1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata merupakan alat penyalur gagasan atau ide yang akan disampaikan kepada orang lain. Kata-kata dijalin-satukan melalui penggabungan dalam suatu konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang ada dalam suatu bahasa (Keraf, 2005: 21). Setiap rangkaian kata hendaknya mengandung makna yang tersirat agar orang lain mampu memahami maksudnya. Dengan cara ini, maka akan tercipta komunikasi dua arah yang baik dan harmonis. Kata-kata yang digunakan dalam kegiatan komunikasi dapat diterapkan melalui berbagai media, yaitu media lisan ataupun media tulisan. Wujud dari media tulisan sangat beraneka ragam. Karena bentuknya dituliskan dengan menggunakan kalimat-kalimat atau wacana, maka dapat diaplikasikan dengan berbagai bentuk meliputi surat, telegram, spanduk, iklan, surat kabar, stiker, dan lain sebagainya. Dari berbagai bentuk media tersebut, terdapat salah satu media yang sangat menarik yaitu stiker. Stiker merupakan lembaran kecil kertas atau plastik yang ditempelkan (Purwadarminta, 2007: 1146). Dalam hal ini kegiatan komunikasi diterapkan melalui penulisan serangkaian kata-kata, kalimat, ataupun wacana di atas media kertas yang sederhana bentuknya. Dengan demikian 1 2 kalimat ataupun kata-kata yang dituliskan secara otomatis berbentuk sederhana pula. Kemenarikan stiker tidak hanya terbatas pada bentuknya yang sederhana, melainkan juga terdapat pada bahasa yang digunakan. Bahasa itu sendiri diartikan sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004: 3). Dengan demikian bahasa yang dimaksudkan adalah bahasa yang mengandung kiasan atau lambang-lambang tertentu (bahasa figuratif). Tujuan dari penggunaan bahasa kiasan tersebut adalah untuk memenuhi unsur estetik (keindahan) tanpa melupakan maksud atau makna di dalamnya agar tetap dapat dipahami oleh pembaca. Berkaitan dengan bahasa figuratif yang digunakan dalam stiker humor, ada berbagai cara dalam penerapannya, yaitu seperti penggunaan diksi ataupun gaya bahasa. Diksi merupakan pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam karang-mengarang (Kridalaksana, 2009: 50). Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa (Keraf, 2005: 113). Kedua cara tersebut digunakan untuk menarik minat pembaca terhadap stiker humor. Selain fungsi tersebut, juga terdapat empat fungsi yang dimiliki oleh bahasa yaitu a) alat untuk menyatakan ekspresi diri, b) alat 3 komunikasi, c) alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, d) alat mengadakan kontrol sosial (Keraf, 2004: 3). Gaya bahasa yang digunakan dalam stiker humor sangat beraneka ragam. Dilihat dari jenis gaya bahasa itu sendiri dibagi menjadi empat. a) berdasarkan pilihan kata, b) berdasarkan nada, c) berdasarkan struktur kalimat, dan d) berdasarkan langsung tidaknya makna (Keraf, 2004: 117). Setelah dilakukan pengamatan lebih lanjut, penggunaan gaya bahasa dalam stiker humor yang mendominasi di wilayah Surakarta adalah gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna, yaitu pengkhususan pada gaya bahasa sarkasme. Sarkasme dalam penggolongannya disamakan dengan gaya bahasa ironi dan sinisme. Ketiga gaya bahasa ini memiliki perbedaan yang sangat tipis, dan terkadang perbedaan tersebut bahkan tidak terlihat. Sarkasme memiliki arti “berbicara dengan kepahitan” sehingga kata-kata yang digunakan cenderung akan dapat menyakiti hati lawan bicaranya karena kurang enak didengar (Keraf, 2005: 143). Contoh penggunaan gaya bahasa sarkasme dalam stiker humor di daerah Surakarta. Rupamu bagus rapi, sayang ambumu wedhus. Pada kalimat tersebut, yang merupakan gaya bahasa sarkasme adalah kata wedhus. Kata tersebut mengandung makna ejekan, mengolok-olok dan menimbulkan rasa sakit hati. Makna dari kata wedhus itu sendiri adalah kambing. Kata tersebut ditujukan pada 4 enklitik -mu yang mengacu pada rupamu. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa penulis menganggap –mu (lawan tutur) memiliki bau yang tidak sedap, yang disamakan dengan bau seekor kambing. Alasan peneliti memilih judul ini karena gaya bahasa yang digunakan dalam stiker humor di daerah Surakarta sangat tajam, khas dan langsung mengena pada perasaan. B. Rumusan Masalah Terdapat dua permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini. 1. Bagaimana bentuk gaya bahasa sarkasme dalam stiker humor di daerah Surakarta? 2. Bagaimana modus penggunaan gaya bahasa sarkasme dalam stiker humor di daerah Surakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ada dua. 1. Mendeskripsikan bentuk gaya bahasa sarkasme dalam stiker humor di daerah Surakarta. 2. Mengidentifikasi modus penggunaan gaya bahasa sarkasme dalam stiker humor di daerah Surakarta. 5 D. Manfaat Penelitian Pada dasarnya penelitian dilakukan untuk memperoleh suatu manfaat. Manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat teoritis Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu linguistik khususnya tentang gaya bahasa sarkasme. 2. Manfaat praktis a. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penggunaan gaya bahasa sarkasme khususnya dalam stiker humor. b. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan hal yang sama yaitu gaya bahasa sarkasme. E. Daftar Istilah 1. Gaya bahasa Gaya bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis untuk memperoleh efek-efek tertentu (Kridalaksana, 2009: 70). 6 2. Stiker Stiker merupakan lembaran kecil kertas atau plastik yang ditempelkan (Purwadarminta, 2007: 1146). 3. Humor Humor merupakan kemampuan merasai sesuatu yang lucu atau yang menyenangkan (Kridalaksana, 2007: 428).