PENGARUH METODE DEMONSTRASI UNTUK MENNGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA MATERI PEMBIASAN CAHAYA (Eksperimen di Kelas V MI Al-Musthofa Sempur) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Oleh AISYAH NIM. 809018300236 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 ABSTRAK AISYAH. 2013. Pengaruh Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Pada Materi Pembiasan Cahaya. Skripsi, Program Studi Pendidikan, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Dual Mode System, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan di MI Al-Musthofa Sempur Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa melalui metode Demonstrasi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V Tahun Pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 20 orang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Demontrasi dan Demontrasi pre eksperimen. Dari hasil data yang telah peneliti lakukan selama penelitian, membuktikan bahwa pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar IPA siswa pada materi Pembiasan Cahaya di kelas V MI Al-Musthofa Sempur meningkat dan sangat baik. Karena nilai rata-rata yang diraih siswa telah melebihi nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Ketuntasan belajar klasikal yang diraih siswa pada penelitian ini yaitu 90%. Artinya, bahwa ketuntasan belajar klasikal telah melebihi target yang telah ditentukan yaitu 80%. Kata kunci: Metode Demostrasi, Hasil Belajar, Pembiasan Cahaya. i KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahim Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang penguasa alam semesta, yang telah memberikan kehidupan yang penuh rahmat, hidayah dan karunia tak terhingga kepada seluruh makhluk-Nya secara umum, dan secara khusus kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan jalan bagi umatnya dengan secercah kemuliaan dan kasih sayang serta ilmu pengetahuan yang tiada ternilai untuk menjalani kehidupan yang lebih berkah. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada pihak-pihak yang telah berperan demi terwujudnya penulisan skripsi ini. Khususnya kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, S. PI., M. Sc selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 3. Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah khususnya di Jurusan PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) yang telah memberikan bantuan dan dukunganya. 4. Bapak Apipudin, S. Ag., M. Pd. I selaku Kepala Sekolah MI Al-Musthofa Sempur Kabupaten Sukabumi. 5. Keluarga besar MI Al-Musthofa Sempur Kabupaten Sukabumi yang telah banyak membantu. 6. Teruntuk kedua orangtua tercinta selalu mencurahkan cinta, kasih sayang, do’a, motivasi yang luar biasa dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis, terima kasih atas kesabarannya. Hanya Allah yang dapat membalas semuanya. ii 7. Kepada suami tercinta yang telah memberikan seluruh kepercayaan penuh dalam proses penyusunan skripsi ini. Bantuan materil dan moril yang selalu diberikan dengan ikhlas semoga menjadikannya Imam yang senantiasa selalu membimbing keluarga penulis. 8. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda kepada semuanya dan Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Jakarta, Januari 2014 Penulis Aisyah iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………. ABSTRAK …………...……………………………………………………. i KATA PENGANTAR ………………………..…………………………... ii DAFTAR ISI ..…………………………………………………………….. iv BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1 B. Identifikasi Masalah ………………………………………………... 5 C. Pembatasan Masalah ……………………………………………….. 6 D. Perumusan Masalah …………….………………………………….. 6 E. Tujuan Penelitian …………………………………………………... 6 Manfaat Penelitian …………………………………………………. 7 F. BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS …………………………………………..….. 8 A. Deskripsi Teoritis …………………………………………………... 8 1. Metode Demonstrasi …………………………………………… 8 a. Pengertian Metode Demonstrasi …………………………… 8 b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi …………. 10 c. Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi ………... 12 2. Hasil Belajar …………………………………………………..... 21 3. Cahaya dan Pembiasan Cahaya ………………………………... 28 a. Pengertian Cahaya …………………………………………. 28 b. Sifat-sifat Cahaya ………………………………………….. 29 c. Warna Cahaya ……………………………………………… 30 d. Pembiasan ………………………………………………….. 31 B. Hasil Penelitian yang Relevan ……………………………………... 34 C. Kerangka Berpikir ………………………………………………….. 35 D. Hipotesis …………………………………………………................ iv 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………….…………. 37 A. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………… 37 B. Metode dan Desain Penelitian ……………………………………… 37 C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ………………………… 38 D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. 39 E. Kalibrasi Instrumen ………………………………………………… 40 F. Teknik Analisis Data ………………………………………………. 43 BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 45 A. Deskripsi Data …………………………………………………….. 45 B. Analisis Data ……………………………………………………….. 54 C. Pembahasan ………………………………………………………… 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………….………… 60 A. Kesimpulan ………………………………………………………… 60 B. Saran ……………………………………………………………….. 60 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. - LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………….. - v DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Desain Penelitian ………………………………………… 30 Tabel 4.1 Daftar Nilai Pretes Pertemuan I …………………………. Tabel 4.2 Daftar Nilai Postes Pertemuan I …………………………. 40 Tabel 4.3 Distribusi Skor Tes Pretes …………………. 44 Tabel 4.4 Distribusi Skor Tes Postes 45 Tabel 4.5 Uji Normalis Pretes…………………. 49 Tabel 4.6 Uji normalis Pretes…… …………..... 50 Tabel 4.7 Uji Normalis Pretes dan Postes………………… 51 Tabel 4.8 Uji Homogeitas pretes dan postes…………………. 52 Tabel 4.9 Uji Hipotesis…………………. 53 Tabel 4.10 NIlai Pretes dan Postes siswa Kelas V MI Al Musthofa 54 Sempur…………………… vi 39 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Cahaya Merambat Lurus ………………………………… 21 Gambar 2.2 Sinar Bias ………………………………………………... 24 Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Penggunaan Metode Demonstrasi …... 27 vii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran …………………… Lampiran 2 Materi Pelajaran ………………………………………... 74 Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ……………………………………. 75 Lampiran 4 Lembar Soal Pretes …………………………………….. 76 Lampiran 5 Kunci Jawaban Soal Pretes …………………………….. 79 Lampiran 6 Lembar Soal Postes …………………………………….. 80 Lampiran 7 Kunci Jawaban Soal Postes …………………………….. 83 Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa …………………….. 84 Lampiran 9 Lembar Observasi Aktivitas Guru ……………………... Lampiran 10 Cahaya Pada Cermin …………………………………… 86 Lampiran 11 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ……………………… Lampiran 12 Rumus Uji Validitas dan Reliabilitas …………………... 91 Lampiran 13 Rumus Tes Hasil Belajar ………………………………. 93 Lampiran 14 Rumus N-Gain …………………………………………. 93 Lampiran 15 Tahap dalam Penelitian ………………………………… 93 Lampiran 16 Daftar Nilai Pretes PertemuanI ……………………… 94 Lampiran 17 Daftar Nilai postes pertemuan I 96 Lampiran 18 Nilai Pretes Siswa Kelas V MI Al Musthofa 97 69 85 90 Sempur………… ……………………………………… Lampiran 19 Nilai Pretes dan Postes Siswa Kelas V MI Al-Musthofa 99 Sempur …………………………………………………. viii 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia. Menciptakan manusia yang cerdas dan maju perlu diimbangi dengan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan sangat erat kaitannya dengan mutu guru. Kunci keberhasilan pelaksanaan sangat ditentukan oleh faktor guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran. Namun semua juga tidak terlepas dari kemampuan siswa dari proses pembelajaran berlangsung, dari proses belajar mengajar ini harus kerja sama antara guru dengan murid ini akan menghasilkan hasil yang maksimal dengan meminimalisir kendala yang ada dengan memaksimalkan keunggulan dari keduanya. “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan giat melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk mempersiapkan sekolah generasi di masa depan, pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan berbagai cara seperti mengganti kurikulum, meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi”. tugas yang diemban seorang pendidikan semakin berat, karena guru harus mengembangkan potensi dirinya disisi lain harus memberikan pendidikan pada siswanya dan masih ditambah tugas administrasi lainnya. Jika seorang guru atau pendidik tidak berhasil mengembangkan potensi peserta didik maka negara itu tidak akan maju, sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan potensi peserta didik, maka terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas.1 1 Undang-undang Republik Indonesia, Sistem Pendidikan Nasional No. 20, (Jakarta: BP. Panca Usaha 2003), Cet.1, h. 7. 1 2 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta proses pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Proses Pembelajaran adalah kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Harapan yang ada pada setiap guru adalah bagaimana materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didiknya dapat dipahami secara tuntas. Untuk memenuhi harapan tersebut bukanlah sesuatu yang mudah, karena kita sadar bahwa setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi minat, potensi, kecerdasan dan usaha siswa itu sendiri. Dari keberagaman pribadi yang dimiliki oleh siswa tersebut, kita sebagai guru hendaknya mampu memberikan pelayanan yang sama sehingga siswa yang menjadi tanggung jawab kita di kelas itu merasa mendapatkan perhatian yang sama. Untuk memberikan pelayanan yang sama tentunya kita perlu mencari solusi dadan strategi yang tepat, sehingga harapan yang sudah dirumuskan dalam setiap Rencana Pembelajaran dapat tercapai. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah yang dapat diidentifikasikan. Pembelajaran IPA di tingkat SD/MI menekan pada pemberian pengalaman belajar untuk merancang atau membuat suatu karya melalui penerapan suatu karya, melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi kerja ilmiah secara bijaksana. Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri masalah- 3 masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyak berperan (kreatif). Untuk mencapai tujuan ini peranan guru sangat menentukan. Peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan mengganti metode pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa, seperti pembelajaran yang dilakukan dengan ceramah dan tanya-jawab, metode pembelajaran ini membuat siswa jenuh dan tidak kreatif2. Metode yang sering digunakan oleh peneliti selama pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mustofa Sempur yaitu metode ceramah. Akibat seringnya menggunakan metode tersebut, maka keaktifan siswa selama belajar tidak muncul sama sekali. Hal itu terjadi karena selama pembelajaran berlangsung siswa hanya duduk, mendengarkan dan menulis apa yang disampaikan guru saja. Suasana belajar menjadi monoton, sehingga timbul kebosanan dari diri siswa dan dapat mengakibatkan siswa tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, akibat dari penggunaan metode tersebut guru lebih mendominasi pembelajaran sehingga siswa enggan untuk bertanya. Maka, tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA. Hasil dari observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas siswa jarang sekali mengajukan pertanyaan apalagi saran. Dikarenakan aktivitas siswa yang rendah seperti itu, maka akibatnya hasil belajar siswapun menjadi rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata IPA siswa pada Ujian Semester Ganjil Tahun pelajaran 2012/2013 hanya mencapai 57, sedangkan nilai KKM mata pelajaran IPA yaitu 70. Itu 2 Tatang Syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama republik Indonesia, 2009), h. 121, Cet. 1. 4 artinya bahwa hasil belajar IPA siswa masih dibawah nilai KKM yang telah ditentukan di MI Al-Musthofa. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran IPA. Guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya-jawab, sehingga siswa tidak terangsang untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif. Permasalahan yang timbul karena ketidaktepatan penggunaan metode dalam pembelajaran, senantiasa memberikan arahan bagi peneliti dalam melakukan penelitian yaitu dengan mengubah kebiasaan yang sering dilakukan guru dalam memilih metode yang tepat. Maka, dalam penelitian ini peneliti akan memilih salah satu metode yang dianggap dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi. Metode demonstrasi “merupakan metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.”3 Metode demonstrasi adalah cara menyampaikan materi pembelajaran dengan peragaan, baik dilakukan oleh dirinya atau meminta orang lain untuk memperagakannya. Metode demonstrasi “berguna untuk menunjukkan keterampilan tertentu, memudahkan penjelasan, menghindari verbalisme (banyak omong padahal tidak perlu) dan melatih keteranpilan.”4 Bagi siswa SD/MI penerapan metode demonstrasi sangat penting, karena dapat meningkatkan kualitas intelektual peserta didik baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu penggunaan metode demonstrasi diharapkan dapat memberikan pengaruh positif bagi siswa dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. 3 Muchlisin Riadi, Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran, Kajian Pustaka, http://www.kajianpustaka.com/2012/10/metode-demonstrasi-dalam-belajar-html, diakses pada tanggal 02 November 2013, 19.45 WIB, h. 1. 4 Lukman Zain, Pembelajaran Fiqih, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. 1, h. 14. 5 Berdasarkan pengalaman yang peneliti hadapi didalam proses pembelajaran IPA yang tidak aktif maka peneliti berusaha mencarikan metode pembelajaran lain, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas. Penerapan metode demonstrasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan pendidik dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas V MI Al-Musthofa Sempur. Penerapan metode demonstrasi dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas V MI Al-Musthofa Sempur pada pembelajaran IPA juga diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Untuk mencapai nilai yang diharapkan sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan. Berdasarkan permasalahan yang timbul, maka peneliti perlu melakukan suatu penelitian tindakan sebagaimana proposal skripsi yang diajukan dengan judul “Pengaruh Metode demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Pada Materi Pembiasan Cahaya” B. Identifikasi Masalah Berdasar pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang menjadi fokus dalam penelitian, yaitu: 1. Siswa merasakan pembelajaran yang masih monoton dan menjenuhkan, karena guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga siswa tidak dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran. 2. Metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi pelajaran, keadaan siswa, juga kemampuan daya pikir siswa. 3. Hasil belajar yang diperoleh siswa kelas V pada tahun 2012/2013 pada materi pembiasan cahaya masih di bawah KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. 6 C. Pembatasan masalah Berdasarkan identifikasi area dan fokus penelitian yang telah di paparkan di atas, maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah yang dijadikan sebagai fokus dalam penelitian yaitu, sebagai berikut: 1. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA di kelas V MI Al-Musthofa Sempur. 2. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V MI Al-Musthofa Sempur. 3. Hasil belajar siswa dibatasi pada hasil belajar kognitif C1 (hapalan), C2 (pemahaman) dan C3 (penerapan). D. Perumusan Masalah Berdasarkan Identififasi masalah dan Fokus penelitian maka dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah melalui penerapan Metode demonstrasi dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa pada materi Pembiasan Cahaya di Kelas V MI Al-Musthofa Sempur”. E. Tujuan Penelitian Berdasar pada perumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui bagaimana penerapan metode Demostrasi pada mata pelajaran IPA siswa Kelas V MI Al-Musthofa Sempur. 2. Mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa melalui penerapan metode Demostrasi pada mata pelajaran IPA siswa Kelas V MI AlMusthofa Sempur. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis. 1. Manfaat Secara Teoritis Memberikan wawasan dan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang pendidikan dan ilmu pengetahuan lain yang terkait. 7 2. Manfaat Secara Praktis a. Bagi Siswa 1) Dapat meningkatkan aktivitas, kreatifitas, efektifitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPA. 2) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. b. Bagi Guru 1) Memberi wawasan bagi seorang guru mengenai pentingnya penerapan metode-metode dalam menyampaikan materi pelajaran pada mata pelajaran IPA. 2) Dapat menemukan solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA. c. Bagi Sekolah Akan mendapatkan informasi dalam peningkatan kualitas pendidikan khususnya pada mata pelajaran IPA. 8 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis 1. Metode Demonstrasi a. Pengertian Metode Demonstrasi Metode merupakan suatu cara atau jalan yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Adapun manfaat dari penggunaan metode dalam proses belajar mengajar adalah sebagai alat untuk mempermudah seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menyerap materi yang disampaikan oleh guru selain itu juga dapat berfungsi sebagai suatu alat evaluasi pembelajaran. Secara harfiah, kata metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “metha” yang berarti melalui, “hodos” yang berarti jalan atau cara, dan kata “logos” yang berarti pengetahuan.5 Dengan demikian definisi metode adalah suatu jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Pada dasarnya istilah metode telah tercakup dalam pengertian metodologi yaitu sebagai bagian dari kumpulan dari metode-metode didalam pengajaran. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa metode mengajar merupakan sasaran interaksi antara guru dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian yang perlu diperhatikan adalah ketepatan sebuah metode mengajar yang dipilih dengan tujuan, jenis dan juga sifat materi pengajaran, serta kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut. Guru hendaknya cermat dalam memilih dan menggunakan metode mengajar terutama yang banyak melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran dapat pula didefinisikan sebagai “sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar 5 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 136. 8 9 yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.”6 Metode demonstrasi adalah cara mengumpulkan materi pembelajaran dengan perayaan, baik diakukan oleh dirinya atau meminta orang lain untuk memperagakannya. Metode demonstrasi berguna untuk “memantapkan pengetahuan siswa, mengaktifkan siswa dalam belajar mandiri, membuat anak rajin melakukan latihan.”7 Metode demonstrasi adalah “metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang sajikan.”8 Guru dituntut “menguasai bahan pelajaran serta mengorganisasi kelas, jangan sampai guru terlena dengan demonstrasinya tanpa memperhatikan siswa secara menyeluruh.”9 Beberapa karakteristik metode mengajar dan hasil belajar siswa. Metode demonstrasi dapat menunjukkan objek yang sebenarnya, proses peniruan, alat bantu yang digunakan, memerlukan tempat yang strategis yang memungkinkan seluruh siswa aktif, guru dan siswa dapat melakukannya. Metode demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran, dalam pelaksanaan demintrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan (mengamati) terhadap obyek yang akan didemonstrasikan, selama proses demonstrasi tersebut. Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruan. Metode demonstrasi lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang 6 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 3. Abdul Majid, op.cit, h. 135-156. 8 Lukman Zain, op.cit, h. 14 9 Masitoh, Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama, 2007), Cet.1, h. 162. 7 10 merupakan suatu gerakan-gerakan. Suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik “berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan unt dipahami oleh siswa dalam pengajaran dikelas. Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah “perhatian siswa dapat lebih dipusatkan proses belajar siswa pada materi yang sedang dipelajari, pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.”10 Metode demonstrasi ialah metode metode mengajar dengan menggunakan peragaan yang memperjelas suatu pengertian atau untuk memperhatikan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukkan tertentu pada siswa. Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode demonstrasi cukup baik apabila digunakan dalam pembelajaran IPA. b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi Setiap metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. 1) Kelebihan Metode Demonstrasi Adapun kelebihan dari metode demonstrasi yaitu: a) Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti, disamping itu perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses pembelajaran mengajar dan tidak kepada yang lainnya. 10 Muchlisin Riadi, Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran, http://www.kajianpustaka.com/2012/10/metode-demonstrasi-dalam-belajar.html#.UmJxolOYljU, diakses pada bulan tanggal 02 Mei 2013, 19:33 WIB. 11 b) Dapat membmbing siswa ke arah berfikir yang sama dalam satu pikiran yang sama. c) Ekonomis dalam jam pelajaran dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui Demonstrasi dengan waktu yang pendek. d) Dapat mengurangi kesedihan – kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan karena murid mendapat gambar yang jelas dari hasil pengamatan. e) Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat di perjelas waktu Demonstrasi. Dan adapun sebaiknya dalam mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus terlebih dahulu mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, barulah diikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk. Selain itu yang menjadi kelebihan dari metode demonstrasi, yaitu: a) Siswa dapat memahami sesuai objek sebenarnya. b) Siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu. c) Siswa dibiasakan untuk kerja secara sstematis. d) Siswa dapat mengamati sesuatu secara proses. e) Siswa dapat mengetahui hubungan struktural atau rutan objek. f) Siswa dapat membandingkan pada beberapa objek. 2) Kekurangan Metode Demonstrasi Adapun yang menjadi kekurangan dari metode demonstrasi, yaitu: a) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan terkadang terjadi perubahan tidak terkontrol. b) Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang didemonstrasikan tidak bisa diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat terlalu kecil atau penjelasan tidak jelas. 12 c) Demonstrasi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas dimana siswa sediri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga. d) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena sebab alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas. e) Hendaknya dilakukan dalam hal- hal yang bersifat praktis. f) Sebagai pendahuluan, berikan pengertian dan landasan teori dari apa yang akan didemonstrasikan.11 c. Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah: 1) Perencanaan a) Merumuskan dengan jelas kecakapan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan. b) Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan dan apakah dia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan. c) Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan Demonstrasi tidak gagal. d) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan Demonstrasi dengan jelas. e) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya. f) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan apakah tersedia waktu yang memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi. 11 Ibid. 13 g) Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang perlu diperhatikan keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa. Alatalat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas telah diserahkan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa sering perlu diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi. 2) Pelaksanaan Hal-hal yang mesti dilakukan adalah memeriksa hal-hal tersebut diatas untuk kesekian kalinya melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa mengingat pokok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar mencapai sasaran memperhatikan keadaan siswa, apakah semua mengikuti demonstrasi dengan baik, memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dan menghindari ketegangan. 3) Evaluasi Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa “pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lanjutan baik disekolah maupun dirumah.”12 Langkah-langkah penerapan metode demonstrasi akan lebih efektif digunakan apabila guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Hal-hal yang dapat dicapai oleh siswa sebaiknya dirumuskan terlebih dahulu. 2) Susun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang telah direncanakan. 3) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan sebelum demonstrasi dimulai. 4) Usahakan dalam melakukan Demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan sebenarnya. 12 Indra Munawar, Psikologi Belajar dan Pembelajaran, www.Infogue.com./view/2009/06/13 hasil belajar /puri http./indra munawar.blogspot.com, diakses pada tanggal 02 Mei 2013, 19:39 WIB. 14 Metode Demonstrasi dan Eksperimen Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar yang di lakukan muriduntuk melakuka percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu.Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat tidak memberikan pengertian jelas, ia hanya mengatakan bahwa Metode Eksperimen adalah metode percobaan yang biasanya di lakuka dalam mata pelajaran tertentu.Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi bahwa Metode Eksperimen adalah peraktek pengajaran yan melibatkan anak didik pada pekerjaan akademis, latihan dan pemecahanmasalah atau topik seperti: shalat, puasa, haji, pembangunan masarakat dan lain-lainnya. Adapun target Metode Eksperimen adalah: 1. Murid dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang berlaku 2. Diharapkan dengan metode ini murit dapat kepuasan dari hasil belajarnya Langkah-langkah metode eksperimen Menerangkan Metode Eksperimen Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang seknifikasi untuk di angkat Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan langkah-langkah apa saja yang harus dicatatdan variebel-variebel apa yang harus di control Setelah eksperimen di lakukan guru harus mengumpulkan laporan, memproses kegiatan, danmengadakan tes untuk menguji pemahaman murit Sanjaya, Sumantri dan Permana mengemukakan bahwa demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Metode Demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya : proses mengerjakan sesuatu, proses 15 menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, atau untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu. Tujuan : (1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa (2) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa. (3) Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secara bersama-sama. Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi 1) Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gamblang dan konkrit melalui penjelasan atau diskusi. 2) Karena tujuan dan sifat materi pelajaran yang menuntut dilakukan peragaan berupa demonstrasi. 3) Tipe belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang kuat visual, tetapi lemah dalam auditif dan motorik, ataupun sebaliknya. 4) Memudahkan mengajarkan suatu proses atau cara kerja. 5) Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih dalam fase operasional konkrit. Kelebihan Metode Demonstrasi 1) Pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit sehingga tidak terjadi verbalisme. 2) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang didemontrasikan itu. 3) Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. 4) Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya sendiri. 5) Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain. Kekurangan Metode Demonstrasi 16 1) Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi dengan baik. 2) Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran, situasi yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu. 3) Demonstrasi memerlukan waktu yang lebih banyak dibanding dengan metode ceramah dan tanya jawab. 4) Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perancangan yang matang. Cara Mengatasi Keterbatasan Metode Demonstrasi 1) Guru harus terampil melakukan demonstrasi. 2) Melengkapi sumber, alat dan media pembelajaran yang diperlukan untuk demonstrasi. 3) Mengatur waktu sebaik mungkin. 4) Membuat rancangan dan persiapan demonstrasi sebaik mungkin. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi 1) Kegiatan Persiapan Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa • Menyusun materi yang akan diajarkan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. • Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan untuk mempermudah penguasaan materi yang telah disiapkan. • Melakukan latihan pendemonstrasian termasuk cara penggunaan peralatan yang diperlukan. 17 2) Kegiatan Pelaksanaan Metode Demonstrasi a) Kegiatan Pembukaan • Aturlah tempat duduk yang memungkinkan setiap siswa dapat memperhatikan apa yang didemonstrasikan guru. • Tanyakan pelajaran sebelumnya. • Timbulkan motivasi siswa dengan mengemukakan anekdot atau kasus di masyarakat yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dibahas. • Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa dan juga tugastugas apa yang harus dilakukan disamping dalam demonstrasi nanti. b) Kegiatan Inti Pembelajaran • Mulailah melakukan demonstrasi sesuai yang telah direncanakan dan dipersiapkan oleh guru. • Pusatkan perhatian siswa kepada hal-hal penting yang harus dikuasai dari demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan sebaik- baiknya. • Ciptakan suasana kondusif dan hindari suasana yang menegangkan. • Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti proses demonstrasi termasuk memberi kesempatan bertanya dan komentar-komentar. c) Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran • Meminta siswa merangkum atau menyimpulkan pokok-pokok atau langkah- langkah kegiatan demonstrasi. • Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami. 18 • Melakukan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi. • Tindak lanjut baik berupa tugas-tugas berikutnya maupun tugas-tugas untuk mendalami materi yang baru diajarkan. Metode Eksperimen . Pengertian Sagala , Sumantri dan Permana menyatakan bahwa eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar laboratorium. Sedangkan metode eksperimen dalam pembelajaran adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan. Tujuan 1) Siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh. 2) Siswa mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaannya. 3) Siswa mampu menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang dikumpulkan melalui percobaan. 4) Siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi. Alasan Penggunaan Metode Eksperimen 1) Dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah. 19 2) Dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri. 3) Dapat mengembangkan sikap dan perilaku kritis, tidak mudah percaya sebelum ada bukti-bukti nyata. Kelebihan Metode Eksperimen 1) Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri daripada menurut cerita orang atau buku. 2) Siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya. 3) Dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah. 4) Hasil belajar dikuasai siswa dengan baik dan tahan lama dalam ingatan. 5) Menghilangkan verbalisme. Kekurangan Metode Eksperimen • Memerlukan peralatan dan bahan percobaan yang lengkap serta umumnya mahal .• Dapat menghambat lajunya pembelajaran sebab eksperimen umumnya memerlukan waktu lama. • Kesalahan dalam eksperimen akan berakibat pada kesalahan kesimpulannya .• Belum tentu semua guru dan siswa menguasai metode eksperimen. Cara Mengatasi Kelemahan Eksperimen • Guru harus menjelaskan secara gamblang hasil yang ingin dicapai dengan eksperimen 20 • Guru harus menjelaskan prosedur eksperimen, bahan-bahan eksperimen yang diperlukan, peralatan yang diperlukan dan cara penggunaannya, variabel yang perlu dikontrol, dan hal yang perlu dicatat selama eksperimen. • Mengawasi pelaksanaan eksperimen dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan. • Meminta setiap siswa melaporkan proses dan hasil eksperimennya, membanding-bandingkannya dan mendiskusikannya, untuk mengetahui kekurangan dan kekeliruan yang mungkin terjadi. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Eksperimen 1) Kegiatan Persiapan 2) • Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dengan metode eksperimen. 3) • Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui eksperimen. 4) • Menyiapkan alat, sarana, dan bahan yang diperlukan dalam eksperimen. 5) • Menyiapkan panduan prosedur pelaksanaan eksperimen, termasuk LKS. 2) Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen a) Kegiatan Pembukaan • Jika diperlukan, tanyakan materi pelajaran yang telah diajarkan minggu lalu (apersepsi). • Memotivasi siswa dengan mengemukakan cerita anekdot yang ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. • Mengemukakan tujuan pemelajaran yang ingin dicapai, dan prosedur eksperimen yang akan dilakukan. 21 b) Kegiatan Inti Pembelajaran • Siswa diminta membantu menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam eksperimen. • Siswa melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dan LKS yang telah disiapkan guru. • Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. • Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan. c) Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran • Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen. • Guru mengadakan evaluasi hasil dan proses eksperimen. • Tindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai materi eksperimen untuk mengulang lagi eksperimennya, dan bagi yang sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman. 2. Hasil Belajar Belajar adalah satu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat lingkungan akademik seperti di lingkungann sekolah, pelajar, siswa dan siswi serta mahasiswa yang mempunyai tugas untuk belajar. Karena kegiatan belajar merupakan kegiatan yang tak mungkin dapat dipisahkan dari mereka. Beberapa para ahli telah mengungkapkan arti dari belajar itu sendiri, salah satunya adalah seperti yang diungkapkan oleh Gagne bahwa belajar adalah suatu proses dimana satu organism berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.13 Sedangkan hasil dapat dikatakan kemampuan yang dimiliki soswa setelah menerima pelajaran. Menurut Oemar Hamalik, bahwa hasil belajar tampak 13 Masitoh, op.cit, h. 3. 22 sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.14 Belajar merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat internal. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi didalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Menurut James O. Whittaker: “Learning may be defined as a process by wibh behavior organites or is altered through training or experience.” 15 Atau dapat dikatakan prosesnya yang terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh pengalaman baru. Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa: antara perangsang- perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang dan reaksi. Faktor-faktor penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah: kematangan, penyesuaian diri/adaptasi, menghafal/mengingat, pengertian, berpikir dan latihan. Para ahli mencoba membuat kategori jenis-jenis belajar yang dikenal dengan taksonomi belajar salah satu yang terkenal adalah taksonomi yang disusun oleh Benyamin S. Bloom. Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan, pertama, tujuan umum pendidikan yang menentukan perlu tidaknya suatu program diadakan. Kedua, tujuan yang didasarkan atas tingkah laku, yang dimaksud berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku yang dimaksud dengan taksonomi. Ketiga, tujuan yang lebih jelas yang dirumuskan secara operasional. Kaum behavioris berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom dan kawan-kawan adalah bersifat mental.16 Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasikan mutu tujuannya. Salah satu manfaat taksonomi adalah bahwa guru didorong untuk bertanya adakah dia menekankan segi tertentu atau tidak. Taksonomi Bloom terdiri dari tiga kategori yaitu yang dikenal sebagai domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Yang dimaksud 14 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 155. 15 H. M Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), Cet. IV, h. 55. 16 Suharsini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 115. 23 dengan ranah-ranah ini oleh Bloom adalah perilaku-perilaku yang memang diniatkan untuk ditunjukkan oleh peserta didik atau pelajar dalam cara-cara tertentu, misalnya bagaimana mereka berpikir (kognitif), bagaimana mereka bersikap dan mereka merasakan sesuatu (afektif), dan bagaimana mereka berbuat (psikomotorik).17 Dalam mengukur kemampuan seorang siswa maka para guru harus memperhatikan ketiga ranah tersebut. Ranah kognitif memiliki enam taraf mulai pengetahuan sampai evaluasi. 1) Menghapal mencakup ingatan dan pengenalan, 2) Pemahaman mencakup interpretasi, pemberian contoh, klasifikasi, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan, 3) Aplikasi mencakup melakukan, implementasi, 4) Analisis mencakup membedakan, mengorganisasikan dan memberikan atribut, 5) Mengevaluasi mencakup pengecekan, memberi kritik, 6) Mencipta mencakup membangkitkan, merencanakan, memproduksi. Ranah afektif18 dibagi menjadi lima taraf, yaitu: 1) Memperhatikan, taraf ini mengenai kepekaan siswa terhadap fenomenafenomena dan perangsang-perangsang tertentu, yaitu menyangkut kesediaan siswa untuk memperhatikannya. 2) Merespon, Pada taraf ini siswa memiliki motivasi yang cukup untuk merespon. 3) Menghayati nilai, siswa sudah menghayati nilai tertentu. 4) Mengorganisasikan, siswa menghadapi situasi yang mengandung lebih dari satu nilai. 5) Memperhatikan nilai atau seperangkat nilai, siswa sudah dapat digolongkan sebagai orang yang memegang nilai atau seperangkat nilai tertentu. Ranah Psikomotorik, meliputi hal-hal: 17 18 h. 13. Ibid, h. 117. Harun Rasyid dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), 24 1) Persepsi, langkahnya melakukan kegiatan yang bersifat motoris ialah menyadari objek, sifat atau hubungan-hubungan melalui indera, 2) Persiapan, kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau bereaksi terhadap suatu kejadian menurut 3) Respon terbimbing, pada tahap ini penekanan pada kemampuankemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang lebih kompleks. 4) Respons mekanis, siswa sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan, 5) Respons kompleks, taraf ini individu dapat melakukan perbuatan motoris yang dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut sudah kompleks. Dalam kehidupan sehari-hari tak ada seseorang berbuat tanpa melibatkan pikiran dan perasaan walaupun kecil porsinya. Setiap orang merespon dalam berbagai bentuk aktivitas sebagai makhluk yang utuh. Kategori jenis belajar ini disusun untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang mereka lakukan. Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi tersebut, yaitu penilaian terhadap:19 1) Hasil Belajar Penguasaan Materi Akademik (Kognitif) Domain kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan-kemampuan intelektual, seperti mengaplikasikan prinsip atau konsep, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Sebagian besar tujuan-tujuan instruksional berada dalam domain kognitif. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni: Pengetahuan/ingatan 19 Diah Indah Puspita, PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJARKAN MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TEKNIK Student Team Achievement Divisions (STAD) DAN TEKNIK Group Investigation (GI), Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta: 2011), h. 18, tidak dipublikasikan. 25 (knowledge), Pemahaman (comprehension), Penerapan (aplication), Analisis (analysis), Sintesis (synthesis) dan Evaluasi (evaluation). Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk. Dikategorikan lebih rinci ke dalam enam jenjang kemampuan, yaitu: a) Hafalan (C1) Jenjang hafalan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajarinya. b) Pemahaman (C2) Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik. c) Penerapan (C3) Yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau situasi konkrit. d) Analisis (C4) Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas. e) Sintesis (C5) Yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan merencanakan eksperimen, menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa dan informasi lainnya. f) Evaluasi (C6) Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. 2) Hasil Belajar Yang Bersifat Proses Normatif (Afektif) Domain afektif mencakup pemilikan minat, sikap, dan nilai yang ditanamkan melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar proses berkaitan 26 dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru dan sebagainya. Ranah afektif dirinci menjadi lima jenjang, yakni: Perhatian, Tanggapan, Penilaian, Pengorganisasian, dan Karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai. Untuk menilai hasil belajar dapat digunakan instrumen evaluasi yang bersifat non tes, misalnya kuesioner dan observasi. 3) Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotor) Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkatian dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ranah ini diklasifikasikan kedalam tujuh kategori yakni: Persepsi (perception), Kesiapan (set), Gerakan terbimbing (guided response), Gerakan terbiasa (mechanism), Gerakan kompleks (complex overt response), Penyesuaian pola gerakan (adaptation), Kreatifitas/keaslian (Creativity/origination). Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.20 Perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, 20 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 155. 27 minat, dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Sedangkan menurut Oemar Hamalik hasil belajar dikalangan siswa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor kematangan akibat dari kemajuan umur kronologis, latar belakang pribadi masing-masing, sikap, danbakat terhadap suatu bidang pelajaran yang diberikan.21 Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. 1) Sasaran Penilaian Sasaran atau objek evaluasi hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Masing-masing bidang terdiri dari sejumlah aspek. Aspek-aspek tersebut sebaiknya dapat diungkapkan melalui penilaian tersebut. Dengan demikian dapat diketahui tingkah laku mana yang sudah dikuasainya oleh peserta didik dan mana yang belum sebagai bahan bagi perbaikan dan penyempurnaan program pengajaran selanjutnya. 2) Alat Penilaian Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif meliputi tes dan bukan tes sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang objektif. Penilaian hasil belajar sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan agar diperoleh hasil yang menggambarkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. 3) Prosedur Pelaksanaan Tes Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam bentuk formatif dan sumatif. Penilaian formatif dilakukan pada setiap pengajaran berlangsung, yakni pada akhir pengajaran. Hasilnya dicatat untuk bahan penilaian dan untuk menentukan derajat keberhasilan peserta didik seperti untuk kenaikan tingkat. Penilaian sumatif biasanya dilakukan pada akhir suatu program atau pertengahan program. Hasilnya digunakan untuk mengetahui program mana yang belum dikuasai oleh peserta didik. 21 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 183. 28 3. Cahaya dan Pembiasan Cahaya a. Pengertian Cahaya Dalam kehidupan sehari-hari, kamu pasti telah mengenal cahaya, seperti cahaya matahari dan cahaya lampu. Cahaya penting dalam kehidupan, sebab tanpa adanya cahaya tidak mungkin ada kehidupan. Jika bumi tidak mendapat cahaya dari Matahari, maka bumi akan gelap gulita dan dingin sehingga tidak mungkin ada kehidupan. Para ahli telah meneliti cahaya untuk mengetahui sifat-sifatdan karakteristik cahaya. Ada dua pendapat mengenai cahaya, yaitu cahaya dianggap sebagai gelombang dan cahaya dianggap sebagai partikel. Setiap pendapat ini mempunyai alasan masing-masing dan keduanya telah dibuktikan secara eksperimen. Cahaya adalah partikel-partikel kecil yang disebut korpuskel. Bila suatu sumber cahaya memancarkan cahaya maka partikel-partikel tersebut akan mengenai mata dan menimbulkan kesan akan benda tersebut.cahaya merupakan gelombang, karena sifat-sifat cahaya mirip dengan sifat-sifat gelombang bunyi. Perbedaan antara gelombang cahaya dan gelombang bunyi terletak pada panjang gelombang dan frekuensinya.sesungguhnya cahaya merupakan gelombang elektromagnetik karena kecepatan gelombang elektromagnetik sama dengan kecepatan cahaya, yaitu sebesar 3 × 108 m/s. Gelombang elektromagnetik tercipta dari perpaduan antara kuat medan listrik dan kuat medan magnet yang saling tegak lurus. Gelombang elektromagnetik juga termasuk gelombang transversal, yang ditunjukkan dengan peristiwa polarisasi. Berdasarkan penelitian-penelitian lebih lanjut, cahaya merupakan suatu gelombang elektromagnetik yang dalam kondisi tertentu dapat berkelakuan seperti suatu partikel. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak memerlukan medium untuk merambat. Sehingga cahaya dapat merambattanpa memerlukan medium. Oleh karena itu, cahaya matahari dapat sampai ke bumi dan memberi kehidupan di dalamnya.Cahaya merambat dengan sangat cepat, yaitu 29 dengan kecepatan 3 × 108 m/s, artinya dalam waktu satu sekon cahaya dapat menempuh jarak 300.000.000 m atau 300.000 km.22 b. Sifat-sifat Cahaya Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Karenanya cahaya memiliki sifat-sifat umum dari gelombang, antara lain: 1) Dalam suatu medium homogen (contoh: udara), cahaya merambat lurus. Perambatan cahaya disebut juga sebagai sinar. Cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber cahaya merambat ke segala arah. Bila medium yang dilaluinya homogen, maka cahaya merambat menurut garis lurus. Bukti cahaya merambat lurus tampak pada berkas cahaya matahari yang menembus masuk ke dalam ruangan yang gelap. Demikian pula dengan berkas lampu sorot pada malam hari. Berkas-berkas itu tampak sebagai batang putih yang lurus. Gambar 2.1 Cahaya merambat lurus 2) Pada bidang batas antara dua medium (contoh: bidang batas antara udara dan air), cahaya dapat mengalami pemantulan atau pembiasan. 3) Jika melewati celah sempit, dapat mengalami lenturan. 4) Dapat mengalami interferensi. 5) Dapat mengalami polarisasi. 4. 22 Baiq Hana Susanti dan Iwan Setiawan, Penentuan Percobaan Konsep Dasar IPA, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2009), Cet. 1, h. 147. 30 Setiap benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut sumber cahaya, contohnya: matahari, bintang, lampu, lilin, dan lain-lain. Sedangkan, benda-benda yang tidak dapat memancarkan cahaya disebut benda gelap. a. Warna Cahaya Pelangi terdiri atas warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Deretan warna itu dapat disingkat menjadi mejikuhibiniu. Ketujuh warna pelangi itu sebenarnya berasal dari satu warna., yaitu putih. Warna putih sering disebut. Polikromatis, poli berarti banyak, sedang kromatis berarti warna. Adapun ketujuh warna pelangi sering disebut monokromatis, mono berarti tunggal. Cahaya putih merupakan gabungan dari beberapa warna. Warna putih dari matahari terurai menjadi beberapa warna. Peruraian warna putih menjadi tujuh warna pelangi disebut dispersi. Dispersi dapat kita temukan pada saat terjadi pelangi. Ketika hujan reda, udara banyak mengandung titik-titik air. Jika cahaya matahari mengenai titik-titik air. Jika cahaya cahaya matahari mengenai titik-titik air itu. Akan terjadi gajala pembiasan. Pemantulan, dan dispersi titik-titik air. Pelangi baru akan terlihat jika matahari berada dibelakang dan titik-titik air. Didepan kita. Tiap warna penyusun cahaya matahari akan dibelokkan dengan dengan sudut yang berada ketika melewati medium yang berbeda kerapatannya. Peristiwa inilah yang menyebabkan terbentuk pelangi. Cahaya matahari merupakan campuran dari berbagai warna. Ketika melewati perbatasan medium air dengan udara., cahaya itu dibelokkan sesuai dengan warnanya. Akibatnya, cahaya matahari terurai menjad warna-warna pelangi.23 Secara umum cahaya adalah gelombang tepatnya gelombang elektromagnetik. Ciri utama dari cahaya adalah ia tidak pernah diam sebalikanya cahaya selalu bergerak. Cahaya merambat lurus seperti yang dapat kita lihat pada cahaya yang keluar dari sebuah lampu teater diruangan yang gelap atau laser yang meelintasi asap atau debu, oleh karena itu cahaya yang merambat digambar sebagai garis 23 S. Rositawaty dan Aris Muharam, Senang Belajar IPA V, ( Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), Cet 8, h. 98-102. 31 lurus berarah yang disebut sinar cahaya, sedang berkas cahaya terdiri dari beberapa garis berarah. Berkas cahaya bisa pararel divergen (menyebar) dan konvergen (mengumpul) Cahaya sangat penting bagi kita dalam kehidupan, cahaya sangat penting dalam proses fotosintesis benda-benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya, seperti lilin menyala senter dan lampu. Cahaya ada dua macam yaitu : 1) Cahaya yang berasal dari benda itu sendiri seperti cahaya matahari, senter, lilin dan lampu. 2) Cahaya yang mencari dari benda akibat memantulnya cahaya pada permukaan bena tersebut dari sumber cahaya, misalnya, jika melihat benda berwarna biru, artinya benda tersebut memantulkan cahaya berwarna biru. Cahaya tampak sebenarnya tersususn atas semua warna pelangi, jika sinar matahari menembus butiran air hujan, akan dibelukkan dan diuraikan menjadi tujuh warna. Tujuh warna tersebut antara lain, merah jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu warna hitam akan tampak jika benda tersebut menyerap semua warna cahaya.24 b. Pembiasan Sebelum belajar lebih lanjut mengenai pemantulan dan pembiasan, dasar yang harus dimiliki adalah siswa mampu membedakan sinar datang, sudut datang, sinar pantul, sudut pantul, sinar bias dan sudut bias. Berikut ini sedikit penjelasan mengenai sinar-sinar dan sudut-sudut tersebut. Sudut datang : Sudut yang dibentuk oleh sinar datang dengan garis normal. Sudut pantul : Sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dengan garis normal. Sudut bias 24 : Sudut yang dibentuk oleh sinar bias dengan garis normal. Yeni Darliana dan Hendriana, Alam Sekitar IPA, (Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), Cet. 2, h. 71-99. 32 Pada peristiwa pembiasan, cahaya yang datang akan diteruskan namun mengalami pembiasan atau pembelokkan arah. Besarnya sudut yang dibentuk oleh sinar bias dengan garis normal dinamakan sebagai sudut bias. Besar kecilnya sudut bias dipengaruhi oleh sifat dari medium yang biasa disebut sebagai indeks bias (n). Indeks bias merupakan perbandingan antara laju cahaya dalam ruang hampa (c) dengan laju cahaya dalam medium (v) atau bila dirumuskan secara matematis: n = c/v Dari rumusan di atas terlihat bahwa indeks bias n berbanding terbalik dengan v. Artinya semakin besar n maka v semakin kecil. Hal ini yang menyebabkan cahaya yang datang dari medium dengan n besar ke medium dengan n lebih kecil akan dibiaskan menjauhi garis normal. Sebaliknya cahaya yang datang dari medium dengan n lebih kecil ke medium dengan n lebih besar akan dibiaskan mendekati garis normal. Lihat gambar di bawah ini! Gambar 2.2 Sinar Bias Cahaya dapat dibiaskan melalui percobaan sebagai berikut: Ketika kita berenang dikolam yang jernih kaki terlihat lebih pendek, ketika minum dengan gelas, menggunakan sedotan plastik. Sedotan tersebut terlihat seperti patah dan lebih pendek. 33 Ikan dikolam yang jernih kelihatan lebih besar dari aslinya, dasar kolam kelihatan lebih dangkal, jalan beraspal pada siang hari yang panas kelihatan seperti berair, kejadian ini disebut fatamorgana. Dan dari semua percobaan diatas menunjukkan salah satu sifat cahaya, cahaya bersifat dapat dibiaskan. 1) Sedotan dalam gelas berisi air terlihat seperti bengkok Garis Normal Sinar datang Bidang batas Sudut datang Udara Air Sudut bias 2) Sinar datang merupakan sinar yang menuju dinding pantul. 3) Sinar bias merupakan sinar yang dibiaskan setelah dibiaskan oleh dinding pantul. 4) Bidang pembatas antara dua medium yang dapat memantulkan atau membiaskan cahaya 5) Garis normal merupakan garis yang dibuat tegak lurus dengan bidang pantul atau bidang bias. 6) Sudut datang merupakan sudut yang dibentuk oleh sinar datang dan garis normal. 7) Sudut bias merupakan sudut yang dibentuk oleh sinar bias dan garis normal. Dari gambar diatas cahaya dapat dibiaskan mendekati garis normal. Hal ini terjadi apabila cahaya datang dari zat yang kurang rapat menuju zat yang lebih rapat dalam hal itu, air lebih rapat dari pada udara, sebalikanya jika cahaya datang 34 dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, akan dibaskan menjauhi garis normal. B. Penelitian Yang Relevan Berbagai penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Diantara sekian banyak penelitian tersebut diantaranya, sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Yuliana Rahmawati, menyimpulkan bahwa: Pemahaman siswa pada mata pelajaran PAI di SDN Pandean Kota Madiun setelah diterapkannya metode demonstrasi mengalami peningkatan dan sangat baik. Peningkatan itu ditandai dengan kemampuan siswa dalam memahami dan mencerna materi pelajaran dengan cermat dan tepat dalam memahami serta melaksanakan materi ibadah yang disampaikan oleh guru.25 2. Penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Marsuki, yang menyatakan bahwa: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dan resitasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di SDN Merjosari III Malang.26 3. Penelitian yang dilakukan oleh Ainul „Ati Prabawati, menyimpulkan bahwa: Keterampilan siswa untuk mengenal pecahan setelah diterapkannya model pembelajaran Demonstrasi pada mata pelajaran Matematika Kelas V B MI Nurul Huda Mulyorejo Malang, sangat baik dan ada peningkatan. Dan hasil yang dapat disimpulkan dari lembar observasi tentang peningkatan keterampilan mengenal pecahan adalah pada pertemuan I 23,4%, pertemuan II 36,2% dan pertemuan III 27,7%. 25 Eka Yuliana Rahmawati, Aplikasi Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Di SDN 01 Pandean Kota Madiun, Skripsi, S1 UIN Maulana Malik Ibrahim. (Malang: 2009), h. 102, tidak dipublikasikan. 26 Akhmad Marsuki, Penerapan Metode Demonstrasi dan Pemberian Tugas Belajar (Resitasi) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Meningkatkan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV SDN Merjosari III Malang, Skripsi, S1 UIN Maulana Malik Ibrahim. (Malang: 2009), h. 98, tidak dipublikasikan. 35 Pada pertemuan I dengan perolehan nilai rata-rata 43,7, pada pertemuan II 52,9 dan pada pertemuan III 90,9 jadi peningkatan sebesar 19 poin.27 C. Kerangka Berpikir Berdasarkan uraian permasalahan di atas, dapat dipahami bahwa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal pada siswa diperlukan metode pembelajaran yang bervariatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pembelajaran demonstrasi. Dalam metode ini, siswa diberikan tugas-tugas mandiri, sehingga siswa diharapkan bisa lebih bersifat aktif, mampu bekerja sama dengan teman dan menemukan sendiri pemecahan permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa dengan penggunaan metode demonstrasi secara tepat, akan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut ini: Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penggunaan Metode Demonstrasi Proses Pembelajaran Pelaksanaan metode demonstrasi Pretes 27 Pembelajaran konvensional dengan metode ceramah yang berpusat pada siswa Perbaikan pembelajaran dengan metode demonstrasi Postes Pola berpikir siswa dari abstrak ke keonkrit Hasil belajar siswa rendah Hasil Belajar IPA Ainul „Ati Prabawati, Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meingkatkan Keterampilan Mengenal Pecahan pada Pembelajaran Matematikan Siswa Kelas 3 MI Nurul Huda Mulyorejo Malang, Skripsi, S1 UIN Maulana Malik Ibrahim. (Malang: 2011), h. 104-105, tidak dipublikasikan. 36 D. Hipotesis Permasalahan-permasalahan yang telah diungkapkan di atas bagi peneiliti akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mencarikan solusi perbaikan hasil belajar IPA siswa yang semakin menurun. Hipotesi ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk mencapai keberhasilan dalam penelitian yang akan dilakukan. Adapun hipotesis pada penelitian ini yaitu: Pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar IPA siswa pada materi Pembiasan Cahaya di kelas V MI Al-Musthofa Sempur. 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 20122013. Pelaksanaan penelitian tersebut dimulai dari tanggal 25 April s.d 20 Mei 2013. Tempat yang dijadikan sebagai lokasi penelitian yaitu Madrasah Ibtidaiyah Al-Musthofa Sempur Kabupaten Sukabumi. B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian, hal ini penting karena desain penelitian merupakan strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang berpengaruh dalam penelitian.28 Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain.29 Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah berupa metode preeksperimen melalui pendekatan kuantitatif. 2. Desain Penelitian Berdasarkan tujuan dan masalah yang diteliti, desain penelitian ini termasuk penelitian pre eksperimen dengan pendekatan one group pra-post test design. Desain one group pra-post test design adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek 28 29 Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 49. Notoatmodjo. Metode Penelitian Kesehatan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 39. 37 38 diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi.30 Dalam penelitian ini yang dieksperimenkan adalah pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajara siswa pada mata pelajaran IPA. Sebelum dilakukan eksperimen terhadap metode demonstrasi akan dilakukan pretest mata pelajaran IPA pada kelas V MI Al-Musthofa Sempur. Setelah dilakukan pretes kemudian siswa diberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan melakukan metode demonstrasi pada pembelajaran sebagaimana tersebut di atas. Dan setelah diberikan perlakukan (treatment) terhadap kelas kemudian dilakukan evaluasi hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA yang telah disampaikan pada periode pelaksanaan eksperimen melalui pemberian soal postes. Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:31 Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok Pretes Variabel Bebas Postes Eksperimen Y1 Xe Y2 C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MI Al-Musthofa Sempur sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas V MI AlMusthofa Sempur. 2. Sampel Sampel adalah bagian atau wakil dari yang diteliti. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling yaitu teknik 30 Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. (Jakarta: Salemba Medika, 2008), h. 55. 31 39 pengambilan sampel dengan memilih salah satu kelompok atau beberapa kelompok yang ada didalam populasi secara simpel random sampling.32 xo xo xo xo xo xo Gambar 3.1 Cluser Random Sampling D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini merupakan pengumpulan data yang akan menghasilkan data yang akurat dan objektif. Adapun teknik yang digunakan dalan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Instrumen Tes Peneliti memberikan tes kepada siswa berupa soal pretes yang diberikan sebelum tindakan dan soal postes yang diberikan setelah dilakukannya tindakan penelitian. Soal pretes dan postes yang diberikan kepada siswa berupa soal pilihan ganda yang memberikan 4 pilihan jawaban pada setiap nomornya dan berjumlah 20 soal. 32 Rony Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. (Jakarta: CV Taruna Grafika, 2003), h. 102. 40 2. Instrumen non-tes a. Observasi Observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan aktivitas guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan penerapan metode demonstrasi yang digunakan. b. Dokumentasi Peneliti menggunakan teknik dokumentasi bertujuan untuk memperoleh data nilai IPA siswa kelas V MI Al-Musthofa Sempur. E. Kalibrasi Instrumen 1. Validasi Instrumen Instrumen yang valid akan memiliki validitas tinggi, sedangkan instrumen yang kurang valid akan memiliki validitas rendah. Mengukur validitas instrumen penelitian, peneliti terlebih dahulu mengujicobakan instrument tersebut pada kelas lain yang telah memiliki pengetahuan tentang materi pembiasan cahaya. Lalu, hasil uji coba tersebut dihitung dengan menggunakan rumus poin biserial. Adapun rumus poin biserial dalam menghitung validitas butir soal, sebagai berikut:33 Keterangan: : Koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total : Mean skor darisubjek-subjek tang menjawab betul item yang dicari korelasinya dengan tes. : Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes). 33 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-XII. h. 252. 41 : Standar deviasi skor total. : Proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut. : 1–p Mencari standar deviasi:34 2 Keterangan: SD = Standar deviasi skor total = Tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N = Semua skor dijumlahkan, dibagi N, lalu dikuadratkan. 2. Realibilitas Instrumen Setelah melakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengukuran reliabilitas. Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Uji reliabilitas untuk butir soal objektif dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder Richardson atau yang dikenal dengan K-R 20, yaitu:35 Keterangan: : reliabilitas tes secara keseluruhan P : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar Q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p) Σ pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q N : banyaknya item S : standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar dari devians) Kriteria validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut: Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi 34 35 Ibid, h. 265. Suharsini Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, op.cit, h. 100-101. 42 Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi Antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah 3. Daya Pembeda Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk menentukan daya pembeda, maka digunakan rumus sebagai berikut:36 Keterangan: DP : Daya pembeda : Jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah : Jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas : 27% x n Klasifikasi harga daya pembeda (DP) 0.40 and up : Very good items 0.30 – 0.39 : Reasonably good, but possibly subject to improvement. 0.20 – 0.29 : Marginal items, usuaslly needing and being subject to improvement. Below – 0.19 : Poor items, to be reject or improved by revision. 4. Tingkat Kesukaran Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal itu apakah sukar, sedang, atau mudah maka soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu. Rumus dari uji ini yaitu: 36 Arifin, op.cit., h. 211-218. 43 Keterangan: P : Indeks kesukaran B : Banyaknya siswa yang menjawab soal yang benar N : Jumlah seluruh siswa peserta tes Kriteria tingkat kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut: P = 0,00 - 0,25 = soal sukar P = 0,26 - 0,75 = soal sedang P = 0,76 - 1,00 = soal mudah F. Teknik Analisis Data Analisis data diawali dengan pengujian persyaratan analisis, yaitu uji normalitas dan homogenitas. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu uji Lilliefors. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi homogen atau tidak.Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher. 3. Uji Hipotesis Uji hipotesis digunakan untuk menghitung korelasi antara variabel X dan variabel Y dengan menggunakan rumus uji t (t-test) pada taraf signifikasi 5 % (0,05), yaitu: Keterangan: to = t score x = Mean kelas eksperimen Y = Mean kelas kontrol 44 S = Standar Deviasi gabungan nA = Jumlah sampel kelas eksperimen nB = Jumlah sampel kelas kontrol Hasil perhitungan statistik tersebut digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis statistik, sedangkan pengujian t-tes dalam tabel dilakukan pada taraf signifikasi 0,05. Apabila thitung ≤ ttabel, berarti dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar IPA siswa, sedangkan apabila thitung ≥ ttabel, berarti dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh metode demonstrasi terhadap hasil belajar IPA siswa, artinya siswa yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi hasil belajarnya lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan tidak menggunakan metode demonstrasi. 45 BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan disajikan data hasil penelitian dan temuan peneliti. Data penelitian ini diperoleh melalui pemberian soal pretes dan postes sebagai alat ukur dan untuk mengetahui pengaruh metode demontrasi terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA . Dalam data ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu data hasil belajar siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran melalui penggunaan metode demonstrasi pada pertemuan pertama, dan demontrasi pre eksperimen pada pertemuan kedua, pada pembelajaran IPA di kelas V MI AlMusthofa Sempur Kabupaten Sukabumi. A. Deskripsi Data Hasil Belajar IPA siswa sebelum menggunakan Metode Demontrasi Eksperimen. Hasil yang diperoleh dari nilai tersebut, diantaranya: nilai rata-rata kelas yaitu 57, nilai terendah yang diraih siswa yaitu 40 dan nilai tertinggi yang diraih siswa yaitu 75. Dari 20 orang siswa kelas V tersebut yang telah tuntas dalam pembelajaran hanya 2 orang, sedangkan 18 orang lainnya tidak tuntas. Dikatakan tuntas apabila nilai yang diraih siswa ≥70. Adapun persentase ketuntasan klasikal siswa hanya mencapai 10%. Data tersebut oleh peneliti kemudian dijadikan acuan dalam melakukan penelitian. Melalui data tersebut pula peneliti merencanakan pembelajaran dengan menerapkan Metode Demontrasi untuk pertemuan pertama dan Demontrasi pre eksperimen untuk pertemuan kedua. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 14 mei 2013 dengan alokasi waktu selama 2 kali 30 menit. Metode yang digunakan peneliti yaitu Metode Demontrasi. Kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh peneliti sendiri dengan bantuan guru kelas lain yang berperan sebagai observer. Sebelum memasuki pada tahap penelitian terlebih dahulu memberikan soal pretes tentang Pembiasan Cahaya kepada siswa kelas V Mi Al Musthofa sehari sebelum penelitian dimulai, yaitu pada hari senin tanggal 25 maret 2013. Sedang 45 46 satu hari setelah penelitian pertemuan ke satu dilaksanakan, peneliti memberikan soal postes pertemuan kesatu untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa setelah diterapkannya Metode Demontrasi pada pembelajaran. Adapun penyebaran dari data yang telah dikumpulkan data dapat dilihat dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Sebelum penerapan Metode Demontrasi Interval Kelas 35.00-44.49 45.00-54.49 55.00-64.49 65.00-74.49 75.00-84.49 Jumlah No 1 2 3 4 5 Nilai Tengah 40 47.5 58.3 65 75 Frekuensi Absolut Relatif (%) 1 5 8 40 3 15 6 30 2 10 20 0 Dari distribusi frekuensi pada tabel tersebut dapat dibuat histogram mengenai hasil belajar siswa. 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 35.00-44.49 45.00-54.49 55.00-64.49 65.00-74.49 75.00-84.49 Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan 47 1. Hasil Belajar Siswa Setelah Menggunakan Metode Demontrasi Eksperimen Hasil belajar siswa melalui pemberian soal pretes dan postes setelah menggunakan metode demonstrasi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.2 Nilai Pretes Siswa Kelas V MI Al-Musthofa Sempur No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Kode Siswa A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T Jumlah Nilai 60 70 70 60 60 70 75 65 70 65 75 60 65 65 55 60 60 65 60 65 1295 Nilai Terendah 55 Nilai Tertinggi 75 Nilai Rata-rata 65 Tuntas 5 Tidak Tuntas 15 Persentase % 25.00% 48 Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa nilai terendah yang diraih siswa yaitu sebesar 54 dan nilai tertinggi yaitu 75. Sedangkan nilai rata-rata yaitu 65. Siswa yang telah tuntas hanya 5 orang, sedangkan yang lainnya tidak tuntas. Sehingga, persentase ketuntasan belajar secara klasikalnya hanya mencapai 25%. Sedangkan perolehan nilai postes siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.3 Nilai Postes Siswa Kelas V MI Al-Musthofa Sempur No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Kode Siswa Nilai A 75 B 80 C 80 D 75 E 70 F 80 G 85 H 80 I 80 J 75 K 80 L 80 M 80 N 80 O 65 P 75 Q 70 R 75 S 65 T 75 Jumlah 1525 Nilai Terendah 65 Nilai Tertinggi 85 Nilai Rata-rata 76 Tuntas 18 Tidak Tuntas 2 Persentase % 90.00% 49 50 51 52 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Interval Nilai Kelas Tengah 55.00-64.49 59 65.00-74.49 66 75.00-84.49 75 85.00-94.49 0 95.00-100 0 Jumlah No 1 2 3 4 5 Frekuensi Absolut Relatif (%) 8 40 10 50 2 10 0 0 0 0 20 100 Dari distribusi frekuensi pada tabel tersebut dapat dibuat histogram mengenai hasil belajar siswa. 60 50 55.00-64.49 40 65.00-74.49 30 75.00-84.49 20 85.00-94.49 95.00-100 10 0 Gambar 4.5 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Ukuran: pemusatan dan penyebaran hasil data pretes Tabel 4.5 Pemusatan dan Penyebaran Hasil Data Pretes Pemusatan dan penyebaran Nilai terendah Kelompok eksperimen 55 Nilai rata-rata <means> 12.95 Standar Deviasi SD 1.099 Sedangkan perolehan nilai postes siswa setelah menggunakan metode demonstrasi dapat dilihat pada tabel berikut ini. 53 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Postes Frekuensi Interval Nilai Kelas Tengah Absolut Relatif (%) 1 55.00-64.49 0 0 0 2 65.00-74.49 67 10 50 3 75.00-84.49 78 9 45 4 85.00-94.49 85 1 5 5 95.00-100 0 0 0 Jumlah 20 100 Dari distribusi frekuensi pada tabel tersebut dapat dibuat histogram No mengenai hasil belajar siswa. 60 50 55.00-64.49 40 65.00-74.49 30 75.00-84.49 20 85.00-94.49 95.00-100 10 0 Gambar 4.6 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Postes Ukuran: pemusatan dan penyebaran hasil data pretes Tabel 4.7 Pemusatan dan Penyebaran Hasil Data Pretes Pemusatan dan penyebaran Nilai terendah Kelompok eksperimen 65 Nilai rata-rata <means> 14.4 Standar Deviasi SD 1.142 54 B. Analisis Data Berdasarkan data yang telah dikemukakan diatas, nampak bahwa hasil belajar IPA siswa sebelum menggunakan Metode Demontrasi eksperimen berbeda dengan sesudah menggunakan Metode demontrasi eksperimen. Selanjutnya data tersebut diuji dengan beberapa uji yang telah ditentukan yaitu uji normalitas, uji homogentias dan uji hipotesis. 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak, untuk itu penulis dalam menguji normalitas terhadap data hasil penelitian menggunakan uji Liliefors. Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu data berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan sebagai berikut: Jika Lo < Lt maka data berdistribusi normal Jika Lo > Lt maka data tidak berdistribusi normal Uji normalitas soal pretes dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.8 Uji Normalitas Soal Pretes Banyak Siswa Lhitung Ltabel Kesimpulan Data Data berdistribusi tidak normal Catatan: Dari tabel di atas, didapat Lhitung = 0.169411998 dengan n = 20 siswa, dan taraf nyata 0.05 maka Ltabel = 0.19 nilainya lebih kecil dari Lhitng sehingga dapat dikatakan bahwa populasi berdistribusi tidak normal. 20 0.169411998 0.19 Sedangkan uji normalitas untuk soal postes dapat dilihat pada tabel berikut ini: Pada soal postes telah diuji normalitasnya oleh peneliti, adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: 55 Tabel 4.9 Uji Normalitas Soal postes Banyak Siswa Lhitung Ltabel Kesimpulan Data Data berdistribusi tidak normal Catatan: Dari tabel di atas, didapat Lhitung = 0.130368273 dengan n = 20 siswa, dan taraf nyata 0.05 maka Ltabel = 0.19 nilainya lebih kecil dari Lhitng sehingga dapat dikatakan bahwa populasi berdistribusi tidak normal. 20 0.130368273 0.19 2. Uji Homogenitas Langkah selanjutnya setelah data hasil penelitian diketahui memiliki distribusi normal, maka akan dilakukan pengujian homogenitas dimana dalam pengujian ini data yang diuji berdasarkan kesamaan varian kedua kelompok yang dilakukan dengan metode uji fisher dengan taraf signifikan sebesar 5 % dan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, berarti kedua data adalah homogeny Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, berarti kedua data adalah tidak homogen Uji homogenitas kedua varian dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.10 Uji Homogeitas Pretes dan Postes Keterangan FHitung FTabel Kesimpulan Data berasal dari Pretes 1.159090909 1.499009956 distribusi Postes homogen Hasil perhitungan menunjukkan nilai Fhiutng = 1.159090909, sedangkan Ftabel dengan dk pembilang dan dk penyebut masing-masing 201=19 di peroleh Ftabel = 1.499009956. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data nilai pada pertemuan I memiliki varian yang sama atau homogen. Hasil perhitungan menunjukkan nilai Fhiutng = 1.140229885, sedangkan Ftabel dengan dk pembilang dan dk penyebut masing-masing 20- 56 1=19 di peroleh Ftabel = 1.846245146. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data nilai memiliki varian yang sama atau homogen. 3. Uji Hipotesis Setelah diketahui bahwa data dari kedua kelompok pada penelitian ini berdistribusi normal dan homogen, maka perbedaan nilai rata-rata kedua kelompok penelitian selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan uji t. Pengujian ini dilakukan guna mengetahui sejauhmana perbedaan hasil hasil belajar IPA siswa. Dari hasil pehitungan perbedaan rata-rata nilai pretes dan postes pad dikonsultasikan dengan ttabel pada taraf signifikan 5 %, dan dk = (n1+n2-2) maka hipotesis nol ditolak, sedangkan untuk pretest nilai thitung sebesar 1.43147203 nilai ini lebih kecil dari ttabel maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil belajar dengan metode pengelolaan kelas lebih baik jika dibandingkan kegiatan belajar mengajar tanpa menerapkan metode pengelolaan kelas yang optimal. Lebih jelasnya hasil analisis data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 4.11 Uji Hipotesis Pretes postes Mean 64.75 69.5 Variance 30.19736842 26.05263158 Observation 20 20 Pooled Variance 28.125 Hypothesized Mean Difference Df 0 38 T Stat -2.832352771 P(T,=t) one-tail 0.003676088 t.Critical one-tail 1.68595446 P(T<=t) two - tail 0.007352177 t.Critical two -tail 2.024394164 0 57 Berdasar tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar IPA siswa mulai mengalami peningkatan, peningkatan yang diraih nilai pretes pertemuan pertama yaitu 15%. Pada pretes ke postes pertemuan pertemuan pertama mengalami peningkatan sebesar 20% . pada pertemuan ke dua melalui penerapan Metode Demontrasi pre- eksperimen mengalami peningkatan yang sangat signinifikan yaitu sebesar 30%. C. Pembahasan Penelitian Deskripsi data mmperlihatkan bahwa hasil belajar IPA Siswa setelah menggunakan Metode demontrasi pada pertemuan pertama dan Metode Pre eksperimen pada pertemuan ke dua, dengan melibatkan siswa langsung dalam proses pembelajaran belajar mengajar, hasil nilai yang diperoleh siswa menunjukkan nilai rata- rata yang cukup tinggi yakni 72, sedang skor rata- rata dari hasil belajar siswa sebelum menggunakan Metode Demontrasi eksperimen sebesar 57. Penelitian ini dilaksanakan di MI Al Musthofa Sempur Kabupaten Sukabumi, kelas yang dijadikan subjek penelitian adalah kelas V yang berjumlah 20 orang. Penelitian ini berlangsung sejak april sampai dengan bulan juni. Pembelajaran IPA di MI Al Musthofa Sempur disesuaikan dengan Kurikulum yang sedang dipelajari. Materi yang disampaikan kepada siswa pada saat penelitian yaitu tentang Pembiasan Cahaya. Sumber belajar (buku teks) yang digunakan di kelas ini adalah IPA Salingtemas 5 karangan Chairil Azmiyawati, dkk. Diterbitkan oleh Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional. Pada pertemuan pertama peneliti memberikan soal pretes dan postes kepada siswa dengan tujuan untuk mengukur hasil belajar IPA siswa. hasil yang didapat oleh peneliti bahwa nilai yang diraih siswa mengalami peningkatan sejak pretes dan postes. Untuk lebih jelasnya, maka nilai pretes dan postes dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 58 Tabel 4. 12 Sebelum menggunakan Setelah menggunakan Metode Demontrasi dan Demonrasi dan Demontrasi eksperimen Demontrasi eksperimen Pretes Postes Nilai Terendah 40 54 64 Nilai Tertinggi 72 75 78 Nilai Rata –rata 57 65 70 Persentase% 10% 25% 45% Berdasarkan tabel di atas, membuktikan bahwa hasil belajar IPA siswa sebelum dan sesudan menggunakan Metode Demontrasi eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan. dapat dipahami karena setelah menggunakan Metode Demontrasi eksperimen sangat berpengaruh pada siswa, siswa memiliki keterlibatan partisipasi yang lebih besar selama proses belajar mangajar, karena dengan penggunaan Metode Demontrasi eksperimen siswa lebih aktif dan berpartisivasi dalam belajar mengajar sehingga mengurangi tingkat kejenuhan dalam belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Dengan demikian siswa yang melakukan kegiatan berfikir dan terlibat langsung dalam proses belajar mengajar yang akan membangun atau mendapatkan konsep dan semakin sering menggunakan Metode Demontrasi eksperimen maka akan semakin efektif pengajaran, yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Sebaliknya siswa yang jarang diajar dengan Metode pembelajaran ini akan merasa bosan karena tidak terlibat langsung dan berpartisipasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Jadi dapat disimpulkan hasil belajar IPA siswa mengalami peningkatan. Peningkatan yaitu 15%. Pada pretes ke postes mengalami peningkatan sebesar 20%. Untuk nilai postes ke nilai pretes peningkatan yang diraih sebesar 15%. 59 dengan melakukan demontrasi pre- eksperimen mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar 30%. Karena dengan menggunakan Metode Demontrasi pre-eksperimen siswa menjadi aktif, kreatif,bertanbah kemampuanya, dan siswa mampu melakukannya. Dari sini dapat diambil beberapa keuntungan menggunakan Metode Demontrasi pre-eksperimen . a. menanbah rasa percaya diri pada siswa, dan menambah motivasi, karena siswa mampu membuat keputusan sendiri. b. Menambah keahlian mereka melakukan percobaan, karena dilakukan mereka sendir c. Meningkatkan rasa kerja sama antar siswa, karena dengan menggunakan Metode Demontrasi eksperimen siswa harus dapat membentuk kelompok masing – masing . d. Menambah kreatif siswa, aktif dan inofatif dalam belajar. 60 9 9 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Terdapat peningkatan terhadap hasil belajar siswa yang signifikan sebeum dan sesudah mengikuti pelajaran IPA pada materi pembiasan cahaya dengan menggunakan Metode Demontrasi eksperimen . hasil belajar siswa sesudah menggunakan Metode Demontrasi eksperimen lebih tinggi dibanding sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Metode Demontrasi eksperimen berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Metode Demontrasi eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA . Saran 1. Bagi siswa Aktivitas, kreatifitas dan efektifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA lebih ditingkatkan lagi. Karena dengan meningkatkan hal-hal tersebut akan senantiasa meningkatkan hasil belajar IPA. 2. Bagi guru Bagi guru disarankan agar lebih menggali lagi tentang metode-metode dalam pembelajaran. Sehingga wawasan guru akan lebih meningkat dan dapat dijadikan solusi dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa. 3. Bagi sekolah Disarankan agar menfasilitasi kepada guru yang membutuhkan sarana dan prasaran dalam melakukan pembelajaran. Selain itu, sekolah juga disarankan untuk senantiasa mengikut sertakan guru-guru dalam mengikuti pelatihanpelatihann yang berhubungan dengan pembelajaran. 60 9 9 65 DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. 12, 2002. Arikunto Suharsini. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara, 2002. Asrori Muhamad. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima, Cet. 2, 2008. Awaludin. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pada Siswa dengan Kemampuan Matematis Rendah Melalui Pembelajaran OpenEnded dengan Pemberian Tugas Tambahan. http://.tp.ac.id/dokumen/rumus+gain+ternormalisasi. 2013. Darliana Yeni dan Hendriana. Alam Sekitar IPA. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Cet. 2, 1996. Hamalik Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Komalasari Kokom. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama, 2011. Majid Abdul. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Marsuki Akhmad. Penerapan Metode Demonstrasi dan Pemberian Tugas Belajar (Resitasi) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Meningkatkan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV SDN Merjosari III Malang. Skripsi, S1 UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang: 2009. Masitoh dan Laksmi Dewi. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama, Cet.1, 2007. Munawar Indra. Psikologi Belajar www.Infogue.com./view/2009/06/13 hasil dan belajar Pembelajaran. /puri munawar.blogspot.com. 2013. Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2001. 61 http/indra 62 66 Prabawati Ainul ‘Ati. Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meingkatkan Keterampilan Mengenal Pecahan pada Pembelajaran Matematikan Siswa Kelas 3 MI Nurul Huda Mulyorejo Malang. Skripsi, S1 UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang: 2011. Puspita Diah Indah. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa Yang Diajarkan Melalui Pendekatan Kooperatif Teknik Student Team Achievement Divisions (STAD) DAN TEKNIK Group Investigation (GI), Skripsi, S1 UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta: 2011. Rahmawati Eka Yuliana. Aplikasi Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Di SDN 01 Pandean Kota Madiun, Skripsi, S1 UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang: 2009. Rasyid Harun dan Mansur. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima, 2009. Riadi Muchlisin. Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran. http://www.kajianpustaka.com/2012/10/metode-demonstrasi-dalambelajar.html#.UmJxolOYljU. 2013. Rositawaty S. dan Aris Muharam. Senang Belajar IPA V. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional, Cet 8, 2008. Sabri H. M Alisuf. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. IV, 2010. Susanti Baiq Hana dan Iwan Setiawan. Penentuan Percobaan Konsep Dasar IPA. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, Cet. 1, 2009. Suwendi. Modul Metodologi Penelitian. Jakarta: FITK Press UIN Syarif Hidayatullah, 2011. Syarifudin Tatang. Landasan Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama republik Indonesia, Cet. 1, 2009. Undang-undang Republik Indonesia. Sistem Pendidikan Nasional No. 20. Jakarta: BP. Panca Usaha, 2003. Zain Lukman. Pembelajaran Fiqih. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, Cet. 1, 2009. Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Pertemuan Ke Alokasi Waktu Standar Kompetensi : : : : : : MI Al-Musthofa IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) V (Lima)/II (Dua) I (Pertama) 2 x 35 menit 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya / model I. Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya II. Indikator Mendemonstrasikan sifat cahaya dan mengenal berbagai benda (bening, berwarna dan gelap) Menunjukkan peristiwa pembiasaan cahaya dalam kehidupan seharihari melalui percobaan Membuat pelangi melalui percobaan sederhana III. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran dilakukan, maka siswa dapat: Mendemonstrasikan sifat cahaya dan mengenal berbagai benda (bening, berwarna dan gelap) (kerja keras, disiplin, cinta lingkungan, tanggung jawab Menunjukkan peristiwa pembiasaan cahaya dalam kehidupan seharihari melalui percobaan (kerja keras, disiplin, cinta lingkungan, tanggung jawab) Membuat pelangi melalui percobaan sederhana (kerja keras, disiplin, cinta lingkungan, tanggung jawab) IV. Materi Pembelajaran A. Materi Pokok : Cahaya dan Sifatnya B. Deskripsi Sub Materi Pokok PEMBIASAN CAHAYA Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda, cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut pembiasan. Perhatikan skema pembiasan cahaya berikut! Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat dari air ke udara. Pembiasan cahaya sering kamu jumpai dalam kehidupan seharihari. Misalnya dasar kolam terlihat lebih dangkal daripada kedalaman sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada pensil yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air. Pensil tersebut akan tampak patah. V. Metode Pembelajaran Demonstrasi VI. Langkah-langkah Pembelajaran A. Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Mengajak siswa Berdo’a dengan khusyu berdo’a sebelum sebelum memulai memulai pembelajaran. pembelajaran. Mengecek kehadiran Merespon ketika siswa. namanya disebut oleh guru. Memberikan motivasi Mendengarkan dengan dengan bercerita yang seksama ada kaitannya dengan cahaya Siswa memperhatikan Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang dan memperhatikan apa tujuan yang akan yang disampaikan guru. dicapai dalam pembelajaran IPA pada materi Pembiasan Cahaya Memberikan penjelasan Mendengarkan tentang langkahpenjelasan guru langkah dan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Nilai Karakter Religus. Patuh. Disiplin. Tanggung jawab. Patuh. Tanggung jawab. Rasa ingin tahu. Disiplin. Tanggung jawab. Rasa ingin tahu. Patuh. Disiplin. B. Kegiatan Inti (50 menit) Kegiatan Guru Ekplorasi (10 menit) Melakukan pengecekkan pemahaman siswa terhadap materi yang akan disampaikan kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran Menampilkan gambar yang sesuai dengan materi pelajaran di papan tulis Menjelaskan materi yang akan dipelajari Kegiatan Siswa Aktif dalam merespon perintah atau pertanyaan yang diberikan guru. Nilai Karakter Rasa ingin tahu. Berani. Tanggung jawab Memperhatikan gambar Rasa ingin tahu. yang ditempelkan guru Antusias. di papan tulis Mendengarkan lalu memperhatikan Rasa ingin tahu. Disiplin. lalu mendemonstrasikannya demonstrasi yang dilakukan guru yaitu memasukkan 3 buah pensil ke dalam gelas yang berair bening. Berkumpul sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan oleh guru. Perwakilan kelompok Membagi lembar kerja mengambil lembar kepada setiap kerja yang diberikan kelompok untuk guru. melakukan penemuan. Mendengarkan dan Menjelaskan tugas memperhatikan yang harus dikerjakan penjelasan guru. oleh setiap kelompok. Mengerjakan lembar Melakukan pemantauan kerja bersama selama proses kelompoknya pembelajaran berlangsung Elaborasi (30 menit) Mengelompokkan siswa menjadi 4 kelompok Konfirmasi (10 Perwakilan siswa pada menit) Meminta perwakilan setiap kelompok maju siswa pada setiap ke depan kelas untuk kelompok untuk membacakan hasil memperlihatkan hasil temuannya. kerjanya dan meminta perwakilan siswa untuk membacakan hasil temuannya. Menfasilitasi kepada Mendengarkan dan kelompok lain untuk mengomentari hasil mengomentari kerja kelompok yang presentasi kelompok sedang presentasi di lain depan kelas Tanggung jawab. Patuh. Disiplin. Toleransi. Patuh. Disiplin Rasa ingin tahu. Disiplin. Rasa ingin tahu. Disiplin. Toleransi. Tanggung jawab. Patuh. Disiplin. Tanggung jawab. Percaya diri. Rasa ingin tahu. Patuh. Disiplin. C. Kegiatan Penutup (10 menit) Kegiatan Guru Mengajak siswa untuk merefleksikan hasil kerja. Kegiatan Siswa Memprhatikan dan bersama dengan guru melakukan refleksi. Nilai Karakter Jujur. Percaya diri. Mandiri. Disiplin. Bersama-sama dengan siswa membuat simpulan tentang materi yang disampaikan Guru mengajak siswa berdo’a untuk mengakhiri pembelajaran. Mendengarkan dan memperhatikan guru dalam menyimpulkan materi pelajaran Rasa ingin tahu. Patuh. Tanggung jawab. Siswa berdo’a bersama. Religius. VII. Media/alat dan sumber belajar 1. BSE: IPA Salingtemas 5, Pengarang: Choiril Azmiyawati, dkk., Penerbit: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 2. Lembar Kerja Siswa. 3. Gambar tentang Cahaya. 4. Gelas bening, air putih, kaca, bohlam bekas, sedotan air minum. VIII. Penilaian Indikator Pencapaian Teknik Bentuk Kompetensi Penilaian Instrumen Tes Pilihan Mendemonstrasikan sifat cahaya dan Tertulis Ganda mengenal berbagai benda (bening dan gelap) Menunjukkan peristiwa pembiasan cahaya Membuat pelangi melalui percobaan dengan media sederhana Skor Penilaian: Nilai = Jumlah skor yang diraih siswa x 100 Jumlah Soal NA = 100 Nomor Soal 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 8, 9, 10, 11, 12, 13 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20 Diketahui, Kepala Sekolah Sukabumi, Mei 2013 Guru Mata Pelajaran APIPUDIN, S. Ag., M. Pd. I AISYAH Lampiran 2 Materi Pelajaran PEMBIASAN CAHAYA Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda, cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut pembiasan. Perhatikan skema pembiasan cahaya berikut! Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat dari air ke udara. Pembiasan cahaya sering kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dasar kolam terlihat lebih dangkal daripada kedalaman sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada pensil yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air. Pensil tersebut akan tampak patah. Lampiran 3 LEMBAR KERJA SISWA Tema Kelas/Semester : Pembiasan Cahaya : V (Lima)/II (Dua) Petunjuk Pengerjaan: 1. Bacalah bismillah sebelum mengerjakan! 2. Selesaikan tugas Lembar Kerja ini dengan baik! 3. Diskusikan dan demonstrasikan dengan kelompokmu! 4. Jagalah nama baik kelompokmu! Petunjuk Khusus: 1. Menunjukkan Pembiasan Cahaya 2. Sediakan mangkuk plastik, uang logam, dan air! 3. Taruhlah mangkuk plastik di atas meja, kemudian letakkan uang logam di dalamnya! 4. Pandanglah bibir mangkuk segaris dengan pinggiran uang logam! Usahakan uang logam sedikit terlihat oleh mata! Terlihatkah uang itu? Lihat gambar A! 5. Tahan posisi pandanganmu! Mintalah bantuan temanmu untuk menuangkan air jernih ke dalam mangkuk (lihat gambar B)! 6. Amati apa yang terjadi! Terlihatkah uang logam itu? 7. Buatlah laporan dari kegiatan ini dan kumpulkan kepada bapak atau ibu guru! 8. Bersihkan dan simpan alat-alat yang kamu gunakan dalam percobaan ini agar tidak mengotori mejamu! Lampiran 4 LEMBAR SOAL PRETES Nama : ……………………… Kelas : ……………………… Hari/Tanggal : ……………………… Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling tepat! 1. Benda-benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut …. a. sumber cahaya b. pantulan cahaya c. benda bening d. cermin 2. Cahaya memiliki sifat dapat …. a. merambat lurus b. dipantulkan c. dibiaskan d. semua jawab benar 3. Benda-benda berikut yang dapat tembus cahaya adalah …. a. kayu, besi b. bola, seng c. kertas, karton d. kaca, lensa 4. Jika cahaya datang dari zat yang kurang rapat menuju zat yang lebih rapat cahaya akan …. a. dibiaskan menuju garis normal b. dibiaskan menjauhi garis normal c. dipantulkan kembali d. merambat lurus 5. Sudut datang adalah sudut yang dibentuk oleh …. a. sinar datang dengan bidang batas b. sinar datang dari garis normal c. sinar pantul dengan garis normal d. sinar pantul dengan garis normal 6. Sendok yang disimpan di dalam gelas terlihat bengkak. Hal ini menunjukkan sifat cahaya yaitu …. a. cahaya merambat lurus b. cahaya menembus benda bening c. cahaya dapat dipantulkan d. cahaya dapat dibiaskan 7. Mejikuhibiniu terdiri dari warna-warna …. a. merah, hijau, biru b. merah, kuning, biru c. merah, jingga, kuning, hijau, nila, biru, ungu d. merah, kuning, hijau, ungu 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Sinar bias merupakan sinar yang dibiaskan setelah …. a. dibiaskan b. dipantulkan c. dibiaskan oelh dinding pantul d. semua salah Contoh lain dari pembiasan cahaya adalah …. a. dasar air kolam yang jernih kelihatan lebih dalam b. dasar air kolam yang jernih kelihatan lebih dangkal c. langit terlihat ada dibawah d. air laut kelihatan biru Sudut bias merupakan sudut yang dibentuk oleh …. a. sinar datang dan garis normal b. sinar bias dan garis normal c. sinar bias dan garis normal d. garis normal dan sinar datang Dibawah ini adalah merupakan peristiwa pembiasan kecuali …. a. ikan di kolam yang jernih kelihatan lebih besar dari biasanya b. dasar kolam kelihatan lebih dangkal c. jalan beraspal pada siang hari kelihatan berair d. cahaya tembus pada benda bening Dilangit tampak pelangi. Hal ini terjadi karena adanya …. a. matahari memebus butiran air hujan (pembiasan cahaya) b. pantulan sinar matahari terhadap awan c. perambatan cahaya d. cahaya menembus cahaya Cahaya dapat dipantulkan dan …. a. dipantulkan b. merambat c. pancaran d. dibiaskan Yang termasuk benda gelap adalah …. a. kaca b. plastik c. air ledeng d. bola Ketika berenang kaki terlihat lebih … ini menunjukkan bahwa cahaya dapat dibiaskan a. panjang b. pendek c. kecil d. lurus Bahan yang dapat digunakan untuk melakukan percobaan dalam pembiasan cahaya diantaranya … a. karton, senter, lilin b. kaca, lampu senter, triplek c. gelas, air putih, sedotan d. kardus, lem, cermin 17. Di gurun pasir yang tandus pada siang hari yang panas kelihatan ada air, padahal tidak ada kejadian tersebut disebut …. a. fatamorgana b. fotosintesa c. pantulan baur d. pemantulan teratur 18. Dipus adalah …. a. pemantulan baur b. pemantulan teratur c. perambatan cahaya d. perambatan cahaya lurus 19. A Garis Normal C Sinar datang Bidang batas Sudut datang D Udara Air Sinar Bias Sudut bias B Perhatikan gambar diatas yang menunjukkan garis normal pada huruf …. a. BC b. AB c. DC d. CD 20. Garis normal menunjukkan garis yang dibentuk … dengan bidang pantul atau bidang bias a. tegak lurus b. miring/bengkok c. serong kiri d. tak terarah Lampiran 5 KUNCI JAWABAN SOAL PRETES 1. A 6. D 11. D 16. C 2. D 7. C 12. A 17. A 3. D 8. C 13. D 18. B 4. B 9. B 14. B 19. B 5. B 10. B 15. B 20. A Lampiran 6 LEMBAR SOAL POSTES Nama : ……………………… Kelas : ……………………… Hari/Tanggal : ……………………… Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c atau d pada jawaban yang paling tepat! 1. Di bawah ini merupakan benda yang dapat ditembus oleh cahaya, yaitu .... a. karton c. buku b. batu d. mika 2. Cahaya memiliki sifat di bawah ini, kecuali .... a. cahaya merambat lurus c. cahaya dapat diubah b. cahaya dapat dibiaskan d. cahaya dapat dipantulkan 3. Jika benda dekat dengan cermin cekung, maka bayangan benda bersifat .... a. tegak, maya, lebih besar c. tegak, nyata, lebih besar b. tegak, maya, lebih kecil d. tegak, nyata, lebih kecil 4. Cahaya bergerak dengan lintasan yang .... a. berliku-liku c. lurus b. bergelombang d. memantul 5. Jika listrik rumahmu padam, kamu tentu akan memanfaatkan senter untuk dapat melihat dalam kegelapan. Senter yang kamu pakai tersebut menerapkan sifat cahaya di bawah ini, yaitu .... a. cahaya merambat lurus c. cahaya dapat dipantulkan b. cahaya dapat dibiaskan d. cahaya menembus benda bening 6. Pemanfaatan cermin cekung terdapat pada benda di bawah ini, yaitu .... a. reflektor lampu senter c. pemantau jalan b. spion motor d. cermin rias 7. Benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut .... a. berkas cahaya c. sumber cahaya b. sinar cahaya d. pemantulan cahaya 8. Hampir setiap hari kita berkaca di depan cermin. Cermin apakah yang biasa digunakan untuk berkaca? a. cermin cekung cembung c. cermin cekung b. cermin cembung d. cermin datar 9. Dasar kolam yang airnya jernih terlihat lebih dangkal dari yang sebenarnya, merupakan salah satu peristiwa .... a. pemantulan cahaya c. perambatan cahaya b. pembiasan cahaya d. pembentukan bayangan 10. Perhatikan arah anak panah di bawah ini! Yang termasuk gambar cermin cekung yaitu .... a. c. b. d. 11. Kita dapat melihat suatu benda, karena .... a. benda memantulkan atau memancarkan cahaya b. benda berwarna-warni c. benda nyata d. benda mempunyai bentuk 12. Bayangan yang dibentuk oleh cermin datar mempunyai sifat .... a. jarak benda ke cermin sama b. bayangan lebih besar dari c. bayangan lebih kecil dari dengan jarak bayangan ke dari benda aslinyacermin d. bayangan lebih nyata dari benda aslinya benda aslinya 13. Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cembung adalah .... a. lebih besar dari bendanya c. sama dengan bendanya b. lebih kecil dari bendanya d. lebih dekat dengan bendanya 14. Mengapa kaca spion kendaraan bermotor menggunakan cermin cembung? a. untuk menghemat biaya b. untuk mempermudah pengemudi c. untuk memperindah kendaraan d. untuk memperbesar bayangan lebih fokus melihat benda di belakangnya 15. Pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai benda di bawah ini, yaitu .... a. pecahan kaca c. tanah b. aspal jalan d. permukaan air yang tenang 16. Berikut ini merupakan sumber cahaya alami, yaitu .... a. kunang-kunang c. senter b. listrik d. lilin 17. Jika benda jauh dengan cermin cekung, maka bayangan benda bersifat .... a. berlawanan, terbalik c. nyata, terbalik b. maya, terbalik d. berlawanan, maya 18. Di bawah ini yang merupakan contoh peristiwa pembiasan cahaya adalah .... a. penggunaan kaca spion pada motor b. terjadinya pelangi c. sampainya cahaya matahari di permukaan bumi d. ketika berenang kaki terlihat lebih pendek 19. Bayangan yang dapat kita lihat dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar, disebut .... a. nyata c. semu b. sejati d. pantulan 20. Sinar yang jatuh pada permukaan yang rata, maka akan terjadi.... a. pemantulan teratur c. pemantulan baur b. difusi d. pemantulan nyata Lampiran 7 KUNCI JAWABAN POSTES 1. D 6. A 11. A 16. A 2. C 7. C 12. A 17. C 3. A 8. D 13. B 18. C 4. C 9. B 14. B 19. C 5. A 10. B 15. D 20. A Lampiran 8 CAHAYA PADA CERMIN Gambar 2.1 Cahaya merambat lurus Gambar 2.2 Pemantulan Teratur Gambar 2.3 Pemantulan Baur Gambar 2.4 Pemantulan kupu-kupu pada cermin datar Gambar 2.5 Cermin cekung bersifat mengumpulkan cahaya Gambar 2.6 Sinar datang sejajar pada cermin cekung Gambar 2.7 Sinar datang melalui titik fokus pada cermin cekung Gambar 2.8 Sinar datang melalui titik pusat pada cermin cekung Gambar 2.9 Sinar datang sembarang pada cermin cekung Gambar 2.10 Cermin Cembung Gambar 2.11 Sinar Bias Lampiran 11 Tabel 3.1 Desain Penelitian Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok Eksperimen Pretes Variabel Bebas Postes Y1 Xe Y2 Lampiran 12 RUMUS UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Rumus Biserial Keterangan: : Koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total : Mean skor darisubjek-subjek tang menjawab betul item yang dicari korelasinya dengan tes. : Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes). : Standar deviasi skor total. : Proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut. : 1–p Rumus Standar Deviasi 2 Keterangan: SD = Standar deviasi skor total = Tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N = Semua skor dijumlahkan, dibagi N, lalu dikuadratkan. Rumus Mencari Tingkat Kesukaran Keterangan: P : Indeks kesukaran B : Banyaknya siswa yang menjawab soal yang benar N : Jumlah seluruh siswa peserta tes Kriteria tingkat kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut: P = 0,00 - 0,25 = soal sukar P = 0,26 - 0,75 = soal sedang P = 0,76 - 1,00 = soal mudah Rumus Daya Beda Keterangan: DP : : : : Daya pembeda Jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah Jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas 27% x n Klasifikasi harga daya pembeda (DP) 0.40 and up : Very good items 0.30 – 0.39 : Reasonably good, but possibly subject to improvement. 0.20 – 0.29 : Marginal items, usuaslly needing and being subject to improvement. Below – 0.19 : Poor items, to be reject or improved by revision. Rumus Uji Reliabilitas Keterangan: : reliabilitas tes secara keseluruhan p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p) Σ pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q n : banyaknya item S : standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar dari devians) Kriteria validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut: Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi Antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah Lampiran 13 Rumus Uji Hipotesis Keterangan: to = t score x = Mean kelas eksperimen Y = Mean kelas kontrol S = Standar Deviasi gabungan nA = Jumlah sampel kelas eksperimen nB = Jumlah sampel kelas kontrol Lampiran 14 Rumus N-Gain Dengan kategorisasi perolehan G – tinggi : nilai (<g>) > 0,70 G – sedang : nilai 0,70 e”(<g>)e”0,30 G – rendah : nilai (<g>) < 0,30 Tabel 4.1 Daftar Nilai Pretes 20 T Jumlah 65 1295 Nilai Terendah 55 Nilai Tertinggi 75 Nilai Rata-rata 65 Persentase % 25.00% Dari distribusi frekuensi pada tabel tersebut dapat dibuat histogram mengenai hasil belajar siswa. 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 35.00-44.49 45.00-54.49 55.00-64.49 65.00-74.49 75.00-84.49 Lampiran 15 Tabel 4.2 Daftar Nilai Postes Nilai Terendah 65 Nilai Tertinggi 80 Nilai Rata-rata 70 Tuntas 10 Tidak Tuntas 10 Persentase % 50.00% Lampiran 16 Tabel 4.3 Daftar Nilai Pretes Nilai Terendah 55 Nilai Tertinggi 75 Nilai Rata-rata Persentase % 65 25.00% Lampiran 17 Tabel 4.4 Distribusi Skor Tes Pretes Frekuensi Absolut Relatif (%) No Interval Kelas Nilai Tengah 1 55.00-64.49 59 8 40 2 65.00-74.49 66 10 50 3 75.00-84.49 75 2 10 4 85.00-94.49 0 0 0 5 95.00-100 0 0 0 20 100 Jumlah 60 50 65.00-74.49 30 75.00-84.49 20 85.00-94.49 10 0 Lampiran 22 55.00-64.49 40 95.00-100 Tabel 4.5 Distribusi Skor Postes No 1 2 3 4 5 Interval Nilai Kelas Tengah 55.00-64.49 0 65.00-74.49 66 75.00-84.49 75 85.00-94.49 0 95.00-100 0 Jumlah Frekuensi Absolut Relatif (%) 0 0 13 65 7 35 0 0 0 0 20 100 Dari distribusi frekuensi pada tabel tersebut dapat dibuat histogram mengenai hasil belajar siswa. 60 50 55.00-64.49 40 65.00-74.49 30 75.00-84.49 20 85.00-94.49 95.00-100 10 0 Lampiran 23 Lampiran 24Lampiran 25 4Tabel 4.6 Uji Normalitas Soal Pretes Banyak Siswa Lhitung Ltabel Kesimpulan Data 20 0.169411998 0.19 Data berdistribusi tidak normal Catatan: Dari tabel di atas, didapat Lhitung = 0.169411998 dengan n = 20 siswa, dan taraf nyata 0.05 maka Ltabel = 0.19 nilainya lebih kecil dari Lhitng sehingga dapat dikatakan bahwa populasi berdistribusi tidak normal. Lampiran 2 Tabel 4.7 Uji Normalitas Soal Postes Banyak Siswa Lhitung Ltabel Kesimpulan Data 20 0.200330338 0.19 Data berdistribusi normal Catatan: Dari tabel di atas, didapat Lhitung = 0.200330338 dengan n = 20 siswa, dan taraf nyata 0.05 maka Ltabel = 0.19 nilainya lebih besar dari Lhitng sehingga dapat dikatakan bahwa populasi berdistribusi normal. Lampiran 30 Tabel 4.8 Uji Normalitas Soal Pretes Banyak Siswa Lhitung Ltabel Kesimpulan Data Data berdistribusi tidak normal Catatan: Dari tabel di atas, didapat Lhitung = 0.130368273 dengan n = 20 siswa, dan taraf nyata 0.05 maka Ltabel = 0.19 nilainya lebih kecil dari Lhitng sehingga dapat dikatakan bahwa populasi berdistribusi tidak normal. 20 0.130368273 0.19 Lampiran 31 Tabel 4.9 Uji Normalitas Soal Pretes Banyak Siswa Lhitung Ltabel Kesimpulan Data Data berdistribusi tidak normal Catatan: Dari tabel di atas, didapat Lhitung = 0.130368273 dengan n = 20 siswa, dan taraf nyata 0.05 maka Ltabel = 0.19 nilainya lebih kecil dari Lhitng sehingga dapat dikatakan bahwa populasi berdistribusi tidak normal. 20 0.130368273 0.19 Lampiran 32 Tabel 4.10 Uji Homogeitas Pretes dan Postes Keterangan FHitung FTabel Pretes Postes 1.159090909 1.499009956 Kesimpulan Data berasal dari distribusi homogen Lampiran 33 Tabel 4.11 Uji Homogeitas Pretes dan Postes Keterangan FHitung FTabel Pretes Postes 1.140229885 1.846245146 Kesimpulan Data berasal dari distribusi homogen Lampiran 34 Tabel 4.12 Uji Hipotesis Mean Variance Observations Pooled Variance Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail Pretes 64.75 30.19736842 20 28.125 0 38 -2.832352771 0.003676088 1.68595446 0.007352177 2.024394164 Postes 69.5 26.05263158 20 Lampiiran 35 Tabel 4.13 Uji Hipotesis Pretes Mean Variance Observations Pooled Variance Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail 72 32.63157895 20 30.625 0 38 -2.428571429 0.00999991 1.68595446 0.019999819 2.024394164 Postes 76.25 28.61842105 20 Lampiran 36 UJI NORMALITAS DATA LILIFORS No x z 1 11 -1.77427 2 12 -0.86439 3 12 -0.86439 4 12 -0.86439 5 12 -0.86439 6 12 -0.86439 7 12 -0.86439 8 12 -0.86439 9 13 0.045494 10 13 0.045494 11 13 0.045494 12 13 0.045494 13 13 0.045494 14 13 0.045494 15 14 0.955377 16 14 0.955377 17 14 0.955377 18 14 0.955377 19 15 1.86526 20 15 1.86526 Mean = Standar Deviasi = 12.95 1.099 f(z) 0.038009 0.193687 0.193687 0.193687 0.193687 0.193687 0.193687 0.193687 0.518143 0.518143 0.518143 0.518143 0.518143 0.518143 0.830306 0.830306 0.830306 0.830306 0.968927 0.968927 s(z) 0.55 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.70 0.90 0.90 0.90 0.90 1.00 1.00 Max = Ltabel [s(z)-f(z)] 0.511991 0.206313 0.206313 0.206313 0.206313 0.206313 0.206313 0.206313 0.181857 0.181857 0.181857 0.181857 0.181857 0.181857 0.069694 0.069694 0.069694 0.069694 0.031073 0.031073 0.169412 0.511991 0.19 No 1 2 3 4 5 Interval Kelas 55.00-64.49 65.00-74.49 75.00-84.49 85.00-94.49 95.00-100 Jumlah Nilai Tengah 59 66 75 0 0 Frekuensi Absolut Relatif (%) 8 40 10 50 2 10 0 0 0 0 20 100 Lampiran 37 UJI NORMALITAS DATA LILIFORS No x z 1 13 -0.88163 2 13 -0.88163 3 13 -0.88163 4 13 -0.88163 5 13 -0.88163 6 13 -0.88163 7 13 -0.88163 8 13 -0.88163 9 13 -0.88163 10 13 -0.88163 11 14 0.097959 12 14 0.097959 13 14 0.097959 14 15 1.077549 15 15 1.077549 16 15 1.077549 17 15 1.077549 18 15 1.077549 19 15 1.077549 20 16 2.057138 Mean = Standar Deviasi = 13.9 1.021 f(z) 0.188988 0.188988 0.188988 0.188988 0.188988 0.188988 0.188988 0.188988 0.188988 0.188988 0.539018 0.539018 0.539018 0.859382 0.859382 0.859382 0.859382 0.859382 0.859382 0.980164 s(z) 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 0.65 0.65 0.65 0.95 0.95 0.95 0.95 0.95 0.95 1.00 Max = Ltabel [s(z)-f(z)] 0.311012 0.311012 0.311012 0.311012 0.311012 0.311012 0.311012 0.311012 0.311012 0.311012 0.110982 0.110982 0.110982 0.090618 0.090618 0.090618 0.090618 0.090618 0.090618 0.019836 0.20033 0.311012 0.19 No 1 2 3 4 5 Interval Kelas 55.00-64.49 65.00-74.49 75.00-84.49 85.00-94.49 95.00-100 Jumlah Nilai Tengah 0 66 75 0 0 Frekuensi Absolut Relatif (%) 0 0 13 65 7 35 0 0 0 0 20 100 Lampiran 38 UJI NORMALITAS DATA LILIFORS No x z 1 13 -1.2254 2 13 -1.2254 3 13 -1.2254 4 13 -1.2254 5 13 -1.2254 6 13 -1.2254 7 14 -0.35012 8 14 -0.35012 9 14 -0.35012 10 14 -0.35012 11 15 0.525173 12 15 0.525173 13 15 0.525173 14 15 0.525173 15 15 0.525173 16 15 0.525173 17 16 1.400461 18 16 1.400461 19 16 1.400461 20 16 1.400461 Mean = Standar Deviasi = 14.4 1.142 f(z) 0.110212 0.110212 0.110212 0.110212 0.110212 0.110212 0.363126 0.363126 0.363126 0.363126 0.700268 0.700268 0.700268 0.700268 0.700268 0.700268 0.919312 0.919312 0.919312 0.919312 s(z) 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 0.50 0.50 0.50 0.50 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 1.00 1.00 1.00 1.00 Max = Ltabel [s(z)-f(z)] 0.189788 0.189788 0.189788 0.189788 0.189788 0.189788 0.136874 0.136874 0.136874 0.136874 0.099732 0.099732 0.099732 0.099732 0.099732 0.099732 0.080688 0.080688 0.080688 0.080688 0.130368 0.189788 0.19 No 1 2 3 4 5 Interval Kelas 55.00-64.49 65.00-74.49 75.00-84.49 85.00-94.49 95.00-100 Jumlah Nilai Tengah 0 67 77 0 0 Frekuensi Absolut Relatif (%) 0 0 10 50 10 50 0 0 0 0 20 100 Lampiran 38 UJI NORMALITAS DATA LILIFORS No x z 1 13 -1.2254 2 13 -1.2254 3 13 -1.2254 4 13 -1.2254 5 13 -1.2254 6 13 -1.2254 7 14 -0.35012 8 14 -0.35012 9 14 -0.35012 10 14 -0.35012 11 15 0.525173 12 15 0.525173 13 15 0.525173 14 15 0.525173 15 15 0.525173 16 15 0.525173 17 16 1.400461 18 16 1.400461 19 16 1.400461 20 16 1.400461 Mean = Standar Deviasi = 14.4 1.142 f(z) 0.110212 0.110212 0.110212 0.110212 0.110212 0.110212 0.363126 0.363126 0.363126 0.363126 0.700268 0.700268 0.700268 0.700268 0.700268 0.700268 0.919312 0.919312 0.919312 0.919312 s(z) 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 0.50 0.50 0.50 0.50 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 1.00 1.00 1.00 1.00 Max = Ltabel [s(z)-f(z)] 0.189788 0.189788 0.189788 0.189788 0.189788 0.189788 0.136874 0.136874 0.136874 0.136874 0.099732 0.099732 0.099732 0.099732 0.099732 0.099732 0.080688 0.080688 0.080688 0.080688 0.130368 0.189788 0.19 No 1 2 3 4 5 Interval Kelas 55.00-64.49 65.00-74.49 75.00-84.49 85.00-94.49 95.00-100 Jumlah Nilai Tengah 0 67 78 85 0 Frekuensi Absolut Relatif (%) 0 0 10 50 9 45 1 5 0 0 20 100 Lampiran 39 Pretes 60 70 70 60 60 70 75 65 70 65 75 60 65 65 55 60 60 65 60 65 64.75 33.1891 1295 11.28125 1.49901 Postes 65 75 80 65 65 75 75 70 75 65 75 70 70 65 65 65 65 65 65 75 69.5 26.05263 F-Test Two-Sample for Variances Pretes Mean Variance Observations df F P(F<=f) one-tail F Critical one-tail 64.75 30.19736842 20 19 1.159090909 0.375462839 2.168251601 Postes 69.5 26.05263158 20 19 t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Pretes Mean Variance Observations Pooled Variance Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail 64.75 30.19736842 20 28.125 0 38 -2.832352771 0.003676088 1.68595446 0.007352177 2.024394164 Postes 69.5 26.05263158 20 Lampiran 40 Pretes 65 75 80 70 65 75 80 80 75 70 80 75 75 70 65 65 65 70 65 75 72 34.47115 1.846245 Postes 75 80 80 75 70 80 85 80 80 75 80 80 80 80 65 75 70 75 65 75 76.25 28.61842 F-Test Two-Sample for Variances Pretes Mean Variance Observations df F P(F<=f) one-tail F Critical one-tail 72 32.63157895 20 19 1.140229885 0.388905737 2.168251601 Postes 76.25 28.61842105 20 19 t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances Pretes Mean Variance Observations Pooled Variance Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail 72 32.63157895 20 30.625 0 38 -2.428571429 0.00999991 1.68595446 0.019999819 2.024394164 Postes 76.25 28.61842105 20