Kontribusi Politik Masyarakat Muslim Terhadap Partai Islam (Studi Terhadap Partai Keadilan Sejahtera di Kota Tanjung Balai) Oleh: Fatimah & Maulidya Mora Matondang1 Abstrak Partai Keadilan Sejahtera merupkan Partai yang berasaskan Islam yang dulunya di kenal PK. Partai ini di bentuk pada masa Era Reformasi pada tanggal 20 April 2002. Partai ini bisa mengambil hati masyarakat nasional di ajang pemilu dengan memberikan warna baru model politik Islam di Indonesia dengan mengintegrasikan dakwah dan politik menjadi kesatuan gerakan yang berkasan. Ini juga terjadi di Dapil 3 Kota Tanjungbalai PKS berhasil meraih 1 kursi pada Pemilihan Legislatif pada tahun 2009. Namun pada pemilu legislatif tahun 2014 PKS tidak mendapatkan kursi seperti tahun 2009, dan perolehan suara yang di diperoleh PKS menurun. Hal tersebut dikarenakan Presiden PKS yaitu Luthfi Hasan Ishaq terkena kasus hukum. Selanjutnya disebabkan menurunnya pensosialisasian PKS terhadap masyarakat. PKS belum mampu mengatasi kendala finansial dan minimnya nya kader Partai dan faktor eksternalnya ialah karena masyarakat lebih mementingkan faktor sosial dan ekonomi. Selanjutnya prospek PKS kedapannya, jika dilihat dari apa yang akan dilakukan pengurus PKS untuk kedepannya sama dengan harapan masyarakat kepada PKS. Jika pengurus PKS mampu melakukan apa yang diharapkan masyarakat, maka prospek kedepannya PKS lebih baik dan bisa memenangkan pemilu selanjutnya dari pada tahun sebelumnya. Term Kunci: Kontribusi, Politik, Partai Keadilan Sejahtera Pendahuluan Kontribusi Muslim dalam bidang politik telah menghiasi percaturan politik di Indonesia, tercatat sejak tahun 1929 Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) berdiri sebagai wadah untuk merebut kemerdekaan dari penjajah. 2Kontribusi politik merupakan hal yang menarik untuk diperhatikan, terbukti dengan banyaknya para ilmuan yang meneliti tentang hal ini. Dengan perkembangannya demokrasi banyak muncul kelompok masyarakat yang juga ingin mempengaruhi proses pengambilan keputusan mengenai kebijakan umum . Dilihat dari kontribusi masyarakat yang lebih besar dalam aktivitas politik yaitu pada pemilu. 3 Berkembangnya aspirasi baru dalam suatu masyarakat, yang disertai dengan kebutuhan terhadap kontribusi politik lebih besar, dengan sendirinya menuntut pelembagaan sejumlah saluran baru, diantaranya melalui pembentukan partai politik (Parpol) baru. Dengan 1 Fatimah adalah Dosen dan Ketua Prodi Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN SU & Maulidya Mora Matondang adalah Mahasiswa Program Pasca Sarjana Hukum Islam UIN-SU dan Staff Prodi Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN SU 2 3 Faisal Ismail, Pijar-Pijar Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996), h. 115. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 367. pembentukan Partai Politik maka di harapkan masyarakat lebih mudah menyampaikan aspirasinya. Sistem kepartaian yang kokoh, sekurang-kurangnya memiliki dua kapasitas. Pertama, melancarkan kontribusi/partisipasi politik melalui jalur partai, sehingga dapat mengalihkan segala bentuk aktivitas politik anomik dan kekerasan. Kedua, mencakup dan menyalurkan kontribusi sejumlah kelompok yang baru dimobilisasi, yang dimaksudkan untuk mengurangi kadar tekanan kuat yang dihadapi oleh sistem politik.4 Dengan demikian, sistem kepartaian yang kuat menyediakan organisasi-organisasi yang mengakar dan prosedur yang melembaga guna mengasimilasikan kelompok-kelompok baru ke dalam sistem politik. Partai Keadilan Sejahtera merupakan salah satu partai yang lahir di era reformasi, partai yang berbasiskan Islam, di dominasi oleh para aktivis kampus yang kebanyakan berafiliasi pada Ikhwanul Muslimin, sebuah organisasi Islam ideologis multi-nasional, berpusat di Mesir dengan tokohnya Hasan Al-Banna.5 Lahirnya Partai Keadilan Sejahtera (untuk selanjutnya di singkat PKS) tidak bisa lepas dari peranan Partai Keadilan. Pernyataan ini bukan tanpa bukti. Pada 20 Juli 1998 PKS berdiri dengan nama awal Partai Keadilan (disingkat PK) dalam sebuah konferensi pers di Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Presiden (ketua) partai ini adalah Nurmahmudi Isma'il. Antara partai politik yang lahir dari reformasi di Indonesia (1998), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memberikan “warna baru” model politik Islam di Indonesia melalui kaedah dakwah dalam pembangunan insaniah diranah politik. Sepanjang sepuluh tahun lebih aktivitasnya sebagai salah satu partai Islam, PKS yang sebelumnya dikenal partai PK mampu mengintegrasikan dakwah dan politik menjadi kesatuan gerakan yang berkesan. Kehadiran PKS telah mengisi ruang kosong Islam Poilitik dengan “isi” yang berbeda dari model Islam politik.6 Dilihat dari sepak terjangnya, PKS adalah partai politik yang mampu bertahan dan memiliki kecenderungan naik perolehan suaranya dalam pemilu ketimbang partnernya, partai-partai Islam atau berbasis umat Islam. Kesuksesan tersebut tidak terlepas dari eksistensi PKS sebagai partai Islam yang berbasis kader.7 Ini terbukti pada Pemilu tahun 2004, PKS bangkit meraih 7,34 persen suara atau sekitar 45 dari total 550 kursi di parlemen,8 melalui mesin politiknya yang efektif dan militan. Sebagai kader yang berbasis ideologi Islam, kehadiran PKS membawa kecemasan tersendiri bagi kalangan sekuler dan dunia Internasional ketimbang partner politik lainnya, seperti PPP maupun PBB. Berbekal jargon: “Peduli, bersih, dan profesional,” PKS berhasil menaikkan perolehan suara di Pemilu 2009 dengan total 7,88 persen suara pemilih atau urutan keempat. PKS pun mendapatkan 57 kursi di parlemen. PKS telah menjelma partai Islam terbesar. Suaranya 4 Fitriyulianti, Partai Politik di Indonesia, “http.://ppmi.tripod.com/Mahasisw.html.akses 5 Februari 2007. Pramono U. Tanthowi, Kebangkitan Politik Kaum Santri , (Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban, 2005), h. Xxxii-xxxiii. 6 Warjio, Politik Pembangunan Islam (Medan; Perdana Publishing, 2013), h. 69. 7 Ahmad Dzakirin, Tarbiyah siyasiyah (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011), h. 110. 8 Tim Divaro dan Yugha, Profil Partai Politik Peserta Pemilu (Jakarta: Erlangga, 2014), h. 71. 5 mengungguli partai-partai Islam lainnys seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).9 Sebagai partai politik Islam, PKS sukses menegaskan jati diri mereka sebagai kekuatan politik Islam baru dan alternatif dari pelbagai institusi sosial politik umat Islam yang terfragmentasi dalam kubu tradisional dan modernis.10 Begiu juga yang terjadi di kota Tanjungbalai Asahan, tepatnya di Dapil 3 yang terbagi pada dua kecamatan yaitu kecamatan Teluk Nibung dan kecamatan Sei Tualang Raso pada pemilu legisatif 2009 PKS juga berhasil memenangkan 1 kursi di DPRD Kabupaten/Kota. Calonnya yang bernama Afrizal Zulkarnaen berhasil menduduki bangku dilegislatif untuk periode 2009-2013. Namun berbeda dengan pemilu legislatif 2014 kali ini bagi partai PKS. Untuk pemilu kali ini PKS di Kota Tanjungbalai tidak ada mendapatkan kursi, dan begitu juga di Dapil 3 serta perolehan suara pada Dapil 3 ini menurun dari pemilu yang sebelumnya. Penulis melakukan wawancara dengan Sekretaris KPU kota Tanjungbalai, beliau mengatakan pada Pemilu 2009 PKS berhasil menduduki bangku legislatif yang calonnya berasal dari Dapil 3, namun pada Pemilu 2014 di kota Tanjungbalai kemarin PKS tidak berhasil menduduki salah satu kursi yang ada dilegislatif dan perolehan suara pada tahun 2014 terhadap PKS menurun.11 Ini merupakan satu keberuntungan yang sangat disayangkan, karena dengan berkurangnya calon legislatif yang berasal dari partai yang berbasis Islam maka, aspirasi yang diinginkan oleh umat Islam kurang di tanggapi dan terealisasikan. Sehingga menyebabkan masyarakat khususnya umat Islam kurang di perhatikan. Berdasarkan uraian masalah diatas, maka menghantarkan penulis untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan kontribusi politik masyarakat muslim terhadap PKS, dimana penulis mengambil lokasi penelitian di Dapil 3 yang terbagi kepada dua kecamatan yaitu kecamatan Sei. Tualang Raso dan Kecamtan Teluk Nibung yang dimana di Dapil 3 ini merupakan kecamatan yang mayoritas Islam dan banyaknya simpatin dari PKS sendiri, dan terbukti pada pemilu legislatif tahun 2009 salah satu kader PKS berhasil memperoleh suara yang mencukupi duduk di bangku legisatif. Namun pada pemilu tahun 2014, dukungan politik terhadap PKS khususnya dilegislatif menurun, sehingga tidak ada satupun kadernya yang bisa duduk di bangku legislatif di kota Tanjung Balai. Maka dari itu tujuan untuk melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kontribusi Politik Masyarakat Muslim terhadap Partai Islam. Beranjak dari masalah ini penulis merasa tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Kontribusi Politik Masyarakat Muslim Terhadap Partai Islam (Studi Terhadap Partai Keadilan Sejahtera di Kota Tanjung Balai)” Kontribusi Politik Kontribusi Politik secara bahasa, partisipasi 12 adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikut sertaan atau peran serta. Peran politik terkait erat dengan 9 Ibid, Tim Divaro dan Yugha, Profil Partai Politik Peserta Pemilu, h.72. Ahmad Dzakirin, Tarbiyah siyasiyah (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011), h. 111. 11 Wawancara dengan sekretaris KPU Kota Tanjungbalai, di Kantor KPU 16 Maret 2015. 12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 831. 10 aktivitas-aktivitas politik mulai dari peranan para politikus profesional, pemberian suara, aktivitas partai sampai demonstrasi. Secara umum apa-apa saja yang menjadi indikator bagi peran atau kontribusi politik adalah menarik apa yang ditawarkan Rush dan Althoff mengenai hierarki peran atau kontribusii politik. Anggota masyarakat suatu negara mempnyai hak-hak tertentu yang juga harus diperhatikan oleh negara melalui aktifitas pemerintahannya. Menurut Michel Rush dan Philp Althop menjelaskan kontribusi poitik adalah keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik. 13 Menurut Ramlan Surbakti kontribusi politik merupakan keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya.14 Samuel P. Huntington dan Joan Nelson dalam No Easy Choice : Political kontribution in Developing Contries, “kontribusi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Kontribusi atau partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif.15 Budiardjo kontribusi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pmerintah (public policy).16 Almond17, mengklasifikasikan kegiatan kontribusi atau partisipasi dengan pendekatan menjadi dua, yaitu kontribusi konvensional dan kontribusi non konvensional. Bentuk kontribusi politik konvensional adalah bentuk partisipasi yang normal dalam demokasi modern seperti pemberian suara, aktivitas diskusi politik, kegiatan kampanye, aktivitas membentuk dan bergabung dengan kelompok kepentingan lain, dan komunikasi individu dengan pejabat politik. Sedangkan non konvensional termasuk yang beberapa mungkin legal maupun ilegal penuh kekerasan dan revolusioner. Sementara Milbrath dan Goel 18 membedakan kontribus menjadi beberapa teori. Pertama adalah apatis, yaitu orang yang menarik diri dari proses politik. Kedua adalah spektator yakni orang yang setidak-tidaknya pernah ikut dalam pemilihan umum. Ketiga gladiator yaitu orang-orang yang secara aktif terlibat dalam proses politik yakni sebagai komunikator dengan tugas khusus mengadakan kontak tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye serta aktivis masyarakat. Keempat pengkritik yaitu orang yang berpartisipasi dalam bentuk yang tidak konvensional. Berdasarkan dari beberapa defenisi yang dikemukakan, kontribus masyarakat menekankan pada keikut sertaan individu maupun kelompok masyarakat untuk melakukan kegiatan politik secara aktif. Dimana setiap anggota masyarakat seyoganya memberikan suara 13 Michel Rush & Phillip Althof, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 3. Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 25. 15 Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, “No Easy Choice: Political Participation in Developing Countries”, dalam Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik: Suatu Pengantar (Jakarta: PT Gramedia, 1981),h.2. 16 Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 9. 14 17 Almond dalam Mochtar Masoed, Perbandingan Sistem Politik (Jogyakarta: Gajah Mada University Press, 2001), 18 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 183. h. 67. dalam pemilihan, dan juga ikut memberikan kontribusi dengan suka rela dalam pelaksanaan pemberian suara dalam pemilihan tanpa pengaruh paksaan dari siapapun. Sejarah Partai Keadilan Islam Pasca lengsernya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998, elite KAMMI mulai mempertimbangkan untuk mendirikan partai politik Islam.Perkembangan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) pada perguruan tinggi semakin meluas pada setiap daerah di Indonesia. Maka, seiring dengan semakin tingginya tuntutan kepada LDK agar tidak selalu mengkonsentrasikan geraknya ke dalam kampus dan lebih memberikan kontribusi mengglobal, maka pada 14-15 Ramadhan 1406 atau 24-25 Mei 1986, diselenggarakan acara Sarasehan LDK yang merupakan embrio dari Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FS-LDK). Pada pertemuan FS-LDK ke-10 di Malang, Jawa Timur pada 25-29 Mei 1998, sebagian aktivitas forum tersebut mengumumkan berdirinya Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Para kader utama KAMMI akhirnya membuat semacam survei internal untuk mengetahui opini di dalam tubuh gerakan itu sendiri. Hasil survei membuktikan bahwa mayoritas aktivis KAMMI setuju untuk mendirikan partai yang kemudian diberi nama Partai Keadilan. Pada 20 Juli 1998, berdiri Partai Keadilan (disingkat PK) dalam sebuah konferensi pers di Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Presiden partai ini adalah Nur Mahmudi Ismail.19 Pada Pemilu 1999, PK tampil sebagai kekuatan politik baru yang cukup diperhitungkan. Berbeda dengan partai Islam lain yang masih bergantung pada figur yang kuat, PK muncul dengan organisasi modern, transparan, dan kader-kader terpelajar. Pada pemilu pertama di era Reformasi yang diakan pada tanggal 7 Juni 1999. PK sendiri terbukti gagal memperoleh batas minimal suara (electoral treshold) sebagai syarat mengikuti Pemilu selanjutnya. Ketutupan PK menjadi salah satu penyebab anjloknya suara di Pemilu. Hanya meraih 1,36 persen dari total suara pemilih atau sekitar 1,4 juta pemilih dan mendapat durutan ketujuh. Gagal mencapai electoral treshold membuat PK harus bersalin nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada April 2002. Pada 2 Juli 2003, PKS menyelesaikan seluruh proses pertivikasi Departemen Hukum dan HAM di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah. Sehari kemudian, PK bergabung dengan PKS. Penggabungan ini sekaligus menandai hak milik PK menjadi milik PKS. Dengan penggabungan ini maka Partai Keadilan (PK) resmi brubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pada Pemilu 2004, Hidayat Nur Wahid (Presiden PKS yang sedang menjabat) kemudian terpilih sebagai ketua MPR masa bakti 2004-2009 dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden PK Sejahtera. Pada Sidang Majelis Syuro I PKS pada 26 - 29 Mei 2005 di Jakarta, Tifatul Sembiring terpilih menjadi Presiden PK Sejahtera periode 2005-2010. Tifatul Sembiring dipercaya oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika. Maka estafet kepemimpinan pun berpindah ke Luthfi Hasan Ishaq sebagai Presiden PK Sejahtera. Pada Sidang Majelis Syuro PKS II pada 16 - 20 Juni 2010 di Jakarta, 19 Tim Divaro dan Yugha. Profil Partai Politik Peserta Pemilu, (Jakarta: Erlangga, 2014), h. 71. Luthfi Hasan Ishaq terpilih menjadi Presiden PK Sejahtera periode 2010-2015.20 Dan saat ini Luthfi Hasan Ishaq digantikan dengan Anis Matta karena Luthfi Hasan Ishaq tersandung kasus suap impor daging sapi. Dilihat dari sepak terjangnya, PKS adalah partai politik yang mampu bertahan dan memiliki kecenderungan naik perolehan suaranya dalam pemilu ketimbang partnernya, partai-partai Islam atau berbasis umat Islam. Kesuksesan tersebut tidak terlepas dari eksistensi PKS sebagai partai Islam yang berbasis kader.21 Ini terbukti pada Pemilu tahun 2004, PKS bangkit meraih 7,34 persen suara atau sekitar 45 dari total 550 kursi di parlemen,22 melalui mesin politiknya yang efektif dan militan. Sebagai kader yang berbasis ideologi Islam, kehadiran PKS membawa kecemasan tersendiri bagi kalangan sekuler dan dunia Internasional ketimbang partner politik lainnya, seperti PPP maupun PBB. Struktur Kepengurusan DPD PKS Tanjung Balai Seiring dengan berjalannya waktu Partai Keadilan Sejahtera terus berkembang dan melaju terus, pantang mundur meskipun disana sini banyak halangan dan rintangan yang menghadang. Pada awal 2004 DPD Partai Keadilan Sejahtera Tanjung Balai di deklarasikan sebagai konsekuensi pemekaran Kota Tanjung Balai. DPD PKS Tanjung Balai dalam waktu relatif singkat menunjukkan keberhasilan kerja-kerja nyata di masyarakat hal ini dibuktikan dalam pemilihan legislatif Tahun 2004 DPD PKS Tanjung Balai memperoleh satu kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjung Balai masa bakti 2004-2013. Untuk menjaankan amanah yang diemban partai DPW PKS Sumatera Utara mengukuhkan kepengurusan DPD PKS Tanjungbaai. Kader-kader yang memiliki kapabilitas untuk mengemban amanah diangkat menjadi pengurus DPD PKS. Rekrutmen pengurus dilakukan oleh ketua DPD terpilih bersama formatur menyusun kepengurusan (memilih pengurus harian tetap) dan bahwa untuk mekanisme rekrutmen kepengurusan di tingkat kecamatan dan kelurahan disesuaikan dengan AD/ART Partai. Adapun struktur kepengurusan DPD PKS Tanjung Balai Periode 2013-2015 teridiri atas: Ketua : Rudiyanto Sekretaris : Zainal Arifin Bendahara : Herlissa Fitri Ketua Bidang Kaderisasi : Afrizal Zulkarnaen Ketua Bidang Perempuan : Marhaeni Damanik Kontribusi Politik Masyarakat Muslim Kota Tanjungbalai Terhadap Partai Keadilan Sejahtera Adapun pola ataupun cara yang dilakukan masyarakat muslim dalam memberikan kontribusi politiknya terhadap PKS dapat dilihat dalam pemberian suara pada pemilu 2009 dan 2014 karena, penelitian ini di khususkan pada partisipasi poltik yang berbentuk pada 20 http://pks.or.id/content/sejarah-ringkas , dikses 31 May 2011 | 20:05 WIB. Ahmad Dzakirin, Tarbiyah siyasiyah , (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011), h. 110. 22 Tim Divaro dan Yugha, Profil Partai Politik Peserta Pemilu, (Jakarta: Erlangga, 2014), h. 71. 21 pemberian suara. Dilihat dari partisipasi politik masyarakat pada pemilu 2009 dan 2014 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel I Persentase NO (%) PARTAI POLITIK JLH 2058 8,25 PKPB 791 3.17 3 PPRN 170 0,68 4 GERINDRA 194 0,77 5 BARNAS 164 0,65 6 PKPI 120 0,48 7 PKS 968 4,68 8 PAN 902 3,61 9 PPIB 21 0,08 10 Partai Kedaulatan 26 0,10 11 PPD 961 3,85 12 PKB 1558 6,24 13 PDP 624 2,50 14 PAKAR PANGAN 120 0,48 15 PMB 182 0,72 16 PDK 72 0,28 17 RepublikaN 71 0,28 18 Partai Pelopor 0 0 19 Partai Golkar 5192 20,81 20 PPP 2699 10,81 21 PDS 77 0,30 1 HANURA 2 22 PNBKI 260 1,04 23 PBB 197 0,78 24 PDI-P 1781 7,13 25 PBR 783 3,13 26 Partai Patriot 442 1,77 27 Partai Demokrat 3980 15,95 28 PKDI 32 0,12 29 PKNU 33 0,12 30 Partai Merdeka 20 0,08 Hasil Pemilu Legislatif 2009 Pada Dapil 3 Tabel 2 31 Partai Buruh 247 0,99 Hasil Pemilu Legislatif Jumlah No. 2014 Pada Dapil 3 24745 Nama Partai Perolehan Suara Persentase % 1. Nasdem 1825 6,27 2. PKB 2029 6,97 3. PKS 1.149 3,16 4. PDI-P 2986 10,26 5. Partai Golkar 9502 32,66 6. GERINDRA 2011 6,91 7. Partai Demokrat 2626 9,02 8. PAN 1462 5,02 9. PPP 1840 6,32 10. HANURA 3179 10,92 11. PBB 668 2,29 12. PKPI 40 0,13 Jumlah 29896 Dari data diatas maka tampak banyaknya Partai Politik yang ikut dalam pemilu. Pada Pemilu 2009 ada 38 Partai pollitik yang lolos untuk mengikuti Pemilu. Sedangkan pada Pemilu 2014 hanya sebagian Partai yang bisa mengikuti Pemilu yaitu ada 15 Partai, 3 part partai ai lainnya termasuk dalam partai lokal. . Jika dilihat dari jumlah partai yang ikut berkompetisi pada tahun 2014 sangat sedikit jumlahnya dibandingkan pada tahun 2009. Ini berarti peluang PKS untuk menaikkan suara sangat besar, karena suara partai yang ti tidak dak ikut bersaing ataupun tidak mencukupi untuk mengikuti pemilu pada tahun 2014 bisa jatuh ke PKS jika partai ini bisa mengambil simpati dari masyarakat. Berdasarkan perolehan suara pada Pemilu 2 periode ini, yang unggul perolehan suaranya yang meningkat pada pemilu 2014 yakni Partai Golkar yang memperoleh suara yang signifikan jauh berbeda pada tahun sebelumnya yaitu perolehan suara menaik menjadi 9502 suara . sedangkan partai PKS mengalami penurunan. Pada pemilu 2009 PKS memperoleh 968 suara atau (4,68%) 8%) dan pada Pemilu 2014 PKS menperoleh 921 suara atau (3,16%). Dari hasil perolehan suara dari 2 periode Pemilu tersebut, suara yang diperoleh PKS pada Pemilu 2014 menurun 1,52% di bandingkan pada Pemilu 2009, ini menunjukkan bahwa partisipasi politik masyarakat asyarakat menurun terhadap PKS. Untuk melihat penurunan dan penaikan suara yang dialami oleh partai politik dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Penurunan dan Kenaikan Suara Partai Dari Tahun 2009 2009-2014 2014 Dapat dilihat pada Grafik di bawah ini: 10000 8000 6000 4000 2000 0 2009 20 09 % 20 14 Faktor yang Mempengaruhi Kontribusi Politik Mayarakat Muslim Tanjungbalai Terhadap Partai Keadilan Sejahtera Secara umum ada beberapa faktor yang mengakibatkan pemilih memilih konstentan tertentu yakni faktor struktural yang melihat kegiatan memilih sebag sebagai ai produk dari konteks struktur yang lebih luas seperti struktur sosial, sistem pemilihan umum, permasalahan di kubu partai, program partai, dll. Kemudian faktor sosiologi yang dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi. Selanjutnya faktor psikologi sosial, yang merujuk pada presefsi pemilih atas partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu. Dan faktor yang terakhir ialah pilihan rasional yang dimana pemilih sebagai produk kalkulasi untung dan rugi.23 Untuk melihat faktor- faktor yang mempengaruhi kontribusi masyarakat muslim terhadap PKS pada tahun 2014 khususnya pada pemberian suara pada pemilu legislatif, dalam hal ini peneliti melakukan kusioner yang berupa wawancara kepada masyarakat Kecamatan Sei Tualang Raso dan Kecamatan Teluk Nibung untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kontribusi politiknya, khususnya pada PKS pada Pemilu 2014. Dari hasil Penelitian yang dilakukan maka dapat di deskripsikan bahwa beberapa dari responden yang di wawancarai mereka mengatakan bahwa faktor mempengaruhi kontribusi masyarakat melihat dari: permasalahan yang ada di partai PKS atau faktor struktural di akibatkan adanya pemberitaan di media yang berdampak kepada permasalahan hukum yang terjadi di kubu partai PKS yakni kasus korupsi yang melibatkan orang yang paling berpengaruh dalam pergerakan partai PKS itu sendiri atau lebih jelasnya Luthfi Hasan Ishaq. Mengakibatkan masyarakat memandang sebelah mata terhadap partai PKS. Disini masyarakat melihat kondisi anggota sekaligus partai yang berkompetisi ketika norma hukum dilanggar oleh para kompetitor maka calon atau pun partai tersebut mendapatkan sanksi moral dari masyarakat tersebut. Faktor berikutnya ialah menurunnya sosialisasi PKS terhadap masyarakat sekitar sehingga sebagian masyarakat tidak mengetahui kegiatan atau program apa yang telah diakukan PKS. Ini di utarakan oleh bapak Ridwan, ia mengatakan bahwa ia tidak mengetahui sosialisasi apa saja yang telah dilakukan PKS di wilayah. 24 Dan minimnya kader PKS, sehingga masyarakat tidak melihat adanya sebuah partai tersebut. Bagaimana akan terlaksana program-program partai. Jika kader yang akan melaksanakanpun sangat minim. Hal ini juga diakui oleh pihak partai, bahwa kader dalam partai sangat minim. Dan kurangnya program kaderisasi dipicu karena minimnya sumber dana dalam PKS. Sehingga dari minimnya sumber dana dalam partai ini, berakibat tidak berjalan dengan baik programprogram partai.25 Adapun faktor lain yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat yaitu khususnya dalam pemberian suara dapat dilihat juga dari faktor eksternal, adapun faktor tersebut ialah sebagian masyarakat lebih memilih berdasarkan faktor sosial maksudnya, masyarakat memilih calon atau partai berdasarkan kerabat, saudara. Selanjutnya sebagian masyarakat terlibat dalam faktor ekonomi sehingga masyarakat memilih berdasarkan keuntungan yang mereka dapatkan. Wawancara yang diakukan pada 30 orang responden, yang dimana terbagi kepada 5 orang setiap Kelurahan, adapun 30 orang tersebut ialah: No. Nama Kelurahan Pekerjaan 23 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 186. Ridwan, seorang wirausaha sekaligus manta anggota partai, Wawancara Langsung, 25 April 2015 di Rumah Narasumber. 25Eza Budiono, Anngota Partai PKS, Wawancara Langsung, 25 April 2015 di tempat kerja nara sumber. 24 1. H.Datuk Muda Edward Wiraswasta/ PTIN 2. Ridwan Wiraswasta/ anggota partai 3. Aswan Lubis Wiraswasta 4. Jamaluddin 5. Zarwal Daulay S. Pd.I Pegawai di Kantor DPR Kota Tanjungbai. 6. Amra Lubis PNS 7. Toha Panggabean Wiraswasta 8. Yanri Elpin 9. Kiki Andini Mahasiswa 10. Anto Harahap Guru / ahli poltik 11. Rahman Guru 12. Ridwan PNS 13. Komar 14. Hidayat PNS 15. Nasrul Ardi Wiraswasta 16. Landiani Guru 17. Hermansyah Anggota Partai 18. Farida 19. Riskon Mahasiswa 20. Yanti Mahasiswa 21. Heru Saputra Kepala Sekolah SD 22. Daisy Rayani Mahasiswa 23. Ali Ihsan Lubis 24. Darwin Nasution Beitung Kuala Kapias Muara Sentosa Kapias Pulau Buaya Keramat Kubah Pasar Baru mantan Pengurus Remaja Masjid Guru SMP Ketua BKM Guru/ Ketua pengajian Ibuk-ibuk Wirausaha Guru SMA 25. Reza Pahlevi Dosen 26. Alfin Hendra PNS 27. Afrizal Ustad 28. Alfarizi 29. Yusmarida Guru 30. Tomi kurniawan Mahasiswa Sei Merbau Nazir Mesjid Berdasarkan hasil kalkulasi wawancara yang dilakukan kepada responden, 56,6 % yang menjawab faktor dominan yang mengakibatkan partisipasi politik masyarakat menurun dikarenakan masalah korupsi yang dilakukan Luthfi Hasan Ishaq, seperti yang dikemukakan oleh bapak Edward26, suara PKS menurun salah satu faktornya di akibatkan oleh masalah pemberitaan kasus korupsi yng dilakukan oleh Presiden PKS, banyak masyarakat yang tidak menyangka akan hal ini. Dalam hal ini keberadaan tokoh sangat berpengaruh kepada Partai, masyarakat melihat jika tokoh dalam partai tersebut telah melakukan hal yang menyeleweng, apalagi korupsi maka masyarakat tidak mempercayai lagi partai tersebut bahkan, masyarakat menyamakan bahwa partai yang berbasis agama, nasional, dan lainnya bahwa itu sama semua dikarenakan melakukan korupsi. Ini dikarenakan bahwa masyarakat masih kuat sisi religiusnya, sehingga mengakibatkan mereka beranggapan seperti itu. Kemudian 26,6 % responden mengatakan bahwa menurunnya sosialisasi partai, akibatnya masyarakat tidak mengetahui kegiatan atau program apa yang telah diakukan PKS. Program partai atau sosialisasi partai sangat mendukung akan eksistensi keberadaan partai tersebut, begitu juga dengan PKS. Karena dari kegiatan itu masyarakat dapat mengetahui partai tersebut dan menilai dapat partai tertentu, karena masyarakat sudah muak dengan janji-janji yang di ucapkan, merekan ingin bahwa partai itu untuk berbaur dengan masyarakat. Dan 16,6 responden yang mengatakan bahwa faktor menurunnya partisipasi terhadap PKS dikarenakan minimnya kader PKS, sehingga masyarakat tidak melihat adanya sebuah partai tersebut. Bagaimana akan terlaksana program-program partai. Jika kader yang akan melaksanakanpun sangat minim. Kader dalam suatu partai memang harus banyak dan terorganisir, karena dari siilah awal partai itu bisa bangkit utuk melakukan perubahanperubahan terhadap partai dan lebih umumnya perubahan di tengah masyarakat. Analisis Prospek Masa Depan PKS Berdasarkan pengalaman yang dihadapi PKS banyak hambatan yang dihadapi selama Pemilu bahwa faktor penyebab berkurangnya partisipasi politik masyarakat terhadap PKS khususnya dalam Pemberian suara ialah bahwa kesadaran politik masyarakat yang masih rendah dikarenakan kurangnya masyarakat yang acuh tak acuh terhadap politik diakibatkan masyarakat dipengaruhi oleh faktor keluarga dalam memilih dan masyarakat permasalahan yang terjadi kubu partai seperti kasus Luthfi Hasan Ishaq. Faktor selanjutnya ialah money 26 H. Edward. Seorang wiraswasta dan Tokoh Masyarakat, Wawancara langsung, 25 April 2015, di Kedai Kopi. politic yang kuat terjadi di setiap pemilihan. Money politic sudah lumrah terjadi dimanapun. Sehingga masyarakat tidak memikirkan lagi calon yang akan dipilihnya melainkan memikirkan berapa materil yang didapat maka ia akan memilih calon dari partai tersebut. Selanjutnya faktor dikotomi antara politik dan agama. Faktor ini merupakan faktor yang lebih berbahaya, dikarenakan faktor memisahkan poitik dan agama, sedangkan dalam Islam kedua ini tidak bisa dipisahkan karena sangat erat kali hubungannya.27 Faktor yang diatas sama dengan faktor yang dikemukan oleh Ramlan Surbakti yakni faktor struktural yang melihat kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas seperti struktur sosial, sistem pemilihan umum, dll. Faktor ini dominan yang terjadi dikarenakan masyarakat dalam memilih masih mementingkan faktor struktural dan sosial yakni keluarga dan faktor dikotomi antara agama dan politik. Kemudian faktor sosiologi yang dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi. Faktor ini lebih sering yang terjadi disetiap pemilu khususnya di Kota Tanjungbalai, karena masyarakat lebih mementingkan pribadinya sendiri, jika dalam pemilu masyarakat itu diberi uang maka dia akan memilih partai dan calon yang memberi dia uang. Selanjutnya faktor psikologi sosial, yang merujuk pada presefsi pemilih atas partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu. Dan faktor yang terakhir ialah pilihan rasional yang dimana pemilih sebagai produk kalkulasi untung dan rugi.28 Untuk hambatan yang dihadapi PKS dalam melaksanakan program partai ialah kendala yang berupa sangat minim dengan program-program untuk masyarakat Dapil 3. Pensosialisasian diri partai dan pelaksanaan program partai kurang relatif terlaksana. Hal ini dipicu karena minimnya dana partai dan kwalitas kader partai. Maka dari hal ini dapat diketahui, program PKS minim dan tidak berjalan sebagai mana mestinya diakibatkan minimnya dana dan kwalitas kader partai. Sehingga yang terjadi tidak seperti yang diharapkan. Untuk melihat prospek PKS kedepannya, bisa dilihat berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, masyarakat berharap PKS dapat membaikkan nama partainya , menjalin hubungan ke masyarakat, lebih bersosial dan menyalurkan bantuan yang bisa di ingat oleh masyarakat, sehingga dengan itu partisipasi politik masyarakat khususnya dalam memberikan dukungan kedepannya akan bertambah. Dan untuk mendapatkan hasil yang balance dilain pihak penulis juga mewawancarai yang termasuk dalam pengurus, anggota, dan simpatisan PKS. Adapun yang akan dilakukan PKS untuk kedapannya agar masyarakat memberikan suaranya terhadap PKS, maka yang akan dilakukan ialah akan merubah mindset buruk yang ada dimasyarakat terhadap PKS dengan cara lebih terbuka dengan masyarakat, memperkuat lagi ukhuwah yang ada, melakukan sosialisasi dan melaksanakan program yang lebih lagi kepada masyarakat, memberikan bantuan kepada masyarakat yang bersifat materil maupun immateril. Memperbaiki kwalitas kader agar program yang direncanakan akan berjalan dengan lancar.29 27 28 29 Rudianto, Ketua PKS Tanjungbalai, wawancara langsung, 20 April 2015, di rumah nara sumber. Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 186. Afrizal Zulkarnaen, Kepala Bidang Kaderisasi PKS Tanjungbalai, Wawancara Langsung 25 April 2015, di Tempat Kerja Nara Sumber. Dari harapan masyarakat untuk PKS sama dengan yang akan dilakukan anggota PKS untuk kedepannya. Ini merupakan kesempatan bagi PKS untuk melakukan terobosan baru agar dapat menarik simpati dari masyarakat. Jika PKS dapat melakukan apa yang diinginkan oleh masyarakat maka setidaknya suara PKS akan menaik daripada tahun sebelummnya. Di lihat dari visi PKS ialah terwujudnya masyarakat madani yang adil, sejahtera dan bermartabat. Jika PKS mampu melaksanakan visi tersebut pada masyarakat khususnya pada masyarakat muslim Tanjungbalai yang ada di Dapil 3, maka PKS mampu meraih hati masyarakat dan untuk kedepannya prospek PKS akan lebih bagus dari pada tahun sebelumnya. Penutup Dengan demikian, dari penelitian yang dilakukan maka tim peneliti menyimpulkan bahwa kontribusi masyarakat Muslim terhadap PKS pada tahun 2014 menurun dibandingkan tahun 2009. Pada pemilu 2009 PKS memperoleh 4,68% suara dan pada Pemilu 2014 PKS 3,16% suara. Perolehan suara berkurang ± 1,52%. Adapun faktor yang kontribusi partisipasi politik masyarakat terhadap PKS pada Pemilu 2014 ialah adanyapemberitaan di media yang berdampak kepada permasalahan hukum yang terjadi di kubu partai PKS yakni kasus korupsi yang melibatkan orang yang paling berpengaruh dalam pergerakan partai PKS itu sendiri atau lebih jelasnya Luthfi Hasan Ishaq. Selanjutnya disebabkan menurunnya pensosialisasian PKS terhadap masyarakat sekitar sehingga sebagian masyarakat tidak mengetahui kegiatan yang telah diakukan PKS. PKS belum mampu mengatasi kendala finansial dan minimnya nya kader Partai sehingga program partaipun terbengkalai serta hanya mengandalkan program dari pusat. Dan faktor dari eksternalnya ialah bahwa masyarakat lebih memilih kerabat, dan masyarakat terlibat dalam politik uang sehingga masyarakat lebih tertarik memilih calon ataupun partai berdasarkan keuntungan yang mereka dapatkan. Selanjutnya prospek PKS kedapannya, jika dilihat dari apa yang akan dilakukan pengurus PKS untuk kedepannya sama dengan harapan masyarakat kepada PKS. Jika pengurus PKS mampu melakukan apa yang diharapkan masyarakat, maka prospek kedepannya PKS lebih baik dan bisa memenangkan pemilu selanjunya dari pada tahun sebelumnya. Daftar Pustaka Buku Althof, Michel Rush & Phillip. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. ________________. Partisipasi dan Partai Politik: Suatu Pengantar . Jakarta: PT Gramedia, 1981. Dzakirin, Ahmad. Tarbiyah siyasiyah. Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2011. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Fitriyulianti, Partai Politik di Indonesia, “http.://ppmi.tripod.com/Mahasisw.html.akses 5 Februari 2007. Ismail, Faisal. Pijar-Pijar Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996. Masoed, Almond dalam Mochtar. Perbandingan Sistem Politik . Jogyakarta: Gajah Mada University Press, 2001. Nelson, Samuel P. Huntington dan Joan M. “No Easy Choice: Political Participation in Tanthowi, Pramono U. Kebangkitan Politik Kaum Santri. Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban, 2005. Tim Divaro dan Yugha, Profil Partai Politik Peserta Pemilu. Jakarta: Erlangga, 2014. Warjio, Politik Pembangunan Islam. Medan; Perdana Publishing, 2013. http://pks.or.id/content/sejarah-ringkas , dikses 31 May 2011 | 20:05 WIB. Wawancara Afrizal Zulkarnaen, Kepala Bidang Kaderisasi PKS Tanjungbalai, Wawancara Langsung 25 April 2015, di Tempat Kerja Nara Sumber. Eza Budiono, Anngota Partai PKS, Wawancara Langsung, 25 April 2015 di tempat kerja nara sumber. Ridwan, seorang wirausaha sekaligus manta anggota partai, Wawancara Langsung, 25 April 2015 di Rumah Narasumber. H. Edward. Seorang wiraswasta dan Tokoh Masyarakat, Wawancara langsung, 25 April 2015, di Kedai Kopi. Rudianto, Ketua PKS Tanjungbalai, wawancara langsung, 20 April 2015, di rumah nara sumber. Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 186. Wawancara dengan sekretaris KPU Kota Tanjungbalai, di Kantor KPU 16 Maret 2015.