POTENSI WILAYAH PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ROKAN HULU Latifa Siswati Staf pengajar Faperta Univ. Lancang Kuning ABSTRAK. Penelitian ini adalah untuk mencari Potensi wilayah pengembangan ternak sapi dan perkebunan sawit,upaya pengembangan ini tidak terlepas dari ketersediaan sumberdaya yang ada di daerah pengembangan. Tujuan dari penelitian ini adalah 1.untuk mengetahui daya dukung sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk pengembangan ternak sapi di Kabupaten Rokan Hulu.2. Menentukan pusat-pusat wilayah ( Kecamatan) yang berpotensi untuk pengembangan ternak sapi. Metode penelitian adalah survey, pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Untuk menganalisis keadaan wilayah apakah suatu wilayah merupakan basis dalam populasi ternak sapi mengunakan metode LQ. Kabupaten Rokan Hulu terdiri dari 16 Kecamatan merupakan daerah basis ternak sapi karena hasil perhitungan Location Quation (LQ) . Karakteristik petani , usia petani 30 sampai 50 tahun, tingkat pendidikan umumnya sekolah dasar. ada4 memiliki nilai LQ lebih dari satu.yaitu; kecamatan Pandalian IV koto, Rambah Samo,Ramabah Hilir,Bagan Purba. Nilai total Kapasitas penambahan populasi ternak Ruminansia (KPPTR) kabupaten Rokan Hulu 1.188.293,18 ST keadaan menunjukan bahwa KabupatenRokan Hulu masihcukup potensial dengan pengembangan wilayah yang berpotensi . Pendapatan rata –rata pertani Rp3.067.409,5 per bulan . Kata Kunci : potensi , perkebunan. ABSTRACT. This research is looking for defeloping area livestock and , plantation of palm , this effort developing have not aviability source there was developing area.the experiment to goal: the analize was capacity natural source and human source for expanded livestock 2.the definited districk center was potensial for expanded livestock on Rokan Hulu region.3. the potential in Rokan Hulu region as effort developing livestock tomorrow. The metode experiment were survey and observation experiment location with quisioner , and primer and secondary data. For analysis region it basis withLocation Quation (LQ). The result how that the farming system by rural society Rokan Hulu . characteristic farmer 30 – 50 years. The education level average elementary school. The potential in Rokan Hulu districk omong others, livestick population that indication the farming system that 4 districk ; Pandalian IV koto, Rambah Samo,Ramabah Hilir,Bagan Purba.the other cosiderance to developing livestock in Rokan Hulu was carrying capacity to Ruminant was possible for carry out that is 1.188.293,18 ST .the general Rokan Hulu stil potential for developing livestock by developing districk potenti. The a farmer income average to Rp. 3.067.409,5,per month. Key word; potention, plantation. PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Rokan Hulu merupakan Kabupaten yang mempunyai populasi ternak sapi yang cukup banyak 24.483 ekor (Dinas peternakan Provinsi Riau,2008). Luas wilayah 7.449,85 km2 atau 7,88 % dari Luas wilayah Propinsi Riau (94.541,60 km2).Kabupaten Rokan Hulu terdiri dari 16 Kecamatan ,Ketinggian beberapa daerah / kota di Kabupaten Rokan Hulu dari permukaan laut berkisar antara 10 -164 meter. Daerah tertinggi adalah daerah Samo yaitu 164 meter di atas permukaan laut dan terendah adalah Bonai Darussalam yaitu 10 meter di atas permukaan laut. Masyarakat di Kabupaten Rokan Hulu sudah sekitar empat tahun terakhir Pemerintah Daerah Propinsi Riau telah melaksanakan program pengentasan kemiskinan di Riau dengan Program K2I (Kemiskinan, Kebodohan dan Infrastuktur). Salah satu program yang dilaksanakan adalah bantuan berupa Sapi kepada masyarakat. Dari program ini, diharapkan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat. Di Propinsi Riau umumnya dan khususnya di Kabupaten Rokan Hulu, lahan telah banyak dikonversi menjadi areal perkebunan, khususnya adalah kelapa sawit. Dari sudut pandang Departemen Pertanian, kebun-kebun ini potensial sebagai “Padang Penggembalaan” ternak sapi. Program bantuan K2I berupa sapi ini terhadap masyarakat pemilik perkebunan, meski pun sudah berjalan sekitar empat tahun belum memperoleh hasil yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Kebun kelapa sawit yang mereka miliki sebelumnya juga berskala kecil. Sebenarnya program bantuan sapi ini diharapkan terjadi integrasi atau diversifikasi usaha pertanian pada masyarakat. Dengan dilakukan diversifikasi ini, agar ekonomi masyarakat petani terutama di Propinsi Riau pada sektor perkebunan dapat meningkat. Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan serangkaian kegiatan mulai dari menghitung potensi pengembangan ternak sapid an perkebunan kelapa sawit di kabupaten Rokan Hulu. Perumusan Masalah Upaya meningkatkan taraf hidup petani peternak di Kabupaten Rokan Hulu , dapat melalui pengelolaan sumberdaya fisik dan non fisik yang ada pada petani. Tujuan ini tercapai dengan usaha – usaha meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya yang dimiliki dalam proses produksi. Menurut Mubyarto (1979) faktor produksi yang terlihat dalam proses produksi meliputi lahan,tenaga kerja, modal dan manajemen. Faktor produksi manajemen berfungsi mengkoordinasikan ketiga faktor produksi lainnya, sehingga menghasilkan produk yang optimal. Atas dasar di atas maka peternak dituntut untuk memanfaatkan lahan semaksimal mungkin agar hasil guna yang lebih tinggi, masalah lain adalah pemilikan lahan yang terpencarpencar sehingga menyebabkan pengelolaan kurang efisien ,keterbatasan lahan menyebabkan pola usahatani harus mendapatkan keuntungan yang maksimal. Berdasarkan uraian di atas maka dapat di identifikasi masalah ,yaitu ; 1. Sumberdaya apa saja yang dimiliki masing- masing wilayah di Kabupaten Rokan Hulu,untuk pengembangan ternak sapi sehingga menghasilkan pendapatan yang maksimal. 2. Wilayah mana saja yang dapat berperan sebagai pusat pengembangan ternak sapi berdasarkan sumberdaya yang dimiliki. 3. Bagaimana potensi masing –masing wilayah potensi wilayah Kabupaten Rokan Hulu sebagai wilayah pengembangan ternak sapi dimasa mendatang. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah: 1. Menganalisis daya dukung sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk pengembangan ternak sapi di Kabupaten Rokan Hulu. 2. Menentukan pusat- pusat wilayah (kecamatan) yang berpotensi untuk pengembangan ternak sapi di Kabupaten Rokan Hulu. Kontribusi penelitian Kontribusi penelitian adalah; 1. Memberikan informasi tentang potensi masing –masing wilayah Kabupaten Rokan Hulu sebagai wilayah pengembangan ternak sapi potong dimasa yang akan dating. 2. Sebagai bahan bagi pengambil keputusan dan kebijakan yang sesuai dengan kondisi di masing- masing wilayah Kabupaten Rokan Hulu,Riau. METODE PENELITIAN Penelitian atau kajian ini menggunakan metode survey. Unit analisis dalam kajian ini adalah keluarga petani peternak yang melakukan usaha tani berupa perkebunan kelapa sawit, dan peternakan sapi. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder ,data primer diperoleh langsung dengan cara penyebaran kuisioner pada responden melalui wawancara. Data primer digunakan untuk mengetahui pendapatan petani . data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu ; dinas peternakan, biro pusat statistic, dinas perkebunan ,dan lain-lain. Responden pada penelitian ini diambil dari kelompok peternak sapi yang mendapat bantuan dari pemerintah dengan metode purposive sampling . Analisis data secara deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengambarkan kondisi peternakan sapi yang ada di wilayah Kabupaten Rokan Hulu terutama segi sumberdaya manusia peternak ; tingkat pendidikan, lama beternak,kondisi sumber daya alam. Metode Location Question (LQ) Metode ini digunakan untuk menganalisis keadaan wilayah , apakah suatu wilayah merupakan basis atau non basis khususnya dalam populasi ternak sapi. Metode LQ di rumuskan sebagai berikut: LQ = SI/ NI Dimana : SI = Perbandingan antara jumlah populasi jenis ternak sapi potong (ST) wilayah tertentu dengan jumlah penduduk di wilayah yang sama. NI = Perbandingan antara jumlah populasi sapi di kabupaten dengan jumlah penduduk di kabupaten yang sama. Metode Kapasitas Penambahan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Metode ini merujuk pada metode Nell dan Rollinson (1974), total produk hijauan makanan ternak (HMT) dirumuskan sebagai berikut : [ 3,75 x Total luas lahan + luas panen x koefisien produk HMT] Daya tampung wilayah dirumuskan sebagai berikut : [ Total Produksi HMT / 2,3] Nilai KPPTR dirumuskan sebagai berikut : [ Daya tampung wilayah – populasi riel ternak ] Dimana ; kebutuhan berat kering untuk satu ekor ternak adalah 2,3 ton /tahun. HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Petani Responden A. Umur Petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur petani berkisar antara 30 tahun sampai 60 tahun yang merupakan usia produktif. Umur sangat berpengaruh terhadap kemampuan fisik dalam melakukan pekerjaan ,umumnya umur yang lebih muda akan memiliki kemampuan lebih baik dalam melakukan usahataninya yang akan menghasilkan produksi lebih banyak serta lebih giat dan aktif memelihara sapi.Petani yang lebih muda akan lebih cepat menerima dan menyerap inovasi baru, gambaran umur petani dapat dilihat pada tabel 1 Table 1. Umur Petani no Umur (tahun) Jumlah Persentase (%) 1 20 – 30 3 5,17 2 31 – 40 20 34,48 3 41- 50 18 31,03 51 4 Jumlah 17 29,32 58 100,00 suu Sumber ; data diolah uuumu Umur petani 34,48 % adalah 31 – 40 tahun ,umur 41 – 50 tahun sebanyak 31,48 % dan diatas umur 51 tahun sebanyak 29,32% masih sangat produktif , hal ini akan membuat integrasi sapi dengan kebun kelapa sawit akan lebih baik pada umumnya masih mudah menerima inovasi kebanyakan petani yang berumur masih muda karena meraka pada umumnya sudah mulai menyadari mengkombinasikan atau diversifikasi usahatani akan membuat pendapatan petani akan lebih baik.Faktor umur biasanya lebih diidentikan dengan peroduktivitas kerja,jika seseorang masih tergolong usia produktif ada kecendrungan produktivitasnya juga tinggi .Chamdi (2003) ,semakin muda usia peternak (usia produktif 20 – 45 tahun) umumnya rasa keingintahuan tarhadap sesuatu semakin tinggi dan terhadap introduksi teknologi semakin tinggi. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan pola petani terutama dalam menerima inovasi baru dan dalam pembagian waktu bekerja.Tingkat pendidikan petani dapat dilihat pada tabel 2 Tabel.2. Tingkat Pendidikan Petani NO Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 SD 36 62,07 2 SLTP 18 31,04 3 SLTA 4 6,89 Jumlah 58 100.00 Sumber : Diolah dari data primer Hasil penelitian dapat diketahui tingkat pendidikan sebagian besar petani adalah Sekolah dasar (62,07%) ,SLTP (31,04%) ,SLTA (6,89%) , dapat dikatakan tingkat pendidikan cukup dapat diharapkan dapat menerima inovasi di bidang pertanian dan peternakan. Di Kab.Rokan Hulu lebih dari separoh adalah pendidikan SD yang akan mempengaruhi menerapkan inovasi baru dalam melakukan perkebunan dan peternakan. Menurut Syafaat, dkk (1995) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka akan semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia ,yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukannya. Pekerjaan semua responden adalah petani kebu n kelapa sawit, karet, coklat yang mana penerimaan dari coklat lebih tinggi dari kelapa sawit. .KAPASITAS TAMPUNG Kabupaten Rokan Hulu terdiri dari 16 Kecamatan merupakan daerah basis ternak sapi karena hasil perhitungan Location Quation (LQ) ada4 memiliki nilai lebih dari satu.yaitu; kecamatan pandalian IV koto, Rambah Samo,Ramabah Hilir,Bagan Purba. Table 3. Wilayah Basis Ternak Sapi di Kabupaten rokan hulu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 KECAMATAN ROKAN IV KOTO PANDALIAN IV KOTO TANDUN KABUN UJUNG BATU RAMBAH SAMO RAMBAH HILIR BAGAN PURBA TAMBUSAI TAMBUSAI UTARA KEPENUHAN KEPENUHAN HULU KUNTO DARUSALAM PAGARAN TAPAH BONAI DARUSALAM NILAI LQ 0,5644 1,2505 0,2887 0,2421 0,1649 3,6674 1,7868 2,8575 0,8220 0,2027 0,4463 0,4763 0,4776 0,8969 0,3625 Kapasitas tampung sangat dipengaruhi oleh luas kebun kelapa sawit,luas panen Dan populasi ternak sapi . Nilai total Kapasitas penambahan populasi ternak Ruminansia (KPPTR) kabupatenRokan Hulu adalah 1.188.293,18 ST keadaan menunjukan bahwa secara teori KabupatenRokan Hulu Masih dapat menyediakan pakan ternak berupa rumput dan daun ,pelepah sawit Untuk makanan ternak sapi. Nilai KPPTR terbesar terdapat di kecamatan Tambusai Utara yaitu 64224,94 Dan terendah di Kecamatan Bonai Darusalam Table 4. KPPTR Masing – masing Kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu No KECAMATAN NILAI KPPTR (ST) 1 ROKAN IV KOTO 10039,32 2 PENDALIAN IV KOTO 9497,76 3 TANDUN 23211,6 4 KABUN 9138,99 5 UJUNG BATU 2289,99 6 RAMBAH SAMO 32644,94 7 RAMBAH HILIR 957668 8 BAGAN PURBA 12456,96 9 TAMBUSAI 31499,11 10 TAMBUSAI UTARA 64224,94 11 KEPENUHAN 11923,94 12 KEPENUHAN HULU 11972,37 13 KUNTO DARUSALAM 21725,72 14 PAGARAN TAPAH 8840,79 15 BONAI DARUSALAM 695,83 Sumber : Hasil pengolahan data Berdasarkan nilai KPPTR yang dimiliki maka Kecamatan – kecamatan di atas merupakan kecamatan potensial untuk pengembangan ternak sapi diintegrasikan dengan kelapa sawit. Produktivitas Ternak sapi yang diintegrasikan dengan Perkebunan Kelapa Sawit. Integrasi sapi dengan perkebunan kelapa sawit relative mudah dilaksanakan , Bila kedua usaha dikendalikan dan dikelola dalam satu wadah. Sapi yang diintroduksi adalah sapi Bali terutama sapi betina . sapi Bali ada lah Jenis sapi yang sudah adaptasi baik di daerah Kab.Pelalawan dan merupakan Jenis ternak yang umum dipelihara penduduk setempat serta daya berkembang Biaknya tinggi. Dipilih sapi betina terutama usaha meningkatkan populasi Sehingga cepat tersedia sapi untuk membantu tenaga panen maupun mempro Duksi bakalan . Pemeliharaan sapi peternak dilakukan dengan pengangonan dan di kanDangkan , malam sampai pagi sapi dikandangkan siang diikatkan di pinggiran Kebun kelapa sawit. Sapi pada malam dan pagi hari diberi rumput alam yang Tersedia di sekitar rumah dan kebun kelapa sawit, sudah ada mesin untuk Membantu pemotongan pelepah sawit tetapi belum dapat dipakai karena Bahan bakar sulit di dapat dan menambah biaya pakan. Setiap peternak mempunyai kandang tersendiri yang dilengakapi tempat Pakan dan penampungan kotoran . kanadang dibangun dekat rumah petani Agar mudah melakukan pengawasan,perawatan dan pengumpulan pakan. Kandang yang dibuat berisi 3 sampai 4 ekor sapi. Produktivitas Perkebunan kelapa sawit yang mendukung pengembangan Ternak sapi Pelepah kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak sapi Sebagai sumber penganti hijauan atau dalam bentuk silase yang dikombinasikan Bahan lain atau kosentrat sebagai campuran. Daun kelapa sawit juga dapat digunakan sebagi pakan ternak sapi , rumput yang Tumbuh di bawah pohon kelapa sawit juga dapat dijadikan sumber pakan Termasuk leguminosa yang banyak tumbuh saat kelapa sawit umur masih muda. Efisiensi Tenaga Kerja dengan Pemenfaatan Ternak Sapi sebagai Alat angkut di lahan Perkebunan Kelapa sawit Efisiensi dalam memanfaatkan tenaga kerja sebagai alat angkut di lahan kelapa Sawit di Kabupaten Rokan Hulu. setelah dipanen buah sawit harus segera dikirim Ke tempat penampungan , sehingga diperlukan cara transportasi yang praktis Dan murah.penggunaan alat transportasi besar (truk) akan membutuh Investasi pembuatan jalan dan pengadaan kendaraan dalam jumlah yang cukup Besar karena luas perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Rokan hulu cukup luas Apabila ketersediaan sarana transportasi dalam kebun terbatas akan mengHambat kelancaran pengangkutan hasil panen maupun pengangkutan pupuk. Untuk membantu pengangutan hasil panen dan pupuk maka ternak sapi dapat Dijadikan alat transportasi yang murah. Potensi hasil samping dan limbah Perkebunan Kelapa sawit dalam Pemenuhan kebutuhan pakan ternak sapi Selain menghasilkan CPO sebagai komoditas utama , industry kelapa sawit Juga menhasilkan beberapa jenis hasil samping yang potensial untuk digunakan Bahan pakan ternak yaitu; serabut mesokkarp (palm press fiber /PPF) ,lumpur Sawit (palm oil slude/POS) ,dan bungkil inti sawit (palm kernel cake/PKC) yang Diperoleh dari pabrik pengolahan kelapa sawit, serta pelepah sawit (oil palm Frond /OPF) dan batang pohon sawit (oil palm trunk /OPT) yang diperoleh Dari kebun kelapa sawit . Hasil samping dan limbah perkebunan kelapa sawit ini cukup banyak di Kab. Rokan Hulu karena luas kebun kelapa sawit disini cukup luas 184.489,22 ha. Yang tersebar di setiap kecamatan . Lumpur sawit diketahui merupakan hasil ikutan proses ekstraksi minyak Sawit yang mengandung air cukup tinggi. Produk samping ini diketahui menimBulkan masalah lingkungan sehingga upaya untuk mengatsinya telah dilakukan Dengan mengurangi kandungan air lumpur sawit untuk selanjutnya dapat diguna Kan sebagai bahan pakan ternak, khususnya sapi. Produk hasil pemisahan Lumpur sawit dari sebagian besar kandungan airnya dikenal dengan solid. Solid diketahui mngandung protein kasar sejumlah 14% (dasar bahan kering). Usaha untuk meningkatkan kandungan nutrien solid telah pula dengan Pendekatan fermentasi secara aerobik dan hasilnya dilaporkan meningkatkan Kandungan protein kasar menjadi 43,4% dan energi menjadi 2,34 kkal EM/g (dikutip oleh YEONG et, al, 1983). Hasil fermentasi dengan menggunakan Aspergillus niger, telah pula dilakukan oleh para peneliti Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor, dan dilaporkan laporan bahwa kandungan protein kasar Hasil fermentasi tersebut dapat meningkatkan kandungan protein kasar dari 12,21 menjadi 24,5% (dasar bahan kering), sementara kandungan energi Termetabolis meningkat dari 1,6 kkal/g menjadi 1,7 kkal/g (SINURAT et, al, 1998) selanjutnya dikatakan, teknologi fermentasi tersebut masih Membutuhkan penyempurnaan untuk terus dapat meningkatkan nilai nutrein Hasil produk hasil fermentasi. Bungkil kelapa sawit merupakan produk samping Yang mengandung nutrien dan nilai biologis yang tinggi. Oleh karena itu, Pemanfaatannya tidak diragukan. Tandan kosong dan serat perasan merupakan Produk samping yang berpotensi, meskipun belum banyak dimanfaatkan. Hal Ini disebabkan kedua produk samping tanaman kelapa sawit mengandung serat Kasar yang cukup tinggi . Tingkat Pendapatan dan kesejahteraan pekebun atau peternak Tabel 5. Rata – rata Penerimaan dan Pendapatan Petani No Uraian Penerimaan(Rp) Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) 1 Kelapa Sawit 2 Ternak Sapi Jumlah 5.549.180 606229,5 6.155.409,5 2.600.000 .2.949.180 488.000 3.088.000 118229,5 3.067.409,5 Sumber hasil pengolahan data Pendapatan petani di Kabupaten Rokan Hulu Rp 3.067.409,5 cukup tinggi di banding Rp 925.000,-UMR Riau, memang dengan adanya perkebunan kelapa sawit pendapatan Petani lebih tinggi, tetapi dari peternakan sapi pendapatan masih rendah Hal ini disebabkan sapi sudah ada yang di jual juga ada pemanfaatan pupuk Kandang sebagai pupuk kelapa sawit. (Hutabarat ,2002) adanya kotoran sapi dapat mengurangi biaya pengadaan pupuk yang dapat mengurangi biaya Produksi di samping menjaga kelestarian bahan organik tanah khususnya Wilayah perkebunan berlereng. Sedangkan Ginting (1991) melaporkan bahwa Ternak dapat berperan sebagai industri bioligis sekaligus mampu meningkatkan Produksi daging dan penyedia kompos. Adanya integrasi kelapa sawit petani semakin sejahtera karena telah ada peningkatan Penadapatan jika harga sawit menurun petani masih punya penghasilan lain Yaitu dari ternak sapi yang setiap tahun dapat menghasilkan anak. Di Kabupaten Rokan Hulu petani memelihara sapi setiap orang Mendapat sapi bantuan dua ekor sapi dan satu kelompok terdiri Dari 10 orang dan 12 orang , juga sudah ada anak sapi yang lahir Sapi dikandangkan siang diikatkan di dekat kebun kelapa sawit malam Diberi makan yang diambil disekitar kebun terdiri dari rumput alam, rumput Unggul yang tumbuh di pinggir sungai. Untuk dapat memperoleh pendapatan maksimal Rp 8.295449,- maka masih dapat Table 6. solusi optimal pendapatan petani No Cabang Usaha Tani Solusi Optimal Biaya Opportunity Koefisien Tujuan Minimum Current Maksimum 1 Kelapa Sawit 1.092884 0 2833273 5549180 M 2 Ternak Sapi 1.451538 0 -M 1536880 3010097 Nilai Fungsi Tujuan Maksimal (Maximized OBJ) = 8.295.449 Di Desa Rambah Baru-Kec. Rambah Samo-Kab Rohul (sekitar 20 menit dari Kantor Dinas Perikanan dan Peternakan Rohul) terdapat Kawasan Produksi Peternakan Sapi. Di kawasan ini terdapat kelompok peternak: 1). Bali Sejati (telah berjalan 8 tahun dengan anggota 30 orang dan telah memelihara jenis sapi Bali, PO, Madura, ataupun Brahman); 2). Bali Jaya (Baru berdiri tahun 2008 dengan anggota 10 orang); dan. 3).Ongole (Berdiri sejak 1982). Rataan pemilikan sapi 100 ekor per kelompok. Pemda menunjuk seorang dokter hewan untuk membina kelompok peternak ini, dan di lokasi ini disediakan Poskeswan. Rumput yang biasa ditanam rumput Gajah dan Setaria. Sistem gaduhan adalah sistem yang diminati peternak dengan sapi dara sebagai sapi bakalan gaduhan. Skala penggemukan yang terbukti berhasil di lokasi ini adalag antara 5 hingga 10 sapi. Sapi dibeli beberapa orang Toke (Bandar) dengan rataan 2 ekor sapi per Toke. Daya arit rumput per petani = 1 ikat ( sekitar 40 kg)/jam untuk 2 hingga 3 ekor sapi. Ada budaya sewa kendaraan (mobil) bersama untuk mengarit rumput. . SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan: 1. Kabupaten Rokan Hulu secara umum masih memiliki berbagai sumber daya yang dapat menunjang pengembangan ternak sapi baik dari sumberdaya ternak ,sumberdaya alam dan fasilitas pendukung. 2. Daerah basis ternak sapi karena hasil perhitungan Location Quation (LQ) ada4 memiliki nilai lebih dari satu.yaitu; kecamatan pandalian IV koto, Rambah Samo,Ramabah Hilir,Bagan Purba. Juga terdapat kecamatan yang memiliki nilai KPPTR yang cukup besar sehingga secara umum Kabupaten Rokan Hulu masih dapat menampung ternak sapi karena pakan masih tersedia. Total kapsitas tampung 1188293,18 ST Saran/Rekomendasi Pengembangan usaha ternak sapi dilakukan pada wilayah potensial seperti; kecamatan Pandalian IV Koto, Ramabah Samo,Rambah Hilir, Bagan Purba. DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau. 2009. Kajian Pengembangan Sistem Integrasi Perkebunan Kelapa Sawit dengan Peternakan Sapi di Provinsi Riau. Chamdi ,A.N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Bogor 29 -31 September 2003. Bogor ; Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian. 312-315. Diwyanto, K. 2002. Pemanfaatan Sumberdaya Lokal dan Inovasi Teknologi dalam Mendukung Pengembangan Sapi Potong di Indonesia. Orasi APU .Badan Litbang Pertanian. Hutabarat,T.S.P.N. 2002. Pendekatan Kawasan Pembangunan Peternakan . Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan,Departemen Pertanian, Jakarta.. Siswati.L, Noverdiman. 2000. Modernisasi Petani Peternak Sapi yang Melakukan Pola Diversifikasi Usahatani yang Optimal di Pinggiran Taman Nasional Kerinci Seblat. Penelitian Dosen Univ.Jambi. ------------.2008. Analisis Potensi Wilayah Penggembangan Ternak Sapi Potong di Kab. INHU di Sekitar Hutan Prop.Riau. Jurnal Angsana Fak. Peternakan Univ. Jambi. -----------.2008. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong di Sekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh.Jurnal Wanaforesta ,Fahutan Unilak. Pekanbaru Umiyasih , U, dan Y.N. Anggraeny. 2003. Keterpaduan Sistem Usaha Perkebunan dengan Ternak: Tinjauan Tentang Ketersediaan Hijauan Pakan untuk Sapi Potong di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit. Prosiding Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit – Sapi.Bengkulu , 9-10 September 2003.