qur’an dengan berusaha memaparkan Kegelisahan ayat-ayat menginspirasikan ditulisnya buku Qur`an yang berkaitan dengan metode Hermeneutik. ini akhirnya perempuan, kemudian menganalisanya and dengan berbagai pendekatan dan disiplin Gender Jihad, Women’s Reform in Islam, ilmu modern sehingga sampai pada karya yang membuat sebuah reformasi sebuah terhadap kesimpulan bahwa pesan Woman, kemudian perempuan Inside Islam The dan universal al-Qur’an adalah pengakuan merupakan grand proyek intelektualnya kesetaraan sehinggga pemikiran dan perannya mulai antara laki-laki dan perempuan. Dari kalangan fminis Islam diperhitungkan. Internasional Amina Wadud Muhsin dirintisnya fikih yang berkeadilan gender menulis buku dengan judul Inside The oleh feminis Islam, maka di samping Gender Jihad, Women’s Reform in Islam, mengutip Ajaran Islam mengenai keadilan antara Inside The Gender Jihad, Women’s laki-laki dan perempuan, menimbulkan Reform In Islam, penulis juga banyak kegelisahan di diri Amina Wadud ketika mengutip-bahkan mayoritas- pemikiran melihat keterpurukan Perempuan Islam di yang segala bidang. As a fully Human agency, Qur`an and Woman di atas. Hal ini ia dikarenakan fikih yang ia rintis nantinya mulai mencari penyebab dari Berkaitan pemikirannya dirangkumnya dengan dalam buku dalam karyanya keterpurukan tersebut kepada sumber adalah ajaran Islam terkai dengan perempuan. terhadap interpretasi ulama terdahulu Dalam pernyataan Wadud, bahwa mayoritas penafsiran dan hasil hukum produk terhadap dari ayat dan reinterpretasinya hadis tentang perempuan. Islam ditulis oleh para ulama pria Dari hasil penelitian dan hasil karya seringkali membaca bias pada pandangan yang mereka. Menurutnya, budaya patriarki menemukan kajian atau pembahasan telah memarginalkan kaum perempuan, yang menafikan mereka sebagai khalifah fil perempuan ardh, serta menyangkal ajaran keadilan Islam normatif yang berlandaskan kajian yang diusung oleh al-Qur`an (Wadud, konten Hadits Khutbah (pidato) Haji 1997 : 50). Ia tertantang dan berjuang Wada’ Nabi Muhammad SAW secara (jihad) untuk melakukan reinterpretasi komprehensif. Oleh karena itu, penulis terhadap pada artikel ini ingin mengkaji secara masalah tersebut dengan disebutkan, menyajikan penulis mengenai berdasarkan Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno) belum hak-hak epistimologi | 245 mendalam dan komparatif dengan menganalisa konten hadits tersebut. Sebagaimana laki-laki untuk diperlakukan secara dalam manusiawi. Jika laki-laki memiliki hak konteks historis tentang peranan Islam mendapat pendidikan, pekerjaan, hak dalam memperjuangkan tegaknya nilai- ekonomi, sosial dan lain-lain maka nilai HAM, terdapat beberapa data perempuanpun historis tentang informasi penegakan kaum HAM. Islam sebagiamana agama-agama terhadap hak-haknya merupakan bagian yang lain, juga menitikberatkan pada dari pilar-pilar perjuangan Nabi SAW. nilai persamaan derajat manusia disisi semenjak empat belas abad silam. Dalam Tuhan. Terdapat dua deklarasi ketika hal ini, terdapat tiga pilar revolusi yang berbicara tentang HAM (huquq al- diperjuangkan oleh Nabi Muhammad insaniyyah) yang menjadi perjuangan mulai dari Makkah, hingga hijrahnya ke Nabi Muhammad SAW, yaitu terkait Madinah. dengan Piagam Madinah (Charter of (melawan Madina) dalam membangun masyarakat patung), atau bahkan atheis menjadi (ummah) di Madinah. Selain Piagam kembali Iman kepada Allah dengan Madinah adalah Khutbah Haji Wada’ seruan yang di dalamnya menegaskan hak-hak gaungnya menggtarkan seluruh Jazirah perempuan, baik yang menyangkut harta, Arabia (Arief, 1992 : 86). Kedua, hak-hak, dan perlindungan (Ul Hag, 2007 revolusi HAM Masyarakat Jahiliyah. : 17). Karena, salah satu ajaran yang Contoh perempuan dikuburkan hidup- sangat hidup-menjadi urgen diketahui memiliki kesederajatan dengan kaum dalam Islam adalah sama. perempuan Pertama, Pemberdayaan dan pengakuan revolusi tauhid paganisme-penyembah tauhid (monotheisme) terangkat yang derajatnya pengakuan hak-hak perempuan (huquq seperti laki-laki. al-mar’ah) untuk diperlakukan secara mencerminkan penegakan HAM bagi bermartabat oleh komunitas manusia perempuan, terutama yang (khutbah) Haji Wada’ di mana dalam diperjuangkan oleh Nabi Muhammad teks-teks khutbah tersebut hak-hak kaum SAW. (Ul Hag, 2007 : 17). perempuan diberi apresiasi, sehingga kaum lelaki, seperti Selain itu, yang tertuang dalam isi pidato Menodai kehormatan perempuan tercipta relasi yang harmonis dan dimanis adalah tindakan melanggar HAM dan di bawah bimbingan wahyu Allah SWT sekaligus melanggar ajaran agama Islam. (Arief, 1992 : 86). Sebab dalam Islam, kaum perempuan konstitusi 246 | yang Ketiga, revolusi dilakukan Nabi di MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013 Madinah, sehingga melahirkan Piagam رﺿﻲ- ﺠﺸَﻤﻲ ُ ص اﻟ ِ ﻋﻦ ﻋﻤﺮو ﺑﻦ اﻷﺣﻮ Madinah sebagai landasan bermasyarakat ﺻﻠﻰ اﷲ- ﻲ ّ ﺳ ِﻤ َﻊ اﻟﻨﱠﺒ َ أﻥﱠ ُﻪ: - اﷲ ﻋﻨﻪ dan bernegara bagi Umat Islam (Pulungan, 2002 : 78). Ketiga pilar inilah yang paling ن ْ ل َﺑ ْﻌ َﺪ أ ُ ع َیﻘُﻮ ِ ﺠ ِﺔ اﻟ َﻮدَا ﺣﱠ َ ﻓﻲ- ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻆ َ ﻋﻠَﻴ ِﻪ َو َذ ﱠآ َﺮ َووَﻋ َ وَأ ْﺛﻨَﻰ، ﺣ ِﻤ َﺪ اﷲ َﺕﻌَﺎﻟَﻰ َ terlihat dalam perjuangan Nabi dalam ، ﺧﻴْﺮًا َ ﺳﺘَﻮﺻُﻮا ﺑﺎﻟﻨﱢﺴﺎ ِء ْ ) أﻻ وَا: ل َ ُﺛﻢﱠ ﻗَﺎ، misi ke-Islaman-nya. Akan tetapi, pada ن ِﻡ ْﻨ ُﻬﻦﱠ َ ﺲ َﺕ ْﻤِﻠﻜُﻮ َ ﻋ ْﻨ َﺪ ُآ ْﻢ َﻟ ْﻴ ِ ن ٍ ﻋﻮَا َ َﻓِﺈ ﱠﻥﻤَﺎ ُهﻦﱠ fokus kajian kali ini lebih spesifik untuk ، ﺸ ٍﺔ ُﻡ َﺒ ﱢﻴ َﻨ ٍﺔ َﺣ ِ ﻦ ِﺑ َﻔﺎ َ ن یَﺄﺕِﻴ ْﻻأ ﻚإﱠ َ ﻏ ْﻴ َﺮ ذِﻟ َ ﺵﻴْﺌًﺎ َ menganalisa materi khutbah haji wada’ ، ﻦ ﻓﻲ اﻟ َﻤﻀَﺎﺝِﻊ ﺠﺮُو ُه ﱠ ُ ﻦ ﻓَﺎ ْه َ ن َﻓ َﻌ ْﻠ ْ ﻓَﺈ seputar hak-hak kaum perempuan, bahwa ternyata perempuan diberi apresiasi dan bahkan dalam pidato tersebut terlihat ن ْ ﻓﺈ، ح ٍ ﻏ ْﻴ َﺮ ُﻡ َﺒ ﱢﺮ َ ﻦ ﺿَﺮﺑًﺎ ﺿ ِﺮﺑُﻮ ُه ﱠ ْ وَا ن َﻟ ُﻜ ْﻢ ﻻإﱠ َ ﻼ؛أ ً ﻦ ﺳَﺒﻴ ﻋﻠَﻴﻬ ﱠ َ ﻃ ْﻌ َﻨ ُﻜ ْﻢ ﻓَﻼ َﺕ ْﺒﻐُﻮا َأ nilia-nilai ﺣ ّﻘًﺎ ؛ َ ﻋَﻠ ْﻴ ُﻜ ْﻢ َ َوِﻟ ِﻨﺴَﺎ ِﺉ ُﻜ ْﻢ، ﺣ ّﻘًﺎ َ ﻋﻠَﻰ ِﻥﺴَﺎ ِﺉ ُﻜ ْﻢ َ universal dalam Islam. Oleh karena itu, ﻦ ْ ﺵ ُﻜ ْﻢ َﻡ َ ﻦ ُﻓ ُﺮ َ ﻃ ْﺌ ِ ن ﻻ یُﻮ ْﻦ أ ﻋﻠَﻴ ِﻬ ﱠ َ ﺤ ﱡﻘ ُﻜ ْﻢ َ َﻓ penelitian ini menjadi sangat penting ﻦ ْ ن ﻓﻲ ُﺑﻴُﻮ ِﺕ ُﻜ ْﻢ ِﻟ َﻤ وَﻻ َی ْﺄ َذ ﱠ، ن َ َﺕ ْﻜ َﺮهُﻮ untuk ﺴﻨُﻮا ِﺤ ْ ن ُﺕ ْ ﻋَﻠ ْﻴ ُﻜ ْﻢ أ َ ﺣﻘﱡ ُﻬﻦﱠ َ ﻻ َو َن ؛ أ َ َﺕ ْﻜ َﺮهُﻮ sangat menjunjung dijadikan tinggi sebagai kontribusi akademik. Sekedar gambaran kendala yang dihadapi dalam upaya penegakan ﻦ ( رواﻩ ﻃﻌَﺎﻡِﻬ ﱠ َ ﻦ َو ﺴ َﻮﺕِﻬ ﱠ ْ ﻦ ﻓﻲ ِآ ِإَﻟ ْﻴ ِﻬ ﱠ اﻟﺘﺮﻡﺬي HAM Khususnya menyangkut hak-hak kaum Hawa adalah ketidaktahuan sejauh mana pengakuan hak-hak tersebut bisa dipertanggung jawabkan secara benar. Dalam ranah ilmiah hal tersebut dengan Dalam hadits lain yang semakna namun dengan redaksi yang sedikit berbeda Nabi SAW. Bersabda (Muslim, t.t., 1218): mudah bisa dilacak dan diakses. Misalnya kandungan- ﻓﺎﺕﻘﻮااﷲ ﻓﻲ اﻟﻨﺴﺎء ﻓﺈﻥﻜﻢ أﺧﺬﺕﻤﻮهﻦ ﺑﺄﻡﺎن kandungan ajaran Islam yang termaktub اﷲ واﺳﺘﺤﻠﻠﺘﻢ ﻓﺮوﺝﻬﻦ ﺑﻜﻠﻤﺔ اﷲ وﻟﻜﻢ dalam Hadits-hadits Nabi Muhammad ﻋﻠﻴﻬﻦ أﻻ یﻮﻃﺌﻦ ﻓﺮوﺵﻜﻢ أﺣﺪا ﺕﻜﺮهﻮﻥﻪ SAW. ﻓﺈن ﻓﻌﻠﻦ ذﻟﻚ ﻓﺎﺿﺮﺑﻮهﻦ ﺿﺮﺑﺎ ﻏﻴﺮ dengan menganalisa Salah satu hadis yang dimaksud adalah hadits riwayat at-Turmudzi dalam ﻡﺒﺮح وﻟﻬﻦ ﻋﻠﻴﻜﻢ رزﻗﻬﻦ وآﺴﻮﺕﻬﻦ Sunan Turmudziy: (Al-Turmudziy, t.t., ﺑﺎﻟﻤﻌﺮوف 467) Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno) | 247 Ajaran Islam tentang hak asasi terbukanya kesempatann yang lebih luas manusia di atas telah diaktualisasikan untuk aktualisasi dan pengembangan diri. dalam kehidupan bermasyarakat pada Dalam hal ini relevansinya dengan zaman Nabi Muhammad SAW dan penelitian bahwa Materi Khutbah Arafah Khulafa’ur Rasyidin (empat khalifah / Khutbah Haji Wada’ secara normatif- pertama) seperti tersirat dalam beberapa konseptual merupakan bukti pengakuan Sunnah dan tradisi Sahabat. Sebagian dari Hak-hak Asasi bagi Manusia secara khutbah Rasulullah SAW. di depan umum, karena mengandung pemeliharaan umatnya yang menerangkan tentang hak terhadap pelanggaran lima kebutuhan asasi pada dasar setiap individu (Daruuriyyaat al- peristiwa Haji Wada’ adalah: (Bukhari, Khamsah; Agama, darah, harta, nyawa, t.t., 1679) dan إن دﻡﺎءآﻢ وأﻡﻮاﻟﻜﻢ ﺣﺮام ﻋﻠﻴﻜﻢ آﺤﺮﻡﺔ یﻮﻡﻜﻢ terhadap hak-hak asasi perempuan secara هﺬا ﻓﻲ ﺵﻬﺮآﻢ هﺬا Khusus, karena penjaminan hak-haknya manusia secara umum Hadits-hadits diatas secara eksplisit menjustifikasi adanya pengakuan hak perempuan seorang dalam konteks sebagai pengakuan tersebut manifestasi dari dihadapan Allah isteri, merupakan kesetaraannya (Mahfudz, 2001 : 12). Islam sesungguhnya secara ideal-normatif tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan, apalagi mendiskriminasikan perempuan. bahkan, sebagai pembawa keselamatan dan kerahmatan seluruh alam (rahmatan li al-‘aalamiin), Islam menempatkan pengangkatan derajat dan posisi perempuan sebagai bukti keutamaannya. Perempuan yang pada masa Jahiliyah tidak dihargai, dengan kedatangan Islam ia mendapatkan tempat terhormat, 248 | memperoleh pendidikan, kehormatan). Dan, pengakuan merupakan kewajiban setiap kaum bani adam. Banyak hak-hak mereka menjadi tidak terakomodasi dan terlanggar dengan dalih bahwa perempuanan berkewajiban secara totalitas kepada segala kemauan bani adam (suami) dari satu sisi, padahal jika dicermati hak dan kewajiban seorang perempuan merupakan imbal balik dari penunaian seorang hak dan laki-laki. pernyataan dari kewajiban Dalam beberapa dari sebuah kalangan, menganggap hukum Islam mengekang kebebasan perempuan, yang menjadikan perempuan tidak mempunyai ruang gerak yang berkonsekuensi pada kejumudan dan ketertinggalan dan sebagai sumber fitnah. Hukum Islam yang acapkali dituduh diskriminatif di antaranya: keharusan izin bagi istri kepada suaminya MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013 jika akan keluar rumah; keharaman moral dan agama ini sangat penting untuk perempuan ditingkatkan terlebih perempuan adalah menjadi kepala negara; kewajiban perempuan menutup aurat, lembaga mendidik anak, dan Madarasah al-uula), yang tak hanya melayani suami; lelaki mampu menjadi seorang "leader of berpoligami dan seterusnya. Perempuan woman" namun dapat menjadi Aisyah dalam yang menjadi rujukan para ulama besar serta menaati kebolehan Islam dianggap tidak diberi pendidikan utama (al- kesempatan oleh Islam untuk berkiprah di sebagaimana ranah publik dan ruang gerak lainnya. SAW.“Ambillah setengah pengetahuan Dalam hal pendidikan perempuan misalnya, bahwa tingkat pendidikan agama pernyaataan kalian (Aisyah)”, dari hingga akan Nabi Al-Humairah lahir para perempuan sangat rendah dan bahkan perempuan yang cerdas, berpendidikan, akan dan berakhlakul karimah. berdampak pada terbatasnya pilihan-pilihan untuk melakukan berbagai upaya pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya serta hak sipil dan politik. Upaya mewujudkan perempuan di lembaga B. Perempuan Dalam Bingkai Hak Asasi Manusia keterwakilan Dalam konteks global Perjuangan pengambilan panjang kaum Feminis telah mendapat keputusan sekurang-kurangnya 30% dari momentumnya jumlah seluruh pengambil keputusan, naskah-naskah hak asasi manusia dan besar kemungkinan akan terus mengalami naskah perjanjian (covenant ) sebagai rintangan jawaban karena rendahnya tingkat atas dengan dikeluarkan kegelisahan mereka. pendidikan perempuan. Bahkan dalam Perjanjian (covenant) ini bersifat lebih realitanya, rendahnya tingkat pendidikan mengikat perempuan yang Pembahasan tentang hak-hak perempuan korban (women’s Rights), secara umum tidak pelanggaran hak asasi manusia, terjebak lepas dari sebuah pandangan bahwa dalam relasi kerja yang eksploitatif dan Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan predatory.Memang, tingkat pendidikan manusia berakal dan berhati nurani. salah satu indikator yang mampu menjadi Dengan akal dan nurani, manusia mampu efek bagi faktor yang sosial lain, namun membedakan yang baik dan yang buruk, yang yang mengakibatkan bersangkutan terpenting menjadi bukan hanya pada pendidikan formal saja, tetapi pendidikan daripada akan deklarasi mengarahkan belaka. sikap dan prilakunya dalam menjalani kehidupan. Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno) | 249 Dengan akal dan nurani itu, maka Manusia (HAM). Secara Formal Yuridis manusia untuk Hak-hak Asasi Perempuan telah diakui dan dalam naskah yang berskala nasional mampu maupun internasional, baik yang telah memiliki memutuskan kebebasan sendiri prilakunya sikap dan memepertanggungjawabkan semua diratifikasi tindakan yang dilakukannya. Kebebasan diratifikasi. dasar dan hak-hak dasar itulah yang dimaksud adalah: disebut hak asasi manusia. Jadi hak asasi a. 1945: Undang-Undang Dasar (UUD) manusia dapat diartikan sebagai hak-hak dasar yang dimiliki pribadi manusia maupun Adapun belum naskah yang 1945, Pasal 27 b. 1958: Undang-Undang No. 68 Tahun secara universal yang merupakan anugrah 1958, Tuhan Yang Maha Esa (Fakih, 2001 : Perempuan 167). Dalam konteks perempuan sebagai yang c. Konvensi hak Politik 1984: Undang-Undang No. 7 Tahun bagian dari masyarakat Negara-negara di 1984, Konvensi Penghapusan Segala dunia, maka apresiasi terhadap hak- Bentuk haknya terefleksikan dalam konsep Hak (CEDAW) Asasi perempuan (HAP) yang sedikitnya d. Diskriminasi Wanita 1966/1976: Kovenan Hak Sipil dan memiliki dua makna yang terkandung Politik dan Kovenan Hak Ekonomi, didalamnya hak asasi perempuan yang Sosial dan Budaya, Pasal 3 (belum hanya dimaknai sekedar berdasarkan akal diratifikasi Indonesia) sehat. Logika adalah e. 1993: Deklarasi Wina, Pasal I/18 pengakuan bahwa perempuan adalah f. 1998: S.K Presiden No. 181, Komisi manusia, dan yang dipakai karenanya sudah Nasional Anti Kekerasan Terhadap sewajarnya mereka juga memiliki hak Perempuan asasi. makna yang kedua, dibalik istilah didirikan Hak Asasi Perempuan terkandung visi g. dan maksud transformasi relasi sosial melalui perubahan relasi kekuasaan yang Protokol dari h. 2003: i. 12, 2004: Undang-Undang No. 23 Tahun adanya Dalam Rumah Tangga Asasi No. Pemilihan Umum, Pasal 65 2004, Hak CEDAW Undang-Undang ini memang lebih revolusioner karena pengintegrasian Perempuan) ditandatangani berbasis gender (Budihardjo, 2008 : 256). Makna Hak Asasi Perempuan yang kedua 2002: (Komnas Pengahapusan Kekerasan Perempuan kedalam Standar Hak Asasi 250 | MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013 j. 2006: Undang-Undang Kemudian dalam Kovenan Kewarganegaraan Tahun 2006. Internasional Dari keterangan beberapa naskah Ekonomi, Sosial, dan Budaya yang yang telah disebutkan dapat dijelasakan disahkan PBB tanggal 16 Desember bahwa hak-hak Asasi Perempuan dapat 1966, pada 13 dinyatakan bahwa dikategorikan menjadi : semua a. meratifikasi Kovenan itu harus Hak Beragama Banyak tentang Negara Hak-hak pihak yang dokumen menghormati kebebasan orang tua Internasional tentang HAM telah atau wali untuk menjamin bahwa menyebut tentang kebebasan pendidikan anak mereka di sekolah- beragama. Dalam deklarasi sekolah dilakukan sesuai dengan Universal tentang yang agama mereka. Dalam deklarasi diadopsi PBB tahun 1948, pasal 18, tentang penghapusan segala bentuk 26, dan 29, disebutkan mengenai Intoleransi pkok-pokok kebebasan beragama berdasarkan itu. Pasal 18 misalnya mengatakan kepercayaan yang diadopsi PBB bahwa setiap orang mempunyai hak tahun 1981, pada pasal 1 juga kebebasan berpikir, berkesadaran, dinyatakan bahwa setiap orang dan beragama, termasuk kebebasan bebas untuk memilih dan menganut memilih agama, agama dan memanifestasikannya menyatakan agamanya itu dalam secara pribadi dan berkelompok, pengajaran, baik dalam beribadat, pengalaman, dan HAM memeluk pengamalan dan beribadatnya, baik secara sendirisendiri maupun dalam kelompok. Dalam kovenan dan Diskriminasi Agama atau maupun pengajarannya. Dalam Kovenan internasional internasional tentang Hak-hak anak tentang hak-hak sipil dan politik yang diadopsi PBB tanggal 30 yang disahkan PBB pada tanggal November 1989, khususnya pasal 16 Desember 1966, pada pasal 18 14, 29, dan 30, dinyatakan bahwa juga dinyatakan hal yang sama Negara-negara pihak, maksudnya dengan apa yang disebutkan dalam Negara-negara pasal meratifikasi Kovenan itu, harus 18 Deklarasi Universal tentang HAM PBB tersebut. yang telah menghormati hak agama anak. Dalam dokumen Durban Review Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno) | 251 Conference bulan April 2009, hukum internasional, paragraf 13, juga dinyatakan bahwa kedaulatan suatu negara, dan soal negara-negara PBB domistic yurisdiction. Pasal 2 memperteguh komitmen mereka piagam PBB menentukan bahwa bahwa semua pernyataan yang badan itu tidak diperkenankan bersifat campur tangan dalam hal-hal yang anggota kebencian keagamaan adalah termasuk diskriminasi yang berkenaan harus hukum. masing-masing Negara : tiada Demikianlah beberapa dokumen dalam piagam ini yang member internasional merupakan wewenang kepada PBB untuk kesepakatan bangsa-bangsa anggota campur tangan dalam hal-hal yang PBB untuk menegakkan HAM di pada bidang agama. Sebagian dari isi yurisdiksi domistik setiap Negara dokumen ini telah diambil dan ( nothing contained in the present dituangkan berbagai Charter shall authorize the UN to peraturan perundangan Indonesia, intervene in matters Which are dan dilarang dengan yang ke dalam sebagian diratifikasi secara dengan hakekatnya termasuk telah assentially within the domestic penuh tanpa jurisdiction of any state). Khusus Untuk diketahui bahwa dalam kovenan yurisdiksi lainnya, catatan. 252 | subyek internasional tentang beragama, utama mengenai terdapat membangun hak kesulitan standar HAM, dinyatakan bahwa hak universal yang melintasi batas beragama termasuk hak yang kultural, sama sekali tidak boleh dikurangi adalah (dirogate), dengan tradisi memiliki kerangka acuan ketentuan Pasal 18, meskipun (Frame of Reference) internalnya demikian usaha untuk mencapai sendiri, karena kata tradisi menjabarkan sesuai sepakat mengalami khususnya bahwa Agama, masing-masing masing-masing Validitas kesukaran karena implementasi ajaran dan norma-normanya dari hak tersebut menyangkut masalah sumber-sumbernya sendiri. Jika hukum internasional yang sangat suatu taradisi kultural khususnya rumit sifatnya, seperti masalah agama kedudukan tradisi-tradisi yang lain, maka individu sebagai berhubungan dengan MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013 kemungkinan yang terjadi adalah kebebasan beragama hubungan konstitusi dan secara negatif dan dalam perundang- bahkan dengan cara permusuhan. undangan di Indonesia? Secara Untuk mengklaim loyalitas dan keseluruhan, baik UUD 45 yang kepatuhan anggota-anggotanya asli maupun hasil amandemen, suatu tradisi kultural atau agama dan juga UUD sementara yang secara menegaskan berlaku masa priode konstituante kelebihan-kelebihan dirinya atas tidak terdapat unsur pembedaan tradisi ini dan diskriminasi bagi pemeluk mempertegas adanya kesimpulan agama dan keyakinan tertentu, bahwa, hak beragama haruslah termasuk perbedaan berdasarkan disertai dengan adanya kewajiban etnis dan ras. Pada pasal 29 ayat 1 menjunjung dan normatif yang lain. tinggi Hal kebebasan 2 UUD 45, misalnya, adanya jaminan orang lain untuk menjalankan ditegaskan konsekwensi beragamnya tanpa kebebasan adanya intimidasi dan aturan- beribadah menurut agama dan aturan yang mengikat secara baku, kepercayaan bagi semua warga kecuali aturan dan norma-norma Negara. Bahkan di dalam UUD agama tersebut. 1945 Di Indonesia sendiri pasca reformasi, masalah beragama amandemen dan ditegaskan kembali kebebasan beragama dan kebebasan kepercayaan di dalam pasal 28, beragama mendapatkan banyak khususnya huruf E angka 1 dan 2 perhatian dan banyak memenuhi (an-Na’im, 1996 : 20). halaman media massa. Padahal menyertai proses reformasi 1998, b. Hak Sipil Dan Politik baik konstitusi, sistem politik Dalam maupun perundang-undangan mengalami perubahan signifikan mendekatkan kebebasan standar Internasional dan CEDAW hak yang sipil dan politik perempuan diatur yang makin dalam bentuk beberapa pasal. pada jaminan Kedua hak ini menurut perspektif dalam kovenan Internasional HAM telah beragama HAM Pertanyaannya, kovenan Universal. dikategorikan bagaimana Derogable Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno) dalam (bisa hak dikurangi). | 253 Dengan mengacu kepada Pasal 2 Pelaksanaan hak Kovenan Hak Sipil dan Politik, politik secara khusus dibatasi mengisyaratkan yaitu perundang-undangan yang adanya pembatasan intervensi disebabkan menyangkut adanya keamanan nasional dalam negara Pasal domestic ini juga yurisdiction. secara tidak ketertiban dan masing-masing. Misalnya, dalam langsung mengurangi bobot dari kovenan hak dalam ditentukan bahwa hak berkumpul harus secara damai terkena pembatasan politik karena pelaksanaannya sipil dan politik diperhatikan keadaan perundang- yang undangan Negara masing-masing undang nasional dan yang dalam (domestic yurisdiction). hak asasi masyarakat demokratis diperlukan yang dalam deklarasi dirumuskan demi dengan gaya yang gamblang, nasional atau keselamatan umum, seolah-olah tanpa batas, dianggap ketertiban umum, perlindungan perlu untuk dapat diberi batasan terhadap kesehatan dan kesusilaan atau restriksi. Banyak negara umum atau perlindungan terhadap khawatir bahwa kebebasan tanpa hak-hak dan kebebasan orang lain batas dapat mengganggu stabilitas (Pasal 21). Hak atas kebebasan dalam negeri dan menggerogoti mempunyai wewenang pendapat dinyatakan terbatas oleh sistem perundang- sesuai dengan kepentingan dan undang- keamanan mengeluarkan undangannya. Maka dari itu, hak- undang-undang hak perlu dirumuskan sedemikian berlaku yang perlu untuk a) rupa sehingga tidak melanggar menghormati hak dan nama baik domestic yurisdiction ini. orang lain, dan b) untuk menjaga Perdebatan mengenai masalah keamanan nasional atau ketertiban nasional “pembatasan” memerlukan waktu umum lama, kesusilaan umum (Pasal 19). karena dimasukkan jika dalam tidak rumusan atau Disamping yang kesehatan itu atau pasal 4 kovenan, banyak Negara tidak kovenan sipil dan politik memberi akan meratifikasinya (An Naim, wewenang kepada negara-negara 1996 : 223). pihak (contending parties) untuk dalam 254 | beberapa keadaan darurat yang MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013 mengancam dan kehidupan eksistensinya, bangsa Pasal 9 : hak atas kebebasan mengurangi dan keamanan dirinya - kewajiban-kewajibannya menurut right to liberty and kovenan ini. Akan tetapi agar security of person. wewenang tersebut oleh Pasal 14 : hak atas kesamaan di pemerintah tidak disalahgunakan, muka kekuasaan peradilan – right to khusus itu pada badan-badan gilirannya dibatasi oleh ketentuan equality bahwa ada beberapa hak yang court and tribunals. sama sekali tidak boleh dikurangi Pasal 15 : hak before untuk the tidak (derogate). Hak-hak ini antara dikenai lain hak atas hidup (Pasal 6), dan retroaktif (kedaluarsa) hak dinyatakan (hak non – derogable) bersalah atas tindakan yang bukan – no one shall be held merupakan tindakan tindak pidana quilty of any criminal pada saat dilakukannya (asas non- office which did not retroaktif atau tidak berlaku surut) constitute a crime at (Pasal the untuk 7). tidak Hak-hak tersebut bersifat tidak boleh dikurangi time it was commited. Pasal 18 (non-derogable). konsep : hak atas kebebasan Beberapa contoh hak asasi berpikir, berkeyakinan, dalam bidang sipil dan politik dan beragama (hak non berdasarkan pasal-pasal Kovenan derogable)- right to antara lain mencakup : freedom Pasal 6 : hak atas hidup- right conscience life menyangkut religion. masalah aborsi Pasal 7 euthanasia (hak non – mempunyai pendapat derogable). tanpa untuk : and untuk hak Pasal 19 thought, hak : dan of mengalami tidak gangguan (hak yang disiksa – no one shall dapat diretriksi) –Right be subjected to torture to (hak non- derogable). without interference. Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno) hold opinions | 255 Pasal 21 : hak atas kebebasan segala berkumpul secara pemerintahan damai (hak yang dapat segala tingkat diretriksi) – Right to Pasal 22 4. hak dalam : hak atas kebebasan organisasi untuk berserikat (hak perkumpulan yang dapat diretriksi) – perkumpulan right to freedom of pemerintah association berhubungan (Sipol) perempuan organisasidan non yang dengan kehidupan masyarakat pasal CEDAW hak sipil dan politik di berpartisipasi peaceful assembly. Sementara itu dalam pasal- dan politik negara Pasal 8 : Hak perempuan untuk mencakup : mendapat kesempatan Pasal 7 untuk : Hak perempuan dalam mewakili kehidupan politik dan pemerintah mereka kemasyarakatan pada tingkat Negaranya, khususnya internasional dan menjamin berpartisipasi dalam bagi perempuan atas dasar pekerjaan persamaan hak : organisasi 1. hak untuk memilih internasional. dan dipilih Pasal 9 2. hak berpartisipasi : Hak organisasi- perempuan dalam kaitan dengan dalam perumusan kwarganegaraannya, kebijakan meliputi: pemerintah dan implementasinya. 3. hak 256 | untuk fungsi untuk 1. hak yang sama dengan pria untuk memperoleh, memegang jabatan mengubah dalam mempertahankan pemerintahan dan kawarganegaraanny melaksanakan a. atau MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013 2. hak untuk mendapatkan jaminan Deklarasi yang sangat mendukung perkawinan dengan perempuan. orang asing tidak Undang-undang Pemilihan Umum secara 2004 dibuka kesempatan agar otomatis kedudukan Akhirnya, dalam mengubah perempuan kewarganegaraanny menduduki a rakyat (Budihardjo, 1997 : 258). atau dipertimbangkan 30% kursi wakil menghilangkan Secara kewarganegara- perempuan annya. naskah, dapat dijelaskan melalui yang sama dengan pria berkenaan dengan penentuan umum hak Indonesia kaum dalam boks berikut : 1) 1945: Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 27 2) 1958: Undang-Undang No. 68 kewarganegaraan Tahun 1968, Konvensi Hak anak-anak mereka. Politik Perempuan konteks kedudukan Wina bahwa 3. hak Dalam 1993, Indonesia telah menerima Indonesia, perempuan secara 3) 1984: Undang-Undang No.7 Tahun 1984, Konvensi formal cukup kuat sebab banyak Penghapusan Segala Bentuk ketentuan dalam berbagai undang- Diskriminasi undang serta peraturan-peraturan (CEDAW) lain yang memberi perlindungan yuridis padanya. Selain itu, Indonesia pun telah meratifikasi Wanita 4) 1993: Deklarasi Wina, Pasal I/18 5) 1998: S.K Presiden No. 181, dua perjanjian, yaitu perjanjian Komisi mengenai hak politik perempuan Kekerasan terhadap (Convention on the Political Right Perempuan (Komnas of Perempuan) didirikan Women) mengenai dan perjanjian penghapusan Diskriminasi terhadap perempuan Nasional Anti 6) 2002: Protocol dari CEDAW ditandatangani (CEDAW). Kemudian pada tahun Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno) | 257 7) 2003: UNdang-Undang No. pendidikan keahlian teknik 12, Pemilihan Umum, Pasal tinggi dan segala macam jenis 65 pelatihan kejuruan; Pengikutsertaan c. Hak Ekonomi, Sosial Dan pengajar Budaya. Kampanye hak ekonomi, sosial dan budaya dalam ujian, gedung dan peralatan sekolah global baru dilakukan tahun 1990- Penghapusan an. "Konstruksinya juga masih streotip rumit," laki-laki yang ditangkap oleh standar kualifikasi yang sama, serta yang paling tidak begitulah staf dengan perjuangan hak asasi manusia pesan berkualitas sama; konsep mengenai dan yang peranan perempuan dalam segala tingkatan dan sebagian aktifis perempuan seperti bentuk Arimbi kesempatan yang sama dalam Heroepoetri. Padahal pendidikan; kenyataannya negara tidak saja kesempatan lemah dalam melindungi hak-hak kesempatan yang sama untuk sipil dan politik namun juga ikut serta dalam program dalam memenuhi hak ekonomi, pendidikan sosial termasuk pendidikan orang dewasa dan diantaranya hak atas pekerjaan, pemberantasan buta huruf; hak atas upah yang layak serta Pengurangan hak untuk mengakses pangan, sekolah pelajar puteri dan pendidikan dan kesehatan. Secara penyelenggaraan umum dalam CEDAW pasal-pasal untuk Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya perempuan Perempuan meliputi : sekolah; berpartisipasi secara dan 1) Pasal budaya 10, Hak Pendidikan dibidang meliputi mendapatkan 258 | kurikulum, pada : kesempatan beasiswa; kelanjutan, angka putus program gadis-gadis yang dan putus aktif dalam olahraga dan pendidikan memperoleh jasmani dan; penerangan mengikuti pendidikan baik untuk menjamin kesehatan, ditingkat taman kanak-kanak, kesejahteraan keluarga dan umum, keluarga berencana. teknik serta MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013 2) Pasal 11, Hak dalam pekerjaan. : kesehatan : untuk berpartisipasi 3) Pasal 12, hak atas Kesehatan meliputi meliputi Pelayanan termasuk yang dalam perluasan dan implementasi perencanaan pembangunan di segala tingkatan; untuk berhubungan dengan keluarga memperoleh berencana, atas dasar pemeliharaan kesehatan yang persamaan antara laki-laki fasilitas memadai, termasuk dan perempuan; Pelayanan penerangan, penyuluhan, dan yang layak berkaitan dengan pelayanan kehamilan, persalinan, dan berencana; untuk mendapat masa persalinan, manfaat langsung memberikan program jaminan sesudah dengan pelayanan dimana cuma-cuma perlu, dengan untuk dalam keluarga dari social; memperoleh jenis segala pelatihan dan memberikan pelayanan cuma- pendidikan, cuma dimana perlu, serta maupun non formal, termasuk pemberian makanan bergizi yang yang cukup selama kehamilan pemberantasan dan fungsional masa menyusui persalinan. baik formal berhubungan dengan buta huruf maupun penyuluhan isu lainnya; untuk 4) Pasal 13, hak-hak lainnya di membentuk kelompok- bidang Ekonomi dan sosial kelompok meliputi : hak atas tunjangan koperasi supaya memperoleh keluarga; hak atas pinjaman peluang yang sama terhadap bank, hipotek dan lain-lain kesempatan bentuk (pekerjaan kredit permodalan swadaya dan ekonomi atau dan: hak untuk ikut serta kewiraswastaan); dalam kegiatan-kegiatan berpartisipasi dalam semua rekreasi, olahraga, dan semua kegiatan masyarakat; untuk segi kehidupan kebudayaan. dapat memperoleh kredit dan 5) Pasal 14, Hak-hak khusus pinjaman pertanian, fasilitas untuk perempuan pedesaan, pemasaran, teknologi tepat Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno) untuk | 259 guna dan perlakuan sama pengakuan pada land reform dan urusan- walaupun secara eksplisit telah urusan pertahanan termasuk mengapresiasi pengaturan-pengaturan tanah perempuan, pemukiman dan ; untuk spesifik belum menyentuh hak- menikmati kondisi hidup hak perempuan yang berbasis yang memadai, terutama yang ajaran-ajaran normativ Islam atau berhubungan dengan lebih baku agama. Untuk tujuan perumahan, sanitasi, penyediaan listrik, pengangkutan ekonomi, namun dimaksud tinjauan maka Pada pembahasan bab ketiga berikut dan akan dijelaskan tentang haji wada’ sosial dan sebenarnya hak perempuan. budaya bisa C. Hak-Hak Perempuan menjadi jalan untuk menekan Kata hak mengandung arti apa-apa pelanggaran terhadap perempuan yang diperoleh seseorang dari pihak seperti diskriminasi dan kekerasan lainnya sehubungan dengan apa yang terhadap perempuan. Indonesia dikerjakannya, sedangkan yang diperoleh melalui Komnas Perempuan saat itu merupakan sesuatu yang baik dan ini mempersiapkan menyenangkan, oleh karena itu dalam kerangka advokasi hak ekonomi, perbuatannya itu juga sesuatu yang baik, sosial dan budaya yang lebih untuk dirinya sendiri maupun untuk komprehensif. orang lain. Hak sesuatu yang diterima tengah Berdasar uraian-uraian diatas dari pihak lain. Kata ”kewajiban” berasal dapat disimpulkan bahwa, baik dari bahasa Arab dari akar kata ”wajib” kovenan Internasional, Deklarasi ()اﻟﻮاﺝﺐ HAM, CEDAW maupun undang- dilakukan. undang dasar negara Indonesia mengandung dan peraturan-peraturan berbuat terhadap pihak lain, baik karena pemerintah secara konstitusional hak yang diterimanya dari pihak lain itu telah hak-hak atau karena melakukan sesuatu terhadap baik. pihak lain. Kewajiban adalah sesuatu mengapresiasi perempuan 260 | hak-hak dan kaitannya dengan hak-hak dipenuhinya perempuan ini air, komunikasi. Dengan yang konstitusional secara berarti sesuatu Dalam arti yang bahasa mesti Indonesia ”keharusan” untuk MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013 yang harus ditunaikan yang biasanya hidupnya (Al Badr, t.t., 12). Ia tercipta memberatkan yang sejatinya dari seorang laki-laki supaya hal memikulnya. Dengan begitu kata ”hak” itu lebih menunjukkan secara mendalam mengandung akan keserupaan dan lebih merekatkan kepada arti pihak yang berlawanan dengan ”kewajiban”. Secara Etimologi kata Perempuan hubungan dan kedekatan, juga untuk mewujudkan antara kasih dalam bahasa Arab merupakan proses keduanya pembentukan kata dalam sebaik-baik bentuk (performen). menunjukkan jenis perempuan yang Berdasarkan ulasan di atas dapat berasal dari ” ” اﻟﻤﺮءapabila ditambahkan disimpulkan bahwa perempuan secara ta marbuthah ( ) ةakan menjadi " “ اﻡﺮأة kodrati penciptaan merupakan mitra laki- atau َﻡﺮَة. kata ini tidak memiliki bentuk laki plural dari ( ) اﻡﺮأةtetapi bentuk pluralnya peluang untuk bisa bekerjasama secara menjadi ﻥﺴﺎءdan ﻥﺴﻮة. Perempuan sering positif dengan laki-laki dalam meraih disebut ‘wanita’. kebahagiaan dan ketenteraman hidup. Panggilan ini lazim dipakai di negeri kita. sebagai makhluk Allah dan eksisitensinya seperti darma wanita, karya wanita, sebagai manusia perempuan seperti juga wanita karir, korp wanita, wanita Islam laki-laki memiliki seperangkat hak yang dsb. melekat pada dirinya sebagai anugrah dengan Kata-kata benda panggilan “wanita” untuk (bhs.Sans), (laki-laki sayang dan memiliki dan perempuan) keserupaan dan berarti lawan dari jenis laki-laki, juga dari diartikan perempuan. Kata “empu” (yang dijunjung tinggi dan dilindungi oleh terdapat pada kata perempuan) berasal Negara, hukum pemerintah dan setiap dari jawa kuno, berarti raja, orang orang demi perbandingn harkat dan pilihan, ahli yang pandai, pintar dengan martabat manusia. segala keutamaan yang lain (Abidin, Dalam Tuhan dan tataran wajib realita dihormati, hak-hak 2001 : 32). Dari beberapa arti diatas telah perempuan untuk diperlakukan secara mengindikasikan perempuan baik dan bermartabat sering diabaikan memiliki banyak peran yang secara oleh komunitas manusia lain (baca: laki- tersirat telah mensejajarkannya dengan laki), laki-laki. Abdurrozaq bin Abdul Muhsin tindakan kekerasan terhadap perempuan. al-Badr mengatakan, perempuan adalah Kekerasan merupakan sebuah tindak makhluk Allah yang diciptakan sebagai sosial yang merujuk pada kewajiban atau mitra sebuah tindak sosial dan tanda maskulitas bagi bahwa seorang laki-laki dalam sehingga Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno) melahirkan berbagai | 261 yang ditanamkan dalam budaya, perempuan. Fenomena ketidakadilan diperaktekkan secara luas, dan secara gender itu paling tidak meliputi (1) keseluruhan seringkali kebal dari hukum. marginalisasi perempuan baik di rumah Kekerasan yang teridentifikasi dalam hingga di tempat kerja, maupun di dalam catatan Samitra Abhaya KPPD 2000- bidang kehidupan bermasyarakat lainnya. 2001 misalnya, merilis jenis kekerasan Proses yang teridentifikasi terdapat 95 korban pemiskinan ekonomi perempuan; (2) yaitu: %), subordinasi terhadap perempuan karena penganiayaan ringan dan berat (45,27%), ada anggapan bahwa perempuan itu pengusiran paksa (2,11%), penjualan irrasional, emosional, maka ia tidak bisa Isteri (2,11%), pemutusan hubungan memimpin dan oleh karena itu harus (cerai) poligami, ditempatkan pada posisi yang tidak selingkuh (9,48%), tidak memberi nafkah penting; (3) streotipe yang merugikan (1,06%), ancaman, terror, kata-kata kasar kaum perempuan misalnya asumsi bahwa (1,06%), (16,85%), mereka suka dandan dan itu untuk perkosaan (2,38%). Sementara pelaku menarik perhatian lawan jenis sehingga teridentifikasi 84 orang pelaku terdiri dari menimbulkan kekerasan seksual; (4) anak (2,38%), bapak, orang tua (4,76%), berbagai bentuk kekerasan menimpa mantu,cucu perempuan baik fisik maupun fsikologis, janji palsu sepihak (15,79 (1,06%), pembunuhan mantu, isteri (2,38%), marginalisasi berakibat pada majikan (1,19%), pacar (25,78%), suami karena (44,05%), anggota keluarga lain (1,19%). perempuan itu lemah; (5) pembagian Dan usia korban data teridentifikasi 95 kerja secara seksual yang merugikan orang terdiri dari dibawah 18 tahun kaum perempuan, misalnya perempuan (6,32%), 19-30 tahun (50,53%), 31-40 hanya cocok dengan pekerjaan domistik, tahun (17,90%), 41-50 tahun (7,37%) di oleh sebab tidak pantas melakukan atas 50 tahun (4,21%) dan tidak jelas pekerjaan (13,69%) (Komnas, 2000 : 14). Akibatnya perempuan terkurung dalam Lebih jauh bahwa Akhir abad kedua puluh muncul kesadaran yang adanya publik anggapan seperti bahwa laki-laki. ruang dan wawasan yang sempit (Fakih, 1996 : 11). tinggi bahwa selama ini telah banyak terjadi dan berlangsung diskriminasi dan ketidakadilan inequalities) 262 | gender yang menimpa D. Munculnya Feminisme (gender Melihat fenomena seperti diatas kaum muncullah para feminis yaitu mereka MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013 yang sadar akan adanya ketidakadilan perempuan gender yang menimpa kaum perempuan hak pilihnya dalam pemilu. Bukan baik dalam keluarga maupun masyarakat hanya itu, kaum feminis juga juga dan melakukan tindakan yang sadar berhasil untuk mengubahnya (Ilyas, 1997 : 42). kepemilikan bagi kaum perempuan, Gerakan-gerakan kaum Feminis ini juga kebebasan reproduksi yang lebih dan sebagai respons atas kesadaran bahwa akses yang lebih besar dalam bidang hak-hak mereka telah banyak terabaikan pendidikan dan profesional. berhasil mendapatkan memenangkan hak dalam lintas sejarah isu-isu feminise telah lama eksis dalam berbagai graduasi perjuangan dan 2. Feminis Gelombang Kedua platformnya.bisa Pada tahun 1949 ditandai disebutkan diataranya sebagai berikut dengan munculnya publikasi dari (Kania, 2010 : 43) Simone de Beauvoir yang berjudul The Second Sex. Dalam buku ini dia berargumen bahwa perbedaan gender 1. Feminis Gelombang Pertama Ditandai publikasi bukan berakar dari biologi, tetapi Mary Wollstonecraft yang berjudul memang sengaja diciptakan untuk “Vindication memperkuat Women” dengan of tahun the Rights 1792. of Dia kaum penindasan perempuan. terhadap Bagi feminis mendeskripsikan bahwa kerusakan gelombang ke-2 kesetaraan politik psikologis dan ekonomi yang dialami dan perempuan mengakhiri disebabkan oleh hukum tidak cukup penindasan untuk terhadap ketergantungan perempuan secara kaum ekonomi dan pandang mereka, penindasan sexist peminggiran perempuan dari ruang tidak hanya berakar pada hukum dan publik. Perhatian feminis gelombang politik, tetapi penyebabnya adalah pertama adalah memperoleh hak-hak penanamannya pada setiap aspek politik dan kesempatan ekonomi kehidupan sosial manusia, termasuk yang setara bagi kaum perempuan. ekonomi, politik dan perencanaan Feminis bahwa sosial, serta norma-norma, kebiasaan, perempuan memiliki kapasitas rasio interaksi sehari-hari dan hubungan yang personal. Feminis gelombang ke-2 kepada laki-laki berargumentasi sama dengan laki-laki. Akhirnya, pada pada tahun 1920, juga perempuan. mulai Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno) Dalam menggugat sudut institusi | 263 pernikahan, motherhood, hubungan Nabi lawan adanya konsep Hak Asasi Manusia jenis (heterosexual SAW. telah membuktikan relationship), sexualitas perempuan yang dan lain-lain. Mereka berjuang keras manusia. untuk mengubah secara radikal setiap perlindungan aspek dari kehidupan politik dan perempuan dalam khutbah haji wada’ pribadi. Nabi berbasis ideal moral aktualisasi Kedua, terhadap SAW. bagi hak-hak hendaknya dipahami dengan tetap memperhatikan konsep kemitrasejajaran antara laki-laki dan 3. Feminis Gelombang Ketiga Dimulai pada tahun 1980 yang perempuan, dengan memahami bahwa menginginkan keragaman perempuan peran dan kewajiban natara laki-laki atau keragaman secara umum, secara (suami) khusus dalam teori feminis dan terbentuk secara alami sesuai dengan politik. kodratnya, Sebagai berwarna contoh dipertahankan kulit dan perempuan dan ada (isteri) juga yang ketika terbentuk dari konstruk sosial budaya dahulu pengalaman, kepentingan dan yang bisa berubah sesuai dengan perhatian mereka tidak terwakili oleh zamnnya. Ketiga, pandangan tentang feminis yang HAM khususnya yang terkait dengan didominasi oleh oleh wanita kulit relasi antara suami dan Isteri dalam putih Sebagai islam tidak semata-mata berorientasi perempuan pada antroposentris semata namun kulit putih kelas menengah berbeda lebih kepada Teosentris dan inilah secara signifikan dengan penindasan yang membedakan dengan konsep yang yang dialami oleh perempuan HAM global. Keempat, relevansi kulit hitam Amerika. Ketertindasan khutbah perempuan perlindungan gelombang kelas contoh, ke-2 menengah. ketertindasan heterosexual berbeda haji wada’ terhadap dengan hak-hak dengan ketertindasan yang dialami perempuan oleh kaum lesbi dan lainnya. dimaknai adanya konsep mitra sejajar secara umum bisa yang proporsional dan upaya proteksi terhadap Penutup Berdasarkan uraian-uraian si atas, kesimpulan dalam penelitian ini adalah: Pertama, Khutbah haji wada’ 264 | problem-problem kemasyarakatan. temuan adanya Keenam, relevansi sosial dengan dari kandungan khutbah haji wada’ dengan MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013 kebutuhan masyarakat saat ini Telaah Ma’ani al –Hadits tentang menunjukkan sisi universalitas Islam ajaran yang selama ini banyak diragukan atau Temporal digugat oleh sebagian kalangan. Bulan Bintang. Islam dan yang Universal, Lokal, Jakarta: Khalafullah, Muhammad A., 2002, alQur’an Bukan Kitab Sejarah Seni, DAFTAR PUSTAKA Sastra dan Moralitas Dalam Kisah, Ali, Nizar, 2011, Memahami Hadits Nabi Metode dan Pendekatannya, Yogyakarta : IDEA Press. -------------, “Konsep Ummah dalam Al-jamiah No. 50. Jakarta: Paramadina. Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender, Yogyakarta: LKiS. Majid, Arief, Abd. Salam, 2010, "Piagam Madinah Sebagai Konstitusi Menjadi Landasan Kehidupan Jurnal Miswari, Mahfudz, Sahal, 2001, Fikih Perempuan Piagam Madinah”, dalam Jurnal Bermasyarakat," terj.Zuhairini Ulama, Vol. III, No. 1. Abdul, 2007, Pembelajaran Perencanaan Mengembangkan Standar kompetensi Guru, Bandung : Remaja Rosda Karya. Muhsin, Amina Wadud, Inside the Gender Jihad, Women’s Reform in Asa, Syu’bah, 2007, “HAM dalam Kajian Khutbah Haji Wada’” dalam Islam, Islam Nahlawi, Abdurrahman An-, 1995, HAM, dan Keindonesiaan Refleksi Pendidikan dirumah, sekolah dan dan Genda Aksi Untuk Pendidikan masyarakat, Jakarta: Gema Insani Agama, (ed.), Fajar Riza Ul Haq Press dan Endang Tirtana, Jakarta: Ma’arif Institute. Baharuddin, 2007, Teori Belajar Dan Pembelajaran, Yogjakarta: Arruz Media Hasan, Chalijah, 1994, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, Surabaya: Al Ikhlas. Ismail, M. Syuhudi, 2009, Hadits Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual Nasution, Khoruddin, 2009, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Tazaffa ACAdeMIA. Pulungan, Suyuthi, 2002, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Jakarta: Rajawali Press. Qasimiy, Muhammad Jamaluddin al-, 2004, Qawâidu at-TahdĨtsi Min Funȗni Musthalahi al-Hadĩtsi, Kairo : Dar al-‘Aqìdah. Perempuan dalam Syariat Islam dan Hak Asasi Manusia (Suyatno) | 265 Rahman, Hannah (Haifa), 1989, dan Genda Aksi Untuk Pendidikan “Pertentangan Antara Nabi dan Agama, (ed.), Fajar Riza Ul Haq Golongan Oposisi di Madinah”, dan dalam Jurnal INIS (Indonesian Ma’arif Institute. Netherlands Cooperation in Islamic Studies), Pandangan Barat Santoso, Fattah, 2007, “Islam dan Hak Manusia”, dalam Islam, HAM, dan Keindonesiaan Refleksi 266 | Tirtana, Jakarta: Slameto, 2003, Belajar dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka cipta. Terhadap Islam Lama. Asasi Endang Suryabrata, Sumadi, 2004, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo. MUWÂZÂH, Volume 5, Nomor 2, Desember 2013