13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Kependidikan 1. Hakikat

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Kependidikan
1.
Hakikat Belajar Mandiri
Belajar adalah salah satu faktor yang dapat membentuk,
mempengaruhi, dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan
perilaku seseorang. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh
seseorang
untuk
memperoleh
perubahan
perilaku
baru
secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman seseorang tersebut ketika
berinteraksi dengan lingkungannya (Rusman dkk, 2012: 7). Berdasarkan
definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas
dan proses yang dilakukan oleh individu untuk pembentukan pribadi dan
perilaku individu. Dalam proses belajar terdapat interaksi-interaksi
individu dengan lingkungannya yang melibatkan kegiatan berpikir yang
dilakukan dengan penuh perhatian untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan.
Belajar memiliki beberapa elemen penting yang dapat mencirikan
belajar, yaitu yang pertama belajar merupakan suatu perubahan tingkah
laku ke arah yang lebih baik, namun masih ada kemungkinan mengarah
pada tingkah laku yang lebih buruk. Kedua, belajar merupakan suatu
perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Ketiga,
perubahan baru disebut belajar apabila merupakan akhir dari suatu proses
dalam waktu yang cukup panjang. Keempat, belajar dapat menyebabkan
13
perubahan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian,
baik fisik maupun psikis (Ngalim Purwanto, 2004: 85). Belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis, melalui latihan atau pengalaman.
Banyak orang beranggapan bahwa jika ada proses belajar maka
tentulah ada proses mengajar. Seseorang belajar karena ada yang
mengajar. Anggapan tersebut sebenarnya kurang tepat, proses belajar
sebenarnya dapat terjadi kapan saja dan dimana saja terlepas dari ada
yang mengajar atau tidak, salah satunya yaitu belajar mandiri. Pada diri
masing-masing individu telah terdapat modal kemampuan untuk belajar
dan mengembangkan diri. Sehingga, individu dapat mengembangkan
kemampuan dan kepribadiannya secara mandiri sesuai kapasitas yang
dimiliki masing-masing individu.
Belajar mandiri di sekolah juga dapat diterapkan kepada siswa,
dan konsep belajar mandiri dapat sesuai dengan kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter dengan
pendekatan tematik dan kontekstualdiharapkan mampu meningkatkan
kemandirian peserta didik dan memaksimalkan pengetahuannya, serta
mampu melatih peserta didik untuk mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Belajar mandiri di sekolah dapat dioptimalkan karena pada
kurikulum 2013 ini, guru dituntut untuk mengembangkan situasi belajar
14
yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan kemampuan masingmasing pada setiap pelajaran dan guru diminta untuk menguasahakan
keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran
(Mulyasa, 2013: 43). Dari penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa
kurikulum 2013 kini lebih mengutamakan keaktifan dan partisipasi siswa
dalam pembelajaran. Jadi siswa lebih dilatih untuk dapat belajar mandiri,
lebih aktif, dan kreatif untuk menentukan tujuan belajarnya sesuai
dengan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia.
Waktu pembelajaran atau jam pelajaranyang terbatas di sekolah
juga menuntut siswa untuk dapat belajar tanpa bergantung dari
penjelasan guru di sekolah, mereka dituntut untuk dapat dengan
sendirinya memahami pelajaran dengan belajar mendalami materi di
rumah atau di luar jam pelajaran sekolah tanpa guru. Sehingga belajar
mandiri sangat diperlukan untuk menunjang pemahaman masing-masing
siswa.
Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh
niatuntuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah,
dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah
dimiliki individu. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara
pencapaiannyabaik penetapan waktu belajar, tempat belajar, cara belajar,
sumber belajar, maupun evaluasi hasil belajar dilakukan oleh individu
tersebut.
15
Dari penjelasan tersebut kegiatan belajar aktif merupakan
kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, presistensi,
keterarahan, dan kreativitas untuk pencapaian tujuan. Masing-masing
individu memiliki pengetahuan yang berbeda-beda. Dengan pengetahuan
yang telah dimilki individu, selanjutnya ia mengolah informasi yang
diperoleh dari sumber belajar, sehingga ia sepenuhnya menjadi
pengendali belajarnya (Haris Mudjiman, 2007: 1-2). Mandiri memiliki
sistem pembelajaran yang didasarkan pada disiplin terhadap diri sendiri
yang dimiliki oleh siswa dan disesuaikan dengan keadaan perorangan
siswa yang meliputi antara lain kemampuan, kecepatan belajar, kemauan,
minat, waktu yang dimiliki, dan keadaan sosial ekonominya.
Jadi belajar mandiri adalah suatu cara atau proses belajar aktif
sesuai
dengan
kemampuan
yang
dimiliki
individunya
untuk
mengembangkan diri masing-masing individu guna mencapai suatu
kompetensi tertentu, yang tidak terikat dengan kehadiran guru,
pertemuan tatap muka di kelas, serta kehadiran teman sekolah. Belajar
mandiri merupakan belajar mengembangkan diri dengan keterampilan
dan cara tersendiri sesuai dengan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia,
sehingga peran guru adalah sebagai fasilitator sebagaimana yang
diamanatkan dalam kurikulum 2013.
Pengajar/guru dalam sistem belajar mandiri secara terstruktur,
hanya berfungsi sebagai pendamping, sehingga membuka kesempatan
siswa untuk mendapat ruang kerja atau aktivitas belajar seluas-luasnya
16
baik tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, sumber
belajar, maupun evaluasi hasil belajar – dilakukan oleh pembelajar
sendiri dengan peran pengajar/guru tidak terlalu menonjol. Belajar
mandiri
dapat
sebagai
proses
pembelajaran
tambahan
selain
pembelajaran di sekolah.
Menurut Haris Mudjiman (2011: 4) anatomi konsep belajar
mandiri bila disederhanakan terdiri atas kepemilikan kompetensi tertentu
sebagai tujuan belajar; belajar aktif sebagai strategi belajar; keberadaan
motivasi belajar sebagai prasyarat berlangsungnya kegiatan belajar; dan
paradigma kontruktivisme sebagai landasan konsep. Anatomi konsep
belajar mandiri disajikan pada Gambar 1.
Tujuan Pembelajaran
KOMPETENSI
BELAJAR AKTIF
Strategi pembelajaran
MOTI
VASI
BELA
JAR
Prekondisi
Paradigma pembelajaran
KONSTRUKTIVISME
Gambar 1. Anatomi Konsep Belajar Mandiri
(Sumber: Haris Mudjiman, 2011: 4)
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa landasan konsep belajar
mandiri adalah paradigma konstruktivisme. Landasan merupakan hal
penting yang harus diperhatikan dan dibangun dengan kuat/kokoh agar
hal-hal lain di atasnya tidak roboh atau gagal. Maka dari itu, paradigma
17
konstruktivisme harus dibangun secara kuat untuk kelancaran kegiatan
belajar mandiri.
Teori konstruktivisme itu sendiri menyatakan bahwa belajar
merupakan proses membentuk makna dimana makna tersebut diciptakan
oleh siswa itu sendiri (Haris Mudjiman, 2007: 27). Maka dalam belajar
mandiri siswa mampu menemukan makna yang akan atau telah dipelajari
dalam belajar mandiri. Hal tersebut dapat menjadi modal dasar siswa
mampu
melaksanakan
belajar
secara
mandiri.Selanjutnya
yaitu
keberadaan motivasi belajar sebagai prasyarat berlangsungnya kegiatan
belajar. Tanpa adanya motivasi belajar dari peserta didik maupun
pendidik, maka kegiatan belajar tidak akan terlaksana atau berlangsung.
Sehingga motivasi berperan penting untuk kelangsungan kegiatan
belajar.
Hal berikutnya yaitu belajar aktif sebagai strategi belajar. Untuk
mencapai tujuan belajar mandiri yang sukses, maka diperlukan metode
atau strategi belajar untuk membuat siswa agar mampu melaksanakan
belajar mandiri tersebut. Salah satu strategi yang dimaksud yaitu belajar
aktif. Dengan belajar aktif, siswa mampu mengalami sendiri proses
belajarnya atau ia dapat terpancing untuk mampu mengeluarkan potensi
yang ada pada dirinya. Kegiatan belajar aktif pada dasarnya merupakan
kegiatan
belajar
yang
bercirikan
keaktifan
pembelajar,
untuk
mendapatkan sesuatu atau serangkaian kompetensi, yang secara
18
akumulatif menjadi kompetensi lebih besar yang hendak dicapai melalui
kegiatan belajar mandiri.
Hal terakhir yang digambarkan yaitu kepemilikan kompetensi
tertentu sebagai tujuan belajar. Untuk mencapai suatu tujuan belajar,
maka harus ada suatu kompetensi sebagai pembimbing untuk menuju
tujuan pembelajaran yang diinginkan. Tanpa adanya kompetensi, maka
tujuan pembelajaran
dapat
menyimpang dari
yang sebelumnya
direncanakan.
Kemajuan yang dicapai oleh seorang pembelajar mandiri banyak
tergantung kepada bagaimana ia menetapkan tujuan belajarnya.
Seseorang yang kreatif dapat memahami benar apa yang telah dimiliki. Ia
tahu kompetensi-kompetensi apa yang telah dimiliki untuk mengatasi
suatu masalah. Ia mampu melihat kelebihan dan kekurangannya, dan
menetapkan tujuan belajar untuk menutup kekurangannya itu.
Tujuan belajar juga ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan yang
belum terpenuhi dengan kompetensi-kompetensi yang telah dimiliki.
Penetapan tujuan tentu saja juga harus disesuaikan dengan kemampuan
untuk mencapainya, guna menghindari kemungkinan kecewa karena
gagal. Penetapan tujuan belajar ditentukan juga oleh rasa senang untuk
menjalankan kegiatan pencapaiannya, agar kegiatan itu tidak macet di
tengan jalan (Haris Mudjiman, 2007: 73). Jadi, belajar mandiri untuk
masing-masing individu adalah berbeda, baik dari segi proses maupun
hasilnya. Belajar mandiri dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan dan
19
keadaan yang menjalaninya. Keadaan yang dimaksud berupa minat,
motivasi, waktu yang dimiliki, kemampuan, kecepatan belajar, keadaan
sosial dan ekonomi, serta tujuan yang ingin dicapai.
Belajar mandiri bukanlah belajar individual, akan tetapi belajar
yang menuntut kemandirian seorang siswa atau mahasiswa untuk belajar.
Kemandirian ini dapat membantu siswa dalam menentukan arah/tujuan
belajar, sumber belajar, program belajar, materi yang dipelajarinya, dan
bagaimana mempelajarinya, tanpa diatur secara ketat oleh guru atau
peraturan.
Sistem belajar mandiri memiliki ciri-ciri atau karakteristik, yaitu
yang pertama, siswa menentukan tujuan sendiri dari tujuan utama
pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Siswa dapat membagi-bagi
tujuan pembelajaran sesuai dengan keinginannya namun pada akhir
secara keseluruhan proses belajar harus mencapai tujuan utama yang
ditetapkan. Kedua, belajar mandiri dapat menggunakan berbagai sumber
dan media belajar.
Ketiga, belajar mandiri dapat dilakukan di sekolah, di rumah, di
perpustakaan, di warnet, dan dimanapun tempat yang memungkinkan
berlangsungnya kegiatan belajar sesuai dengan kenyamanan siswa.
Keempat, belajar mandiri dapat dilaksanakan pada setiap waktu yang
dikehendaki pembelajar, di antara waktu yang digunakan untuk kegiatankegiatan lain. Kelima, kecepatan belajar dan intensitas kegiatan belajar
ditentukan
sendiri
oleh
pembelajar,
20
sesuai
dengan
kebutuhan,
kemampuan, dan kesempatan yang tersedia. Keenam, pembelajar
memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri. Ketujuh, evaluasi
hasil belajar mandiri dilakukan oleh pembelajar sendiri. Kedelapan,
siswa melakukan refleksi sendiri terhadap hasil belajar mandiri yang
telah dilakukan.
Kesembilan, belajar mandiri dapat dijalankan dalam sistem
pendidikan formal, nonformal, atau bentuk-bentuk belajar campuran.
Kesepuluh, sistem belajar mandiri melatih siswa untuk menjalankan
lifelong education selepas pendidikan formal yang dijalaninya(Haris
Mudjiman, 2007: 16-19). Dengan memerhatikan ciri-ciri di atas, dapat
dikatakan bahwa belajar mandiri tidak berpatokan pada suatu aturan. Jadi
tidak ada aturan khusus yang membelenggu siswa dalam belajar mandiri.
Siswa bebas/fleksibel mengatur segala urusan untuk belajarnya secara
mandiri dan dapat disesuaikan dengan minat, motivasi, dan kemampuan
masing-masing individu. Jadi untuk masing-masing siswa atau individu
memiliki cara, tujuan, dan proses yang berbeda-beda. Belajar mandiri
dapat melatih siswa untuk menganalisis kebutuhan yang dia butuhkan
dan bagaimana cara memenuhinya, khususnya dalam hal belajar. Jadi
belajar mandiri sangat memudahkan siswa untuk belajar sesuai
keinginannya.
Belajar mandiri dapat memberikan manfaat terhadap kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor siswa, manfaat tersebut diantaranya
mampu
memupuk
tanggung jawab,
21
meningkatkan
keterampilan,
memecahkan masalah, mengambil keputusan, berfikir kreatif, berfikir
kritis, menumbuhkan percaya diri yang kuat dan mampu menjadi guru
bagi dirinya sendiri. Dari manfaat tersebut, dapat dikatakan bahwa
belajar mandiri sebenarnya memiliki nilai tambahan dibandingkan
dengan kegiatan belajar di sekolah, namun hal ini bukan berarti belajar
mandiri dapat berdiri sendiri. Belajar mandiri dapat menjadi alternatif
atau cara tambahan untuk menunjang pembelajaran di sekolah. Belajar
mandiri melatih siswa untuk tidak terlalu mengandalkan penjelasan guru
di sekolah. Belajar mandiri dapat melepaskan diri siswa dari belenggu
keterikatan dengan orang lain, pendapat orang lain, paksaan, keinginan,
dan harapan orang lain, akan tetapi menjadi dirinya sendiri.
Namun faktanya, banyaknya atau besarnya manfaat belajar
mandiri belum mampu dirasa oleh peserta didik. Hal ini dikarenakan
belajar mandiri belum tersosialisasi di kalangan peserta didik, budaya
belajar mandiri belum begitu berkembang di kalangan para siswa di
Indonesia, kebanyakan dari mereka masih beranggapan bahwa guru satusatunya sumber ilmu.
Belajar mandiri dalam kenyataannya lebih sukar dan dapat
dilaksanakan bila syarat-syarat tertentu dapat dipenuhi, salah satunya
yaitu apabila adanya masalah yang riil, aktual dan memiliki kaitan
dengan kehidupan siswa, sehingga menarik bagi siswa untuk mencari
jawabannya. Siswa-siswa di sekolah sering dihadapkan dengan sejumlah
mata pelajaran yang terpaksa mereka menguasainya, akhirnya materi itu
22
terkuasai tetapi tidak bermakna bagi dirinya. Belajar mandiri adalah
memberi kebebasan kepada mereka untuk mencari, mengidentifikasi,
memecahkan, mencari solusi, membandingkan, dan menilai sesuatu
masalah yang berkaitan dengan dirinya.
Berdasarkan syarat tersebut di atas maka dapat tercipta suatu
belajar mandiri. Jadi belajar mandiri tidak serta merta dapat terjadi atau
terbentuk dengan sendirinya. Ada syarat atau faktor-faktor sehingga
belajar mandiri dapat terbentuk.
2.
Pembelajaran Fisika
Pembelajaran fisika merupakan pembelajaran yang menuntut
siswa aktif. Pembelajaran fisika tidak bisa mencapai tujuan jika tidak ada
proses ilmiah dan sikap ilmiah. Pembelajaran fisika diharapkan mampu
menanamkan dan membudayakan kebiasaan berpikir dan berperilaku
ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Hal tersebut berdampak pada
peran guru yang bergeser dari penyampai pengetahuan menjadi agen
pendidikan dalam pembelajaran yang lebih memfokuskan pada aktivitas
siswa. Untuk menumbuhkan semua itu siswa harus benar-benar aktif, jika
siswa hanya pasif, tujuan pembelajaran tidak akan sesuai dengan apa
yang diinginkan yaitu menghasilkan produk ilmiah.
Siswa dilibatkan aktif memecahkan masalah untuk menemukan
solusi. Membiasakan siswa aktif memecahkan masalah merupakan modal
bagi siswa untuk memiliki kompetensi yang pada gilirannya dapat
23
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, lebih mandiri dalam
mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya dan mandiri dalam pekerjaan.
Pembelajaran fisika akan lebih bermakna apabila dampak dari
pembelajaran fisika siswa dapat mengembangkan pengalaman untuk
lebih memahami dunia nyata, menggunakan proses dan prinsip-prinsip
keilmuan untuk membuat keputusan, terlibat aktif dalam diskusi tentang
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, meningkatkan kesejahteraan melalui
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan keilmuan dalam meniti
karier (Achmad dkk, 2007: 200). Pembelajaran fisika sebenarnya dapat
melatih siswa untuk berpikir dan berperilaku ilmiah serta dapat
menumbuhkan tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran. Siswa akan
menjadi lebih mudah mengingat pembelajaran yang dialaminya. Selain
itu, dengan bantuan media audio visual juga dapat membantu dan
mewujudkan pembelajaran fisika yang tidak bisa dilakukan secara
praktik langsung. Media audio visual sangat membantu serta dapat
dengan mudah digunakan pada masa sekarang ini, dimana teknologi
sudah berkembang dan mudah didapatkan.
3.
Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata „mediaβ€Ÿ berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak
dari kata „mediumβ€Ÿ. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti
perantara atau pengantar. Akan tetapi sekarang kata tersebut
digunakan, baik untuk bentuk jamak maupun mufrad (Rudi, 2007:
24
205).
Sedangkan
menurut
Rusman
dkk
(2012:
60)
media
pembelajaran adalah alat atau bentuk stimulus yang berfungsi untuk
menyampaikan pesan pembelajaran. Bentuk-bentuk stimulus bisa
dipergunakan sebagai media diantaranya adalah hubungan atau
interaksi manusia, realita, gambar bergerak atau tidak, tulisan, dan
suara yang direkam.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
media
pembelajaran
adalah
segala
sesuatu
yang
mampu
menyampaikan pesan ataupun materi kepada siswa, baik dalam bentuk
cetak, audio visual ataupun nyata yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. Jadi media
pembelajaran mampu membuat siswa lebih tertarik untuk belajar
dibandingkan jika siswa hanya mendapat penjelasan verbal dari guru.
Pembuatan media pembelajaran yang lebih kreatif, akan semakin
membuat siswa mengetahui pengetahuan lebih banyak dan mampu
meningkatkan daya ingat siswa terhadap materi pada media tersebut.
Pada awal sejarah pembelajaran, media hanyalah merupakan
alat bantu yang digunakan oleh seorang guru untuk menerangkan
pelajaran. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu,
Edgar Dale mengadakan klasifikasi menurut tingkat dari yang paling
kongkrit ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal
dengan nama “kerucut pengalaman” dari Edgar Dale dan pada saat itu
25
dianut secara luas dalam menentukan alat bantu yang paling sesuai
untuk pengalaman belajar.
Lambang
kata
Lambang
visual
Gambar tetap,
rekaman dan radio
Gambar hidup
Televisi
Pemeran museum
Darmawisata
Percontohan
Pengalaman dramatisasi
Pengalaman tiruan
Pengalaman langsung
Gambar 2. Gambar kerucut EdgarDale
(Sumber: Rudi, 2007: 207)
Dari Gambar 2 di atas, dapat dilihat bahwa kelengkapan media
dalam teknologi multimedia melibatkan pendayagunaan seluruh
pancaindra, sehingga daya imajinasi, kreativitas, fantasi, emosi peserta
didik berkembang ke arah yang lebih baik. Proses pembelajaran yang
melibatkan lebih dari satu indra akan lebih efektif dibandingkan
dengan hanaya satu indra saja. Hal tersebut terbukti dari susunan
kerucut tersebut.
26
Kemudian selanjutnya teori komunikasi mulai memengaruhi
penggunaan media, sehingga fungsi media selain sebagai alat bantu
juga berfungsi sebagai penyalur pesan. Kita sekarang berada dalam
era informasi, yang ditandai dengan tersedianya informasi yang makin
banyak dan bervariasi, tersebarnya informasi yang makin meluas dan
seketika, serta tersajinya informasi dalam berbagai bentuk dalam
waktu yang singkat.
Media
telah
mempengaruhi
seluruh
aspek
kehidupan,
walaupun dalam derajat yang berbeda-beda. Di negara-negara yang
telah maju media telah mempengaruhi kehidupan hampir sepanjang
waktu jaga (Rudi, 2007: 207). Dalam perkembangan teknologi, peran
guru telah berubah dari sebagai penyampai pengetahuan, sumber
utama informasi, ahli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi
sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih kolaborator, navigator
pengetahuan, dan mitra belajar; dari mengendalikan dan mengarahkan
semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak, memberikan lebih
banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam
proses pembelajaran (Rusman dkk, 2012: 58). Dengan konsepsi yang
semakin mantap pada masa sekarang ini, maka fungsi media tidak lagi
hanya sebatas alat bantu guru, namun juga dapat sebagai pembawa
informasi atau pesan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
pembelajar.
27
Dengan hal tersebut, maka kini guru dapat memusatkan
tugasnya pada aspek-aspek lain seperti pada kegiatan bimbingan dan
penyuluhan individual dalam kegiatan pembelajaran. Media itu sendiri
sekarang tidak hanya sebatas buku atau alat peraga. Dengan
perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kini media
mempunyai banyak jenis dan banyak macam, termasuk juga
multimedia.
Multimedia ini, mampu memberi kesan yang besar dalam
bidang media pembelajaran karena bisa mengintegrasikan teks, grafik,
animasi, audio dan video. Dengan berkembangnya teknologi
multimedia, unsur-unsur video, bunyi teks dan grafik dapat dikemas
menjadi satu melalui pembelajaran berbasis komputer. Sekarang ini
materi pembelajaran telah banyak ditemukan
di pasaran yang
disediakan
Contohnya
dalam
bentuk
CD
atau
DVD.
yaitu
ensiklopedia, kamus elektronik, buku elektronik, materi pembelajaran
yang dikemas dalam bentuk CD atau DVD dan masih banyak lagi.
Penggunaan
media
pembelajaran
yang
berbasis
TIK
merupakan hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media
tersebut harus memerhatikan beberapa teknik agar media yang
dipergunakan itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak
menyimpang dari tujuan pembelajaran tersebut (Rusman dkk, 2012:
105). Tidak semua guru atau pengajar mampu menggunakan media
pembelajaran, namun sekarang ini banyak pelatihan atau sosialisasi
28
untuk pembuatan media berbasis TIK untuk guru. Dan hal tersebut
dapat membantu guru atau pengajar yang sebelumnya belum bisa
memanfaatkan komputer untuk pembuatan media pembelajaran.
b. Syarat atau kriteria media pembelajaran yang baik
Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa
syarat, salah satunya yaitu harus meningkatkan motivasi peserta didik.
Selain itu media juga harus mampu merangsang peserta didik
mengingat apa yang sudah dipelajari dan mampu menarik minat siswa
untuk mau belajar. Media yang baik juga akan meningkatkan
keaktifan peserta didik dalam memberikan tanggapan, umpan balik
dan juga mendorong peserta didik untuk melakukan praktik-praktik
dengan benar.
Terdapat enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif
(TIK), yaitu kemudahan navigasi; kandungan kognisi; pengetahuan
dan presentasi informasi; integrasi media di mana media harus
mengintegrasikan aspek dan keterampilan yang harus dipelajari;
media harus mempunyai tampilan yang artistik (estetika) untuk
menarik minat peserta didik; dan fungsi secara keseluruhan (Rusman,
dkk, 2012: 61-62). Dalam menentukan maupun memilih media
pembelajaran, seorang guru harus mempertimbangkan beberapa
prinsip sebagai acuan dalam mengoptimalkan pembelajaran. Prinsipprinsip tersebut diantaranya adalah:
29
a.
Efektivitas
Pemilihan media pembelajaran harus berdasarkan pada
ketepatgunaan (efektivitas) dalam pembelajaran dan pencapaian
tujuan pembelajaran atau pembentukan kompetensi. Guru harus
dapat berusaha agar media pembelajaran yang diperlukan untuk
membentuk kompetensi secara optimal dapat digunakan dalam
pembelajaran.
b. Relevansi
Kesesuaian media pembelajaran yang digunakan dengan
tujuan, karakteristik materi pelajaran, potensi dan perkembangan
siswa, serta dengan waktu yang tersedia.
c. Efisiensi
Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus
benar-benar memerhatikan bahwa media tersebut murah atau
hema biaya tetapi dapat menyampaikan inti pesan yang dimaksud,
persiapan dan penggunaannya relatif memerlukan waktu yang
singkat, kemudian hanya memerlukan sedikit tenaga.
d. Dapat digunakan
Media pembelajaran yang dipilih harus benar-benar dapat
digunakan atau diterapkan dalam pembelajaran, sehingga dapat
menambah pemahaman siswa dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.
30
e. Kontekstual
Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus
mengedepankan aapek lingkungan sosial dan budaya siswa.
Alangkah baiknya jika mempertimbangkan aspek pengembangan
pada pembelajaran life skills (Rusman dkk, 2012: 175).
Jadi, dalam menentukan maupun memilih media pembelajaran,
seorang guru tidak boleh hanya asal menentukan. Maksudnya yaitu,
guru harus memiliki pertimbangan dan mengetahui sisi positif dan
negatif dari suatu media pembelajaran. Serta guru dapat menentukan
media pembelajaran seperti apa yang sesuai dengan materi dan tujuan
pembelajarannya.
Proses belajar mandiri mengubah peran guru menjadi
fasilitator atau perancang proses belajar. Tugas perancang proses
belajar mengharuskan guru untuk mengolah materi ke dalam format
sesuai dengan pola belajar mandiri. Sistem belajar mandiri menuntut
adanya materi ajar yang dirancang khusus untuk itu. Menurut
Prawiradilaga (2004 : 194) beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh
materi ajar ini adalah:
1) Kejelasan rumusan tujuan belajar
2) Materi ajar dikembangkan setahap demi setahap, dikemas
mengikuti alur desain pesan, seperti keseimbangan pesan
verbal dan visual
31
3) Materi ajar merupakan sistem pembelajaran lengkap, yaitu
ada rumusan tujuan belajar, materi ajar, contoh/ bukan
contoh, evaluasi penguasaan materi, petunjuk belajar dan
rujukan bacaan.
4) Materi ajar dapat disampaikan kepada siswa melalui
media cetak, atau komputerisasi seperti CBT, CD-ROM,
atau program audio/video.
5) Materi ajar itu dikirim dengan jasa pos, atau menggunakan
teknologi canggih dengan internet (situs tertentu) dan email; atau dengan cara lain yang dianggap mudah dan
terjangkau oleh peserta didik.
6) Penyampaian materi ajar dapat pula disertai program
tutorial, yang diselenggarakan berdasarkan jadwal dan
lokasi tertentu atau sesuai dengan kesepakatan bersama.
c. Manfaat media pembelajaran
Manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut; pembelajaran akan lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, materi
pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahamai oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai
tujuan pembelajaran lebih baik, metode pembelajaran akan lebih
bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan
kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
32
kehabisan tenaga, apalagi bila guru harus mengajar untuk setiap jam
pelajaran, siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain (Nana
Sudjana & Ahmad Rivai, 2010: 2).
Multimedia berbasis komputer dapat pula dimanfaatkan
sebagai sarana dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilan
dan kompetensi tertentu. Misalnya penggunaan simulasi pada media
agar siswa dapat membayangkan secara kongkrit. Contoh lain dari
penggunaan
multimedia
berbasis
komputer
adalah
tampilan
multimedia dalam bentuk animasi yang memungkinkan siswa pada
pelajaran eksakta, biologi, kimia, dan fisika melakukan percobaan
tanpa harus berada di laboratorium.
4.
Lectora
Tuntutan profesionalitas seorang guru yang kreatif tidak hanya
mampu menguasai materi yang diajarkan, tetapi juga mampu membuat
kegiatan pembelajaran yang bermakna dan mampu membuat siswa
tertarik. Guru harus mampu membuat strategi dan media pembelajaran
yang menarik dan terbilang asing bagi siswa agar lebih mampu membuat
siswa terkesan dan tertarik untuk mempelajari materi di dalamnya. Salah
satu media pembelajaran yang dapat dibuat guru dengan memanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yaitu lectora inspire.
Lectora inspire adalah software yang tergolong masih baru dan belum
33
banyak siswa yang mengetahui ataupun menggunakan software ini.
Sebenarnya banyak software yang bisa atau mampu untuk dijadikan
media pembelajaran, tetapi lectora inspire merupakan authoring tool
yang
dapat
memudahkan
guru
dalam
pembuatan
multimedia
pembelajaran berbasis TIK.
Lectora sangat cocok untuk digunakan dalam e-learning karena
lectora dapat di publish ke internet dapat juga di publish dalam bentuk
file exe. Pengguna lectora inspire pemula dapat membuat media
pembelajaran menggunakan software ini tanpa harus mengetahui dan
bisa bahasa pemrograman secara detail, karena pembuatannya yang tidak
memerlukan rumus atau kode pemrograman yang rumit.
Lectora adalah authoring tool untuk pengembangan konten elearning yang dikembangkan oleh Trivantis Corporation. Lectora®
Inspire mampu membuat kursus online cepat dan sederhana. Pendirinya
adalah Timothy D Loudermilk di Cincinnati, Ohio, Amerika tahun 1999
(Muhamad Masβ€Ÿud, 2013: 1).
Lectora telah terintegrasi dengan berbagai menu yang dibutuhkan
untuk membuat konten multimedia yang bersifat interaktif dengan sangat
mudah dan cepat karena didukung dengan program Camtasia, Snagit,
Flypaper. Lectora inspire mempunyai beberapa keunggulan dibanding
program lainnya, yaitu lectora memiliki template yang lengkap; lectora
dapat digunakan untuk membuat website serta dapat mengonversi
presentasi Microsoft powerpoint ke konten e-learning; fitur yang
34
digunakan dalam lectora dapat memudahkan pemula untuk membuat
media pembelajaran interaktif; dapat membuat proses pembelajaran lebih
mudah dan dapat membuat siswa tertarik untuk belajar; serta dapat
mendukung siswa aktif dalam pembelajaran.
Berikut tampilan dari Lectora Inspire
Gambar 3. Tampilan Blank PageLectora Inspire
(Sumber: Muhamad Mas’ud, 2007: 5)
B. Materi Belajar Fisika SMA
Fluida
Ketika kita menyebutkan istilah „fluidaβ€Ÿ, interpretasi kita langsung
tertuju pada zat cair. Fluida tidak identik dengan zat cair, cakupan fluida
meliputi zat yang mengalir termasuk gas dan zat cair. Bahkan ada
beberapa zat padat yang dalam waktu yang cukup lama berperilaku
mengalir seperti fluida, misalnya gelas/kaca yang dalam kondisi tertentu
35
bisa mengalir. Definisi fluida sesungguhnya adalah suatu zat yang mudah
berubah bentuk, sehingga bisa meliputi zat cair, gas, atau benda padat yang
dalam waktu tertentu berubah bentuk seperti pasir yang digunakan untuk
jam pasir (Mohamad Ishaq, 2007: 303). Fluida ini dapat kita bagi menjadi
dua bagian yakni fluida statis dan fluida dinamis.
Pada penelitian ini, penulis membatasi materi hanya pada fluida statis.
Fluida Statis adalah fluida yang berada dalam keadaan tidak bergerak
(diam) atau fluida dalam keadaan bergerak tetapi tak ada perbedaan
kecepatan antar partikel fluida tersebut atau bisa dikatakan bahwa partikelpartikel fluida tersebut bergerak dengan kecepatan seragam sehingga tidak
memiliki gaya geser. Berikut yang termasukpada materi fluida statis, yaitu:
1. Tekanan
Tekanan merupakan gaya normal (gaya tegak-lurus) yang bekerja
pada suatu bidang dibagi dengan luas bidang tersebut. Dan secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐹
𝑝 = 𝐴 …………………………………………………………...(1)
dengan:
p = tekanan (N/m2)
F = gaya pada permukaan (N)
A = luas permukaan (m2)
Satuan SI untuk tekanan adalah pascal (disingkat Pa) untuk
memberi penghargaan kepada Blaise Pascal, penemu hukum Pascal.
1 Pa = 1 N m-2
36
2. Tekanan Hidrostatis
Gambar 4. Menghitung tekanan pada kedalaman h
Tekanan yang disebabkan zat cair pada kedalaman h (tekanan
hidrostatis) seperti pada Gambar 4 ini disebabkan oleh berat kolom zat
cair di atasnya.
Dengan demikian gaya yang bekerja pada luas daerah tersebut
adalah F = mg = ρAhg, di mana Ah adalah volume kolom, ρ adalah massa
jenis zat cair (dianggap konstan) dan g adalahpercepatan gravitasi.
Tekanan hidrostatis dapat di tuliskan dalam persamaan berikut ini :
pο€½
F Ahg
ο€½
A
A
ph = ρgh……………………………………………………………… (2)
keterangan :
ph = tekanan hidrostatis (N/m2 = Pa)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = kedalaman fluida dari permukaan (m)
37
Dalam Persamaan (2), hanya tekanan oleh fluida yang
diperhatikan. Sedangkan umumnya di permukaan fluida bekerja tekanan
udara luar po. Tekanan udara luar harus ditambahkan jika ingin
menghitung tekanan pada suatu kedalaman tertentu dari permukaan
fluida. Tekanan dalam fluida pada setiap kedalaman h yang diukur dari
permukaan dinyatakan sama dalam bentuk persamaan :
𝑝 = π‘π‘π‘’π‘Ÿπ‘šπ‘’π‘˜π‘Žπ‘Žπ‘› + π‘π‘•π‘–π‘‘π‘Ÿπ‘œπ‘ π‘‘π‘Žπ‘‘π‘–π‘ 
𝑝 = π‘π‘œ + πœŒπ‘”π‘• …………………………..………………………….. (3)
Penerapan tekanan hidrostatis adalah sebagai berikut:
a. Konstruksi bendungan
Pada konstruksi bendungan, yaitu semakin ke bawah,
bendungan dibuat semakin tebal/kuat karena semakin dalam air, maka
tekanannya semakin besar, maka pada bendungan dibuat dengan lebih
tebal di dasarnya daripada di bagian atasnya, agar bendungan itu dapat
menahan tekanan air.
b. Telinga sakit saat menyelam
Ketika menyelam seringkali telinga penyelam terasa sakit.
Sakit yang dirasakan merupakan akibat dari tekanan hidrostatis.
Semakin dalam menyelam, maka tekanan hidrostatis juga semakin
besar. Apabila penyelam terlalu dalam menyelam, maka bisa jadi
telinga penyelam akan rusak karena tekanan hidrostatis yang dialami
penyelam lebih besar daripada kemampuan telinga penyelam tersebut.
38
Oleh karena itu, manusia hanya mampu menyelam sampai kedalaman
tertentu saja.
Hukum Utama Hidrostatis
Hukum Utama Hidrostatis menyatakan bahwa, “semua titik yang
berada pada bidang datar yang sama dalam fluida homogen, memiliki
tekanan total yang sama”.
Gambar 5. Air pada bejana berhubungan
Permukaan di titik A, B, C, dan D datar. Hal ini dikarenakan bahwa
tinggi permukaan tidak bergantung pada bentuk penampang tempat fluida.
Hukum utama hidrostatistika juga berlaku pada pipa U (bejana
berhubungan yang lebih dari satu macam zat cair yang tidak bercampur.
Percobaan pipa U ini biasanya digunakan untuk menentukan massa jenis
zat cair. Berdasarkan tekanan hidrostatik maka dapat ditentukan besar gaya
hidrostatik yang bekerja pada dasar bejana tersebut. Contoh penerapan
hukum utama hidrostatik misalnya pada penggunaan water pass.
3. Hukum Pascal
Blaise
Pascal
(1623
–
1662),
seorang
sarjana
Perancis,
berkesimpulan bahwa gaya yang menekan zat cair di dalam ruang tertutup
akan diteruskan ke segala arah dengan sama rata. Hal itu selanjutnya
39
dinyatakan
sebagai
Hukum
Pascal
yang
berbunyi
sebagai
berikut:“Tekanan yang diberikan kepada zat cair di dalam ruang tertutup
diteruskan sama besar ke segala arah”.
Menurut Douglas C. Giancoli (1999: 330), jika suatu fluida yang
dilengkapi dengan sebuah penghisap yang dapat bergerak maka tekanan di
suatu titik tertentu tidak hanya ditentukan oleh berat fluida di atas
permukaan air, tetapi juga oleh gaya yang dikerahkan oleh penghisap.
Gambar 6 menunjukkan gambar fluida yang dilengkapi oleh dua
penghisap dengan luas penampang berbeda. Penghisap pertama memiliki
luas penampang yang kecil (diameter kecil) dan penghisap yang kedua
memiliki luas penampang yang besar (diameter besar).
F1
A1
A2
F2
Gambar 6. Fluida Dilengkapi Penghisap
dengan Luas Permukaan Berbeda
Sesuai dengan hukum Pascal bahwa tekanan yang diberikan pada zat
cair dalam ruang tertutup akan diteruskan sama besar ke segala arah, maka
tekanan yang masuk pada penghisap pertama sama dengan tekanan pada
penghisap kedua. Tekanan dalam fluida dapat dirumuskan dengan
persamaan di bawah ini.
40
Sehingga persamaan hukum Pascal dapat ditulis sebagai berikut:
𝑝1 = 𝑝2
𝐹1
𝐴1
=
𝐹2
𝐴2
……………………………………….……….…(4)
Keterangan :
𝑝1 dan𝑝 = Tekanan Pascal 1 dan 2 (Pa)
𝐹1 dan 𝐹2 = Gaya pada penampang 1 dan 2 (N)
𝐴1 dan 𝐴2 = Luas pada penampang 1 dan 2 (m2)
A1
A2
F1
F2
Gambar 7. Prinsip kerja pengangkat hidrolik
(Sumber : www.brightubengineering.com)
Prinsip kerja pengangkat hidrolik yaitu, tekanan pada kedua piston
sama besar (P1 = P2). Dengan gaya tertentu pada permukaan kecil A1,
maka dapat diperoleh gaya yang lebih besar pada permukaan A2.
Penerapan hukum pascal yaitu pada dongkrak hidrolik, pengangkat
hidrolik, dan rem hidrolik.
4. Hukum Archimedes
Hukum Archimedes berbunyi ‘jika sebuah benda yang tercelup
sebagian atau seluruhnya di dalam fluida akan mengalami gaya ke atas
yang besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkanβ€Ÿ.
41
Gambar 8. Gaya-gaya yang bekerja pada benda
Secara matematis, dapat dituliskan sebagai berikut:
𝐹𝐴= 𝜌 𝑔 𝑉 …………………………………………………………....(5)
Keterangan:
FA = gaya Archimedes (N)
𝜌 = massa jenis zat cair (kgm-3)
𝑔 = percepatan gravitasi (ms-2)
𝑉 = volume benda (m3)
Berikut ini adalah penerapan hukum Archimedes pada kehidupan
sehari-hari :
1.
Balon udara
Penerapan
Archimedes
prinsip
hukum
yaitu
prinsip
kerja balon udara. Balon
udara
adalah
penerapan
prinsip Archimedes di udara.
Sebenarnya aplikasi hukum
Archimedes
tidak
hanya
berlaku untuk benda cair
Gambar 9. Balon Udara
(Sumber : softwaremediarefire.blogspot.co.id)
42
tetapi juga benda gas.
Untuk dapat terbang melayang di udara, balon udara harus diisi dengan gas
yang bermassa jenis lebih kecil dari massa jenis udara atmosfer, sehingga
balon udara dapat terbang karena mendapat gaya ke atas, misalnya diisi
udara panas. Udara panas memiliki tingkat kerenggangan lebih besar
daripada udara biasa. Sehingga massa jenis udara tersebut menjadi ringan.
2.
Kapal Selam
Penerapan
hukum
Archimedes
yaitu prinsip kerja kapal selam.
Kapal selam didesain memiliki
tanki balast (trim), tanki balast
berfungsi menyimpan udara dan
air,
Gambar 10. Kerangka Kapal selam
(Sumber: majalah1000guru.net)
letaknya
tergantung
berbeda-beda
biro
desain
yang
merancangnya. Ketika kapal selam
siap untuk menyelam, katup-katup
besar
yang
dikenal
sebagai
kingstons, yang terletak di dasar
tanki
Gambar 11. Kapal selam
(Sumber: pustakafisika.wordpress.com)
balast
dibuka
untuk
membiarkan air masuk ke dalam
tanki.
Udara di dalam tanki keluar melalui katup-katup pada bagian atas,
yang dikenal sebagai lubang-lubang angin. Kapal selam kemudian masuk
ke dalam air. Ketika kapal selam siap untuk muncul ke permukaan,
43
lubang-lubang angin ditutup dan tekanan udara didorong masuk ke dalam
tangki-tangki. Hal ini meniup air kembali melalui kingstons, dan kapal
selam tersebut naik ke permukaan.
3.
Kapal Laut
Penerapan
prinsip
hukum
Archimedes yang ketiga yaitu kapal
laut. Kapal laut terbuat dari besi atau
kayu yang dibuat berongga di bagian
tengahnya.
berdasarkan
Aplikasi
kapal
bunyi
laut
hukum
Archimedes dimana gaya apung suatu
Gambar 12. Kapal Laut
(Sumber :pustakafisika.wordpress.com
benda sebanding denganberat air yang
dipindahkan.
Dengan menggunakan prinsip tersebut, maka kapal laut bisa
terapung dan tidak tenggelam.
4.
Hidrometer
Penerapan
prinsip
hukum
Archimedes yang keempat yaitu
alat
pengukur
massa
jenis
(Hidrometer). Hidrometer adalah
sebuah alat yang digunakan untuk
Gambar 13. Hidrometer
(Sumber:tekananasyik.blogspot.
co.id)
mengukur massa jenis zat cair.
44
Cara kerja hidrometer merupakan realisasi hukum Archimedes, di
mana suatu benda yang dimasukkan ke dalam zat cair sebagian atau
keseluruhan akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan
berat zat cair yang dipindahkan. Jika hidrometer dicelupkan ke dalam zat
cair, sebagian alat tersebut akan tenggelam. Semakin besar massa jenis zat
cair, semakin sedikit bagian hidrometer yang tenggelam. Seberapa banyak
air yang dipindahkan oleh hidrometer akan tertera pada skala yang terdapat
pada alat hidrometer.
Ada tiga keadaan benda dalam zat cair, yaitu terapung, melayang,
dan tenggelam. Dengan menggunakan hukum 1 Newton dan hukum
Archimedes, kita dapat menentukan syarat benda terapung, melayang, dan
tenggelam.
a. Terapung
Benda dikatakan terapung jika sebagian dari benda tercelup atau
berada di bawah permukaan air, sedangkan bagian yang lain berada
di atas permukaan air. Pada benda terapung, besarnya gaya
Archimedes FA sama dengan berat benda 𝑀 = π‘šπ‘”. Jadi,
𝐹𝐴 > π‘šπ‘”
πœŒπ‘“π‘™π‘’π‘–π‘‘π‘Ž 𝑔 𝑉𝑑 > πœŒπ‘ 𝑉𝑏 𝑔
πœŒπ‘“π‘™π‘’π‘–π‘‘π‘Ž 𝑉𝑑 > πœŒπ‘ 𝑉𝑏
Gambar 14. Gaya-gaya pada
saat benda terapung
45
Volume yang tercelup Vt selalu lebih kecil daripada volume benda
Vb. Jadi, massa jenis benda (ρb) yang terapung lebih kecil daripada
massa jenis fluida ρb< ρ fluida.
b. Melayang
Pada benda melayang, besarnya gaya Archimedes FA sama dengan
berat benda 𝑀 = π‘šπ‘”. Jadi,
𝐹𝐴 = π‘šπ‘”
πœŒπ‘“π‘™π‘’π‘–π‘‘π‘Ž 𝑔 𝑉𝑑 = πœŒπ‘ 𝑉𝑏 𝑔
Gambar 15. Gaya-gaya pada
saat benda melayang
Akan tetapi, volume benda yang tercelup sama dengan volume
benda Vb. Jadi, syarat benda melayang adalah πœŒπ‘“π‘™π‘’π‘–π‘‘π‘Ž = πœŒπ‘ . Pada
benda melayang, massa jenis benda sama dengan massa jenis zat
cair.
c. Tenggelam
Pada saat tenggelam, besar gaya Archimedes FA lebih kecil
daripada berat benda mg. Dalam hal ini volume benda yang
tercelup Vt sama dengan volume benda Vb. Akan tetapi, benda
bertumpu pada dasar bejana sehingga ada gaya normal N sehingga
berlaku:
𝐹𝐴 + 𝑁 = 𝑀
𝑁 = πœŒπ‘ 𝑉𝑏 𝑔 − πœŒπ‘“π‘™π‘’π‘–π‘‘π‘Ž 𝑔 𝑉𝑑
46
Gambar 16. Gaya-gaya pada
saat benda tenggelam
Gaya normal N selalu positif sehingga πœŒπ‘ > πœŒπ‘“π‘™π‘’π‘–π‘‘π‘Ž . Jadi, benda
akan tenggelam dalam fluida jika massa jenis benda itu lebih besar
daripada massa jenis fluida.
5. Gejala Kapilaritas
Kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunnya permukaan zat cair
pada pipa kapiler. Kapilaritas dipengaruhi oleh adhesi dan kohesi.
Gambar 17. Kapilaritas
Secara matematis dapat dituliskan:
𝑦=
2 𝛾 π‘π‘œπ‘ πœƒ
πœŒπ‘Ÿπ‘”
…………………………………………………...(6)
Keterangan:
𝑦 = naik/turunnya zat cair dalam kapiler (m)
𝛾 = tegangan permukaan zat cair (N/m)
πœƒ = sudut kontak
𝜌 = massa jenis zat cair (kg/m3)
π‘Ÿ = jari-jari penampang pipa (m)
𝑔 = percepatan gravitasi (m/s2)
47
6. Viskositas dan Hukum Stokes
Viskositas(kekentalan) dapat dianggap sebagai gesekan pada fluida.
Karena adanya viskositas maka untuk menggerakkan benda di dalam
fluida diperlukan gaya. Fluida, baik zat cair maupun zat gas mempunyai
viskositas. Zat cair lebih kental dibanding gas, sehingga gerak benda di
dalam zat cair akan mendapatkan gesekan yang lebih besar dibanding di
dalam gas.
Gambar 18. Sebuah bola yang
dimasukkan di dalam fluida
Gaya Stokes adalah Gaya gesekan terhadap bola yang timbul jika
fluida memiliki viskositas. Secara matematis, gaya Stokes dirumuskan:
𝐹𝑠 = 6πœ‹ πœ‚ π‘Ÿ 𝑣 ……………………………………………………….(7)
Keterangan:
𝐹𝑠 = Gaya Stokes (N)
πœ‚ = Kooefisien viskositas (Nsm-2)
π‘Ÿ = jari-jari bola (m)
𝑣 = kecepatan relatif bola terhadap fluida (ms-1)
Penerapan dalam kehidupan sehari- hari yaitu penentuan kualitas
pada oli.
48
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian relevan yang telah dilakukan sebelumnya adalah
penelitian yang dilakukan oleh:
Anisa
Istifaroh tahun
2013
yang berjudul
“Pengembangan
Multimedia Interaktif dengan Software Lectora pada Materi Fertilisasi
sebagai Bahan Ajar Mandiri Siswa Kelas XI IPA”. Penelitian ini dilakukan
untuk mengembangkan multimedia interaktif dengan software lectora yang
berkualitas sebagai bahan ajar mandiri siswa kelas XI IPA dan mengetahui
kemanfaatan multimedia interaktif dengan software Lectorasebagai upaya
meningkatkan minat belajar mandiri siswa kelas XI IPA. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa multimedia interaktif yang dikembangkan sesuai dengan
desain yang diharapkan oleh siswa dan guru dilihat dari angket yang masuk
kriteria “sangat baik” dan multimedia interaktif yang dikembangkan mampu
meningkatkan
minat
belajar
mandiri
siswa
sehingga
media
yang
dikembangkan dinyatakan bermanfaat. Relevansi dari penelitian ini adalah
sama-sama mengembangkan media pembelajaran menggunakan lectora dan
media pembelajarannya sama-sama digunakan untuk pembelajaran mandiri.
Perbedaannya,pada penelitian ini materi yang digunakan adalah materi fluida
statis pada materi pelajaran fisika.
Royan
Purnama
Munggara
tahun
2008
yang
berjudul
“Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Berbantuan Komputer”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah sistematis
pengembangan media pembelajaran berbantuan komputer dan untuk
49
mengetahui kualitas produk pengembangan media pembelajaran berbantuan
komputer. Hasil penelitian menunjukkan langkah sistematis pengembangan
media terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap 1 yang meliputi pengumpulan referensi
dan penyusunan naskah. Tahap 2 terdiri dari pembuatan CD media
pembelajaran IPA Fisika dengan program macromedia flash professional 8;
mengkonsultasikan CD media pembelajaran kepada dosen pembimbing dan
seorang ahli media serta ahli materi; dan peer reviewer oleh 5 orang
mahasiswa. Tahap 3 meliputi penilaian guru IPA terhadap media
pembelajaran IPA Fisika; penilaian siswa terhadap media pembelajaran IPA
Fisika berbantuan komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media
pembelajaran yang dikembangkan, berada pada rentang skor 3,40 < X ≤ 4,21.
Jadi media yang dikembangkan memiliki kualitas “baik”.
Wahyu Trias Wulandari tahun 2014 yang berjudul “Game Edukatif
Berbasis Role Playing sebagai Sumber Belajar Fisika Mandiri Pada Materi
Pengukuran Untuk Siswa SMA Kelas X”. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kualitas produk game edukatif berbasis role playing sebagai
sumber belajar mandiri pada materi pengukuran untuk siswa SMA kelas X.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas produk game edukatif berbasis
role playing sebagai sumber belajar mandiri pada materi pengukuran untuk
siswa SMA kelas X berkategori sangat baik berdasarkan penilaian ahli materi,
ahli media, guru, serta respon siswa. Relevansi dari penelitian ini adalah
sama-sama mengembangkan media pembelajaran berbasis komputer dan
media pembelajarannya sama-sama digunakan untuk pembelajaran mandiri.
50
D. Kerangka Berpikir
Materi fisika yang harus dikuasai siswa SMA di sekolah cukup
kompleks dan membutuhkan waktu yang relatif banyak. Dengan hal
tersebut maka siswa tidak dapat hanya mengandalkan buku teks dan
penjelasan guru di sekolah sebagai sumber pengetahuan.
Proses belajar mengajar tidak harus dilakukan di sekolah, tetapi
dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja sesuai keinginan manusianya
dengan menggunakan sumber belajar dan media belajar. Untuk hal
tersebut, maka belajar mandiri sangatlah diperlukan siswa untuk mencapai
semua indikator yang diharapkan. Belajar mandiri dapat melatih maupun
membantu siswa untuk lebih dapat memahami materi fisika tanpa khawatir
terbatasanya waktu pembelajaran fisika di sekolah.
Dalam pembelajaran mandiri, siswa melakukan aktivitas belajar
sendiri sehingga materi yang ia baca akan lebih melekat dan mudah
diingat. Dalam pembelajaran mandiri, peran pengajar atau guru adalah
sebagai pendamping sehingga membuka kesempatan siswa untuk
mendapat ruang kerja atau aktivitas belajar seluas-luasnya baik tempat
belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, sumber belajar, maupun
evaluasi hasil belajar dilakukan oleh pembelajar sendiri dengan peran
pengajar/guru tidak terlalu menonjol.
Belajar mandiri di SMA N 1 Kasihan belum mampu menarik minat
para siswanya. Siswa masih hanya mengandalkan penjelasan guru di
sekolah dan jarang siswa yang mau membuka pelajarannya lagi di rumah.
51
Untuk hal tersebut, sangat diperlukan alat bantu, sumber belajar atau
media belajar untuk pembelajaran mandiri (pembelajaran di luar jam
sekolah) yang baru dan asing bagi siswa untuk dapat menarik minat siswa.
Salah satu media yang dapat diterapkan dan dapat dibuat guru tanpa harus
memahami bahasa pemrograman adalah menggunakan software lectora
inspire, dimana bahan ajar ini menyajikan materi berupa audio-visual dan
terdapat beberapa latihan soal serta game untuk latihan soal. Dengan
media ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk meningkatkan minat
belajar mandirinya tanpa tergantung dari pihak lain terutama guru di
sekolah.
Pada penelitian ini, media disusun oleh penulis sebagai media
pembelajaran mandiri fisika menggunakan lectora inspire, sehingga
menghasilkan produk yang akan dikembangkan. Pada penelitian ini
diharapkan
nantinya
media pembelajaran
Fisika SMA kelas
X
menggunakan software lectora inspire yang dihasilkan memiliki kualitas
sangat baik dan harapannya multimedia interaktif dengan software lectora
ini, akan membuat siswa terdorong untuk meningkatkan belajar
mandirinya dan tertarik mempelajari serta memahami materi fluida statis.
Hal tersebut dikarenakan produk ini merupakan media pembelajaran
interaktif yang dapat memudahkan siswa untuk menggunakan media ini
secara mandiri tanpa bimbingan guru.
Produk ini diharapkan mampu membuat siswa tertarik untuk belajar
fluida statis secara mandiri dan dapat membantu siswa untuk belajar secara
52
mandiri tanpa bimbingan guru di sekolah karena media ini memang di
desain untuk pembelajaran individual secara mandiri.
Diharapkan media tersebut dapat digunakan sebagai sumber oleh
guru maupun siswa untuk membantu siswa belajar fluida statis secara
mandiri.
Berikut bagan atau skema tahapan penelitian ini:
1. Studi lapangan/observasi
2. Studi literatursoftware
Penelitian dan
pengumpulan informasi
1. Menyusun kerangka bahan dan
flowchart
2. Menentukan sistematika
Perencanaan
1. Membuat dan mengembangkan
produk sesuai perencanaan
2. Memvalidasi produk awal kepada
validator ahli media
3. Memvalidasi produk awal kepada
validator ahli materi
4. Merevisi produk awal
Pengembangan produk
awal
Uji coba terbatas
Melakukan uji terbatas
Merevisi produk berdasarkan uji
terbatas
Revisi produk utama
Uji coba lapangan
Uji coba lapangan
Gambar 19. Bagan kerangka berpikir
53
E. Pertanyaan Penelitian
1a. Bagaimanakah kelayakan produk pengembangan media pembelajaran
menggunakan lectora untuk mata pelajaran fisika SMA kelas X IPA pada
pokok bahasan fluida statis sebagai sumber belajar mandiri berdasarkan
ahli media ?
1b. Bagaimanakah kelayakan produk pengembangan media pembelajaran
menggunakan lectora untuk mata pelajaran fisika SMA kelas X IPA pada
pokok bahasan fluida statis sebagai sumber belajar mandiri berdasarkan
ahli materi ?
2a. Bagaimanakah respon peserta didik terhadap produk media pembelajaran
mandiri fisika dengan lectora untuk peserta didik SMA kelas X IPA pada
pokok bahasan fluida statis ?
54
Download