PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN

advertisement
PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN SAHAM PUBLIK DAN LEVERAGE
TERHADAP MANAJEMEN LABA
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2011-2014)
ARIF RACHMAN SUSANTO
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRACT
The purpose of this study was to know the influence of good corporate
governance, institutional ownership, public ownership and leverage to the earnings
management. The study focused on manufacturing companies listed in Bursa Efek
Indonesia during 2011-2014.
The study used purposive sampling method in order to collect the sample.
Population in this study was to all manufacturing companies listed in Bursa Efek
Indonesia during 2011-2014. Based on certain criteria, there were 50 of 151
manufacturing companies that matched with the sample. The statistical method used
in this study was mutiple regression.
The result of this study showed that good corporate governance has the
negative (0,108) and un-significant (0,914) effect to the earnings management.
Institutional ownership has the negative -3,268) and significant (0,001) effect to the
earnings management. Public ownership has the negative (-4,179) and significant
(0,000) effect to the earnings management. Leverage has the positive (1,155) and unsignificant (0,249) effect to the earnings management. The goodness of fit testing
showed that good corporate governance, institutional ownership, public ownership
and leverage were influenced to the earnings management with count F value 6.118
and significant 0,000. The adjusted 𝑅 2 was 0,093, that showed the influence of good
corporate governance, institutional ownership, public ownership and leverage to the
earnings management at 9,3%.
Keywords: Earnings management; good corporate governance; institutional
ownership; public ownership; leverage
1. PENDAHULUAN
Kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan laba dapat digunakan
sebagai alat untuk menilai kemajuan kinerja suatu perusahaan, karena laba
merupakan salah satu indikator utama dalam mengukur kinerja dan bentuk
pertanggungjawaban manajemen (Lande dkk, 2014). Saat perusahaan tidak dapat
mencapai laba yang ditargetkan, maka akan memicu manajer untuk melakukan
praktik yang tidak sehat dalam perusahaan seperti melakukan manajemen laba.
Manajemen laba atau earnings management merupakan suatu tindakan campur
tangan yang dengan sengaja dilakukan oleh manajer dalam proses penyusunan
laporan keuangan, dengan menaikkan atau menurunkan laba tanpa dikaitkan
dengan peningkatan atau penurunan profitabilitas ekonomi perusahaan untuk
jangka panjang. Dengan tujuan agar manajer tersebut dapat memperoleh
keuntungan dari tindakan yang dilakukan (Scipper, 1989; Fischer dan Rozenweig,
1995).
Menurut Antonia (2008) manajemen laba diduga muncul atau dilakukan
oleh manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan
keuangan suatu organisasi. Meskipun secara prinsip praktek manajemen laba ini
tidak menyalahi prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum (PABU), namun
dengan adanya praktek manajemen laba dapat mengikis kepercayaan masyarakat
terhadap laporan keuangan eksternal dan dapat menghalangi kompetensi aliran
modal (Rahman dkk, 2014).
Teori keagenan secara keseluruhan dapat menjelaskan hubungan antara
pihak agen dan prinsipal yang bersama-sama mempunyai kepentingan berbeda
dalam perusahaan. Kepentingan yang berbeda dapat memicu terjadinya praktik
manajemen laba. Teori keagenan memberikan gambaran bahwa praktik
manajemen laba dapat diminimalisir dengan pengawasan dari pihak internal
melalui good corporate governance. Majamen laba dapat diminimalisir dengan
monitoring guna menyelaraskan ketidaksamaan kepentingan pemilik dengan
manajemen dengan cara: pertama, memperbesar kepemilikan saham oleh
manajemen (Jensen and Meckling, 1976); kedua, adanya kepemilikan saham oleh
institusional (Midiastuty dan Machfoedz, 2003); ketiga, melalui peran
pengawasan monitoring oleh komisaris independen (Boediono, 2005).
Manajemen laba dapat dihindari dengan menerapkan tata kelola
perusahaan secara baik. Pada dasarnya, ketika perusahaan mampu menerapkan
tata kelola perusahaannya secara baik maka secara tidak langsung perusahaan
mampu mengelola bisnis yang lebih beretika, memiliki keadilan dan mempunyai
tanggung jawab dengan berlandaskan pada asas-asas tata kelola perusahaan yang
baik, yang terdiri dari asas transparansi, asas akuntabilitas, asas responsibilitas,
asas independensi serta asas kewajaran dan kesetaraan (Lande dkk, 2014). Tata
kelola perusahaan yang baik juga dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan
yang mampu menerapkannya.
Adanya anggapan bahwa manajemen laba di Indonesia belum dapat
teratasi secara baik karena di Indonesia pemahaman perusahaan terhadap penting
dan strategisnya menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan masih sangat
rendah. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Kaihatu
(2006) yang membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung
masih
bersikap
opportunistik,
yaitu
melaporkan
sesuatu
yang
dapat
memaksimalkan kebutuhan manajer itu sendiri. Belum mampunya perusahaan di
Indonesia untuk menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik, dan masih
bersikap opportunistik dapat memicu terjadi praktik yang tidak sehat dalam suatu
perusahaan, seperti memberi peluang pada manajemen untuk dapat melakukan
manajemen laba (Lande dkk, 2014).
Menurut Lande dkk. (2014) dikatakan bahwa tata kelola perusahaan di
Indonesia diterapkan hanya sekedar untuk memenuhi peraturan yang disyaratkan
oleh pemerintah agar dapat menjadi perusahaan publik, tanpa menerapkan secara
serius, sehingga walaupun tata kelola perusahaan dalam perusahaan telah berjalan
baik, tetapi hanya digunakan sebagai pencitraan untuk menarik para investor,
akan tetapi tidak dapat meminimalkan terjadinya praktik yang tidak sehat dalam
perusahaan (Sutedi, 2012:81; Natalia dan Pudjolaksono, 2013). Penerapan tata
kelola perusahaan yang lemah pada perusahaan-perusahaan di Indonesia akan
membuat perusahaan asing dengan penerapan tata kelola perusahaan yang lebih
baik lebih diminati oleh para inverstor, sehingga perusahaan domestik akan kalah
bersaing dengan perusahaan asing yang masuk ke Indonesia.
Penelitian ini mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Rahman
dkk., (2014) dalam menguji pengaruh komite audit, kepemilikan institusional,
persentase saham publik dan leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 20082011. Kontribusi penelitian ini yaitu memasukan variabel tata kelola perusahaan
sebagai variabel independen, dimana tata kelola perusahaan merupakan salah satu
indikator pemicu terjadinya manajemen laba. Kontribusi lainnya adalah
mengganti periode tahun penelitian menjadi tahun 2011-2014.
2. LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami
corporate governance. Teori agensi merupakan suatu konsep yang menjelaskan
hubungan kontraktual antara principal (pemilik) dan agent (manajer). Dalam
hubungan keagenan ini, pihak manajer adalah pihak yang memiliki informasi
tentang perusahaan lebih banyak daripada pemilik, sehingga disini timbul asimetri
informasi yaitu suatu keadaan dimana terdapat pihak yang mempunyai informasi
lebih banyak dari pihak luar sehingga menguntungkan mereka (Deegan,
2004:220).
Agen mempunyai tanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan
keuntungan para pemilik. Namun, tanpa dipungkiri bahwa terkadang hak
pengendalian yang dimiliki oleh agen selaku manajer sangat dimungkinkan untuk
diselewengkan dan dapat menimbulkan masalah keagenan yang dapat diartikan
dengan sulitnya investor untuk memperoleh keyakinan bahwa dana yang mereka
investasikan dikelola dengan semestinya oleh manajer (Lande dkk, 2014).
Manajer memiliki kewenangan untuk mengelola perusahaan dan demikian
manajerpun memiliki hak dalam mengelola dana investor (Ujiyantho dan
Pramuka, 2007).
Tata Kelola Perusahaan
Corporate governance adalah suatu peraturan yang menentukan hubungan
antara pemegang saham dan manajer sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya.
Wahyuni dan Sasongko (2011) corporate governance merupakan kunci sukses
perusahaan dalam mengelola perusahaan sehingga laporan keuangan yang
dihasilkan terjamin kualitasnya. Tata kelola perusahaan yang baik mencerminkan
apakah perusahaan tersebut, dalam hal ini manajemen, sehat dan transparan
sehingga diharapkan dapat menekan aktivitas perekayasaan kinerja yang
mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai sesungguhnya (Eky
dan Farid, 2014).
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah persentase hak suara yang dimiliki pihak
institusional terhadap suatu perusahaan (Tiswiyanti, 2012). Pihak institusional
tersebut seperti perusahaan investasi, pemerintah, institusi keuangan, institusi
berbadan hukum, institusi luar negeri, bank, lembaga asuransi dan institusi
lainnya, diwakilkan dengan investor institusional (Rahman dkk., 2014). Dengan
kepemilikan saham yang besar, investor institusional memiliki insentif untuk
memantau pengambilan keputusan dan mengoptimalkan nilai perusahaan.
Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk kepentingan
pemegang saham.
Kepemilikan Saham Publik
Kepemilikan saham publik adalah presentase saham yang ditawarkan
kepada publik saat IPO (initial public offering) yang dilakukan manajemen
dengan tujuan untuk menawarkan investasi kepada publik (Rahman dkk., 2014).
Dengan melakukan IPO, menunjukkan bahwa akan ada private information yang
harus di-sharing-kan manajer kepada publik. Besarnya presentase saham yang
ditawarkan ke publik biasanya memberi pengaruh kepada jumlah informasi yang
akan di-sharing kepada publik. Semakin tinggi presentase saham yang ditawarkan
kepada publik maka semakin besar pula informasi yang harus di-sharing-kan
manajer kepada publik (Rahman dkk., 2014).
Leverage
Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang dapat digunakan untuk
membandingkan risiko dan tingkat pengembalian hasil dari berbagai perusahaan
untuk membantu investor dan kreditor dalam membuat keputusan investasi dan
kredit yang baik (White et al, 2002). Rasio leverage terdiri dari beberapa macam
rasio, antara lain debt ratio (debt to total asset), debt to equity ratio, long term
debt to equity, dan time interested earned (Lande dkk, 2014). Dalam penelitian
ini, rasio leverage yang digunakan adalah berdasarkan debt ratio (debt to total
asset) dikarenakan debt ratio dapat menunjukkan beberapa bagian dari
keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang atau beberapa bagian
dari aset yang digunakan untuk menjamin utang.
Manajemen Laba
Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak
manajemen yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit
yang menjadi tanggung jawabnya, yang tidak mempunyai hubungan dengan
kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang
(Widjaja, 2004). Dengan demikian, manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu
tindakan manajemen yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan
manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang
hal tersebut akan sangat mengganggu bahkan membahayakan perusahaan
(Merchant dan Rockness, 1994).
Manajemen laba menjadi menarik untuk diteliti karena dapat memberikan
gambaran akan perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada suatu
periode tertentu, yaitu adanya kemungkinan munculnya motivasi tertentu yang
mendorong mereka untuk mengatur data keuangan yang dilaporkan (Palestin,
2008). Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi
data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan
metode akuntansi (accounting methods) untuk mengatur keuntungan yang bisa
dilakukan karena memang diperkenankan menurut accounting regulations
(Gumanti, 2000).
Tata Kelola Perusahaan terhadap Manajemen Laba
Good corporate governance merupakan mekanisme yang dikembangkan
dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan dan perilaku pihak manajemen
yang menjamin bahwa manajemen bertindak yang terbaik bagi kepentingan
stakeholder. Corporate governance mengatur pola hubungan antara komisaris,
direksi dan manajemen agar terjadi chek and balances dalam pengelolaan
organisasi. Dengan adanya mekanisme good corporate governance maka dapat
mengurangi tindakan opportunis manajer dalam melakukan manajemen laba,
karena adanya pengawasan dan pengendalian yang menjadi esensi utama dari
mekanisme good corporate governance (Elisa, 2014).
Menurut hasil penelitian Tangjitprom (2013) menunjukkan bahwa tata
kelola perusahaan yang baik berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal
tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Werner (2010), Drivina dkk. (2013), Jao
dan Gagaring (2010) yang menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa tata kelola
perusahaan terbukti berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Namun tidak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lande dkk. (2014), Elisa (2014),
Erdianto dkk., (2013) yang menyatakan bahwa tata kelola perusahaan tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan penjelasan di atas
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Tata kelola perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor
manajemen terutama sebagai agen pengawas. Menurut Jama’an (2008) investor
institusional dapat melakukan peranan pengawasan dan monitoring antara lain
dengan mengarahkan dan memonitor kegiatan bisnis perusahaan (directing and
control). Dengan kepemilikan sahamnya yang relatif besar mereka mempunyai
kemampuan untuk memonitor kegiatan bisnis pada perusahaan tersebut.
Investor institusional akan membuat kecenderungan terjadinya asimetri
informasi antara principal dan agent berkurang. Investor institusi dapat
mempengaruhi atau mengawasi kelangsungan hidup suatu perusahaan (Rahman
dkk., 2014). Biasanya investor institusional lebih mementingkan kinerja
perusahaan jangka panjang. Kepemilikan saham oleh investor atas saham
perusahaan berperan untuk memonitor manajemen perusahaan dengan lebih
efektif dan mempengaruhi manajer dalam pengambilan keputusan agar
manajemen perusahaan tidak seenaknya bertindak untuk kepentingannya sendiri,
yaitu praktik manajemen laba (Iqbal dan Nurul, 2005).
Semakin besar kepemilikan institusi, maka akan semakin besar kekuatan
suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi manajemen.
Untuk menjamin integritas laporan keuangan diperlukan proses monitoring secara
efektif melalui kepemilikan institusional terhadap pihak manajemen. Sesuai
dengan penelitian Rahman dkk. (2014), Arifani (2013), Rosyada (2012) yang
menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap
berkurangnya manajemen laba. Namun penelitian Drivina dkk. (2013), Tiswiyanti
dkk. (2012), Welvin dan Arleen (2010) tidak mampu membuktikan hipotesis
tersebut, sehingga penelitian kali ini merumuskan kembali hipotesis sebagai
berikut:
H2 : Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Kepemilikan Saham Publik terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan saham publik adalah presentase saham yang ditawarkan
kepada publik saat IPO (initial public offering). Besarnya presentase saham yang
ditawarkan ke publik memberi pengaruh kepada jumlah informasi yang akan
disharing kepada publik. Informasi yang disharing tersebut berupa private
information, yaitu informasi internal yang semula hanya diketahui oleh manajer,
seperti: standar yang dipakai dalam pengukuran kinerja perusahaan, keberadaan
perencanaan bonus, dan sebagainya (Rahman dkk., 2014). Semakin tinggi
presentase saham yang ditawarkan kepada publik maka semakin besar pula
informasi yang harus disharingkan manajer kepada publik. Jadi manajer dituntut
untuk menyajikan informasi yang baik sehingga menarik minat investor untuk
melakukan investasi.
Public investor mengakibatkan manajer berkewajiban memberikan
informasi internal secara berkala sebagai bentuk pertanggungjawabannya.
Sehingga kemungkinan dapat mengurangi intensitas terjadinya manajemen laba
karena adanya pengawasan dari public investor tersebut. Hal ini dibuktikan oleh
Rahman dkk. (2014) yang menunjukkan bahwa kepemilikan saham publik
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Namun tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Azline (2008) dan penelitian Leuz et al (2001) yang
menyatakan tidak ada pengaruh antara saham publik dengan manajemen laba.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai
berikut :
H3 : Kepemilikan saham publik berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Leverage terhadap Manajemen Laba
Leverage dapat menjadi tolak ukur mengenai manajemen laba yang
dilakukan perusahaan. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi berarti
memiliki liabilitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan aset yang dimiliki,
hal ini mengakibatkan risiko dan tekanan yang besar pada perusahaan (Eky,
2014). Leverage yang tinggi akan menyebabkan nilai pembiayaan yang juga
tinggi dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja jangka panjang. Dengan
kinerja tersebut, diharapkan kreditur juga akan tetap memiliki kepercayaan
terhadap manajemen perusahaan. Dengan demikian, hal tersebut dapat
menyuburkan perililaku opportunistic pihak manajemen terhadap laporan
keuangan dengan cara melakukan manajemen laba (Hanafi, 2004). Hal tersebut
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Yulianto (2010) menunjukkan bahwa
leverage berpengaruh terhadap manajemen laba.
Dalam teori keagenan, semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran
perjanjian utang yang ber-basis akuntansi, lebih memungkinkan manajer
perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba yang
dilaporkan dari periode masa datang ke periode saat ini (Watts and Zimmerman,
1990). Penelitian Welvin dan Arleen (2010), Azlina (2010) menemukan bahwa
terdapat pengaruh positif leverage terhadap manajemen laba. Penelitian lain yang
dilakukan Rahman dkk. (2014) juga menemukan hubungan positif antara hutang
dan manajemen laba. Namun baik penelitian Lande dkk. (2014), Eky dan Farid
(2014), Jao dan Gagarin (2010), Antonia (2008) tidak mampu membuktikan
hipotesis tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini
mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
3. METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2014.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling (pemilihan sampel bertujuan), yaitu penentuan sampel atas
dasar kesesuaian karakteristik dan kriteria tertentu (Trihendradi, 2013).
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari berbagai literature yang berhubungan dengan penelitian
ini. Data tersebut berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang digunakan sebagai objek
penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: (1) Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode tahun
2011-2014. (2) Menerbitkan laporan keuangan selama periode tahun 2011-2014.
(3) Perusahaan yang paling aktif dan memiliki laporan keuangan lengkap dalam
empat tahun berturut-turut selama periode tahun 2011-2014. (4) Perusahaan
manufaktur yang dijadikan sampel memiliki data keuangan lengkap untuk
pengukuran semua variable.
Pengukuran Variabel
Tata Kelola Perusahaan
Good corporate governance diukur dengan menggunakan skoring GCG
yang diperkenalkan oleh Gwenda dan Juniarti (2013), yang diproksikan dengan:
hak pemegang saham (Subindex A), Dewan Direksi (Subindex B), Komisaris
Independen (Subindex C), Komite audit dan Internal Audit (Subindex D), dan
Pengungkapan untuk Investor (Subindex E). Setiap subindex diberikan kriteriakriteria. Dan jika memenuhi kriteria akan diberikan nilai 1, sebaliknya jika tidak
memenuhi kriteria diberikan nilai 0. Rumus untuk memperoleh skor dari GCG
adalah:
𝑪𝑮𝑰 = 𝑨 +
𝑩+𝑪
+𝑫+𝑬
𝟐
Dimana: (A) Hak pemegang saham. (B) Dewan direksi. (C) Komisaris
independen. (D) Komite audit dan internal audit. (E) Pengungkapan untuk
investor.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh
pihak institusi (Rahman dkk., 2014). Kepemilikan institusional diukur dengan
persentase jumlah saham yang dimiliki oleh institusi terhadap seluruh modal
saham perusahaan.
Kepemilikan Saham Publik
Kepemilikan saham publik adalah persentase saham yang ditawarkan
kepada publik saat IPO (initial public offering) (Rahman dkk., 2014). Persentase
saham publik diukur dengan melihat besarnya persentase-persentase saham yang
ditawarkan kepada masyarakat saat IPO).
Leverage
Leverage adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk meningkatkan
profitabilitas (Horne, 2007). Apabila tingkat utang pada suatu perusahaan itu
tinggi, biasanya akan menyebabkan penurunan laba. Penurunan laba ini akan
memancing manajemen untuk menaikan laba agar terlihat stabil (Horne, 2007).
Dalam penelitian ini leverage diukur dengan perbandingan total utang yang
dimiliki perusahaan dengan total asset perusahaan.
Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu
terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh
keuntungan pribadi (Rahman dkk., 2014). Pengukuran manajemen laba
menggunakan discretinary accrual (DAC). Discretonary accrual digunakan
sebagai proksi karena merupakan komponen yang dapat dimanipulasi oleh
manajer seperti penjualan kredit dan produksi secara besar-besaran (Rahman
dkk., 2014). Untuk mengukur DAC, terlebih dahulu akan di ukur total akrual.
Total
akrual
diklasifikasikan
menjadi
komponen
discretionary
dan
nondiscretionary (Novario, 2012), dengan tahapan:
a) Mengukur total accrual dengan menggunakan metode modifikasi Jones
(Novario, 2012).
Total Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas
operasi (cash flow from operating)
b) Menghitung nilai accrual yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS
(Ordinary Least Square):
TACt / At-1 = α1 (1/At-1) + α2 (ΔREVt/At-1) + α3 (PPEt/At-1) + e
c) Menghitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut:
NDAt = α1 (1/At-1) + α2 ((ΔREVt-ΔRECt) / At-1) + α3 (PPEt/At-1)
d) Menghitung discretionary accruals sebagai berikut:
DACt = (TACt/At-1) - NDAt
Dimana:
TACt : total accruals perusahaan i pada periode t
NDAt : nondiscretionary accruals pada tahun t
DACt : discretionary accruals perusahaan i pada periode t
At-1
: total aset untuk sampel perusahaan i pada akhit tahun t-1
REVt : perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
RECt : perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
PPEt : asset tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun t
α
: fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi
e
: Error
Penelitian ini menggunakan alat analisis SPSS 22. Uji kualitas data berupa
uji asumsi klasik, kemudian dilanjutkan pengujian hipotesis dengan regresi.
Model regresi dalam penelitian ini signifikan apabila model tersebut memenuhi
asumsi klasik regresi. Asumsi tersebut dapat dipenuhi apabila data penelitian
berdistribusi
normal,
tidak
terdapat
multikolinearitas,
tidak
terdapat
heteroskedastisitas, dan bebas autokorelasi.
Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui kekuatan variabel
independen terhadap variabel dependen (Sekaran, 2006). Hubungan antar variabel
dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut:
DAC = α + β1CGI + β2KI + β3KSP + β4LEV + e
Dimana:
DAC
a
β1 – β4
CGI
KI
KSP
LEV
e
= Manajemen Laba
= Konstanta
= Koefisiensi masing-masing variabel
= Tata Kelola Perusahaan
= Kepemilikan Institusional
= Kepemilikan Saham Publik
= Leverage
= Errors Terms
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Obyek Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang berturutturut terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Tahun 2011-2014. Berdasarkan
metode purposive sampling, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 50
perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria. Adapun prosedur pemilihan
sampel tampak pada tabel 4.1. Penelitian ini menggunakan periode pengamatan
selama 4 tahun.
Tabel 4.1 Prosedur Pemilihan Sampel
No
1
2
3
Keterangan
Perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan
keuangan selama periode tahun 2011-2014
Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data
keuangan lengkap untuk pengukuran semua variable
Jumlah observasi
Sumber: Data sekunder yang diolah 2015
2011
Tahun
2012 2013
2014
127
131
133
151
(40)
(44)
(46)
(64)
(37)
(37)
(37)
(37)
50
50
50
50
Statistik Deskriptif
Tabel 4.2 menunjukan bahwa rata-rata manajemen laba sebesar -0,0046
dan standar deviasi sebesar 0,05953. Rata-rata tata kelola perusahaan sebesar
15,4150 dan standar deviasi sebesar 1,67235. Rata-rata kepemilikan institusional
sebesar 70,6520 dan standar deviasi sebesar 23,27955. Rata-rata saham publik
sebesar 26,9857 dan standar deviasi 22,13284. Rata-rata leverage sebesar 0,5398
dan standar deviasi sebesar 0,48569.
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Sumber: Data sekunder yang diolah 2015
Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)
a) Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (Adjusted R2) yang terlihat pada tabel 4.3
mengindikasikan
kemampuan
persamaan
regresi
berganda
untuk
menunjukkan tingkat penjelasan model terhadap variabel dependen.
TABEL 4.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber: Data sekunder yang diolah 2015
Koefisien determinasi (Adjusted R2) yang terlihat pada tabel 4.3
mengindikasikan
kemampuan
persamaan
regresi
berganda
untuk
menunjukkan tingkat penjelasan model terhadap variabel dependen. Besarnya
koefisien determinasi (Adjusted R2) adalah 0.093 atau 9.3% ini berarti bahwa
kemampuan variabel independen secara simultan memiliki pengaruh terhadap
variabel manajemen laba
sebesar 9,3%, sedangkan sisanya yaitu sebesar
90.7% (100% - 9.3%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian.
b) Uji Pengaruh Simultan (F Test)
TABEL 4.4 Hasil Uji Pengaruh Simultan
Sumber: Data sekunder yang diolah 2015
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, hasil uji signifikan variabel independen
(X) dapat memengaruhi variabel dependen secara signifikan. Dari uji
ANOVA atau F test didapat nilai F test sebesar 6.118 dan signifikan sebesar
(0,000) < alpha (0,05) yang berarti variabel tata kelola perusahaan,
kepemilikan institusional, kepemilikan saham publik dan leverage secara
simultan memengaruhi variabel manajemen laba.
c) Uji Parsial (t Test)
Untuk pengujian hipotesis pertama sampai pengujian hipotesis ke
empat dilakukan dengan menggunakan uji t. Uji t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan hasil pengujian dengan
menggunakan alat analisis regresi linear berganda diperoleh hasil sebagai
berikut:
TABEL 4.5 Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda
a
Model
1
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
Tata Kelola Perusahaan
Kepemilikan Institusional
Saham Publik
Leverage
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
.059
.046
.000
-.001
-.001
-.010
.003
.000
.000
.009
Standardized
Coefficients
Beta
.008
-.229
-.296
-.083
t
Sig.
1.292
.198
.108
-3.268
-4.179
-1.155
.914
.001
.000
.249
Sumber: Data sekunder yang diolah 2015
DAC = 0.059 + 0.000 CGI – 0.001 KI – 0.001 KSP – 0.10 LEV + e
Dimana:
DAC = Manajemen Laba
a
= Konstanta
β1 – β4= Koefisiensi masing-masing variabel
CGI = Tata Kelola Perusahaan
KI
= Kepemilikan Institusional
KSP = Kepemilikan Saham Publik
LEV = Leverage
e
= Errors Terms
Tata Kelola Perusahaan Terhadap Manajemen Laba
Tata kelola perusahaan memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.000
dengan signifikansi sebesar 0.914 > α 0.05 sehingga variabel tata kelola
perusahaan tidak terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel
manajemen laba. Jadi, hipotesis 1 tidak terdukung. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lande dkk. (2014), Elisa (2014),
Erdianto dkk., (2013) namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Tangjitprom (2013), Drivina dkk. (2013), Jao dan Gagaring (2010) yang
menyatakan bahwa tata kelola perusahaan berpengaruh negatif signifikan
terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kemungkinan penerapan GCG di
Indonesia hanya sebatas untuk memenuhi peraturan yang disyaratkan oleh
pemerintah agar dapat menjadi perusahaan publik, tanpa diterapkan secara serius
dalam perusahaan, sehingga walaupun tata kelola perusahaan sudah berjalan
dengan baik, namun hanya digunakan sebagai pencitraan semata agar dapat
menarik para investor, namun tidak dapat meminimalisir terjadinya praktik yang
tidak sehat dalam perusahaan (Sutedi, 2012; Natalia dan Pudjolaksono, 2013).
Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan institusional memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.001
dengan signifikansi sebesar 0.001 < α 0.05 sehingga variabel kepemilikan
institusional terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel
manajemen laba. Jadi, hipotesis 2 terdukung. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahman dkk. (2014), Arifani (2013),
Rosyada (2012) namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Drivina
dkk. (2013), Tiswiyanti dkk. (2012), Welvin dan Arleen (2010) yang menyatakan
tidak ada pengaruh antara kepemilikan institusional dengan manajemen laba.
Kepemilikan saham oleh institusional yang besar memungkinkan pihak
institusional, yaitu pihak atau badan usaha yang berasal dari luar perusahaan
untuk menjadi controller atau yang mengawasi tindakan manajer sehingga
manajer tidak bertindak sesuai kepentingannya sendiri, sehingga antara
manajerial dan institusional dapat saling bekerjasama untuk meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan (Arifani, 2013). Dengan terlaksananya fungsi pengawasan
oleh pihak institusional melalui kepemilikan sahamnya, maka kinerja manajemen
akan semakin terawasi dan dapat meminimalisasi tindak kecurangan yang dapat
dilakukan oleh manajemen sehingga kinerja keuangan perusahaan dapat
meningkat.
Kepemilikan Saham Publik Terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan saham publik memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.001
dengan signifikansi sebesar 0.000 < α 0.05 sehingga variabel kepemilikan saham
publik terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel manajemen
laba. Jadi, hipotesis 3 terdukung. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rahman dkk. (2014) namun tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Azline (2008) dan penelitian Leuz et al (2001) yang
menyatakan tidak ada pengaruh antara saham publik dengan manajemen laba.
Hal ini menunjukkan jika persentase saham semakin besar ditawarkan
kepada publik saat IPO, maka aktivitas manajemen laba akan menurun akibat
meningkatnya pengawasan dari pihak publik terhadap informasi yang disajikan
manajemen perusahaan. Dengan adanya public investor mengakibatkan manajer
berkewajiban memberikan informasi internal secara berkala sebagai bentuk
pertanggungjawabannya. Sehingga kemungkinan dapat mengurangi intensitas
terjadinya manajemen laba karena adanya pengawasan dari public investor
tersebut.
Leverage Terhadap Manajemen Laba
Leverage memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.010 dengan
signifikansi sebesar 0.249 > α 0.05 sehingga variabel leverage tidak terbukti
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel manajemen laba. Jadi,
hipotesis 4 tidak terdukung. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Eki dan Farid (2014), Jao dan Gagarin (2010), Antonia
(2008) namun tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rahman dkk.
(2014), Welvin dan Arleen (2010) dan Azlina (2010) yang menyatakan bahwa
leverage berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba.
Implikasi manajerial yang paling mungkin menjelaskan hubungan tidak
signifikan ini adalah perusahaan dengan rasio leverage tinggi akibat besarnya
jumlah utang terhadap modal di duga akan meningkatkan resiko default bagi
perusahaan, tetapi dalam hal ini manajemen menyadari kalau manajemen laba
tidak dapat dijadikan sebagai mekanisme untuk menggurangi default tersebut,
karena pelunasan kewajiban perusahaan harus tetap dilakukan dan tidak dapat
dihindari melalui tindakan manajemen laba (Eky dan Farid, 2014; Jao dan
gagarin, 2013; Husni, 2012).
5. SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN
Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memperoleh bukti empiris
tentang pengaruh negatif tata kelola perusahaan, kepemilikan institusional,
kepemilikan saham publik, dan pengaruh positif leverage terhadap manajemen
laba. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan mengambil sampel
sebanyak 50 selama 4 tahun berturut-turut perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama tahun 2011-2014. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
tata kelola perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, kepemilikan
institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, kepemilikan saham
publik berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, leverage tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Saran
Periode penelitian dan sampel yang digunakan dapat ditambah atau di
perluas pada sector perusahaan yang lain seperti industri jasa dan industri non
jasa. Karena nilai Adjusted R Square-nya kecil, maka penelitian selanjutnya
disarankan
dapat
menambah
variabel-variabel
lain
seperti
kepemilikan
manajerial, ukuran perusahaan dan kompensasi bonus untuk menguji kembali
variabel dalam penelitian selanjutnya.
Keterbatasan
Hasil penelitian yang menunjukkan besarnya pengaruh keempat variabel
tersebut terhadap manajemen laba hanya sebesar 9,3%. Ini menunjukkan bahwa
terdapat 90,7% variabel lain yang dapat mempengaruhi terjadinya tindakan
manajemen laba. Penelitian ini hanya menggunakan sektor manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga tidak dapat digeneralisasi pada
keseluruhan jenis perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Antonia, Edgina. 2008. Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi
Komite Audit Independen Terhadap Manajemen Laba (Studi pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2004 – 2006 ).
Program Studi Magister Manajemen. Universitas Diponegoro.
Arifani, Rizky. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan. Universitas Brawijaya.
Azlina, Nur. 2010. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba : Studi
Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Pekbis Jurnal. (Volume II; 355-363).
Boediono, Gideon Setyo Budiwitjaksono. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan
Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Budihardjo, Otto. 2009. Mendeteksi Earnings Management dan Akun-Akun yang
Berpengaruh. Wacana Vol. 12 No. 4.
Deegan, Craig. 2004. Financial Accounting Theory. Australia: McGraw-Hill
Australia Pty Limited
Drivina, Rizky Jayengsari dan Soegeng Soetedjo. 2013. Pengaruh Good Corporate
Governance, Kualitas Audit, Kompensasi Bonus, dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XVI.
Eky, Januar Pambudi dan Farid Addy Sumantri. 2014. Kualitas Audit, Ukuran
Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Simposium Nasional
Akuntansi XVII.
Elisa, Pretty Rahma. 2014. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.
Erdianto, R. Setyo Wahyono., Wahidahwati dan Agus Sunaryo. 2013. Pengaruh
Corporate Governance pada Praktik Manajemen Laba: Studi pada Industri
Perbankan Indonesia. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol. 1, No. 2, Maret
2013, Hal 187-206.
Fischer, M., & Kenneth, R. 1995. Attitude of Students and Accounting Practitioners
Concerming the Ethical Acceptability of Earnings Managements. Journal of
Business Ethics.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3.
Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gumanti, Tatang Ari. 2000. Earning Mangement: Suatu Telaah Pustaka. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Vol. 2, No. 2, Nopember 2000: 104-115.
Gwenda, Z., & Juniarti. 2013. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance
(GCG) Pada Variabel Share Ownership, Debt Ratio, dan Sektor Industri
Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Bussiness Accounting Review, Vol. 1, No.
2.
Hanafi, Manduh. 2004. Manajemen Keuangan. Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Horne, V. C. J. 2007. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Edisi 12 Buku 2,
Wuriarti (ed.), Fundamental of Financial Management, 12th ed., Penerbit
Salemba Empat, Jakarta 12610, P. 181-216.
Iqbal, Syaiful dan Nurul, Fachriyah. 2005. Corporate Governance Sebagai Alat
Pereda Praktik Manajemen Laba (Earnings Management). Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, Vol. 6, No. 4: 25-43.
Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor
Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi
Kasus Perusahaan Publik Yang Listing di BEJ). Universitas Diponegoro.
Jao, Robert dan Gagaring Pagalung. 2011. Corporate Governance, Ukuran
Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan
Manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi & Auditing, Vol. 8, No. 1, November
2011: 1-94.
Jensen, M. C., & H.Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics.
Kaihatu, T. S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.
Kartikawati, Wening. 2007. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan. Skripsi.
Lande, Adriani., Imam Subekti dan Endang Mardiati. 2014. Pengaruh Tata Kelola
Perusahaan, Kecakapan Manajerial, dan Rasio Leverage Terhadap
Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi XVII.
Midiastuty, Pratana Puspa., dan Machfoedz, Mas’ud. 2003. Analisis Hubungan
Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium
Nasional Akuntansi VI. Surabaya.
Natalia, D., & Pudjolaksono, E. 2013. Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance terhadap Praktik Earning Management Badan Usaha Sektor
Perbankan di BEI 2008-2011. Jurnal ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya.
Novario, Niko Anggar. 2012. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba Perusahaan Perbankan Di BEI Periode Tahun 2007-2009”.
Jurnal Akuntansi. Perpustakaan UM.
Palestin, Halima Shatila. 2008. Analisis pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktek
Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba
(Studi Empiris pada PT. Bursa Efek Indonesia). UNDIP Institutional
Repository.
Rahman, Dani Raja., Rita Anugerah., Desmiyawati dan Kamaliah. 2014. Aktivitas
Manajemen Laba: AnalisisPeran Komite Audit, Kepemilikan Institusional,
Persentasi Saham Publik dan Leverage. Simposium Nasional Akuntansi XVII.
Rosyada, Fani Yulia. 2012. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Skripsi. Bekasi:
Universitas Gunadharma.
Schipper, K. 1989. Comentary Katherine on Earnings Managements. Accounting
Horizon.
Sekaran, U. 2006. Research Methods Fir Business (Metodologi Penelitian untuk
Bisnis). Penerbit Salemba Empat, Buku 2, Edisi 4.
Sutedi, A. 2012. Good Corporate Governance. Penerbit Sinar Grafika.
Tiswiyanti, Wiwik., Dewi Fitriyani dan Wiralestari. 2012. “Analisis Pengaruh
Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional terhadap
Manajemen Laba”. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora,
Vol.14, No.1, Hal. 61-66 Januari – Juni 2012.
Tangjitprom, N. (2013). The Role of Corporate Governance in Reducing the Negative
Effet of Earnings Management. International Journal of Economics and
Finance; Vol. 5, No. 3 , 213-220.
Trihendardi, C. 2013. Langkah Praktis Menguasai Statistik untuk Ilmu Sosial
Kesehatan Konsep & Penerapannya Menggunakan SPSS. Penerbit Andi
Offset, Hal.3-5. Yogyakarta 55281.
Ujiyantho, M. A., & Pramuka, B. A. 2007. Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Prosiding Simposium Nasional
Akuntansi X Makassar.
Watts, R.L and J.L Zimmerman. 1990. Positive Accounting Teory: A Ten Year
Perspective. The Accounting Review, Vol.65, No. 1, January 1990: 131-156.
Welvin, I. Guna dan Arleen Herawati. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit, dan Faktor lainnya
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No.1, April
2010, Hlm. 53-68.
Wijayanti, Sri., dan Mutmainah, Siti. 2012. Pengaruh Penerapan Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. Diponegoro Journal of
Accounting, Vol. 1, No. 2.
Yulianto, Eko. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan
Leverage Keuangan Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Perbankan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2007-2008. Skripsi tidak
Diterbitkan. Universitas Malang.
LAMPIRAN
KRITERIA-KRITERIA UNTUK MENDAPATKAN SCOR GCG INDEKS
Dengan mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gwenda
dan Juniarti, 2013. Maka untuk memperoleh Scoring GCG diproksikan dengan
beberapa sub index beserta dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan, antaralain:
1. Hak Pemegang Saham (Subindeks A), dengan kriteria:
A1.
Perusahaan menggunakan suara kumulatif untuk pemilihan direksi.
Yang dimaksud dengan suara kumulatif adalah aturan standar di
bawah komersial kode, tetapi perusahaan dapat memilih keluar dengan
suara matoritas pemegang saham.
A2.
Perusahaan mengadakan ijin pemungutan suara melalui email.
A3.
Perusahaan memilih tanggal pertemuan dengan pemegang saham agar
tidak tumpang tindih dengan perusahaan lain dalam industri yang
sama, atau memilih lokasi pertemuan untuk mendorong kehadiran.
A4.
Perusahaan mengungkapkan calon direktur kepada pemegang saham
di muka pertemuan pemegang saham.
A5.
Persetujuan Dewan diperlukan untuk transaksi dengan pihak terkait.
2. Dewan Direksi (Subindeks B), dengan kriteria:
B1.
Direksi menghadiri setidaknya 75% dari pertemuan (rata-rata).
B2.
Posisi direksi atas agenda rapat dewan tercatat di boards minutes.
B3.
CEO dan ketua dewan adalah orang yang berbeda.
B4.
Terdapat sebuah sistem untuk mengevaluasi adanya direksi.
B5.
Ada sebuah peraturan untuk mengatur pertemuan dewan. Setidaknya
perusahaan harus mengungkapkan dalam laporan tahunan mereka
apakah mereka memiliki/tidak.
B6.
Perusahaan memegang empat atau lebih rapat rutin dewan per tahun.
3. Komisaris Independen (Subindeks C), dengan kriteria:
C1.
Perusahaan memiliki minimal 30% dewan direksi dari luar.
C2.
Perusahaan memiliki dewan direksi dari luar lebih dari 30%.
C3.
Perusahaan memiliki 1 atau lebih direksi luar negri.
C4.
Perusahaan memiliki komisaris independen.
C5.
Dewan direksi dari luar tidak menerima gaji pensiun.
C6.
Direktur luar dapat memperoleh saran dari para ahli di luar
perusahaan.
C7.
Perusahaan memiliki sistem untuk mengevaluasi direksi luar atau
rencana untuk memiliki satu (terkait dengan kriteria B4).
C8.
Pemegang saham menyetujui membayar agregat direksi luar
dipertemuan pemegang saham.
C9.
Direktur luar menghadiri setidaknya 75% dari pertemuan (rata-rata).
C10.
C11.
C12.
C13.
Perusahaan memiliki kode etik bagi direksi luar.
Perusahaan telah ditunjuk contact person untuk mendukung direksi
luar.
Adanya sebuah pertemuan dewan khusus untuk direktur luar.
Perusahaan tidak boleh meminjamkan dana kepada komisaris
independen.
4. Komite Audit dan Internal Audit (Subindeks D), dengan kriteria:
D1.
Adanya audit komite dewan direksi.
D2.
Rasio direksi luar di komite audit: 1 jika rasio lebih dari 2/3 (minimum
hukum bagi perusahaan yang harus memiliki komite audit), 0 jika
sebaliknya.
D3.
Adanya anggaran Rumah Tangga yang mengatur komite audit (atau
auditor internal).
D4.
Komite audit meliputi seseorang dengan keahlian dalam akuntansi.
D5.
Komite Audit (atau auditor internal) merrekomendasi auditor eksternal
pada pertemuan pemegang saham tahunan.
D6.
Komite audit (atau auditor internal) menyetujui penunjukkan dari
kepala audit internal.
D7.
Boards minutes menuliskan untuk setiap pertemuan komite audit
(auditor internal).
D8.
Laporan kegiatan audit komite (atau internal auditor) dipertemuan
tahunan pemegang saham.
D9.
Anggota Komite audit menghadiri setidaknya 75% dari pertemuan
(rata-rata).
D10.
Komite Audit (atau auditor internal) bertemu dengan eksternal auditor
untuk meninjau laporan keuangan.
D11.
Komite audit bertemu dua kali atau lebih per tahun.
5. Pengungkapan untuk investor (Subindeks E), dengan kriteria:
E1.
Perusahaan melakukan kegiatan investor relations pada tahun 2008
sampai dengan tahun 2012.
E2.
Website perusahaan termasuk resume dari anggota dewan.
E3.
Ada pengungkapan bahasa inggris.
Catatan: diberikan point 1 jika memenuhi kriteria, dan jika tidak memnuhi kriteria
diberi point 0
Download