Analisis Yuridis Transaksi di Luar Bursa Dengan Perbandingan G-20 OTC Derivatives Market Reforms Awang, Wenny Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum Kekhususan Hukum Ekonomi [email protected] Abstrak Skripsi ini membahas mengenai pengaturan pasar luar bursa (over the counter) khususnya dalam lingkup pasar derivatif luar bursa. Di Indonesia transaksi atas pasar derivatif luar bursa difasilitasi oleh Sistem Perdagangan Alternatif yang difasilitasi oleh pihak Bursa Berjangka. Latar belakang dilakukannya komitmen bersama negara anggota G-20 atas over the counter derivatives market reform, awalnya disebabkan oleh krisis finansial Amerika Serikat pada tahun 2008 dimana salah satu faktornya ialah perdagangan atas CDS (Credit Default Swap) dan CDO (Collateral Debt Obligation) di pasar derivatif luar bursa. Dengan tujuan pembentukan pasar derivatif luar bursa yang lebih transparan dan efisien, G-20 OTC derivatives market reform diawasi perkembangan pelaksanaannya oleh Financial Stability Board (FSB) dan IOSCO dengan time frame tertentu untuk tiap aspeknya. Aspek yang diperlukan pembaharuan dalam skripsi ini penulis bagi menjadi 4 macam yaitu: Central Counterparty, Organized Platform Trading, Standardized Product, dan Trade Repository. Penulisan ini dibuat untuk melihat sudah sejauh mana Indonesia sebagai anggota G-20 melakukan implementasi atas OTC Derivatives Market Reform dibandingkan dengan negara anggota lainnya seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang. Kata kunci: G-20 OTC Derivatives Market Reforms, transaksi di luar bursa, pasar derivatif luar bursa, Sistem Perdagangan Alternatif. JURIDICAL ANALYSIS OF OVER THE COUNTER TRANSACTION WITH G-20 OTC DERIVATIVES MARKET REFORM COMPARISON Abstract This thesis discussed on regulation of the OTC (over the counter) transaction especially in a scope of OTC derivatives. In Indonesia, for OTC derivatives trading are held outside the main platform and facilitated by the future exchange called “sistem perdagangan alternatif”. One of the issues background of commitment made by G-20 to reforming the OTC market derivatives reform, was financial crisis that happened in 2008 caused by the unregulated OTC derivatives transaction like CDS (Credit Default Swap) and CDO (Collateral Debt Obligation). With the aims and goals for the greater OTC derivatives market, G-20 OTC derivatives market reform supervised by the Financial Stability Board (FSB) and International Organization of Securities Commission (IOSCO) with the time frame objective for certain aspect of reforming target. The aspects that writer researched are include: trade repository, central counterparty, standardized product, and organized platform trading for OTC derivatives market. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 Keywords: Derivative, over the counter, G-20 OTC derivatives Market Reform, Sistem Perdagangan Alternatif. Pendahuluan Pasar modal (capital market) adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan berjangka panjang yang bisa diperjualbelikan dan dipindahtangankan, baik saham (ekuiti), reksa dana, surat utang (obligasi), maupun intrumen derivatif atau turunan serta instrumen lainnya.1 Untuk instrumen jangka pendek seperti deposito, surat berharga komersial, dan instrumen terkait lainnya diperdagangkan di pasar uang.2 Dalam melakukan perdagangan di Bursa Efek, para pihak yang akan melakukan perdagangan efek baik sebagai emiten atau sebagai investor diwakili oleh perantara pedagang efek dari Perusahaan Efek yang telah memperoleh izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan serta telah terdaftar sebagai anggota bursa di Bursa Efek.3 Dalam melakukan perdagangan tersebut harus sesuai dengan ketentuan bursa dimana transaksi harus dilakukan dengan teratur, wajar dan efisien dan harus dilaksanakan melalui Bursa Efek. Bursa Efek sebagai penyelenggara kegiatan perdagangan efek harus menyediakan sarana pendukung serta mengawasi seluruh kegiatan anggota dari bursa agar tercipta perdagangan yang teratur dan efisien sebagaimana yang diamanatkan dalam undang-undang. Kegiatan perdagangan di dalam bursa tersebut terkoordinir dan berada dalam pengawasan otoritas yang berwenang. Namun selain perdagangan yang dilakukan di Bursa Efek, di Indonesia juga dikenal transaksi efek yang dilakukan di luar Bursa Efek atau lebih dikenal dengan perdagangan di luar bursa dan disebut juga over the counter.4 Keberadaan transaksi efek di luar bursa efek secara formal juga terdapat di Peraturan Bapepam-LK Nomor: III.A.10 tentang Transaksi Efek menyebutkan bahwa transaksi di luar bursa adalah transaksi antar perusahaan efek atau 1 Mohammad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal. 43. 2 Ibid., hal. 44. 3 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, UU No.8 Tahun 1995, LN No. 64 Tahun 1995, TLN. No. 3608, Ps. 1 Angka 15. 4 Istilah yang digunakan dalam Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) adalah transaksi Efek di luar bursa. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Keputusan Ketua Bapepam- LK tentang Transaksi Efek, Keputusan No. KEP-42/PM/1997 (Peraturan No. III.A.10) Pasal I huruf (d). Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 antar perusahaan efek atau antara perusahaan efek dengan pihak lain yang tidak diatur oleh bursa efek, dan transaksi antar pihak yang bukan perusahaan efek. Jenis transaksi efek yang lain adalah transaksi di luar bursa, yaitu transaksi antar perusahaan efek atau antara perusahaan efek dengan pihak lain yang tidak diatur oleh bursa efek, dan transaksi antar pihak yang bukan perusahaan efek.5 Transaksi di luar bursa dilaksanakan tanpa menggunakan sistem perdagangan BEI atau JATS (Jakarta Automated Trading System). Pasar negosiasi pada transaksi bursa dan transaksi di luar bursa memiliki kemiripan dalam proses tawar menawar dan penyelesaian yang dilakukan oleh para pihak sendiri, namun kesepakatan yang tercapai pada pasar negosiasi diproses melalui JATS, berbeda dengan kesepakatan transaksi di luar bursa yang tidak dimasukan dalam JATS. Dari segi penyelesaian, KSEI dalam Peraturan Jasa Kustodian (Keputusan Direksi PT Kustodian Sentral Efek Indonesia Nomor: Kep-016/Die/Ksei/1209) membedakan antara pemindahbukuan efek bersifat ekuitas dan/ atau dana untuk penyelesaian transaksi bursa yang proses kliringnya dilakukan per transaksi (pasar negosiasi) dan pemindahbukuan efek untuk penyelesaian transaksi di luar bursa.6 Sosialisasi mengenai transaksi di luar bursa atas saham perusahaan tercatat masih belum optimal dilakukan kepada masyarakat terutama kalangan investor. Sosialisasi oleh OJK maupun ketiga SRO (Self Regulatory Organization) yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI), Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) selama ini hanya ditujukan pada hal pengenalan BEI terutama terhadap ketentuan mengenai order, fraksi, autorejection, dan hal lain yang ditetapkan oleh BEI.7 Pendapat lain dari pasar luar bursa menurut pengertian di pasar modal secara umum adalah pasar yang tidak memiliki tempat tertentu bagi pertemuan pembeli dan penjual dalam melakukan transaksi.8 Di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Singapura, OTC Market pada umumnya berisiko tinggi karena masih tergolong perusahaan yang belum 5 Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Keputusan Ketua Bapepam-LK Tentang Transaksi Efek, Keputusan No. KEP-42/PM/1997 (Peraturan No. III.A.10) Pasal 1 huruf (d). 6 Kustodian Sentral Efek Indonesia, Keputusan Direksi PT Kustodian Sentral Efek Indonesia tentang Perubahan Peraturan Jasa Kustodian Sentral, Keputusan No. KEP_016/DIR/KSEI/1209 (Peraturan Jasa Kustodian Sentral). Pasal 8.2.1 dan Pasal 8.3.1. 7 Bursa Efek Indonesia, “Mekanisme Perdagangan Saham”, http://www.idx.co.id/id- id/beranda/tentangbei/mekanismeperdagangan/saham.aspx . Diunduh 4 maret 2014 . 8 Tim Studi Pengawasan Transaksi di Luar Bursa di Indonesia, “Studi Tentang Pengawasan Transaksi di Luar Bursa di Pasar Modal Indonesia”, Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal Tahun 2003, hal. 20. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 tergolong stabil. Selaras dengan definisi dari Black Law Dictionary, menyebutkan bahwa “The largest securities market in the US. OTC trading takes place between dealers over the phone, rather than via an exchange. Transactions are regulated by the National Association of Securities Dealers”.9 Pengertian lainnya berdasarkan realdictionary, “A stock exchange where securities transactions are made via telephone and computer rather than on the floor of an exchange.”10 Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan OTC Market di beberapa pasar modal dunia seperti Amerika Serikat adalah pelengkap bagi bursa utama dan efek yang diperjualbelikan tersebut, dilaksanakan oleh para broker yang telah memiliki jaringan antara satu sama lain baik melalui komputer maupun telepon. Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 5 Undang-Undang Pasar Modal, efek yang diperdagangkan di bursa adalah surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek, yang mana semua instrumen tersebut sudah diperdagangkan di bursa. Terkait transaksi derivatif di dalam bursa efek, berdasarkan Surat Keputusan Bapepam No. Kep.07/PM/2003 telah menetapkan derivatif atas efek yang diperdagangkan di bursa efek, ditambah dengan penerbitan atas Peraturan Bapepam No. III. E. 1 Tentang Konrak Berjangka dan Opsi atas Efek atau Indeks Efek. Perdagangan kontrak derivatif juga dapat dilaksanakan di pasar modal karena masuk kedalam lingkup pengaturan dari pasar modal. Kontrak berjangka didefinisikan oleh Bapepam-LK sebagai suatu perjanjian yang mewajibkan para pihak untuk membeli atau menjual sejumlah underlying yang dimaksud adalah efek, indeks efek, sekumpulan efek atau indeks sekumpulan efek yang menjadi dasar transaksi kontrak.11 Instrumen derivatif diperdagangkan di bursa lainnya yaitu PT. Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), yang mendapat izin secara resmi dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) pada tanggal 21 November 2000 dan mulai resmi memulai perdagangan pertamanya sejak tanggal 15 Desember 2008.12Bursa Berjangka merupakan badan usaha yang 9 http://thelawdictionary.org/over-the-counter-OTC-market/. Diunduh 5 Maret 2014. 10 www.realdictionary.com/OTC-Market-Definition. Diunduh 5 maret 2014. 11 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasr Modal Nomor KEP- 39/PM/2003 tentang Kontrak Berjangka dan Opsi Atas Efek atau Indeks Efek. Pasal 1 huruf (b). 12 Bappebti. http://www.bappebti.go.id/?pg=edukasi_artikel_detail&edukasi_artikel_id=15, diunduh 5 April 2014. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/ sarana untuk kegiatan jual beli komoditi berdasarkan kontrak berjangka dan opsi atas kontrak berjangka.13 Indonesia sendiri mengadopsi transaksi derivatif luar bursa yang disebut sebagai SPA (Sistem Perdagangan Alternatif) dengan pengaturan Peraturan Kepala Bappebti Nomor: 88/BAPPEBTI/Per/01/2011 tentang Sistem Pengawasan Tunggal (Supervisory System) dan Sistem Perdagangan dalam Transaksi Sistem Perdagangan Alternatif, yang menjelaskan mengenai pengaturan atas perdagangan dalam SPA. Maraknya transaksi luar bursa atas kontrak derivatif tersebut yang diharapkan perlunya pengaturan yang lebih komprehensif atas pasar derivatif luar bursa. Berdasarkan data yang diperoleh dari BBJ pada bulan Juli 2013, kontrak Sistem Perdagangan Alternatif (SPA) menjadi penyumbang terbesar dengan porsi mencapai 95,27% dari keseluruhan volume transaksi semester 1. Menurut Kepala Peneliti Monex Investindo, data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menunjukkan, sumbangan dari kontrak SPA adalah yang terbesar dengan nilai 12,8 juta lot, naik 276,23% dibandingkan dengan semester pertama tahun lalu. Di BBJ, produk yang berkontribusi mendongkrak SPA adalah kontrak emas Loco London sebesar 1,5 juta lot atau 11,75% dari keseluruhan volume SPA semester I ini. Kontrak multilateral menduduki peringkat kedua dalam bursa berjangka dengan volume 634.808, naik 11,31% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang bervolume 570.314 lot.14 Maraknya transaksi luar bursa atas produk derivatif di Indonesia belum serumit dan sekompleks seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang dan negara G-20 lainnya. Hingga pada sekitar pertengahan 2008, Amerika dilanda krisis subprime mortgage dan memuncak pada September 2008, suku bunga rendah yang ditetapkan The Fed (Bank Sentral AS) dimanfaatkan oleh perusahaan developer dan perusahaan pembiayan perumahan,15 rumah-rumah yang dibangun oleh developer dan dibiayai oleh perusahaan pembiayaan perumahan yang kemudian dijual lagi sebagai subprime mortgage melakukan 13 Indonesia, Undang-Undang tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, UU No.32 Tahun 1997, LN No. 93, TLN No. 3720 Pasal 1 angka 3. 14 PT. Kliring Berjangka Indonesa “ SPA Jadi Penyumbang Terbesar”, http://www.ptkbi.com/info/berita-terkini/852-spa-jadi-penyumbang-terbesar.html diunduh 23 juni 2014. 15 Nezky, Mita, “Pengaruh Krisis Ekonomi Amerika Serikat Terhadap Bursa Saham dan Perdagangan Indonesia,” Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan (Januari 2013), hal. 90. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 sekuritisasi kembali atas piutang dan hutang tersebut menjadi CDO dan CDS.16 Implikasi dari pasar derivatif luar bursa kemudian berdampak secara global. Oleh dasar pemikiran tersebut kemudian G-20 dengan komitmen secara bersama-sama mencanangkan “G-20 OTC Derivatives Reform” dengan rumusan untuk beberapa asepek sesuai yang disepakati para petinggi G-20 di Pittsburgh: “All standardized OTC Derivative contracts should be traded on exchanges or electronic trading platforms. All standardized OTC derivaties should be cleared through central counterparties (CCPs). OTC derivative contracts should be reported to trade repositories. Non-centrally cleared contracts should be subject to higher capital requirements. We ask the FSB and its relevant members to asses regularly implementation and whether it is sufficient to improve transparency in the derivatives markets, mitigate systemic risk, and protect against market abuse.”17 Dalam menjalankan rencana G-20 OTC Derivatives Reform, G-20 dibantu oleh FSB (Financial Stability Board) untuk memantau implementasi perkembangan pembaharuan sesuai dengan tujuan bersama dari G-20, CPSS (Committee on Payment and Settlement Systems) dan IOSCO (International Organization of Securities Commissions) untuk menerapkan prinsip atas Financial Market Infrastructure, BCBS (Basel Committee on Banking Supervision) dan IOSCO melakukan pengawasan dalam perkembangan atas prasyarat margin untuk non centrally cleared derivatives. Atas dasar pemikiran tersebut, penulis akan melakukan kajian dalam penelitian ini mengenai ANALISIS PERBANDINGAN YURIDIS G-20 OTC TRANSAKSI DERIVATIVES DI LUAR MARKET BURSA DENGAN REFORMS dengan berpedoman kepada jurnal hukum internasional yang diterbitkan oleh G-20 sebagai landasan penerapan aspek-aspek pembaharuan dalam pasar derivatif luar bursa serta ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian, diharapkan agar pada bagian akhir dari penelitian ini, penulis dapat menarik suatu kesimpulan dari pokok permasalahan yang akan dijabarkan pada bagian berikutnya, serta memberikan saran yang dapat menjadi masukan bagi aspek hukum transaksi luar bursa khususnya dalam transaksi derivatif. 16 Pembahasan mengenai krisis finansial Amerika Serikat dan instrument derivatif terkait seperti CDO, dan CDS akan dibahas lebih lanjut di BAB III. 17 Financial Stability Board, Implementing OTC Derivatives Market Reforms (25 Oktober 2010), Hal. 8. Diunduh 25 Oktober 2014 Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Transaksi di Luar Bursa (Over The Counter) berdasarkan pengaturan di Indonesia? 2. Bagaimana prosedur pembaharuan pasar derivatif luar bursa berdasarkan panduan G-20 OTC Derivatives Market Reform? 3. Bagaimana perbandingan implementasi aturan G-20 OTC Derivatives Market Reform antara Indonesia dengan negara anggota lainnya? Tujuan umum dari penelitian ini ialah Melalui penulisan mengenai Analisis Yuridis Terhadap Transaksi di Luar Bursa dengan komparasi terhadap aturan G-20 OTC Derivatives Market Reform, diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan dan wawasan mengenai ketentuanketentuan tentang mekanisme transaksi efek dan derivatif dalam transaksi di luar bursa (over the counter), dan menguji apakah aturan mengenai G- 20 OTC Derivatives Market Reform diperlukan dalam pasar derivatif luar bursa Indonesia. Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengaturan dan mekanisme transaksi di luar bursa (over the counter) berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia; 2. Untuk mengetahui bentuk mekanisme dan pengawasan dalam transaksi di luar bursa di Indonesia dengan studi komparasi mengacu kepada panduan G-20 OTC Derivatives Market Reform. Tinjauan Teoritis Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Anggota Bursa Efek adalah perantara pedagang efek yang telah memperoleh izin usaha dari OJK dan mempunyai hak untuk mempergunakan sistem dan atau sarana bursa efek sesuai dengan peraturan bursa efek.18 18 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, UU No. 8 Tahun 1995, LN No. 64 Tahun 1995, TLN. No. 3608, Pasal 1 Angka 2. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 2. Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.19 3. C-BEST adalah sistem penyelenggaraan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi efek secara pemindahbukuan yang dilakukan secara otomasi dengan menggunakan sarana komputer.20 4. E-CLEARS adalah sistem on-line yang dimiliki dan dioperasikan oleh KPEI guna mendukung proses kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa secara cepat, aman dan akurat. Seluruh tahapan kegiatan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi ekuiti yang meliputi validasi transaksi bursa, netting, novasi, positioning, hingga proses pelaporan dilakukan melalui sistem e-CLEARS. Sistem yang berbasis web ini menghubungkan KPEI, anggota kliring dan kustodian sentral (KSEI) secara online.21 5. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan.22 6. Transaksi efek di luar bursa, sekuritas yang diperdagangkan di luar bursa.23 7. Derivatif dari efek, turunan dari efek, baik efek yang bersifat utang maupun yang bersifat ekuitas, seperti waran dan opsi.24 8. Perdagangan berjangka komoditi, segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli Komoditi dengan penarikan Margin dan dengan penyelesaian kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/ atau Kontrak Derivatif lainnya.25 19 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, UU No. 8 Tahun 1995, LN No. 64 Tahun 1995, TLN No. 3608, Pasal 1 Angka 4. 20 Kustodian Sentral Efek Indonesia. Keputusan Direksi Pt. Kustodian Sentral Efek Indonesia tentang Perubahan Peraturan Jasa Kustodian Sentral, Keputusan No. KEP-016/DIR/KSEI/1209 (Peraturan Jasa Kustodian Sentral), Pasal 1.1. 21 Kliring Penjaminan Efek Indonesia, “Sekilas Tentang Layanan KPEI,” http://www.kpei.co.id/servicesolution.aspx, diunduh 13 April 2014. 22 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, UU No. 8 Tahun 1995, LN No. 64 Tahun 1995, TLN. No. 3608, Pasal 1 Angka 5. 23 Investopedia, “Over the Counter (OTC)”, http://www.investopedia.com/terms/o/OTC.asp, diunduh 13 April 2014. 24 Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal, UU No.8 Tahun 1995, LN No. 64 Tahun 1995, TLN. No. 3608, Penjelasan Psasal 1 Angka 5. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 9. Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka, badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/ atau sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi Perdagangan Berjangka.26 10. Sistem Perdagangan Alternatif, adalah sistem perdagangan yang berkaitan dengan jual beli kontrak derivatif selain kontrak berjangka dan kontrak derivatif syariah, yang dilakukan di luar bursa berjangka, secara bilateral dengan penarikan margin yang didaftarkan ke Lembaga Kliring Berjangka.27 Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatif.28Metode penelitian kepustakaan (normatif) yaitu dilakukan dengan melalui studi kepustakaan terhadap data sekunder atau terhadap norma-norma dan hukum tertulis. Norma-norma atau hukum tertulis tersebut dalam penelitian ini adalah peraturan dasar, ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat, undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan-keputusan, bahan hukum yang tidak dikodifikasi, yurisprudensi, traktat, dan bahan hukum lain yang memiliki kekuatan mengikat dalam masyarakat.29 1. Bahan hukum primer, yaitu bahan yang isinya mempunyai kekuatan mengikat kepada masyarakat, seperti peraturan norma dasar, peraturan dasar, ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, undang-undang, peraturan pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, bahan hukum yang tidak dikodifikasi, yurisprudensi, traktat, dan bahan hukum lain yang memiliki kekuatan mengikat dalam masyarakat.30 25 Indonesia, Undang-undang Perdagangan Berjangka Komoditi, UU No. 10 Tahun 2011, LN No. 79 Tahun 2011, Pasal 1 Angka 1. 26 Indonesia, Undang-undang Perdagangan Berjangka Komoditi, UU No. 10 Tahun 2011, LN No. 79 Tahun 2011, Pasal 1 Angka 9. 27 Indonesia, Undang-undang Perdagangan Berjangka Komoditi, UU No. 10 Tahun 2011, LN No. 79 Tahun 2011, Pasal 1 Angka 10. 28 Soerjono Soekant dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, ed. 1, cet.12, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 14. 29 Sri Mamudji et. al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, cet. 1, (Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal. 4. 30 Ibid., hal. 30. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi atau halhal yang berkaitan dengan isi bahan hukum primer serta implementasinya. Contoh: rancangan undang-undang, laporan penelitian, artikel ilmiah, buku, makalah berbagai pertemuan ilmiah, laporan penelitian, skripsi, artikel ilmiah, makalah berbagai pertemuan ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi. Dalam penelitian ini terutama banyak digunakan artikel-artikel hasil penelusuran internet yang sebagian besar didapat dari situs-situs resmi seperti BEI (www.idx.co.id), situs resmi OJK (www.ojk.go.id), Bappebti (www.Bappebti.go.id) dan lain-lain. 3. Bahan hukum tersier yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, maupun sekunder. Contoh: abstrak, bibliografi, buku pegangan, buku petunjuk, buku tahunan, ensiklopedia, indeks, artikel, kamus, penerbitan pemerintah, sumber biografi, sumber geografi dan timbangan buku.31 Penelitian ini dilakukan dengan memakai yuridis normatif. Pada pendekatan yuridis normatif, hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.32 Cara pendekatan yang digunakan dalam suatu penelitian normatif akan memungkinkan seorang peneliti untuk memanfaatkan hasil-hasil temuan ilmu hukum empiris dan ilmu-ilmu lain untuk kepentingan dan analisis serta ekspalansi tanpa mengubah karakter ilmu hukum sebagai ilmu normatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan undang- undang atau statute approach. Suatu penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan perundang-undangan. Karena yang diteliti adalah berbagai aturan yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian. Untuk itu peneliti harus melihat hukum sebagai sistem tertutup yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: a. Comprehensive artinya norma-norma hukum yang ada di dalamnya terkait satu dengan lain secara logis. b. All-Inclusive bahwa kumpulan norma hukum tersebut cukup mampu menampung permasalahan hukum yang ada, sehingga tidak ada kekurangan hukum. 31 Ibid., hal 30-31. 32 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Press, 2006), hal.18. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 c. Systematic bahwa disamping bertautan antara satu dengan yang lain, normanorma hukum tersebut juga tersusun secara hierarkis.33 Metode analisis data yang dipakai adalah metode analisis data kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan analisis data kualitatif adalah data cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, apa yang dinyatakan sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan dan umum.34 Sedangkan tipe penelitian yang digunakan merupakan deskriptif evaluatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi suatu gejala. Sementara dalam penelitian ini berusaha digambarkan bagaimana konsep transaksi luar bursa atas saham dan derivatif khususnya instrumen finansial, terutama dengan perbandingan terhadap implementasi acuan G-20 OTC Derivatives Market Reform. Untuk penelitian ini pengumpulan data-data dilakukan melalui : 1) Studi dokumen: Studi dokumen adalah alat pengumpulan data melalui data tertulis dengan menggunakan “content analysis”. 2) Wawancara Wawancara adalah alat pengumpul data yang menggali pertanyaan baik dengan panduan (pedoman) wawancara maupun kuesioner (daftar pertanyaan). Dalam Penelitian yang menggunakan penelitian kepustakaan sekalipun, penulis dapat melakukan wawancara kepada narasumber atau informasi untuk menambah dan melengkapi informasi dalam penelitian ini yang dilakukan kepada pihak OJK dan Bappebti. . Hasil Penelitian Hasil penelitian dari skripsi ini adalah didapatkannya pemahaman mengenai penerapan G-20 OTC Derivatives Market Reforms terhadap pasar derivatif luar bursa di Indonesia yang dikenal dengan sebutan Sistem Perdagangan Alternatif (SPA) dimana Indonesia sudah 33 Johnny Ibrahum, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, cet. 2, (Malang : Bayumedia Publishing, 2006), Hal. 302-303. 34 Op.cit., hal. 67. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 melaksanakan pembaharuan di ketiga aspek utama dan masih dibutuhkan peningkatan di aspek keempat terkait trade repository. Pembahasan Penerapan Standarisasi Produk di pasar luar bursa derivatif Indonesia Di Indonesia, satuan dari produk derivatif telah dilakukan standarisasi dengan baik. Indonesia sendiri telah menyelenggarakan bursa perdagangan dengan produk derivatif yang terstandarisasi sejak tahun 2003 di Bursa Efek Surabaya dengan perdagangan berbasis indeks saham yang didasarkan pada indeks LQ-45 BEJ, dan Bursa Efek Jakarta yang memperdagangkan kontrak berjangka saham yang disebut KOS (Kontrak Opsi Saham).35 Saat ini BEI hanya memperdagangkan kontrak derivatif atas efek dan derivatif keuangan (saham, obligasi, indeks saham indeks obligasi, currency, interest rate, dan instrumen keuangan lainnya). Sedangkan bursa derivatif lainnya yang menyelenggarakan perdagangan derivatif ialah BBJ (Bursa Berjangka Jakarta) dan BKDI (Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia) yang memperdagangkan derivatif atas produk komoditi. Pasar derivatif luar bursa BBJ atau SPA telah memiliki standarisasi atas kontrak yang diperdagangkan di luar bursa berdasarkan ketentuan dari pasal 2 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi No : 109/ BAPPEBTI/ PER/ 01 /2014 yang menetepkan standarisasi dan jenis kontrak tertentu yang dapat diperdagangkan di SPA yaitu kontrak atas indeks saham, kontrak atas mata uang asing dan kontrak atas komoditi, isi pasalnya ialah sebagai berikut : “ Kontrak derivatif dalam Sistem Perdagangan Alternatif yang dikaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : memiliki referensi harga yang terpercaya dari pasar derivatif lain yang dapat diakses secara terus menerus, paling sedikit diminati oleh 2 (dua) Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif, memiliki spesifikasi dan standar; dan memiliki kemanfaatan ekonomi sebagai sarana pengalihan risiko.” 35 Hinsa Siahaan, “ Perkembangan Peran Pasar Derivatif Membantu Peningkatan Efisiensi Pasar Keuangan Indonesia,” Jurnal Keuangan dan Moneter Volume 9 Nomor 3 (2007), hal. 74. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 Ketentuan lain mengenai kontrak derivatif yang diperdagangkan di SPA juga memiliki standarisasi dari segi waktu, sesuai ketentuan pasal 3 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi No: 109/ BAPPEBTI/ PER/ 01/ 2014 : “ Bursa Berjangka wajib melakukan evaluasi dan pengkajian terhadap kontrak derivatif dalam Sistem Perdagangan Alternatif yang telah disetujui oleh Bappebti sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) setiap 1 (satu) tahun.” Indonesia sendiri telah melalui langkah pembaharuan atas pasar derivatif luar bursa dengan melakukan amandemen melalui penerbitan Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi No : 95/ BAPPEBTI/ PER/ 06/2012 dan Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi No: 109/ BAPPEBTI/ PER/ 01/ 2014 yang memberikan pengaturan atas kontrak derivatif yang harus memenuhi standarisasi untuk diperdagangkan di SPA. Namun rumusan dari Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi No: 109/ BAPPEBTI/ PER/ 01/ 2014 tersebut tidak memberikan penjabaran atas spesifikasi tertentu atas standar dari kontrak derivatif namun hanya menjelaskan bahwa kontrak tersebut harus disetujui oleh Bappebti dan dilakukan pengkajian berkala setiap 1 tahun. Penerapan Kliring Sentral di pasar derivatif luar bursa Indonesia Di Indonesia, proses kliring atas kontrak derivatif yang diperdagangkan di bursa efek Indonesia (BEI) dilakukan oleh KPEI, baik atas kontrak derivatif indeks efek36 maupun kontrak derivatif atas opsi saham.37 Untuk transaksi derivatif yang dilakukan di SPA, fungsi kliring dilakukan oleh Kliring Berjangka Indonesia (KBI) sesuai dengan isi pasal 1201 huruf (a) ayat (1) Peraturan Tata Tertib Kliring Berjangka Indonesia No : PTT-DSP-001 REV.04/03 : “ Kegiatan kliring transaksi jual beli kontrak derivatif dalam SPA hanya dapat dilakukan oleh Anggota Kliring Pedagang Penyelenggara SPA yang selanjutnya disebut Penyelenggara SPA dan Anggota Kliring Pialang Peserta SPA yang selanjutnya disebut sebagai Peserta SPA.” 36 Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia, No. Kep-005/DIR/KPEI/0505, pasal 2 huruf (d). 37 Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia, No. Kep-006/DIR/KPEI/0505 pasal 2 huruf (b). Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 KBI bertindak sebagai kliring sentral dalam transaksi SPA, dimana secara tidak langsung setiap transaksi yang diperdagangkan di SPA harus melalui Penyelenggara SPA ataupun Peserta SPA yang diwajibkan terdaftar sebagai anggota kliring (AK) sesuai ketentuan pasal 1 angka 2 jo. pasal 1 angka 3 Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi No : 95/ BAPPEBTI/ PER/ 06/2012. Indonesia sendiri tidak memiliki kewajiban atas mandatory clearing terhadap produk kontrak derivatif yang terstandarisasi dan diperdagangkan di luar bursa derivatif. Namun prasyarat untuk kliring atas kontrak derivatif di Indonesia telah terfasilitasi dengan ketentuan dari pasal 1 angka 2 jo. Pasal 1 angka 3 Perka Bappebti No : 95/BAPPEBTI/PER/06/2012. Dimana setiap nasabah yang hendak bertransaksi di SPA harus melalui Peserta SPA atau Penyelenggara SPA yang terdaftar sebagai Anggota Kliring (AK). Penerapan Organized Platform Trading di pasar derivatif luar bursa Indonesia Sesuai dengan acuan dari G-20 yang mensyaratkan transaksi di luar bursa harus dilaksanakan dalam organized platform trading, transaksi derivatif di luar bursa SPA memiliki standarisasi baik dalam pengawasan, penyelenggara, kontrak yang diperdagangkan, dan mekanisme transaksi elektronik. Indonesia tidak memiliki klasifikasi atas pasar derivatif di luar bursa seperti Amerika Serikat yang memiliki organized platform trading tertentu untuk produk swap, mengenai klasifikasi atas platform perdagangan atas derivatif luar bursa, tiap negara memiliki kebutuhan dan kriteria masing-masing sesuai dengan kebutuhan pasar tiap negara anggota.38 Namun dalam bentuk pengawasan Indonesia sendiri sudah mengaplikasikan Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor : 88/BAPPEBTI/Per/01/2011 Tentang Sistem Pengawasan Tunggal (Supervisory System dan Sistem Perdagangan Dalam Transaksi Sistem Perdagangan Alternatif) yang telah mengadopsi sistem pengawasan terpadu secara elektronik oleh Bappebti, Bursa Berjangka, dan Lembaga Kliring Berjangka terhadap integritas pasar dan integritas keuangan dalam transaksi SPA. Penerapan Trade Repository di pasar derivatif luar bursa Indonesia Informasi yang wajib diawasi atau sebagai tindakan pengawasan kepada Bursa Berjangka dari penyelenggara SPA ialah informasi berupa : rentang harga (spread) dan batas toleransinya, transaksi yang dilakukan di dalam jam perdagangan, kuotasi dan sumber 38 Berdasarkan wawancara kepada Pak Bekti Anuwar, Kepala Subdivisi Pengawasan Perdagangan Efek Sektor Rill DIrektorat Transaksi dan Lembaga Efek, Otoritas Jasa Keuangan, pada 11 Juni 2014. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 datanya, maksimum lot per transaksi dan transaksi tidak menimbulkan kecurigaan terhadap tindakan pencucian uang,39 sedangkan informasi yang wajib dilaporkan oleh Bursa Berjangka kepada Bappebti berdasarkan pasal 25 ayat (2) huruf e Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi No : 95/ BAPPEBTI/ PER/ 06/ 2012 sebagai berikut : 1. Laporan kegiatan transaksi harian secara elektronik; 2. Laporan rekapitulasi transaksi bulanan anggota bursa secara elektronik sesuai dengan formulir Nomor I. SPA.40, yang wajib disampaikan paling lambat hari perdagangan kelima bulan berikutnya; 3. Laporan kegiatan tahunan termasuk laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik disertai pendapat dari akuntan tersebut yang wajib disampaikan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal akhir tahun buku bagi laporan tahunan tersebut. 4. Laporan pelanggaran dan sanksi yang dikenakan terhadap anggotanya wajib disampaikan paling lambat hari perdagangan berikutnya; 5. Laporan peristiwa tertentu antara lain kerusakan sistem perdagangan dan pengawasan yang wajib disampaikan paling lambat pada hari perdagangan yang sama. Tetapi belum ada suatu realisasi sistem elektronik untuk menyempurnakan pusat pelaporan elektronik terhadap transaksi derivatif luar bursa. Indonesia sendiri dimana peserta perdagangan alternatif harus melaporkan perdagangan derivatif di luar bursa secara berkala kepada bursa berjangka. Indonesia belum mengadopsi regulasi dimana setiap derivatif yang diperdagangkan dan melalui proses kliring sentral oleh CCP secara real-time (langsung) untuk melalui proses mandatory reporting kepada suatu tempat (storage) informasi yang dikelola oleh partisipan pasar. Indonesia sendiri akan melakukan pre-eliminary study terkait perumusan undang-undang untuk sistem perdagangan alternatif, masih dalam proses perencanaan mengenai diperlukannya pusat informasi yang terbuka dan dapat diakses secara transparan untuk para partisipan pasar yang bertransaksi di pasar derivatif luar bursa.40 39 Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi No : 95/ BAPPEBTI/ PER/ 06/ 2012, Pasal 25 ayat (2). 40 Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Ibu Sri Hariyati, Divisi Hukum Bappebti yang dilakukan pada 20 Juni 2014. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 Kesimpulan 1. Dari pembahasan mengenai transaksi di luar bursa dapat diklasifikasikan atas transaksi diluar bursa atas efek, transaksi luar bursa atas kontrak derivatif di Bursa Efek Indonesia dan transaksi atas kontrak derivatif di luar bursa perdagangan berjangka yang disebut dengan Sistem Perdagangan Alternatif. Tidak terdapat peraturan khusus yang mengatur mengenai transaksi di luar bursa atas saham perusahaan tercatat yang mencakup berbagai macam transaksi salah satunya ialah yang dapat difasilitasi oleh KSEI. Untuk transaksi derivatif yang dilakukan di Bursa Efek Indonesia hanya dapat dilaksanakan di dalam bursa utama dan untuk produk yang disediakan oleh pihak Bursa Efek Indonesia sendiri mencakup derivatif Kontrak Opsi Saham (KOS) dan Kontrak Berjangka Indeks Efek (KBIE). Bursa Perdagangan Berjangka Jakarta meliputi kontrak berjangka atas olein, kontrak berjangka emas, Kontrak Gulir Emas (KGE), dan Kontrak gulir Indeks Emas (KIE). Bursa Berjangka menyediakan suatu pasar derivatif yang dilaksanakan di luar bursa utama yang disebut dengan Sistem Perdagangan Alternatif yang menyediakan produk atas kontrak atas indeks saham, kontrak atas komoditi, dan kontrak atas mata uang asing. 2. Standarisasi yang dirancang oleh G-20 kepada negara anggoranya terbatas pada transaksi luar bursa atas produk derivatif. G-20 dibantu oleh FSB, IOSCO, CPSS dan BCBS untuk memantau implementasi perkembangan pembaharuan sesuai teori pembaharuan pasar derivatif luar bursa yang telah ditetapkan oleh G-20. 3. Indonesia sudah melaksanakan pembaharuan atas pasar derivatif luar bursa atau dikenal dengan Sistem Perdagangan Alternatif terhadap aspek Standarisasi Produk, Pembentukan Central Counterparties, dan Organized Platform Trading. Untuk Aspek terakhir atau Trade Repository belum tersedia dan akan dilaksanakan penelitian terhadap aspek tersebut oleh Bappebti pada 2015 mendatang. Saran 1. Bappebti sebagai pihak pengawas dari perdagangan berjangka seharusnya memberikan pengaturan yang lebih maksimal dalam menyediakan peraturan atas pasar derivatif luar bursa di Indonesia, salah satunya dengan pembentukan atas Trade Repository. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 2. Diperlukannya penyempurnaan terhadap aspek standarisasi produk dimana masih belum ada kriteria yang baku dan terbuka yang dapat diakses oleh partisipan pasar dan pihak terkait lainnya. Daftar Referensi Buku Buffet, Warren E. “The Superinvestors of Graham and Doddsville”, The Intelligent Investor. New York: Harper Bussiness Essentials, 2003. Harahap, M. Yahya. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Hariyani, Iswi. et.al. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal: Strategi Tepat Investasi Saham, Obligasi, Waran, Right, Opsi, Reksadana, dan Produk Pasar Modal Syariah. Cet.1. Jakarta: Visi Media, 2010. Mamudji, Sri. et.al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Cet.1. Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005. Nasarudin, M. Irsan. et.al. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Ed.1. Cet.5. Jakarta: Prenada Media Group, 2004. Samsul, Mohammad. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif. Ed.1. Cet.12. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010. Stephan Ross, Randolph Westerfield, dan Bradford Jordan. Pengantar Keuangan Perusahaan (Corporate Finance Fundamentals), diterjemahkan oleh Ali Akbar, Rafika Yuniasih dan Christine. Jakarta: Penerbit Salemba, 2009. Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed.2. Cet.2. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Tjiptono Darmaji dan Hendy M. Fakhruddin. Pasar Modal di Indonesia (Pendekatan Tanya jawab). Cet.2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2008. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 Widoatmodjo, Sawidji. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Cet.4. Jakarta : PT Gramedia Jakarta, 2007. Yuhassarie, Emmy. Perseroan Terbatas dan Good Corporate Governance. Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2004. Peraturan Perundang-Undangan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Keputusan Ketua Bapepam-LK Tentang Transaksi Efek. Keputusan No. KEP-42/PM/1997. Peraturan No. III.A.10. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Keputusan Bapepam-LK Tentang Keterbukaan Informasi Pemegang Saham Terbatas. Keputusan No. KEP- 82/PM/1996. Peraturan Nomor X.M.1 Bursa Efek Indonesia. Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas. Keputusan No. Kep-00005/BEI/01-2011. Peraturan BEI Nomor II-A. Dodd Frank Act (H.R. 5660), Commodity Echange Act Amend. Indonesia, Undang-Undang Pasar Modal. UU No.8 Tahun 1995. LN No. 64 Tahun 1995. TLN No. 3608. Indonesia, Undang-Undang Perseroan Terbatas. UU. No. 40 Tahun 2007. LN No. 106 Tahun 2007. TLN. No. 4756. Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. LN No. 64 Tahun 1995. TLN No. 3608. Indonesia, Undang-Undang tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, UU No.10 Tahun 2011, LN No. 93 , LN No. 79 , TLN. No. 5232 . Japan Amandment of The Financial Instrument and Exchange Act 2012 (FIEA). Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal KEP-40/PM/1997. Tentang Prosedur Penyediaan Dokumen Bagi Masyarakat di Pusat Pasar Modal. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014 Kustodian Sentral Efek Indonesia. Keputusan Direksi PT Kustodian Sentral Efek Indonesia tentang Perubahan Peraturan Jasa Kustodian Sentral. Keputusan No. KEP_016/DIR/KSEI/ 1209. Peraturan Jasa Kustodian Sentral. Peraturan Kepala Bappebti Nomor : 88/BAPPEBTI/Per/01/2011 tentang Sistem Pengawasan Tunggal (Supervisory System) dan Sistem Perdagangan dalam Transaksi Sistem Perdagangan Alternatif. Peraturan Kepala Bappebti Nomor : 90/BAPPEBTI/Per/09/2011 tentang Penetapan Jenis Kontrak Derivatif dalam sistem Perdagangan Alternatif yang dilaporkan ke Bursa Berjangka dan didaftarkan ke Lembaga Kliring Berjangka. Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi No : 109/ BAPPEBTI/ PER/ 01 /2014. Peraturan Bapepam Nomor III.E.1 tanggal 31 Oktober 2003 tentang Kontrak Berjangka dan Opsi atas Efek atau Indeks Efek. Peraturan Bapepam-LK No. III.C.7 tentang Sub Rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Peraturan Tata Tertib Kliring Berjangka Indonesia No : PTT-DSP-001 REV.04/03. PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia. Keputusan Direksi PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia tentang Jasa Kliring dan Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa Tanpa Warkat. Keputusan No. SK- 001/KPEI/0299. Peraturan Nomor II-1. PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia. Keputusan Direksi PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia mengenai Kliring Transaksi Bursa Tanpa Warkat. Keputusan No. Kep011/DIR/KPEI/0700. Peraturan Nomor II-5. Regulation (EU) No 648/ 2012 of The Regulation Parliament and of The Council of July 2012 on OTC derivatives, central counterparties and trade repositories (European Market Infrastructure Regulation). Surat Keputusan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi tentang Sistem Perdagangan Alternatif, Keputusan No.55/Kep/BAPPEBTI/2005. Analisis yuridis transaksi..., Awang Perkasa, FH UI, 2014