PENGARUH METODE DEMONSTRASI UNTUK

advertisement
PENGARUH METODE DEMONSTRASI
UNTUK MENNGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA
PADA MATERI PEMBIASAN CAHAYA
(Eksperimen di Kelas V MI Al-Musthofa Sempur)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh
AISYAH
NIM. 809018300236
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAK
AISYAH. 2013. Pengaruh Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Siswa Pada Materi Pembiasan Cahaya. Skripsi, Program Studi
Pendidikan, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Dual Mode
System, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini dilaksanakan di MI Al-Musthofa Sempur Kabupaten
Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terhadap hasil
belajar IPA siswa melalui metode Demonstrasi. Subyek penelitian ini adalah
siswa kelas V Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 20 orang. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode Demontrasi dan Demontrasi pre
eksperimen.
Dari hasil data yang telah peneliti lakukan selama penelitian, membuktikan
bahwa pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar IPA siswa pada
materi Pembiasan Cahaya di kelas V MI Al-Musthofa Sempur meningkat dan
sangat baik. Karena nilai rata-rata yang diraih siswa telah melebihi nilai KKM
yang telah ditentukan yaitu 70. Ketuntasan belajar klasikal yang diraih siswa pada
penelitian ini yaitu 90%. Artinya, bahwa ketuntasan belajar klasikal telah melebihi
target yang telah ditentukan yaitu 80%.
Kata kunci: Metode Demostrasi, Hasil Belajar, Pembiasan Cahaya.
i
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahim
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang penguasa alam
semesta, yang telah memberikan kehidupan yang penuh rahmat, hidayah dan
karunia tak terhingga kepada seluruh makhluk-Nya secara umum, dan secara
khusus kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan jalan bagi umatnya dengan
secercah kemuliaan dan kasih sayang serta ilmu pengetahuan yang tiada ternilai
untuk menjalani kehidupan yang lebih berkah.
Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih yang
tiada terhingga kepada pihak-pihak yang telah berperan demi terwujudnya
penulisan skripsi ini. Khususnya kepada:
1.
Ibu Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, S. PI., M. Sc selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan
bimbingan, nasehat, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan.
3.
Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah khususnya di
Jurusan PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) yang telah
memberikan bantuan dan dukunganya.
4. Bapak Apipudin, S. Ag., M. Pd. I selaku Kepala Sekolah MI Al-Musthofa
Sempur Kabupaten Sukabumi.
5.
Keluarga besar MI Al-Musthofa Sempur Kabupaten Sukabumi yang telah
banyak membantu.
6.
Teruntuk kedua orangtua tercinta selalu mencurahkan cinta, kasih sayang,
do’a, motivasi yang luar biasa dan dukungan baik moril maupun materil
kepada penulis, terima kasih atas kesabarannya. Hanya Allah yang dapat
membalas semuanya.
ii
7.
Kepada suami tercinta yang telah memberikan seluruh kepercayaan penuh
dalam proses penyusunan skripsi ini. Bantuan materil dan moril yang
selalu diberikan dengan ikhlas semoga menjadikannya Imam yang
senantiasa selalu membimbing keluarga penulis.
8.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda
kepada semuanya dan Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, Januari 2014
Penulis
Aisyah
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………….
ABSTRAK …………...…………………………………………………….
i
KATA PENGANTAR ………………………..…………………………...
ii
DAFTAR ISI ..……………………………………………………………..
iv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………
1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………………... 5
C. Pembatasan Masalah ………………………………………………..
6
D. Perumusan Masalah …………….…………………………………..
6
E. Tujuan Penelitian …………………………………………………...
6
Manfaat Penelitian ………………………………………………….
7
F.
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS …………………………………………..…..
8
A. Deskripsi Teoritis …………………………………………………... 8
1. Metode Demonstrasi ……………………………………………
8
a. Pengertian Metode Demonstrasi ……………………………
8
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi ………….
10
c. Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi ………...
12
2. Hasil Belajar …………………………………………………..... 21
3. Cahaya dan Pembiasan Cahaya ………………………………...
28
a. Pengertian Cahaya ………………………………………….
28
b. Sifat-sifat Cahaya …………………………………………..
29
c. Warna Cahaya ………………………………………………
30
d. Pembiasan …………………………………………………..
31
B. Hasil Penelitian yang Relevan ……………………………………...
34
C. Kerangka Berpikir ………………………………………………….. 35
D. Hipotesis …………………………………………………................
iv
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………….………….
37
A. Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………………
37
B. Metode dan Desain Penelitian ……………………………………… 37
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel …………………………
38
D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. 39
E. Kalibrasi Instrumen …………………………………………………
40
F. Teknik Analisis Data ……………………………………………….
43
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................
45
A. Deskripsi Data ……………………………………………………..
45
B. Analisis Data ………………………………………………………..
54
C. Pembahasan ………………………………………………………… 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………….…………
60
A. Kesimpulan …………………………………………………………
60
B. Saran ………………………………………………………………..
60
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..
-
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………..
-
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Desain Penelitian ………………………………………… 30
Tabel 4.1
Daftar Nilai Pretes Pertemuan I ………………………….
Tabel 4.2
Daftar Nilai Postes Pertemuan I …………………………. 40
Tabel 4.3
Distribusi Skor Tes Pretes ………………….
44
Tabel 4.4
Distribusi Skor Tes Postes
45
Tabel 4.5
Uji Normalis Pretes………………….
49
Tabel 4.6
Uji normalis Pretes…… ………….....
50
Tabel 4.7
Uji Normalis Pretes dan Postes…………………
51
Tabel 4.8
Uji Homogeitas pretes dan postes………………….
52
Tabel 4.9
Uji Hipotesis………………….
53
Tabel 4.10
NIlai Pretes dan Postes siswa Kelas V MI Al Musthofa 54
Sempur……………………
vi
39
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Cahaya Merambat Lurus …………………………………
21
Gambar 2.2
Sinar Bias ………………………………………………...
24
Gambar 2.3
Kerangka Berpikir Penggunaan Metode Demonstrasi …... 27
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……………………
Lampiran 2
Materi Pelajaran ………………………………………... 74
Lampiran 3
Lembar Kerja Siswa ……………………………………. 75
Lampiran 4
Lembar Soal Pretes ……………………………………..
76
Lampiran 5
Kunci Jawaban Soal Pretes ……………………………..
79
Lampiran 6
Lembar Soal Postes …………………………………….. 80
Lampiran 7
Kunci Jawaban Soal Postes …………………………….. 83
Lampiran 8
Lembar Observasi Aktivitas Siswa …………………….. 84
Lampiran 9
Lembar Observasi Aktivitas Guru ……………………...
Lampiran 10
Cahaya Pada Cermin …………………………………… 86
Lampiran 11
Siklus Penelitian Tindakan Kelas ………………………
Lampiran 12
Rumus Uji Validitas dan Reliabilitas …………………... 91
Lampiran 13
Rumus Tes Hasil Belajar ……………………………….
93
Lampiran 14
Rumus N-Gain ………………………………………….
93
Lampiran 15
Tahap dalam Penelitian ………………………………… 93
Lampiran 16
Daftar Nilai Pretes PertemuanI ………………………
94
Lampiran 17
Daftar Nilai postes pertemuan I
96
Lampiran 18
Nilai Pretes Siswa Kelas V MI Al Musthofa 97
69
85
90
Sempur………… ………………………………………
Lampiran 19
Nilai Pretes dan Postes Siswa Kelas V MI Al-Musthofa 99
Sempur ………………………………………………….
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan sumber daya
manusia. Menciptakan manusia yang cerdas dan maju perlu diimbangi dengan
peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan sangat erat kaitannya dengan
mutu guru. Kunci keberhasilan pelaksanaan sangat ditentukan oleh faktor guru
sebagai pengelola kegiatan pembelajaran. Namun semua juga tidak terlepas dari
kemampuan siswa dari proses pembelajaran berlangsung, dari proses belajar
mengajar ini harus kerja sama antara guru dengan murid ini akan menghasilkan
hasil yang maksimal dengan meminimalisir kendala yang ada dengan
memaksimalkan keunggulan dari keduanya.
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Negara berkembang
selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan giat
melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Pendidikan
merupakan sesuatu yang sangat penting untuk mempersiapkan sekolah
generasi di masa depan, pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dengan berbagai cara seperti mengganti kurikulum,
meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan
ke tingkat yang lebih tinggi”. tugas yang diemban seorang pendidikan
semakin berat, karena guru harus mengembangkan potensi dirinya disisi
lain harus memberikan pendidikan pada siswanya dan masih ditambah
tugas administrasi lainnya. Jika seorang guru atau pendidik tidak berhasil
mengembangkan potensi peserta didik maka negara itu tidak akan maju,
sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan potensi
peserta didik, maka terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan
berkualitas.1
1
Undang-undang Republik Indonesia, Sistem Pendidikan Nasional No. 20, (Jakarta: BP.
Panca Usaha 2003), Cet.1, h. 7.
1
2
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan mencari tahu tentang
alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar serta proses pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah.
Proses Pembelajaran adalah kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif
tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa, siswa dengan sumber belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan. Harapan yang ada pada setiap guru adalah bagaimana materi pelajaran
yang disampaikan kepada anak didiknya dapat dipahami secara tuntas. Untuk
memenuhi harapan tersebut bukanlah sesuatu yang mudah, karena kita sadar
bahwa setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi minat,
potensi, kecerdasan dan usaha siswa itu sendiri. Dari keberagaman pribadi yang
dimiliki oleh siswa tersebut, kita sebagai guru hendaknya mampu memberikan
pelayanan yang sama sehingga siswa yang menjadi tanggung jawab kita di kelas
itu merasa mendapatkan perhatian yang sama. Untuk memberikan pelayanan yang
sama tentunya kita perlu mencari solusi dadan strategi yang tepat, sehingga
harapan yang sudah dirumuskan dalam setiap Rencana Pembelajaran dapat
tercapai.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah yang dapat diidentifikasikan. Pembelajaran
IPA di tingkat SD/MI menekan pada pemberian pengalaman belajar untuk
merancang atau membuat suatu karya melalui penerapan suatu karya, melalui
penerapan konsep IPA dan kompetensi kerja ilmiah secara bijaksana.
Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa
sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri masalah-
3
masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak
sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah
siswa yang lebih banyak berperan (kreatif). Untuk mencapai tujuan ini peranan
guru sangat menentukan. Peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator,
pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai motivator guru
harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran berhasil dengan baik. Salah satu cara untuk membangkitkan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan mengganti metode
pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa, seperti pembelajaran
yang dilakukan dengan ceramah dan tanya-jawab, metode
pembelajaran ini
membuat siswa jenuh dan tidak kreatif2.
Metode yang sering digunakan oleh peneliti selama pembelajaran
khususnya mata pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mustofa Sempur yaitu
metode ceramah. Akibat seringnya menggunakan metode tersebut, maka keaktifan
siswa selama belajar tidak muncul sama sekali. Hal itu terjadi karena selama
pembelajaran berlangsung siswa hanya duduk, mendengarkan dan menulis apa
yang disampaikan guru saja. Suasana belajar menjadi monoton, sehingga timbul
kebosanan dari diri siswa dan dapat mengakibatkan siswa tidak bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, akibat dari penggunaan metode
tersebut guru lebih mendominasi pembelajaran sehingga siswa enggan untuk
bertanya. Maka, tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut dapat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA.
Hasil dari observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan
bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas siswa jarang sekali mengajukan
pertanyaan apalagi saran. Dikarenakan aktivitas siswa yang rendah seperti itu,
maka akibatnya hasil belajar siswapun menjadi rendah. Hal ini dapat dilihat dari
nilai rata-rata IPA siswa pada Ujian Semester Ganjil Tahun pelajaran 2012/2013
hanya mencapai 57, sedangkan nilai KKM mata pelajaran IPA yaitu 70. Itu
2
Tatang Syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama republik Indonesia,
2009), h. 121, Cet. 1.
4
artinya bahwa hasil belajar IPA siswa masih dibawah nilai KKM yang telah
ditentukan di MI Al-Musthofa.
Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran IPA. Guru sering
memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya-jawab, sehingga siswa
tidak terangsang untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif.
Permasalahan yang timbul karena ketidaktepatan penggunaan metode
dalam pembelajaran, senantiasa memberikan arahan bagi peneliti dalam
melakukan penelitian yaitu dengan mengubah kebiasaan yang sering dilakukan
guru dalam memilih metode yang tepat. Maka, dalam penelitian ini peneliti akan
memilih salah satu metode yang dianggap dapat meningkatkan hasil belajar siswa
yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi.
Metode
demonstrasi
“merupakan
metode
mengajar
dengan
cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan,
baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.”3
Metode demonstrasi adalah cara menyampaikan materi pembelajaran
dengan peragaan, baik dilakukan oleh dirinya atau meminta orang lain untuk
memperagakannya.
Metode
demonstrasi
“berguna
untuk
menunjukkan
keterampilan tertentu, memudahkan penjelasan, menghindari verbalisme (banyak
omong padahal tidak perlu) dan melatih keteranpilan.”4
Bagi siswa SD/MI penerapan metode demonstrasi sangat penting, karena
dapat meningkatkan kualitas intelektual peserta didik baik dari aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Selain itu penggunaan metode demonstrasi diharapkan
dapat memberikan pengaruh positif bagi siswa dan mampu meningkatkan hasil
belajar siswa.
3
Muchlisin Riadi, Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran, Kajian Pustaka,
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/metode-demonstrasi-dalam-belajar-html, diakses pada
tanggal 02 November 2013, 19.45 WIB, h. 1.
4
Lukman Zain, Pembelajaran Fiqih, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. 1, h. 14.
5
Berdasarkan
pengalaman
yang
peneliti
hadapi
didalam
proses
pembelajaran IPA yang tidak aktif maka peneliti berusaha mencarikan metode
pembelajaran lain, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas.
Penerapan metode demonstrasi merupakan salah satu upaya yang
dilakukan pendidik dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPA di kelas V MI Al-Musthofa Sempur.
Penerapan metode demonstrasi dengan tujuan untuk meningkatkan hasil
belajar pada siswa kelas V MI Al-Musthofa Sempur pada pembelajaran IPA juga
diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar
mengajar. Untuk mencapai nilai yang diharapkan sesuai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang ditentukan.
Berdasarkan permasalahan yang timbul, maka peneliti perlu melakukan
suatu penelitian tindakan sebagaimana proposal skripsi yang diajukan dengan
judul “Pengaruh Metode demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Siswa Pada Materi Pembiasan Cahaya”
B. Identifikasi Masalah
Berdasar pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang menjadi fokus dalam
penelitian, yaitu:
1. Siswa merasakan pembelajaran yang masih monoton dan menjenuhkan,
karena guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan
materi pelajaran sehingga siswa tidak dilibatkan langsung dalam proses
pembelajaran.
2. Metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi pelajaran, keadaan
siswa, juga kemampuan daya pikir siswa.
3. Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas V pada tahun 2012/2013 pada
materi pembiasan cahaya masih di bawah KKM yang telah ditentukan oleh
sekolah.
6
C. Pembatasan masalah
Berdasarkan identifikasi area dan fokus penelitian yang telah di paparkan
di atas, maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah yang dijadikan sebagai
fokus dalam penelitian yaitu, sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode demonstrasi pada
mata pelajaran IPA di kelas V MI Al-Musthofa Sempur.
2. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V MI Al-Musthofa Sempur.
3. Hasil belajar siswa dibatasi pada hasil belajar kognitif C1 (hapalan), C2
(pemahaman) dan C3 (penerapan).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan Identififasi masalah dan Fokus penelitian
maka dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Apakah melalui penerapan Metode demonstrasi
dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa pada materi Pembiasan Cahaya di
Kelas V MI Al-Musthofa Sempur”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasar pada perumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan
maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui bagaimana penerapan metode Demostrasi pada mata pelajaran
IPA siswa Kelas V MI Al-Musthofa Sempur.
2.
Mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa melalui penerapan
metode Demostrasi pada mata pelajaran IPA siswa Kelas V MI AlMusthofa Sempur.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini terbagi menjadi dua
bagian, yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis.
1.
Manfaat Secara Teoritis
Memberikan wawasan
dan masukan dalam
pengembangan ilmu
pengetahuan dibidang pendidikan dan ilmu pengetahuan lain yang terkait.
7
2.
Manfaat Secara Praktis
a. Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan aktivitas, kreatifitas, efektifitas siswa dalam
mengikuti mata pelajaran IPA.
2) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
b. Bagi Guru
1) Memberi wawasan bagi seorang guru mengenai pentingnya
penerapan metode-metode dalam menyampaikan materi pelajaran
pada mata pelajaran IPA.
2) Dapat menemukan solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa
khususnya mata pelajaran IPA.
c. Bagi Sekolah
Akan mendapatkan informasi dalam peningkatan kualitas pendidikan
khususnya pada mata pelajaran IPA.
8
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1.
Metode Demonstrasi
a. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode merupakan suatu cara atau jalan yang digunakan untuk mencapai
suatu tujuan. Adapun manfaat dari penggunaan metode dalam proses belajar
mengajar adalah sebagai alat untuk mempermudah seorang guru dalam
menyampaikan materi pelajaran. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa
dalam menyerap materi yang disampaikan oleh guru selain itu juga dapat
berfungsi sebagai suatu alat evaluasi pembelajaran.
Secara harfiah, kata metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri
dari kata “metha” yang berarti melalui, “hodos” yang berarti jalan atau cara, dan
kata “logos” yang berarti pengetahuan.5 Dengan demikian definisi metode adalah
suatu jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Pada dasarnya istilah metode telah tercakup dalam pengertian metodologi
yaitu sebagai bagian dari kumpulan dari metode-metode didalam pengajaran.
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa metode mengajar merupakan sasaran
interaksi antara guru dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
Dengan demikian yang perlu diperhatikan adalah ketepatan sebuah metode
mengajar yang dipilih dengan tujuan, jenis dan juga sifat materi pengajaran, serta
kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut. Guru
hendaknya cermat dalam memilih dan menggunakan metode mengajar terutama
yang banyak melibatkan siswa secara aktif.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran dapat pula
didefinisikan sebagai “sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar
5
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 136.
8
9
yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis
agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien.”6
Metode demonstrasi adalah cara mengumpulkan materi pembelajaran
dengan perayaan, baik diakukan oleh dirinya atau meminta orang lain untuk
memperagakannya.
Metode
demonstrasi
berguna
untuk
“memantapkan
pengetahuan siswa, mengaktifkan siswa dalam belajar mandiri, membuat anak
rajin melakukan latihan.”7
Metode demonstrasi adalah “metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok
bahasan atau materi yang sedang sajikan.”8
Guru dituntut “menguasai bahan pelajaran serta mengorganisasi kelas,
jangan sampai guru terlena dengan demonstrasinya tanpa memperhatikan siswa
secara menyeluruh.”9
Beberapa karakteristik metode mengajar dan hasil belajar siswa. Metode
demonstrasi dapat menunjukkan objek yang sebenarnya, proses peniruan, alat
bantu yang digunakan, memerlukan tempat yang strategis yang memungkinkan
seluruh siswa aktif, guru dan siswa dapat melakukannya.
Metode demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran, dalam
pelaksanaan demintrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat
memperhatikan (mengamati) terhadap obyek yang akan didemonstrasikan, selama
proses demonstrasi tersebut.
Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu
peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar
dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruan. Metode
demonstrasi lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang
6
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 3.
Abdul Majid, op.cit, h. 135-156.
8
Lukman Zain, op.cit, h. 14
9
Masitoh, Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Departemen Agama, 2007), Cet.1, h. 162.
7
10
merupakan suatu gerakan-gerakan. Suatu proses maupun hal-hal yang bersifat
rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik “berkesempatan mengembangkan
kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta
dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.
Tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk
memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara
pencapaiannya dan kemudahan unt dipahami oleh siswa dalam pengajaran
dikelas.
Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah “perhatian siswa dapat
lebih dipusatkan proses belajar siswa pada materi yang sedang dipelajari,
pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri
siswa.”10
Metode demonstrasi ialah metode metode mengajar dengan menggunakan
peragaan yang memperjelas suatu pengertian atau untuk memperhatikan
bagaimana berjalannya suatu proses pembentukkan tertentu pada siswa.
Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan
oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode demonstrasi cukup baik apabila
digunakan dalam pembelajaran IPA.
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
Setiap metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan
dalam penggunaannya.
1) Kelebihan Metode Demonstrasi
Adapun kelebihan dari metode demonstrasi yaitu:
a) Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh
guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti, disamping
itu perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses
pembelajaran mengajar dan tidak kepada yang lainnya.
10
Muchlisin
Riadi,
Metode
Demonstrasi
dalam
Pembelajaran,
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/metode-demonstrasi-dalam-belajar.html#.UmJxolOYljU,
diakses pada bulan tanggal 02 Mei 2013, 19:33 WIB.
11
b) Dapat membmbing siswa ke arah berfikir yang sama dalam satu pikiran
yang sama.
c) Ekonomis dalam jam pelajaran dan ekonomis dalam waktu yang panjang
dapat diperlihatkan melalui Demonstrasi dengan waktu yang pendek.
d) Dapat mengurangi kesedihan – kesalahan bila dibandingkan dengan hanya
membaca atau mendengarkan karena murid mendapat gambar yang jelas
dari hasil pengamatan.
e) Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan
yang
banyak.
Beberapa
persoalan
yang
menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat di perjelas waktu
Demonstrasi.
Dan adapun sebaiknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru
harus terlebih dahulu mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, barulah
diikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.
Selain itu yang menjadi kelebihan dari metode demonstrasi, yaitu:
a) Siswa dapat memahami sesuai objek sebenarnya.
b) Siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu.
c) Siswa dibiasakan untuk kerja secara sstematis.
d) Siswa dapat mengamati sesuatu secara proses.
e) Siswa dapat mengetahui hubungan struktural atau rutan objek.
f) Siswa dapat membandingkan pada beberapa objek.
2) Kekurangan Metode Demonstrasi
Adapun yang menjadi kekurangan dari metode demonstrasi, yaitu:
a) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau
mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan
terkadang terjadi perubahan tidak terkontrol.
b) Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang
didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya
alat terlalu kecil atau penjelasan tidak jelas.
12
c) Demonstrasi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas dimana siswa
sediri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai
pengalaman yang berharga.
d) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena sebab alat-alat
yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh
dari kelas.
e) Hendaknya dilakukan dalam hal- hal yang bersifat praktis.
f) Sebagai pendahuluan, berikan pengertian dan landasan teori dari apa yang
akan didemonstrasikan.11
c. Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi
Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah:
1) Perencanaan
a) Merumuskan dengan jelas kecakapan atau keterampilan apa yang
diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan.
b) Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar
dipergunakan dan apakah dia merupakan metode yang paling efektif
untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.
c) Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan
mudah dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan
Demonstrasi tidak gagal.
d) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan Demonstrasi dengan
jelas.
e) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan
sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu
supaya tidak gagal pada waktunya.
f) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan apakah tersedia waktu yang
memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.
11
Ibid.
13
g) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang perlu diperhatikan
keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa. Alatalat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa
dapat melihat dengan jelas telah diserahkan kepada siswa untuk
membuat catatan-catatan seperlunya. Menetapkan rencana untuk
menilai kemajuan siswa sering perlu diadakan diskusi sesudah
demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi.
2) Pelaksanaan
Hal-hal yang mesti dilakukan adalah memeriksa hal-hal tersebut diatas
untuk kesekian kalinya melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian
siswa mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar
mencapai sasaran memperhatikan keadaan siswa, apakah semua mengikuti
demonstrasi dengan baik, memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dan
menghindari ketegangan.
3) Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa “pemberian tugas, seperti
membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lanjutan baik
disekolah maupun dirumah.”12
Langkah-langkah penerapan metode demonstrasi akan lebih efektif
digunakan apabila guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Hal-hal yang dapat dicapai oleh siswa sebaiknya dirumuskan terlebih
dahulu.
2) Susun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara
teratur sesuai dengan skenario yang telah direncanakan.
3) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan sebelum demonstrasi dimulai.
4) Usahakan dalam melakukan Demonstrasi tersebut sesuai dengan
kenyataan sebenarnya.
12
Indra
Munawar,
Psikologi
Belajar
dan
Pembelajaran,
www.Infogue.com./view/2009/06/13 hasil belajar /puri http./indra munawar.blogspot.com, diakses
pada tanggal 02 Mei 2013, 19:39 WIB.
14
Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar yang di lakukan muriduntuk
melakuka percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu.Sedangkan menurut
Zakiyah Daradjat tidak memberikan pengertian jelas, ia hanya mengatakan bahwa
Metode Eksperimen adalah metode percobaan yang biasanya di lakuka dalam
mata pelajaran tertentu.Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi
bahwa Metode Eksperimen adalah peraktek pengajaran yan melibatkan anak didik
pada pekerjaan akademis, latihan dan pemecahanmasalah atau topik seperti:
shalat, puasa, haji, pembangunan masarakat dan lain-lainnya.
Adapun target Metode Eksperimen adalah:
1. Murid dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang
berlaku
2. Diharapkan dengan metode ini murit dapat kepuasan dari hasil belajarnya
Langkah-langkah metode eksperimen

Menerangkan Metode Eksperimen

Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang seknifikasi untuk di
angkat

Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan langkah-langkah apa saja
yang harus dicatatdan variebel-variebel apa yang harus di control

Setelah eksperimen di lakukan guru harus mengumpulkan laporan,
memproses kegiatan, danmengadakan tes untuk menguji pemahaman
murit

Sanjaya, Sumantri dan Permana mengemukakan bahwa demonstrasi
adalah
cara
penyajian
pelajaran
dengan
memperagakan
dan
mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda
tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun
dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar
lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.

Metode Demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau
prosedur yang dilakukan misalnya : proses mengerjakan sesuatu, proses
15
menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, atau
untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu.

Tujuan :

(1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh
siswa
(2) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa.
(3) Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secara
bersama-sama.
Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi
1) Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gamblang dan konkrit
melalui penjelasan atau diskusi.
2) Karena tujuan dan sifat materi pelajaran yang menuntut dilakukan
peragaan berupa demonstrasi.
3) Tipe belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang kuat visual, tetapi
lemah dalam auditif dan motorik, ataupun sebaliknya.
4) Memudahkan mengajarkan suatu proses atau cara kerja.
5) Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih dalam
fase operasional konkrit.
Kelebihan Metode Demonstrasi
1) Pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit sehingga tidak terjadi
verbalisme.
2) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang
didemontrasikan itu.
3) Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tak hanya
mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
4) Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya
sendiri.
5) Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain.
Kekurangan Metode Demonstrasi
16
1) Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi dengan baik.
2) Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran, situasi
yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu.
3) Demonstrasi memerlukan waktu yang lebih banyak dibanding dengan
metode ceramah dan tanya jawab.
4) Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perancangan yang
matang.
Cara Mengatasi Keterbatasan Metode Demonstrasi
1) Guru harus terampil melakukan demonstrasi.
2) Melengkapi sumber, alat dan media pembelajaran yang diperlukan
untuk demonstrasi.
3) Mengatur waktu sebaik mungkin.
4) Membuat rancangan dan persiapan demonstrasi sebaik mungkin.
Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi
1) Kegiatan Persiapan
Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa
• Menyusun materi yang akan diajarkan untuk mencapai tujuan yang
telah dirumuskan.
• Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilakukan untuk mempermudah penguasaan materi yang telah
disiapkan.
• Melakukan latihan pendemonstrasian termasuk cara penggunaan
peralatan yang diperlukan.
17
2) Kegiatan Pelaksanaan Metode Demonstrasi
a) Kegiatan Pembukaan
• Aturlah tempat duduk yang memungkinkan setiap siswa dapat
memperhatikan apa yang didemonstrasikan guru.
• Tanyakan pelajaran sebelumnya.
• Timbulkan motivasi siswa dengan mengemukakan anekdot atau kasus di
masyarakat yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dibahas.
• Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa dan juga tugastugas apa yang harus dilakukan disamping dalam demonstrasi nanti.
b) Kegiatan Inti Pembelajaran
• Mulailah melakukan demonstrasi sesuai yang telah direncanakan dan
dipersiapkan oleh guru.
• Pusatkan perhatian siswa kepada hal-hal penting yang harus dikuasai dari
demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga semua siswa mengikuti
jalannya demonstrasi dengan sebaik- baiknya.
• Ciptakan suasana kondusif dan hindari suasana yang menegangkan.
• Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti
proses demonstrasi termasuk memberi kesempatan bertanya dan
komentar-komentar.
c) Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran
• Meminta siswa merangkum atau menyimpulkan pokok-pokok atau
langkah- langkah kegiatan demonstrasi.
• Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang
belum dipahami.
18
• Melakukan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi
bersama tentang jalannya proses demonstrasi.
• Tindak lanjut baik berupa tugas-tugas berikutnya maupun tugas-tugas
untuk mendalami materi yang baru diajarkan.
Metode Eksperimen
. Pengertian
Sagala , Sumantri dan Permana menyatakan bahwa eksperimen
adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis
tertentu. Eksperimen dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar
laboratorium. Sedangkan metode eksperimen dalam pembelajaran adalah
cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan
percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis
yang dipelajari.
Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan
guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen
itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.
Tujuan
1) Siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang
diperoleh.
2) Siswa mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan
melaporkan percobaannya.
3) Siswa mampu menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik
kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang dikumpulkan melalui
percobaan.
4) Siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi.
Alasan Penggunaan Metode Eksperimen
1) Dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah.
19
2) Dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri.
3) Dapat mengembangkan sikap dan perilaku kritis, tidak mudah percaya
sebelum ada bukti-bukti nyata.
Kelebihan Metode Eksperimen
1) Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya
sendiri daripada menurut cerita orang atau buku.
2) Siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan
melalui percobaan yang dilakukannya.
3) Dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dan
berpikir ilmiah.
4) Hasil belajar dikuasai siswa dengan baik dan tahan lama dalam ingatan.
5) Menghilangkan verbalisme.
Kekurangan Metode Eksperimen
• Memerlukan peralatan dan bahan percobaan yang lengkap serta
umumnya mahal
.• Dapat menghambat lajunya pembelajaran sebab eksperimen umumnya
memerlukan waktu lama.
•
Kesalahan
dalam
eksperimen
akan
berakibat
pada
kesalahan
kesimpulannya
.• Belum tentu semua guru dan siswa menguasai metode eksperimen.
Cara Mengatasi Kelemahan Eksperimen
• Guru harus menjelaskan secara gamblang hasil yang ingin dicapai
dengan eksperimen
20
• Guru harus menjelaskan prosedur eksperimen, bahan-bahan eksperimen
yang diperlukan, peralatan yang diperlukan dan cara penggunaannya,
variabel yang perlu dikontrol, dan hal yang perlu dicatat selama
eksperimen.
• Mengawasi pelaksanaan eksperimen dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan.
•
Meminta
setiap
siswa
melaporkan
proses
dan
hasil
eksperimennya, membanding-bandingkannya dan mendiskusikannya,
untuk mengetahui kekurangan dan kekeliruan yang mungkin terjadi.
Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Eksperimen
1) Kegiatan Persiapan
2) • Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dengan
metode eksperimen.
3) • Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui
eksperimen.
4) • Menyiapkan alat, sarana, dan bahan yang diperlukan dalam
eksperimen.
5) • Menyiapkan panduan prosedur pelaksanaan eksperimen,
termasuk LKS.
2) Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen
a) Kegiatan Pembukaan
• Jika diperlukan, tanyakan materi pelajaran yang telah diajarkan minggu
lalu (apersepsi).
• Memotivasi siswa dengan mengemukakan cerita anekdot yang ada
kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
• Mengemukakan tujuan pemelajaran yang ingin dicapai, dan prosedur
eksperimen yang akan dilakukan.
21
b) Kegiatan Inti Pembelajaran
• Siswa diminta membantu menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai
dalam eksperimen.
• Siswa melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dan LKS yang
telah disiapkan guru.
• Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. •
Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan.
c) Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran
• Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen.
• Guru mengadakan evaluasi hasil dan proses eksperimen.
• Tindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai materi
eksperimen untuk mengulang lagi eksperimennya, dan bagi yang sudah
menguasai diberi tugas untuk pendalaman.
2.
Hasil Belajar
Belajar adalah satu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat lingkungan akademik seperti di lingkungann sekolah, pelajar, siswa
dan siswi serta mahasiswa yang mempunyai tugas untuk belajar. Karena kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang tak mungkin dapat dipisahkan dari mereka.
Beberapa para ahli telah mengungkapkan arti dari belajar itu sendiri, salah
satunya adalah seperti yang diungkapkan oleh Gagne bahwa belajar adalah suatu
proses dimana satu organism berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.13
Sedangkan hasil dapat dikatakan kemampuan yang dimiliki soswa setelah
menerima pelajaran. Menurut Oemar Hamalik, bahwa hasil belajar tampak
13
Masitoh, op.cit, h. 3.
22
sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan
diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.14
Belajar merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat internal. Belajar
merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi
didalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Menurut James O.
Whittaker: “Learning may be defined as a process by wibh behavior organites or
is altered through training or experience.”
15
Atau dapat dikatakan prosesnya
yang terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh
pengalaman baru.
Hubungan-hubungan
baru
itu
dapat
berupa:
antara
perangsang-
perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang dan reaksi. Faktor-faktor
penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah: kematangan,
penyesuaian diri/adaptasi, menghafal/mengingat, pengertian, berpikir dan latihan.
Para ahli mencoba membuat kategori jenis-jenis belajar yang dikenal
dengan taksonomi belajar salah satu yang terkenal adalah taksonomi yang disusun
oleh Benyamin S. Bloom. Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga
tingkatan, pertama, tujuan umum pendidikan yang menentukan perlu tidaknya
suatu program diadakan. Kedua, tujuan yang didasarkan atas tingkah laku, yang
dimaksud berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku yang dimaksud
dengan taksonomi. Ketiga, tujuan yang lebih jelas yang dirumuskan secara
operasional. Kaum behavioris berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan
oleh Bloom dan kawan-kawan adalah bersifat mental.16 Taksonomi ini merupakan
kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasikan mutu tujuannya.
Salah satu manfaat taksonomi adalah bahwa guru didorong untuk bertanya adakah
dia menekankan segi tertentu atau tidak.
Taksonomi Bloom terdiri dari tiga kategori yaitu yang dikenal sebagai
domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Yang dimaksud
14
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), h. 155.
15
H. M Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2010), Cet. IV, h. 55.
16
Suharsini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2002),
h. 115.
23
dengan ranah-ranah ini oleh Bloom adalah perilaku-perilaku yang memang
diniatkan untuk ditunjukkan oleh peserta didik atau pelajar dalam cara-cara
tertentu, misalnya bagaimana mereka berpikir (kognitif), bagaimana mereka
bersikap dan mereka merasakan sesuatu (afektif), dan bagaimana mereka berbuat
(psikomotorik).17 Dalam mengukur kemampuan seorang siswa maka para guru
harus memperhatikan ketiga ranah tersebut.
Ranah kognitif memiliki enam taraf mulai pengetahuan sampai evaluasi.
1) Menghapal mencakup ingatan dan pengenalan,
2) Pemahaman mencakup interpretasi, pemberian contoh, klasifikasi,
meringkas, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan,
3) Aplikasi mencakup melakukan, implementasi,
4) Analisis mencakup membedakan, mengorganisasikan dan memberikan
atribut,
5) Mengevaluasi mencakup pengecekan, memberi kritik,
6) Mencipta mencakup membangkitkan, merencanakan, memproduksi.
Ranah afektif18 dibagi menjadi lima taraf, yaitu:
1) Memperhatikan, taraf ini mengenai kepekaan siswa terhadap fenomenafenomena
dan
perangsang-perangsang tertentu,
yaitu
menyangkut
kesediaan siswa untuk memperhatikannya.
2) Merespon, Pada taraf ini siswa memiliki motivasi yang cukup untuk
merespon.
3) Menghayati nilai, siswa sudah menghayati nilai tertentu.
4) Mengorganisasikan, siswa menghadapi situasi yang mengandung lebih
dari satu nilai.
5) Memperhatikan nilai atau seperangkat nilai, siswa sudah dapat
digolongkan sebagai orang yang memegang nilai atau seperangkat nilai
tertentu.
Ranah Psikomotorik, meliputi hal-hal:
17
18
h. 13.
Ibid, h. 117.
Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),
24
1) Persepsi, langkahnya melakukan kegiatan yang bersifat motoris ialah
menyadari objek, sifat atau hubungan-hubungan melalui indera,
2) Persiapan, kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau bereaksi
terhadap suatu kejadian menurut
3) Respon terbimbing, pada tahap ini penekanan pada kemampuankemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang lebih
kompleks.
4) Respons mekanis, siswa sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit
banyak terampil melakukan suatu perbuatan,
5) Respons kompleks, taraf ini individu dapat melakukan perbuatan motoris
yang dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut sudah
kompleks.
Dalam kehidupan sehari-hari tak ada seseorang berbuat tanpa melibatkan
pikiran dan perasaan walaupun kecil porsinya. Setiap orang merespon dalam
berbagai bentuk aktivitas sebagai makhluk yang utuh. Kategori jenis belajar ini
disusun untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang mereka
lakukan.
Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara
operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek
kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian
kompetensi tersebut, yaitu penilaian terhadap:19
1) Hasil Belajar Penguasaan Materi Akademik (Kognitif)
Domain kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau
prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan-kemampuan intelektual, seperti
mengaplikasikan prinsip atau konsep, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi. Sebagian besar tujuan-tujuan instruksional berada dalam
domain kognitif. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir,
mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni: Pengetahuan/ingatan
19
Diah Indah Puspita, PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG
DIAJARKAN MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TEKNIK Student Team Achievement
Divisions (STAD) DAN TEKNIK Group Investigation (GI), Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah,
(Jakarta: 2011), h. 18, tidak dipublikasikan.
25
(knowledge), Pemahaman (comprehension), Penerapan (aplication), Analisis
(analysis), Sintesis (synthesis) dan Evaluasi (evaluation).
Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk.
Dikategorikan lebih rinci ke dalam enam jenjang kemampuan, yaitu:
a) Hafalan (C1)
Jenjang hafalan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep,
prinsip dan prosedur yang telah dipelajarinya.
b) Pemahaman (C2)
Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi
yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik.
c)
Penerapan (C3)
Yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menggunakan
prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau situasi
konkrit.
d) Analisis (C4)
Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi yang
dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi
serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.
e)
Sintesis (C5)
Yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk mengintegrasikan
bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruhan yang
terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan merencanakan eksperimen,
menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa dan
informasi lainnya.
f)
Evaluasi (C6)
Kemampuan
pada
jenjang
evaluasi
ialah
kemampuan
untuk
mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan, berdasarkan
kriteria tertentu yang ditetapkan.
2) Hasil Belajar Yang Bersifat Proses Normatif (Afektif)
Domain afektif mencakup pemilikan minat, sikap, dan nilai yang
ditanamkan melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar proses berkaitan
26
dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan
proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik
dalam berbagai
tingkah laku, seperti:
perhatian terhadap pelajaran,
kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru dan sebagainya. Ranah
afektif dirinci menjadi lima jenjang, yakni: Perhatian, Tanggapan, Penilaian,
Pengorganisasian, dan Karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai. Untuk
menilai hasil belajar dapat digunakan instrumen evaluasi yang bersifat non tes,
misalnya kuesioner dan observasi.
3) Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotor)
Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkatian dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil
belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa menunjukkan perilaku
atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua
ranah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ranah ini diklasifikasikan kedalam
tujuh kategori yakni: Persepsi (perception), Kesiapan (set), Gerakan
terbimbing (guided response), Gerakan terbiasa (mechanism), Gerakan
kompleks (complex overt response), Penyesuaian pola gerakan (adaptation),
Kreatifitas/keaslian (Creativity/origination).
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap
dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.20
Perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh dua faktor
yakni faktor dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya dan
faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Disamping faktor
kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar,
20
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2001), h. 155.
27
minat, dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,
faktor fisik dan psikis.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik hasil belajar dikalangan siswa
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor kematangan akibat dari
kemajuan umur kronologis, latar belakang pribadi masing-masing, sikap,
danbakat terhadap suatu bidang pelajaran yang diberikan.21
Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta
didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai
dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
1) Sasaran Penilaian
Sasaran atau objek evaluasi hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.
Masing-masing bidang terdiri dari sejumlah aspek. Aspek-aspek tersebut
sebaiknya dapat diungkapkan melalui penilaian tersebut. Dengan demikian
dapat diketahui tingkah laku mana yang sudah dikuasainya oleh peserta didik
dan mana yang belum sebagai bahan bagi perbaikan dan penyempurnaan
program pengajaran selanjutnya.
2) Alat Penilaian
Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif meliputi tes dan
bukan tes sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang objektif. Penilaian
hasil belajar sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan agar diperoleh
hasil yang menggambarkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
3) Prosedur Pelaksanaan Tes
Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam bentuk formatif dan sumatif.
Penilaian formatif dilakukan pada setiap pengajaran berlangsung, yakni pada
akhir pengajaran. Hasilnya dicatat untuk bahan penilaian dan untuk
menentukan derajat keberhasilan peserta didik seperti untuk kenaikan tingkat.
Penilaian sumatif biasanya dilakukan pada akhir suatu program atau
pertengahan program. Hasilnya digunakan untuk mengetahui program mana
yang belum dikuasai oleh peserta didik.
21
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 183.
28
3.
Cahaya dan Pembiasan Cahaya
a. Pengertian Cahaya
Dalam kehidupan sehari-hari, kamu pasti telah mengenal cahaya, seperti
cahaya matahari dan cahaya lampu. Cahaya penting dalam kehidupan, sebab tanpa
adanya cahaya tidak mungkin ada kehidupan. Jika bumi tidak mendapat cahaya
dari Matahari, maka bumi akan gelap gulita dan dingin sehingga tidak mungkin
ada kehidupan. Para ahli telah meneliti cahaya untuk mengetahui sifat-sifatdan
karakteristik cahaya. Ada dua pendapat mengenai cahaya, yaitu cahaya dianggap
sebagai gelombang dan cahaya dianggap sebagai partikel. Setiap pendapat ini
mempunyai alasan masing-masing dan keduanya telah dibuktikan secara
eksperimen.
Cahaya adalah partikel-partikel kecil yang disebut korpuskel. Bila suatu
sumber cahaya memancarkan cahaya maka partikel-partikel tersebut akan
mengenai mata dan menimbulkan kesan akan benda tersebut.cahaya merupakan
gelombang, karena sifat-sifat cahaya mirip dengan sifat-sifat gelombang bunyi.
Perbedaan antara gelombang cahaya dan gelombang bunyi terletak pada panjang
gelombang dan frekuensinya.sesungguhnya cahaya merupakan gelombang
elektromagnetik karena kecepatan gelombang elektromagnetik sama dengan
kecepatan cahaya, yaitu sebesar 3 × 108 m/s. Gelombang elektromagnetik tercipta
dari perpaduan antara kuat medan listrik dan kuat medan magnet yang saling
tegak lurus. Gelombang elektromagnetik juga termasuk gelombang transversal,
yang ditunjukkan dengan peristiwa polarisasi.
Berdasarkan
penelitian-penelitian
lebih
lanjut, cahaya merupakan
suatu gelombang elektromagnetik yang dalam kondisi tertentu dapat berkelakuan
seperti suatu partikel. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak
memerlukan medium untuk merambat. Sehingga cahaya dapat merambattanpa
memerlukan medium. Oleh karena itu, cahaya matahari dapat sampai ke bumi dan
memberi kehidupan di dalamnya.Cahaya merambat dengan sangat cepat, yaitu
29
dengan kecepatan 3 × 108 m/s, artinya dalam waktu satu sekon cahaya dapat
menempuh jarak 300.000.000 m atau 300.000 km.22
b. Sifat-sifat Cahaya
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Karenanya cahaya
memiliki sifat-sifat umum dari gelombang, antara lain:
1) Dalam suatu medium homogen (contoh: udara), cahaya merambat lurus.
Perambatan cahaya disebut juga sebagai sinar. Cahaya yang dipancarkan
oleh sebuah sumber cahaya merambat ke segala arah. Bila medium yang
dilaluinya homogen, maka cahaya merambat menurut garis lurus. Bukti
cahaya merambat lurus tampak pada berkas cahaya matahari yang
menembus masuk ke dalam ruangan yang gelap. Demikian pula dengan
berkas lampu sorot pada malam hari. Berkas-berkas itu tampak sebagai
batang putih yang lurus.
Gambar 2.1
Cahaya merambat lurus
2) Pada bidang batas antara dua medium (contoh: bidang batas antara udara
dan air), cahaya dapat mengalami pemantulan atau pembiasan.
3) Jika melewati celah sempit, dapat mengalami lenturan.
4) Dapat mengalami interferensi.
5) Dapat mengalami polarisasi.
4.
22
Baiq Hana Susanti dan Iwan Setiawan, Penentuan Percobaan Konsep Dasar IPA,
(Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2009), Cet. 1, h. 147.
30
Setiap benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut sumber
cahaya, contohnya: matahari, bintang, lampu, lilin, dan lain-lain. Sedangkan,
benda-benda yang tidak dapat memancarkan cahaya disebut benda gelap.
a. Warna Cahaya
Pelangi terdiri atas warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
ungu. Deretan warna itu dapat disingkat menjadi mejikuhibiniu. Ketujuh warna
pelangi itu sebenarnya berasal dari satu warna., yaitu putih. Warna putih sering
disebut. Polikromatis, poli berarti banyak, sedang kromatis berarti warna. Adapun
ketujuh warna pelangi sering disebut monokromatis, mono berarti tunggal.
Cahaya putih merupakan gabungan dari beberapa warna. Warna putih dari
matahari terurai menjadi beberapa warna.
Peruraian warna putih menjadi tujuh warna pelangi disebut dispersi.
Dispersi dapat kita temukan pada saat terjadi pelangi. Ketika hujan reda, udara
banyak mengandung titik-titik air. Jika cahaya matahari mengenai titik-titik air.
Jika cahaya cahaya matahari mengenai titik-titik air itu. Akan terjadi gajala
pembiasan. Pemantulan, dan dispersi titik-titik air. Pelangi baru akan terlihat jika
matahari berada dibelakang dan titik-titik air. Didepan kita.
Tiap warna penyusun cahaya matahari akan dibelokkan dengan dengan
sudut yang berada ketika melewati medium yang berbeda kerapatannya. Peristiwa
inilah yang menyebabkan terbentuk pelangi. Cahaya matahari merupakan
campuran dari berbagai warna. Ketika melewati perbatasan medium air dengan
udara., cahaya itu dibelokkan sesuai dengan warnanya. Akibatnya, cahaya
matahari terurai menjad warna-warna pelangi.23
Secara
umum
cahaya
adalah
gelombang
tepatnya
gelombang
elektromagnetik. Ciri utama dari cahaya adalah ia tidak pernah diam sebalikanya
cahaya selalu bergerak.
Cahaya merambat lurus seperti yang dapat kita lihat pada cahaya yang
keluar dari sebuah lampu teater diruangan yang gelap atau laser yang meelintasi
asap atau debu, oleh karena itu cahaya yang merambat digambar sebagai garis
23
S. Rositawaty dan Aris Muharam, Senang Belajar IPA V, ( Jakarta: Pusat Pembukuan
Departemen Pendidikan Nasional, 2008), Cet 8, h. 98-102.
31
lurus berarah yang disebut sinar cahaya, sedang berkas cahaya terdiri dari
beberapa garis berarah. Berkas cahaya bisa pararel divergen (menyebar) dan
konvergen (mengumpul)
Cahaya sangat penting bagi kita dalam kehidupan, cahaya sangat penting
dalam proses fotosintesis benda-benda yang dapat memancarkan cahaya disebut
sumber cahaya, seperti lilin menyala senter dan lampu.
Cahaya ada dua macam yaitu :
1) Cahaya yang berasal dari benda itu sendiri seperti cahaya matahari, senter,
lilin dan lampu.
2) Cahaya yang mencari dari benda akibat memantulnya cahaya pada
permukaan bena tersebut dari sumber cahaya, misalnya, jika melihat benda
berwarna biru, artinya benda tersebut memantulkan cahaya berwarna biru.
Cahaya tampak sebenarnya tersususn atas semua warna pelangi, jika sinar
matahari menembus butiran air hujan, akan dibelukkan dan diuraikan menjadi
tujuh warna. Tujuh warna tersebut antara lain, merah jingga, kuning, hijau, biru,
nila dan ungu warna hitam akan tampak jika benda tersebut menyerap semua
warna cahaya.24
b. Pembiasan
Sebelum belajar lebih lanjut mengenai pemantulan dan pembiasan, dasar
yang harus dimiliki adalah siswa mampu membedakan sinar datang, sudut datang,
sinar pantul, sudut pantul, sinar bias dan sudut bias.
Berikut ini sedikit penjelasan mengenai sinar-sinar dan sudut-sudut
tersebut.
Sudut datang
: Sudut yang dibentuk oleh sinar datang dengan garis
normal.
Sudut pantul
: Sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dengan garis
normal.
Sudut bias
24
: Sudut yang dibentuk oleh sinar bias dengan garis normal.
Yeni Darliana dan Hendriana, Alam Sekitar IPA, (Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), Cet. 2, h. 71-99.
32
Pada peristiwa pembiasan, cahaya yang datang akan diteruskan namun
mengalami pembiasan atau pembelokkan arah. Besarnya sudut yang dibentuk oleh
sinar bias dengan garis normal dinamakan sebagai sudut bias. Besar kecilnya
sudut bias dipengaruhi oleh sifat dari medium yang biasa disebut sebagai indeks
bias (n). Indeks bias merupakan perbandingan antara laju cahaya dalam ruang
hampa (c) dengan laju cahaya dalam medium (v) atau bila dirumuskan secara
matematis:
n = c/v
Dari rumusan di atas terlihat bahwa indeks bias n berbanding terbalik
dengan v. Artinya semakin besar n maka v semakin kecil. Hal ini yang
menyebabkan cahaya yang datang dari medium dengan n besar ke medium
dengan n lebih kecil akan dibiaskan menjauhi garis normal. Sebaliknya cahaya
yang datang dari medium dengan n lebih kecil ke medium dengan n lebih besar
akan dibiaskan mendekati garis normal. Lihat gambar di bawah ini!
Gambar 2.2
Sinar Bias
Cahaya dapat dibiaskan melalui percobaan sebagai berikut:
Ketika kita berenang dikolam yang jernih kaki terlihat lebih pendek, ketika
minum dengan gelas, menggunakan sedotan plastik. Sedotan tersebut terlihat
seperti patah dan lebih pendek.
33
Ikan dikolam yang jernih kelihatan lebih besar dari aslinya, dasar kolam
kelihatan lebih dangkal, jalan beraspal pada siang hari yang panas kelihatan
seperti berair, kejadian ini disebut fatamorgana.
Dan dari semua percobaan diatas menunjukkan salah satu sifat cahaya,
cahaya bersifat dapat dibiaskan.
1) Sedotan dalam gelas berisi air terlihat seperti bengkok
Garis Normal
Sinar datang
Bidang batas
Sudut datang
Udara
Air
Sudut bias
2) Sinar datang merupakan sinar yang menuju dinding pantul.
3) Sinar bias merupakan sinar yang dibiaskan setelah dibiaskan oleh dinding
pantul.
4) Bidang pembatas antara dua medium yang dapat memantulkan atau
membiaskan cahaya
5) Garis normal merupakan garis yang dibuat tegak lurus dengan bidang
pantul atau bidang bias.
6) Sudut datang merupakan sudut yang dibentuk oleh sinar datang dan garis
normal.
7) Sudut bias merupakan sudut yang dibentuk oleh sinar bias dan garis
normal.
Dari gambar diatas cahaya dapat dibiaskan mendekati garis normal. Hal
ini terjadi apabila cahaya datang dari zat yang kurang rapat menuju zat yang lebih
rapat dalam hal itu, air lebih rapat dari pada udara, sebalikanya jika cahaya datang
34
dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, akan dibaskan menjauhi garis
normal.
B. Penelitian Yang Relevan
Berbagai penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi telah
banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Diantara sekian banyak
penelitian tersebut diantaranya, sebagai berikut:
1.
Penelitian yang dilakukan oleh Eka Yuliana Rahmawati, menyimpulkan
bahwa: Pemahaman siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Pandean Kota
Madiun
setelah
diterapkannya
metode
demonstrasi
mengalami
peningkatan dan sangat baik. Peningkatan itu ditandai dengan kemampuan
siswa dalam memahami dan mencerna materi pelajaran dengan cermat dan
tepat dalam memahami serta melaksanakan materi ibadah yang
disampaikan oleh guru.25
2.
Penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Marsuki, yang menyatakan
bahwa: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa penerapan metode demonstrasi dan resitasi pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di
SDN Merjosari III Malang.26
3.
Penelitian yang dilakukan oleh Ainul „Ati Prabawati, menyimpulkan
bahwa:
Keterampilan
siswa
untuk
mengenal
pecahan
setelah
diterapkannya model pembelajaran Demonstrasi pada mata pelajaran
Matematika Kelas V B MI Nurul Huda Mulyorejo Malang, sangat baik
dan ada peningkatan. Dan hasil yang dapat disimpulkan dari lembar
observasi tentang peningkatan keterampilan mengenal pecahan adalah
pada pertemuan I 23,4%, pertemuan II 36,2% dan pertemuan III 27,7%.
25
Eka Yuliana Rahmawati, Aplikasi Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Pemahaman
Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Di SDN 01 Pandean Kota Madiun, Skripsi, S1
UIN Maulana Malik Ibrahim. (Malang: 2009), h. 102, tidak dipublikasikan.
26
Akhmad Marsuki, Penerapan Metode Demonstrasi dan Pemberian Tugas Belajar
(Resitasi) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Meningkatkan Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Kelas IV SDN Merjosari III Malang, Skripsi, S1 UIN Maulana Malik
Ibrahim. (Malang: 2009), h. 98, tidak dipublikasikan.
35
Pada pertemuan I dengan perolehan nilai rata-rata 43,7, pada pertemuan II
52,9 dan pada pertemuan III 90,9 jadi peningkatan sebesar 19 poin.27
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, dapat dipahami bahwa untuk
mencapai hasil belajar yang maksimal pada siswa diperlukan metode
pembelajaran yang bervariatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode pembelajaran demonstrasi. Dalam metode ini, siswa diberikan tugas-tugas
mandiri, sehingga siswa diharapkan bisa lebih bersifat aktif, mampu bekerja sama
dengan teman dan menemukan sendiri pemecahan permasalahan yang dihadapi.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa dengan penggunaan metode
demonstrasi secara tepat, akan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan
berikut ini:
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Penggunaan Metode Demonstrasi
Proses
Pembelajaran
Pelaksanaan
metode
demonstrasi
Pretes
27
Pembelajaran
konvensional dengan
metode ceramah yang
berpusat pada siswa
Perbaikan
pembelajaran dengan
metode demonstrasi
Postes
Pola berpikir
siswa dari
abstrak ke
keonkrit
Hasil belajar
siswa rendah
Hasil Belajar
IPA
Ainul „Ati Prabawati, Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meingkatkan Keterampilan
Mengenal Pecahan pada Pembelajaran Matematikan Siswa Kelas 3 MI Nurul Huda Mulyorejo
Malang, Skripsi, S1 UIN Maulana Malik Ibrahim. (Malang: 2011), h. 104-105, tidak
dipublikasikan.
36
D. Hipotesis
Permasalahan-permasalahan yang telah diungkapkan di atas bagi peneiliti
akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mencarikan solusi perbaikan
hasil belajar IPA siswa yang semakin menurun.
Hipotesi ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk mencapai keberhasilan
dalam penelitian yang akan dilakukan. Adapun hipotesis pada penelitian ini yaitu:
Pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar IPA siswa pada materi
Pembiasan Cahaya di kelas V MI Al-Musthofa Sempur.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 20122013. Pelaksanaan penelitian tersebut dimulai dari tanggal 25 April s.d 20 Mei
2013.
Tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian yaitu Madrasah Ibtidaiyah
Al-Musthofa Sempur Kabupaten Sukabumi.
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin
timbul selama proses penelitian, hal ini penting karena desain penelitian
merupakan strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan
pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat
untuk mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian.28
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok yang lain.29
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah berupa metode preeksperimen melalui pendekatan kuantitatif.
2. Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan dan masalah yang diteliti, desain penelitian ini
termasuk penelitian pre eksperimen dengan pendekatan one group pra-post test
design. Desain one group pra-post test design adalah mengungkapkan hubungan
sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek
28
29
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 49.
Notoatmodjo. Metode Penelitian Kesehatan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 39.
37
38
diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah
intervensi.30
Dalam penelitian ini yang dieksperimenkan adalah pengaruh metode
demonstrasi terhadap hasil belajara siswa pada mata pelajaran IPA. Sebelum
dilakukan eksperimen terhadap metode demonstrasi akan dilakukan pretest mata
pelajaran IPA pada kelas V MI Al-Musthofa Sempur.
Setelah dilakukan pretes kemudian siswa diberikan perlakuan (treatment)
yaitu dengan melakukan metode demonstrasi pada pembelajaran sebagaimana
tersebut di atas. Dan setelah diberikan perlakukan (treatment) terhadap kelas
kemudian dilakukan evaluasi hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA
yang telah disampaikan pada periode pelaksanaan eksperimen melalui pemberian
soal postes.
Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:31
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelompok
Pretes
Variabel Bebas
Postes
Eksperimen
Y1
Xe
Y2
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1.
Populasi
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MI Al-Musthofa
Sempur sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas V MI AlMusthofa Sempur.
2.
Sampel
Sampel adalah bagian atau wakil dari yang diteliti. Adapun teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling yaitu teknik
30
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. (Jakarta:
Salemba Medika, 2008), h. 55.
31
39
pengambilan sampel dengan memilih salah satu kelompok atau beberapa
kelompok yang ada didalam populasi secara simpel random sampling.32
xo
xo
xo
xo
xo
xo
Gambar 3.1
Cluser Random Sampling
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian
ini merupakan pengumpulan data yang akan menghasilkan data yang akurat dan
objektif.
Adapun teknik yang digunakan dalan pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Instrumen Tes
Peneliti memberikan tes kepada siswa berupa soal pretes yang diberikan
sebelum tindakan dan soal postes yang diberikan setelah dilakukannya tindakan
penelitian.
Soal pretes dan postes yang diberikan kepada siswa berupa soal pilihan
ganda yang memberikan 4 pilihan jawaban pada setiap nomornya dan berjumlah
20 soal.
32
Rony Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. (Jakarta: CV Taruna
Grafika, 2003), h. 102.
40
2. Instrumen non-tes
a. Observasi
Observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan mengamati
aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan aktivitas guru
dalam menyampaikan materi pelajaran dengan penerapan metode
demonstrasi yang digunakan.
b. Dokumentasi
Peneliti
menggunakan
teknik
dokumentasi
bertujuan
untuk
memperoleh data nilai IPA siswa kelas V MI Al-Musthofa Sempur.
E. Kalibrasi Instrumen
1. Validasi Instrumen
Instrumen yang valid akan memiliki validitas tinggi, sedangkan instrumen
yang kurang valid akan memiliki validitas rendah.
Mengukur validitas instrumen penelitian, peneliti terlebih dahulu
mengujicobakan instrument tersebut pada kelas lain yang telah memiliki
pengetahuan tentang materi pembiasan cahaya. Lalu, hasil uji coba tersebut
dihitung dengan menggunakan rumus poin biserial.
Adapun rumus poin biserial dalam menghitung validitas butir soal, sebagai
berikut:33
Keterangan:
: Koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor
total
: Mean skor darisubjek-subjek tang menjawab betul item yang dicari
korelasinya dengan tes.
: Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes).
33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002), Cet. Ke-XII. h. 252.
41
: Standar deviasi skor total.
: Proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut.
: 1–p
Mencari standar deviasi:34
2
Keterangan:
SD = Standar deviasi skor total
= Tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N
= Semua skor dijumlahkan, dibagi N, lalu dikuadratkan.
2. Realibilitas Instrumen
Setelah melakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah dengan
melakukan pengukuran reliabilitas. Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan
alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Uji reliabilitas untuk butir soal
objektif dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder Richardson atau yang
dikenal dengan K-R 20, yaitu:35
Keterangan:
: reliabilitas tes secara keseluruhan
P
: proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
Q
: proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
Σ pq
: jumlah hasil perkalian antara p dan q
N
: banyaknya item
S
: standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar dari devians)
Kriteria validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut:
Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
34
35
Ibid, h. 265.
Suharsini Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, op.cit, h. 100-101.
42
Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi
Antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup
Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah
3. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Untuk menentukan daya pembeda, maka digunakan
rumus sebagai berikut:36
Keterangan:
DP
: Daya pembeda
: Jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah
: Jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas
: 27% x n
Klasifikasi harga daya pembeda (DP)
0.40 and up
: Very good items
0.30 – 0.39
: Reasonably good, but possibly subject to improvement.
0.20 – 0.29
: Marginal items, usuaslly needing and being subject to
improvement.
Below – 0.19
: Poor items, to be reject or improved by revision.
4. Tingkat Kesukaran
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal itu apakah sukar, sedang, atau
mudah maka soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu.
Rumus dari uji ini yaitu:
36
Arifin, op.cit., h. 211-218.
43
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal yang benar
N : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria tingkat kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:
P = 0,00 - 0,25 = soal sukar
P = 0,26 - 0,75 = soal sedang
P = 0,76 - 1,00 = soal mudah
F. Teknik Analisis Data
Analisis data diawali dengan pengujian persyaratan analisis, yaitu uji
normalitas dan homogenitas. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu uji
Lilliefors.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi homogen atau tidak.Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji
Fisher.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menghitung korelasi antara variabel X dan
variabel Y dengan menggunakan rumus uji t (t-test) pada taraf signifikasi 5 %
(0,05), yaitu:
Keterangan:
to = t score
x = Mean kelas eksperimen
Y = Mean kelas kontrol
44
S = Standar Deviasi gabungan
nA = Jumlah sampel kelas eksperimen
nB = Jumlah sampel kelas kontrol
Hasil perhitungan statistik tersebut digunakan untuk menguji kebenaran
hipotesis statistik, sedangkan pengujian t-tes dalam tabel dilakukan pada taraf
signifikasi 0,05. Apabila thitung ≤ ttabel, berarti dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar IPA siswa, sedangkan apabila
thitung ≥ ttabel, berarti dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh metode demonstrasi
terhadap hasil belajar IPA siswa, artinya siswa yang diajar dengan menggunakan
metode demonstrasi hasil belajarnya lebih tinggi dari pada siswa yang diajar
dengan tidak menggunakan metode demonstrasi.
45
BAB IV
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan disajikan data hasil penelitian dan temuan peneliti.
Data penelitian ini diperoleh melalui pemberian soal pretes dan postes sebagai alat
ukur dan untuk mengetahui pengaruh metode demontrasi terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA . Dalam data ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu
data hasil belajar siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran melalui
penggunaan metode demonstrasi pada pertemuan pertama, dan demontrasi pre
eksperimen pada pertemuan kedua, pada pembelajaran IPA di kelas V MI AlMusthofa Sempur Kabupaten Sukabumi.
A. Deskripsi Data
Hasil Belajar IPA siswa sebelum menggunakan Metode Demontrasi
Eksperimen.
Hasil yang diperoleh dari nilai tersebut, diantaranya: nilai rata-rata kelas
yaitu 57, nilai terendah yang diraih siswa yaitu 40 dan nilai tertinggi yang diraih
siswa yaitu 75. Dari 20 orang siswa kelas V tersebut yang telah tuntas dalam
pembelajaran hanya 2 orang, sedangkan 18 orang lainnya tidak tuntas. Dikatakan
tuntas apabila nilai yang diraih siswa ≥70. Adapun persentase ketuntasan klasikal
siswa hanya mencapai 10%.
Data tersebut oleh peneliti kemudian dijadikan acuan dalam melakukan
penelitian. Melalui data tersebut pula peneliti merencanakan pembelajaran dengan
menerapkan Metode Demontrasi untuk pertemuan pertama dan Demontrasi pre
eksperimen untuk pertemuan kedua.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 14 mei 2013
dengan alokasi waktu selama 2 kali 30 menit. Metode yang digunakan peneliti
yaitu Metode Demontrasi. Kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh peneliti
sendiri dengan bantuan guru kelas lain yang berperan sebagai observer.
Sebelum memasuki pada tahap penelitian terlebih dahulu memberikan soal
pretes tentang Pembiasan Cahaya kepada siswa kelas V Mi Al Musthofa sehari
sebelum penelitian dimulai, yaitu pada hari senin tanggal 25 maret 2013. Sedang
45
46
satu hari setelah penelitian pertemuan ke satu dilaksanakan, peneliti memberikan
soal postes pertemuan kesatu untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa setelah
diterapkannya Metode Demontrasi pada pembelajaran.
Adapun penyebaran dari data yang telah dikumpulkan data dapat dilihat
dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Sebelum penerapan Metode Demontrasi
Interval
Kelas
35.00-44.49
45.00-54.49
55.00-64.49
65.00-74.49
75.00-84.49
Jumlah
No
1
2
3
4
5
Nilai
Tengah
40
47.5
58.3
65
75
Frekuensi
Absolut Relatif (%)
1
5
8
40
3
15
6
30
2
10
20
0
Dari distribusi frekuensi pada tabel tersebut dapat dibuat histogram
mengenai hasil belajar siswa.
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
35.00-44.49
45.00-54.49
55.00-64.49
65.00-74.49
75.00-84.49
Gambar 4.1
Histogram Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan
47
1. Hasil Belajar Siswa Setelah Menggunakan Metode Demontrasi
Eksperimen
Hasil belajar siswa melalui pemberian soal pretes dan postes setelah
menggunakan metode demonstrasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2
Nilai Pretes Siswa Kelas V MI Al-Musthofa Sempur
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kode Siswa
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
Jumlah
Nilai
60
70
70
60
60
70
75
65
70
65
75
60
65
65
55
60
60
65
60
65
1295
Nilai Terendah
55
Nilai Tertinggi
75
Nilai Rata-rata
65
Tuntas
5
Tidak Tuntas
15
Persentase %
25.00%
48
Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa nilai terendah yang diraih
siswa yaitu sebesar 54 dan nilai tertinggi yaitu 75. Sedangkan nilai rata-rata yaitu
65. Siswa yang telah tuntas hanya 5 orang, sedangkan yang lainnya tidak tuntas.
Sehingga, persentase ketuntasan belajar secara klasikalnya hanya mencapai 25%.
Sedangkan perolehan nilai postes siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3
Nilai Postes Siswa Kelas V MI Al-Musthofa Sempur
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kode Siswa
Nilai
A
75
B
80
C
80
D
75
E
70
F
80
G
85
H
80
I
80
J
75
K
80
L
80
M
80
N
80
O
65
P
75
Q
70
R
75
S
65
T
75
Jumlah
1525
Nilai Terendah
65
Nilai Tertinggi
85
Nilai Rata-rata
76
Tuntas
18
Tidak Tuntas
2
Persentase % 90.00%
49
50
51
52
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Nilai Pretes
Interval
Nilai
Kelas
Tengah
55.00-64.49
59
65.00-74.49
66
75.00-84.49
75
85.00-94.49
0
95.00-100
0
Jumlah
No
1
2
3
4
5
Frekuensi
Absolut Relatif (%)
8
40
10
50
2
10
0
0
0
0
20
100
Dari distribusi frekuensi pada tabel tersebut dapat dibuat histogram
mengenai hasil belajar siswa.
60
50
55.00-64.49
40
65.00-74.49
30
75.00-84.49
20
85.00-94.49
95.00-100
10
0
Gambar 4.5
Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretes
Ukuran: pemusatan dan penyebaran hasil data pretes
Tabel 4.5
Pemusatan dan Penyebaran Hasil Data Pretes
Pemusatan dan penyebaran
Nilai terendah
Kelompok eksperimen
55
Nilai rata-rata <means>
12.95
Standar Deviasi SD
1.099
Sedangkan perolehan nilai postes siswa setelah menggunakan metode
demonstrasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
53
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Nilai Postes
Frekuensi
Interval
Nilai
Kelas
Tengah Absolut Relatif (%)
1 55.00-64.49
0
0
0
2 65.00-74.49
67
10
50
3 75.00-84.49
78
9
45
4 85.00-94.49
85
1
5
5
95.00-100
0
0
0
Jumlah
20
100
Dari distribusi frekuensi pada tabel tersebut dapat dibuat histogram
No
mengenai hasil belajar siswa.
60
50
55.00-64.49
40
65.00-74.49
30
75.00-84.49
20
85.00-94.49
95.00-100
10
0
Gambar 4.6
Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Postes
Ukuran: pemusatan dan penyebaran hasil data pretes
Tabel 4.7
Pemusatan dan Penyebaran Hasil Data Pretes
Pemusatan dan penyebaran
Nilai terendah
Kelompok eksperimen
65
Nilai rata-rata <means>
14.4
Standar Deviasi SD
1.142
54
B. Analisis Data
Berdasarkan data yang telah dikemukakan diatas, nampak bahwa hasil
belajar IPA siswa sebelum menggunakan Metode Demontrasi eksperimen berbeda
dengan sesudah menggunakan Metode demontrasi eksperimen. Selanjutnya data
tersebut diuji dengan beberapa uji yang telah ditentukan yaitu uji normalitas, uji
homogentias dan uji hipotesis.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak, untuk itu penulis dalam menguji
normalitas terhadap data hasil penelitian menggunakan uji Liliefors.
Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu data berdistribusi normal atau
tidak dengan rumusan sebagai berikut:
Jika Lo < Lt maka data berdistribusi normal
Jika Lo > Lt maka data tidak berdistribusi normal
Uji normalitas soal pretes dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8
Uji Normalitas Soal Pretes
Banyak
Siswa
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan Data
Data berdistribusi tidak
normal
Catatan: Dari tabel di atas, didapat Lhitung = 0.169411998 dengan n = 20
siswa, dan taraf nyata 0.05 maka Ltabel = 0.19 nilainya lebih kecil dari Lhitng
sehingga dapat dikatakan bahwa populasi berdistribusi tidak normal.
20
0.169411998
0.19
Sedangkan uji normalitas untuk soal postes dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Pada soal postes telah diuji normalitasnya oleh peneliti, adapun hasil
yang diperoleh adalah sebagai berikut:
55
Tabel 4.9
Uji Normalitas Soal postes
Banyak
Siswa
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan Data
Data berdistribusi tidak
normal
Catatan: Dari tabel di atas, didapat Lhitung = 0.130368273 dengan n = 20
siswa, dan taraf nyata 0.05 maka Ltabel = 0.19 nilainya lebih kecil dari Lhitng
sehingga dapat dikatakan bahwa populasi berdistribusi tidak normal.
20
0.130368273
0.19
2. Uji Homogenitas
Langkah selanjutnya setelah data hasil penelitian diketahui memiliki
distribusi normal, maka akan dilakukan pengujian homogenitas dimana
dalam pengujian ini data yang diuji berdasarkan kesamaan varian kedua
kelompok yang dilakukan dengan metode uji fisher dengan taraf signifikan
sebesar 5 % dan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti kedua data adalah
homogeny
Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, berarti kedua data adalah tidak
homogen
Uji homogenitas kedua varian dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.10
Uji Homogeitas Pretes dan Postes
Keterangan
FHitung
FTabel
Kesimpulan
Data berasal dari
Pretes
1.159090909 1.499009956
distribusi
Postes
homogen
Hasil perhitungan menunjukkan nilai Fhiutng = 1.159090909,
sedangkan Ftabel dengan dk pembilang dan dk penyebut masing-masing 201=19 di peroleh Ftabel = 1.499009956. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data nilai pada pertemuan I memiliki varian yang sama atau
homogen.
Hasil perhitungan menunjukkan nilai Fhiutng = 1.140229885,
sedangkan Ftabel dengan dk pembilang dan dk penyebut masing-masing 20-
56
1=19 di peroleh Ftabel = 1.846245146. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data nilai memiliki varian yang sama atau homogen.
3. Uji Hipotesis
Setelah diketahui bahwa data dari kedua kelompok pada penelitian
ini berdistribusi normal dan homogen, maka perbedaan nilai rata-rata
kedua
kelompok
penelitian
selanjutnya
akan
dianalisis
dengan
menggunakan uji t. Pengujian ini dilakukan guna mengetahui sejauhmana
perbedaan hasil hasil belajar IPA siswa.
Dari hasil pehitungan perbedaan rata-rata nilai pretes dan postes pad
dikonsultasikan dengan ttabel pada taraf signifikan 5 %, dan dk = (n1+n2-2)
maka hipotesis nol ditolak, sedangkan untuk pretest nilai thitung sebesar
1.43147203 nilai ini lebih kecil dari ttabel maka hipotesis nol diterima.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil belajar dengan metode
pengelolaan kelas lebih baik jika dibandingkan kegiatan belajar mengajar
tanpa menerapkan metode pengelolaan kelas yang optimal. Lebih jelasnya
hasil analisis data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 4.11
Uji Hipotesis
Pretes
postes
Mean
64.75
69.5
Variance
30.19736842
26.05263158
Observation
20
20
Pooled Variance
28.125
Hypothesized Mean
Difference
Df
0
38
T Stat
-2.832352771
P(T,=t) one-tail
0.003676088
t.Critical one-tail
1.68595446
P(T<=t) two - tail
0.007352177
t.Critical two -tail
2.024394164
0
57
Berdasar tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar IPA siswa mulai
mengalami peningkatan, peningkatan yang diraih nilai pretes pertemuan pertama
yaitu 15%. Pada pretes ke postes pertemuan pertemuan pertama mengalami
peningkatan sebesar 20% . pada pertemuan ke dua melalui penerapan Metode
Demontrasi pre- eksperimen mengalami peningkatan yang sangat signinifikan
yaitu sebesar 30%.
C. Pembahasan Penelitian
Deskripsi data mmperlihatkan bahwa hasil belajar IPA Siswa setelah
menggunakan Metode demontrasi pada pertemuan pertama
dan Metode Pre
eksperimen pada pertemuan ke dua, dengan melibatkan siswa langsung dalam
proses pembelajaran belajar mengajar, hasil nilai yang diperoleh siswa
menunjukkan nilai rata- rata yang cukup tinggi yakni 72, sedang skor rata- rata
dari hasil belajar siswa sebelum menggunakan Metode Demontrasi eksperimen
sebesar 57.
Penelitian ini dilaksanakan di MI Al Musthofa Sempur Kabupaten Sukabumi,
kelas yang dijadikan subjek penelitian adalah kelas V yang berjumlah 20 orang.
Penelitian ini berlangsung sejak april sampai dengan bulan juni.
Pembelajaran IPA di MI Al Musthofa Sempur disesuaikan dengan
Kurikulum yang sedang dipelajari. Materi yang disampaikan kepada siswa pada
saat penelitian yaitu tentang Pembiasan Cahaya. Sumber belajar (buku teks) yang
digunakan di kelas ini adalah IPA Salingtemas 5 karangan Chairil Azmiyawati,
dkk. Diterbitkan oleh Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Pada pertemuan pertama peneliti memberikan soal pretes dan postes
kepada siswa dengan tujuan untuk mengukur hasil belajar IPA siswa.
hasil yang didapat oleh peneliti bahwa nilai yang diraih siswa mengalami
peningkatan sejak pretes dan postes. Untuk lebih jelasnya, maka nilai pretes dan
postes dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
58
Tabel 4. 12
Sebelum menggunakan Setelah
menggunakan
Metode Demontrasi dan Demonrasi
dan
Demontrasi eksperimen
Demontrasi eksperimen
Pretes
Postes
Nilai Terendah
40
54
64
Nilai Tertinggi
72
75
78
Nilai Rata –rata
57
65
70
Persentase%
10%
25%
45%
Berdasarkan tabel di atas, membuktikan bahwa hasil belajar IPA siswa sebelum
dan
sesudan
menggunakan
Metode
Demontrasi
eksperimen
mengalami
peningkatan yang signifikan.
dapat dipahami karena setelah menggunakan Metode Demontrasi
eksperimen sangat berpengaruh pada siswa, siswa memiliki keterlibatan
partisipasi yang lebih besar selama proses belajar mangajar, karena dengan
penggunaan Metode Demontrasi eksperimen siswa lebih aktif dan berpartisivasi
dalam belajar mengajar sehingga mengurangi tingkat kejenuhan dalam belajar
sehingga dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.
Dengan demikian siswa yang melakukan kegiatan berfikir dan terlibat
langsung dalam proses belajar mengajar yang akan membangun atau
mendapatkan konsep dan semakin sering menggunakan Metode Demontrasi
eksperimen maka akan semakin efektif pengajaran, yang akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Sebaliknya siswa yang jarang diajar
dengan Metode pembelajaran ini akan merasa bosan karena tidak terlibat langsung
dan berpartisipasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.
Jadi dapat disimpulkan hasil belajar IPA siswa mengalami peningkatan.
Peningkatan
yaitu 15%. Pada pretes ke postes mengalami peningkatan sebesar
20%. Untuk nilai postes ke nilai pretes peningkatan yang diraih sebesar 15%.
59
dengan melakukan demontrasi pre- eksperimen mengalami peningkatan yang
sangat signifikan yaitu sebesar 30%.
Karena dengan menggunakan Metode Demontrasi pre-eksperimen siswa
menjadi aktif, kreatif,bertanbah kemampuanya, dan siswa mampu melakukannya.
Dari sini dapat diambil beberapa keuntungan menggunakan Metode
Demontrasi pre-eksperimen .
a. menanbah rasa percaya diri pada siswa, dan menambah motivasi,
karena siswa mampu membuat keputusan sendiri.
b. Menambah keahlian mereka melakukan percobaan, karena
dilakukan mereka sendir
c. Meningkatkan rasa kerja sama antar siswa, karena dengan
menggunakan Metode Demontrasi eksperimen siswa harus dapat
membentuk kelompok masing – masing .
d. Menambah kreatif siswa, aktif dan inofatif dalam belajar.
60
9
9
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Terdapat peningkatan terhadap hasil belajar siswa yang signifikan sebeum
dan sesudah mengikuti pelajaran IPA pada materi pembiasan cahaya dengan
menggunakan Metode Demontrasi eksperimen . hasil belajar siswa sesudah
menggunakan Metode Demontrasi eksperimen lebih tinggi dibanding sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Metode Demontrasi eksperimen
berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa .
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Metode Demontrasi eksperimen
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA .
Saran
1. Bagi siswa
Aktivitas, kreatifitas dan efektifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
IPA lebih ditingkatkan lagi. Karena dengan meningkatkan hal-hal tersebut akan
senantiasa meningkatkan hasil belajar IPA.
2. Bagi guru
Bagi guru disarankan agar lebih menggali lagi tentang metode-metode
dalam pembelajaran. Sehingga wawasan guru akan lebih meningkat dan dapat
dijadikan solusi dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
3. Bagi sekolah
Disarankan agar menfasilitasi kepada guru yang membutuhkan sarana dan
prasaran dalam melakukan pembelajaran. Selain itu, sekolah juga disarankan
untuk senantiasa mengikut sertakan guru-guru dalam mengikuti pelatihanpelatihann yang berhubungan dengan pembelajaran.
60
9
9
65
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, Cet. 12, 2002.
Arikunto Suharsini. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi
Aksara, 2002.
Asrori Muhamad. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima, Cet.
2, 2008.
Awaludin. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada Siswa
dengan Kemampuan Matematis Rendah Melalui Pembelajaran OpenEnded
dengan
Pemberian
Tugas
Tambahan.
http://.tp.ac.id/dokumen/rumus+gain+ternormalisasi. 2013.
Darliana Yeni dan Hendriana. Alam Sekitar IPA. Jakarta: Pusat Pembukuan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Cet. 2, 1996.
Hamalik Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Komalasari Kokom. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama,
2011.
Majid Abdul. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Marsuki Akhmad. Penerapan Metode Demonstrasi dan Pemberian Tugas Belajar
(Resitasi)
untuk
Meningkatkan
Prestasi
Belajar
Siswa
dalam
Meningkatkan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV SDN
Merjosari III Malang. Skripsi, S1 UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang:
2009.
Masitoh dan Laksmi Dewi. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Departemen Agama, Cet.1, 2007.
Munawar
Indra.
Psikologi
Belajar
www.Infogue.com./view/2009/06/13
hasil
dan
belajar
Pembelajaran.
/puri
munawar.blogspot.com. 2013.
Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
61
http/indra
62
66
Prabawati Ainul ‘Ati. Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meingkatkan
Keterampilan Mengenal Pecahan pada Pembelajaran Matematikan Siswa
Kelas 3 MI Nurul Huda Mulyorejo Malang. Skripsi, S1 UIN Maulana
Malik Ibrahim. Malang: 2011.
Puspita Diah Indah. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa Yang
Diajarkan Melalui Pendekatan Kooperatif Teknik Student Team
Achievement Divisions (STAD) DAN TEKNIK Group Investigation (GI),
Skripsi, S1 UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta: 2011.
Rahmawati Eka Yuliana. Aplikasi Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan
Pemahaman Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Di SDN
01 Pandean Kota Madiun, Skripsi, S1 UIN Maulana Malik Ibrahim.
Malang: 2009.
Rasyid Harun dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima,
2009.
Riadi
Muchlisin.
Metode
Demonstrasi
dalam
Pembelajaran.
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/metode-demonstrasi-dalambelajar.html#.UmJxolOYljU. 2013.
Rositawaty S. dan Aris Muharam. Senang Belajar IPA V. Jakarta: Pusat
Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional, Cet 8, 2008.
Sabri H. M Alisuf. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. IV, 2010.
Susanti Baiq Hana dan Iwan Setiawan. Penentuan Percobaan Konsep Dasar IPA.
Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, Cet. 1, 2009.
Suwendi.
Modul Metodologi Penelitian. Jakarta: FITK Press UIN Syarif
Hidayatullah, 2011.
Syarifudin Tatang. Landasan Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama republik
Indonesia, Cet. 1, 2009.
Undang-undang Republik Indonesia. Sistem Pendidikan Nasional No. 20. Jakarta:
BP. Panca Usaha, 2003.
Zain Lukman. Pembelajaran Fiqih. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, Cet. 1, 2009.
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Pertemuan Ke
Alokasi Waktu
Standar Kompetensi
:
:
:
:
:
:
MI Al-Musthofa
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
V (Lima)/II (Dua)
I (Pertama)
2 x 35 menit
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan
membuat suatu karya / model
I.
Kompetensi Dasar
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
II.
Indikator
 Mendemonstrasikan sifat cahaya dan mengenal berbagai benda (bening,
berwarna dan gelap)
 Menunjukkan peristiwa pembiasaan cahaya dalam kehidupan seharihari melalui percobaan
 Membuat pelangi melalui percobaan sederhana
III. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran dilakukan, maka siswa dapat:
 Mendemonstrasikan sifat cahaya dan mengenal berbagai benda (bening,
berwarna dan gelap)
(kerja keras, disiplin, cinta lingkungan, tanggung jawab
 Menunjukkan peristiwa pembiasaan cahaya dalam kehidupan seharihari melalui percobaan
(kerja keras, disiplin, cinta lingkungan, tanggung jawab)
 Membuat pelangi melalui percobaan sederhana
(kerja keras, disiplin, cinta lingkungan, tanggung jawab)
IV. Materi Pembelajaran
A. Materi Pokok
: Cahaya dan Sifatnya
B. Deskripsi Sub Materi Pokok
PEMBIASAN CAHAYA
Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya
berbeda, cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah
rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda
disebut pembiasan. Perhatikan skema pembiasan cahaya berikut!
Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang
lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya
cahaya merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya
merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya
akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat dari
air ke udara.
Pembiasan cahaya sering kamu jumpai dalam kehidupan seharihari. Misalnya dasar kolam terlihat lebih dangkal daripada kedalaman
sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada pensil yang
dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air. Pensil tersebut akan tampak
patah.
V.
Metode Pembelajaran
 Demonstrasi
VI. Langkah-langkah Pembelajaran
A. Pendahuluan (10 menit)
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
 Mengajak siswa
 Berdo’a dengan khusyu
berdo’a sebelum
sebelum memulai
memulai pembelajaran.
pembelajaran.
 Mengecek kehadiran
 Merespon ketika
siswa.
namanya disebut oleh
guru.
 Memberikan motivasi  Mendengarkan dengan
dengan bercerita yang
seksama
ada kaitannya dengan
cahaya
 Siswa memperhatikan  Siswa mendengarkan
penjelasan guru tentang
dan memperhatikan apa
tujuan yang akan
yang disampaikan guru.
dicapai dalam
pembelajaran IPA pada
materi Pembiasan
Cahaya
 Memberikan penjelasan  Mendengarkan
tentang langkahpenjelasan guru
langkah dan kegiatan
yang akan dilakukan
dalam pembelajaran.
Nilai Karakter
 Religus.
 Patuh.
 Disiplin.
 Tanggung jawab.
 Patuh.
 Tanggung jawab.
 Rasa ingin tahu.
 Disiplin.
 Tanggung jawab.
 Rasa ingin tahu.
 Patuh.
 Disiplin.
B. Kegiatan Inti (50 menit)
Kegiatan Guru
Ekplorasi (10 menit)
 Melakukan
pengecekkan
pemahaman siswa
terhadap materi yang
akan disampaikan
kepada siswa dalam
kegiatan pembelajaran
 Menampilkan gambar
yang sesuai dengan
materi pelajaran di
papan tulis
 Menjelaskan materi
yang akan dipelajari
Kegiatan Siswa
 Aktif dalam merespon
perintah atau
pertanyaan yang
diberikan guru.
Nilai Karakter
 Rasa ingin tahu.
 Berani.
 Tanggung jawab
 Memperhatikan gambar  Rasa ingin tahu.
yang ditempelkan guru  Antusias.
di papan tulis
 Mendengarkan lalu
memperhatikan
 Rasa ingin tahu.
 Disiplin.
lalu
mendemonstrasikannya
demonstrasi yang
dilakukan guru yaitu
memasukkan 3 buah
pensil ke dalam gelas
yang berair bening.
 Berkumpul sesuai
dengan kelompok yang
telah ditentukan oleh
guru.
 Perwakilan kelompok
 Membagi lembar kerja
mengambil lembar
kepada setiap
kerja yang diberikan
kelompok untuk
guru.
melakukan penemuan.  Mendengarkan dan
 Menjelaskan tugas
memperhatikan
yang harus dikerjakan
penjelasan guru.
oleh setiap kelompok.  Mengerjakan lembar
 Melakukan pemantauan
kerja bersama
selama proses
kelompoknya
pembelajaran
berlangsung
Elaborasi (30 menit)
 Mengelompokkan
siswa menjadi 4
kelompok
Konfirmasi (10
 Perwakilan siswa pada
menit)
 Meminta perwakilan
setiap kelompok maju
siswa pada setiap
ke depan kelas untuk
kelompok untuk
membacakan hasil
memperlihatkan hasil
temuannya.
kerjanya dan meminta
perwakilan siswa untuk
membacakan hasil
temuannya.
 Menfasilitasi kepada
 Mendengarkan dan
kelompok lain untuk
mengomentari hasil
mengomentari
kerja kelompok yang
presentasi kelompok
sedang presentasi di
lain
depan kelas
 Tanggung jawab.
 Patuh.
 Disiplin.
 Toleransi.
 Patuh.
 Disiplin
 Rasa ingin tahu.
 Disiplin.




Rasa ingin tahu.
Disiplin.
Toleransi.
Tanggung jawab.




Patuh.
Disiplin.
Tanggung jawab.
Percaya diri.
 Rasa ingin tahu.
 Patuh.
 Disiplin.
C. Kegiatan Penutup (10 menit)
Kegiatan Guru
 Mengajak siswa untuk
merefleksikan hasil
kerja.
Kegiatan Siswa
 Memprhatikan dan
bersama dengan guru
melakukan refleksi.
Nilai Karakter




Jujur.
Percaya diri.
Mandiri.
Disiplin.
 Bersama-sama dengan
siswa membuat
simpulan tentang
materi yang
disampaikan
 Guru mengajak siswa
berdo’a untuk
mengakhiri
pembelajaran.
 Mendengarkan dan
memperhatikan guru
dalam menyimpulkan
materi pelajaran
 Rasa ingin tahu.
 Patuh.
 Tanggung
jawab.
 Siswa berdo’a bersama.  Religius.
VII. Media/alat dan sumber belajar
1. BSE: IPA Salingtemas 5, Pengarang: Choiril Azmiyawati, dkk.,
Penerbit: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
2. Lembar Kerja Siswa.
3. Gambar tentang Cahaya.
4. Gelas bening, air putih, kaca, bohlam bekas, sedotan air minum.
VIII. Penilaian
Indikator Pencapaian
Teknik
Bentuk
Kompetensi
Penilaian Instrumen
Tes
Pilihan
 Mendemonstrasikan
sifat cahaya dan
Tertulis
Ganda
mengenal berbagai
benda (bening dan
gelap)
 Menunjukkan
peristiwa pembiasan
cahaya
 Membuat pelangi
melalui percobaan
dengan media
sederhana
Skor Penilaian:
Nilai = Jumlah skor yang diraih siswa x 100
Jumlah Soal
NA = 100
Nomor Soal
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
8, 9, 10, 11, 12, 13
14, 15, 16, 17, 18,
19, 20
Diketahui,
Kepala Sekolah
Sukabumi, Mei 2013
Guru Mata Pelajaran
APIPUDIN, S. Ag., M. Pd. I
AISYAH
Lampiran 2
Materi Pelajaran
PEMBIASAN CAHAYA
Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda,
cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya
setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut pembiasan. Perhatikan
skema pembiasan cahaya berikut!
Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat,
cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya merambat dari
udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat
yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya
cahaya merambat dari air ke udara.
Pembiasan cahaya sering kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya dasar kolam terlihat lebih dangkal daripada kedalaman sebenarnya.
Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada pensil yang dimasukkan ke dalam gelas
yang berisi air. Pensil tersebut akan tampak patah.
Lampiran 3
LEMBAR KERJA SISWA
Tema
Kelas/Semester
: Pembiasan Cahaya
: V (Lima)/II (Dua)
Petunjuk Pengerjaan:
1. Bacalah bismillah sebelum mengerjakan!
2. Selesaikan tugas Lembar Kerja ini dengan baik!
3. Diskusikan dan demonstrasikan dengan kelompokmu!
4. Jagalah nama baik kelompokmu!
Petunjuk Khusus:
1.
Menunjukkan Pembiasan Cahaya
2.
Sediakan mangkuk plastik, uang logam, dan air!
3.
Taruhlah mangkuk plastik di atas meja, kemudian letakkan uang logam di
dalamnya!
4.
Pandanglah bibir mangkuk segaris dengan pinggiran uang logam! Usahakan
uang logam sedikit terlihat oleh mata! Terlihatkah uang itu? Lihat gambar A!
5.
Tahan posisi pandanganmu! Mintalah bantuan temanmu untuk menuangkan
air jernih ke dalam mangkuk (lihat gambar B)!
6.
Amati apa yang terjadi! Terlihatkah uang logam itu?
7.
Buatlah laporan dari kegiatan ini dan kumpulkan kepada bapak atau ibu guru!
8.
Bersihkan dan simpan alat-alat yang kamu gunakan dalam percobaan ini agar
tidak mengotori mejamu!
Lampiran 4
LEMBAR SOAL PRETES
Nama
: ………………………
Kelas
: ………………………
Hari/Tanggal : ………………………
Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling
tepat!
1. Benda-benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut ….
a. sumber cahaya
b. pantulan cahaya
c. benda bening
d. cermin
2. Cahaya memiliki sifat dapat ….
a. merambat lurus
b. dipantulkan
c. dibiaskan
d. semua jawab benar
3. Benda-benda berikut yang dapat tembus cahaya adalah ….
a. kayu, besi
b. bola, seng
c. kertas, karton
d. kaca, lensa
4. Jika cahaya datang dari zat yang kurang rapat menuju zat yang lebih rapat
cahaya akan ….
a. dibiaskan menuju garis normal
b. dibiaskan menjauhi garis normal
c. dipantulkan kembali
d. merambat lurus
5. Sudut datang adalah sudut yang dibentuk oleh ….
a. sinar datang dengan bidang batas
b. sinar datang dari garis normal
c. sinar pantul dengan garis normal
d. sinar pantul dengan garis normal
6. Sendok yang disimpan di dalam gelas terlihat bengkak. Hal ini menunjukkan
sifat cahaya yaitu ….
a. cahaya merambat lurus
b. cahaya menembus benda bening
c. cahaya dapat dipantulkan
d. cahaya dapat dibiaskan
7. Mejikuhibiniu terdiri dari warna-warna ….
a. merah, hijau, biru
b. merah, kuning, biru
c. merah, jingga, kuning, hijau, nila, biru, ungu
d. merah, kuning, hijau, ungu
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Sinar bias merupakan sinar yang dibiaskan setelah ….
a. dibiaskan
b. dipantulkan
c. dibiaskan oelh dinding pantul
d. semua salah
Contoh lain dari pembiasan cahaya adalah ….
a. dasar air kolam yang jernih kelihatan lebih dalam
b. dasar air kolam yang jernih kelihatan lebih dangkal
c. langit terlihat ada dibawah
d. air laut kelihatan biru
Sudut bias merupakan sudut yang dibentuk oleh ….
a. sinar datang dan garis normal
b. sinar bias dan garis normal
c. sinar bias dan garis normal
d. garis normal dan sinar datang
Dibawah ini adalah merupakan peristiwa pembiasan kecuali ….
a. ikan di kolam yang jernih kelihatan lebih besar dari biasanya
b. dasar kolam kelihatan lebih dangkal
c. jalan beraspal pada siang hari kelihatan berair
d. cahaya tembus pada benda bening
Dilangit tampak pelangi. Hal ini terjadi karena adanya ….
a. matahari memebus butiran air hujan (pembiasan cahaya)
b. pantulan sinar matahari terhadap awan
c. perambatan cahaya
d. cahaya menembus cahaya
Cahaya dapat dipantulkan dan ….
a. dipantulkan
b. merambat
c. pancaran
d. dibiaskan
Yang termasuk benda gelap adalah ….
a. kaca
b. plastik
c. air ledeng
d. bola
Ketika berenang kaki terlihat lebih … ini menunjukkan bahwa cahaya dapat
dibiaskan
a. panjang
b. pendek
c. kecil
d. lurus
Bahan yang dapat digunakan untuk melakukan percobaan dalam pembiasan
cahaya diantaranya …
a. karton, senter, lilin
b. kaca, lampu senter, triplek
c. gelas, air putih, sedotan
d. kardus, lem, cermin
17. Di gurun pasir yang tandus pada siang hari yang panas kelihatan ada air,
padahal tidak ada kejadian tersebut disebut ….
a. fatamorgana
b. fotosintesa
c. pantulan baur
d. pemantulan teratur
18. Dipus adalah ….
a. pemantulan baur
b. pemantulan teratur
c. perambatan cahaya
d. perambatan cahaya lurus
19.
A
Garis Normal
C
Sinar datang
Bidang batas
Sudut
datang
D
Udara
Air
Sinar Bias
Sudut bias
B
Perhatikan gambar diatas yang menunjukkan garis normal pada huruf ….
a. BC
b. AB
c. DC
d. CD
20. Garis normal menunjukkan garis yang dibentuk … dengan bidang pantul atau
bidang bias
a. tegak lurus
b. miring/bengkok
c. serong kiri
d. tak terarah
Lampiran 5
KUNCI JAWABAN SOAL PRETES
1. A
6. D
11. D
16. C
2. D
7. C
12. A
17. A
3. D
8. C
13. D
18. B
4. B
9. B
14. B
19. B
5. B
10. B
15. B
20. A
Lampiran 6
LEMBAR SOAL POSTES
Nama
: ………………………
Kelas
: ………………………
Hari/Tanggal : ………………………
Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling
tepat!
1. Di bawah ini merupakan benda yang dapat ditembus oleh cahaya, yaitu ....
a. karton
c. buku
b. batu
d. mika
2. Cahaya memiliki sifat di bawah ini, kecuali ....
a. cahaya merambat lurus
c. cahaya dapat diubah
b. cahaya dapat dibiaskan
d. cahaya dapat dipantulkan
3. Jika benda dekat dengan cermin cekung, maka bayangan benda bersifat ....
a. tegak, maya, lebih besar
c. tegak, nyata, lebih besar
b. tegak, maya, lebih kecil
d. tegak, nyata, lebih kecil
4. Cahaya bergerak dengan lintasan yang ....
a. berliku-liku
c. lurus
b. bergelombang
d. memantul
5. Jika listrik rumahmu padam, kamu tentu akan memanfaatkan senter untuk
dapat melihat dalam kegelapan. Senter yang kamu pakai tersebut menerapkan
sifat cahaya di bawah ini, yaitu ....
a. cahaya merambat lurus
c. cahaya dapat dipantulkan
b. cahaya dapat dibiaskan
d. cahaya menembus benda bening
6. Pemanfaatan cermin cekung terdapat pada benda di bawah ini, yaitu ....
a. reflektor lampu senter
c. pemantau jalan
b. spion motor
d. cermin rias
7. Benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut ....
a. berkas cahaya
c. sumber cahaya
b. sinar cahaya
d. pemantulan cahaya
8. Hampir setiap hari kita berkaca di depan cermin. Cermin apakah yang biasa
digunakan untuk berkaca?
a. cermin cekung cembung
c. cermin cekung
b. cermin cembung
d. cermin datar
9. Dasar kolam yang airnya jernih terlihat lebih dangkal dari yang sebenarnya,
merupakan salah satu peristiwa ....
a. pemantulan cahaya
c. perambatan cahaya
b. pembiasan cahaya
d. pembentukan bayangan
10. Perhatikan arah anak panah di bawah ini! Yang termasuk gambar cermin
cekung yaitu ....
a.
c.
b.
d.
11. Kita dapat melihat suatu benda, karena ....
a. benda memantulkan atau memancarkan cahaya
b. benda berwarna-warni
c. benda nyata
d. benda mempunyai bentuk
12. Bayangan yang dibentuk oleh cermin datar mempunyai sifat ....
a. jarak benda ke cermin sama
b. bayangan lebih besar dari
c. bayangan lebih kecil dari dengan jarak bayangan ke dari benda
aslinyacermin
d. bayangan lebih nyata dari benda aslinya benda aslinya
13. Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalah ....
a. lebih besar dari bendanya
c. sama dengan bendanya
b. lebih kecil dari bendanya
d. lebih dekat dengan bendanya
14. Mengapa kaca spion kendaraan bermotor menggunakan cermin cembung?
a. untuk menghemat biaya
b. untuk mempermudah pengemudi
c. untuk memperindah kendaraan
d. untuk memperbesar bayangan lebih fokus melihat benda di belakangnya
15. Pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai benda di bawah ini, yaitu ....
a. pecahan kaca
c. tanah
b. aspal jalan
d. permukaan air yang tenang
16. Berikut ini merupakan sumber cahaya alami, yaitu ....
a. kunang-kunang
c. senter
b. listrik
d. lilin
17. Jika benda jauh dengan cermin cekung, maka bayangan benda bersifat ....
a. berlawanan, terbalik
c. nyata, terbalik
b. maya, terbalik
d. berlawanan, maya
18. Di bawah ini yang merupakan contoh peristiwa pembiasan cahaya adalah ....
a. penggunaan kaca spion pada motor
b. terjadinya pelangi
c. sampainya cahaya matahari di permukaan bumi
d. ketika berenang kaki terlihat lebih pendek
19. Bayangan yang dapat kita lihat dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap
oleh layar, disebut ....
a. nyata
c. semu
b. sejati
d. pantulan
20. Sinar yang jatuh pada permukaan yang rata, maka akan terjadi....
a. pemantulan teratur
c. pemantulan baur
b. difusi
d. pemantulan nyata
Lampiran 7
KUNCI JAWABAN POSTES
1. D
6. A
11. A
16. A
2. C
7. C
12. A
17. C
3. A
8. D
13. B
18. C
4. C
9. B
14. B
19. C
5. A
10. B
15. D
20. A
Lampiran 8
CAHAYA PADA CERMIN
Gambar 2.1
Cahaya merambat lurus
Gambar 2.2
Pemantulan Teratur
Gambar 2.3
Pemantulan Baur
Gambar 2.4
Pemantulan kupu-kupu pada cermin datar
Gambar 2.5
Cermin cekung bersifat mengumpulkan cahaya
Gambar 2.6
Sinar datang sejajar pada cermin cekung
Gambar 2.7
Sinar datang melalui titik fokus pada cermin cekung
Gambar 2.8
Sinar datang melalui titik pusat pada cermin cekung
Gambar 2.9
Sinar datang sembarang pada cermin cekung
Gambar 2.10
Cermin Cembung
Gambar 2.11
Sinar Bias
Lampiran 11
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelompok
Eksperimen
Pretes
Variabel Bebas
Postes
Y1
Xe
Y2
Lampiran 12
RUMUS UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Rumus Biserial
Keterangan:
: Koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor
total
: Mean skor darisubjek-subjek tang menjawab betul item yang dicari
korelasinya dengan tes.
: Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes).
: Standar deviasi skor total.
: Proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut.
: 1–p
Rumus Standar Deviasi
2
Keterangan:
SD
= Standar deviasi skor total
= Tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N
= Semua skor dijumlahkan, dibagi N, lalu dikuadratkan.
Rumus Mencari Tingkat Kesukaran
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal yang benar
N : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria tingkat kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:
P = 0,00 - 0,25 = soal sukar
P = 0,26 - 0,75 = soal sedang
P = 0,76 - 1,00 = soal mudah
Rumus Daya Beda
Keterangan:
DP
:
:
:
:
Daya pembeda
Jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah
Jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas
27% x n
Klasifikasi harga daya pembeda (DP)
0.40 and up
: Very good items
0.30 – 0.39
: Reasonably good, but possibly subject to improvement.
0.20 – 0.29
: Marginal items, usuaslly needing and being subject to
improvement.
Below – 0.19 : Poor items, to be reject or improved by revision.
Rumus Uji Reliabilitas
Keterangan:
: reliabilitas tes secara keseluruhan
p
: proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q
: proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
Σ pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q
n
: banyaknya item
S
: standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar dari devians)
Kriteria validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut:
Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi
Antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup
Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah
Lampiran 13
Rumus Uji Hipotesis
Keterangan:
to = t score
x = Mean kelas eksperimen
Y = Mean kelas kontrol
S = Standar Deviasi gabungan
nA = Jumlah sampel kelas eksperimen
nB = Jumlah sampel kelas kontrol
Lampiran 14
Rumus N-Gain
Dengan kategorisasi perolehan
G – tinggi
: nilai (<g>) > 0,70
G – sedang
: nilai 0,70 e”(<g>)e”0,30
G – rendah
: nilai (<g>) < 0,30
Tabel 4.1
Daftar Nilai Pretes
20
T
Jumlah
65
1295
Nilai Terendah
55
Nilai Tertinggi
75
Nilai Rata-rata
65
Persentase %
25.00%
Dari distribusi frekuensi pada tabel tersebut dapat dibuat histogram mengenai
hasil belajar siswa.
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
35.00-44.49
45.00-54.49
55.00-64.49
65.00-74.49
75.00-84.49
Lampiran 15
Tabel 4.2
Daftar Nilai Postes
Nilai Terendah
65
Nilai Tertinggi
80
Nilai Rata-rata
70
Tuntas
10
Tidak Tuntas
10
Persentase % 50.00%
Lampiran 16
Tabel 4.3
Daftar Nilai Pretes
Nilai Terendah
55
Nilai Tertinggi
75
Nilai Rata-rata
Persentase %
65
25.00%
Lampiran 17
Tabel 4.4
Distribusi Skor Tes Pretes
Frekuensi
Absolut Relatif (%)
No
Interval
Kelas
Nilai
Tengah
1
55.00-64.49
59
8
40
2
65.00-74.49
66
10
50
3
75.00-84.49
75
2
10
4
85.00-94.49
0
0
0
5
95.00-100
0
0
0
20
100
Jumlah
60
50
65.00-74.49
30
75.00-84.49
20
85.00-94.49
10
0
Lampiran 22
55.00-64.49
40
95.00-100
Tabel 4.5
Distribusi Skor Postes
No
1
2
3
4
5
Interval
Nilai
Kelas
Tengah
55.00-64.49
0
65.00-74.49
66
75.00-84.49
75
85.00-94.49
0
95.00-100
0
Jumlah
Frekuensi
Absolut Relatif (%)
0
0
13
65
7
35
0
0
0
0
20
100
Dari distribusi frekuensi pada tabel tersebut dapat dibuat histogram mengenai
hasil belajar siswa.
60
50
55.00-64.49
40
65.00-74.49
30
75.00-84.49
20
85.00-94.49
95.00-100
10
0
Lampiran 23
Lampiran 24Lampiran 25
4Tabel 4.6
Uji Normalitas Soal Pretes
Banyak
Siswa
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan Data
20
0.169411998
0.19
Data berdistribusi tidak
normal
Catatan: Dari tabel di atas, didapat Lhitung = 0.169411998 dengan n = 20
siswa, dan taraf nyata 0.05 maka Ltabel = 0.19 nilainya lebih kecil dari Lhitng
sehingga dapat dikatakan bahwa populasi berdistribusi tidak normal.
Lampiran 2
Tabel 4.7
Uji Normalitas Soal Postes
Banyak
Siswa
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan Data
20
0.200330338
0.19
Data berdistribusi normal
Catatan: Dari tabel di atas, didapat Lhitung = 0.200330338 dengan n = 20
siswa, dan taraf nyata 0.05 maka Ltabel = 0.19 nilainya lebih besar dari
Lhitng sehingga dapat dikatakan bahwa populasi berdistribusi normal.
Lampiran 30
Tabel 4.8
Uji Normalitas Soal Pretes
Banyak
Siswa
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan Data
Data berdistribusi tidak
normal
Catatan: Dari tabel di atas, didapat Lhitung = 0.130368273 dengan n = 20
siswa, dan taraf nyata 0.05 maka Ltabel = 0.19 nilainya lebih kecil dari Lhitng
sehingga dapat dikatakan bahwa populasi berdistribusi tidak normal.
20
0.130368273
0.19
Lampiran 31
Tabel 4.9
Uji Normalitas Soal Pretes
Banyak
Siswa
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan Data
Data berdistribusi tidak
normal
Catatan: Dari tabel di atas, didapat Lhitung = 0.130368273 dengan n = 20
siswa, dan taraf nyata 0.05 maka Ltabel = 0.19 nilainya lebih kecil dari Lhitng
sehingga dapat dikatakan bahwa populasi berdistribusi tidak normal.
20
0.130368273
0.19
Lampiran 32
Tabel 4.10
Uji Homogeitas Pretes dan Postes
Keterangan
FHitung
FTabel
Pretes
Postes
1.159090909 1.499009956
Kesimpulan
Data berasal dari
distribusi
homogen
Lampiran 33
Tabel 4.11
Uji Homogeitas Pretes dan Postes
Keterangan
FHitung
FTabel
Pretes
Postes
1.140229885 1.846245146
Kesimpulan
Data berasal dari
distribusi
homogen
Lampiran 34
Tabel 4.12
Uji Hipotesis
Mean
Variance
Observations
Pooled Variance
Hypothesized Mean Difference
df
t Stat
P(T<=t) one-tail
t Critical one-tail
P(T<=t) two-tail
t Critical two-tail
Pretes
64.75
30.19736842
20
28.125
0
38
-2.832352771
0.003676088
1.68595446
0.007352177
2.024394164
Postes
69.5
26.05263158
20
Lampiiran 35
Tabel 4.13
Uji Hipotesis
Pretes
Mean
Variance
Observations
Pooled Variance
Hypothesized Mean Difference
df
t Stat
P(T<=t) one-tail
t Critical one-tail
P(T<=t) two-tail
t Critical two-tail
72
32.63157895
20
30.625
0
38
-2.428571429
0.00999991
1.68595446
0.019999819
2.024394164
Postes
76.25
28.61842105
20
Lampiran 36
UJI NORMALITAS DATA LILIFORS
No
x
z
1
11
-1.77427
2
12
-0.86439
3
12
-0.86439
4
12
-0.86439
5
12
-0.86439
6
12
-0.86439
7
12
-0.86439
8
12
-0.86439
9
13
0.045494
10
13
0.045494
11
13
0.045494
12
13
0.045494
13
13
0.045494
14
13
0.045494
15
14
0.955377
16
14
0.955377
17
14
0.955377
18
14
0.955377
19
15
1.86526
20
15
1.86526
Mean =
Standar Deviasi =
12.95
1.099
f(z)
0.038009
0.193687
0.193687
0.193687
0.193687
0.193687
0.193687
0.193687
0.518143
0.518143
0.518143
0.518143
0.518143
0.518143
0.830306
0.830306
0.830306
0.830306
0.968927
0.968927
s(z)
0.55
0.40
0.40
0.40
0.40
0.40
0.40
0.40
0.70
0.70
0.70
0.70
0.70
0.70
0.90
0.90
0.90
0.90
1.00
1.00
Max =
Ltabel
[s(z)-f(z)]
0.511991
0.206313
0.206313
0.206313
0.206313
0.206313
0.206313
0.206313
0.181857
0.181857
0.181857
0.181857
0.181857
0.181857
0.069694
0.069694
0.069694
0.069694
0.031073
0.031073
0.169412
0.511991
0.19
No
1
2
3
4
5
Interval Kelas
55.00-64.49
65.00-74.49
75.00-84.49
85.00-94.49
95.00-100
Jumlah
Nilai Tengah
59
66
75
0
0
Frekuensi
Absolut
Relatif (%)
8
40
10
50
2
10
0
0
0
0
20
100
Lampiran 37
UJI NORMALITAS DATA LILIFORS
No
x
z
1
13
-0.88163
2
13
-0.88163
3
13
-0.88163
4
13
-0.88163
5
13
-0.88163
6
13
-0.88163
7
13
-0.88163
8
13
-0.88163
9
13
-0.88163
10
13
-0.88163
11
14
0.097959
12
14
0.097959
13
14
0.097959
14
15
1.077549
15
15
1.077549
16
15
1.077549
17
15
1.077549
18
15
1.077549
19
15
1.077549
20
16
2.057138
Mean =
Standar Deviasi =
13.9
1.021
f(z)
0.188988
0.188988
0.188988
0.188988
0.188988
0.188988
0.188988
0.188988
0.188988
0.188988
0.539018
0.539018
0.539018
0.859382
0.859382
0.859382
0.859382
0.859382
0.859382
0.980164
s(z)
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0.65
0.65
0.65
0.95
0.95
0.95
0.95
0.95
0.95
1.00
Max =
Ltabel
[s(z)-f(z)]
0.311012
0.311012
0.311012
0.311012
0.311012
0.311012
0.311012
0.311012
0.311012
0.311012
0.110982
0.110982
0.110982
0.090618
0.090618
0.090618
0.090618
0.090618
0.090618
0.019836
0.20033
0.311012
0.19
No
1
2
3
4
5
Interval Kelas
55.00-64.49
65.00-74.49
75.00-84.49
85.00-94.49
95.00-100
Jumlah
Nilai Tengah
0
66
75
0
0
Frekuensi
Absolut
Relatif (%)
0
0
13
65
7
35
0
0
0
0
20
100
Lampiran 38
UJI NORMALITAS DATA LILIFORS
No
x
z
1
13
-1.2254
2
13
-1.2254
3
13
-1.2254
4
13
-1.2254
5
13
-1.2254
6
13
-1.2254
7
14
-0.35012
8
14
-0.35012
9
14
-0.35012
10
14
-0.35012
11
15
0.525173
12
15
0.525173
13
15
0.525173
14
15
0.525173
15
15
0.525173
16
15
0.525173
17
16
1.400461
18
16
1.400461
19
16
1.400461
20
16
1.400461
Mean =
Standar Deviasi =
14.4
1.142
f(z)
0.110212
0.110212
0.110212
0.110212
0.110212
0.110212
0.363126
0.363126
0.363126
0.363126
0.700268
0.700268
0.700268
0.700268
0.700268
0.700268
0.919312
0.919312
0.919312
0.919312
s(z)
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.50
0.50
0.50
0.50
0.80
0.80
0.80
0.80
0.80
0.80
1.00
1.00
1.00
1.00
Max =
Ltabel
[s(z)-f(z)]
0.189788
0.189788
0.189788
0.189788
0.189788
0.189788
0.136874
0.136874
0.136874
0.136874
0.099732
0.099732
0.099732
0.099732
0.099732
0.099732
0.080688
0.080688
0.080688
0.080688
0.130368
0.189788
0.19
No
1
2
3
4
5
Interval Kelas
55.00-64.49
65.00-74.49
75.00-84.49
85.00-94.49
95.00-100
Jumlah
Nilai Tengah
0
67
77
0
0
Frekuensi
Absolut
Relatif (%)
0
0
10
50
10
50
0
0
0
0
20
100
Lampiran 38
UJI NORMALITAS DATA LILIFORS
No
x
z
1
13
-1.2254
2
13
-1.2254
3
13
-1.2254
4
13
-1.2254
5
13
-1.2254
6
13
-1.2254
7
14
-0.35012
8
14
-0.35012
9
14
-0.35012
10
14
-0.35012
11
15
0.525173
12
15
0.525173
13
15
0.525173
14
15
0.525173
15
15
0.525173
16
15
0.525173
17
16
1.400461
18
16
1.400461
19
16
1.400461
20
16
1.400461
Mean =
Standar Deviasi =
14.4
1.142
f(z)
0.110212
0.110212
0.110212
0.110212
0.110212
0.110212
0.363126
0.363126
0.363126
0.363126
0.700268
0.700268
0.700268
0.700268
0.700268
0.700268
0.919312
0.919312
0.919312
0.919312
s(z)
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.50
0.50
0.50
0.50
0.80
0.80
0.80
0.80
0.80
0.80
1.00
1.00
1.00
1.00
Max =
Ltabel
[s(z)-f(z)]
0.189788
0.189788
0.189788
0.189788
0.189788
0.189788
0.136874
0.136874
0.136874
0.136874
0.099732
0.099732
0.099732
0.099732
0.099732
0.099732
0.080688
0.080688
0.080688
0.080688
0.130368
0.189788
0.19
No
1
2
3
4
5
Interval Kelas
55.00-64.49
65.00-74.49
75.00-84.49
85.00-94.49
95.00-100
Jumlah
Nilai Tengah
0
67
78
85
0
Frekuensi
Absolut
Relatif (%)
0
0
10
50
9
45
1
5
0
0
20
100
Lampiran 39
Pretes
60
70
70
60
60
70
75
65
70
65
75
60
65
65
55
60
60
65
60
65
64.75
33.1891
1295
11.28125
1.49901
Postes
65
75
80
65
65
75
75
70
75
65
75
70
70
65
65
65
65
65
65
75
69.5
26.05263
F-Test Two-Sample for Variances
Pretes
Mean
Variance
Observations
df
F
P(F<=f) one-tail
F Critical one-tail
64.75
30.19736842
20
19
1.159090909
0.375462839
2.168251601
Postes
69.5
26.05263158
20
19
t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances
Pretes
Mean
Variance
Observations
Pooled Variance
Hypothesized Mean Difference
df
t Stat
P(T<=t) one-tail
t Critical one-tail
P(T<=t) two-tail
t Critical two-tail
64.75
30.19736842
20
28.125
0
38
-2.832352771
0.003676088
1.68595446
0.007352177
2.024394164
Postes
69.5
26.05263158
20
Lampiran 40
Pretes
65
75
80
70
65
75
80
80
75
70
80
75
75
70
65
65
65
70
65
75
72
34.47115
1.846245
Postes
75
80
80
75
70
80
85
80
80
75
80
80
80
80
65
75
70
75
65
75
76.25
28.61842
F-Test Two-Sample for Variances
Pretes
Mean
Variance
Observations
df
F
P(F<=f) one-tail
F Critical one-tail
72
32.63157895
20
19
1.140229885
0.388905737
2.168251601
Postes
76.25
28.61842105
20
19
t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances
Pretes
Mean
Variance
Observations
Pooled Variance
Hypothesized Mean Difference
df
t Stat
P(T<=t) one-tail
t Critical one-tail
P(T<=t) two-tail
t Critical two-tail
72
32.63157895
20
30.625
0
38
-2.428571429
0.00999991
1.68595446
0.019999819
2.024394164
Postes
76.25
28.61842105
20
Download