Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium

advertisement
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium
Laboratorium Balai Besar PPMB-TPH dalam melaksanakan tugas dan fungsinya telah mengenal dan
menerapkan keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan laboratorium, bahaya dan resiko, dan
penanganan bahan kimia agar tidak terjadi kecelakaan kerja yang mengganggu kesehatan,
keselamatan analis dan lingkungan. Sebagai contoh dalam melaksanakan pengujian analis
menggunakan jas laboratorium, sandal laboratorium, masker dan sarung tangan. Untuk menjaga
lingkungan laboratorium pada pengujian kesehatan benih setelah pengujian selesai, patogen yang
terdeteksi dan sisa-sisa pengujian disterilkan terlebih dahulu menggunakan autoklave sebelum
dibuang ke tempat sampah. Hal ini dilakukan untuk menjaga tersebarnya patogen dan polusi
lingkungan. Untuk menjaga kesehatan akibat dari bahan kimia, penggunaan bahan kimia yang bersifat
asam pada saat melaksanakan tugasnya analis menggunakan fumehood untuk menjaga kontak
langsung dengan bahan kimia. Ruang laboratorium mudah akses untuk keluar ruangan dan telah
disediakan alat pemadam kebakaran untuk mengantisipasi bila terjadi bahaya kebakaran.
I. Pengenalan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Laboratorium
Permasalahan yang ada pada laboran yaitu bekerja di laboratorium (kimia, biologi, dan radiasi)
beresiko tinggi, tingkat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja terus meningkat, pemahaman
masyarakat terhadap sifat bahaya dan resiko bahan (kimia, biologi dan radiasi) masih rendah dan
belum terciptanya “budaya safety” yakni peduli terhadap keselamatan manusia dan lingkungan.
Bekerja di laboratorium mempunyai resiko pada kesehatan bahkan nyawa laboran. Pemahaman
masyarakat terhadap sifat dan resiko bahan (kimia, radiasi dan biologi) masih rendah, sehingga
belum tercipta “Budaya Safety” yakni budaya terhadap keselamatan manusia dan lingkungan.
Kecelakaan kerja di laboratorium dipicu oleh informasi yang kurang tentang bahaya (hazard),
kepedulian safety
yang rendah, kesalahan kelengkapan bangunan dan/atau laboratorium,
kesalahan dalam deteksi daerah potensial resiko, kesalahan penanganan bahan kimia berbahaya,
kesalahan penyimpanan, dll.
Kecelakaan kerja terutama terjadi karena pelanggaran aturan kerja. Keselamatan dan kesehatan
kerja yang sering disingkat K3, merupakan suatu ilmu pengetahuan yang penerapannya dalam
upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit akibat kerja, dll.
Kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium diperlukan untuk menciptakan lingkungan kerja
yang aman, sehingga mengurangi resiko kehilangan staf, dan mengurangi resiko kehilangan alat
serta bahan kimia.
Sumber resiko utama di laboratorium yaitu penggunaan bahan kimia, patogen, dan bahan
berbahaya lainnya, aktifitas manusia dan laboratorium, fasilitas (gedung, instrument, dll), bahaya
ergonomik (pekerjaan berulang seperti pemipetan, penggunaan instrument kimia dan komputer),
serta limbah laboratorium.
Jenis bahan berbahaya di laboratorium yaitu
a. Bahya kimia : cairan, gas,uap, partikulat (bahan kimia organik dan an organik)
b. Bahaya biologik : patogen, darah atau spesmen tubuh lainnya
c. Bahaya fisik : api, listrik, radiasi, getaran, tekanan, temperatur, kebisingan.
Pekerja beresiko apabila dalam tekanan, kurang supervisi/pengawasan, jenuh, dalam masa
pemulihan, salah dalam penempatan kerja, kurang sehat, kelelahan, intruksi yang salah, kurang
pelatihan, kurang peduli terhadap keselamatan.
Untuk mengantisipasi resiko bekerja di laboratorium, pekerja harus memahami potensi
permasalahan, merancang eksperimen yang aman, pengelolaan inventori, kesiapsiagaan pada
kondisi darurat.
II. Bahaya dan komunikasi resiko
Bahan berbahaya adalah bahan yang karena sifat serta konsentrasinya dan/atau jumlahnya dapat
mengakibatkan dampak negatif atau kerugian bagi manusia dan pencemaran atau kerusakan
lingkungan.
Suatu bahan dikatakan berbahaya jika mudah terbakar, toksit, korosif, berbahaya untuk lingkungan,
memiliki sifat mudah meledak.
Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang karena klasifikasi dan kategori tingkat bahayanya
dan/atau jumlahnya dapat mengakibatkan dampak negatif atau kerugian bagi manusia dan
pencemaran atau kerusakan lingkungan.
Klasifikasi bahan kimia berdasarkan GHS (Globally Harmonized System ):
a. Bahaya fisik : kebakaran/menyala dan meledak
b. Bahaya terhadap kesehatan : keracuanan tritium (H-3), carbon (C-14), sulfur (S-35), phosphorus
(P-32/33), Iodine (I-35).
Jenis radiasi ada 2 , radiasi pengion dan non-pengion. Radiasi pengion merupakan
emisi/penyebaran energi, dimana berkas radiasi tersebut bila melalui suatu media akan mampu
memicu proses ionisasi (berdasarkan tingkat energi yang diserap oleh medium) pada material
medium seperti sinar alpha, beta, gamma, x-ray, neutrons. Radiasi non pengion :
emisi/penyebaran energi, dimana berkas radiasi tersebut bila melalui suatu media tidak akan
mampu memicu proses ionisasi (berdasarkan tingkat energi yang diserap oleh medium) pada
material contohnya ultraviolet (UV, spectrometers), magnetic (NMR,MRI), mikrowave, sinar laser
c. Bahaya Lingkungan : pencemaran kimia di lingkungan.
d. Bahaya biologik yaitu bahaya yang disebabkan oleh mikroorganisme. Bahaya fisik yang
disebabkan oleh radiasi. Radiasi adalah emisi dan penyebaran energy melalui ruang (media)
dalam bentuk gelombang elektromagnet atau partikel-partikel /elementer dengan energi kinetik
yang sangat tinggi. Contoh isotop radioaktif tr
Dampak biologik radiasi bahan radioaktif leukemia, katarak, kanker, sakit kepala menahun,
kelelehan, impotensi, kemandulan dan sakit jantung.
III. Penanganan bahan kimia berbahaya
Pokok keselamatan kerja di laboratorium dengan mengenali resiko dan bahaya serta memahami
prinsip umum aspek keselamatan kerja di laboratorium. Keselamatan adalah merupakan faktor yang
penting bagi pekerja. Keselamatan dapat dipelajari dan penting dipahami serta dilaksanakan.
Prinsip umum Aspek Keselamatan Kerja di Laboratorium dengan mengenali dan memahami sifat
bahaya dan potensi resiko bahan kimia. Mengenali dan memahami pekerjaan/eksperimen yang
dilakukan (diri sendiri dan lingkungan kerja).
Laboratorium merupakan tempat kerja sehingga harus bersih, rapi serta tertata dengan baik.
Pedoman dasar bekerja di laboratorium antara lain :
a. Baca instruksi keselamatan sebelum bekerja
b. Selalu gunakan alat pelindung diri yang sesuai
c. Kenali bahaya dan resiko bahan kimia yang dipakai
d. Kenali prosedur dan lokasi fasilitas tanggap darurat
e. Hindari kontak dengan bahan kimia seminimal mungkin
f. Dilarang makan dan minum di laboratorium
g. Dilarang merokok di laboratorium
h. Dilarang berlari di laboratorium
i. Letakkan tas/barang pada lemari penyimpanan
Perlu diketahui bahan-bahan kimia itu berdasarkan sifatnya berbeda-beda. Pada kemasan biasanya
dicantumkan symbol bahaya seperti simbol api yang berarti bahaya oksidator, penyebab
kebakaran sehingga penanganannya dengan menjauhkan dari bahan yang mudah terbakar.
Pada penyimpanan bahan kimia sangat diperlukan adanya sarana penyimpanan (lemari/gudang)
bahan kimia, dimana penempatannya perlu memperhatikan sifat bahan kimia baik fisik maupun
kimiawi dan mudah dikontrol, sehingga interaksi antara bahan kimia yang disimpan dapat dihindari.
Syarat-syarat penyimpanan bahan kimia yang perlu diperhatikan :
a. Syarat ruangan : dingin, ventilasi, jauh dari sumber api ataupun zat oksidator, serta bahan makanan
dan pakan hewan.
b. Syarat wadah penyimpanan : gelas atau olietilen atau wadah gelap
c. Syarat bangunan/lemari/gudang : lokasi terletak pada bangunan yang terpisah, ventilasi, bebas
dari sumber nyala api, kering, bebas banjir dan ada sistem perlindungan petir.
Sumber : Bimtek Laboratory Safety, Kementerian Pertanian, 2013
Penulis : Sri Rahayu Puji Lestari, PBT Madya Balai Besar PPMB-TPH
I
Download