BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan baku Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah 29 sampel ikan yang terdiri dari 10 ikan bawal putih (Pampus argentus), 10 ikan kembung como (Decapterus russelli), dan 9 ikan gurami (Osphronemus gourami). Ketiga jenis ikan ini diperoleh dari berbagai pasar tradisional dan pasar modern (supermarket) di wilayah Bogor. Bumbu pepes ikan yang digunakan adalah sebanyak 25 gram/150 gram ikan kembung. 2. Media Media-media yang digunakan untuk analisis Salmonella adalah Lactose Broth (LB) (Pre-enrichment media), Tetrathionate Broth (TTB) dan Rappaport Vassiliadis (RV) Broth (Pengayaan selektif media), Hectoen Enteric Agar (HEA), Xylose Lysine Desoxycholate Agar (XLDA) dan Bismuth Sulfite Agar (BSA) (Agar selektif), Triple Sugar Iron (TSI) dan Lysine Iron Agar (LIA) media konfirmasi biokimia, Nutrien Agar (NA), dan Urea Broth. 3. Kultur Kultur yang digunakan untuk mengkontaminasi adalah Salmonella spp. ATCC 14028. 4. Bahan kimia Bahan-bahan kimia yang digunakan yaitu larutan pengencer KH2PO4 (buffer fosfat), NaOH, paraffin cair (mineral oil) steril, bahan tambahan media TTB yaitu larutan I2KI, desinfektan yaitu alkohol 70 %, akuades, spiritus, Kovac's reagent serta pereaksi API 20E (Bio-Merieux). 21 5. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, oven, inkubator 35 °C dan 42 °C, refrigerator dan freezer, cool bag, stomacher, vorteks, mikropipet dan tipnya, gelas ukur, pipet Mohr, gelas piala, batang pengaduk, bunsen, erlenmeyer, plastik HDPE, ose mata bulat dan lurus, bulb, neraca analitik, tabung reaksi dan raknya, cawan petri, steril, pisau, botol semprot, tutup kapas, dan aluminium foil. B. METODE PENELITIAN Secara garis besar penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu penelitian tahap I dan penelitian tahap II. Penelitian tahap I meliputi persiapan sampel, analisis total mikroba (AOAC, 1990), analisis Salmonella (BAM, 2007), dan identifikasi Salmonella (BAM, 2008). Sedangkan penelitian tahap II merupakan uji evaluasi ketahanan Salmonella terhadap proses pengukusan dengan dan tanpa bumbu setelah sampel dikontaminasi dalam jumlah tinggi 105 cfu/gram dan pengaruhnya terhadap kualitas mikrobiologi total mikroba secara umum. Diagram alir metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Pengambilan sampel Persiapan sampel Analisis Total Mikroba Analisis Salmonella Chromogenic Media Identifikasi dengan API 20E Gambar 1. Diagram Alir Metode Penelitian Tahap I 22 Sampel Inokulasi dengan kultur murni Salmonella spp. sebanyak 105 cfu (kontaminasi tinggi) Didiamkan selama ±30 menit Tanpa Bumbu Dengan Bumbu (25 gram/150 gram ikan) Kukus selama 90 menit Analisis Kuantitatif Total Mikroba pada t-0’, t-15’, t-30’, t-45’, t-60’, t-75’, t-90’ waktu pengukusan Analisis Kuantitatif Total Salmonella pada t-0’, t-15’, t-30’ waktu pengukusan Analisis Kualitatif Salmonella pada t-15’ waktu pengukusan Gambar 2. Diagram Alir Metode Penelitian Tahap II 1. Penelitian Tahap I 1.1. Pengambilan Sampel Sampel yang diambil terdiri dari ikan bawal, kembung, dan gurami. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah metode purposive sampling technique dimana hasil yang diperoleh merupakan gambaran kasar tentang suatu keadaan. Metode pemilihan sampel tidak dilakukan secara random tetapi dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti dimana 23 diasumsikan bahwa unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil (Nasution, 2003). Sampel yang dianalisis berasal dari 7 pasar modern (supermarket) dan 3 pasar tradisional, dimana dari masing-masing pasar jenis sampel yang di ambil terdiri dari tiga jenis ikan yaitu ikan bawal, kembung, dan gurami. Salah satu pasar tradisional, ketersediaan terhadap salah satu jenis sampel uji tidak ada yaitu sampel ikan gurami sehingga jumlah total sampel yang dianalisis berkurang satu menjadi 29 sampel. Tempat yang menjadi lokasi pengambilan sampel di pasar modern meliputi : Giant Botani Square (GBS), Giant Taman Yasmin (GTY), Giant Sindang Barang (GSB), Giant Pangrango (GPR), Giant Padjajaran (GPJ), Yogya Mall (YGM), dan Bogor Trade Mall (BTM). Sementara itu, tempat yang menjadi lokasi pengambilan sampel di pasar tradisional meliputi : Pasar Anyar (PSA), Pasar Bogor (PSB), dan Pasar Induk (PSI). Tabel 8. Koleksi Sampel Ikan Segar pada Berbagai Jenis Pasar di wilayah Bogor Sumber Jenis ikan Kondisi Sampel Jumlah sampel Pasar Modern Bawal Segar 7 Pasar Modern Kembung Segar 7 Pasar Modern Gurami Segar 7 Pasar Tradisional Bawal Segar 3 Pasar Tradisional Kembung Segar 3 Pasar Tradisional Gurami Segar 2 Total sampel 29 Waktu pengambilan sampel adalah pada pagi hari yaitu sekitar pukul 06.00 WIB untuk pasar tradisional dan pukul 09.00 WIB untuk pasar modern yaitu pada saat supermarket dibuka. Proses pengambilan sampel dilakukan dengan cara membeli sampel sebanyak ± 350 gram. Umur sampel yang dianalisis adalah 4 ± 2 jam sejak ikan sampai dari agen sampai ke pasar tradisional dan 2 ± 1 jam sejak ikan sampai dari agen ke pasar modern. 24 Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam plastik steril yang sebelumnya telah dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah dimasukkan ke dalam plastik steril sampel dimasukkan ke dalam cool bag yang telah berisi es, tujuannya agar suhu menjadi rendah seperti dalam refrigerator sehingga pertumbuhan mikroba menjadi terhambat dan kondisi mikroba awal tetap terjaga. Selanjutnya sampel uji segera dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Selain itu, penggunaan plastik steril bertujuan menjaga sampel agar tetap berada pada kondisi awal yaitu tidak terjadi kontaminasi silang yang mungkin saja terjadi selama sampel dibawa ke laboratorium. Selain itu suhu rendah cool bag juga bertujuan untuk menghambat pembusukkan yang terjadi pada ikan yang diakibatkan oleh mikroba pembusuk. Pengambilan bagian ikan untuk analisis dilakukan dengan cara mengambil dari tiga tempat yaitu kepala, perut, dan ekor. Hal ini untuk mewakili dari keseluruhan bagian ikan, dimana massa setiap bagian ikan dibagi sama rata. Jumlah total keseluruhan adalah 25 gram. 1.2. Analisis Total Mikroba (AOAC, 1990) Analisis total mikroba dilakukan berdasarkan pada metode Association of Official Analitycal Chemists (AOAC, 1990). Prinsipnya, sebanyak 1 ml sampel diambil dari pengenceran yang diprediksi kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri. Sebanyak ± 12-15 ml media dituang ke dalam cawan petri lalu diaduk dengan cara menggerakkan cawan dengan arah memutar membentuk lingkaran searah atau berlawanan arah jarum jam atau memutar cawan membentuk seperti angka delapan tujuannya agar mikroba yang berasal dari lauran pengencer tadi tersebar merata pada media kemudian diamkan pada suhu ruang hingga membeku. Setelah agar membeku, cawan diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 35°C selama 48±2 jam. Setelah inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh pada cawan dihitung berdasarkan ketentuan sebagai berikut : a. Cawan normal (25-250) koloni. Hitung semua koloni (cfu) termasuk koloni yang berukuran sangat kecil. Catat pengenceran yang digunakan dan semua koloni yang terhitung. 25 b. Cawan yang berisi lebih dari 250 koloni (cfu) hasilnya dicatat sebagai TBUD (Terlalu Banyak Untuk Dihitung). Namun, untuk cawan yang tidak terdapat koloni (cfu) yang tumbuh maka ditulis kurang dari 1 kali pengenceran terendah. c. Rumus perhitungan yang digunakan adalah: N = ∑ C / [(1*n1) + (0.1*n2) + …] * (d) Keterangan : N = jumlah koloni per ml/ per gram produk Σ C = jumlah seluruh koloni yang dihitung n1 = jumlah cawan pada pengenceran pertama yang terhitung n2 = jumlah cawan pada pengenceran kedua yang terhitung d = pengenceran pertama yang dihitung 1.3. Analisa Salmonella (BAM, 2007) 1.3.1. Pra pengayaan (BAM, 2007) Pra pengayaan merupakan tahap awal analisis yang bertujuan untuk memperkaya serta mengembalikan kondisi bakteri Salmonella injury ke kondisi sehat. Tahapan ini diawali dengan cara mengambil sampel sebanyak 25 gram yang ditimbang langsung menggunakan plastik steril dengan cara aseptis untuk mencegah kontaminasi kemudian ke dalam plastik steril tersebut dimasukkan Lactose Broth steril sebanyak 225 ml dan dihancurkan dengan menggunakan stomacher selama 2 menit. Sampel yang telah hancur dipindahkan ke dalam erlenmeyer steril dan dibiarkan selama 60 ± 5 menit pada suhu ruang dalam keadaan tertutup kemudian diinkubasi selama 24 ± 2 jam pada suhu 35 ± 2°C. 1.3.2. Pengayaan selektif (BAM, 2007) Cairan yang berasal dari Lactose broth (LB) diambil sebanyak 1 ml ke dalam 10 ml Tetrathionate Broth (TTB) dan divorteks dan 0.1 ml ke dalam 10 ml Rappaport Vassiliadis (RV) Broth dan divorteks, selanjutnya Tetrathionate Broth (TTB) dan Rappaport Vassiliadis (RV) diinkubasi pada suhu 35 ± 2°C selama 24 ± 2 jam. 26 1.3.3. Isolasi Salmonella (BAM, 2007) Cairan yang berasal dari masing-masing media pengaya selektif selanjutnya dihomogenan menggunakan vorteks dan diambil sebanyak satu ose lalu digoreskan secara kuadran pada media Xylose Lysine Desoxycholate Agar (XLDA), Hektoen Enteric Agar (HEA), dan Bismuth Sulfite Agar (BSA) untuk mendapatkan koloni tipikal terpisah. Ketiga agar selektif tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 35 ± 2°C selama 24 ± 2 jam. Setelah diinkubasi lalu dilakukan pengamatan terhadap koloni tipikal dan atipikal yang tumbuh dengan ciri-ciri yang berbeda pada masingmasing media dimana koloni terpilih yang diduga positif Salmonella adalah koloni tipikal. Adapun ciri-ciri koloni tipikal Salmonella pada masing-masing agar sebagai berikut: a. Media HEA, koloni positif berwarna biru kehijauan sampai biru dengan atau tanpa warna hitam di bagian tengahnya. Sebagian besar kultur Salmonella mungkin menghasilkan koloni berukuran besar, bagian tengah hitam mengkilap atau hampir seluruh koloni nampak berwarna hitam. b. Media XLDA, koloni positif berwarna pink dengan atau tanpa warna hitam di bagian tengahnya. Sebagian besar kultur Salmonella mungkin menghasilkan koloni berukuran besar, bagian tengah hitam mengkilap atau hampir seluruh koloni nampak berwarna hitam. c. Media BSA, koloni positif berwarna coklat, abu-abu, atau hitam, kadang-kadang koloni punya warna metalik yang berkilau. Sekeliling medium biasanya berwarna coklat pada awalnya, tetapi kemudian akan menjadi hitam dengan meningkatnya waktu inkubasi, menghasilkan sesuatu yang disebut halo effect. Jika terdapat koloni tipikal maka analisis dilanjutkan dengan uji biokimia awal dengan menggunakan TSI agar miring dan LIA miring. Jika tidak ada koloni tipikal maka dicari koloni yang tidak tipikal sebagai berikut: 27 a. Media HEA dan XLDA beberapa kultur Salmonella yang tidak tipikal memproduksi koloni kuning dengan atau tanpa warna hitam di tengahnya. Jika koloni yang tipikal tidak muncul setelah inkubasi 24 ± 2 jam, diambil 2 atau lebih koloni yang tidak tipikal tersebut. b. Media BSA, beberapa galur yang tidak tipikal memproduksi koloni hijau dengan sedikit atau tanpa dikelilingi warna gelap pada media. Jika tidak terdapat koloni yang tipikal maka tidak diambil koloninya, tetapi diinkubasi lagi selama 24 ± 2 jam. Jika koloni yang tipikal belum muncul juga maka koloni yang tidak tipikal diambil setelah inkubasi 48 ± 2 jam. 1.3.4. Uji Biokimia Awal (BAM, 2007) Koloni tipikal atau non tipikal yang telah ditumbuhi pada ketiga media tersebut selanjutnya diinokulasikan pada agar miring TSI dengan menggores dan menusukkannya menggunakan jarum ose steril. Tanpa pembakaran lagi, jarum ose tersebut langsung digoreskan pada LIA miring dengan cara ditusuk dua kali dan digoreskan. Karena reaksi lysine decarboxylation harus benar-benar anaerob, maka tusukan pada media LIA harus mempunyai ke dalaman minimal 4 cm. Kemudian, media TSIA dan LIA miring diinkubasi pada suhu 35 ± 2°C selama 24 ± 2 jam. Tabung ditutup secara longgar untuk memelihara kondisi aerobik pada waktu inkubasi dan mencegah produksi H2S berlebih. Reaksi spesifik Salmonella yang timbul setelah inkubasi pada TSI agar miring adalah bagian permukaan berwarna merah (reaksi basa), bagian dasar agar atau agar tusuk berwarna kuning (reaksi asam), dengan atau tanpa memproduksi H2S (kehitaman pada agar kadang hingga menutupi warna dasar agar) dan gas. Reaksi spesifik Salmonella yang timbul setelah inkubasi pada LIA miring adalah bagian dasar agar berwarna ungu (reaksi basa) dan berwarna ungu pula pada dasar tabung (reaksi basa). Sebagian besar kultur Salmonella memproduksi H2S pada LIA miring sedangkan beberapa yang 28 bukan kultur Salmonella menghasilkan reaksi warna merah bata pada media tersebut. 1.3.5. Uji Biokimia Lanjutan (BAM, 2007) Hasil positif koloni spesifik Salmonella yang berasal dari TSI agar miring, diambil satu ose lalu gores pada media Nutrien Agar (NA) miring sebagai media penyimpanan dan satu ose lagi untuk diinokulasikan ke dalam tabung yang berisi Urea Broth 2 ml sebagai uji biokimia lanjutan. Keduanya diinkubasi pada suhu 35 ± 2°C selama 24 ± 2 jam. Pengamatan setelah inkubasi adalah melihat reaksi pada tabung Urea Broth. Salmonella tidak mengubah warna Urea Broth (reaksi negatif, warna tetap kuning), sehingga apabila Urea Broth berubah menjadi warna merah muda maka koloni tersebut bukan Salmonella. Koloni yang diduga Salmonella analisisnya dilanjutkan dengan API test 20E dengan menggunakan inokulan yang tumbuh pada NA miring. 1.4 Chromogenic Media (Oxoid, 2008) Kromogenik merupakan media yang dikeluarkan oleh Oxoid (2008) sebagai media analisis cepat terhadap bakteri Salmonella. Pada Prinsipnya proses seleksi terhadap bakteri bukan Salmonella adalah ada tidaknya enzim Caprylate esterase yang berfungsi memetabolisme senyawa inhibigen yang terdapat pada media menjadi senyawa tertentu yang berwarna khas untuk setiap jenis bakteri. Jika bakteri tersebut memiliki enzim ini maka ada kemungkinan bakteri tersebut adalah Salmonella. Perbedaannya adalah hasil metabolisme bakteri Salmonella menghasilkan warna ungu sementara bakteri bukan Salmonella menghasilkan warna selain ungu. Prosedurnya adalah dengan cara menggores secara kuadran koloni yang diduga positif Salmonella pada media kromogenik. Dugaan paling positif terhadap bakteri Salmonella adalah koloni yang telah diuji hingga tahap uji biokimia lanjutan. Selanjutnya media diinkubasi pada suhu 35oC selama 24-48 jam. Waktu inkubasi dipertimbangkan atas dasar ciri fisik 29 koloni yang tumbuh, jika koloni sudah terlihat dengan jelas warna dan bentuknya maka waktu inkubasi sudah cukup. 1.5 API Test 20E (BAM, 2008) Uji ini memerlukan kultur segar (24 ± 2 jam inkubasi) yang berasal dari koloni tunggal yang terpisah dengan cara menggores secara kuadran kultur dari media NA miring yang berasal dari TSIA dan LIA positif Salmonella yang telah diuji positif pula pada media kromogenik pada media NA cawan lalu diinkubasi pada suhu 37°C. Koloni terpisah yang tumbuh diambil sebanyak ± 3 koloni kemudian dilarutkan ke dalam 5 ml garam fisiologis dan divorteks. Suspensi kultur tersebut dipipet dan masukkan ke dalam mikrotube (tabung-tabung mikro) dengan jumlah pengisian sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada kode tulisan mikrotube yaitu mikrotube dengan kode CIT, VP, dan GEL yang ditandai dengan kotak di sekelilingnya seperti huruf U diisi penuh hingga bagian atas tube, untuk mikrotube dengan kode LDC, ODC, ADH, H2S dan URE dengan tanda garis bawah diisi dengan suspensi sampai bagian leher tube lalu ditambah dengan mineral oil sampai bagian atas tube, tujuan pemberian mineral oil ini adalah untuk menghasilkan kondisi anaerob. Sedangkan untuk mikrotube lainnya (tanpa kode khusus), suspensi diisikan sampai bagian leher tube. Seluruh mikrotube yang telah berisi suspensi bakteri selanjutnya diinkubasi 18-24 jam pada suhu 37°C atau 48 jam pada suhu yang sama jika mikrotube-mikrotube pada satu strip API 20E menunjukkan hasil positif kurang dari 3 mikrotube. Setelah inkubasi, amati dan catat perubahan warna yang terjadi namun untuk sebagian mikrotube (TDA, IND, dan VP) pengamatan dilakukan setelah diberi mikrotube tersebut reagen terlebih dahulu (sesuai dengan standar API 20E) dan hasil reaksi ditulis menjadi 7 digit kode. Tujuh digit kode ini kemudian diterjemahkan dengan menggunakan Analytical Profile Index menggunakan software untuk identifikasi. 30 2. Penelitian Tahap II 2.1. Penyegaran Kultur Penyegaran dilakukan agar viabilitas bakteri kultur tetap dalam keadaan baik. Prinsipn penyegaran kultur adalah dengan menggores kembali kultur pada media Nutrient Agar (NA) miring. Kultur Salmonella disegarkan setiap 2 minggu sekali. Penyegaran dilakukan dengan cara mengambil 1 ose kultur kemudian digoreskan pada NA miring yang baru, dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 ± 2 jam. Setelah diinkubasi, kultur disimpan pada suhu rendah (refrigerator). 2.2. Analisis Kuantitatif Total Mikroba Bumbu Pepes Bumbu pepes merupakan bumbu yang terdiri dari rempah-rempah. Komposisi bumbu pepes yaitu: tomat, daun bawang, daun serai, daun salam, daun kemangi, bawang putih, bawang merah, jahe, kunyit, cabai merah, kemiri, asam jawa, dan garam. Bumbu pepes selanjutnya dianalisis kuantitatif total mikrobanya (AOAC, 1990). Bumbu diambil sebanyak 25 gram dan dimasukkan ke dalam 225 ml pengencer steril sebagai pengenceran pertama. Selanjutnya, pengenceran dilakukan hingga kepengenceran yang dikehendaki. Sebanyak 1 ml pengencer diambil lalu di masukkan ke dalam cawan petri steril dan diberi media Plate Count Agar (PCA) lalu dihomogenisasi dengan menggerakkan searah atau berlawanan arah jarum jam atau digerakkan memutar seperti angka delapan. Sampel diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 ± 2 jam. 2.3. Persiapan Kultur Uji Salmonella spp. Persiapan kultur dilakukan untuk memperbanyak jumlah Salmonella yang kemudian diencerkan untuk memperoleh total Salmonella yang diperlukan untuk tingkat kontaminasi. Persiapan kultur dilakukan dengan cara mengambil kultur murni Salmonella spp. sebanyak 1-2 ose dari media NA miring ke media NB 10 ml dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Setelah diinkubasi, total Salmonella yang tumbuh sekitar 8 log cfu. 31 Kultur ini kemudian diambil sebanyak 1 ml lalu dimasukkan ke dalam 9 ml larutan pengencer buffer fosfat, pengenceran terus dilanjutkan hingga memperoleh konsentrasi kultur yang dikehendaki. Setelah itu kultur uji siap digunakan. 2.4. Uji Ketahanan Pengukusan Bakteri Salmonella spp. terhadap Proses Kultur yang telah disiapkan pada persiapan kultur Salmonella spp. selanjutnya dikontaminasikan ke sampel yang akan digunakan untuk uji ketahanan dan dibiarkan selama 30 menit untuk memberi kesempatan kepada bakteri agar menempel pada sampel (Sylviana, 2008). Oleh karena perlakuan terdiri dari dua yaitu dengan dan tanpa bumbu maka untuk perlakuan dengan bumbu ikan yang telah dikontaminasi selanjutnya diberi bumbu sebanyak ± 25 gram bumbu/150 gram ikan dan dikukus, sementara untuk sampel tanpa perlakuan penambahan bumbu langsung dikukus. Ikan yang digunakan adalah ikan kembung como dengan massa ± 150 gram. Pengukusan dilakukan dengan cara memanaskan air dalam dandang hingga mendidih ± 100oC. Setelah mendidih 8 ikan yang mewakili setiap waktu pengukusan dimasukkan kedalam dandang dan sekaligus terhitung sebagai waktu 0 menit pengukusan. Setelah dikukus, ikan pepes masing-masing untuk yang mewakili waktu setiap pengukusan ini diambil sebanyak 25 gram untuk dianalisis total Salmonellanya secara kuantitatif dengan cara menumbuhkannya pada media Hectoen Enteric Agar (HEA). Pengambilan sampel dilakukan setiap interval waktu tertentu yaitu pada menit ke-0, ke-15, dan ke-30. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil sampel sebanyak 25 gram dan dimasukkan ke dalam 225 ml pengencer steril kemudian diencerkan hingga pengenceran yang dikehendaki. Selanjutnya, sebanyak 1 ml sampel dimasukkan ke dalam cawan petri steril dan HEA dituangkan ke dalamnya. Cawan petri selanjutnya dihomogenisasi dengan cara menggerakan cawan petri searah atau berlawanan arah jarum jam atau dengan cara menggerakan cawan petri membentuk seperti angka delapan. 32 2.5. Uji Ketahanan Total Mikroba terhadap Proses Pengukusan Prosedur pengerjaan yang sama seperti pada uji ketahanan bakteri Salmonella spp. juga dilakukan pada uji ini, bedanya pada uji ini analisis yang dilakukan bukan analisis kuantitatif Salmonella melainkan analisis kuantitatif total mikroba yaitu dengan cara menumbuhkan bakteri yang telah diencerkan hingga kepengenceran yang dikehendaki pada media Plate Count Agar (PCA). Analisis kuantitatif total mikroba dilakukan setiap interval waktu tertentu yaitu pada menit ke-0, ke-15, ke-30, ke-45, ke-60, ke-75, dan ke-90. Analisis ini dilakukan pada dua perlakuan yaitu dengan dan tanpa penambahan bumbu. 2.6. Uji Kualitatif Bakteri Salmonella Uji kualitatif bakteri Salmonella dilakukan untuk melihat secara kualitatif apakah bakteri Salmonella masih ada atau tidak dalam sampel jika ternyata secara kuantititaf bakteri Salmonella tidak ditemukan. Uji kualitatif ini terdiri dari tahapan Pra pengayaan, pengaya selektif, isolasi Salmonella, dan uji biokimia (BAM, 2007). 33