Kontribusi Politik Masyarakat Muslim

advertisement
Kontribusi Politik Masyarakat Muslim Terhadap
Partai Islam (Studi Terhadap Partai Keadilan Sejahtera di Kota Tanjung Balai)
Oleh:
Fatimah & Maulidya Mora Matondang1
Abstrak
Partai Keadilan Sejahtera merupkan Partai yang berasaskan Islam yang dulunya di kenal
PK. Partai ini di bentuk pada masa Era Reformasi pada tanggal 20 April 2002. Partai ini
bisa mengambil hati masyarakat nasional di ajang pemilu dengan memberikan warna baru
model politik Islam di Indonesia dengan mengintegrasikan dakwah dan politik menjadi
kesatuan gerakan yang berkasan. Ini juga terjadi di Dapil 3 Kota Tanjungbalai PKS berhasil
meraih 1 kursi pada Pemilihan Legislatif pada tahun 2009. Namun pada pemilu legislatif
tahun 2014 PKS tidak mendapatkan kursi seperti tahun 2009, dan perolehan suara yang
di diperoleh PKS menurun. Hal tersebut dikarenakan Presiden PKS yaitu Luthfi Hasan
Ishaq terkena kasus hukum. Selanjutnya disebabkan menurunnya pensosialisasian PKS
terhadap masyarakat. PKS belum mampu mengatasi kendala finansial dan minimnya nya
kader Partai dan faktor eksternalnya ialah karena masyarakat lebih mementingkan faktor
sosial dan ekonomi. Selanjutnya prospek PKS kedapannya, jika dilihat dari apa yang akan
dilakukan pengurus PKS untuk kedepannya sama dengan harapan masyarakat kepada
PKS. Jika pengurus PKS mampu melakukan apa yang diharapkan masyarakat, maka
prospek kedepannya PKS lebih baik dan bisa memenangkan pemilu selanjutnya dari pada
tahun sebelumnya.
Term Kunci: Kontribusi, Politik, Partai Keadilan Sejahtera
Pendahuluan
Kontribusi Muslim dalam bidang politik telah menghiasi percaturan politik di
Indonesia, tercatat sejak tahun 1929 Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) berdiri sebagai
wadah untuk merebut kemerdekaan dari penjajah. 2Kontribusi politik merupakan hal yang
menarik untuk diperhatikan, terbukti dengan banyaknya para ilmuan yang meneliti tentang
hal ini. Dengan perkembangannya demokrasi banyak muncul kelompok masyarakat yang
juga ingin mempengaruhi proses pengambilan keputusan mengenai kebijakan umum . Dilihat
dari kontribusi masyarakat yang lebih besar dalam aktivitas politik yaitu pada pemilu. 3
Berkembangnya aspirasi baru dalam suatu masyarakat, yang disertai dengan
kebutuhan terhadap kontribusi politik lebih besar, dengan sendirinya menuntut pelembagaan
sejumlah saluran baru, diantaranya melalui pembentukan partai politik (Parpol) baru. Dengan
1
Fatimah adalah Dosen dan Ketua Prodi Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN SU & Maulidya Mora
Matondang adalah Mahasiswa Program Pasca Sarjana Hukum Islam UIN-SU dan Staff Prodi Siyasah Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN SU
2
3
Faisal Ismail, Pijar-Pijar Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996), h. 115.
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 367.
pembentukan Partai Politik maka di harapkan masyarakat lebih mudah menyampaikan
aspirasinya.
Sistem kepartaian yang kokoh, sekurang-kurangnya memiliki dua kapasitas. Pertama,
melancarkan kontribusi/partisipasi politik melalui jalur partai, sehingga dapat mengalihkan
segala bentuk aktivitas politik anomik dan kekerasan. Kedua, mencakup dan menyalurkan
kontribusi sejumlah kelompok yang baru dimobilisasi, yang dimaksudkan untuk mengurangi
kadar tekanan kuat yang dihadapi oleh sistem politik.4 Dengan demikian, sistem kepartaian
yang kuat menyediakan organisasi-organisasi yang mengakar dan prosedur yang melembaga
guna mengasimilasikan kelompok-kelompok baru ke dalam sistem politik.
Partai Keadilan Sejahtera merupakan salah satu partai yang lahir di era reformasi,
partai yang berbasiskan Islam, di dominasi oleh para aktivis kampus yang kebanyakan
berafiliasi pada Ikhwanul Muslimin, sebuah organisasi Islam ideologis multi-nasional,
berpusat di Mesir dengan tokohnya Hasan Al-Banna.5
Lahirnya Partai Keadilan Sejahtera (untuk selanjutnya di singkat PKS) tidak bisa lepas
dari peranan Partai Keadilan. Pernyataan ini bukan tanpa bukti. Pada 20 Juli 1998 PKS
berdiri dengan nama awal Partai Keadilan (disingkat PK) dalam sebuah konferensi pers di
Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Presiden (ketua) partai ini adalah
Nurmahmudi Isma'il.
Antara partai politik yang lahir dari reformasi di Indonesia (1998), Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) memberikan “warna baru” model politik Islam di Indonesia melalui kaedah
dakwah dalam pembangunan insaniah diranah politik. Sepanjang sepuluh tahun lebih
aktivitasnya sebagai salah satu partai Islam, PKS yang sebelumnya dikenal partai PK mampu
mengintegrasikan dakwah dan politik menjadi kesatuan gerakan yang berkesan. Kehadiran
PKS telah mengisi ruang kosong Islam Poilitik dengan “isi” yang berbeda dari model Islam
politik.6
Dilihat dari sepak terjangnya, PKS adalah partai politik yang mampu bertahan dan
memiliki kecenderungan naik perolehan suaranya dalam pemilu ketimbang partnernya,
partai-partai Islam atau berbasis umat Islam. Kesuksesan tersebut tidak terlepas dari
eksistensi PKS sebagai partai Islam yang berbasis kader.7 Ini terbukti pada Pemilu tahun
2004, PKS bangkit meraih 7,34 persen suara atau sekitar 45 dari total 550 kursi di parlemen,8
melalui mesin politiknya yang efektif dan militan. Sebagai kader yang berbasis ideologi Islam,
kehadiran PKS membawa kecemasan tersendiri bagi kalangan sekuler dan dunia
Internasional ketimbang partner politik lainnya, seperti PPP maupun PBB.
Berbekal jargon: “Peduli, bersih, dan profesional,” PKS berhasil menaikkan perolehan
suara di Pemilu 2009 dengan total 7,88 persen suara pemilih atau urutan keempat. PKS pun
mendapatkan 57 kursi di parlemen. PKS telah menjelma partai Islam terbesar. Suaranya
4
Fitriyulianti, Partai Politik di Indonesia, “http.://ppmi.tripod.com/Mahasisw.html.akses 5 Februari 2007.
Pramono U. Tanthowi, Kebangkitan Politik Kaum Santri , (Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban, 2005), h.
Xxxii-xxxiii.
6 Warjio, Politik Pembangunan Islam (Medan; Perdana Publishing, 2013), h. 69.
7 Ahmad Dzakirin, Tarbiyah siyasiyah (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011), h. 110.
8 Tim Divaro dan Yugha, Profil Partai Politik Peserta Pemilu (Jakarta: Erlangga, 2014), h. 71.
5
mengungguli partai-partai Islam lainnys seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai
Persatuan Pembangunan (PPP).9
Sebagai partai politik Islam, PKS sukses menegaskan jati diri mereka sebagai kekuatan
politik Islam baru dan alternatif dari pelbagai institusi sosial politik umat Islam yang
terfragmentasi dalam kubu tradisional dan modernis.10
Begiu juga yang terjadi di kota Tanjungbalai Asahan, tepatnya di Dapil 3 yang terbagi
pada dua kecamatan yaitu kecamatan Teluk Nibung dan kecamatan Sei Tualang Raso pada
pemilu legisatif 2009 PKS juga berhasil memenangkan 1 kursi di DPRD Kabupaten/Kota.
Calonnya yang bernama Afrizal Zulkarnaen berhasil menduduki bangku dilegislatif untuk
periode 2009-2013.
Namun berbeda dengan pemilu legislatif 2014 kali ini bagi partai PKS. Untuk pemilu
kali ini PKS di Kota Tanjungbalai tidak ada mendapatkan kursi, dan begitu juga di Dapil 3
serta perolehan suara pada Dapil 3 ini menurun dari pemilu yang sebelumnya. Penulis
melakukan wawancara dengan Sekretaris KPU kota Tanjungbalai, beliau mengatakan pada
Pemilu 2009 PKS berhasil menduduki bangku legislatif yang calonnya berasal dari Dapil 3,
namun pada Pemilu 2014 di kota Tanjungbalai kemarin PKS tidak berhasil menduduki salah
satu kursi yang ada dilegislatif dan perolehan suara pada tahun 2014 terhadap PKS
menurun.11
Ini merupakan satu keberuntungan yang sangat disayangkan, karena dengan
berkurangnya calon legislatif yang berasal dari partai yang berbasis Islam maka, aspirasi yang
diinginkan oleh umat Islam kurang di tanggapi dan terealisasikan. Sehingga menyebabkan
masyarakat khususnya umat Islam kurang di perhatikan.
Berdasarkan uraian masalah diatas, maka menghantarkan penulis untuk melakukan
penelitian yang berhubungan dengan kontribusi politik masyarakat muslim terhadap PKS,
dimana penulis mengambil lokasi penelitian di Dapil 3 yang terbagi kepada dua kecamatan
yaitu kecamatan Sei. Tualang Raso dan Kecamtan Teluk Nibung yang dimana di Dapil 3 ini
merupakan kecamatan yang mayoritas Islam dan banyaknya simpatin dari PKS sendiri, dan
terbukti pada pemilu legislatif tahun 2009 salah satu kader PKS berhasil memperoleh suara
yang mencukupi duduk di bangku legisatif. Namun pada pemilu tahun 2014, dukungan
politik terhadap PKS khususnya dilegislatif menurun, sehingga tidak ada satupun kadernya
yang bisa duduk di bangku legislatif di kota Tanjung Balai.
Maka dari itu tujuan untuk melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Kontribusi Politik Masyarakat Muslim terhadap Partai Islam. Beranjak dari masalah ini
penulis merasa tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Kontribusi Politik Masyarakat
Muslim Terhadap Partai Islam (Studi Terhadap Partai Keadilan Sejahtera di Kota Tanjung
Balai)”
Kontribusi Politik
Kontribusi Politik secara bahasa, partisipasi 12 adalah perihal turut berperan serta
dalam suatu kegiatan, keikut sertaan atau peran serta. Peran politik terkait erat dengan
9
Ibid, Tim Divaro dan Yugha, Profil Partai Politik Peserta Pemilu, h.72.
Ahmad Dzakirin, Tarbiyah siyasiyah (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011), h. 111.
11 Wawancara dengan sekretaris KPU Kota Tanjungbalai, di Kantor KPU 16 Maret 2015.
12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 831.
10
aktivitas-aktivitas politik mulai dari peranan para politikus profesional, pemberian suara,
aktivitas partai sampai demonstrasi. Secara umum apa-apa saja yang menjadi indikator bagi
peran atau kontribusi politik adalah menarik apa yang ditawarkan Rush dan Althoff
mengenai hierarki peran atau kontribusii politik. Anggota masyarakat suatu negara mempnyai
hak-hak tertentu yang juga harus diperhatikan oleh negara melalui aktifitas pemerintahannya.
Menurut Michel Rush dan Philp Althop menjelaskan kontribusi poitik adalah
keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik. 13
Menurut Ramlan Surbakti kontribusi politik merupakan keikutsertaan warga negara biasa
dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya.14
Samuel P. Huntington dan Joan Nelson dalam No Easy Choice : Political kontribution
in Developing Contries, “kontribusi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai
pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh
pemerintah. Kontribusi atau partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau
spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif
atau tidak efektif.15
Budiardjo kontribusi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk
ikut secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara dan
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pmerintah (public policy).16
Almond17, mengklasifikasikan kegiatan kontribusi atau partisipasi dengan pendekatan
menjadi dua, yaitu kontribusi konvensional dan kontribusi non konvensional. Bentuk
kontribusi politik konvensional adalah bentuk partisipasi yang normal dalam demokasi
modern seperti pemberian suara, aktivitas diskusi politik, kegiatan kampanye, aktivitas
membentuk dan bergabung dengan kelompok kepentingan lain, dan komunikasi individu
dengan pejabat politik. Sedangkan non konvensional termasuk yang beberapa mungkin legal
maupun ilegal penuh kekerasan dan revolusioner.
Sementara Milbrath dan Goel 18 membedakan kontribus menjadi beberapa teori.
Pertama adalah apatis, yaitu orang yang menarik diri dari proses politik. Kedua adalah
spektator yakni orang yang setidak-tidaknya pernah ikut dalam pemilihan umum. Ketiga
gladiator yaitu orang-orang yang secara aktif terlibat dalam proses politik yakni sebagai
komunikator dengan tugas khusus mengadakan kontak tatap muka, aktivis partai dan pekerja
kampanye serta aktivis masyarakat. Keempat pengkritik yaitu orang yang berpartisipasi dalam
bentuk yang tidak konvensional.
Berdasarkan dari beberapa defenisi yang dikemukakan, kontribus masyarakat
menekankan pada keikut sertaan individu maupun kelompok masyarakat untuk melakukan
kegiatan politik secara aktif. Dimana setiap anggota masyarakat seyoganya memberikan suara
13
Michel Rush & Phillip Althof, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 3.
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 25.
15 Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, “No Easy Choice: Political Participation in Developing
Countries”, dalam Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik: Suatu Pengantar (Jakarta: PT Gramedia, 1981),h.2.
16 Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 9.
14
17
Almond dalam Mochtar Masoed, Perbandingan Sistem Politik (Jogyakarta: Gajah Mada University Press, 2001),
18
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 183.
h. 67.
dalam pemilihan, dan juga ikut memberikan kontribusi dengan suka rela dalam pelaksanaan
pemberian suara dalam pemilihan tanpa pengaruh paksaan dari siapapun.
Sejarah Partai Keadilan Islam
Pasca lengsernya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998, elite KAMMI mulai
mempertimbangkan untuk mendirikan partai politik Islam.Perkembangan Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) pada perguruan tinggi semakin meluas pada setiap daerah di Indonesia.
Maka, seiring dengan semakin tingginya tuntutan kepada LDK agar tidak selalu
mengkonsentrasikan geraknya ke dalam kampus dan lebih memberikan kontribusi
mengglobal, maka pada 14-15 Ramadhan 1406 atau 24-25 Mei 1986, diselenggarakan acara
Sarasehan LDK yang merupakan embrio dari Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus
(FS-LDK). Pada pertemuan FS-LDK ke-10 di Malang, Jawa Timur pada 25-29 Mei 1998,
sebagian aktivitas forum tersebut mengumumkan berdirinya Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAMMI).
Para kader utama KAMMI akhirnya membuat semacam survei internal untuk
mengetahui opini di dalam tubuh gerakan itu sendiri. Hasil survei membuktikan bahwa
mayoritas aktivis KAMMI setuju untuk mendirikan partai yang kemudian diberi nama Partai
Keadilan. Pada 20 Juli 1998, berdiri Partai Keadilan (disingkat PK) dalam sebuah konferensi
pers di Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Presiden partai ini adalah Nur
Mahmudi Ismail.19
Pada Pemilu 1999, PK tampil sebagai kekuatan politik baru yang cukup
diperhitungkan. Berbeda dengan partai Islam lain yang masih bergantung pada figur yang
kuat, PK muncul dengan organisasi modern, transparan, dan kader-kader terpelajar. Pada
pemilu pertama di era Reformasi yang diakan pada tanggal 7 Juni 1999. PK sendiri terbukti
gagal memperoleh batas minimal suara (electoral treshold) sebagai syarat mengikuti Pemilu
selanjutnya. Ketutupan PK menjadi salah satu penyebab anjloknya suara di Pemilu. Hanya
meraih 1,36 persen dari total suara pemilih atau sekitar 1,4 juta pemilih dan mendapat
durutan ketujuh.
Gagal mencapai electoral treshold membuat PK harus bersalin nama menjadi Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) pada April 2002. Pada 2 Juli 2003, PKS menyelesaikan seluruh
proses pertivikasi Departemen Hukum dan HAM di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah dan
Dewan Pimpinan Daerah. Sehari kemudian, PK bergabung dengan PKS. Penggabungan ini
sekaligus menandai hak milik PK menjadi milik PKS. Dengan penggabungan ini maka Partai
Keadilan (PK) resmi brubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Pada Pemilu 2004, Hidayat Nur Wahid (Presiden PKS yang sedang menjabat)
kemudian terpilih sebagai ketua MPR masa bakti 2004-2009 dan mengundurkan diri dari
jabatannya sebagai Presiden PK Sejahtera. Pada Sidang Majelis Syuro I PKS pada 26 - 29 Mei
2005 di Jakarta, Tifatul Sembiring terpilih menjadi Presiden PK Sejahtera periode 2005-2010.
Tifatul Sembiring dipercaya oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menteri Komunikasi
dan Informatika. Maka estafet kepemimpinan pun berpindah ke Luthfi Hasan Ishaq sebagai
Presiden PK Sejahtera. Pada Sidang Majelis Syuro PKS II pada 16 - 20 Juni 2010 di Jakarta,
19
Tim Divaro dan Yugha. Profil Partai Politik Peserta Pemilu, (Jakarta: Erlangga, 2014), h. 71.
Luthfi Hasan Ishaq terpilih menjadi Presiden PK Sejahtera periode 2010-2015.20 Dan saat ini
Luthfi Hasan Ishaq digantikan dengan Anis Matta karena Luthfi Hasan Ishaq tersandung
kasus suap impor daging sapi.
Dilihat dari sepak terjangnya, PKS adalah partai politik yang mampu bertahan dan
memiliki kecenderungan naik perolehan suaranya dalam pemilu ketimbang partnernya,
partai-partai Islam atau berbasis umat Islam. Kesuksesan tersebut tidak terlepas dari
eksistensi PKS sebagai partai Islam yang berbasis kader.21 Ini terbukti pada Pemilu tahun
2004, PKS bangkit meraih 7,34 persen suara atau sekitar 45 dari total 550 kursi di
parlemen,22 melalui mesin politiknya yang efektif dan militan. Sebagai kader yang berbasis
ideologi Islam, kehadiran PKS membawa kecemasan tersendiri bagi kalangan sekuler dan
dunia Internasional ketimbang partner politik lainnya, seperti PPP maupun PBB.
Struktur Kepengurusan DPD PKS Tanjung Balai
Seiring dengan berjalannya waktu Partai Keadilan Sejahtera terus berkembang dan
melaju terus, pantang mundur meskipun disana sini banyak halangan dan rintangan yang
menghadang. Pada awal 2004 DPD Partai Keadilan Sejahtera Tanjung Balai di deklarasikan
sebagai konsekuensi pemekaran Kota Tanjung Balai. DPD PKS Tanjung Balai dalam waktu
relatif singkat menunjukkan keberhasilan kerja-kerja nyata di masyarakat hal ini dibuktikan
dalam pemilihan legislatif Tahun 2004 DPD PKS Tanjung Balai memperoleh satu kursi di
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjung Balai masa bakti 2004-2013.
Untuk menjaankan amanah yang diemban partai DPW PKS Sumatera Utara
mengukuhkan kepengurusan DPD PKS Tanjungbaai. Kader-kader yang memiliki kapabilitas
untuk mengemban amanah diangkat menjadi pengurus DPD PKS. Rekrutmen pengurus
dilakukan oleh ketua DPD terpilih bersama formatur menyusun kepengurusan (memilih
pengurus harian tetap) dan bahwa untuk mekanisme rekrutmen kepengurusan di tingkat
kecamatan dan kelurahan disesuaikan dengan AD/ART Partai.
Adapun struktur kepengurusan DPD PKS Tanjung Balai Periode 2013-2015 teridiri
atas:
Ketua
: Rudiyanto
Sekretaris
: Zainal Arifin
Bendahara
: Herlissa Fitri
Ketua Bidang Kaderisasi
: Afrizal Zulkarnaen
Ketua Bidang Perempuan : Marhaeni Damanik
Kontribusi Politik Masyarakat Muslim Kota Tanjungbalai Terhadap Partai Keadilan
Sejahtera
Adapun pola ataupun cara yang dilakukan masyarakat muslim dalam memberikan
kontribusi politiknya terhadap PKS dapat dilihat dalam pemberian suara pada pemilu 2009
dan 2014 karena, penelitian ini di khususkan pada partisipasi poltik yang berbentuk pada
20
http://pks.or.id/content/sejarah-ringkas , dikses 31 May 2011 | 20:05 WIB.
Ahmad Dzakirin, Tarbiyah siyasiyah , (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011), h. 110.
22 Tim Divaro dan Yugha, Profil Partai Politik Peserta Pemilu, (Jakarta: Erlangga, 2014), h. 71.
21
pemberian suara. Dilihat dari partisipasi politik masyarakat pada pemilu 2009 dan 2014
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel I
Persentase
NO
(%)
PARTAI POLITIK
JLH
2058
8,25
PKPB
791
3.17
3
PPRN
170
0,68
4
GERINDRA
194
0,77
5
BARNAS
164
0,65
6
PKPI
120
0,48
7
PKS
968
4,68
8
PAN
902
3,61
9
PPIB
21
0,08
10
Partai Kedaulatan
26
0,10
11
PPD
961
3,85
12
PKB
1558
6,24
13
PDP
624
2,50
14
PAKAR PANGAN
120
0,48
15
PMB
182
0,72
16
PDK
72
0,28
17
RepublikaN
71
0,28
18
Partai Pelopor
0
0
19
Partai Golkar
5192
20,81
20
PPP
2699
10,81
21
PDS
77
0,30
1
HANURA
2
22
PNBKI
260
1,04
23
PBB
197
0,78
24
PDI-P
1781
7,13
25
PBR
783
3,13
26
Partai Patriot
442
1,77
27
Partai Demokrat
3980
15,95
28
PKDI
32
0,12
29
PKNU
33
0,12
30
Partai Merdeka
20
0,08
Hasil Pemilu Legislatif
2009 Pada Dapil 3
Tabel 2
31
Partai Buruh
247
0,99
Hasil Pemilu Legislatif
Jumlah
No.
2014 Pada Dapil 3
24745
Nama Partai
Perolehan Suara
Persentase %
1.
Nasdem
1825
6,27
2.
PKB
2029
6,97
3.
PKS
1.149
3,16
4.
PDI-P
2986
10,26
5.
Partai Golkar
9502
32,66
6.
GERINDRA
2011
6,91
7.
Partai Demokrat
2626
9,02
8.
PAN
1462
5,02
9.
PPP
1840
6,32
10.
HANURA
3179
10,92
11.
PBB
668
2,29
12.
PKPI
40
0,13
Jumlah
29896
Dari data diatas
maka tampak banyaknya
Partai Politik yang ikut dalam pemilu. Pada Pemilu 2009 ada 38 Partai pollitik yang lolos
untuk mengikuti Pemilu. Sedangkan pada Pemilu 2014 hanya sebagian Partai yang bisa
mengikuti Pemilu yaitu ada 15 Partai, 3 part
partai
ai lainnya termasuk dalam partai lokal. .
Jika dilihat dari jumlah partai yang ikut berkompetisi pada tahun 2014 sangat sedikit
jumlahnya dibandingkan pada tahun 2009. Ini berarti peluang PKS untuk menaikkan suara
sangat besar, karena suara partai yang ti
tidak
dak ikut bersaing ataupun tidak mencukupi untuk
mengikuti pemilu pada tahun 2014 bisa jatuh ke PKS jika partai ini bisa mengambil simpati
dari masyarakat.
Berdasarkan perolehan suara pada Pemilu 2 periode ini, yang unggul perolehan
suaranya yang meningkat pada pemilu 2014 yakni Partai Golkar yang memperoleh suara yang
signifikan jauh berbeda pada tahun sebelumnya yaitu perolehan suara menaik menjadi 9502
suara . sedangkan partai PKS mengalami penurunan. Pada pemilu 2009 PKS memperoleh
968 suara atau (4,68%)
8%) dan pada Pemilu 2014 PKS menperoleh 921 suara atau (3,16%).
Dari hasil perolehan suara dari 2 periode Pemilu tersebut, suara yang diperoleh PKS
pada Pemilu 2014 menurun 1,52% di bandingkan pada Pemilu 2009, ini menunjukkan
bahwa partisipasi politik masyarakat
asyarakat menurun terhadap PKS.
Untuk melihat penurunan dan penaikan suara yang dialami oleh partai politik dapat
dilihat pada grafik di bawah ini.
Penurunan dan Kenaikan Suara Partai Dari Tahun 2009
2009-2014
2014 Dapat dilihat pada
Grafik di bawah ini:
10000
8000
6000
4000
2000
0
2009
20
09
%
20
14
Faktor yang Mempengaruhi Kontribusi Politik Mayarakat Muslim Tanjungbalai
Terhadap Partai Keadilan Sejahtera
Secara umum ada beberapa faktor yang mengakibatkan pemilih memilih konstentan
tertentu yakni faktor struktural yang melihat kegiatan memilih sebag
sebagai
ai produk dari konteks
struktur yang lebih luas seperti struktur sosial, sistem pemilihan umum, permasalahan di
kubu partai, program partai, dll. Kemudian faktor sosiologi yang dipengaruhi latar belakang
demografi dan sosial ekonomi. Selanjutnya faktor psikologi sosial, yang merujuk pada
presefsi pemilih atas partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai
tertentu. Dan faktor yang terakhir ialah pilihan rasional yang dimana pemilih sebagai produk
kalkulasi untung dan rugi.23
Untuk melihat faktor- faktor yang mempengaruhi kontribusi masyarakat muslim
terhadap PKS pada tahun 2014 khususnya pada pemberian suara pada pemilu legislatif,
dalam hal ini peneliti melakukan kusioner yang berupa wawancara kepada masyarakat
Kecamatan Sei Tualang Raso dan Kecamatan Teluk Nibung untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kontribusi politiknya, khususnya pada PKS pada Pemilu 2014. Dari
hasil Penelitian yang dilakukan maka dapat di deskripsikan bahwa beberapa dari responden
yang di wawancarai mereka mengatakan bahwa faktor mempengaruhi kontribusi masyarakat
melihat dari: permasalahan yang ada di partai PKS atau faktor struktural di akibatkan adanya
pemberitaan di media yang berdampak kepada permasalahan hukum yang terjadi di kubu
partai PKS yakni kasus korupsi yang melibatkan orang yang paling berpengaruh dalam
pergerakan partai PKS itu sendiri atau lebih jelasnya Luthfi Hasan Ishaq. Mengakibatkan
masyarakat memandang sebelah mata terhadap partai PKS. Disini masyarakat melihat
kondisi anggota sekaligus partai yang berkompetisi ketika norma hukum dilanggar oleh para
kompetitor maka calon atau pun partai tersebut mendapatkan sanksi moral dari masyarakat
tersebut.
Faktor berikutnya ialah menurunnya sosialisasi PKS terhadap masyarakat sekitar
sehingga sebagian masyarakat tidak mengetahui kegiatan atau program apa yang telah
diakukan PKS. Ini di utarakan oleh bapak Ridwan, ia mengatakan bahwa ia tidak mengetahui
sosialisasi apa saja yang telah dilakukan PKS di wilayah. 24 Dan minimnya kader PKS,
sehingga masyarakat tidak melihat adanya sebuah partai tersebut. Bagaimana akan terlaksana
program-program partai. Jika kader yang akan melaksanakanpun sangat minim.
Hal ini juga diakui oleh pihak partai, bahwa kader dalam partai sangat minim. Dan
kurangnya program kaderisasi dipicu karena minimnya sumber dana dalam PKS. Sehingga
dari minimnya sumber dana dalam partai ini, berakibat tidak berjalan dengan baik programprogram partai.25
Adapun faktor lain yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat yaitu khususnya
dalam pemberian suara dapat dilihat juga dari faktor eksternal, adapun faktor tersebut ialah
sebagian masyarakat lebih memilih berdasarkan faktor sosial maksudnya, masyarakat memilih
calon atau partai berdasarkan kerabat, saudara. Selanjutnya sebagian masyarakat terlibat
dalam faktor ekonomi sehingga masyarakat memilih berdasarkan keuntungan yang mereka
dapatkan.
Wawancara yang diakukan pada 30 orang responden, yang dimana terbagi kepada 5
orang setiap Kelurahan, adapun 30 orang tersebut ialah:
No.
Nama
Kelurahan
Pekerjaan
23
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 186.
Ridwan, seorang wirausaha sekaligus manta anggota partai, Wawancara Langsung, 25 April 2015 di Rumah
Narasumber.
25Eza Budiono, Anngota Partai PKS, Wawancara Langsung, 25 April 2015 di tempat kerja nara sumber.
24
1.
H.Datuk Muda Edward
Wiraswasta/ PTIN
2.
Ridwan
Wiraswasta/
anggota partai
3.
Aswan Lubis
Wiraswasta
4.
Jamaluddin
5.
Zarwal Daulay S. Pd.I
Pegawai di Kantor DPR
Kota Tanjungbai.
6.
Amra Lubis
PNS
7.
Toha Panggabean
Wiraswasta
8.
Yanri Elpin
9.
Kiki Andini
Mahasiswa
10.
Anto Harahap
Guru / ahli poltik
11.
Rahman
Guru
12.
Ridwan
PNS
13.
Komar
14.
Hidayat
PNS
15.
Nasrul Ardi
Wiraswasta
16.
Landiani
Guru
17.
Hermansyah
Anggota Partai
18.
Farida
19.
Riskon
Mahasiswa
20.
Yanti
Mahasiswa
21.
Heru Saputra
Kepala Sekolah SD
22.
Daisy Rayani
Mahasiswa
23.
Ali Ihsan Lubis
24.
Darwin Nasution
Beitung Kuala Kapias
Muara Sentosa
Kapias Pulau Buaya
Keramat Kubah
Pasar Baru
mantan
Pengurus Remaja Masjid
Guru SMP
Ketua BKM
Guru/ Ketua pengajian
Ibuk-ibuk
Wirausaha
Guru SMA
25.
Reza Pahlevi
Dosen
26.
Alfin Hendra
PNS
27.
Afrizal
Ustad
28.
Alfarizi
29.
Yusmarida
Guru
30.
Tomi kurniawan
Mahasiswa
Sei Merbau
Nazir Mesjid
Berdasarkan hasil kalkulasi wawancara yang dilakukan kepada responden, 56,6 % yang
menjawab faktor dominan yang mengakibatkan partisipasi politik masyarakat menurun
dikarenakan masalah korupsi yang dilakukan Luthfi Hasan Ishaq, seperti yang dikemukakan
oleh bapak Edward26, suara PKS menurun salah satu faktornya di akibatkan oleh masalah
pemberitaan kasus korupsi yng dilakukan oleh Presiden PKS, banyak masyarakat yang tidak
menyangka akan hal ini.
Dalam hal ini keberadaan tokoh sangat berpengaruh kepada Partai, masyarakat
melihat jika tokoh dalam partai tersebut telah melakukan hal yang menyeleweng, apalagi
korupsi maka masyarakat tidak mempercayai lagi partai tersebut bahkan, masyarakat
menyamakan bahwa partai yang berbasis agama, nasional, dan lainnya bahwa itu sama semua
dikarenakan melakukan korupsi. Ini dikarenakan bahwa masyarakat masih kuat sisi
religiusnya, sehingga mengakibatkan mereka beranggapan seperti itu. Kemudian 26,6 %
responden mengatakan bahwa menurunnya sosialisasi partai, akibatnya masyarakat tidak
mengetahui kegiatan atau program apa yang telah diakukan PKS. Program partai atau
sosialisasi partai sangat mendukung akan eksistensi keberadaan partai tersebut, begitu juga
dengan PKS. Karena dari kegiatan itu masyarakat dapat mengetahui partai tersebut dan
menilai dapat partai tertentu, karena masyarakat sudah muak dengan janji-janji yang di
ucapkan, merekan ingin bahwa partai itu untuk berbaur dengan masyarakat. Dan 16,6
responden yang
mengatakan bahwa faktor menurunnya partisipasi terhadap PKS
dikarenakan minimnya kader PKS, sehingga masyarakat tidak melihat adanya sebuah partai
tersebut. Bagaimana akan terlaksana program-program partai. Jika kader yang akan
melaksanakanpun sangat minim. Kader dalam suatu partai memang harus banyak dan
terorganisir, karena dari siilah awal partai itu bisa bangkit utuk melakukan perubahanperubahan terhadap partai dan lebih umumnya perubahan di tengah masyarakat.
Analisis Prospek Masa Depan PKS
Berdasarkan pengalaman yang dihadapi PKS banyak hambatan yang dihadapi selama
Pemilu bahwa faktor penyebab berkurangnya partisipasi politik masyarakat terhadap PKS
khususnya dalam Pemberian suara ialah bahwa kesadaran politik masyarakat yang masih
rendah dikarenakan kurangnya masyarakat yang acuh tak acuh terhadap politik diakibatkan
masyarakat dipengaruhi oleh faktor keluarga dalam memilih dan masyarakat permasalahan
yang terjadi kubu partai seperti kasus Luthfi Hasan Ishaq. Faktor selanjutnya ialah money
26
H. Edward. Seorang wiraswasta dan Tokoh Masyarakat, Wawancara langsung, 25 April 2015, di Kedai Kopi.
politic yang kuat terjadi di setiap pemilihan. Money politic sudah lumrah terjadi dimanapun.
Sehingga masyarakat tidak memikirkan lagi calon yang akan dipilihnya melainkan memikirkan
berapa materil yang didapat maka ia akan memilih calon dari partai tersebut. Selanjutnya
faktor dikotomi antara politik dan agama. Faktor ini merupakan faktor yang lebih berbahaya,
dikarenakan faktor memisahkan poitik dan agama, sedangkan dalam Islam kedua ini tidak
bisa dipisahkan karena sangat erat kali hubungannya.27
Faktor yang diatas sama dengan faktor yang dikemukan oleh Ramlan Surbakti yakni
faktor struktural yang melihat kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang
lebih luas seperti struktur sosial, sistem pemilihan umum, dll. Faktor ini dominan yang terjadi
dikarenakan masyarakat dalam memilih masih mementingkan faktor struktural dan sosial
yakni keluarga dan faktor dikotomi antara agama dan politik. Kemudian faktor sosiologi yang
dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi. Faktor ini lebih sering yang terjadi
disetiap pemilu khususnya di Kota Tanjungbalai, karena masyarakat lebih mementingkan
pribadinya sendiri, jika dalam pemilu masyarakat itu diberi uang maka dia akan memilih
partai dan calon yang memberi dia uang. Selanjutnya faktor psikologi sosial, yang merujuk
pada presefsi pemilih atas partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai
tertentu. Dan faktor yang terakhir ialah pilihan rasional yang dimana pemilih sebagai
produk kalkulasi untung dan rugi.28
Untuk hambatan yang dihadapi PKS dalam melaksanakan program partai ialah
kendala yang berupa sangat minim dengan program-program untuk masyarakat Dapil 3.
Pensosialisasian diri partai dan pelaksanaan program partai kurang relatif terlaksana. Hal ini
dipicu karena minimnya dana partai dan kwalitas kader partai. Maka dari hal ini dapat
diketahui, program PKS minim dan tidak berjalan sebagai mana mestinya diakibatkan
minimnya dana dan kwalitas kader partai. Sehingga yang terjadi tidak seperti yang
diharapkan.
Untuk melihat prospek PKS kedepannya, bisa dilihat berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan, masyarakat berharap PKS dapat membaikkan nama partainya , menjalin
hubungan ke masyarakat, lebih bersosial dan menyalurkan bantuan yang bisa di ingat oleh
masyarakat, sehingga dengan itu partisipasi politik masyarakat khususnya dalam memberikan
dukungan kedepannya akan bertambah.
Dan untuk mendapatkan hasil yang balance dilain pihak penulis juga mewawancarai
yang termasuk dalam pengurus, anggota, dan simpatisan PKS. Adapun yang akan dilakukan
PKS untuk kedapannya agar masyarakat memberikan suaranya terhadap PKS, maka yang
akan dilakukan ialah akan merubah mindset buruk yang ada dimasyarakat terhadap PKS
dengan cara lebih terbuka dengan masyarakat, memperkuat lagi ukhuwah yang ada,
melakukan sosialisasi dan melaksanakan program yang lebih lagi kepada masyarakat,
memberikan bantuan kepada masyarakat yang bersifat materil maupun immateril.
Memperbaiki kwalitas kader agar program yang direncanakan akan berjalan dengan lancar.29
27
28
29
Rudianto, Ketua PKS Tanjungbalai, wawancara langsung, 20 April 2015, di rumah nara sumber.
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 186.
Afrizal Zulkarnaen, Kepala Bidang Kaderisasi PKS Tanjungbalai, Wawancara Langsung 25 April 2015, di
Tempat Kerja Nara Sumber.
Dari harapan masyarakat untuk PKS sama dengan yang akan dilakukan anggota PKS
untuk kedepannya. Ini merupakan kesempatan bagi PKS untuk melakukan terobosan baru
agar dapat menarik simpati dari masyarakat. Jika PKS dapat melakukan apa yang diinginkan
oleh masyarakat maka setidaknya suara PKS akan menaik daripada tahun sebelummnya. Di
lihat dari visi PKS ialah terwujudnya masyarakat madani yang adil, sejahtera dan bermartabat.
Jika PKS mampu melaksanakan visi tersebut pada masyarakat khususnya pada masyarakat
muslim Tanjungbalai yang ada di Dapil 3, maka PKS mampu meraih hati masyarakat dan
untuk kedepannya prospek PKS akan lebih bagus dari pada tahun sebelumnya.
Penutup
Dengan demikian, dari penelitian yang dilakukan maka tim peneliti menyimpulkan
bahwa kontribusi masyarakat Muslim terhadap PKS pada tahun 2014 menurun dibandingkan
tahun 2009. Pada pemilu 2009 PKS memperoleh 4,68% suara dan pada Pemilu 2014 PKS
3,16% suara. Perolehan suara berkurang ± 1,52%.
Adapun faktor yang kontribusi partisipasi politik masyarakat terhadap PKS pada
Pemilu 2014 ialah adanyapemberitaan di media yang berdampak kepada permasalahan
hukum yang terjadi di kubu partai PKS yakni kasus korupsi yang melibatkan orang yang
paling berpengaruh dalam pergerakan partai PKS itu sendiri atau lebih jelasnya Luthfi Hasan
Ishaq. Selanjutnya disebabkan menurunnya pensosialisasian PKS terhadap masyarakat sekitar
sehingga sebagian masyarakat tidak mengetahui kegiatan yang telah diakukan PKS. PKS
belum mampu mengatasi kendala finansial dan minimnya nya kader Partai sehingga program
partaipun terbengkalai serta hanya mengandalkan program dari pusat. Dan faktor dari
eksternalnya ialah bahwa masyarakat lebih memilih kerabat, dan masyarakat terlibat dalam
politik uang sehingga masyarakat lebih tertarik memilih calon ataupun partai berdasarkan
keuntungan yang mereka dapatkan.
Selanjutnya prospek PKS kedapannya, jika dilihat dari apa yang akan dilakukan
pengurus PKS untuk kedepannya sama dengan harapan masyarakat kepada PKS. Jika
pengurus PKS mampu melakukan apa yang diharapkan masyarakat, maka prospek
kedepannya PKS lebih baik dan bisa memenangkan pemilu selanjunya dari pada tahun
sebelumnya.
Daftar Pustaka
Buku
Althof, Michel Rush & Phillip. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
________________. Partisipasi dan Partai Politik: Suatu Pengantar . Jakarta: PT Gramedia,
1981.
Dzakirin, Ahmad. Tarbiyah siyasiyah. Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Fitriyulianti, Partai Politik di Indonesia, “http.://ppmi.tripod.com/Mahasisw.html.akses 5
Februari 2007.
Ismail, Faisal. Pijar-Pijar Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996.
Masoed, Almond dalam Mochtar. Perbandingan Sistem Politik . Jogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2001.
Nelson, Samuel P. Huntington dan Joan M. “No Easy Choice: Political Participation in
Tanthowi, Pramono U. Kebangkitan Politik Kaum Santri. Jakarta: Pusat Studi Agama dan
Peradaban, 2005.
Tim Divaro dan Yugha, Profil Partai Politik Peserta Pemilu. Jakarta: Erlangga, 2014.
Warjio, Politik Pembangunan Islam. Medan; Perdana Publishing, 2013.
http://pks.or.id/content/sejarah-ringkas , dikses 31 May 2011 | 20:05 WIB.
Wawancara
Afrizal Zulkarnaen, Kepala Bidang Kaderisasi PKS Tanjungbalai, Wawancara Langsung 25
April 2015, di Tempat Kerja Nara Sumber.
Eza Budiono, Anngota Partai PKS, Wawancara Langsung, 25 April 2015 di tempat kerja
nara sumber.
Ridwan, seorang wirausaha sekaligus manta anggota partai, Wawancara Langsung, 25 April
2015 di Rumah Narasumber.
H. Edward. Seorang wiraswasta dan Tokoh Masyarakat, Wawancara langsung, 25 April 2015,
di Kedai Kopi.
Rudianto, Ketua PKS Tanjungbalai, wawancara langsung, 20 April 2015, di rumah nara
sumber.
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 186.
Wawancara dengan sekretaris KPU Kota Tanjungbalai, di Kantor KPU 16 Maret 2015.
Download