1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Manusia di dalam

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Manusia di dalam kehidupannya di dunia menghadapi berbagai
macam masalah baik secara langsung maupun tidak langsung sudah menjadi
kodrat manusia berkeluh kesah ketika menghadapi permasalahan dalam
kehidupannya. Salah satunya masa dimana Manusia harus melewati fase tidak
produktif lagi yaitu Menua. Menua atau menjadi tua merupakan keadaan yang
tidak dapat dihindari karena sebagai masa periode terakhir yang dilewati oleh
setiap kehidupan manusia. Memasuki usia tua berarti adanya fase dimana
telah adanya kemunduran, seperti adanya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit menjadi mengendur, rambut memutih, gigi ompong,
pendengaran
kurang
jelas,
penglihatan
semakin
menurun
bahkan
memburuk.Selain itu perubahan yang dialami lansia akan mengakibatkan
tidak stabilnya konsep diri. Penilaian terhadap diri sendiri merupakan suatu
konsep yang ada pada setiap individu yang disebut konsep diri.1
Perubahan fisik baik psikologis maupun biologis yang terjadi pada
lansia tentunya juga ikut mempengaruhi peran lansia dalam kehidupan sosial
di masyarakat. Berbagai pendapat-pendapat negatif lebih mendominasi
ketimbang hal yang positif pada penilaian masyarakat, baik pernyataan yang
mempertanyakan kemampuan fisik yang sudah tidak sekuat dulu dan memang
1
Nugroho W., Keperawatan Gerontik dan Geriatrik,( Jakarta : EDG) Hal 53
1
dipandang telah mengalami penurunan atau bahkan pernyataan yang
sudah tidak lagi memerlukan keberadaan lansia yang memang diragukan
kemampuan dalam kegiatan atau kah keikutsertaan dalam sebuah organisasi.
Dengan adanya pandangan ataupun penilaian dari masyarakat pada
para lansia, lansia mulai menyadari bahwa kemunduran fungsi organ tubuh
menjadikannya lebih baik menjauh pada kehidupan masyarakat dan keluarga
agar tidak menjadi beban sehingga memutuskan untuk kesediaan dirinya lebih
memilih menempati panti yang dirasa memiliki harapan terakhir untuk
melanjutkan dan menghabiskan sisa hidupnya dengan berada disana, yang
dirasa mampu memberikan kenyaman dan ketentraman sebagai pilihan yang
terbaik.Pengabaian pada fenomena yang makin banyak bagi para lansia,
menggambarkan adanya perggeseran nilai sosial budaya dimasyarakat yang
cenderung kurang menghargai, menghormati dan menerima keberadaan
lansia, yang berdampak pada semakin kompleksnya permasalahan yang di
hadapi lansia, kaena semakin tersisihnya dari lingkungan sosialnya atau
terlantar. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, dinas sosial provinsi
Jawa timur bergerak dibidang pembangunan kesejahteraan sosial memberikan
pelayanan sosial bagi lansia terlantar melalui Unit Pelayanan Teknis (UPT )
Pelayanan sosial lanjut usia (PSLU) yang tersebar dalam panti di Blitar,
Magetan, Bondowoso, Banyuwangi, Jombang dan Jember, dan lain-lain yang
berada di Jawa Timur.
Lansia diharapkan mampu mandiri dan mengantisipasi segala
permasalahan agar tercapainnya kedamaian, ketentraman dalam jiwa dengan
2
3
jalan mendekatkan diri pada Tuhan yang Maha Esa dapat menambah
keimanan serta mengamalkan dalam kehidupan akhirnya karena masa tua
merupakan hal wajar yang seharusnya mampu diterima bagi lansia. Dengan
menambah kegiatan spiritual demikian itu tentuya juga sebagai kesiapan saat
tiba kematian. Karena dengan keimanan dan ketaqwaan sebagai benteng diri
dari berbagai masalah yang dihadapi oleh para lansia.
Konsep diri sangat berhubungan dengan apa yang mereka rasakan
dengan menjadi tua. Perubahan yang terjadi menjadi suatu perubahan bagi
para lansia sehingga ada diantara mereka yang mampu menerima namun ada
pula yang belum siap menerima, keadaan perubahan konsep diri yang terjadi
pada lansia cenderung akibat penurunan kondisi fisik yang dialami dan
keterbatasan dalam hubungan sosial sehingga hal ini sangat mempengaruhi
aspek Psikologis dan penurunan yang terjadi pada lansia mempengaruhi
kesehatan jiwa. Untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh para lansia,
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung menerapkan
program bimbingan keagamaan rutinan setiap satu minggu sekali dan
pelaksanan kegitan itu setiap hari Rabu.
Bimbingan Keagamaan bagi para lansia muslim dirasa menjadi sangat
penting karena sebagai usaha untuk menambah pengetahuan dari segi
spiritual serta upaya untuk mempersiapkan para usia lansia dalam
menghadapi saat-saat terakhir dalam keadaan sakharatul maut. Pada masa ini,
manusia tentunya sudah mengalami penurunan fungsi dan kondisi fisik
sehingga adanya gejala-gejala yang menunjukkan timbulnya penyakit.
4
Semakin lanjut usia seseorang, semakin sering pula mereka memikirkan
tentang datangnya kematian. Dengan demikian hal ini dipicu oleh
kekhawatiran yang biasanya terkait dengan peningkatan rasa keagamaan,
karena itulah,cenderung lebih mendekatkan diri pada Tuhan, melalui
kegiatan-kegiatan peningkatan ibadah, dan aktifitas-aktifitas sosial yang
bermanfaat. Agar lebih siap ketika menghadapi kematian.2
Program bimbingan keagamaan ini sudah berlangsung sejak
berdirinya panti, awalnya program ini dipegang oleh Departemen keagamaan
namun setelah adanya kebijakan adanya perubahan sehingga diserahkan di
UPT Pelayan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung sebagai program yang
berjalan. Panti ini sama dengan panti-panti lanjut usia lain yang berada di
bawah Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur yang membedakan hanya aturan
atau kebijakan masing-masing dari kepala panting.
Peneliti tertarik mengambil penelitian di panti ini karena adanya
karakter khusus dari lansia yang mengikuti bimbingan keagamaan serta
peneliti ingin menggali lebih dalam masalah-masalah yang dialami oleh para
lansia yang memang kebanyakan dari wilayah sekitar Tulungagung. Peneliti
juga mempertimbangkan dari segi keefisian waktu jika mengambil tempat
penelitian diluar kota Tulungagung jadi memfokuskan permasalahan yang
ada dipanti ini. Fenomena kasus yang terjadi disini kurangnya kesadaran bagi
lansia yang ikut serta dalam kegitan bimbingan keagamaan, tidak hanya itu
saja sedikitnya kegiatan sholat berjama’ah serta memfungsikan masjid
2
Baharuddin, dan Mulyono, Psikologi Agama dalam Perspektif Islam,( Malang:UIN
Malang,Ikapi Press, 2008) Hal 161-163.
5
sebagai tempat mengaji juga sangat kurang. Peneliti melakukan Observasi
dan Wawancara kepada petugas sebagai acuan untuk melakukan pelaksanaan
penelitian.
Mengapa peneliti tetap ingin mengambil kasus dipanti ini karena
peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh dari keikut sertaan para
lansia dalam mengikuti bimbingan keagamaan, pemahamannya sebagai
pendengar, dari keinginan pribadi sebagai kebutuhan spiritual, atau hanya
mengikuti atauran yang berlaku sehingga apakah ada pengaruh dengan
kepribadian pada diri lansia. Dari data yang diperoleh dari petugas panti bisa
diketahui dari absensi kehadiran hanya 30 orang yang aktif dalam kegiatan
bimbingan keagamaan padahal jumlah lansia yang ada dipanti ada 78 orang
karena yang 2 baru meninggal, tetapi akan terisi kembali sewaktu-waktu jika
ada lansia baru, dari jumlah keseluruhan lansia yang ada di lima Wisma yaitu
Mawar, Melati, Tulip, Dahlia dan Krisan, yang semua jika terisi kapasitas
ruang 80 orang lansia, saat melakukan observasi dilapangan.
Di Peneliti melakukan wawancara singkat kepada 15 orang lansia dari
30 lansia yang aktif mengikuti bimbingan keagamaan dari hasil wawancara
yang didapat sebanyak 13 orang yang memahami manfaat bimbingan
keagamaan sebagai pemberian nasihat dan informasi terkait pengetahuan
keagamaan yang belum difahami sebelumnya oleh para lansia dan mereka
menyatakan senang mengikuti bimbingan keagamaan dan merasakan
ketentramanbathin dan kenyamanan dalam hati para lansia yang sebelumnya
merasakan kegelisahan, serta menambah wawasan Agama yang belum
6
diketahui, mereka mengatakan sebelum mengikuti kegiatan ini kurangnya
pengetahuan dalam Agama tidak adanya ketentraman dalam diri karena
adanya rasa gelisah memikirkan masalah yang tidak ada jalan keluarnya.
Sedangkan 2 orang lansia tidak memahami manfaat bimbingan
keagamaan hanya sebagai pendengar yang baik, tidak ada kejelasan seperti
apa informasi yang didapat untuk pelaksanaan dalam kehidupan. Fakta
menunjukkan kurangnya pengetahuan serta pemahaman keagamaan memicu
adanya ketertarikan lansia untuk mengetahuiwawasanAgama yang belum
diketahui sebelumnya karena berharap dapat membantu permasalahannya
melalui pertanyaan yang diajukan lansia jika belum adanya pemahaman.
Untuk itu peneliti melanjutkan lebih dalam apa saja faktor yang
melatarbelakangi keikutsertaan para lansia yang mengikuti bimbingan
keagamaan sehingga peneliti dapat menemukan sebuah penemuan baru dalam
penelitian ini.
Dari beberapa uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti dan
mengambil judul Konsep Diri Lansia yang mengikuti Bimbingan Keagamaan
( Studi kasus di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung ). 3
B. Fokus Penelitian
1.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri lansia yang
mengikuti bimbingan keagamaan (Studi kasus di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Blitar, di Tulungagung)?
3
2016.
Hasil Wawancara yang dilakukan diUPT Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung,31 Mei
7
2.
Bagaimanakah proses pembentukan konsep diri lansia yang mengikuti
bimbingan keagamaan (Studi kasus di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Blitar, di Tulungagung)?
3.
Bagaimana konsep diri lansia yang mengikuti bimbingan keagamaan
(Studi kasus di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di
Tulungagung)?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri lansia (Studi
kasus di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar, di Tulungagung).
2. Mengetahui proses pembentukan konsep diri lansia (Studi kasus di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar, di Tulungagung).
3. Mengetahui konsep diri lansia (Studi kasus di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Blitar, di Tulungagung).
D. Kegunaan Penelitian
Dari Hasil penelitian ini tentunya diharapkan dapat bermanfaat :
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
“Konsep diri lansia yang mengikuti bimbingan keagamaan (Studi kasus di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar, di Tulungagung)”.
8
Manfaat Praktis
Bagi Dinas Sosial: Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk memberikan masukan terkait peningkatan program bimbingan
keagamaan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar, di Tulungagung baik
yang bersifat Psikologis maupun Spiritual.
E. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas bahasan Skripsi ini yang berjudul “Konsep diri
lansia yang mengikuti bimbingan keagamaan ( Studi Kasus di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Blitar, di Tulungagung)”.akan penulis paparkan beberapa
istilah dalam judul tersebut sebagai berikut
1.
Penegasan Konseptual
a. Konsep Diri adalah Gambaran mental diri seseorang
b. Lansia adalah individu yang memasuki usia 60 tahun yang merupakan
periode di mana seseorang individu telah mencapai kematangan dalam
proses kehidupan, serta telah menunjukkan kemunduran fisik dan
psikologis.
c. Bimbingan Keagamaan adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam
rangka memberi bantuan kepada oranglain agar tumbuh kesadaran dan
penyerahan diri pada kekuasaan Allah SWT.
2.
Penegasan Operasional
a. Konsep Diri adalah Pandangan Individu mengenai dirinya yang
merupakan keyakinan pada psikis, fisik, emosi, sosial, harapan,
9
pandangan orang lain tentang dirinya, yang diperoleh dari pengalaman
interaksi individu dengan orang lain.
b. Lansia adalah Masa dimana seseorang telah mencapai kemasakan
(kematangan) dalam kapasitas fungsi dan juga telah menunjukkan
kemunduran.
c. Bimbingan Keagamaan adalah Pemberian bantuan terhadap individu
atau kelompok agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa
selaras dengan ketentuan
dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
F. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika penyusunan laporan penelitian Konsep diri lansia
yang mengikuti bimbingan keagamaan( Studi kasus di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Blitar, di Tulungagung)”.
Bagian awal, yang berisi: halaman sampul depan, halaman sampul
dalam persetujuan pembimbing, halaman motto, halaman pengesahan skripsi,
halaman persembahan, halaman pernyataan keaslian, memuat halaman
prakata, halaman daftar isi, halaman daftar tabel, halaman daftar lampiran,
halaman abstrak.
Bagian isi atau teks, yang merupakan inti dari hasil penelitian yang
terdiri dari enam bab dan masing-masing bab terbagi ke dalam sub-sub bab.
10
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari : (a) konteks penelitian; (b)
fokus penelitian; (c) tujuan penelitian; (d) kegunaan penelitian; (e) penegasan
hasil istilah.
Bab II : Kajian pustaka yang di dalamnya membahas tentang (a)
Kajian fokus konsep diri; (b) Kajian fokus lansia; (c) Kajian fokus bimbingan
keagamaan; (d) Penelitian Terdahulu.
Bab III : Metodologi penelitian terdiri dari : (a) rancangan penelitian;
(b) kehadiran peneliti; (c) lokasi penelitian (d) sumber data; (e) teknik
pengumpulan data; (f) teknik analisis data; (g) pengecekan keabsahan data;
(h) tahap-tahap penelitian.
Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan , terdiri dari : (a) paparan
data; (b) temuan penelitian; (c) pembahasan temuan penelitian.
Bab V : Pembahasan, terdiri dari; (a) keterkaitan temuan terhadap
teori-teori temuan sebelumnya; (b)interpretasi dan penjelasan dari temuan
teori yang diungkap dari lapangan.
Bab VI : Penutup, terdiri dari; (a) kesimpulan; (b) saran.
Bagian Akhir : Pada bagian akhir Skripsi ini memuat daftar rujukan,
lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup. Pemaparan bab ini adalah (1)
pada bagian daftar rujukan harus sudah tertera dalam teks, daftar rujukan
yang dikutip untuk dijadikan referensi yang memuat informasi tentang nama
pengarang, judul pengarang, judul karangan, tempat penerbitan, nama
penerbit, dan tahun penerbitan. (2) pada bagian lampiran memuat tentang
instrument penelitian, data hasil observasi, data hasil wawancara, dan surat
11
izin penelitian. (3). Daftar riwayat hidup penulis, di dalam daftar riwat hidup
penulis ini memuat data penting tentang peneliti yang meliputi: nama, tempat
tanggal lahir, riwayat penelitian, informasi yang pernah didapat.
Download