ais puspa bhuwana pengaruh mendengarkan

advertisement
PENGARUH MENDENGARKAN MUROTTAL TERHADAP RESPON
FISIOLOGIS DAN LAMA ISTIRAHAT SAPI PERANAKAN
FRIESIAN HOLSTEIN DI BOGOR
AIS PUSPA BHUWANA
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh
Mendengarkan Murottal terhadap Respon Fisiologis dan Lama Istirahat Sapi
Peranakan Friesian Holstein di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Ais Puspa Bhuwana
NIM D14110033
ABSTRAK
AIS PUSPA BHUWANA. Pengaruh Mendengarkan Murottal terhadap Respon
Fisiologis dan Lama Istirahat Sapi Peranakan Friesian Holstein di Bogor.
Dibimbing oleh AHMAD YANI dan IYEP KOMALA
Faktor utama yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas susu adalah
faktor lingkungan dan faktor fisiologis dari ternak tersebut. Pemberian
musikalisasi pada laju tertentu termasuk murottal dapat memberikan kenyamanan
sehingga denyut jantung dan laju respirasi menjadi lebih stabil serta
memperbanyak lamanya istirahat sapi. Hal ini dapat mengurangi stres pada sapi
sehingga produksi susunya meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui respon fisiologis sapi FH berupa denyut jantung, laju pernafasan,
suhu rektal dan lama istirahat sapi FH pada siang hari selama sapi mendengarkan
murottal. Respon fisiologis dan lama istirahat 4 ekor sapi perah diukur selama 30
hari yaitu 15 hari kontrol dan 15 hari berikutnya diberikan perlakuan. Ditinjau
dari uji statistic bahwa rataan suhu rektal, laju respirasi, dan denyut jantung
berbeda nyata dengan sesudah pemberian murottal P<0.05. Rataan suhu rektal,
laju pernafasan, dan denyut jantung sapi perah FH yang yang diperdengarkan
murottal lebih rendah dibandingkan dengan sapi perah yang tidak diperdengarkan
murottal. Total lama istirahat sapi perah FH yang diperdengarkan murottal lebih
tinggi daripada kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa sapi perah lebih tenang
dan nyaman setelah diberikan perlakuan.
Kata kunci : lama istirahat, murottal, respon fisiologis, sapi perah
ABSTRACT
AIS PUSPA BHUWANA. Effect of Murottal on Physiologycal Responses and
Resting Time of Friesian Holstein in Bogor City. Supervised by AHMAD YANI
and IYEP KOMALA
The main factors that could affected the quality and quantity of milk were
environmental factors and physiological factors of cattle. Provided a musical at
certain timei ncluded murottal could given comfort for heart rate and respiration
rate to be more stable and increased length of cattle’s resting time. This effect
could reduced the stress on the cows and increased milk production. The purpose
of this study was to investigated the physiological responses of Holland dairy
cows heart rate, respiration rate, rectal temperature, and long breaks in the
daylight during cows listened murottal. Physiological responses and long rest of 4
dairy cows was measured for 30 days, the first 15 days period as before treatment
and the next 15 days periode as treatment period. Statistical test shown that the
average of rectal temperature, respiration rate, and heart rate significantly
different after given murottal P<0.05. Murottal increased the length of resting
time of Holland dairy cows. It was concluded that murottal could make dairy
cattle more calm and comfort than before.
Key words:dairy cows, murottal, physiological responses, resting time
PENGARUH MENDENGARKAN MUROTTAL TERHADAP RESPON
FISIOLOGIS DAN LAMA ISTIRAHAT SAPI PERANAKAN
FRIESIAN HOLSTEIN DI BOGOR
AIS PUSPA BHUWANA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Pengaruh Mendengarkan Murottal terhadap Respon
Fisiologis dan Lama Istirahat Sapi Peranakan Friesian
Holstein di Bogor
: Ais Puspa Bhuwana
: D14110033
Disetujui oleh
Dr Ahmad Yani, STP MSi
Pembimbing I
Iyep Komala, SPt MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Irma Isnafia Arif, SPt MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor dengan baik. Sebagai syarat lulus, penulis menyelesaikan tugas
akhir berupa karya ilmiah dengan judul Pengaruh Mendengarkan Murottal
terhadap Respon Fisiologis dan Lama Istirahat Peranakan Sapi Friesian Holstein
di Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ahmad Yani, STP
MSi dan Bapak Iyep Komala, SPt MSi sebagai dosen pembimbing skripsi dan
Bapak Dr Rudi Afnan, SPt MSc Agr sebagai dosen pembimbing akademik yang
telah mendedikasikan waktu dan pikirannya dalam membimbing penulis sehingga
dapat menyelesaikan pendidikan Sarjana. Ucapan terimakasih juga penulis
sampaikan kepada seluruh dosen pengajar dan jajaran karyawan Fakultas
Peternakan IPB atas pelayanannya selama ini.
Terima kasih kepada Almarhum Ayah Aryo Wasis, Ibu Lilis Sulistiya, Ibu
Andrayani, Aryani Puspita Bhuwana dan Keluarga Besar Kasilan yang telah
menjadi pendukung utama baik dari segi moral maupun materi selama ini. Terima
kasih kepada Salva Fatma dan Keluarga yang telah memberikan motivasi, arahan,
dan bantuan selama penelitian hingga terselesaikannya karya ilmiah ini.
Terimakasih kepada Rindang, Nawal, Rani, Nurhabibah yang telah membantu dan
menemani selama penulis menyelesaikan karya tulis. Terimakasih kepada
sahabatku Sita, Mandae, Venny, Uca, dan Miranti yang telah menemani penulis
dalam suka mau pun duka. Terimakasih kepada Ghulam Halim atas bantuannya
dalam memberikan informasi lokasi kandang yang digunakan pada penelitian.
Terima kasih kepada Andi Rizky yang telah memberikan motivasi, danwaktu
yang selalu dicurahkan untuk menemani penulis dalam suka dan duka.
Terimakasih kepada Bapak H Mahpudin beserta istri dan Mang Endi atas izin dan
bantuannya selama penelitian di Kebon Pedes. Terimakasih kepada seluruh dosen
serta staff IPB, rekan-rekan kelas Domilion 48, teman-teman Fakultas Peternakan,
kakak-kakak senior dan teman-teman lainnya di Institut Pertanian Bogor atas
pertanyaannya mengenai waktu kelulusan penulis sehingga memotivasi penulis
untuk segera menyelesaikan tugas akhir.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam karya
tulis ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan. Selain sebagai syarat kelulusan, penulis harapkan karya ini dapat
menjadi ilmu yang berguna untuk banyak orang terutama dalam bidang
peternakan.
Bogor, September 2016
Ais Puspa Bhuwana
NIM D14110033
DAFTAR ISI
ABSTRAK
ABSTRACT
PRAKATA
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur
Analisis Data
Peubah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi dan Lingkungan Penelitian
Suhu Rektal
Denyut Jantung
Laju Respirasi
Lama Istirahat
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
iii
iii
vi
viii
1
1
2
2
2
2
2
3
3
3
4
4
4
5
6
7
8
9
10
12
16
DAFTAR TABEL
1 Kondisi fisiologis sapi penelitian
2 Nilai rataan suhu rektal, denyut jantung dan laju respirasi
3 Nilai total lama istirahat sapi perah
3
5
9
DAFTAR GAMBAR
1 Grafik denyut jantung (kali menit-1) sapi FH: (a) tanpa murottal dan (b)
menggunakan murottal.
2 Grafik laju respirasi (kali menit-1) sapi FH: (a) tanpa murottal dan (b)
menggunakan murottal.
7
8
DAFTAR LAMPIRAN
1 Lampiran 1 Suhu kandang sapi perah FH (oC) tanpa murottal (R0) yang
diukur selama 15 hari pengamatan diperoleh rata-rata sebesar 31.95 oC
2 Lampiran 2 Suhu kandang sapi perah FH (oC) tanpa murottal (R1)
yang diukur selama 15 hari pengamatan diperoleh rata-rata sebesar
30.65 oC
3 Lampiran 3 Kelembaban kandang sapi perah FH (%) tanpa murottal
(R0) yang diukur selama 15 hari pengamatan diperoleh rata-rata
sebesaar 47.43%
4 Lampiran 4 Kelembaban sapi perah FH (%) menggunakan murottal
(R1) yang diukur selama 15 hari pengamatan diperoleh rata-rata sebesar
54.73%
5 Lampiran 5 Indeks suhu dan kelembaban relatif untuk sapi perah
6 Lampiran 6 Analisis data suhu rektal, denyut jantung dan laju respirasi
dengan Minitab
12
12
13
13
14
14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sapi merupakan hewan ternak yang umum dipelihara dan digunakan
sebagai salah satu mata pencaharian masyarakat pedesaan maupun industri
peternakan. Sapi biasanya dipelihara untuk diambil tenaga, daging, dan susunya.
Beternak sapi perah merupakan salah satu cara yang efektif bagi peternak karena
susu dapat diperah setiap hari. Susu sapi merupakan salah satu potensi unggulan
yang pengembangannya masih sangat sedikit. Jumlah produksi susu sapi di
Indonesia diperkirakan mencapai 641 100.38 ton tahun-1 (BPS 2014). Menurut
BPS (2013) bahwa permintaan susu sapi di Indonesia meningkat 14% setiap
tahunnya. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh semakin baiknya tingkat
kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan gizi serta meningkatnya
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
Menurut hasil Survey Sosial Ekonomi Sosial (Susenas) BPS terhadap
komoditi susu pada tahun 2011 diketahui bahwa jenis produk dari susu yang
sering dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga merupakan produk olahan susu
sapi berupa susu murni, susu cair, susu kental manis, susu bubuk, keju, dan hasil
olahan lainnya. Pertumbuhan kebutuhan susu sapi tersebut diprediksikan akan
meningkat (BPS 2013). Konsumsi susu di Indonesia saat ini mencapai 3 juta ton
tahun-1 dan 1.8 sampai 2 juta ton diantaranya berasal dari impor. Produksi susu
sapi nasional hanya dapat memenuhi kebutuhan sebesar 20% dari kebutuhan
dalam negeri.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi
susu adalah faktor genetik, pakan, perkandangan, pemberantasan dan pencegahan
penyakit, lingkungan dan pengelolaan (Yani dan Purwanto 2006). Sebagian besar
sapi perah yang ada di Indonesia adalah sapi peranakan Friesian Holstein (FH)
yang didatangkan dari negara-negara Eropa yang memiliki iklim sedang. Pada
kondisi asal iklim tersebut, sapi peranakan FH sangat peka terhadap perubahan
iklim mikro terutama suhu tinggi dan kelembaban udara, apabila sapi peranakan
FH ditempatkan pada lokasi yang memiliki suhu tinggi dan kelembaban udara
yang tidak mendukung maka sapi tersebut akan mengalami cekaman panas serta
berakibat pada produksi susu yang turun. Cekaman panas tersebut dapat
menimbulkan stres pada ternak. Stres merupakan suatu kondisi ketidaknyamanan
non-spesifik yang mengakibatkan berbagai hal yang tidak menyenangkan antara
lain yaitu penurunan imunitas, kegagalan reproduksi, penurunan produksi susu,
hingga kepada kematian hewan (Prodjodihardjo 2002). Selain itu cekaman panas
yang terus menerus akan meningkatkan konsumsi air minum, peningkatan volume
urine, dan penurunan konsumsi pakan (Yani dan Purwanto 2006). Stres pada sapi
secara fisiologis dapat dilihat dari kenaikan suhu tubuh, denyut jantung, dan laju
respirasi (Ensminger 1971).
Salah satu cara yang dilakukan untuk mengurangi stres panas pada sapi
peranakan FH yaitu menggunakan musik untuk membuat sapi menjadi lebih
tenang (Soetarno 2003). Pemberian musikalisasi seperti murottal akan
memberikan kenyamanan. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Al
Qadhi tentang pengaruh mendengarkan murottal yang dapat merubah fisiologis
2
dan psikologis pada manusia menunjukkan bahwa mendengarkan murottal
memiliki pengaruh mendatangkan ketenangan dan ketegangan urat syaraf reflektif
pada 97% responden atau sampel (Remolda 2009).
Murottal biasanya berada pada frekuensi 45 dB setara dengan frekuensi
musik klasik. Murottal dengan frekuensi 45 dB memiliki pengaruh yang sama
dengan pemberian musik klasik dalam menurunkan hormon-hormon stres pada
ternak, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks,
menurunkan tekanan darah, memperlambat laju pernafasan, dan detak jantung.
Menurut Suhendar (2013) pemberian musik klasik pada sapi perah dengan
frekuensi 45 dB dapat menurunkan denyut jantung dan frekuensi pernafasan
sehingga sapi perah menjadi lebih tenang dan mengakibatkan lama istirahat
menjadi bertambah. Menurut Wagner (2011) ketenangan tersebut dapat
meningkatkan produksi susu yang dihasilkan setiap harinya.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon fisiologis sapi
peranakan FH berupa denyut jantung, laju respirasi, suhu rektal dan lama istirahat
sapi FH pada siang hari selama mendengarkan murottal.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menguji pengaruh mendengarkan murottal terhadap respon
fisiologis sapi peranakan Friesian Holstein (FH). Parameter yang diukur yaitu
suhu rektal, denyut jantung, laju respirasi, lama istirahat, serta didukung dengan
pengukuran suhu dan kelembaban di dalam kandang pada siang hari. Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi peternak di Indonesia dalam
meningkatkan produksi susu pada sapi peranakan FH dengan menurunkan tingkat
stres pada sapi dengan pemberian murottal.
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di kandang sapi perah milik H Mahpudin yang
berlokasi di Kebon Pedes, Kota Bogor. Penelitian dimulai pada bulan Mei hingga
Juni 2015.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 4 ekor induk sapi
peranakan Friesian Holstein (FH), yang diberikan pakan yang sama dan kandang
yang sama dengan masa laktasi yang berbeda. Pemilihan 4 ekor induk sapi perah
dilakukan dengan cara menseleksi sapi yang paling jinak dan pertimbangan bahwa
hanya 4 ekor yang dapat diukur dengan selang waktu tidak terlalu lama oleh 1
3
peneliti. Data kondisi fisiologis sapi perah FH pada penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Kondisi fisiologis sapi penelitian
Sapi
1
2
3
4
Umur (tahun)
3
2
2
3
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian adalah stetoskop, thermohygrometer,
termometer, stopwatch, alat tulis, dan 1 unit audio aktif 35 watt (1 bass dan 2
treble). Murottal dengan frekuensi 45 dB dan volume 7 dengan skala 1 hingga 10.
Prosedur
Data yang diukur adalah data laju respirasi, denyut jantung, suhu rektal, lama
istirahat, suhu, dan kelembaban. Perhitungan respirasi dilihat dari pergerakan
diafgrama pada masing-masing sapi dan diukur pada pukul 11.45, 12.45, 13.45,
14.45 dan 15.45, karena pada jam-jam tersebut umumnya sapi mulai terkena
cekaman panas.
Denyut jantung diukur menggunakan stetoskop yang ditempelkan pada
bagian bawah dada sebelah kiri. Masing-masing sapi diamati selama 1 menit
dengan ulangan sebanyak 5 kali pada pukul 11.30, 12.30, 13.30, 14.30 dan 15.30
WIB. Suhu rektal diukur sebanyak 3 kali menggunakan termometer pada pukul
11:00, 13.00, dan 15.00 WIB selama 1 menit pada kelima sapi.
Tingkah laku istirahat sapi FH dicatat mulai pukul 12.00-15.30 WIB.
Pemilihan jam tersebut dikarenakan temperatur kandang yang cukup tinggi.
Pencatatan suhu dan kelembaban pada kandang diukur dengan thermohygrometer
setiap 30 menit dimulai perlakuan dan penelitian dilakukan selama 30 hari dengan
2 perlakuan yaitu 15 hari tanpa murottal (R0) dan 15 hari menggunakan murottal
(R1) dimulai pada pukul 10.30-15.30 WIB selama 7 jam.
Pengambilan data di lokasi penelitian diikuti dengan jadwal pemberian pakan
pada sapi perah sebanyak 2 kali pada pukul 12.00 dengan pakan ampas tahu dan
pukul 15.00 dengan pakan limbah sayuran.
Analisis Data
Data disajikan secara deskriptif dengan menyajikan rataan ( ̅) dan
simpangan baku (s). Uji t digunakan untuk mengetahui perbedaan rataan suhu
rektal, denyut jantung, laju respirasi dan lama istirahat sapi FH pada siang hari
selama pengamatan. Rumus uji t menurut Walpole (1993) sebagai berikut
4
(̅̅̅
̅̅̅)
√
Keterangan:
x1
x2
µ1
µ2
= rataan sampel 1
= rataan sampel 2
= rataan populasi 1
= rataan populasi 2
(
)
√
s1 = simpangan baku 1
s2 = simpangan baku 2
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
Peubah
Peubah yang diukur adalah suhu rektal, denyut jantung, laju respirasi,
lama istirahat, suhu dan kelembaban:
1. Laju Respirasi (kali menit-1), didapatkan dengan cara mengukur laju
respirasi pada sapi FH dengan melihat pergerakan diafgrama.
2. Denyut Jantung (kali menit-1), diperoleh dengan menggunakan stetoskop
yang ditempelkan pada bagian bawah dada sebelah kiri.
3. Suhu Rektal (oC), diukur menggunakan termometer digital yang
dimasukkan ke dalam rektum sapi FH.
4. Lama Istirahat (menit), diperoleh dengan mencatat tingkah laku istirahat
sapi FH.
5. Suhu (oC) dan kelembaban (%), diukur menggunakan thermohygrometer
selama 30 menit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi dan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di daerah Kebon Pedes, Kota Bogor, yang
merupakan kawasan peternakan sapi perah, berdekatan dengan pemukiman
penduduk. Kebon Pedes terletak di jalan Tanah Sareal Kota Bogor dengan
kemiringan lahan 4%-15% dan suhu rata-rata 26 oC serta kelembaban udara
mencapai 70%. Wilayah kebon pedes berada di dekat lintasan kereta api,
sehingga menimbulkan suara yang tidak nyaman (Suhendar 2013).
Ditinjau dari hasil pengamatan terhadap suhu dan kelembaban yang
dihitung mulai pukul 11:00 hingga 15:30 WIB didapatkan bahwa rata-rata suhu
kandang sebelum pemberian murottal (R0) selama 15 hari adalah 31.95 oC dengan
rata-rata kelembaban 47.43% (Lampiran 1 dan Lampiran 3) sedangkan pada
perlakuan dengan murottal (R1) selama 15 hari didapatkan suhu rata-rata 30.65 oC
dengan kelembaban 54.73% (Lampiran 2 dan Lampiran 4). Menurut Hadisutanto
(2008), suhu lingkungan yang ideal bagi sapi adalah 15 oC, karena pada kondisi
ini produksi susu sapi perah akan optimal. Kelembaban ideal bagi sapi perah
adalah 60%-80% (Soetarno 2003). Berdasarkan suhu dan kelembaban yang
didapat bahwa THI dari hasil perlakuan tanpa murottal (R0) dan menggunakan
5
murottal (R1) adalah 81 sampai 82 (Lampiran 5), sehingga dapat disimpulkan
bahwa sapi FH di Kebon Pedes Kota Bogor mengalami stres sedang (Moran
2005). THI menunjukkan bahwa sapi dengan perlakuan R0 dan R1 mengalami
cekaman panas yang sama, namun terdapat perbedaan tingkat stres pada sapi
sebelum diperdengarkan murottal dan saat diperdengarkan murottal hal ini
ditunjukkan dengan menurunnya suhu rektal, denyut jantung dan laju respirasi
(Tabel 2). Menurut Kaheel (2011), murottal dapat membuat rileks, mengurangi
kecemasan, kesedihan, dan memperoleh ketenangan.
Suhu Rektal
Suhu rektal merupakan cerminan suhu tubuh bagian dalam core body
temperature. Suhu organ bagian dalam tidak hanya dicerminkan dari suhu rektal,
tetapi dapat juga dilihat dengan mengukur suhu organ-organ bagian lainnya.
Rektum merupakan organ yang paling stabil dan mencerminkan core body
temperature (Frandson 1996). Suhu rektal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
lingkungan, jenis kelamin, dan kondisi ternak (Akoso 2008).
Hasil penelitian pengaruh pemberian murottal terhadap respon fisiologis
dicantumkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai rataan suhu rektal, denyut jantung, dan laju respirasi
Keterangan. Ro: sebelum perlakuan, R1: selama perlakuan, angka yang disertai huruf kecil yang
berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada taraf P<0.05
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa suhu rektal pada sapi
yang tidak diberikan perlakuan murottal adalah sebesar 38.6 oC sedangkan yang
diberikan murottal sebesar 38.3 oC. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Budi
(1996) bahwa kisaran suhu tubuh normal sapi adalah 37-39 oC dengan suhu kritis
40 oC. Jika hewan stres, maka terjadi peningkatan kadar kortisol disertai
peningkatan suhu tubuh (Schlatter 2002). Menurut Utomo et al. (2009) suhu
rektal ternak tetap dalam kondisi normal walaupun dalam suhu yang mencekam
kemungkinan disebabkan ternak berhasil melakukan proses termoregulasi
melalui mekanisme homeostasis di dalam tubuh yaitu mengembalikan keadaan
suhu tubuh ke arah normal.
Jika terjadi penurunan suhu tubuh, maka tubuh akan merespon dengan
mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme
6
umpan balik negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal
(Purwanto et al. 1995). Pada pengujian statistik (P<0.05) sapi yang
diperdengarkan murottal memiliki hasil suhu rektal yang berbeda nyata dengan
sapi yang tidak di perdengarkan murottal. Perubahan suhu rektal sapi perah
menjadi lebih rendah mengindikasikan sapi menjadi lebih tenang dari
sebelumnya.
Denyut Jantung
Denyut jantung merupakan urutan peristiwa yang terjadi secara kontinu
pada jantung, berupa gerakan diastole (relaksasi) dan gerakan sistole (kontraksi).
Menurut Cunningham (2002) frekuensi jantung adalah banyaknya denyut jantung
dalam satu menit. Faktor fisiologis yang mempengaruhi denyut jantung pada
hewan normal adalah spesies, ukuran, umur, kondisi fisik, jenis kelamin, tahap
kebutingan, parturition, rangsangan tahap laktasi, aktifitas fisik, posisi tubuh,
aktivitas pencernaan, ruminasi, dan temperatur lingkungan (Frandson 1996).
Dalam kondisi tenang denyut jantung sapi dapat dideteksi dari arteri pada rahang
bawah, arteri median, arteri koksigeal bagian tengah pada ekor, ±10 cm di bawah
anus (Kelly 1984).
Berdasarkan Tabel 2 rataan denyut jantung sapi perah yang tidak
diperdengarkan murottal adalah 73.49 kali menit-1 dan pada rataan denyut jantung
sapi perah yang diperdengarkan murottal sebesar 70.24 kali menit-1. Kelly (1984)
mengemukakan bahwa denyut jantung normal sapi dewasa adalah 55-80 kali
menit-1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terjadi penurunan
rataan denyut jantung sapi perah yang berbeda nyata dengan sapi yang tidak
diperdengarkan murottal (P<0.05).
Sapi perah yang diperdengarkan murottal memiliki denyut jantung yang
lebih rendah dan stabil (Gambar 1), hal itu dikarenakan murottal memberikan efek
relaksasi, sehingga pembuluh darah nadi dan denyut jantung mengalami
penurunan (Kaheel 2011). Perubahan denyut jantung yang lebih lambat
mengindikasikan bahwa sapi peranakan FH menjadi lebih nyaman ketika
diperdengarkan murottal. Murottal merupakan salah satu suara dengan frekuensi
tertentu yang memiliki irama lambat, hasil penelitian menunjukkan sapi yang
diperdengarkan murottal mengalami penurunan denyut jantung.
Sapi perah FH yang diberikan murottal dengan frekuensi 45 dB dan sapi
perah FH yang diberikan musik klasik dengan frekuensi yang sama memiliki
pengaruh memberikan relaksasi terhadap sapi. Menurut Suhendar (2013) bahwa
pemberian musik klasik dengan frekuensi 45 dB dapat menurunkan denyut
jantung. Hal ini dikarenakan musik klasik yang didengarkan oleh sapi akan
menambah rasa kenyamanan dan ketenangan sehingga sapi tersebut akan merasa
rileks dan tenang. Pemberian murottal dapat menurunkan tingkat stres pada sapi
perah dibuktikan dengan menurunnya frekuensi denyut jantung dengan sebelum
diperdengarkan murottal (Gambar 1).
7
75
75
Denyut Jantung
(Kali menit-1)
100
Denyut Jantung
(Kali menit-1)
100
50
25
50
25
0
0
1
3
5
7 9 11 13 15
Hari Ke-
1
3
5
7
9 11 13 15
Hari Ke-
(a) tanpa murottal
Gambar 1 Grafik denyut jantung (kali menit-1) sapi peranakan FH: (a) tanpa
murottal dan (b) menggunakan murottal.
Laju Respirasi
Data pengamatan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian murottal
Al Quran dapat menurunkan laju respirasi pada sapi perah. Perhitungan laju
respirasi pada sapi dilakukan dengan cara menghitung gerakan flank dan tulang
rusuk yang bergerak simetris pada saat inspirasi selama 1 menit (Jackson dan
Cockroft 2002). Nilai rataan laju respirasi sebelum diberikan murottal adalah
54.63 kali menit-1, sedangkan pada pemberian murottal nilai rataan menurun
menjadi 49.45 kali menit-1. Nilai rataan laju respirasi pada sapi perah penelitian
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil Jackson dan Cockroft (2002) yaitu pada
sapi dewasa adalah 15-35 kali menit-1. Kondisi ini disebabkan karena suhu
lingkungan yang cukup panas di Kebon Pedes.
Ditinjau dari uji statistik (P<0.05) sapi yang diperdengarkan murottal
memiliki hasil frekuensi pernapasan yang berbeda nyata dengan sapi yang tidak
diperdengarkan murottal. Gambar 2 menunjukkan bahwa mendengarkan murottal
dapat memperlambat laju respirasi.
Pemberian murottal pada penelitian menggunakan frekuensi 45 dB.
Frekuensi yang digunakan tersebut sama dengan pemberian musik klasik pada
sapi FH. Menurut Suhendar (2013) bahwa pemberian musik klasik dengan
frekuensi 45 dB dapat berpengaruh menurunkan laju respirasi pada sapi FH, hal
ini dikarenakan adanya penurunan tekanan darah yang diakibatkan dari penurunan
denyut jantung.
(b)
8
80
Frekuensi Pernapasan
(Kali menit-1)
Frekuensi Pernapasan
(Kali menit-1)
80
60
40
20
0
60
40
20
0
1
3
5
7 9 11 13 15
Hari Ke-
(a) tanpa murottal
1
3
5
7 9 11 13 15
Hari Ke-
(b) menggunakan murottal
Gambar 2 Grafik laju respirasi (kali menit-1) sapi peranakan FH: (a) tanpa
murottal dan (b) menggunakan murottal.
Tingginya laju respirasi sapi peranakan FH pada hari ke-5 tanpa
pemberian murottal disebabkan karena tidak adanya ketersediaan pakan
konsentrat pada hari tersebut sehingga sapi mengalami kegelisahan. Laju respirasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah ukuran tubuh, umur, aktifitas
fisik, kegelisahan, suhu lingkungan, kebuntingan, adanya gangguan pada saluran
pencernaan, kondisi kesehatan hewan, dan posisi hewan (Kelly 1984).
Lama Istirahat
Total lama istirahat sapi peranakan FH sebelum pemberian murottal
selama 15 hari, yang dihitung mulai pukul 12:00-15:30 adalah 1 524 menit dan
meningkat menjadi 2 158 menit pada pemberian Murottal. Istirahat merupakan
suatu fase ternak mulai memperhatikan tempat atau mempersiapkan tempat yang
nyaman untuk istirahat (Kilgor dan Dalton 1984). Rata-rata total kenaikan lama
istirahat pada sapi peranakan FH adalah 42.26 menit. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa menurunnya denyut jantung, laju respirasi dan suhu rektal
dapat mempengaruhi lama istirahat pada sapi FH.
Tingkah laku istirahat pada sapi peranakan FH dipengaruhi oleh hormon
melatonin. Menurut Goldman dan Klatz (2005) melatonin berperan sebagai zat
aktif untuk membantu gangguan tidur. Terapi murottal dimungkinkan dapat
meningkatkan hormon melatonin sehingga lama istirahat pada sapi yang
diperdengarkan murottal menjadi lebih lama. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kumar et al. (1999) yang menyatakan bahwa konsentrasi serum melatonin
meningkat dengan signifikan setelah diberikan terapi musik selama 6 minggu.
Tabel 3 menunjukkan lama istirahat sapi peranakan FH pada siang hari sebelum
dan sesudah pemberian murottal selama 15 hari pengamatan.
9
Tabel 3 Nilai total lama istirahat sapi perah
Total Lama Istirahat Sapi Perah (Menit) Selama Pengamatan
Hari KeTanpa Murottal
Murottal
1
129
145
2
147
115
3
98
184
4
92
120
5
129
148
6
173
182
7
147
149
8
112
100
9
95
147
10
74
184
11
92
129
12
134
120
13
140
130
14
47
130
15
15
175
Total
1 524
2 158
Pemberian murottal dengan frekuensi 45 dB setara dengan pemberian
musik klasik pada sapi perah. Pemberian musik klasik dengan frekuensi 45 dB
dapat mempengaruhi istirahat sapi FH menjadi lebih lama. Hal tersebut
dikarenakan musik klasik memberikan ketenangan pada sapi. Sapi perah FH yang
diperdengarkan murottal menunjukkan kenaikan total lama istirahat yang
signifikan dari sebelum pemberian murottal hingga saat pemberian murottal
(Tabel 3). Pemberian murottal dapat menekan kegaduhan yang ada di lingkungan
kandang sehingga dapat memberikan rasa tenang dan nyaman pada sapi. Kondisi
tenang ini disebabkan sekresi hormon kortisol yang turun (Young dan Koopsen
2007).
Murottal yang dibacakan oleh Syaikh Misyari Rasyid memiliki frekuensi
setara 50 desibel yang membawa pengaruh positif bagi pendengarnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian murottal dapat menurunkan stres pada sapi perah dilihat dari
menurunnya suhu rektal, laju respirasi dan denyut jantung. Rataan suhu rektal,
laju respirasi, dan denyut jantung sapi perah FH menggunakan murottal berbeda
nyata dengan sapi perah yang tidak diperdengarkan murottal. Total lama istirahat
sapi peranakan FH yang diperdengarkan murottal lebih tinggi daripada
sebelumnya (tidak diperdengarkan murottal), hal ini mengindikasikan bahwa sapi
perah lebih nyaman dan rileks setelah diberikan perlakuan. Pemberian musik juga
dapat meminimalisir kebisingan di lingkungan peternakan dan efek stres yang
ditimbulkan dari suara bising tersebut dapat ditekan.
10
Saran
Sebaiknya penelitian ini diuji coba pada daerah dengan suhu dan
kelembaban yang lebih nyaman agar sapi tidak mengalami stres panas. Selain itu
sebaiknya kebersihan kandang dan sanitasi tempat pakan dan minum harus
diperbaiki lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrochman A, Perdana S, Andhika S. 2008. Murottal Al Quran alternatif suara
baru. Seminar Sains dan Teknologi. Lampung (ID): Universitas Lampung.
Akoso BT. 2008. Manual untuk Paramedis Kesehatan Hewan. Yogyakarta (ID):
Tiara Wacana.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
Jakarta (ID): BPS.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Permintaan Susu Sapi Perah. Jakarta (ID):
BPS
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Susu Perusahaan Sapi Perah.
Jakarta (ID): BPS.
Budi TK. 1996. Kesehatan Ternak. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Cunningham JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. Ed ke-3. Philadelphia
(US): WB. Saunders Company.
Frandson RD. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Ed ke-4. Yogyakarta (ID).
Gadjah Mada Univerty Pr.
Goldman R, Klatz R. 2005. Anti Aging Desk Reference 2005. Hormones and
Pharmalogical Aging. Anti-Aging Therapeutics. Int J Pharma Bio Sci.
3:308-311
Hadisutanto. 2008. Studi tentang beberapa performan reproduksi pada berbagai
induk dalam formulasi masa kosong sapi perah Friesian Holstein. Padang
(ID): Universitas Andalas Pr.
Jackson PG, Cockroft PD. 2002. Clinical Examination of Farm Animals.
University of Cambridge (UK): Blackwell Science.
Kaheel A. 2011. Al Qur’an the Healing Book. Jakarta (ID): Tarbawi Pr.
Kelly WR. 1984. Veterinary Clinical Diagnosis. London (UK): Bailliere Tindall.
Kilgor R, Dalton C. 1984. Livestock Behaviour a Pratical Guide. Great Britain
(UK): Granada Publishing Ltd.
Kumar AM, Tims F, Crues DG, Mintzer MJ, Ironson G, Loewensten D, Cattan R,
Fernandez JB, Eisdorfer C, Kumar M. 1999. Music therapy increases
serum melatonin level in patient with Alzheimer’s disease [NCBI]. Miami
(US): Miami School of Medicine.
Moran J. 2005. Tropical Dairy Farming: Feeding Management for Small Holder
Dairy Farmers in the Humid Tropics. Newyork (US): Landlink Pr.
Purwanto BP, Santoso AB, Murfi A. 1995. Fisiologi Lingkungan. Institut
Pertanian Bogor (ID): Fakultas Peternakan.
Prodjodihardjo. 2002. Pengelolaan Sapi. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta
(ID): Departemen Pertanian.
11
Remolda P. 2009. Pengaruh Al Qur’an pada Manusia dalam Perspektif Fisiologi
dan Psikologi [jurnal ilmiah]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Schlatter. 2002. A novel Func-tion for 90kDa heat shock protein facilitating
nuclear export of 60S ribosomal subunit [ Biochem J]. 362: 675-684
Soetarno. 2003. Manajemen Budidaya Sapi Perah. Yogyakarta (ID): Universitas
Gadjah Mada Pr.
Suhendar GM. 2013. Pengaruh musik klasik terhadap respon fisiologis dan lama
isitirahat sapi Fries holland pada siang hari [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Utomo B, Miranti, Intan GC. 2009. Kajian termoregulasi sapi periode laktasi
dengan introduksi teknologi kualitas pakan. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Sidomulyo (ID): Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Tengah.
Wagner PE. 2001. Heat Stres on Dairy Cows. Philadelphia (US): Dairy Franklin
Country Pa.
Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Yani A, Purwanto BP. Pengaruh Iklim Mikro terhadap Respon Fisiologis Sapi
Peranakan Fries Holland dan Modifikasi Lingkungan untuk Meningkatkan
Produktivitasnya. [Media Peternakan]. Vol-2.
Young, Koopsen. 2007. Spiritualitas, Kesehatan dan Penyembuhan. Medan (ID):
Bina Media Perintis.
12
LAMPIRAN
Lampiran 1 Suhu kandang sapi perah FH (oC) tanpa murottal (R0) yang diukur
selama 15 hari pengamatan diperoleh rata-rata sebesar 31.95 oC
Lampiran 2 Suhu kandang sapi perah FH (oC) tanpa murottal (R1) yang diukur
selama 15 hari pengamatan diperoleh rata-rata sebesar 30.65 oC
13
Lampiran 3 Kelembaban kandang sapi perah FH (%) tanpa murottal (R0) yang
diukur selama 15 hari pengamatan diperoleh rata-rata sebesar 47.43%
Lampiran 4 Kelembaban kandang sapi perah FH (%) tanpa murottal (R0) yang
diukur selama 15 hari pengamatan diperoleh rata-rata sebesar 54.73%
14
Lampiran 5 Indeks suhu dan kelembaban relatif untuk sapi perah
Sumber: Wierama 1990
Lampiran 6 Analisis data suhu rektal, denyut jantung dan laju respirasi yang dihitung
menggunakan Minitab
Suhu Rektal
Results for: Worksheet 2
Two-Sample T-Test and CI: Tanpa murottal, Murottal
Two-sample T for Tanpa murottal vs Murottal
Tanpa murottal
Murottal
N
15
15
Mean
38.507
38.251
StDev
0.180
0.142
SE Mean
0.047
0.037
Difference = mu (Tanpa murottal) - mu (Murottal)
Estimate for difference: 0.2561
95% CI for difference: (0.1343, 0.3779)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 4.32
= 26
P-Value = 0.000
DF
15
Denyut Jantung
————— 5/21/2016 10:35:47 AM ———————————————
—————
Two-Sample T-Test and CI: Tanpa murottal, Murottal
Two-sample T for Tanpa murottal vs Murottal
Tanpa murottal
Murottal
N
15
15
Mean
73.49
70.24
StDev
5.31
1.72
SE Mean
1.4
0.44
Difference = mu (Tanpa murottal) - mu (Murottal)
Estimate for difference: 3.26
95% CI for difference: (0.20, 6.31)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2.26
= 16
P-Value = 0.038
DF
Respirasi
Results for: Worksheet 3
Two-Sample T-Test and CI: tanpa murottal, murottal
Two-sample T for tanpa murottal vs murottal
tanpa murottal
murottal
N
15
15
Mean
54.63
49.45
StDev
6.77
2.36
SE Mean
1.7
0.61
Difference = mu (tanpa murottal) - mu (murottal)
Estimate for difference: 5.18
95% CI for difference: (1.28, 9.09)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2.80
= 17
P-Value = 0.012
DF
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 Januari 1993 dan merupakan
putri pertama dari 1 bersaudara pasangan Almarhum Bapak Aryo Wasis dan Ibu
Lilis Sulistiya. Penulis lulus dari SMAN 36 Jakarta pada tahun 2011 dan pada
tahun yang sama diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri)
Undangan.
Selama perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa
Produksi Ternak. Penulis pernah menjadi Ambassador Fakultas Peternakan.
Penulis menaruh minat yang tinggi dengan kegiatan entrepreneurship yang
diselenggararakan oleh IPB sehingga penulis pernah bergabung dengan komunitas
HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) IPB.
Download