BAB II PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA MENGENAI TUMBUHAN DAN BAGIANNYA MATA PELAJARAN IPA SEKOLAH DASAR Pada BAB II ini penulis akan memaparkan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. A. Pendekatan Kontekstual 1. Pengertian Pendekatan Kontekstual Depdiknas (2006 : 8) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan cultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan, keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya. Dalam pandangan lain Depdiknas (2006 : 8) mendefinsikan pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara materi yang pelajari dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Waliah, Ely mengatakan, ” Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dalam situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka 9 10 sehari-hari. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu pendekatan yang hakikatnya mengharapkan siswa memahami dan merasakan manfaat dari materi yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menciptakan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual ini, guru diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya sebagai tenaga pendidik yang profesional, termasuk memiliki kemampuan menciptakan pembelajaran dalam kelas dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang mampu menjadikan siswa dapat menggali potensi dirinya secara optimal. Sedangkan Nurhadi (2004:151) mengatakan pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran, seting pembelajaran yang tidak melulu di dalam kelas, dan media apa saja untuk belajar. Prinsipnya, orang-orang dan benda-benda di sekitar siswa, semua adalah media belajar. Gambaran fisik pada pembelajaran kontekstual tampak seperti berikut ini: dinding kelas penuh dengan tempelan hasil karya siswa (tidak hanya gambar presiden dan wakil presiden saja). Dinding kelas penuh dengan gambar hasil karya siswa, peta (baik cetak maupun buatan siswa sendiri, artikel, gambar tokoh idola, puisi, komentar, foto tokoh, diagram-diagram, dan lain-lain. Setiap saat berubah. Bahkan lorong-lorong sekolah pun dapat dimanfaatkan. Akibatnya, kemana pun siswa pergi dikepung oleh informasi. Suasana yang terjadi pada kelas dengan pembelajaran kontekstual adalah siswa-siswa selalu ramai dan gembira dalam belajar. Kelas yang aktif bukan kelas yang sepi. 11 Belajar harus didukung oleh lingkungan belajar yang berpusat pada siswa, dalam arti lingkungan harus mampu memberikan stimulasi kepada siswa sehingga muncul rasa senang dalam belajar. Oleh karena itu, pembelajaran harus berubah dari "guru yang berakting di depan kelas dan siswa menonton ke yang berakting menjadi dalam situasi bekerja dan berkarya. Guru mengarahkan dan memfasilitasi. Dengan kata lain, dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberikan informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) datang dari 'menemukan sendiri', bukan dari ‘apa kata guru’. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. SALIMAN. (2008:89) berpendapat bahwa pembelajaran kontektual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik untuk tujuan membantu siswa agar memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya, mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan, keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya. Dengan memperhatikan pendapat di atas, peneliti mendefinisikan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar yang menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan 12 yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran. 2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual memiliki karakateristik tertentu. Nurhadi (2004) mengemukan karakteristiknya sebagai berikut : a. Problem-Based Learning, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar melalui berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. b. Authentic Instruction, yaitu pendekatan pengajaran yang menperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna melalui pengembangan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting di dalam konteks kehidupan nyata. c. Inquiry-Based Learning ; pendekatan pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan memberi kesempatan untuk pembelajaran bermakna. d. Project-Based Learning ; pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa untuk bekerja mandiri dalam mengonstruksi pembelajarannya (pengetahuan dan keterampilan baru), dan mengkulminasikannya dalam produk nyata. e. Work-Based Learning ; pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi ajar dan menggunakannya kembali di tempat kerja. 13 f. Service Learning , yaitu pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru dan berbagai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui proyek atau tugas terstruktur dan kegiatan lainnya. g. Cooperative Learning, yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam rangka memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. SALIMAN. (2008) membedakan karakteristik pembelajaran kontekstual dan tradisional sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. TRADISIONAL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Siswa secara pasif menerima Siswa terlibat secara aktif dalam informasi proses pembelajaran Pemilihan informasi di-tentukan Pemilihan informasi berdasarkan oleh guru kebutuh-an siswa Menyandarkan pada memori spasial Menyandarkan pada hapalan (pemahaman makna) Cenderung terfokus pada satu Cenderung mengintegrasikan bidang (disiplin) tertentu beberapa bidang Memberikan tumpukan informasi Selalu mengaitkan informasi dengan kepada siswa sampai saatnya pengetahuan yang telah dimiliki diperlukan siswa Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran sangat abstrak dan kehidupan nyata/-masalah yang disiteoritis mulasikan Perilaku dibangun atas kebiasaan Perilaku dibangun atas kesadaran diri Waktu belajar siswa se-bagian besar dipergu-nakan untuk mengerja-kan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual) Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman Hadiah dari perilaku baik adalah Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok) Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tsb keliru dan merugikan Hadiah dari perilaku baik adalah 14 11. 12. 13. 14. pujian atau nilai (angka) rapor Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan. Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas Perilaku baik berdasar-kan motivasi ekstrinsik kepuasan diri Keterampilan dikembangkan dasar pemahaman atas Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting Perilaku baik berdasar-kan motivasi intrinsik Dalam pandangan lain Saliman mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Membuat hubungan yang bermakna ( making meaningful connections ) antara sekolah dan konteks kehidupan nyata, sehingga siswa merasakan bahwa belajar penting untuk masa depannya. b. Melakukan pekerjaan yang signifikan ( doing significant work ). Pekerjaan yang memiliki suatu tujuan, memiliki kepedulian terhadap orang lain, ikut serta dalam menentukan pilihan, dan menghasilkan produk. c. Pembelajaran mandiri ( self-regulated learning ) yang membangun minat individual siswa untuk bekerja sendiri ataupun kelompok dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna dengan mengaitkan antara materi ajar dan konteks kehidupan sehari-hari. d. Bekerjasama ( collaborating ) untuk membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka untuk mengerti bagaimana berkomunikasi/ berinteraksi dengan yang lain dan dampak apa yang ditimbulkannya. 15 e. Berpikir kritis dan kreatif ( critical and creative thingking ); siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis dan kreatifnya dalam pengumpulan, analisis dan sintesa data, memahami suatu isu/fakta dan pemecahan masalah. f. Pendewasaan individu ( nurturing individual ) dengan mengenalnya, memberikan perhatian, mempunyai harapan tinggi terhadap siswa dan memotivasinya. g. Pencapaian standar yang tinggi ( reaching high standards ) melalui pengidentifikasian tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. h. Menggunakan penilaian autentik ( using authentic assessment ) yang menantang siswa agar dapat menggunakan informasi akademis baru dan keterampilannya kedalam situasi nyata untuk tujuan yang signifikan. 3. Komponen Pembelajaran Kontekstual Menurut pandangan Waliah Ely bahwa pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme, menemukan (inquiry), bertanya ( questioning ), komunikasi, pemodelan (modelling), refleksi dan penilaian autentik (authentic assessment). a. Konstruktivisme artinya guru harus mampu membimbing siswa agar mampu membangun pengetahuan di dalam benaknya sehingga apa yang telah dipelajarinya sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka. b. Menemukan (inquiry) Proses menemukan merupakan kegiatan inti dari pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa diharapkan diperoleh siswa bukan dari hasil proses mengingat materi yag disajikan guru, melainkan 16 hasil dari menemukan sendiri fakta-fakta yang dipelajarinya. Kegiatan inquiry yang dirancang guru harus meliputi observasi, bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data, dan penyimpulan. c. Bertanya ( questioning ) Pengetahuan dan keterampilan siswa yang berkesan pada dirinya adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dengan dorongan perasaan ingin tahu sehingga siswa berusaha untuk bertanya kepada guru. d. Masyarakat belajar dapat terjadi jika terjadi komunikasi dua arah antara guru dan siswa, siswa dan siswa. Siswa saling bertukar pikiran dan pengalaman satu sama lain. e. Pemodelan (modelling). Dalam proses pembelajaran di dalam kelas,baik guru maupun siswa dapat dijadikan model pembelajaran, bahkan jika perlu seorang guru dapat mendatangkan siswa dari kelas lain yang dianggap mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan siswa di kelasnya. f. Refleksi ( Reflection ) Refleksi adalah sebuah proses perenungan pada diri siswa. Perenungan terhadap pengetahuan dan keterampilan yang baru saja dipelajarinya. g. Penilaian autentik (authentic assessment). Kegiatan penilaian ini dilakukan tidak hanya berdasarkan pada hasil semata, melainkan juga pada penilaian proses. Jika seorang guru telah memahami dirinya sebagai pendidik profesional, secara sadar dalam dirinya akan merasa tertuntut untuk selalu kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. 17 Jika seorang guru telah memahami dirinya sebagai pendidik profesional, secara sadar dalam dirinya akan merasa tertuntut untuk selalu kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugas profesinya. B. Belajar dan Pembelajaran IPA 1. Pengertian Belajar dan Mengajar Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Purwanto (1998 : 84) mengemukakan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar, yaitu: a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu bisa mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. d. Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. (Witherington, 1952 h. 165). 2. Prinsip – Prinsip Belajar Proses belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi dari hasil pengalaman oleh karena itu, dapat dikatakan terjadi proses belajar apabila seseorang meninjukkan tingkah laku yang berbeda. Menurut Bloom perubahan 18 tingkah laku harus meliputi tiga ranah diantaranya : ranah kognitif, afektif dan pesikomotor. Beberapa prinsip belajar diantaranya adalah : a. Belajar merupakan bagian dari perkembangan b. Belajar berlangsung seumur hidup c. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor – faktor bawaan, lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri. d. Belajar mencakup semua asfek kehidupan e. Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu f. Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru g. Belajar yang di rencanakan dan disengaja menuntut motifasi yang tinggi h. Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana ke yang sangat komplek i. Dalam belajar terdapat hambatan – hambatan j. Untuk kegiatan tertentu dperlukan adanya bimbingan dari orang lain 3. Teori – Teori Belajar Teori–teori belajar bersumber dari aliran–aliran psikologi. Ada tiga rumpun besar psikologi yaitu : Teori Disiplin Mental, Behaviorisme dan Cognitive – Gestalt dan Field. a. Teori Disiplin Mental Menurut rumpun psikologi ini individu memiliki kekuatan dan potensi – potensi tertentu. Belajar adalah pengembangan dari kekuatan, kemampuan dan potensi tersebut. 19 Menurut psikologi daya atau Fakulti Psikologi, individu memiliki sejumlah daya-daya : daya mengenal, mengingat, menangkap, mengkhayal, berpikir, merasakan, berbuat dan sebagainya. Daya-daya itu dapat dikembangangkan melaluai latihan dalam bentuk ulangan-ulangan. Teori disiplin mental lainnya adalah Naturalisme Romantik dari Rousseau. Menurut Jean Jacques Rousseau anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberikan kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak memiliki kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembagkan dirinya sendiri. Pendidik tidak terlalu banyak ikut campur, biarkan ia belajar sendiri yang penting perlu diciptakan situasi belajar yang rilek, menarik dan bersifat alamiah. b. Teori Behaviorisme Rumpun ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan prilaku atau tingkah laku yang diamati. Teori-teori dalam rumpun ini bersifat molekuler karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur molekul. c. Teori Cognitive - Gestalt – Field Teori ini bersifat molar atau menyeluruh atau terpadu. Teori Cognitive dikembangkan oleh para ahli psikologi kognitive. Teori ini menekankan pada peristiwa mental bukan hubungan stimulus-respons. Teori Gestalt berkembang di Jerman dengan pendirinya yang pertama adalah Maxswetheimer. Tokoh lainnya adalah Wolfgang Kohler, Kurt Kofka dan Kurt Lewin. Menurut Gestalt belajar harus dimulai dari keseluruhan ke bagian-bagian. 20 Mengajar merupakan proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. banyak kegiatan maupun tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa. Menurut Slameto (1995 : 29) mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita. Adapun definisi lain di negara-negara modern yang sudah maju mengatakan bahwa mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Definisi ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa, yang mengalami proses belajar. Guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan untuk berbuat dan aktif berpikir lebih banyak diberikan kepada siswa. Mengajar di definisikan oleh Sudjana (2000 : 37) sebagai alat yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal mungkin. 4. Hakekat Pembelajaran IPA Hakikat pembelajaran IPA meliputi 4 unsur utama, yaitu : sikap, proses, produk dan aplikasi. Sikap menunjukkan rasa ingin tahu akan sesuatu, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan sesuatu yang baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses menunjukkan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan. Produk menunjuk pada fakta, prinsip, teori dan hukum. 21 Aplikasi menunjuk pada penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang pasti melakukan interaksi yang terjadi antara dua orang atau lebih. Begitupun dalam kegiatan belajar mengajar di kelas akan terjadi interaksi antara guru dengan murid yang kita kenal dengan pembelajaran. Pembelajaran yang baik dan efektif dapat terwujud melalui pemberian kemudahan belajar kepada siswa sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Mengajar didefinisikan oleh Sudjana (2000 : 37) sebagai alat yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal mungkin. 5. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains di SD/MI Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran sains di SD/MI adalah sebagai berikut: a. Mampu bersikap ilmiah dengan penekanan pada sikap ingin tahu, bertanya, bekerjasama dan peka terhadap makhluk hidup dan lingkungan. b. Mampu menerjemahkan perilaku alam tentang diri dan lingkungan di sekitar rumah dan sekolah. c. Mampu memahami proses pembentukan ilmu dan melakukan inkuiri ilmiah melalui pengamatan dan sesekali melakukan penelitian sederhana dalam lingkup pengalamannya. d. Mampu memanfaatkan sains dan merancang/membuat produk teknologi sederhana dengan menerapkan sains dan mampu mengelola lingkungan di 22 sekitar rumah dan sekolah serta memiliki saran/usul untuk mengatasi dampak negatif teknologi di sekitar rumah dan sekolah. 6. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains di SD/MI Kelas IV Pada jenjang pendidikan SD, materi yang diajarkan di kelas IV adalah Organ Tubuh Manusia dan Fungsinya, Hewan dan Makanannya, Daur Hidup Hewan, Hubungan Makhluk Hidup dan Lingkungannya, Benda dan Sifatnya, Gaya, Benda, Energi dan Kegunaaannya, Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Lainnya, Pengaruh Perubahan Fisik terhadap Daratan, Sumber Daya Alam dan Masyarakat. Pada subpokok bahasan Bagian Tumbuhan dan Fungsinya, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah sebagai berikut : Standar Kompetensi Kompetensi Dasar (KD) No. (SK) 1. Memahami 1.1 Menjelaskan hubung-an hubungan antara antara struktur akar struktur bagian tumbuhan dengan tumbuhan fungsinya dengan 1.2 Menjelaskan hubungan fungsinya struktur batang dengan fungsinya 1.3 Menjelaskan hubungan antara struktur daun dengan fungsinya 1.4 Menjelaskan hubungan struktur bunga dengan fungsinya Indikator 1. Mengidentifikasi bagian - bagian tubuh tumbuhan : akar, batang, daun, bunga, dan buah. 2. Menjelaskan struktur akar, batang, daun dan bunga. 3. Membedakan jenisjenis akar, batang, daun dan bunga. 4. Mengklasifikasi jenisjenis akar, batang, daun dan bunga. C. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPA Dalam pembelajaran IPA dengan pendekatan kontekstual pemilihan strategi pembelajaan lebih mengutamakan dan lebih memberdayakan siswa. 23 Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam kelas yang jumlah siswanya banyak. Dalam penerapannya tidak perlu mengubah kurikulum sapalagi saat sekarang ini sudah dipakai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pendekatan kontekstual sangat sesuai dengan KTSP. Selama pembelajaran ini berlangsung guru mengutamakan kegiatan siswa untuk mengutamakan sendiri konsep IPA sebagai contoh siswa memecahkan permasalahan yang terdapat dalam kehidupan siswa sehari-hari. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru. Lakukan kegiatan menemukan untuk semua topik. Mengembangkan sifat keingintahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukan kemampuan siswa. Untuk melihat kemajuan belajar siswa sebagai sumber data dapat diperoleh dari hasil tes, observasi, wawancara, dan jurnal. Dengan pendekatan kontekstual dalam memberdayakan siswa lebih berfokus pada siswa sehingga kelas menjadi hidup, kondusif, dan menyenangkan. Sehingga dalam hal ini pun siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajarannya. Siswa dapat belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi serta pembelajarannya pun dikaitkan dengan kehidupan nyata. D. Hasil Belajar Salah satu keberhasilan proses belajar mengajar dapat kita lihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa (Sudjana dalam Olive 2006). Oleh karena itu 24 belajar sangat tergantung kepada proses belajar mengajar karena hasil pembelajaran terlihat setelah diberi tindakan pada proses belajar yang dianggap sebagai proses pemberian pengalaman belajar. Hasil belajar mengharapkan perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa. E. Materi Pembelajaran IPA SD Kelas IV Dipermukaan bumi terdapat berbagai jenis tumbuhan yang sangat bermanfaat bagi makhluk hidup. Mulai dari bagian akar, batang, daun, dan bunganya. Pada umumnya tumbuhan dapat dibagi menjadi bagian akar, batang, daun dan bunga. Keterangan : 1. Daun 2. Bunga 3. Buah 4. Batang 5. Akar Gambar 2.1: Tumbuhan dan bagian-bagiannya Dari berbagai jenis tumbuhan terdapat beberapa perbedaan, baik pada akar, batang, daun, maupun bunganya. 1. Akar dan Fungsinya Akar tumbuhan biasanya terdapat di dalam tanah atau mendekati tempat dimana air berada. Bentuk ujung akar pada umumnya meruncing sehingga dapat memudahkan menembus tanah. Berdasarkan bentuknya, akar dibedakan menjadi dua, yaitu akar tunggang dan akar serabut. Bagian-bagian akar terdiri atas tudung akar, bulu-bulu akar, pangkal akar, ujung akar, batang akar, cabang-cabang akar, dan serabut akar 25 (untuk cabang-cabang akar yang berbentuk serabut). Tudung akar berfungsi sebagai pelindung ujung akar. Akar memiliki fungsi-fungsi yang tertentu. Berdasarkan fungsinya itu, ada akar yang berfungsi untuk penggerek (pengisap), seperti pada tumbuhan benalu. Akar tumbuhan benalu berfungsi untuk menghisap atau menggerk makanan dari inangnya. Jenis akar lainnya adalah akar lekat. Akar-akar lekat keluar dari batang tumbuhan. Akar ini berfungsi untuk menempel pada tumbuhan lain yang tidak sampai mengambil makanan dari tumbuhan yang ditumpanginya. Contoh tumbuhan yang memiliki akar lekat adalah anggrek dan sirih. Tumbuhan bakau dan beringin memiliki akar napas. Akar ini tumbuh tegak lurus ke permukaan air atau tanah. Akar napas berguna untuk mengisap oksigen. Jenis-jenis akar lain pada tumbuhan antara lain adalah akar tunjang, akar tinggal, akar sulur, dan akar papan. Akar tunjang berfungsi sebagai penunjang atau penopang batang. Jenis akar tunjang dimiliki oleh tumbuhan pandan. Akar tinggal (rhizoma) sebenarnya bukan akar, melainkan batang yang tumbuh mendatar di dalam tanah. Contoh tumbuhan yang memiliki akar tinggal adalah kunyit, lengkuas, jahe dan temu lawak. Akar sulur atau akar pembelit dimiliki oleh tumbuhan yang tumbuh memanjat dengan menggunakan akarnya. 26 Gambar 2.2 Akar penggerek Gambar 2.3 Akar lekat Gambar 2.4 Akar napas Gambar 2.5 Akar tunjang Gambar 2.6 Akar Tinggal Gambar 2.7 Akar sulur 27 2. Batang dan Fungsinya Batang tumbuhan memiliki bentuk yang beragam. Berdasarkan bentuknya, batang tumbuhan dibedakan menjadi dua macam, yaitu batang tidak berkayu dan batang berkayu. Batang tumbuhan yang tidak berkayu bersifat lunak, mudah dilipat, dan berwarna agak kehijau-hijauan atau kuning. Tumbuhan yang memiliki batang tidak berkayu adalah ilalang, pisang, dan padi. Tumbuhan yang memiliki batang berkayu memiliki warna umumnya coklat, dengan sifatnya yang keras dan tidak mudah dilipat atau tidak mudah patah. Contoh tumbuhan yang memiliki batang berkayu antara lain adalah bilimbing, mangga, nangka dan pohon jati. Batang tumbuhan baik yang tidak berkayu maupun berkayu memiliki fungsi untuk melekatnya daun, tempat lalulintas pengangkutan air dan zat makanan dari akar ke daun. Selain itu batang berfungsi untuk tempat penyimpanan cadangan makanan dan untuk perkembangbiakan. Batang tumbuhan dapat tumbuh membesar dan semakin panjang. Batang tumbuhan dapat mebesar karena ada kegiatan kambium, selaput lendir yang terdapat setelah kulit batang. Gambar 2.8 Batang tumbuhan tidak berkayu Gambar 2.9 Batang tumbuhan berkayu