RAPERMEN Pelaksanaan Koordinasi Penataan Ruang

advertisement
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
NOMOR .... TAHUN 2017
TENTANG
PELAKSANAAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa penyusunan kebijakan, pelaksanaan, pembinaan,
dan pengawasan penyelenggaraan penataan ruang
nasional yang melibatkan peran berbagai sektor terkait
memerlukan keterpaduan dan keserasian penanganan
dalam satu wadah koordinasi nasional;
b. bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 34 dan Pasal 9
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang,
pelaksanaan
penyelenggaraan
urusan
pemerintahan dalam bidang penataan ruang dilakukan
oleh seorang Menteri yang bertugas dan bertanggung
jawab dalam pengaturan, pembinaan, dan pengawasan
penataan ruang; pelaksanaan penataan ruang nasional;
dan koordinasi penyelenggaraan penataan ruang lintas
sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan;
c. bahwa berdasarkan Pasal 2 huruf h Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2016 tentang
Pembubaran Badan Benih Nasional, Badan Pengendalian
Bimbingan Massal, Dewan Pemantapan Ketahanan
Ekonomi dan Keuangan, Komite Pengarah Pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus di Pulau Batam, Pulau Bintan,
dan Pulau Karimun, Tim Nasional Pembakuan Nama
Rupabumi, Dewan Kelautan Indonesia, Dewan Nasional
-2Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas,
Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional, dan Komisi
Nasional Pengendalian Zoonosis, dinyatakan bahwa
pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Koordinasi
Penataan Ruang Nasional dilaksanakan oleh kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria dan tata ruang;
d. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu
menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang
Pelaksanaan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Tahun 2008
Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4916);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5103);
5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaga Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
6. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang (Lembaran Negara
Tahun 2015 Nomor 18);
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2015 tentang Badan Pertanahan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 21);
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 116 Tahun
2016 tentang Pembubaran Badan Benih Nasional, Badan
Pengendalian Bimbingan Massal, Dewan Pemantapan
Ketahanan Ekonomi dan Keuangan, Komite Pengarah
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus di Pulau
Batam, Pulau Bintan, dan Pulau Karimun, Tim Nasional
Pembakuan Nama Rupabumi, Dewan Kelautan Indonesia,
Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas, Badan Koordinasi Penataan Ruang
-3Nasional, dan Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
342);
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
MEMUTUSKAN:
MENTERI
AGRARIA
DAN
TATA
Menetapkan : PERATURAN
RUANG/KEPALA
BADAN
PERTANAHAN
NASIONAL
TENTANG PELAKSANAAN KOORDINASI PENATAAN RUANG
NASIONAL
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang
laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
2. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi
sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
4. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya.
5. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
6. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang
meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan
pengawasan penataan ruang.
7. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi
penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
8. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan
struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata
-4ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya.
9. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
mewujudkan tertib tata ruang.
10. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
11. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang
dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
12. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan
urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan daerah otonom.
13. Pengaturan Penataan Ruang adalah upaya pembentukan
landasan hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat dalam penataan ruang.
14. Pembinaan Penataan Ruang adalah upaya untuk
meningkatkan
kinerja
penataan
ruang
yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.
15. Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya pencapaian
tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
16. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar penataan
ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
17. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
18. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang
termasuk masyarakat adat, korporasi, dan/atau pemangku
kepentingan nonpemerintah lain dalam penataan ruang.
BAB II
TUJUAN, FUNGSI, DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk menyelaraskan
berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan
terkait penataan ruang serta meningkatkan kapasitas
kelembagaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional.
-5Pasal 3
Peraturan Menteri ini berfungsi untuk mewadahi pelaksanaan
penataan ruang lintas sektor, lintas wilayah dan lintas
pemangku kepentingan yang meliputi:
a. kerjasama penataan ruang antar kementerian/lembaga;
b. kerjasama penataan ruang antar Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Orang, dan Masyarakat; dan
c. integrasi kebijakan dan sinkronisasi pemanfaatan ruang
lintas kementerian/lembaga yang meliputi ruang darat,
ruang laut, ruang udara dan ruang di dalam bumi.
Pasal 4
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. pembentukan tim koordinasi penataan ruang nasional;
b. tata kerja tim koordinasi penataan ruang nasional; dan
c. pembiayaan tim koordinasi penataan ruang nasional.
BAB III
PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENATAAN RUANG
NASIONAL
Pasal 5
(1) Pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional
dilakukan dengan membentuk Tim Koordinasi Penataan
Ruang Nasional.
(2) Tim Koordinasi Penataan Ruang Nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Tim Pengarah; dan
b. Kelompok Kerja (POKJA).
(3) Susunan Keanggotaan Tim Koordinasi Penataan Ruang
Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 6
(1) Tim pengarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(2) huruf a memiliki tugas untuk memberikan arahan atau
rekomendasi terhadap:
a. penyelesaian masalah penataan ruang di tingkat
nasional;
b. penataan ruang yang bersifat lintas sektor, lintas
wilayah, dan lintas pemangku kepentingan;
c. pemaduserasian berbagai peraturan perundangundangan yang terkait dengan penataan ruang;
-6d. pemaduserasian penatagunaan tanah,penatagunaan
sumber daya alam lainnya, dan pemanfaatan ruang
dengan Rencana Tata Ruang;
e. perumusan potensi kebijakan kerja sama penataan
ruang antarnegara; dan
f. upaya peningkatan kapasitas kelembagaan Pemerintah
dan Pemerintah Daerah dalam penataan ruang.
(2) Tim Pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Ketua Tim Pengarah, mengkoordinasikan pelaksanaan
koordinasi penataan ruang nasional dengan Anggota
Tim Pengarah dan POKJA.
b. Wakil Ketua I, membantu Ketua Tim Pengarah dalam
koordinasi hubungan antar kementerian/lembaga.
c. Wakil Ketua II, membantu Ketua Tim Pengarah dalam
sinkronisasi
perencanaan
dan
pelaksanaan
pembangunan nasional.
d. Wakil Ketua III, membantu Ketua Tim Pengarah dalam
pembinaan kapasitas kelembagaan Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah.
e. Sekretaris
Tim
Pengarah,
memberi
dukungan
kesekretariatan dalam pelaksanaan
tugas-tugas
koordinasi penataan ruang nasional.
f. Anggota Tim Pengarah, memberi dukungan substansial
dalam pelaksanaan tugas-tugas koordinasi penataan
ruang nasional.
Pasal 7
Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Tim Pengarah
membentuk Sekretariat dengan tugas dan tata kerja yang
diatur lebih lanjut oleh Sekretaris Tim Pengarah.
Pasal 8
(1) POKJA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf
b memiliki lingkup pelaksanaan tugas:
a. melaksanakan koordinasi pembahasan penataan ruang
lintas sektor, lintas daerah, dan lintas pemangku
kepentingan;
b. melaksanakan
koordinasi
dengan
pemangku
kepentingan dalam rangka penyelesaian sengketa dan
konflik pemanfaatan ruang;
c. melaksanakan pemaduserasian berbagai peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan penataan
ruang;
d. melaksanakan pemaduserasian penatagunaan tanah,
penatagunaan sumber daya alam lainnya, dan
pemanfaatan ruang dengan Rencana Tata Ruang;
-7e. melaksanakan perumusan potensi kebijakan kerja
sama penataan ruang antarnegara;
f. melaksanakan
upaya
peningkatan
kapasitas
kelembagaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dalam penataan ruang;
g. melaksanakan pengumpulan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam rangka penyelesaian sengketa dan
konflik pemanfaatan ruang;
h. membantu
Tim
Pengarah
dalam
perumusan
rekomendasi penyelesaian sengketa dan konflik
pemanfaatan ruang;
i. mengagendakan dan menyiapkan bahan pelaksanaan
rapat koordinasi penataan ruang nasional;
j. menyiapkan pelaporan hasil pelaksanaan pekerjaan
kepada Tim Pengarah; dan
k. melaksanakan tugas–tugas lain yang diberikan oleh
Ketua Tim Pengarah.
(2) POKJA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Ketua;
b. Wakil Ketua I;
c. Wakil Ketua II;
d. Anggota Tetap; dan
e. Anggota Tidak Tetap.
(3) Penugasan Anggota Tidak Tetap POKJA sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d dilakukan berdasarkan
kebutuhan.
(4) Penugasan Anggota Tidak Tetap POKJA sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditunjuk dengan Surat Tugas Ketua
POKJA.
BAB IV
TATA KERJA TIM KOORDINASI PENATAAN RUANG
NASIONAL
Bagian Kesatu
Penanganan Isu Penataan Ruang Nasional
Pasal 9
(1) Tim Koordinasi Penataan Ruang Nasional dapat menerima
permohonan arahan dan rekomendasi dari para pemangku
kepentingan yang menyangkut isu penataan ruang
nasional.
(2) Tim Koordinasi Penataan Ruang Nasional dapat memberikan
arahan dan rekomendasi terhadap isu penataan ruang nasional.
-8Pasal 10
(1) Sekretariat menerima surat permohonan arahan dan
rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1).
(2) Apabila surat permohonan sesuai dengan tugas dan fungsi
Tim Koordinasi Penataan Ruang Nasional maka Sekretariat
melaporkan surat permohonan kepada Ketua POKJA dan
tembusan kepada Tim Pengarah.
(3) Apabila surat permohonan tidak sesuai dengan tugas dan
fungsi Tim Koordinasi Penataan Ruang Nasional maka
Sekretariat dapat meneruskan surat permohonan kepada
pihak
terkait
dan/atau
tidak
memproses
surat
permohonan lebih lanjut.
Pasal 11
Dalam rangka pelaksanaan pembahasan sesuai dengan muatan
surat permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
Ketua POKJA memilih Anggota POKJA Tetap dan Anggota POKJA
Tidak Tetap.
Pasal 12
(1) Ketua Tim Pengarah dapat memberikan arahan dan
rekomendasi sebagai dasar bagi pemangku kepentingan
dalam pengambilan kebijakan, strategi, program, dan/atau
langkah strategis di bidang penataan ruang berdasarkan
surat usulan.
(2) Ketua Tim Pengarah dapat menugaskan Wakil Ketua I,
Wakil Ketua II, Wakil Ketua III, dan/atau Anggota Tim
Pengarah terkait untuk membantu Ketua Tim Pengarah
dalam memberikan arahan dan rekomendasi sebagai dasar
bagi pemangku kepentingan dalam pengambilan kebijakan,
strategi, program, dan/atau langkah strategis di bidang
penataan ruang.
Pasal 13
(1) POKJA mengadakan pembahasan sesuai arahan Ketua Tim
Pengarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1).
(2) Pembahasan POKJA dipimpin oleh Ketua POKJA dan
dihadiri oleh Wakil Ketua I, Wakil Ketua II, Anggota Tetap,
dan Anggota Tidak Tetap.
(3) Dalam hal Ketua POKJA berhalangan hadir pada rapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka rapat dapat
dipimpin oleh Wakil Ketua I dan/atau Wakil Ketua II
setelah mendapatkan arahan dari Ketua POKJA.
-9(4) Apabila pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat menghasilkan keputusan, maka POKJA dapat
membuat Berita Acara pembahasan POKJA.
(5) Apabila pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
belum dapat menghasilkan keputusan, maka POKJA dapat
kembali melaksanakan pembahasan maksimal 3 (tiga) kali
untuk menghasilkan keputusan.
(6) Berita Acara POKJA disampaikan kepada Ketua Tim
Pengarah dalam bentuk laporan pelaksanaan tugas dan
surat usulan untuk bahan penyusunan rekomendasi
sebagai dasar bagi pemangku kepentingan dalam
pengambilan kebijakan, strategi, program, dan/atau
langkah strategis di bidang penataan ruang.
(7) Ketua Tim Pengarah menetapkan rekomendasi hasil
pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
Pasal 14
(1) Ketua POKJA menyampaikan laporan pelaksanaan tugas
POKJA kepada Ketua Tim Pengarah secara berkala setiap 3
(tiga) bulan atau sewaktu-waktu bila diperlukan, dengan
tembusan kepada semua anggota Tim Pengarah dan
anggota POKJA.
(2) Ketua POKJA mengkoordinasikan penyusunan laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Bagian Kedua
Rapat Koordinasi
Pasal 15
(1) Dalam rangka pelaksanaan koordinasi penataan ruang
nasional, Tim Koordinasi Penataan Ruang Nasional
mengadakan Rapat Koordinasi.
(2) Pelaksanaan Rapat Koordinasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. Rapat Koordinasi Tim Pengarah; dan
b. Rapat Koordinasi Penataan Ruang Nasional.
Pasal 16
(1) Rapat Koordinasi Tim Pengarah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (2) huruf a dilaksanakan 2 (dua) kali
dalam setahun, dipimpin oleh Ketua Tim Pengarah dan
dihadiri oleh anggota Tim Pengarah dan POKJA Tetap.
(2) Dalam hal Ketua Tim Pengarah berhalangan hadir pada
Rapat Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
maka rapat koordinasi dapat dipimpin oleh Wakil Ketua I,
Wakil Ketua II, Wakil Ketua III, atau Sekretaris Tim
- 10 Pengarah setelah mendapatkan arahan dari Ketua Tim
Pengarah.
(3) Rapat Koordinasi Tim Pengarah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. Rapat Awal Tahun; dan
b. Rapat Akhir Tahun.
(4) Rapat Awal Tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a dilaksanakan untuk mengidentifikasi prioritas
penanganan isu penataan ruang.
(5) Rapat Akhir Tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b dilaksanakan untuk mengevaluasi hasil kinerja
Tim Koordinasi Penataan Ruang Nasional.
Pasal 17
(1) Rapat Koordinasi Penataan Ruang Nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) huruf b dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan laporan dan isu
yang dibahas dalam Rapat Tim Pengarah dan/atau
pembahasan POKJA.
(2) Tim Koordinasi Penataan Ruang Nasional memfasilitasi
Rapat Koordinasi Penataan Ruang Nasional.
(3) Hal-hal yang terkait bentuk dan mekanisme fasilitasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diputuskan dalam
Rapat Koordinasi Tim Pengarah.
(4) Hasil Rapat Koordinasi Penataan Ruang Nasional
disampaikan kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah
terkait.
BAB V
PEMBIAYAAN TIM KOORDINASI PENATAAN RUANG
NASIONAL
Pasal 18
Pembiayaan koordinasi penataan ruang nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf c dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
- 11 BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Peraturan Menteri
diundangkan.
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
SOFYAN A. DJALIL
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN …...... NOMOR ….
- 12 LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
NOMOR .... TAHUN 2017
TENTANG
KEANGGOTAAN TIM KOORDINASI PENATAAN
RUANG NASIONAL
KEANGGOTAAN TIM KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL
JABATAN
NO.
JABATAN
DALAM TIM
1
2
3
1.
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional;
Ketua
2.
Deputi
Bidang
Perencanaan
Koordinasi
Infrastruktur
dan
Pengembangan
Wilayah,
Kemenko Perekonomian;
Deputi
Bidang
Pengembangan
Regional,
Kementerian
Perencanaan
Pembangunan
Nasional/BAPPENAS;
Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah,
Kementerian Dalam Negeri;
Wakil Ketua I
TIM PENGARAH
3.
4.
5.
6.
7.
Direktur Jenderal Tata Ruang, Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional;
Direktur Jenderal Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dan Penguasaan Tanah, Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional;
Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Perekonomian,
Setkab;
Wakil Ketua II
Wakil Ketua III
Sekretaris
Anggota
Anggota
8.
Deputi Informasi Geospasial Tematik, BIG;
Anggota
9.
Direktur Jenderal Penanganan Masalah Agraria,
Pemanfaatan Ruang dan Tanah, Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional;
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian,
Kementan;
Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan, Kementerian LH dan Kehutanan;
Anggota
12.
Sekretaris Jenderal, Kementerian ESDM;
Anggota
13.
Sekretaris Jenderal, Kementerian Perhubungan;
Anggota
14.
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang
Kementerian Kelautan dan Perikanan;
Laut,
Anggota
15.
Direktur
Jenderal
Hukum
Internasional, Kemenlu;
Perjanjian
Anggota
10.
11.
dan
Anggota
Anggota
- 13 16.
Direktur Jenderal Strategi Pertahanan, Kemenhan;
Anggota
17.
Kepala
Badan
Pengembangan
Infrastruktur
Wilayah, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan,
Badan Nasional Penanggulangan Bencana;
Deputi Bidang Pengelolaan Potensi Kawasan
Perbatasan, Badan Nasional Pengelola Perbatasan;
Direktur
Jenderal
Pengembangan
Kawasan
Transmigrasi, Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi;
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Industri Pariwisata, Kementerian Pariwisata; dan
Anggota
Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan
Industri, Kementerian Perindustrian.
POKJA
Anggota
18.
19.
20.
21.
22.
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
ANGGOTA TETAP
1.
2.
Direktur Jenderal Tata Ruang, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
Direktur Pemanfaatan Ruang, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
Ketua
Wakil Ketua I
3.
Asdep Bidang Penataan Ruang dan Kawasan Wakil Ketua II
Strategis Ekonomi, Kemenko Perekonomian;
4.
Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS;
Anggota
5.
Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan
Daerah I, Kementerian Dalam Negeri;
Anggota
6.
Direktur Perencanaan Tata Ruang, Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional;
Direktur Penataan Kawasan, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
Direktur Pembinaan Perencanaan Tata Ruang dan
Pemanfaatan Ruang Daerah, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
Direktur
Pengendalian
Pemanfaatan
Ruang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
Direktur
Penertiban
Pemanfaatan
Ruang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
Asdep
Bidang
Percepatan
Infrastruktur
Pengembangan Wilayah dan Industri, Setkab; dan
Anggota
Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas, BIG.
Anggota
7.
8.
9.
10.
11.
12.
ANGGOTA TIDAK TETAP (sesuai dengan kebutuhan)
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
- 14 -
Download