Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681 MODEL PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PKN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII SMPN 37 DAN SMP BUDI MURNI 1 MEDAN T.P 2012/2013 Oleh: Tina Sheba Cornelia Sitompul*) *) Dosen FKIP Universitas Quality Medan Abstract This research aimed to get the real of the implementation of character education for Civics lessons in class VII at SMPN 37 Medan and SMP Budi Murni 1 Medan; to know the Implementation of planning lesson and the format of student assessment in implementing character education through Civics lessons; and the designing of character education model for civics lesson at SMPN 37 and SMP Budi 1 Medan. The research is a qualitative research student with the numbers 85 people. The instruments used to gather data consisted of interviews, questionnaires and observation of the learning process. The results showed that: 1). the implementation of character education for civics lessons in class VIIA of SMPN 37 Medan showed that: there are 10 characters education values that have been implemented, namely: religious, honest, curiosity, tolerance, spirit of nationalism, love to read, discipline, care for the environment, social care, responsibility; and the implementing of character education value forcivics lessons at class VIIA of SMP Budi Murni 1 Medan showed that: there are 9 values of character education that have been implemented, namely: religion, democracy, honest , curiosity, love of peace, tolerance, spirit of nationalism, love reading, and love of country; 2). Learning Implementation of planninglesson and Format Assessment of Civics teachers from both schools were taught not describe assessment format character. Components of planning lesson used in this research were competence standart: learning objectives, teaching methods, learning resources and assessment format. Planning lesson and assessment format both still civics teacher assessment category "less", 3).Model of character education is offered to both school education models by using a norm. The things that need to be considered in the model character education using norm approach is the goal of character education, character education content, methods of character education, education media, and education environment. Keywords: Qualitative Research, Character Education, Civics Education, Model, Junior High School I. Pendahuluan Kondisi masih jauhnya bangsa Indonesia dari cita-cita yang dituju terlihat dari merosotnya karakter yang dimiliki bangsa Indonesia. Perilaku dan tindakan yang kurang atau bahkan tidak berkarakter, telah menjerat semua komponen bangsa mulai dari lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif hingga masyarakat awam. Pada masa sekarang ini, sifat-sifat kepahlawanan, perilaku mengutamakan kepentingan masyarakat luas dan mempertahankan keutuhan bangsa seringkali bergeser ke arah sifat-sifat yang mementingkan kepentingan individu dan kelompok. Akibatnya, berlangsung kekeliruan orientasi yang merusak tatanan kehidupan berbangsa di negara ini. Menteri Pendidikan Nasional RI, Muhammad Nuh (Balitbangsu, 2011:99) menegaskan bahwa pendidikan budaya karakter bangsa perlu dimasukkan dalam kebijakan pembangunan pendidikan nasional, karena tatakrama, etika dan kreatifitas lulusan dianggap menurun dan menjadi keluhan masyarakat. 45 Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681 Untuk merealisasikan karakter mulia dalam kehidupan setiap orang, maka pembudayaan karakter mulia menjadi suatu hal yang niscaya. Di sekolah atau lembaga pendidikan, upaya ini dilakukan melalui mata pelajaran pendidikan akhlak, pendidikan moral, pendidikan etika, atau pendidikan karakter. Di Indonesia misi pendidikan karakter diemban oleh dua mata pelajaran, yakni Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Sejalan dengan permasalahan di atas, SMPN 37 Medan dan SMP Budi Murni 1 Medan sangat mengedepankan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah. Hal ini dapat dilihat pada visi misi kedua sekolah yaitu: “unggul dalam prestasi, beriman dan berbudaya” dan “pembentukan manusia muda yang berkarakter dan cinta belajar”. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menilai bahwa pendidikan karakter sangat penting untuk membendung persoalan itu semua, khususnya pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai pendidikan karakter. Oleh karenanya, model pendidikan karakter khususnya di SMPN 37 dan SMP Budi Murni 1 Medan sebagai locus penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut dan hasilnya diharapkan dapat menjadi tolak ukur bagi pengembangan pendidikan di sekolah-sekolah di kota Medan. Tujuan penelitian ini adalah: mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan karakter melalui pelajaran PKn di kelas VII pada SMPN 37 Medan dan SMP Budi Murni 1 Medan; mengetahui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta format penilaian siswa SMPN 37 Medan dan SMP Budi Murni 1 Medan dalam melaksanakan pendidikan karakter melalui pelajaran PKn; dan merancang model pendidikan karakter terhadap pelajaran PKn di SMPN 37 Medan dan SMP Budi Murni 1 Medan. II. Metodelogi Penelitian A. Jenis, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dilakukan di kelas VII SMPN 37 Medan dan SMP Budi Murni 1 Medan. Pelaksanaan penelitian tindakan ini dilaksanakan di 46 semester II T.P 2012/2013 dan dilakukan dari bulan Januari s/d Pebruari 2013. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru bidang studi PKn yang mengajar di kelas VII beserta siswanya dari kedua sekolah tempat penelitian, dimana sekolah SMPN 37 Medan dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 18 orang dan jumlah siswa perempuan sebanyak 25 orang dan SMP Budi Murni 1 Medan dengan jumlah siswa lakilakinya 20 orang dan jumlah siswa perempuan 22 orang. Dari kedua sekolah tersebut seluruh siswa penelitian pada kelas VII berjumlah 85 siswa. C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan angket. Menurut Ian Dey, analisis data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1) langkah awal ialah dengan mengembangkan deskripsi yang komprehensif dan teliti dari hasil penelitian; 2) mengklasifikasikan data yang diperoleh; 3) membuat kaitan-kaitan antara data yang tersedia dengan dasar konseptual penelitian. III. Hasil Dan Pembahasan A. Pelaksanaan Pendidikan Karakter SMP Negeri 37 Medan Hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa siswa kelas VIIA SMP Negeri 37 Medan telah melaksanakan 10 nilainilai pendidikan karakter melalui mata pelajaran PKn. Kesepuluh nilai-nilai pendidikan karakter tersebut adalah: religius, jujur, rasa ingin tahu, toleransi, semangat kebangsaan, gemar membaca, disiplin, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggungjawab. Wawancara juga dilakukan kepada wakil kepala sekolah, guru PKn, dan siswa kelas VIIA SMPN 37 Medan. Hasil wawancara terkait pelaksanaan nilai-nilai pendidikan karakter dengan pak Edi Santer, S.Pd selaku wakil kepala sekolah SMPN 37 Medan. Kami sudah menerapkan pendidikan karakter di sekolah ini. Kami membuat komitmen secara lisan dan tertulis dalam bentuk keputusan dewan guru tentang Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681 pelaksanaan pendidikan karakter. Beberapa contoh sikap siswa terkait nilai-nilai karakter yang dapat kami lihat adalah kegiatan gotong royong serta interaksi sosial antar siswa. Semua guru-guru, termasuk guru PKn telah menerapkannya dalam KBM di kelas. Beberapa program pendidikan karakter yang telah kami laksanakan adalah kegiatan Jumat bersih dan kegiatan keagamaan seperti kebaktian bagi yang beragama Kristen dan pengajian bagi umat Islam. Bentuk kebijakan yang dikeluarkan Dinas Pendidikan Kota Medan kaitannya dengan penerapan pendidikan karakter, Santer menambahkan: Ada beberapa hal yang menjadi kebijakan yang dikeluarkan Dinas Pendidikan Kota Medan, diantaranya: Sosialisasi pendidikan karakter bagi guru-guru se-Kotamadya Medan; penyusunan program/KTSP berkarakter; penggunaan buku mata pelajaran berkarakter dalam KBM; dan monitoring. Hasil wawancara kepada Zainab Rangkuti, S.Pd, salah satu guru PKn SMP N.37 terkait pelaksanaan pendiidikan karakter: Saya sudah menerapkan pendidikan karakter kepada siswa, khususnya pada mata pelajaran PKn yang saya ajarkan. Misalnya kurikulum dan RPP yang kami susun sudah mempertimbangkan nilai-nilai karakter siswa. Beberapa manfaat bagi siswa kaitannya pendidikan karakter adalah: dapat merubah sikap dan perilaku siswa untuk lebih menghargai guru dan sesamanya dan siswa lebih bertanggung jawab atas pekerjaan mereka. Wawancara kepada Milleona Silaen, salah satu siswa kelas VIIA SMPN 37 Medan: Saya sudah pernah mendengar istilah “pendidikan karakter”. Pendidikan karakter itu sangat baik dan bagus. Terus guru PKn kami pun sering memberi contoh konkrit tentang karakter siswa kaitannya dengan sifat dan tingkah laku kami sebagai siswa. Guru kami mengajarkan kami nilai-nilai kebaikan. Contohnya bila salah satu teman kami tidak datang, kami memberitahukan kepada wali kelas atau sekretaris. Dan bila guru kami tidak datang, kami juga belajar sendiri-sendiri di kelas. Jadi gak mengganggu kelas yang lain. SMP Budi Murni 1 Medan Hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa siswa kelas VIIA SMP Budi Murni 1 Medan telah melaksanakan 9 nilai-nilai pendidikan karakter melalui mata pelajaran PKn. Kesembilan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut adalah: religius, demokrasi, jujur, rasa ingin tahu, cinta damai, toleransi, semangat kebangsaan, gemar membaca, dan cinta tanah air. Wawancara juga dilakukan kepada kepala sekolah terkait pelaksanaan nilai-nilai pendidikankarakter. Drs. Paulus Robertson Girsang, M.Si selaku kepala sekolah SMP Budi Murni 1 Medan, mengatakan: SMP Budi Murni 1 Medan ini sudah lama menerapkan pendidikan karakter sesuai arahan Dinas Pendidikan Kota Medan. Ada semacam komitmen bentuk tertulis dalam bentuk keputusan Yayasan dengan dewan guru tentang pelaksanaan pendidikan karakter. Ada beberapa hal yang diprioritaskan sekolah, seperti: penegakan disiplin sekolah, penanaman cinta kasih antar warga sekolah, dan nilai-nilai moral peserta didik. Semua guru-guru, termasuk guru PKn telah menerapkan pendidikan karakter saat mengajar di kelas. Bentuk kebijakan yang dikeluarkan Dinas Pendidikan Kota Medan kaitannya dengan penerapan pendidikan karakter, Girsang menambahkan: Kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota Medan melalui Dinas Pendidikan berupa instruksi pelaksanaan kurikulum berkarakter. Namun ada beberapa hal yang menjadi penghambat terlaksananya program pendidikan karakter ini, misalnya: kurangnya kesadaran guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter; kurangnya pengertian orangtua siswa terhadap pendidikan karakter; lingkungan sekolah yang kurang mendukung kurikulum berkarakter. Hasil wawancara kepada Sri Eliasti Ginting S.Pd, salah satu guru PKn terkait pelaksanaan pendiidikan karakter: Saya baru 3 tahun mengajar di sekolah ini. Dalam 1 tahun terakhir ini saya sudah menerapkan pendidikan karakter kepada siswa, khususnya pada mata pelajaran PKn. Misalnya penyusunan RPP berkarakter. Dulu para siswa merasa bosan belajar PKn, namun dengan adanya penanaman nilai-nilai karakter pada 47 Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681 RPP yang diterapkan, pola dan perilaku siswa menjadi lebih baik. Wawancara kepada Lastiar, salah satu siswa kelas VIIA SMP Budi Murni 1 Medan: Saya senang belajar PKn. Saya gak ngerti yang namanya “pendidikan karakter”. Saya jarang telat, rajin mengerjakan PR, dan mempunyai banyak teman. B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta Format Penilaian RPP Mata Pelajaran PKn SMP Negeri 37 Medan Pertama, RPP belum mengidentifikasi nilainilai karakter yang secara substansi dapat diintegrasikan pada SK/KD yang disusun. Kedua, tujuan pembelajaran disusun beberapa karakter siswa yang diharapkan, diantaranya: dapat dipercaya, peduli, jujur, dan kewarganegaraan. Namun beberapa karakter siswa yang disusun tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Rumusan tujuan pembelajaran pada RPP hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi tidak merumuskan nilai-nilai karakter siswa yang diharapkan. Ketiga, metode pembelajaran yang digunakan pada RPP adalah: “ceramah bervariasi, penugasan, dan telaah buku”. Pemilihan metode pembelajaran pada RPP tidak menggambarkan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat mendidik siswa untuk saling berinteraksi, menghargai pendapat orang lain, berkomunikasi, dan lain sebagainya, yang kesemuanya adalah implementasi karakter siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan awal dan akhir pembelajaran tidak terdapat kegiatan doa, sebagai bagian karakter siswa hubungannya dengan Tuhan. Kegiatan inti pembelajaran hanya menekankan nilai-nilai kognitif siswa saja. Tidak terdapat kegiatan diskusi kelompok belajar siswa, sehingga tidak terjadi 48 kerjasama antar siswa sebagai karakter siswa yang diharapkan. Keempat, format penilaian yang disusun pada RPP berupa teknik penilaian dan bentuk instrumen. Dilihat dari format penilaian yang disusun, guru PKn hanya berorientasi pada nilai kognitif siswa yaitu tentang pelanggaran HAM. Format penilaian nilai-nilai karakter siswa tidak dimunculkan pada RPP yang disusun. Teknik penilaian harus dapat mengukur pencapaian peserta didik dalam kompetensi dan karakter. Di antara teknik-teknik penilaian yang dapat dipakai untuk mengetahui perkembangan karakter adalah observasi, penilaian antar teman, dan penilaian diri sendiri. Nilai dinyatakan secara kualitatif, misalnya: BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator). MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku / karakter yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten). MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten). MM : Mulai Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku / karakter yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten). RPP Mata Pelajaran PKn pada SMP Budi Murni 1 Medan Pertama, RPP belum mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang secara substansi dapat diintegrasikan pada SK/KD yang disusun. Identifikasi nilai-nilai karakter ini tidak dimaksudkan untuk membatasi nilai-nilai yang Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681 dapat dikembangkan pada pembelajaran SK/KD yang disusun guru. Kedua, tujuan pembelajaran yang disusun pada RPP adalah “agar siswa dapat: “menjelaskan pengertian demokrasi; menyebutkan macam-macam demokrasi; menjelaskan pentingnya kehidupan demokrasi; dan menyebutkan contoh-contoh penerapan demokrasi di lingkungan sekitar”. Pada RPP juga disusun beberapa karakter siswa yang diharapkan, diantaranya: “dapat dipercaya, berani, ketulusan, integritas, dan kewarganegaraan”. Namun beberapa karakter siswa yang disusun, seperti: karakter “berani dan ketulusan” tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tidak merumuskan nilai-nilai karakter siswa yang diharapkan setelah pembelajaran. Ketiga, metode pembelajaran yang digunakan pada RPP adalah: “menggunakan pendekatan Koperatif tipe STAD. Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini yaitu metode diskusi, bekerjasama, penugasan (portofolio)”. Pemilihan pendekatan/metode pembelajaran pada RPP sangat tepat menggambarkan pembelajaran kooperatif. Pada kegiatan awal dan akhir pembelajaran tidak terdapat kegiatan doa, sebagai bagian karakter siswa hubungannya dengan Tuhan. Keempat, format penilaian yang disusun pada RPP berupa teknik penilaian dan bentuk instrumen. Teknik penilaian terdiri atas tes tertulis dan penugasan, sedangkan bentuk instrumennya adalah daftar pertanyaan dan pekerjaan rumah. Dilihat dari format penilaian yang disusun, guru PKn hanya berorientasi pada nilai kognitif siswa yaitu tentang pelaksanaan demokrasi. Format penilaian nilai-nilai karakter siswa tidak dimunculkan pada RPP yang disusun. PENDIDIKAN KARAKTER ISI PENDIDIKAN KARAKTER LINGKUNGAN PENDIDIKAN METODE PENDIDIKAN KARAKTER MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER Gambar 1. Diagram Interaksi Komponen Pendidikan Karakter Tujuan Pendidikan Karakter Tujuan pendidikan karakter selaras dengan tujuan pendidikan nasional UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab". Isi Pendidikan Karakter C. Model Pendidikan Karakter Model pendidikan karakter berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada kedua sekolah (SMPN 37 Medan dan SMP Budi Murni 1 Medan) sebagai locus penelitian perlu menggunakan pendekatan norma. Gambar 2. Isi Pendidikan Karakter Nilai-nilai yang perlu disampaikan oleh pendidik untuk membentuk karakter siswa adalah: (1) jujur, (2) kebangsaan, (3) disiplin, (4) kesopanan, (5) sabar, dan (6) mandiri. 49 Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681 Metode Pendidikan Karakter Gambar 3. Metode Pendidikan Karakter Media Pendidikan Karakter Media sebagai sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut berasal. Sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Media pendidikan, sebagai salah satu sumber belajar, ikut membantu guru dalam memudahkan tercapainya pemahaman materi ajar oleh siswa, serta dapat memperkaya wawasan siswa. Lingkungan Pendidikan Karakter Lingkungan pendidikan yang harus diutamakan untuk mendukung terwujudnya pendidikan karakter yang baik adalah: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi ekstrakurikuler. Pembahasan A. Pembahasan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pertama, nilai-nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan yang ditanamkan kepada para siswa SMPN 37 Medan dan SMP Budi Murni 1 Medan menjadi faktor penting dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Hasil temuan ini sesuai dengan visi misi kedua sekolah yang menjujung tinggi nilai-nilai ketuhanan yaitu: beriman dan berbudaya; menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama dan budaya 50 Kedua, bangsa sehingga melahirkan kearifan dalam bertindak; dan pembentukan manusia muda yang berkarakter dan cinta belajar. Dari temuan ini diharapkan sekolah yang melaksanakan pendidikan khususnya dalam pengembangan pendidikan karakter harus tetap menjaga dan mengedepankan nilai-nilai ketuhanan dalam proses pembelajaran di sekolah. Dari penelitian Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1987) disebutkan bahwa religiusitas memiliki dimensidimensi: Iman, Islam, Ihsan, Ilmu dan Amal. Kedua cara pembagian tersebut ternyata memiliki kesesuaian, yaitu dimensi Iman sebagai religious belief, dimensi Islam sebagai religious practice, dimensi Ihsan sebagai religious feeling, dimensi ilmu sebagai religious knowledge, dan dimensi Amal sebagai religious effect. Kelima dimensi tersebut merupakan dimensi religiousitas yang masing-masing dapat berupa pencerminan religiousitas dan dapat digunakan sebagai dasar di dalam mengukur sejauh mana sifat religious seseorang. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Diri Sendiri yang ditanamkan kepada para siswa SMP menjadi faktor penting dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Hasil temuan ini sesuai dengan visi misi kedua sekolah yang menjunjung tinggi nilai sikap dan perilaku siswa yang positi, yaitu: menegakkan disiplin waktu dan disiplin belajar mengajar; memotivasi dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal. Lickona (1992) mengatakan sikap bertanggung jawab memiliki kaitan erat dengan karakter seseorang. Oleh karena itu, kepribadian yang bertanggung jawab disini berarti siswa SMP Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681 Ketiga, Keempat, harus responsible terhadap semua perbuatan-perbuatan yang ia lakukan. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan sesama yang ditanamkan kepada para siswa SMP menjadi faktor penting dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Hal ini sejalan dengan pendapat Zamroni (2001) menyatakan bahwa pengetahuan dan kesadaran akan nilai-nilai demokrasi itu meliputi tiga hal yaitu: (1). kesadaran bahwa demokrasi adalah pola kehidupan yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat itu sendiri dan merupakan pilihan terbaik tentang pola hidup bernegara; (2). demokrasi adalah merupakan sebuah learning proses yang lama dan tidak sekedar meniru dari masyarakat lain; (3). kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan mentranspormasikan nilai-nilai demokrasi pada masyarakat. Oleh karena itu, kepribadian yang demokratis disini berarti siswa SMP harus mampu menunjukkan toleransi terhadap orang lain. Nilai-nilai karakter dalam hubungannya dengan Lingkungan yang ditanamkan kepada para siswa SMP menjadi faktor penting dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Temuan ini memberikan kontribusi penting dimana pengembangan karakter siswa yang semakin mendalam tentang nilai-nilai terhadap lingkungan menunjukkan semakin dapat membentuk karakter pribadi siswa yang berkarakter. Peran semangat dan jiwa Nasionalisme sangat penting artinya, sebagaimana pengertian Nasionalisme yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:684): ”Nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri atau kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa Kelima, yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan dan mengabdikan identitas, intregitas, kemakmuran dan kekuatan bangsa, semangat kebangsa an”. nilai-nilai karakter dalam hubungannya dengan alam yang ditanamkan kepada para siswa SMP menjadi faktor penting dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Temuan ini memberikan kontribusi penting dimana pengembangan karakter siswa yang semakin mendalam tentang nilai-nilai terhadap alam menunjukkan semakin dapat membentuk karakter pribadi siswa yang berkarakter. Hasil temuan ini sesuai dengan visi misi kedua sekolah, yaitu: melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler secara terprogram dan berkesinambungan; pembentukan manusia muda yang berkarakter dan cinta belajar; dan meningkatkan kesadaran peserta didik untuk memahami keutuhan pribadi manusia yang didasarkan pada kesehatan fisik, pikiran, hati, dan jiwa. Dari temuan ini diharapkan sekolah yang melaksanakan pendidikan khususnya dalam pengembangan pendidikan karakter harus tetap menjaga dan mengedepankan nilai-nilai terhadap alam dalam proses pembelajaran di sekolah. B. Pembahasan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum RPP berkarakter PKn pada SMPN 37 Medan dan SMP Budi Murni 1 Medan masih jauh dari kesempurnaan. Ditinjau dari parameter komponen RPP berkarakter pada KTSP, beberapa aspek kesesuaian seperti: SK/KD; tujuan pembelajaran; metode pembelajaran; dan sumber belajar belum sesuai. Gambaran hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesesuaian RPP berkarakter dari guru PKn di SMPN 37 Medan dan SMP Budi Murni 1 Medan 51 Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681 terhadap standar proses Permendiknas No.41 tahun 2007 dan pengembangan karakter belum maksimal. C. Pembahasan Model Pendidikan Karakter Untuk mendukung visi misi kedua sekolah kaitannya dengan penerapan pendidikan karakter, model yang ditawarkan pada kedua sekolah sebagai locus penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan norma kepada seluruh warga sekolah, khususnya kepada seluruh siswa termasuk siswa-siswa SMP kelas VIIA SMPN 37 Medan dan SMP Budi Murni 1 Medan. Secara teknis, untuk mencapai tujuan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran PKn, guru PKn memiliki peranan penting untuk menanamkan nilai-nilai karakter melalui mata pelajaran PKn itu sendiri. Pembahasan ini lebih difokuskan pada peranan guru dalam membentuk karakter siswa. Agustian (2007) menambahkan bahwa guru/pendidik perlu melatih dan membentuk karakter siswa melalui pengulanganpengulangan sehingga terjadi internalisasi karakter, misalnya mengajak siswanya melakukan shalat secara konsisten. IV. Kesimpulan Dan Saran A. Simpulan 1. 2. 52 Pelaksanaan pendidikan karakter melalui pelajaran PKn di kelas VIIA SMPN 37 Medan menunjukkan bahwa: terdapat 10 nilai-nilai pendidikan karakter yang telah diterapkan, yaitu: religius, jujur, rasa ingin tahu, toleransi, semangat kebangsaan, gemar membaca, disiplin, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggungjawab. Pelaksanaan nilai-nilai pendidikan karakter melalui pelajaran PKn di kelas VIIA SMP Budi Murni 1 Medan menunjukkan bahwa: terdapat 9 nilai-nilai pendidikan karakter yang telah diterapkan, yaitu: religius, demokrasi, jujur, rasa ingin tahu, cinta damai, toleransi, semangat kebangsaan, gemar membaca, dan cinta tanah air. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Format Penilaian guru PKn dari kedua sekolah yang mengajar dikelas VIIA SMPN 37 Medan dan SMP Budi Murni 1 3. Medan belum menggambarkan RPP dan Format Penilaian berkarakter. Komponen RPP yang dijadikan penilaian pada penelitian ini adalah SK/KD, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan format penilaian. RPP dan Format Penilaian yang disusun kedua guru PKn masih kategori penilaian “kurang”. Model Pendidikan Karakter yang ditawarkan kepada kedua sekolah adalah Model Pendidikan dengan menggunakan pendekatan norma. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada Model Pendidikan karakter dengan menggunakan pendekatan norma adalah adanya tujuan pendidikan karakter, isi pendidikan karakter, metode pendidikan karakter, media pendidikan, dan lingkungan. B. Saran 1. Guru PKn harus mengintegrasikan nilainilai karakter siswa yang diharapkan kedalam materi PKn. Contoh konkrit yang dapat dilakukan guru adalah menyusun perangkat pembelajaran seperti: RPP berkarakter, buku/bahan ajar yang diadaptasi dengan nilai karakter siswa. 2. Nilai-nilai pendidikan karakter tidak saja hanya diterapkan oleh guru-guru PKn dan agama, namun juga harus semua guruguru mata pelajaran. 3. Perlu dilakukan sosialisasi pada semua guru bidang studi tentang pelaksanaan pendidikan karakter. 4. Perlu dilakukan pelatihan bagi guru-guru untuk menyusun RPP berkarakter. Daftar Pustaka Balitbangsu. 2011. Kajian Pengembangan Sekolah Unggulan Berbasis Pendidikan Karakter di Sumatera Utara. (Studi Kasus di Kota Medan). Berkowitz, M. 2004. Research Based Character Education. American Academy of Political and Social Science Journal,59 (1), 72- 97. Jurnal Saintech Vol. 06 - No.02-Juni 2014 ISSN No. 2086-9681 Benninga, J, Berkowitz, M, Kuehn, P., & Smith, K. 2006. Character and Academics: What Good Schools Do. Phi Delta Kappan. Bunyamin, Sapriya. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Alfabeta. Bungin, Burhan. 2005. Analisis Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filosofis & Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa. Depdiknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas. Hendrojuwono, W., 2008. Menciptakan Trasformasional dalam Membangun Karakter Bangsa. Makalah Temu Ilmiah Nasional Ikatan Psikologi Perkembangan. Johnson & Johnson. 2001. Impact of Group Processing on Achievment in Cooperative Group. The Journal of Social Psychology. 130. Jones. H.J., David B. E & Joyce, M. A. 2008. Friends, Classmates, and Selfregulated learning: discussions with peers inside and outside the classroom. Metacognition Learning journal,3. Joyce, Bruce. 1992. Models of Teaching, Allyn and Bacon, Boston. Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta. Lickona. 1997. Education for Character. New York, Bantam Books. Megawangi. 2004. Pendidikan Jakarta. Rineka Cipta. Karakter. Megawangi, R, Dona, R, Yulisinta F & Wahyu, F. 2007. Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan. Cimanggis; Indonesia Heritage Foundation. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta. Peter, H. 2000. Active Learning. Handbook for Farmacy Educators. by The Haworth Press, Inc. Poerwadarminta. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Raka, Gede. 2007. Pendidikan Membangun Karakter, Makalah, Orasi Perguruan Taman Siswa, Bandung 10 Februari 2007. Sagala. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta. Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Slavin, R. 2000. Educational Psychology: Theory into Practice. Prentice Hall: Ennelwood. Trigwell, K. 2005. Teaching–research relations, cross-disciplinary collegiality and student learning. Higher Education Journal 49. 53