UJI KOEKSISTENSI DUA ISOLAT BAKTERI RESISTEN MERKURI DARI KALI MAS SURABAYA Putri Yoanna Patangga*, Maya Shovitri1, Aunurohim1 Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan koeksistensi antara dua isolat bakteri resisten merkuri dengan kode HgA3, HgS6 dan HgS13 dari Kali Mas Surabaya dengan metode cakram kertas dan metode perhitungan populasi sel. Tanpa cekaman HgCl2, metode cakram kertas menunjukkan bahwa isolat bakteri resisten merkuri HgA3 dan HgS13 (kombinasi I) serta HgS13 dan HgS6 (kombinasi II) tidak berkoeksistensi pada 24 jam masa inkubasi karena terbentuknya zona bening di sekeliling cakram kertas. Sebaliknya isolat HgS6 dan HgA3 (kombinasi III) menunjukkan hubungan koeksistensi, karena tidak terbentuk zona bening dan terlihat pertumbuhan bakteri di sekeliling cakram kertas. Parameter metode perhitungan populasi sel adalah populasi awal dan akhir masa inkubasi. Hasil dari metode perhitungan populasi menunjukkan bahwa dua isolat bakteri resisten merkuri pada ketiga kombinasi tidak berkoeksistensi setelah 24 jam masa inkubasi karena rasio populasi akhirnya tidak seimbang jika dibandingkan rasio populasi awalnya. Dengan cekaman 10 ppm HgCl2, metode perhitungan populasi sel menunjukkan bahwa kedua isolat bakteri pada kombinasi I (HgA3-HgS13), kombinasi II (HgS13-HgS6) dan kombinasi III (HgS6-HgA3) tidak berkoeksistensi karena rasio populasi awal dan akhir anggota kombinasi setelah 24 jam masa inkubasi tidak seimbang yaitu HgA3:HgS13 dari 4:3 menjadi 1:10 ; HgS13:HgS6 dari 3:9 menjadi 10:1 dan HgS6:HgA3 dari 9:4 menjadi 1:3. Kata kunci: uji koeksistensi, kompetisi, zat antimikroba ABSTRACT This study aims to find out the coexistance relationship between two mercury resistant bacteria isolates (HgA3, HgS13, HgS6) from the Kali Mas Surabaya with paper disc method and counting population cell method. Parameter paper disk method is the clear zone. Without HgCl2 stres, the paper disc method showed that isolate HgA3 and HgS13 in combination I are incoexistance after 24 hours incubation because of the clear zone which formed around paper disk. The same result showed in combination II (HgS13-HgS6). But, isolate HgS6 and HgA3 showed coexistence relationship because the clear zone isn’t formed and isolates growth around paper disk. Parameter counting population cell method is the beginning and the end population after incubation. With HgCl 2 stress, counting population cell method showed that two isolates in combination I (HgA3-HgS13), combination II (HgS13-HgS6) and combination III (HgS6-HgA3) are incoexistence because the beginning and the end population ratio isolates in combination didn’t balance, HgA3: HgS13 from 4:3 become 1:10 ; HgS13:HGS6 from 3:9 become 10:1 and HgS6:HgA3 from 9:4 become 1:3. Keywords: coexistence assay, competition, antimicrobial substance *Corresponding Author Phone : 085733015426 email : [email protected] 1 Alamat sekarang : Prodi Biologi, FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya I PENDAHULUAN Secara alami merkuri terdapat di alam dalam konsentrasi yang kecil yaitu sekitar satu nano gram per liter (Madigan et al., 1997). Menurut Peraturan Pemerintah (PP) nomor 82 tahun 2001, konsentrasi merkuri dalam air adalah < 0,001 ppm. Hal tersebut didukung juga dengan keputusan Menkes RI no 907/menkes/sk/vii/2002 yang mensyaratkan bahwa kandungan merkuri yang diperbolehkan adalah 0.001 mg/l. Merkuri terdiri dari tiga bentuk yaitu merkuri organik, merkuri inorganik dan elenmental merkuri. Merkuri inorganik terdapat dalam bentuk ion Hg2+ dan ion Hg1+ dimana keduanya bersifat toksik (Yanuar, 2009) sedangkan elemental merkuri ion Hg0 bersifat tidak toksik terhadap lingkungan (Yamaguchi., et al, 2007). Pada konsentrasi tertentu ion Hg2+ berbahaya bagi organisme tingkat tinggi dan organisme tingkat rendah (Madigan et al., 1997). Menurut Nofiani dan Gusrizal (2004) senyawa merkuri dalam bentuk ion Hg2+ dapat terikat pada residu sistein protein atau enzim sehingga protein atau enzim kehilangan aktivitasnya. Dari Kali Mas Surabaya yang terkontaminasi merkuri sebesar 0,105 ppm telah diperoleh 17 isolat bakteri resisten merkuri dengan kode HgA3, HgA2, HgS11, HgS12, HgS6, HgS4, HgS2, HgS10, HgS8, HgS1, HgS5, HgS7, HgA1, HgA4, HgS14, HgS3 dan HgS13. Berdasarkan karakter biokimianya ketujuhbelas isolat tersebut masuk ke dalam tujuh genus yang berbeda, yaitu ada kecenderungan masuk ke genus Providencia, Neisseria, Shigella, Lampropedia, Serratia, Enterobacter dan Bacillus (Shovitri et al1, 2., 2010, 2011). Ketujuh belas isolat tersebut secara individu mampu hidup pada 10 ppm HgCl2 dan mereduksi 43%-75% ion Hg2+ menjadi ion Hg0 (Shovitri et al1, 2., 2010, 2011). Tetapi ketika digabungkan, kemampuan isolat bakteri tersebut menjadi lebih rendah dibandingkan kemampuan individu, yaitu menjadi 39,45%78,78% (Shovitri et al2., 2011). Penggabungan tersebut dilakukan secara acak tiga hingga tujuh isolat berdasarkan kemampuan reduksi individu yaitu isolat dengan kemampuan reduksi yang seimbang dan isolat dengan kemampuan reduksi yang berbeda. Penurunan kemampuan tersebut dapat disebabkan beberapa faktor, yaitu antara lain adanya interaksi yang bersifat negatif antar isolat bakteri resisten merkuri. Menurut Atlas & Bartha (1998) kompetisi dapat terjadi ketika dua populasi atau lebih menggunakan nutrisi dan ruang pertumbuhan yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan koeksistensi antara dua bakteri resisten merkuri dari Kali Mas Surabaya dengan memperhatikan faktor nutrisi, ruang dan jumlah anggota. Hal ini mengacu pada penelitian Zeidan et al (2010) yang telah berhasil menggabungkan dua spesies penghasil gas H 2 Caldicellulosiruptor sehingga menghasilkan gas H2 yang lebih tinggi dengan sumber glukosa yang sama. Menurut Zhang (2003) koeksistensi hanya terjadi apabila kemampuan kompetisi antar spesies adalah seimbang. Sebaliknya apabila tidak seimbang, spesies yang lemah kemampuan kompetisinya akan tereliminasi oleh spesies yang kemampuan kompetisinya lebih tinggi. Kompetisi menunjukkan adanya interaksi negatif antar dua populasi mikroorganisme dimana kedua populasi tersebut akan terpengaruh kehidupan dan pertumbuhannya. Ketika salah satu populasi mikroorganisme memproduksi zat antimikroba untuk menghambat populasi lainnya maka interaksi antar kedua populasi tersebut disebut antagonisme (Atlas & Bartha, 1998). Berdasarkan hal tersebut, maka uji koeksistensi dapat dilakukan dengan metode dual plate assay (Basha and Ulaganathan, 2002), metode cross culture (Dhingra and Sinclair, 1995 dalam Lwin and Rhanamukaarachchi, 2006), metode agar well difussion (Hassanein et al., 2009) dan metode cakram kertas (Hatmanti et al., 2009; Hassanein et al., 2009; Dhingra and Sinclair, 1995 dalam Lwin and Rhanamukaarachchi, 2006). Metode cakram kertas merupakan metode yang biasa digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba suatu antibiotik terhadap mikroorganisme patogen penyebab penyakit. Metode ini lebih dikenal dengan metode Kirby-Bauer (Cappucino and Sherman, 2001; Tortora et al., 2002). Metode cakram kertas dapat juga dilakukan menggunakan suatu silinder tidak beralas atau sumuran dan diisi dengan antibiotik dalam jumlah tertentu, disebut agar well difussion (Lay, 1994; Boyd, 1995). Kepekaan mikroorganisme patogen terhadap antibiotik terlihat dari ukuran zona bening yang terbentuk (Cappucino & Sherman, 2001). Dengan mengacu metode tersebut di atas, uji koeksistensi antara dua isolat bakteri resisten merkuri dilakukan dengan memodifikasi metode cakram kertas dimana umumnya zat yang terkandung dalam cakram kertas adalah antibiotik namun pada penelitian ini yang terkandung dalam cakram kertas adalah inokulum bakteri. Parameter yang digunakan adalah zona bening (Hatmanti et al., 2009). Zona bening adalah area bening di sekeliling cakram kertas sebagai indikasi tidak adanya atau terhambatnya pertumbuhan mikroorganisme akibat ekskresi zat antimikroba oleh kompetitornya (Byod, 1995; Atlas and Bartha, 1998). Metode cakram kertas memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus dan relatif murah (Murray, 2007). Sedangkan kelemahannya adalah ukuran zona bening yang terbentuk tergantung oleh kondisi inkubasi, inokulum, predifusi dan preinkubasi serta ketebalan medium (Gillespie, 1994 and Murray, 2007). Apabila keempat faktor tersebut tidak sesuai maka hasil dari metode cakram kertas relatif sulit untuk diintepretasikan (Gillespie, 1994). Selain itu, metode cakram kertas ini tidak dapat diaplikasikan pada mikroorganisme yang pertumbuhannya lambat dan mikroorganisme yang bersifat anaerob obligat (Byod, 1995). Koeksistensi antara dua isolat bakteri resisten merkuri juga dapat diketahui melalui jumlah sel masing-masing isolat bakteri sebelum dan sesudah masa inkubasi pada rentang waktu tertentu. Menurut Atlas & Bartha (1998) ketika dua atau lebih populasi mikroorganisme dapat tumbuh bersama pada satu tempat dan medium maka akan dihasilkan jumlah sel yang seimbang antara keduanya sesuai dengan rasio awal dan akhir masa inkubasinya. Berdasarkan hal tersebut, uji koeksistensi juga dapat dilakukan dengan menghitung populasi kedua isolat pada awal dan akhir masa inkubasi. II METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2010 hingga November 2010 di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Program Studi Biologi ITS Surabaya. Isolat Bakteri Isolat bakteri adalah bakteri resisten merkuri dari Kali Mas Surabaya koleksi Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya yaitu isolat dengan kode HgA3, HgS6 dan HgS13 (Shovitri et al1,2., 2010, 2011). Ketiga isolat tersebut merupakan hasil skrining awal metode cakram kertas. Subkultur Isolat Bakteri Resisten Merkuri Subkultur merupakan proses pemindahan mikroorganisme dari satu medium kultur ke medium kultur lainnya (Harley and Prescott, 2002). Sebelum isolat bakteri resisten merkuri digunakan terlebih dahulu dilakukan empat kali subkultur. Subkultur pertama dilakukan dengan menggunakan medium nutrient agar (NA) miring yang mengandung 10 ppm HgCl2 sedangkan subkultur kedua hingga keempat dilakukan dengan menggunakan medium NA miring tanpa HgCl2. Subkultur yang pertama dilakukan dengan menginokulasikan secara aseptis tujuh isolat bakteri resisten merkuri dari stok kultur ke dalam medium nutrient agar (NA) miring yang mengandung 10 ppm HgCl2 (BactoTM, Jerman) kemudian diinkubasikan pada suhu ruang (± 30°C) hingga semua kultur tumbuh. Setelah melakukan subkultur yang pertama maka dilakukan subkultur kedua dengan mengambil secara aseptis satu ose masingmasing isolat bakteri dari subkultur pertama kemudian diinkubasi pada suhu ruang (± 30°C) selama 24 jam. Setelah melakukan subkultur yang kedua maka dilakukan subkultur ketiga dengan mengambil secara aseptis satu ose masingmasing isolat bakteri dari subkultur kedua kemudian diinkubasi pada suhu ruang (± 30°C) selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan secara subkultur keempat. berurutan hingga Uji Koeksistensi Pembuatan Starter Inokulum Secara aseptis sebanyak satu ose isolat bakteri resisten merkuri dari subkultur keempat yang berumur 24 jam diinokulasikan pada 10 ml medium nutrient broth (NB) Merck®, Jerman dalam erlenmeyer 25 ml kemudian diberi label dan diinkubasi pada suhu ruang (± 30°C) dengan goyangan 100 rpm di atas shaker (Health, H-M-SR®) selama 24 jam. Uji Koeksistensi Metode Cakram Kertas Uji koeksistensi metode cakram kertas dilakukan pada tiga kombinasi yaitu kombinasi I (HgA3-HgS13), kombinasi II (HgS13-HgS6) dan kombinasi III (HgS6HgA3). Pada metode ini, penanaman salah satu bakteri anggota kombinasi dalam cawan Petri dilakukan dengan dua cara yaitu spread plate dan pour plate. Cara spread plate dilakukan dengan menuangkan secara aseptis ±12 ml medium NA (BactoTM, Jerman) ke dalam cawan Petri steril dan didiamkan hingga medium memadat. Setelah memadat, secara aseptis sebanyak 1 ml starter inokulum salah satu bakteri dari anggota kombinasi ditambahkan pada medium NA yang telah memadat tersebut lalu disebarkan dengan menggunakan drilgasky hingga merata. Secara aseptis tiga cakram kertas steril diameter 6 mm dicelupkan pada starter inokulum isolat anggota kombinasi lainnya dan dibiarkan ± 1 menit kemudian tiga kertas cakram steril tersebut diambil dengan pinset steril dan diletakkan di atas permukaan medium. Cawan Petri diinkubasi dalam inkubator (Memmert, BE-300®, Jerman) pada suhu 37°C selama 24 jam dan kemudian diamati ada tidaknya zona bening. Sedangkan cara pour plate dilakukan dengan menambahkan secara aseptis sebanyak 1 ml starter inokulum bakteri salah satu anggota kombinasi ditambahkan pada 12 ml medium NA yang bersuhu ±50°C kemudian dihomogenkan dengan menggoyang-goyangkan gelas erlenmeyer. Selanjutnya medium beserta inokulum bakteri dituangkan ke dalam cawan Petri steril dan cawan Petri ditutup. Sambil menunggu medium memadat, secara aseptis tiga cakram kertas steril diameter 6 mm dicelupkan pada starter inokulum isolat anggota kombinasi lainnya dan dibiarkan ± 1 menit. Setelah medium NA memadat, tiga kertas cakram steril tersebut diambil dengan pinset steril dan diletakkan di atas permukaan medium. Cawan Petri diinkubasi dalam inkubator (Memmert, BE-300®, Jerman) pada suhu 37°C selama 24 jam dan kemudian diamati ada tidaknya zona bening. Koeksistensi Metode Perhitungan Populasi Sel Langkah pertama yang dilakukan adalah menginokulasi secara aseptis satu ose isolat yang berumur 24 jam ke dalam 100 ml medium nutrient broth (NB) Merck®, Jerman yang mengandung 10 ppm HgCl2 pada erlenmeyer 250 ml kemudian diberi label dan diinkubasi pada suhu ruang (± 30°C) dengan goyangan 100 rpm di atas shaker (Health, H-M-SR®) selama 24 jam. Jumlah sel tiap isolat dihitung dengan menggunakan Haemocytometer. Langkah selanjutnya yaitu penggabungan isolat bakteri resisten merkuri yang terdiri dari tiga kombinasi yaitu kombinasi I (HgA3-HgS13), kombinasi II (HgS13-HgS6) dan kombinasi III (HgS6-HgA3). Secara aseptis sebanyak 1 ml masing-masing anggota kombinasi ditambahkan pada 98 ml ml medium nutrient broth (NB) yang mengandung 10 ppm HgCl2 Merck®, Jerman kemudian diberi label dan diinkubasi pada suhu ruang (± 30°C) dengan goyangan 100 rpm di atas shaker (Health, H-M-SR®) selama 24 jam. Setelah kombinasi bakteri berumur 24 jam maka perhitungan populasi sel bakteri melalui cara langsung. Cara langsung dilakukan dengan menghitung secara langsung pada pengecatan Gram. Secara aseptis, kombinasi bakteri yang berumur 24 jam diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan pada 9 ml akuades steril dan dihomogenkan dengan vortex. Biakkan yang telah diencerkan tersebut, secara aseptis diambil dengan ose kemudian dibuat preparat ulas sebanyak 3 buah untuk masing-masing kombinasi. Preparat ulas diwarnai dengan pewarnaan Gram kemudian dilakukan pengamatan bentuk sel dan kelompok Gram secara mikroskopis. Masing-masing preparat diamati pada tujuh bidang pandang. Jumlah sel anggota kombinasi tiap bidang pandang dihitung kemudian dirata-rata. Rata-rata jumlah sel anggota kombinasi kemudian dibandingkan. Hasil perbandingan jumlah sel anggota kombinasi dijadikan dasar untuk menentukan apakah kedua isolat bakteri resisten merkuri tersebut berkoeksistensi atau tidak berkoeksistensi. rasio populasi akhir sel yang dihasilkan seimbang jika dibandingkan dengan rasio populasi awalnya maka kedua isolat tersebut berkoeksistensi. Sebaliknya apabila rasio populasi akhir sel yang dihasilkan tidak seimbang jika dibandingkan dengan populasi awalnya maka kedua isolat tersebut tidak berkoeksistensi. III HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Koeksistensi Metode Cakram Kertas Sebelum dilakukan uji koeksistensi metode cakram kertas, terlebih dahulu dilakukan skrining awal untuk memodifikasi metode cakram kertas yang akan dilakukan. Pada umumnya metode cakram kertas digunakan untuk kepekaan antibiotik terhadap suatu mikroorganisme (Tortora et al., 2002). Dari skrining awal dapat diketahui bahwa metode cakram kertas juga dapat digunakan untuk uji koeksistensi pertumbuhan dua isolat bakteri. Aplikasi metode cakram kertas dilakukan tanpa cekaman HgCl2, dengan asumsi bahwa pertumbuhan isolat akan mengikuti pertumbuhan alaminya. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dilakukan secara deskriptif. Data yang diperoleh antara lain yaitu : 1. Ada tidaknya zona bening di sekeliling cakram kertas yang menunjukkan hubungan koeksistensi antara dua isolat bakteri resisten merkuri. Apabila terbentuk zona bening di sekeliling satu atau lebih cakram kertas, maka kedua isolat uji tidak berkoeksistensi. Sebaliknya apabila pada ketiga cakram kertas tidak terbentuk zona bening, maka kedua isolat uji berkoeksistensi. 2. Jumlah populasi sel bakteri dua isolat bakteri resisten merkuri pada awal dan akhir masa inkubasi setelah digabungkan selama 24 jam. Jumlah populasi sel pada akhir masa inkubasi diperoleh dengan cara merata-rata jumlah sel anggota kombinasi pada ketujuh bidang pandang di tiap preparat. Hasil rata-rata jumlah populasi kedua sel bakteri pada awal dan akhir masa inkubasi dibandingkan. Apabila Dari Tabel 4.1, terlihat bahwa pada kombinasi III isolat HgS6 dan isolat HgA3 menunjukkan hubungan koeksistensi setelah 24 jam masa inkubasi dengan tidak terbentuknya zona bening di sekeliling cakram kertas dan terlihat pertumbuhan bakteri di sekeliling cakram kertas (Gambar 4.1). Hasil tersebut diperkuat dengan pengamatan pada jam ke-48, dimana pada kombinasi III (HgS6HgA3), pertumbuhan bakteri di sekeliling kertas cakram semakin melebar. Tidak terbentuknya zona bening pada kombinasi III (HgS6-HgA3) dan terlihatnya pertumbuhan bakteri di sekeliling cakram kertas menunjukkan bahwa kedua isolat yaitu isolat HgS6 dan HgA3 mampu hidup bersama pada medium tersebut. Kemampuan hidup bersama antara dua isolat tersebut diduga karena kemampuan kompetisi antara keduanya seimbang. Menurut Zhang (2003) koeksistensi dapat terjadi ketika kemampuan kompetisi antara populasi yang berkompetisi adalah seimbang. Sebaliknya, dua isolat bakteri pada kombinasi I (HgA3-HgS13) dan kombinasi II (HgA13-HgS6) tidak berkoeksistensi setelah 24 jam dan 48 jam masa inkubasi karena terbentuk zona bening di sekeliling cakram kertas walaupun dengan diameter zona bening yang tipis (Tabel 4.1 dan Gambar 4.1). Zona bening yang terbentuk pada kombinasi I (HgA3-HgS13) dan kombinasi II (HgA13-HgS6) diduga merupakan indikasi terhambatnya salah satu isolat bakteri anggota kombinasi. Zona bening adalah area bening di sekeliling cakram kertas sebagai indikasi tidak adanya atau terhambatnya pertumbuhan mikroorganisme akibat ekskresi zat antimikroba oleh kompetitornya (Byod, 1995; Atlas & Bartha, 1998). Menurut Atlas & Bartha (1998) kompetisi terjadi ketika dua atau lebih populasi mikroorganisme menggunakan sumber daya yang sama seperti ruang dan nutrisi. Apabila pada kompetisi tersebut salah satu populasi mikroorganisme mengeluarkan substansi kimia ke sekitar lingkungan untuk menghambat atau membunuh populasi mikroorganisme lainnya maka hubungan antara dua populasi tersebut disebut antagonisme (Tortora et al., 2002). Berdasarkan karakter biokimianya, isolat HgS13 cenderung masuk ke genus Bacillus (Shovitri et al1., 2010). Menurut Lee et al (2010) banyak spesies dari genus Bacillus mampu menghasilkan zat antimikroba seperti bakteriosin, substansi yang mirip bakteriosin dan antibakterial lipopeptida. Beberapa bakteriosin dan substansi mirip bakteriosin yang diproduksi oleh genus Bacillus telah dilaporkan seperti B. brevis AF01 memproduksi brevecin AF01 (Faheem et al., 2007), B. cereus memproduksi cerein (Naclerio et al., 1993), B. megaterium memproduksi megacin BII (Stahl, 1989), B. thuringinensis BMG1.7 memproduksi thuricin 7 (Cherif et al., 2001) dan B. subtilis memproduksi subtilin (Danapathi et al., 2008) serta subtilosin A (Thennarasu et al., 2005). Umumnya, target dari aksi antimikroba bakteriosin adalah membran sel (Klaenhammer et al., 1993 dalam Faheem et al., 2007). Contoh subtilosin A yang dihasilkan oleh B. subtilis mampu berinteraksi dengan membran sel bakteri target. Tiga mekanisme antimikroba yang mungkin terjadi antara lain: (1) interaksi antara subtilosin A dengan membran yang berfungsi sebagai reseptor sehingga menyebabkan kematian sel (2) ikatan dengan membran luar sel target sehingga meningkatkan permeabilitas membran sel target (3) ion yang memediasi translokasi subtilosin A masuk ke dalam membran sel target kemungkinan dapat mengganggu proses kehidupan sel (Thennarasu et al., 2005; Shelburne et al., 2007). Mengacu dari hal tersebut di atas, diduga isolat HgS13 mengeluarkan zat antimikroba yang menghambat atau membunuh isolat HgA3 dan HgS6 pada kombinasi I dan kombinasi II. Berdasarkan karakter biokimianya, isolat HgA3 cenderung masuk ke genus Providencia dan HgS6 cenderung masuk ke genus Lampropedia (Shovitri et al1., 2010). Dugaan bahwa isolat HgS13 mengeluarkan zat antimikrobia didukung dengan belum ditemukannya laporan yang menyebutkan bahwa genus Providencia dan Lampropedia memproduksi zat antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. 4.2 Uji Koeksistensi Metode Perhitungan Populasi Sel Metode perhitungan populasi sel dilakukan dengan asumsi bahwa penurunan populasi salah satu isolat bakteri merupakan indikasi adanya penghambatan pertumbuhan akibat aktivitas isolat bakteri lainnya berupa ekskresi zat antimikroba (Atlas & Bartha, 1998), maka pada metode ini populasi awal dan akhir kedua isolate bakteri resisten merkuri dihitung. Pada uji ini, kombinasi yang dibentuk sama seperti pada metode cakram kertas yaitu kombinasi I (HgA3-HgS13), kombinasi II (HgS13-HgS6) dan kombinasi III (HgS6-HgA3). Pada metode ini dicoba dengan cekaman 10 ppm HgCl2, dalam Shovitri et al1,2 (2010, 2011) disebutkan bahwa pertumbuhan isolat uji lebih cepat ketika ditumbuhkan pada medium yang mengandung HgCl2. Hal ini menunjukkan bahwa HgCl2 merupakan zat toksik bagi mikroorganisme sehingga mempengaruhi kecepatan pertumbuhannya. Populasi awal anggota kombinasi dihitung dengan haemacytometer dan diperoleh rasio populasi awal HgS13: HgA3: HgS6 dalam 1 ml medium adalah 3: 4: 9 (Tabel 4.2). Untuk membuat kombinasi I (HgA3-HgS13), diambil masing-masing 1 ml biakan yang mengandung isolat HgA3 dan HgS13. Hal yang sama dilakukan untuk membuat kombinasi II (HgS13-HgS6) dan kombinasi III (HgS6-HgA3). Setelah masa inkubasi 24 jam, populasi sel kedua isolat bakteri pada masingmasing kombinasi dihitung kembali dan disebut sebagai populasi akhir. Populasi akhir sel anggota kombinasi tidak dihitung dengan haemocytometer karena isolat HgA3 dan HgS13 berbentuk sama yaitu basil, sehingga untuk membedakan kedua isolat tersebut harus dilakukan pengecatan Gram terlebih dahulu. Isolat HgA3 adalah Gram negatif, sedangkan isolat HgS13 adalah Gram positif. Perhitungan populasi akhir sel dilakukan dengan cara langsung yaitu dengan menghitung populasi sel langsung dari medium cair pertumbuhan. Tabel 4.2 menunjukkan populasi awal dan akhir isolat uji. Dari tabel tersebut terlihat bahwa ketiga kombinasi tidak berkoeksistensi karena setelah 24 jam masa inkubasi ketiga kombinasi menunjukkan rasio rerata populasi akhir yang tidak seimbang jika dibandingkan dengan rasio populasi awalnya. Pada kombinasi I (HgA3HgS13), rasio antara dua isolat bakteri terlihat berbeda jauh, dimana HgS13 tampak mendominasi. Hal yang sama juga terjadi pada kombinasi II (HgS13-HgS6). Sedangkan pada kombinasi III (HgS6-HgA3) terlihat bahwa rasio antara dua isolat bakteri tidak berbeda jauh. Rerata populasi akhir tiap kombinasi dan perhitungan jumlah sel tiap bidang pandang kaca obyek. Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa pada kombinasi I (HgA3-HgS13) dan II (HgS13HgS6), populasi sel isolat HgS13 lebih mendominasi daripada isolat HgA3 dan HgS6. Berdasarkan tedensi penurunan populasi akhir, kembali diduga bahwa isolat HgS13 mengeluarkan zat antimikroba yang menghambat pertumbuhan isolat HgA3 dan HgS6. Pola koeksistensi kombinasi I dan II ini serupa dengan pola yang ditunjukkan pada metode cakram kertas, yaitu berkoeksistensi negatif (tidak dapat hidup bersama). Sedangkan pada kombinasi III (HgS6HgA3) populasi sel isolat HgA3 lebih mendominasi dibandingkan isolat HgS6 (Tabel 4.2). Pada penelitian yang dilakukan Shovitri et al1 (2010) terlihat bahwa pada medium NB yang mengandung 10 ppm HgCl2, pertumbuhan isolat HgA3 lebih cepat daripada HgS6. Faktor perbedaan kecepatan pertumbuhan diduga sebagai penyebab isolat HgA3 lebih mendominasi populasi selnya daripada isolat HgS6. Madigan et al (1997) menyatakan bahwa hasil akhir kompetisi dipengaruhi oleh kecepatan pengambilan nutrisi, kecepatan metabolisme dan kecepatan pertumbuhan masing-masing mikroorganisme. IV KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Tanpa cekaman HgCl2, metode cakram kertas menunjukkan bahwa isolat bakteri resisten merkuri HgA3 dan HgS13 (kombinasi I) serta HgS13 dan HgS6 (kombinasi II) tidak berkoeksistensi pada 2. 24 jam masa inkubasi karena terbentuknya zona bening di sekeliling cakram kertas. Sebaliknya isolat HgS6 dan HgA3 (kombinasi III) menunjukkan hubungan koeksistensi, karena tidak terbentuk zona bening dan terlihat pertumbuhan bakteri di sekeliling cakram kertas. Dengan cekaman 10 ppm HgCl2, metode perhitungan populasi sel menunjukkan bahwa kedua isolat bakteri pada tiga kombinasi tidak berkoeksistensi karena rasio populasi awal dan akhir anggota kombinasi setelah 24 jam masa inkubasi tidak seimbang yaitu HgA3:HgS13 dari 4:3 menjadi 1:10 ; HgS13:HgS6 dari 3:9 menjadi 10:1 dan HgS6:HgA3 dari 9:4 menjadi 1:3. DAFTAR PUSTAKA Atlas, R.M. and R. Bartha. 1998. Microbial Ecology Fundamentals and Applications. Benjamin Cummings Publishing Company Inc : California Basha, S and Ulagnathan, K. 2002. Antagonism of Bacillus species (strain BC121) towards Curvularia lunata. Journal Current Science 82(12): 1457-1463 Byod, R.F. 1995. Basic Medical Microbiology Five edition. Little Brown Company Inc: Boston Brenner, K., Y. Lingchong and F. H. Arnold. Engineering Microbial Consortia: A New Frontier in Syntethic Biology. Trends in Biotechnology 26(9): 483-489 Cherif, A., H. Ouzari., D. Daffonchio., H. Cherif., K.B. Slama., A. Hassen., S. Jaoua and A.Baudabous. 2001. Thuricin: A Novel Bacteriocin Produced By Bacillus thuringiensis BMG1.7, A New Strain Isolated From Soil. Letters in Applied Microbiology 32: 243-247 Cappucino, J.G. and N. Sherman. 2001. Microbiology: A Laboratory Manual. Benjamin Cummings Publishing: USA Danapathi., T.G. Prabhakar and P, Prabhakar. 2008. Antibacterial Activity of Bacillus subtilis Extract on Pathogenic Organism. Journal Veterinary and Animal Sciences 4(4): 150-153 Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI press : Jakarta Dimas. 2008. Kawasan Utara Menanggung Semua Beban Pencemaran Sungai di Surabaya. http://www.jawapos.co.id/metropolis/i ndex.php?act=detail&nid=124334. Diakses pada tanggal 18 Mei 2010 pada pukul 16.53 WIB Dwijoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta Faheem, F., S. Saeed and S.A. Rasool. 2007. Study on Brevecin AF01: A Bacteriocin Like Inhibitory Substance Active Against Methicilin Resistant Staphylococcus aureus. Pak. J.Bot 39(4): 1293-1302 Fakhrizal. 2004. Mewaspadai Bahaya Limbah domestik Dari Kali Mas Surabaya. http://www.ecoton.or.id/tulisanlengka p.php?id=1566. Diakses pada tanggal 18 Mei 2010 pada pukul 16.47 WIB Fardiaz, S. 1988. Fisiologi Fermentasi. IPB : Bogor Gillespie, S.H. 1994. Medical Microbiology Illustrated. Butterwrth Heinemann: London Harley, J.P. and L.M. Prescott. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology 5th Edition. The Mc Graw Hill Companies : New York Hassanein, W.A.,N.M. Awney., ElMougith and S. El-Dien. 2009. Chracterization and Antagonistic Activities of Metabolite Produced by Pseudomonas aeruginosa Sha8. Journal of Applied Science Research 5(4): 392-403 Hatmanti, A., R. Nuchsin dan J. Dewi. 2009. Screening Bakteri Penghambat untuk Bakteri Penyebab Penyakit pada Budidaya Ikan Kerapu dari Perairan Banten dan Lampung. Jurnal Makara Sains 13(1): 81-86 Irwan, S. 2005. Toksisitas dan Transformasi Merkuri. http://www.chem-istry.org/materi_kimia/kimia_anorganik 1/khelasi-merkuri/toksisitas-dantransformasi-merkuri/. Diakses pada tanggal 12 Februari 2010 pada pukul 14.08 WIB Keputusan Menkes RI No 907/menkes/sk/vii/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta Lee, N.K., I.C. Yeu., J.W. Park., B.S. Kang and Y.T. Hamh. 2010. Isolation and Characterization of a Novel Analyte From Bacillus subtilis SC-8 Antagonistic to Bacillus cereus. Journal of Bioscience and Bioengineering 110(3): 298-303 Leksono, A.S. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Bayumedia Publishing: Malang Lwin, M and Rhanamukaarachchi, S.L. 2006. Development of Biological Control of Ralstonia solanacearum Through Antagonistic Microbial Population. International Journal Agri Biol 8(5): 657-660 Madigan, M.T., J. M. Martinko and J. Parker. 1997. Brock Biology of Microorganisms Eighth Edition. Prentice Hall International Inc : New Jersey Majid. 2009. Senyawa Antibakteri dan Mekanisme Kerjanya. http://majidundip.blogspot.com/2009/ 08/senyawa-antibakteri-danmekanisme.html. Diakses pada tanggal 26 Desember 2010 pada pukul 08.55 WIB Mukred, A.M., A.A. Hamid., A. Hamzah and W.M.W Yusoff. 2008. Development of Three Bacterial Consortium for the Bioremediumtion of Crude Petrolum-Oil in Contaminated Water. Journal of Biological Science 8 (4): 73-79 Murray,R.P., E.J. Baron., J.H. Jorgensen., M.L. Landry and M.A. Pfaller. 2007. Manual of Clinical Microbiology 9th Edition. ASM Press: USA Naclerio, G., E. Ricca., M. Sacco and M.D. Felice. 1993. Antimicrobial Activity of a Newly Identified Bacteriocin of Bacillus cereus. Journal Applied and Environmental Microbiology 59(12): 4313-4316 Nakamura, S.K., K. Sugiura., Y.Y. Inomata., H. Toki., K. Venkateswaran., S. Yamamoto., H. Tanaka and S. Harayama. 1996. Construction of Bacterial Consortia That Degrade Arabian Light Crude Oil. Journal of Fermentation and Bioengineering 82(6): 570-574 Nofiani, R. dan Gusrizal. 2004. Bakteri Resisten Merkuri Spektrum Sempit dari Daerah Bekas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Mandor, Kalimantan Barat. Jurnal Natur Indonesia 6(2):67-74 Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Prescott, L.M., J. P. Harley and D.A. Klein. 2002. Microbiology. The Mc Graw Hill Companies : USA Shelburne, C.E., F.Y.An., V. Dolphe., A. Ramamoorthy., D.E. Lopatin and M.S. Lantz. 2007. The Spectrum of Antimicrobial Activity of The Bacteriocin Subtilosin A. Journal of Antimicrobial Chemotherapy 59: 297-300 Shovitri, M., E. Zulaika dan M.P. Koentjoro1. 2010. Bakteri Tahan merkuri dari Kali Mas Surabaya Berpotensi Sebagai Agen Bioremediumsi Merkuri. Diterima Jurnal Hayati Shovitri, M., E. Zulaika and M.P. Koentjoro2. 2011. Reduction of Toxic Mercuric Ion by Isolated Bacteria From the Kali Mas Surabaya. Accepted to IPTEK Journal Stahl, Sten. 1989. A New Bacteriocinogenic Activity: Megacin BII Encoded by Plasmid pSE 203 in Strain of Bacillus megaterium. Journal Arch Microbiol 151: 159165 Suharni, T.T., S.J. Nastiti dan A.E.S. Soetarto. 2008. Mikrobiologi Umum. Universitas Atma Jaya : Yogyakarta Thennarasu,S., D.K. Lee., A. Poon., K.E. Kawulka., J.C. Vederas and A. Ramamoorthy. 2005. Mebran Permeabilization, Orientation, and Antimicrobial Mechanism of Subtilosin A. Journal Chemistry and Physic of Lipid 137: 38-51 Tortora, G.J., B. Funke and C.I. Case. 2002. Microbiology An Introduction. Pearson Education Inc : san Fransisco Waluyo, B. 2010. Kali Mas Tempo Doeloe. http://www.bestsurabayaproperty.com /news/kalimas-tempo-doeloe/. Diakses pada tanggal 20 Mei 2010 pada pukul 12.13 WIB Waluyo, L. 2008. Teknik dan Metode dasar dalam Mikrobiologi. UMM press : Malang Widowati, W., A. Sastiona dan R.J. Rumampuk. 2008. Efek Toksik Logam (Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran). Andi : Yogyakarta Yamaguchi, A., D.G. Tamang and M.H. Saier. 2007. Mercury Transport in Bacteria. Journal Water Air Soil Pollut 182:219-234 Yanuar, A. 2009. Toksisitas Merkuri di Sekitar Kita. http://arry.yanuar.googlepages.com/m ercuri.pdf. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2009 pada pukul 14.40 WIB. Zeidan, A.A ., P. Radstrom and E. W. J. V Niel. 2010. Stable Coexistence of Two Spesies Caldicellulosiruptor in a de novo Constructed Hydrogen – Producing Co - Culture. Microbial Cell Factories 9(120): 113 Zhang, Zhibin. 2003. Mutualism or Coorperation Among Competitors Promote Coexistence and Competitive Ability.Ecological Modelling 164:271-28