21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN

advertisement
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah 29 sampel ikan
yang terdiri dari 10 ikan bawal putih (Pampus argentus), 10 ikan kembung
como (Decapterus russelli), dan 9 ikan gurami (Osphronemus gourami).
Ketiga jenis ikan ini diperoleh dari berbagai pasar tradisional dan pasar modern
(supermarket) di wilayah Bogor. Bumbu pepes ikan yang digunakan adalah
sebanyak 25 gram/150 gram ikan kembung.
2. Media
Media-media yang digunakan untuk analisis Salmonella adalah Lactose
Broth (LB) (Pre-enrichment media), Tetrathionate Broth (TTB) dan Rappaport
Vassiliadis (RV) Broth (Pengayaan selektif media), Hectoen Enteric Agar
(HEA), Xylose Lysine Desoxycholate Agar (XLDA) dan Bismuth Sulfite Agar
(BSA) (Agar selektif), Triple Sugar Iron (TSI) dan Lysine Iron Agar (LIA)
media konfirmasi biokimia, Nutrien Agar (NA), dan Urea Broth.
3. Kultur
Kultur yang digunakan untuk mengkontaminasi adalah Salmonella spp.
ATCC 14028.
4. Bahan kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan yaitu larutan pengencer KH2PO4
(buffer fosfat), NaOH, paraffin cair (mineral oil) steril, bahan tambahan media
TTB yaitu larutan I2KI, desinfektan yaitu alkohol 70 %, akuades, spiritus,
Kovac's reagent serta pereaksi API 20E (Bio-Merieux).
21
5. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, oven,
inkubator 35 °C dan 42 °C, refrigerator dan freezer, cool bag, stomacher,
vorteks, mikropipet dan tipnya, gelas ukur, pipet Mohr, gelas piala, batang
pengaduk, bunsen, erlenmeyer, plastik HDPE, ose mata bulat dan lurus, bulb,
neraca analitik, tabung reaksi dan raknya, cawan petri, steril, pisau, botol
semprot, tutup kapas, dan aluminium foil.
B. METODE PENELITIAN
Secara garis besar penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu penelitian
tahap I dan penelitian tahap II. Penelitian tahap I meliputi persiapan sampel,
analisis total mikroba (AOAC, 1990), analisis Salmonella (BAM, 2007), dan
identifikasi Salmonella (BAM, 2008). Sedangkan penelitian tahap II merupakan
uji evaluasi ketahanan Salmonella terhadap proses pengukusan dengan dan tanpa
bumbu setelah sampel dikontaminasi dalam jumlah tinggi 105 cfu/gram dan
pengaruhnya terhadap kualitas mikrobiologi total mikroba secara umum. Diagram
alir metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Pengambilan sampel
Persiapan sampel
Analisis Total Mikroba
Analisis Salmonella
Chromogenic Media
Identifikasi dengan API 20E
Gambar 1. Diagram Alir Metode Penelitian Tahap I
22
Sampel
Inokulasi dengan kultur murni
Salmonella spp. sebanyak 105 cfu
(kontaminasi tinggi)
Didiamkan selama ±30
menit
Tanpa Bumbu
Dengan Bumbu
(25 gram/150
gram ikan)
Kukus selama 90
menit
Analisis Kuantitatif
Total Mikroba pada t-0’,
t-15’, t-30’, t-45’, t-60’,
t-75’, t-90’ waktu
pengukusan
Analisis Kuantitatif
Total Salmonella
pada t-0’, t-15’, t-30’
waktu pengukusan
Analisis
Kualitatif
Salmonella pada
t-15’ waktu
pengukusan
Gambar 2. Diagram Alir Metode Penelitian Tahap II
1. Penelitian Tahap I
1.1. Pengambilan Sampel
Sampel yang diambil terdiri dari ikan bawal, kembung, dan gurami.
Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah metode purposive
sampling technique dimana hasil yang diperoleh merupakan gambaran kasar
tentang suatu keadaan. Metode pemilihan sampel tidak dilakukan secara
random tetapi dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti dimana
23
diasumsikan bahwa unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota
sampel yang diambil (Nasution, 2003).
Sampel yang dianalisis berasal dari 7 pasar modern (supermarket) dan
3 pasar tradisional, dimana dari masing-masing pasar jenis sampel yang di
ambil terdiri dari tiga jenis ikan yaitu ikan bawal, kembung, dan gurami.
Salah satu pasar tradisional, ketersediaan terhadap salah satu jenis sampel uji
tidak ada yaitu sampel ikan gurami sehingga jumlah total sampel yang
dianalisis berkurang satu menjadi 29 sampel.
Tempat yang menjadi lokasi pengambilan sampel di pasar modern
meliputi : Giant Botani Square (GBS), Giant Taman Yasmin (GTY), Giant
Sindang Barang (GSB), Giant Pangrango (GPR), Giant Padjajaran (GPJ),
Yogya Mall (YGM), dan Bogor Trade Mall (BTM). Sementara itu, tempat
yang menjadi lokasi pengambilan sampel di pasar tradisional meliputi : Pasar
Anyar (PSA), Pasar Bogor (PSB), dan Pasar Induk (PSI).
Tabel 8. Koleksi Sampel Ikan Segar pada Berbagai Jenis Pasar di
wilayah Bogor
Sumber
Jenis ikan
Kondisi Sampel
Jumlah sampel
Pasar Modern
Bawal
Segar
7
Pasar Modern
Kembung
Segar
7
Pasar Modern
Gurami
Segar
7
Pasar Tradisional
Bawal
Segar
3
Pasar Tradisional
Kembung
Segar
3
Pasar Tradisional
Gurami
Segar
2
Total sampel
29
Waktu pengambilan sampel adalah pada pagi hari yaitu sekitar pukul
06.00 WIB untuk pasar tradisional dan pukul 09.00 WIB untuk pasar modern
yaitu pada saat supermarket dibuka. Proses pengambilan sampel dilakukan
dengan cara membeli sampel sebanyak ± 350 gram. Umur sampel yang
dianalisis adalah 4 ± 2 jam sejak ikan sampai dari agen sampai ke pasar
tradisional dan 2 ± 1 jam sejak ikan sampai dari agen ke pasar modern.
24
Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam plastik steril yang
sebelumnya telah dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah dimasukkan ke dalam
plastik steril sampel dimasukkan ke dalam cool bag yang telah berisi es,
tujuannya agar suhu menjadi rendah seperti dalam refrigerator sehingga
pertumbuhan mikroba menjadi terhambat dan kondisi mikroba awal tetap
terjaga. Selanjutnya sampel uji segera dibawa ke laboratorium untuk
dianalisis. Selain itu, penggunaan plastik steril bertujuan menjaga sampel
agar tetap berada pada kondisi awal yaitu tidak terjadi kontaminasi silang
yang mungkin saja terjadi selama sampel dibawa ke laboratorium. Selain itu
suhu rendah cool bag juga bertujuan untuk menghambat pembusukkan yang
terjadi pada ikan yang diakibatkan oleh mikroba pembusuk.
Pengambilan bagian ikan untuk analisis dilakukan dengan cara
mengambil dari tiga tempat yaitu kepala, perut, dan ekor. Hal ini untuk
mewakili dari keseluruhan bagian ikan, dimana massa setiap bagian ikan
dibagi sama rata. Jumlah total keseluruhan adalah 25 gram.
1.2. Analisis Total Mikroba (AOAC, 1990)
Analisis total mikroba dilakukan berdasarkan pada metode Association
of Official Analitycal Chemists (AOAC, 1990). Prinsipnya, sebanyak 1 ml
sampel diambil dari pengenceran yang diprediksi kemudian dimasukkan ke
dalam cawan petri. Sebanyak ± 12-15 ml media dituang ke dalam cawan petri
lalu diaduk dengan cara menggerakkan cawan dengan arah memutar
membentuk lingkaran searah atau berlawanan arah jarum jam atau memutar
cawan membentuk seperti angka delapan tujuannya agar mikroba yang
berasal dari lauran pengencer tadi tersebar merata pada media kemudian
diamkan pada suhu ruang hingga membeku. Setelah agar membeku, cawan
diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 35°C selama 48±2 jam. Setelah
inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh pada cawan dihitung berdasarkan
ketentuan sebagai berikut :
a. Cawan normal (25-250) koloni. Hitung semua koloni (cfu) termasuk
koloni
yang berukuran sangat kecil. Catat pengenceran yang
digunakan dan semua koloni yang terhitung.
25
b. Cawan yang berisi lebih dari 250 koloni (cfu) hasilnya dicatat sebagai
TBUD (Terlalu Banyak Untuk Dihitung). Namun, untuk cawan yang
tidak terdapat koloni (cfu) yang tumbuh maka ditulis kurang dari 1 kali
pengenceran terendah.
c. Rumus perhitungan yang digunakan adalah:
N = ∑ C / [(1*n1) + (0.1*n2) + …] * (d)
Keterangan :
N = jumlah koloni per ml/ per gram produk
Σ C = jumlah seluruh koloni yang dihitung
n1 = jumlah cawan pada pengenceran pertama yang terhitung
n2 = jumlah cawan pada pengenceran kedua yang terhitung
d = pengenceran pertama yang dihitung
1.3. Analisa Salmonella (BAM, 2007)
1.3.1. Pra pengayaan (BAM, 2007)
Pra pengayaan merupakan tahap awal analisis yang bertujuan
untuk memperkaya serta mengembalikan kondisi bakteri Salmonella
injury ke kondisi sehat. Tahapan ini diawali dengan cara mengambil
sampel sebanyak 25 gram yang ditimbang langsung menggunakan plastik
steril dengan cara aseptis untuk mencegah kontaminasi kemudian ke dalam
plastik steril tersebut dimasukkan Lactose Broth steril sebanyak 225 ml
dan dihancurkan dengan menggunakan stomacher selama 2 menit. Sampel
yang telah hancur dipindahkan ke dalam erlenmeyer steril dan dibiarkan
selama 60 ± 5 menit pada suhu ruang dalam keadaan tertutup kemudian
diinkubasi selama 24 ± 2 jam pada suhu 35 ± 2°C.
1.3.2. Pengayaan selektif (BAM, 2007)
Cairan yang berasal dari Lactose broth (LB) diambil sebanyak 1 ml
ke dalam 10 ml Tetrathionate Broth (TTB) dan divorteks dan 0.1 ml ke
dalam 10 ml Rappaport Vassiliadis (RV) Broth dan divorteks, selanjutnya
Tetrathionate Broth (TTB) dan Rappaport Vassiliadis (RV) diinkubasi
pada suhu 35 ± 2°C selama 24 ± 2 jam.
26
1.3.3. Isolasi Salmonella (BAM, 2007)
Cairan yang berasal dari masing-masing media pengaya selektif
selanjutnya dihomogenan menggunakan vorteks dan diambil sebanyak
satu ose lalu digoreskan secara kuadran pada media Xylose Lysine
Desoxycholate Agar (XLDA), Hektoen Enteric Agar (HEA), dan Bismuth
Sulfite Agar (BSA) untuk mendapatkan koloni tipikal terpisah. Ketiga agar
selektif tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 35 ± 2°C selama 24 ± 2
jam. Setelah diinkubasi lalu dilakukan pengamatan terhadap koloni tipikal
dan atipikal yang tumbuh dengan ciri-ciri yang berbeda pada masingmasing media dimana koloni terpilih yang diduga positif Salmonella
adalah koloni tipikal. Adapun ciri-ciri koloni tipikal Salmonella pada
masing-masing agar sebagai berikut:
a. Media HEA, koloni positif berwarna biru kehijauan sampai biru
dengan atau tanpa warna hitam di bagian tengahnya. Sebagian
besar kultur Salmonella mungkin menghasilkan koloni berukuran
besar, bagian tengah hitam mengkilap atau hampir seluruh koloni
nampak berwarna hitam.
b. Media XLDA, koloni positif berwarna pink dengan atau tanpa
warna hitam di bagian tengahnya. Sebagian besar kultur
Salmonella mungkin menghasilkan koloni berukuran besar, bagian
tengah hitam mengkilap atau hampir seluruh koloni nampak
berwarna hitam.
c. Media BSA, koloni positif berwarna coklat, abu-abu, atau hitam,
kadang-kadang koloni punya warna metalik yang berkilau.
Sekeliling medium biasanya berwarna coklat pada awalnya, tetapi
kemudian akan menjadi hitam dengan meningkatnya waktu
inkubasi, menghasilkan sesuatu yang disebut halo effect.
Jika terdapat koloni tipikal maka analisis dilanjutkan dengan uji
biokimia awal dengan menggunakan TSI agar miring dan LIA miring. Jika
tidak ada koloni tipikal maka dicari koloni yang tidak tipikal sebagai
berikut:
27
a. Media HEA dan XLDA beberapa kultur Salmonella yang tidak
tipikal memproduksi koloni kuning dengan atau tanpa warna hitam
di tengahnya. Jika koloni yang tipikal tidak muncul setelah
inkubasi 24 ± 2 jam, diambil 2 atau lebih koloni yang tidak tipikal
tersebut.
b. Media BSA, beberapa galur yang tidak tipikal memproduksi koloni
hijau dengan sedikit atau tanpa dikelilingi warna gelap pada media.
Jika tidak terdapat koloni yang tipikal maka tidak diambil
koloninya, tetapi diinkubasi lagi selama 24 ± 2 jam. Jika koloni
yang tipikal belum muncul juga maka koloni yang tidak tipikal
diambil setelah inkubasi 48 ± 2 jam.
1.3.4. Uji Biokimia Awal (BAM, 2007)
Koloni tipikal atau non tipikal yang telah ditumbuhi pada ketiga
media tersebut selanjutnya diinokulasikan pada agar miring TSI dengan
menggores dan menusukkannya menggunakan jarum ose steril. Tanpa
pembakaran lagi, jarum ose tersebut langsung digoreskan pada LIA miring
dengan cara ditusuk dua kali dan digoreskan. Karena reaksi lysine
decarboxylation harus benar-benar anaerob, maka tusukan pada media
LIA harus mempunyai ke dalaman minimal 4 cm. Kemudian, media TSIA
dan LIA miring diinkubasi pada suhu 35 ± 2°C selama 24 ± 2 jam. Tabung
ditutup secara longgar untuk memelihara kondisi aerobik pada waktu
inkubasi dan mencegah produksi H2S berlebih.
Reaksi spesifik Salmonella yang timbul setelah inkubasi pada TSI
agar miring adalah bagian permukaan berwarna merah (reaksi basa),
bagian dasar agar atau agar tusuk berwarna kuning (reaksi asam), dengan
atau tanpa memproduksi H2S (kehitaman pada agar kadang hingga
menutupi warna dasar agar) dan gas.
Reaksi spesifik Salmonella yang timbul setelah inkubasi pada LIA
miring adalah bagian dasar agar berwarna ungu (reaksi basa) dan
berwarna ungu pula pada dasar tabung (reaksi basa). Sebagian besar kultur
Salmonella memproduksi H2S pada LIA miring sedangkan beberapa yang
28
bukan kultur Salmonella menghasilkan reaksi warna merah bata pada
media tersebut.
1.3.5. Uji Biokimia Lanjutan (BAM, 2007)
Hasil positif koloni spesifik Salmonella yang berasal dari TSI agar
miring, diambil satu ose lalu gores pada media Nutrien Agar (NA) miring
sebagai media penyimpanan dan satu ose lagi untuk diinokulasikan ke
dalam tabung yang berisi Urea Broth 2 ml sebagai uji biokimia lanjutan.
Keduanya diinkubasi pada suhu 35 ± 2°C selama 24 ± 2 jam.
Pengamatan setelah inkubasi adalah melihat reaksi pada tabung
Urea Broth. Salmonella tidak mengubah warna Urea Broth (reaksi negatif,
warna tetap kuning), sehingga apabila Urea Broth berubah menjadi warna
merah muda maka koloni tersebut bukan Salmonella. Koloni yang diduga
Salmonella analisisnya dilanjutkan dengan API test 20E dengan
menggunakan inokulan yang tumbuh pada NA miring.
1.4 Chromogenic Media (Oxoid, 2008)
Kromogenik merupakan media yang dikeluarkan oleh Oxoid (2008)
sebagai media analisis cepat terhadap bakteri Salmonella. Pada Prinsipnya
proses seleksi terhadap bakteri bukan Salmonella adalah ada tidaknya enzim
Caprylate esterase yang berfungsi memetabolisme senyawa inhibigen yang
terdapat pada media menjadi senyawa tertentu yang berwarna khas untuk
setiap jenis bakteri. Jika bakteri tersebut memiliki enzim ini maka ada
kemungkinan bakteri tersebut adalah Salmonella. Perbedaannya adalah hasil
metabolisme bakteri Salmonella menghasilkan warna ungu sementara bakteri
bukan Salmonella menghasilkan warna selain ungu.
Prosedurnya adalah dengan cara menggores secara kuadran koloni
yang diduga positif Salmonella pada media kromogenik. Dugaan paling
positif terhadap bakteri Salmonella adalah koloni yang telah diuji hingga
tahap uji biokimia lanjutan. Selanjutnya media diinkubasi pada suhu 35oC
selama 24-48 jam. Waktu inkubasi dipertimbangkan atas dasar ciri fisik
29
koloni yang tumbuh, jika koloni sudah terlihat dengan jelas warna dan
bentuknya maka waktu inkubasi sudah cukup.
1.5 API Test 20E (BAM, 2008)
Uji ini memerlukan kultur segar (24 ± 2 jam inkubasi) yang berasal
dari koloni tunggal yang terpisah dengan cara menggores secara kuadran
kultur dari media NA miring yang berasal dari TSIA dan LIA positif
Salmonella yang telah diuji positif pula pada media kromogenik pada media
NA cawan lalu diinkubasi pada suhu 37°C. Koloni terpisah yang tumbuh
diambil sebanyak ± 3 koloni kemudian dilarutkan ke dalam 5 ml garam
fisiologis dan divorteks. Suspensi kultur tersebut dipipet dan masukkan ke
dalam mikrotube (tabung-tabung mikro) dengan jumlah pengisian sesuai
dengan ketentuan yang terdapat pada kode tulisan mikrotube yaitu mikrotube
dengan kode CIT, VP, dan GEL yang ditandai dengan kotak di sekelilingnya
seperti huruf U diisi penuh hingga bagian atas tube, untuk mikrotube dengan
kode LDC, ODC, ADH, H2S dan URE dengan tanda garis bawah diisi
dengan suspensi sampai bagian leher tube lalu ditambah dengan mineral oil
sampai bagian atas tube, tujuan pemberian mineral oil ini adalah untuk
menghasilkan kondisi anaerob. Sedangkan untuk mikrotube lainnya (tanpa
kode khusus), suspensi diisikan sampai bagian leher tube.
Seluruh mikrotube yang telah berisi suspensi bakteri selanjutnya
diinkubasi 18-24 jam pada suhu 37°C atau 48 jam pada suhu yang sama jika
mikrotube-mikrotube pada satu strip API 20E menunjukkan hasil positif
kurang dari 3 mikrotube. Setelah inkubasi, amati dan catat perubahan warna
yang terjadi namun untuk sebagian mikrotube (TDA, IND, dan VP)
pengamatan dilakukan setelah diberi mikrotube tersebut reagen terlebih
dahulu (sesuai dengan standar API 20E) dan hasil reaksi ditulis menjadi 7
digit kode. Tujuh digit kode ini kemudian diterjemahkan dengan
menggunakan Analytical Profile Index menggunakan software untuk
identifikasi.
30
2. Penelitian Tahap II
2.1. Penyegaran Kultur
Penyegaran dilakukan agar viabilitas bakteri kultur tetap dalam
keadaan baik. Prinsipn penyegaran kultur adalah dengan menggores kembali
kultur pada media Nutrient Agar (NA) miring. Kultur Salmonella disegarkan
setiap 2 minggu sekali. Penyegaran dilakukan dengan cara mengambil 1 ose
kultur kemudian digoreskan pada NA miring yang baru, dan diinkubasi pada
suhu 37°C selama 24 ± 2 jam. Setelah diinkubasi, kultur disimpan pada suhu
rendah (refrigerator).
2.2. Analisis Kuantitatif Total Mikroba Bumbu Pepes
Bumbu pepes merupakan bumbu yang terdiri dari rempah-rempah.
Komposisi bumbu pepes yaitu: tomat, daun bawang, daun serai, daun salam,
daun kemangi, bawang putih, bawang merah, jahe, kunyit, cabai merah,
kemiri, asam jawa, dan garam. Bumbu pepes selanjutnya dianalisis kuantitatif
total mikrobanya (AOAC, 1990). Bumbu diambil sebanyak 25 gram dan
dimasukkan ke dalam 225 ml pengencer steril sebagai pengenceran pertama.
Selanjutnya,
pengenceran
dilakukan
hingga
kepengenceran
yang
dikehendaki. Sebanyak 1 ml pengencer diambil lalu di masukkan ke dalam
cawan petri steril dan diberi media Plate Count Agar (PCA) lalu
dihomogenisasi dengan menggerakkan searah atau berlawanan arah jarum
jam atau digerakkan memutar seperti angka delapan. Sampel diinkubasi pada
suhu 37oC selama 48 ± 2 jam.
2.3. Persiapan Kultur Uji Salmonella spp.
Persiapan kultur dilakukan untuk memperbanyak jumlah Salmonella
yang kemudian diencerkan untuk memperoleh total Salmonella yang
diperlukan untuk tingkat kontaminasi. Persiapan kultur dilakukan dengan
cara mengambil kultur murni Salmonella spp. sebanyak 1-2 ose dari media
NA miring ke media NB 10 ml dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu
37°C. Setelah diinkubasi, total Salmonella yang tumbuh sekitar 8 log cfu.
31
Kultur ini kemudian diambil sebanyak 1 ml lalu dimasukkan ke dalam 9 ml
larutan pengencer buffer fosfat, pengenceran terus dilanjutkan hingga
memperoleh konsentrasi kultur yang dikehendaki. Setelah itu kultur uji siap
digunakan.
2.4. Uji Ketahanan
Pengukusan
Bakteri
Salmonella
spp.
terhadap
Proses
Kultur yang telah disiapkan pada persiapan kultur Salmonella spp.
selanjutnya dikontaminasikan ke sampel yang akan digunakan untuk uji
ketahanan dan dibiarkan selama 30 menit untuk memberi kesempatan kepada
bakteri agar menempel pada sampel (Sylviana, 2008). Oleh karena perlakuan
terdiri dari dua yaitu dengan dan tanpa bumbu maka untuk perlakuan dengan
bumbu ikan yang telah dikontaminasi selanjutnya diberi bumbu sebanyak ±
25 gram bumbu/150 gram ikan dan dikukus, sementara untuk sampel tanpa
perlakuan penambahan bumbu langsung dikukus. Ikan yang digunakan
adalah ikan kembung como dengan massa ± 150 gram. Pengukusan
dilakukan dengan cara memanaskan air dalam dandang hingga mendidih ±
100oC. Setelah mendidih 8 ikan yang mewakili setiap waktu pengukusan
dimasukkan kedalam dandang dan sekaligus terhitung sebagai waktu 0 menit
pengukusan. Setelah dikukus, ikan pepes masing-masing untuk yang
mewakili waktu setiap pengukusan ini diambil sebanyak 25 gram untuk
dianalisis
total
Salmonellanya
secara
kuantitatif
dengan
cara
menumbuhkannya pada media Hectoen Enteric Agar (HEA). Pengambilan
sampel dilakukan setiap interval waktu tertentu yaitu pada menit ke-0, ke-15,
dan ke-30.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil sampel
sebanyak 25 gram dan dimasukkan ke dalam 225 ml pengencer steril
kemudian diencerkan hingga pengenceran yang dikehendaki. Selanjutnya,
sebanyak 1 ml sampel dimasukkan ke dalam cawan petri steril dan HEA
dituangkan ke dalamnya. Cawan petri selanjutnya dihomogenisasi dengan
cara menggerakan cawan petri searah atau berlawanan arah jarum jam atau
dengan cara menggerakan cawan petri membentuk seperti angka delapan.
32
2.5. Uji Ketahanan Total Mikroba terhadap Proses Pengukusan
Prosedur pengerjaan yang sama seperti pada uji ketahanan bakteri
Salmonella spp. juga dilakukan pada uji ini, bedanya pada uji ini analisis
yang dilakukan bukan analisis kuantitatif Salmonella melainkan analisis
kuantitatif total mikroba yaitu dengan cara menumbuhkan bakteri yang telah
diencerkan hingga kepengenceran yang dikehendaki pada media Plate Count
Agar (PCA).
Analisis kuantitatif total mikroba dilakukan setiap interval waktu
tertentu yaitu pada menit ke-0, ke-15, ke-30, ke-45, ke-60, ke-75, dan ke-90.
Analisis ini dilakukan pada dua perlakuan yaitu dengan dan tanpa
penambahan bumbu.
2.6. Uji Kualitatif Bakteri Salmonella
Uji kualitatif bakteri Salmonella dilakukan untuk melihat secara
kualitatif apakah bakteri Salmonella masih ada atau tidak dalam sampel jika
ternyata secara kuantititaf bakteri Salmonella tidak ditemukan. Uji kualitatif
ini terdiri dari tahapan Pra pengayaan, pengaya selektif, isolasi Salmonella,
dan uji biokimia (BAM, 2007).
33
Download