vii ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS DI

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS
DI BPM BIDAN CUCU HUDAMI, AM. Keb
KABUPATEN CIAMIS1
Mey Nurhasanah2Dini Ariani3Metty Nurherliyany4
INTISARI
Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi, bahkan
mencapai urutan pertama di ASEAN. Penyebab kematian Bayi Baru Lahir (BBL)
yang terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada neonatus,
trauma lahir, kelainan kongenital hyperbilirubin. Bayi baru lahir memerlukan
asuhan yang segera yang cepat, tepat, aman dan bersih. Asuhan tersebut
diantaranya pencegahan asfiksia, menjaga suhu tubuh bayi, terutama pada bayi
dengan berat badan lahir rendah, pemberian air susu ibu (ASI) dalam rangka
menurunkan angka kematian oleh karena diare. Pencegahan terhadap infeksi,
pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas
pokok bagi pemantauan kesehatan bayi dan anak.
Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman
nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis
dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir fisioligis ini dilakukan selama 1 hari di BPM Bidan
Cucu Hudami, AM. Keb dan selama 5 hari di rumah pasien (Cirinu rt/rw 02/02
Sukajadi – Sadananya – Ciamis).
Dari hasil penyusnan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan
pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
fisiologis. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami, AM. Keb Kabupaten Ciamis
dilaksanakan dengan baik.
Kata Kunci
Kepustakaan
Halaman
: Bayi Baru Lahir Fisiologis
: 21 buku (2006-2014), 2 Jurnal, 5 Sumber Internet
: i-xii, 62 halaman, 6 lampiran
1
Judul Penulisan Ilmiah 2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah
indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan
masyarakat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan
pencegahan
gangguan
kesehatan
yang
memerlukan
pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu seseorang, dengan
bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat
keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi
kesehatan pribadinya dan orang lain(Prawirohardjo S, 2010).
Hampir semua Negara di dunia, kesehatan bayi baru lahir (bayi
berumur 1 sampai 28 hari) cenderung kurang mendapat perhatian
dibandingkan dengan umur-umur yang lain, padahal data yang disampaikan
WHO (World Health Organization) mengenai angka kematian bayi baru lahir
di dunia sangat memprihatinkan, data yang kemudian dikenal dengan
“fenomena 2/3” menyatakan bahwa 2/3 kematian bayi berumur 0-1 tahun
terjadi pada bayi baru lahir. Lalu 2/3 kematian bayi baru lahir terjadi pada
masa bayi baru lahir awal atau bayi berumur 1 hari sampai 1 minggu, dan
2/3 kematian pada masa bayi baru lahir terjadi pada hari pertama
(Windjoksastro, 2006). Secara global setiap tahunnya 120 juta bayi lahir, dari
jumlah tersebut 4 juta (33 per 1000) lainnya meninggal dalam usia 30 hari
(neonatal lanjut) (WHO, 2012).
Millenium Development Goals (MDGs) merupakan upaya untuk
memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama
masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia. Salah
satu tujuan MDGs adalah mengurangi kematian anak dengan target
menurunkan angka kematian anak dibawah lima tahun (balita) sebesar 23
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Indikator angka kematian balita
yang sangat penting adalah Angka Kematian Bayi (AKB), karena bayi lebih
1
2
rentan terhadap penyakit dan kondisi tubuh yang tidak sehat. Selain itu AKB
merupakan indikator penting dalam pembangunan sektor kesehatan
sehingga dapat menggambarkan keadaan derajat kesehatan di suatu
masyarakat. Kegunaan lain dari AKB adalah memantau dan mengevaluasi
keberhasilan program di bidang kesehatan serta pengukur situasi demografi
dan sebagai masukan dalam penghitungan proyeksi penduduk (Bappenas,
2007).
Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tergolong tinggi,
bahkan mencapai urutan pertama di ASEAN. Berdasarkan survei demografi
dan Kesehatan Indonesia, Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia 350 per
100.000 sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia walaupun
masih jauh dalam angka target Mellinium Development Goals (MDGs) yaitu
AKB tahun 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup tetapi tercatat
mengalami penurunan yaitu sebesar 34/1000 kelahiran hidup (SDKI 2007)
dan terakhir menjadi 32/1000 kelahiran hidup (DepKes, 2012).
Menurut Bina Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat AKI pada tahun 2013 sebanyak 312/100.000 kelahiran hidup, dan AKB
40/1000 kelahiran hidup. Menurut Kabid Bina Pelayanan Kesehatan Provinsi
Jawa Barat dr. Niken Budiarti, MM, AK mengatakan di Jawa Barat jumlah
AKB mencapai 40,87/1000 kelahiran hidup (Hebdriyana, 2013).
Angka kematian bayi di Kabupaten Ciamis pada tahun 2013 sebanyak
180 per 1000 kelahiran hidup (18%) sedangkan pada tahun 2014 sebanyak
183 per 1000 kelahiran hidup (18,3%)(Dinkes Kabupaten Ciamis, 2014).
Beberapa penyebab kematian Bayi Baru Lahir (BBL) yang terbanyak
disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada neonatus, trauma
lahir, kelainan kongenital hyperbilirubin. Bayi baru lahir disebut juga
neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja
mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri
dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine(Dewi 2011).
Berbagai upaya terus diusahakan dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu. Salah satunya adalah mengimplementasikan program Safe
Motherhood. Safe motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar
seluruh perempuan menerima perawatan yang mereka butuhkan selama
hamil dan bersalin. Program itu terdiri dari empat pilar yaitu keluarga
3
berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman dan pelayanan
obstetri esensial. Dengan adanya upaya safe motherhood ini diharapkan ibu
melakukan perawatan selama kehamilan, persalinan dan perawatan bayi
baru lahir yang benar yang bisa menurunkan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi.
Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi psikologik mulai terjadi pada
tubuh bayi baru lahir, karena perubahan drastis ini, bayi memerlukan
pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat suatu transisi
yang baik terhadap kehidupannya diluar uterus. Bayi baru lahir juga
membutuhkan perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan menjalani
masa transisi dengan berhasil. Tujuan asuhan kebidanan yang lebih luas
selama masa ini, adalah memberikan perawatan komprehensif kepada bayi
baru lahir pada saat ia dalam ruang rawat, untuk mengajarkan orang tua
bagaimana merawat bayi mereka, dan untuk memberi motivasi terhadap
upaya pasangan menjadi orang tua, sehingga orang tua percaya diri dan
mantap (Patricia W. Ledwig 2006).
Jumlah bayi baru lahir di BPM Bidan Cucu Hudami, AM. Keb dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.1 JumlahBayiBaruLahir
Tahun
Jumlah Bayi Baru Lahir
2013
17 bayi
2014
74 bayi
2015
48 bayi
sumber : (Bidan Cucu Hudami, AM.Keb) 2015.
Pada tahun 2013 jumlah bayi baru lahir sebanyak 17 orang,
mengalami kenaikan pada tahun 2014 jumlah bayi baru lahir sebanyak 74
orang dan mengalami penurunan pada tahun 2015 jumlah bayi baru lahir
sebanyak 48 orang. Tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 tidak ada Bayi
Baru Lahir yang meninggal(BPM Bidan Cucu Hudami, AM. Keb, 2015).
Bayi baru lahir memerlukan asuhan yang segera yang cepat, tepat,
aman dan bersih. Hal tersebut merupakan bagian esensial bayi baru lahir.
Sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi sehubungan
dengan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan
persalinan baru dikatakan berhasil jikalau ibu dan bayinya dalam kondisi
4
yang optimal, sehingga selain ibunya bayi yang dilahirkan juga harus dalam
keadaan sehat (Nasriah, 2014).
Pada umumnya kelahiran bayi normal oleh bidan yang di beri
tanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada persalinan
normal. Oleh karena itu, kelainan pada bayi dapat terjadi beberapa saat
sesudah selesainya persalinan yang dianggap normal, maka seorang bidan
harus mengetahui dengan segera mengetahui timbulnya perubahanperubahan pada bayi dan bila perlu memberikan pertolongan pertama
seperti menghentikan perdarahan, membersihkan jalan nafas, memberikan
oksigen dan melakukan pernafasan buatan sampai bayi tersebut mendapat
perawatan yang memiliki perlengkapan yang lengkap serta perawatan yang
baik, sampai pengawasan dan pengobatan yang dilakukan sebaik-baiknya
(Eviyulianti, 2015)
Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan.
Melalui pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu, berbagai bentuk
upaya pencegahan dan penanggulangan dini, terdapat faktor-faktor yang
menyebabkan kematian prenatal yang meliputi perdarahan, hipotermia,
infeksi, kelainan preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia (Prawirohardjo,
2006).
Ditinjau dari perkembangan dan pertumbuhan bayi periode neonatal
merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia, menjaga suhu
tubuh bayi, terutama pada bayi dengan berat badan lahir rendah, pemberian
air susu ibu (ASI) dalam rangka menurunkan angka kematian oleh karena
diare. Pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan
stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi pemantauan kesehatan
bayi dan anak.
Salah satu Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Fisiolgis yang
berkualitas adalah Pemberian ASI Eksklusif dari mulai bayi lahir dengan cara
inisiasi menyusui dini sampai dengan memberi bayi ASI sampai berusia 2
tahun, sebagaimana menurut agama islam yang diterangkan dalam ayat AlQur’an surat Al-Baqarah ayat 233:
5
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”.
Ayat diatas menjelaskan bahwa ASI eksklusif adalah pemberian ASI
(air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan
tidak diberi makanan lain walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6
bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan
tetap diberi ASI sampai bayi berumur dua tahun.
Menurut (Sri & Ardini, 2010) upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kekebalan tubuh neonatal, yaitu dengan sesegera mungkin
memberi kolostrum yang ada dalam Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi lahir.
Kolostrum adalah cairan kental berwarna kekuning-kuningan yang pertama
kali disekresi oleh kelenjar payudara dan merupakan sel darah putih dan
antibodi yang mengandung imunoglobin A (IgA) yang membantu melapisi
usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi.
Edmond, dkk (2006), melakukan penelitian terhadap 10.947 bayi yang
lahir antara bulan Juli 2003 dan Juni 2004 di Ghana. Hasil penelitian
menunjukan bahwa; 1) jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam
pertama dengan dibiarkan kontak kulit bayi ke kulit ibu, maka 22 % nyawa
bayi berumur kurang dari 28 hari bisa diselamatkan; 2) jika bayi mulai
menyusu pertamanya berusia dua sampai dua puluh empat jam, hanya 16 %
nyawa bayi berumur kurang dari 28 hari yang dapat diselamatkan.
Berdasarkan penelitian ( Ruri Yuni Astari & Aniyati Lisnawati)
menunjukan bahwa rata-rata suhu bayi baru lahir pada kelompok intervensi
adalah sebesar 36,47˚C. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Dr.
Niels Bergman (2005) dalam buku Roesli (2008), kulit dada ibu yang
melahirkan satu derajat lebih panas dari ibu yang melahirkan. Jika bayi
kedinginan, suhu kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk menghangatkan
bayi. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama merangkak
mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan
(Hypotermia).
Pelayanan kesehatan neonatal dimulai pada saat bayi lahir, sebagai
bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini kesakitan dan kematian
bayi, maka penulis tertarik untuk memberikan “ Asuhan Kebidanan Pada
6
Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami AM.Keb kabupaten
Ciamis tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, adapun
rumusan masalahnya adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan secara
komprehensif Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami
AM.Keb Kabupaten Ciamis?”
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Kebidanan secara komprehensif pada Bayi
Baru Lahir Fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami AM.Keb Kabupaten
Ciamis dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
2.
Tujuan Khusus
a.
Dapat melakukan pengumpulan data pada bayi baru lahir fisiologis
di BPM Bidan Cucu Hudami AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016.
b.
Tersusunnya interprestasi data dasar pada bayi baru lahir dengan
fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami AM.Keb Kabupaten Ciamis
tahun 2016.
c.
Dapat menentukan diagnosa potensial pada bayi baru lahir fisiologis
di BPM Bidan Cucu Hudami AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016.
d.
Ditetapkannya Kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi,
kolaborasi pada bayi baru lahir dengan fisiologis di BPM Bidan
Cucu Hudami AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016.
e.
Tersusunnya perencanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan fisiologis di BPM Bidan Cucu Hudami AM.Keb Kabupaten
Ciamis tahun 2016.
f.
Terlaksananya asuhan secara tepat dan rasional berdasarkan
perencanaan yang dibuat pada bayi baru lahir dengan fisiologis di
BPM Bidan Cucu Hudami AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016.
g.
Diketahuinya hasil atau evaluasi asuhan kebidanan yang telah
diberikan pada bayi baru lahir dengan fisiologis di BPM Bidan Cucu
Hudami AM.Keb Kabupaten Ciamis tahun 2016.
7
D. Manfaat
1.
Manfaat teoritis
Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi
perkembangan ilmu kebidanan dan dapat dijadikan referensi bagi ilmu
kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan secara
komperhensif pada bayi baru lahir dengan fisiologis.
2.
Manfaat praktis
a.
Bagi Penulis Lain
Diharapkan dapat mengaplikasikan seluruh ilmu pengetahuan
yang telah di dapat selama perkulihan dilapangan praktek mengenai
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis.
b.
Bagi STIKes Muhammadiyah Ciamis
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kepustakaan dan
referensi yang dapat dijadikan studi banding bagi studi kasus
selanjutnya
mengenai
pendokumentasian
kebidanan
secara
komperhensif pada bayi baru lahir.
c.
Bagi LahanPraktik
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan perawatan pada
bayi baru lahir secara kompeten.
d.
Bagi Pasien
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang
perawatan bayi baru lahir secara baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori
1.
Bayi Baru Lahir
a.
Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu
sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram,
nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah & Yulianti, 2010).
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran
dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauterine. Beralih dari ketergantungan mutlak pada
ibu menuju kemandirian fisiologis (Rukiyah & Yulianti, 2010).
b.
Tanda-tanda Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa
tanda antara lain: appearance colour (warna kulit), seluruh tubuh
kemerah-merahan, pulse (heart rate) atau frekuensi jantung
>100x/menit, gremace (reaksi terhadap rangsangan), menangis
atau batuk/bersin, activity (tonus otot), gerak aktif, respiration
(usaha nafas), bayi menangis kuat. Kehangatan tidak terlalu panas
(lebih dari 38°c) atau terlalu dingin (kurang dari 36°c).
Pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk
berlebihan, tidak muntah. Tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali
pusat seperti, tali pusat merah, bengkak keluar cairan, bau busuk,
berdarah, dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, hijau tua
tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil, tangisan
kuat, tidak terdapat tanda: lemas, terlalu mengantuk, lunglai,
kejang-kejang halus tidak bisa tenang, menangis terus-menerus
(Rukiyah & Yulianti, 2010).
8
9
Tabel 2.1 Tanda APGAR
Tanda
0
1
2
Appearance
pucat
Color
(warna
kulit)
Badan merah, Seluruh tubuh
ekstremitas
kemerahan
biru
Pulse
(heart Tidak ada
rate)
atau
frekuensi
jantung
<100x/menit
Grimace
(reaksi
terhadap
rangsangan)
Sedikit gerakan Menangis,
mimic
batuk/bersin
Activity
otot)
Tidak ada
(tonus Lumpuh
Respiration
(usaha nafas)
Tidak ada
>100x/menit
Ekstremitas
fleksi sedikit
Gerakan aktif
Lemah/tidak
teratur
Menangis kuat
Sumber: (Rukiyah & Yulianti, 2010)
2.
Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
a.
Lahir aterm antara 37-42 minggu.
b.
Berat badan 2.500-4.000 gram.
c.
Panjang badan 48-52 cm.
d.
Lingkar dada 30-38 cm.
e.
Lingkar kepala 33-35 cm.
f.
Lingkar lengan 11-12 cm.
g.
Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit.
h.
Pernafasan 40-60x/menit.
i.
Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang
cukup.
j.
Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna.
k.
Kuku agak panjang dan lemas.
l.
Nilai APGAR >7.
m. Gerak aktif.
n.
Bayi lahir langsung menangis kuat.
10
o.
Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
p.
Refleks sucking dan swallowing (isap, dan menelan) sudah
terbentuk dengan baik.
q.
Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk
dengan baik.
r.
Refleks graps (menggenggam) sudah baik.
s.
Genetalia
1)
Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada
pada skrotum dan penis yang berlubang.
2)
Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan
uretra yang berlubang, serta adanya labia mayor dan minor.
t.
Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24
jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Maryanti, 2011).
3.
Dasar Asuhan Bayi Baru Lahir
Asuhan bayi baru lahir memberikan asuhan aman, dan bersih
segera setelah bayi baru lahir merupakan bagian essensial dari asuhan
bayi baru lahir.
a.
Penilaian
Segera setelah lahir, letakan bayi diatas kain yang bersih
dan kering yang sudah disiapkan diatas perut ibu. Apabila tali pusat
pendek, maka letakkan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan
bahwa tempat tersebut dalam keadaan bersih dan kering. Segera
lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir.
1)
Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan?
2)
Apakah bayi bergerak aktif?
3)
Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah
ada sianosis? (Indriyani, 2013).
b.
Penanganan
Penanganan utama untuk bayi baru lahir normal adalah
melakukan
penilaian,
menjaga
bayi
agar
tetap
hangat,
membersihakan saluran nafas (jika perlu), mengeringkan tubuh bayi
(kecuali telapak tangan), memantau tanda bahaya, memotong tali
pusat, melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), memberikan suntik
11
vitamin K1, memberikan salep mata antibiotik pada kedua mata,
melakukan pemeriksaan fisik, memberikan imunisasi Hepatitis B
(Sujianti, 2011).
c.
Mekanisme Kehilangan Panas
Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui:
1)
Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada tubuh bayi
sendiri karena setelah lahir tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.
2)
Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dan
permukaan yang dingin.
3)
Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin
(misalnya kipas angin, hembusan udara atau pendingin
ruangan).
4)
Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan di dekat benda-benda
yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi
walaupun tidak bersentuhan secara langsung (Rukiyah &
Yulianti, 2010).
d.
Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme pengaturan temperatur bayi baru lahir belum
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak dilakukan pencegahan
kehilangan panas maka bayi akan mengalami hipotermia. Bayi
dengan hipotermia sangat beresiko mengalami kesakitan berat atau
bahkan kematian. Hipotermia sangat mudah terjadi pada bayi yang
tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun berada dalam ruangan yang sangat hangat.
e.
Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanan awal yang
harus dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat
rentan terhadap infeksi. Pada saat bayi baru lahir, pastikan
penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi. Tindakan
pencegaha infeksi pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut ini:
1)
Mencuci tangan secara seksama sebelum dan sesudah
melakukan kontak dengan bayi.
12
2)
Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan.
3)
Memastikan sarung tangan peralatan, termasuk klem gunting,
dan benang tali pusat telah di desinfeksi tingkat tinggi atau
steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang
bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola karet
penghisap untuk lebih dari satu bayi.
4)
Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain
yang digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
5)
Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer,
stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan
dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci
setiap kali digunkan).
6)
Meganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudara
dengan mandi setiap hari (puting susu tidak boleh disabun).
7)
Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir
dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari.
8)
Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan
memastikan orang-orang yang memegang bayi sudah cuci
tangan sebelumnya (Muslihatun, 2010).
f.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi
pada bayi baru lahir adalah:
1)
Pecegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara menjaga tali pusat yang
berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena
air kencing, kotoran bayi atau tanah. Popok bayi diletakan di
sebelah bawah tali pusat.
Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air
bersih yang mengalir dan sabun, segera dikeringkan dengan
kain kassa kering dan dibungkus dengan kassa tipis yang steril
dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan,
abu dapur dan sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan
menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan
kematian neonatal.
13
Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus di waspadai,
antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan ada
pus/nanah
dan
berbau
melaporkan
ke
dokter
busuk.
jika
Mengawasi dan
pada
tali
pusat
segera
ditemukan
pendarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau
berbau busuk.
2)
Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadi
infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain
adalah meletakan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit
langsung ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadinya
kolonisasi mikroorganisme yang ada dikulit dan saluran
pencernaan bayi dengan saluran mikroorganisme ibu yang
cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya zat anti body bayi
yang sudah terbentuk dan terkadang dalam air susu ibu.
3)
Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah
merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih
dahulu, membersihkan kedua mata bayi segera setelah bayi
lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang
telah dibersihan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah
lahir, berikan salep atau/obat tetes mata untuk mencegah
oftalmia neonatorum. Biarkan obat tetap pada mata bayi dan
obat yang ada disekitar mata jangan dibersihkan (Rukiyah &
Yulianti, 2010).
4)
Pemberian imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi.
Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B. Jadwal
pertama, imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali pemberian, yaitu
usia 0 hari (segera setelah lahir menggunaan uniject), 1 bulan
dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi hepatitis B sebanyak 4
kali pemberian, yaitu pada 0 hari (segera setelah lahir) dan
14
imunisasi hepatitis B pada 2, 3 dan 4 bulan usia bayi (Indriyani,
2013).
g.
Injeksi Vitamin K1
Vitamin K berguna mencegah perdarahan di otak bayi pasca
proses kelahiran. Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak,
merupakan suatu naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan
aktivasi beberapa protein yang berperan dalam pembekuan darah.
Jenis
vitamin
K
yang
digunakan
adalah
Vitamin
K1
(phytomenadione) injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg
vitamin K1 per 1 ml.Cara pemberian vitamin K1 adalah:
1) Masukan vitamin K kedalam tabung suntik sekali pakai steril 1
ml, kemudian disuntikan secara intramuskular di paha kiri bayi
dibagian anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan
paling lambat 2 jam setelah lahir.
2) Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi
hepatitis B0 (uninject) dengan selang waktu 1-2 jam (DepKes,
2012).
h.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Untuk mempererat ikatan batin antara ibu dan anak, setelah
dilahirkan sebaiknya bayi diletakkan di dada ibunya sebelum bayi itu
dibersihkan. Sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan efek
psikologi yang dalam diantaranya ibu dan anak. Penelitian
membuktikan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan memang baik
bagi bayi. Naluri bayi akan membimbingnya saat baru lahir.
Percayakah anda, satu jam pertama saat bayi dilahirkan, insting
bayi membawanya untuk mencari puting sang bunda. Perilaku bayi
tersebut sering disebut dengan istilah Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Pada jam pertama si bayi menemukan payudara ibu, ini adalah
awal hubungan menyusui yang berkelanjutan dalam kehidupan
antara ibu dan bayi menyusu. Setelah IMD dilanjutkan pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan hingga dua tahun.
Berdasarkan penelitian, jika bayi yang baru lahir dipisahkan
dengan ibunya, maka hormone stress akan meningkat 50%.
Otomatis hal itu akan menyebabkan kekebalan atau daya tahan
15
bayi menurun. Jika dilakukan kontak antara kulit ibu dan bayi, maka
hormone stress akan kembali turun sehingga bayi lebih tenang,
tidak stres pernafasan dan detak jantungnya lebih stabil. Sentuhan,
hisapan, dan jilatan bayi pada puting ibu selama proses IMD akan
merangsang
keluarnya
oksitosin
berkontraksi sehingga membantu
yang
meyebabkan
pengeluaran
plasenta
rahim
dan
mengurangi perdarahan pada ibu. Sentuhan bayi juga merangsang
hormone lain yag membuat ibu menjadi tenang, rileks dan mencintai
bayi, serta merangsang pegaliran ASI dari payudara. Secara
alamiah, proses inisiasi menyusu dini akan mengurangi rasa sakit
pada ibu. Selain itu, bayi juga dilatih motoriknya pada saat proses
tersebut (Rukiyah & Yulianti, 2010).
4.
Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai, di
deteksi lebih dini untuk segera dilakukan penanganan agar tidak
mengancam nyawa bayi. Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir
tersebut, antara lain pernafasan sulit atau lebih dari 60x/menit, retraksi
dinding dada saat inspirasi. Suhu terlalu panas atau lebih dari 38°c atau
terlalu dingin suhu kurang dari 36°c.
Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar atau
sangat kuning (terutama pada 24 jam pertama) juga merupakan tanda
bahaya bagi bayi baru lahir. Tanda bahaya pada bayi baru lahir yang
lain yaitu pemberian ASI sulit (hisapan lemah, mengantuk berlebihan,
banyak muntah), tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,
berdarah, serta adanya infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh
meningkat, pernafasan sulit.
Gangguan pada gastrointestinal bayi juga merupakan tanda
bahaya, antara lain mekonium tidak keluar setelah 3 hari pertama
kelahiran, urine tidak keluar dalam 24 jam pertama, muntah terusmenerus,
distensi abdomen, feses
hijau/berlendir/berdarah. Bayi
menggigil atau menangis tidak seperti biasa, lemas, mengantuk, lunglai,
kejang-kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus, mata
bengkak dan mengeluarkan cairan juga termasuk dalam tanda-tanda
bahaya pada bayi baru lahir (Muslihatun, 2010).
16
5.
Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 Hari
a.
Minum Bayi
Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir
(dalam waktu 30 menit) atau dalam 3 jam setelah masuk rumah
sakit, kecuali apabila pemberian minum harus ditunda karena
masalah tertentu. Bila bayi dirawat dirumah sakit, upayakan ibu
mendampingi dan tetap memberikan ASI.
b.
ASI Eksklusif
Anjurkan ibu untuk memberikan ASI dini (dalam 30 menit-1 jam
setelah lahir) dan eksklusif. ASI eksklusif mengandung zat gizi yang
diperlukan untuk tumbuh kembang bayi, mudah dicerna dan efisien,
mencegah berbagai penyakit infeksi. Berikan ASI sedini mungkin.
Jika ASI belum keluar, bayi tidak usah diberi apa-apa, biarkan bayi
mengisap payudara ibu sebagai stimulasi keluarnya ASI. Cadangan
nutrisi dalam tubuh bayi cukup bulan dapat sampai selama 4 hari
pasca persalinan.Prosedur pemberian ASI adalah sebagai berikut:
1)
Menganjurkan ibu untuk menyusui tanpa dijadwal siang malam
(minimal 8 kali dalam 24 jam), setiap bayi menginginkan.
2)
Bila bayi melepaskan isapan dari satu payudara, berikan
payudara lain.
3)
Tidak memaksakan bayi menyusu bila belum mau, tidak
melepaskan isapan sebelum bayi selesai menyusu, tidak
memberikan minuman lain selain ASI, tidak menggunakan dot
atau kempeng.
4)
Menganjurkan ibu hanya memberikan ASI saja pada 4-6 bulan
pertama.
5)
Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayi dan payudara
ibu dengan benar.
6)
Menyusui dimulai apabila bayi sudah siap, yaitu: mulut bayi
membuka lebar, tampak reflek rooting, bayi melihat sekeliling
dan bergerak.
7)
Cara memegang bayi: topang seluruh tubuh, kepala dan tubuh
lurus menghisap payudara, hidung dekat puting susu.
17
8)
Cara melekatkan: menyentuhkan puting pada bibir, tunggu
mulut bayi terbuka lebar, gerakan mulut kearah puting sehingga
bibir bawah jauh dibelakang areola.
9)
Nilai perlekatan dan refleks menghisap: dagu menyentuh
payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah melipat keluar,
areola di atas mulai bayi lebih luas dari pada dibawah mulut
bayi, bayi menghisap pelan kadang berhenti.
10) Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif, apabila
minum baik.
c.
Buang Air Besar (BAB)
Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-hari
pertama kehidupannya adalah berupa mekonium. Mekonium adalah
ekskresi gestrointestinal bayi baru lahir yang diakumulasi dalam
usus sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu.
Warna mekonium adalah hijau kehitam-hitaman, lembut, terdiri atas:
mukus sel epitel, cairan amnion yang tertelan, asam lemak dan
pigmen empedu. Mekonium ini keluar pertama kali dalam waktu 24
jam setelah lahir. Mekonium dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah
lahir. Mekonium yang telah keluar 24 jam menandakan anus bayi
baru lahir telah berfungsi. Jika mekonium tidak keluar, bidan atau
petugas harus mengkaji kemungkinan adanya antresia ani dan
megakolon.
Warna faeces bayi berubah menjadi kuning pada saat bayi
berumur 4-5 hari. Bayi yang diberi ASI,faeces menjadi lebih lembut,
berwarna kuning terang dan tidak berbau. Bayi yang diberi susu
formula faeces cenderung berwarna pucat dan agak berbau. Warna
faeces akan berwarna kuning kecoklatan setelah bayi mendapatkan
makanan. Frekuensi BAB bayi sedikitnya satu kali dalam sehari.
Pemberian ASI cenderung membuat frekuensi BAB bayi menjadi
lebih sering. Pada hari ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila
bayi diberi ASI cukup maka bayi akan BAB 5 kali atau lebih dalam
sehari.
18
d.
Buang Air Kecil (BAK)
Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam setelah
lahir. Hal selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8 kali/hari. Pada
awalnya volume urine bayi sebanyak 20-30 ml/hari, meningkat
menjadi 100-200 ml/hari pada akhir minggu pertama. Warna urine
keruh atau merah muda dan berangsur-angsur jernih karena intake
cairan meningkat. Jika dalam 24 jam bayi tidak BAK, bidan atau
petugas kesehatan harus mengkaji jumlah intake cairan dan kondisi
uretra.
e.
Tidur
Memasuki
bulan
pertama
kehidupan,
bayi
baru
lahir
menghabiskan waktunya untuk tidur. Macam tidur bayi adalah tidur
aktif atau tidur ringan dan tidur lelap. Pada siang hari hanya 15%
waktu digunakan bayi dalam keadaan terjaga, yaitu untuk
menangis, gerakan motorik, sadar dan mengantuk. Sisa waktu yang
85% lainnya digunakan bayi untuk tidur.
f.
Kebersihan Kulit
Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan
terjadinya infeksi. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi
keutuhan
bermanfaat
kulit
harus
untuk
senantiasa
melindungi
di jaga.
kulit
bayi,
Verniks
sehingga
kaseosa
jangan
dibersihkan pada saat memandikan bayi, untuk menjaga kebersihan
kulit bayi, sehingga jangan dibersihkan pada saat memandikan bayi.
Untuk menjaga kebersihan kulit bayi, bidan atau petugas
kesehatan harus memastikan semua pakaian, handuk, selimut dan
kain yang digunakan untuk bayi selalu bersih dan kering.
Memandikan bayi terlalu awal (dalam waktu 24 jam pertama)
cenderung meningkatkan kejadian hipotermi. Untuk menghindari
terjadinya hipotermi, sebaiknya memandikan bayi setelah suhu
tubuh bayi stabil (setelah 24 jam).
g.
Perawatan Tali Pusat
Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat
merupakan tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan bisa
terjadi infeksi local. Perlu perawatan tali pusat sejak manajemen
19
aktif kala III pada saat menolong kelahiran bayi. Sisa tali pusat
harus dipertahankan dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain
bersih secara longgar. Pemakaian popok sebaiknya popok dilipat di
bawah tali pusat. Jika tali pusat terkena kotoran/faeses, maka tali
pusat harus dicuci dengan sabun dan air mengalir, kemudian
dikeringkan.
h.
Keamanan Bayi
Bayi merupakan sosok yang masih lemah dan rentan
mengalami kecelakaan. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan
atau hal-hal yang tidak di inginkan pada bayi, sebaiknya tidak
membiarkan bayi sendiri
tanpa ada yang menunggu. Tidak
membiarkan bayi sendirian dalam air atau tempat tidur, kursi atau
meja. Tidak memeberikan apapun lewat mulut selain ASI karena
bayi bisa tersedak. Membaringkan bayi pada alas yang cukup keras
pada punggung atau sisi badannya. Hati-hati menggunakan bantal
dibelakang.
6.
Tinjauan Islam Tentang Bayi Baru Lahir
Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur semua aspek
kehidupan. Tindakan pada bayi baru lahir menurut islam adalah segera
mengadzaninya ditelinga kanan dan mengiqomati pada telinga kiri
sebagai bukti kasih sayang dan menjaga kesucian agar terpelihara,
dikhawatirkan dewasanya nanti jika tidak diadzani dan diiqomati
pertumbuhan jiwanya akan terganggu dan cenderung mengikuti hawa
nafsu. Dalam Hadiskepaladan ditempat tidurnya karena dapat menutupi
muka (Muslihatun, 2010)s Rasul Abu Rafi’ berkata :
ُ
‫صلهى ه‬
ُ ‫َرأَي‬
‫ِين َولَ َد ْت ُه َفاطِ َم ُة ِبالص َهَل ِة‬
َ ‫ْن َعلِيٍّ ح‬
َ ‫َّللا‬
ِ ‫ْت َرسُو َل ه‬
ِ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم أَ هذ َن فِي أ ُذ ِن ْال َح َس ِن ب‬
Artinya“saya melihat Rasulullah SAW beradzan di telinga Hasan bin
Ali dan waktu dia dilahirkan oleh Fatimah R.A”. (H.R Abu Dawud, AtTarmidzi, hadist sahih).
Hadis diatas menjelaskan bahwa pada bayi baru lahir harus di
adzani pada telinga sebelah kanan. Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
menuliskan dalam kitabnya, Tahfatul maudud bi ahkamil maulud, bahwa
adzan pada telinga bayi dilakukan dengan alasan agar kalimat yang
20
pertama kali di dengar oleh seorang anak manusia adalah kalimat yang
membesarkan Allah SWT, juga tentang syahadatain, dimana ketika
seseorang masuk islam atau meninggal dunia, juga ditalqinkan dengan
dua kalimat syahadat.
“orang yang mendapatkan kelahiran bayi, lalu dia mengadzankan di
telinga kanan dan iqomat di telinga kiri. Tidak ada celaka oleh ummu
shibyan” (HR. Abu Ya’la Al-Mushili).
Ummu shibyan adalah sebutan untuk sejenis jin yang mengganggu
anak kecil.
Salah satu asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yang berkualitas
yang diberikan bidan diantaranya adalah pemberian ASI yang dimulai
dari melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada jam pertama bayi lahir
sampai bayi berusia 2 tahun. Air Susu Ibu (ASI) adalah sebuah cairan
tanpa tanding ciptaan Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi
dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.
Keseimbangan zat-sat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat
terbaik dan air susunya mempunyai bentuk paling baik bagi tubuh bayi
yang masih muda. Pada saat yang sama, ASI juga sangat kaya akan
sari-sari makanan yang mempercepat pertumbhan sel-sel otak dan
perkembangan sistem saraf. Makanan-makanan tiruan untuk bayi yang
di ramu menggunakan tekhnologi masa kini tidak mampu menangani
keunggulan makanan ajaib ini.
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung
berbagai zat gizi dan antibodi yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif terbukti
lebih cerdas dan tidak mudah terserang penyakit.
21
Seperti dterangkan pada Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 233:
Artinya : “para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama
dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanyya ingin menyapih (sebelum 2
tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak
ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang
patut. Bertawakalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (Qur’an Al Baqarah ayat 233).
Dalam surah Al Baqarah ayat 233 menjelaskan bahwa setiap ibu
(meskipun ia janda) berkewajiban menyusui anaknya sampai anak itu
mencapai usia dua tahun. Apabila kedua ibu bapak memandang ada
maslahatnya, maka dibolehkan jika masa susuan kurang dari masa
tersebut. Demikian pula setiap bapak berkewajiban untuk memenuhi
kebutuhan para ibu baik sandang maupun pangan sesuai dengan
kebutuhannya. Ibu laksana wadah bagi anak sedang bapak sebagai
pemilik wadah itu. Maka sudah sewajibnya bapak berkewajiban
memberi nafkah kepada orang yang dibawah tanggung jawabnya dan
memelihara serta merawat miliknya.
Alloh SWT mewajibkan kepada ibu menyusui bayinya karena air
susu ibu mempunyai pengaruh yang besar kepada anaknya. Dari hasil
penelitian para ahli medis menunjukan bahwa air susu ibu terdiri saripati
yang benar-benar murni. Air susu ibu juga merupakan makanan yang
paling baik untuk bayi dan tidak disanksikan lagi oleh para ahli gizi.
22
Disamping itu dengan fitrah kejadiannya memiliki rasa kasih sayang
yang mendalam sehingga penyusuan langsung dari ibu berhubungan
erat dengan perkembangan jiwa dan mental anak.
Dua tahun sama dengan 24 bulan yakni untuk menyusui.
Sedangkan mengandung sampai selesai menyusui 30 bulan lamanya.
Dari sanalah para sahabat yang mulia berdalil bahwa kehamilan minimal
itu adalah 6 bulan (yakni 30 bulan dikurangi 24 bulan).
Sahabat sekaligus paman Rasullulah, Ibnu Abbas yang pernah
didoakan langsung oleh nabi pemahaman akan Al Qur’an berkata
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim,” bila seorang
wanita melahirkan setelah sembilan bulan mengandung, maka cukuplah
ia menyusui anaknya selama 21 bulan. Bila dia melahirkan setelah
mengandung tujuh bulan maka cukuplah baginya menyusui bayinya
selama 23 bulan. Dan bila dia melahirkan setelah masa mengandung
enam bulan maka hendaklah dia menyusui bayinya selama dua tahun
penuh.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1.
Pengertian manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengmbilan suatu keputusan
yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan di adaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangakan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery,
edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan
kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis
dan siklik (Seopardan, 2007).
23
2.
Langkah dalam manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan
yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan
evaluasi. Setiap langkah dalam manajemen kebidanan akan dijabarkan,
sebagai berikut:
a.
Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien.Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
1)
Anamnesis
Anamnesis
dilakukan
untuk
mendapatkan
biodata,
riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas, spiritual, serta pengetahuan klien.
2)
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital, meliputi:
a)
Pemeriksaan khusus (Inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi).
b)
Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru
serta catatan sebelumnya).
b.
Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulakan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan
sehingga dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
c.
Langkah III: Identifikasi Diagnosis atau Masalah potensial dan
Antisipasi Penanganannya
Langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang
sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah
potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam
melakukan asuhan yang aman.
24
d.
Langkah IV: Menetapkan Perlunya Konsultasi
dan Kolaborasi
Segera dengan Tenaga Kesehatan Lain
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan
konsultasi
atau
penanganan
segera
bersama
anggota
tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah ke empat mencerminkan kesinambungan proses
manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya langsung
selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi
selama wanita tersebut dalam dampingan bidan. Misalnya, pada
waktu wanita tersebut dalam persalinan. Dalam kondisi tertentu,
seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerjaan
sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir.
Dalam hal ini, bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap
klien untuk menentukan kepada siapa sebaiknya konsultasi dan
kolaborasi dilakukan.
e.
Langakah V: Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis
yang telah di identifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien
tersebut. Pedoman antisispasi ini mencakup setiap hal berkaitan
dengan semua aspek asuhan kesehatan dan sudah disetujui oleh
kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien, agar bisa dilaksanaan
secara
efektif.
Semua
keputusan
yang
telah
disepakati
dikembangakan dalam asuhan menyeluruh. Asuhan ini harus
bersifat rasional dan valid yang dilaksanakan pada pengetahuan,
teori terkini (up to date), dan sesuai dengan asumsi dengan apa
yang akan dilakukan klien.
25
f.
Langkah VI: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan
Aman
Pada langkah ke enam, rencana asuhan menyeluruh
dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukan sendiri, namun
ini tetap tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya
(misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar
terlaksana).
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani
klien
yang
mengalami
komplikasi,
bidan
tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang
menyeluruh
tersebut.
Penatalakasanaan
yang
efisien
dan
berkuaitas akan berpengaruh pada waktu serta biaya.
g.
Langkah VII: Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang
aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor nama yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang
diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan
asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi pemenuhan kebutuhan
akan
bantuan:
apakah
benar-benar
terpenuhi
sebagaimana
diidentifikasikan didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut
dapat
dianggap
efektif
jika
memang
benar
efektif
dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut efektif, sedang sebagian lagi belum efktif. Mengingat
bahwa proses manajemen asuhan merupakan suatu kegiatan yang
bersinambungan, maka bidan perlu mengulang kembali setiap
asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk
mengidentifikasi mengapa rencana asuhan tidak berjalan efektif
serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut
(Seopardan, 2007).
26
3.
Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan Metode SOAP
Pendokumentasian
yang
benar
adalah
pendokumentasian
mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien,
didalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistematis dalam
meghadapi seorang pasien sesuai langkah manajemen kebidanan.
Pendokumentasian
atau
catatan
manajemen
kebidanan
dapat
diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data
subjektif, O adalah data objektif, A adalah Analysis atau assesment dan
p adalah planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas,
logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses
pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
a)
S (Data Subjektif)
Data subjektif (S) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian
data) terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data
subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya
yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini
nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. Pada
pasien yang bisu, dibagian data dibelakang huruf “S” diberi tanda
huruf “O” atau “X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa pasien
adalah penderita tuna wicara.
b)
O (Data Objektif)
Data objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data)
terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dan
pemeriksaan
fisik
pasien,
pemeriksan
laboratorium
atau
pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari
keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini.
Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosis.
27
c)
A (Assesment)
A (analysis dan interpretasi kesimpulan) dari data subjektif
dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan,
karena
keadaan
pasien
yang
setiap
saat bisa mengalami
perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif
maupun data objektif, maka proses pengkajiaan data akan menjadi
sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan
analisis data yang dinamis dalam rangka mengikuti perkembangan
pasien. Analisis yang tepat dan akurat akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada pasien, sehingga dapat diambil
keputusan atau tindakan yang tepat. Analysis atau assesment
merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah kedua, ketiga dan ke empat sehingga
mencakup hal-hal berikut ini diagnosis atau masalah kebidanan,
diagnosis atau masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis atau masalah
potensial. Kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut
kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi
dan tindakan merujuk klien.
d)
P (Planing)
Planing atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan
saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun
berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan
ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal
mungkin
dan
mempertahankan
kesejahteraannya.
Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin
dicapai
dalam
batas
waktu
tertentu.
Tindakan
yang
akan
dilaksnakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan
dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain,
antara lain dokter. Dalam planning ini juga harus mencantumkan
evaluation atau evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah
diambil untuk menilai efektivitas asuhan atau pelaksanaan tindakan.
28
4.
Keterkaitan
antara
Manajemen
Kebidanan
dan
System
Pendokumentasian SOAP
Gambar 2.1 Bagan Skema langkah-langkah proses manajemen
Alur pikir bidan
Pencatatan dari asuhan kebidanan
Proses Manajemen kebidanan
Dokumentasi kebidanan
7 Langkah Varney
5 langkah
kompetensi bidan
Pengumpulan data dasar
Data
Interprestasi data dasar
SOAP NOTES
Mengidentifikasi masalah
atau diagnosa potensial
Mengidentifikasi dan
menetapkan kebutuhan
yang memerlukan
penanganan segera
Subjektif Objektif
Assessmentatau
diagnosis
Merencanakan asuhan
yang komprehensif atau
menyeluruh
Perencanaan
Melaksanakan
perencanaan dan
pelaksanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Evaluasi
Sumber : Estiwidani., dkk(2008)
Analisa data
Penatalaksanan:
Konsul
Tes diagnostik/Lab
Rujukan
Pendidikan/
Konseling
Followup
29
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
1.
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Manajemen atau asuhan segera pada bayi baru lahir normal
adalah asuhan yang diberikan pada bayi pada jam pertama setelah
kelahiran, dilanjutkan sampai 24 jam setelah kelahiran. Asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir bertujuan untuk memberikan asuhan
yang
adekuat
dan
terstandar
pada
bayi
baru
lahir
dengan
memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan, dalam persalinan dan
keadaan bayi segera setelah dilahirkan.
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir adalah terlaksana asuhan segera atau rutin pada bayi
baru lahir termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosis,
megidentifikasi masalah dan kebutuhan bayi, mengidentifikasi diagnosis
dan masalah potensial, tindakannya segera serta merencanakan
asuhan (Muslihatun, 2010).
2.
Manajemen Asuhan Kebidanan pada Neonatus
a.
Langkah 1. Pengkajian Data
Melakukan pegkajian dengan mengumpulkan semua data
yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir.
1)
Pengkajian Segera Setelah Lahir
Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru
lahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus
yaitu dengan penilaian APGAR, meliputi apperence (warna
kulit), pulse (denyut jantung), grimace(reflek atau respon
terhadap rangsangan), activity (tonus otot) dan respiration effort
(usaha bernafas). Pengkajian sudah dimulai sejak kepala
tampak dengan diameter besar di vulva (crowing).
2)
Pengkajian Keadaan Fisik
Setelah pengkajian segera setelah lahir, untuk memastikan
bayi
dalam
keadaan
normal
atau
mengalami
penyimpangan.Data subjektif bayi baru lahir yang harus
dikumpulkan, antara lain: riwayat kesehatan bayi baru lahir
yang penting dan harus dikaji adalah:
30
a)
Faktor genetik, meliputi kelainan atau gangguan metabolik
pada keluarga dan sindroma genetik.
b)
Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung,
diabetes melitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi,
peyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus,
RH/isoimunisasi.
c)
Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya
riwayat pedarahan, preeklamsia, infeksi, perkembangan
janin
terlalu
besar/terganggu,
diabetes
gestasional,
poli/oligohidramnion.
d)
Faktor perinatal, meliputi premature/postmature, partus
lama, penggunaan obat selama persalinan, gawat janin,
suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban
bercampur meconium, amnionitis, Ketuban Pecah Dini
(KPD), perdarahan dalam persalinan, prolapses tali pusat,
ibu hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan.
3)
Data objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan antara
lain:
a)
Pemeriksaan fisik
Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah
apapun, lakukan pemerikaan fisik yang lebih lengkap.
Pemeriksaan Umum:
1) Pernafasan
Pernafasan BBL normal 30-60 kali per menit, tanpa
retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase
ekspirasi. Pada bayi kecil, mungkin terdapat retraksi
dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara
periodik selama beberapa detik masih dalam batas
normal.
2) Warna Kulit
Bayi bari lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding
bayi preterm karena kulit lebih tebal.
31
3) Denyut Jantung
Denyut jantung BBL normal antara 100-160 kali per
menit, tetapi dianggap masih normal jika diatas 160 kali
per menit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali
dalam satu hari selama beberapa hari pertama
kehidupan, terutama bila bayi mengalami distress. Jika
ragu, ulangi penghitungan denyut jantung.
4) Suhu aksiler 36,5°c sampai 37,5°c.
5) Postur dan gerakan
Postur normal BBL dalam keadaan istirahat adalah
kepalan tangan longgar, dengan lengan, panggul dan
lutut semi fleksi. Pada bayi kecil ekstremitas dalam
keadaan sedikit ekstensi. Pada bayi dengan letak
sungsang selama masa kehamilan, akan mengalami
fleksi penuh pada sandi panggul dan lutut atau sendi
lutut estensi penuh, sehingga kaki bisa dalam berbagai
posisi sesuai bayi intra uterin. Jika kaki dapat
diposisikan dalam posisi normal tanpa kesulitan maka
tidak dibutuhkan terapi. Gerakan ekstremitas bayi harus
secara spontan dan sistematis disertai gerakan sendi
penuh. Bayi normal dapat sedikit gemetar.
6) Tonus otot atau tingkat kesadaran
Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah mulai
dari diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan
jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau
sedang tidur.
7) Ekstremitas
Periksa posisi, gerakan reaksi bayi bila ekstremitas
disentuh dan pembengkakan.
8) Kulit
Warna
kulit
dan
adanya
verniks
kaseosa,
pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir atau
tanda mongol. Selama bayi dianggap normal, beberapa
kelainan kulit juga dapat dianggap normal. Kelainan ini
32
termasuk milia, biasanya terlihat pada hari pertama
atau selanjutnya. Kulit tubuh, punggung dan abdomen
yang terkelupas pada hari pertama juga masih
dianggap normal.
9) Tali pusat, normal berwarna putih kebiruan pada hari
pertama, mulai kering dan mengerut atau mengecil dan
akhirnya lepas setelah 7-10 hari.
10) Berat badan, normal 2500-4000 gram.
Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
a) Kepala:
ubun-ubun,
succedaneum,
cepal
sutura,
moulase,
haematoma
caput
hidrosefalus,
ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil.
b) Muka: terdapat pucat, oedema atau tidak pada
muka, pewarnaan pada muka bagaimana apakah
pucat, kuning atau biru.
c) Mata: keluar nanah, bengkak pada kelopak mata,
perdarahan subkonjungtiva dan kesimetrisan.
d) Telinga : kesimetrisan, letak dihubungkan dengan
mata dan kepala.
e) Hidung : kebersihan
f)
Mulut: labio atau palatoskisis, trush, sianosis,
mukosa kering atau basah.
g) Leher: pembengkakan dan benjolan
h) Klavikula dan lengan tangan: gerakan, jumlah jari.
i)
Dada: bentuk dada, puting susu, bunyi jantung dan
pernafasan.
j)
Abdomen: penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis, perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh
darah pada tali pusat, dinding perut dan adanya
benjolan, distensi, gastrokisis, omfalokel, bentuk.
k) Genetalia
Kelamin
laki-laki:
testis
berdada
dalam
skrotum,penis berlubang dan berada di ujung penis.
33
Kelamin perempuan: vagina, uretra berlubang, labia
mayor dan labia minor.
l)
Tungkai dan kaki: gerakan, bentuk dan jumlah jari.
m) Anus: berlubang atau tidak, fungsi spingter ani.
n) Punggung: spina bifida, mielomeningokel.
o) Reflek: morro, rooting, walking, graphs, sucking,
tonicneck
p) Antropometri: BB, PB, LK, LD, LILA.
Melakukan identifikasi
q) Eliminasi: BBL normal biasanya kencing lebih dari
enam kali per hari. BBL normal biasanya berak cair
enam sampai delapan kali per hari. Dicurigai diare
apabila
frekuensi meningkat,
tinja
hijau
atau
mengandung lendir atau darah. Perdarahan vagina
pada BBL dapat terjadi selama beberapa hari pada
minggu pertama kehidupan dan hal ini dianggap
normal.
b.
Langkah 2. Interpretasi Data
Melakukan
identifikasi yang
benar terhadap
diagnosis,
masalah dan kebutuhan bayi berdasarkan data yang telah
dikumpulkan pada langkah 1.
Contoh:
Diagnosis
1) Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan, dengan asfiksia
sedang.
2) Bayi kurang bulan, kecil.
3) Masa kehamilan dengan hipotermi dan gangguan pernafasan.
Masalah
1) Ibu kurang informasi.
2) Ibu menderita PEB.
c.
Langkah 3. Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosis atau potensial yang mungkin terjadi
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.
34
Contoh
Daignosis potensial
1) Hipotermi potensial terjadi gangguan pernafasan.
2) Hipoksia potensial terjadi asidosis.
3) Hipoglikemia potensial terjadi hipotermi.
Masalah potensial: potensial terjadi masalah ekonomi bagi
orang tua yang tidak mampu, karena bayi membutuhkan perawatan
intensif dan lebih lama.
d.
Langkah
4.
Identifikasi
dan
Menetapkan
Kebutuhan
yang
Memerlukan Penanganan Segara
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi,
contohnya adalah bayi tidak segera bernafas spontan dalam 30
detik, segera lakukan resusitasi.
e.
Langkah 5. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai
dengan temuan pada langkah sebelumnya.
Contoh
1) Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat.
2) Perawatan mata.
3) Memberikan identitas bayi
4) Memperlihatkan bayi pada orang tua atau keluarga.
5) Memfasilitasi kontak dini pada ibu.
6) Memberikan vitamin K.
7) Konseling.
8) Imunisasi.
f.
Langkah 6. Melaksanakan perencanaan
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara
efektif dan aman.
Contoh
1) Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat, dengan cara
memastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit
bayi dengan kulit ibu, mengganti handuk atau kain basah dan
35
bungkus bayi dengan selimut dan memastikan bayi tetap hangat
dengan memeriksa telapak kaki setelah 15 menit. Apabila
telapak kaki teraba dingin, memeriksa suhu aksila bayi.
2) Perawatan mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjutkan untuk
mencegah penyakit mata karena clamidia. Obat mata perlu
diberikan pada jam pertama setelah persalinan.
3) Memperlihatkan bayi kepada orang tuanya atau keluarga.
4) Memfasilitasi kontak dini bayi dengan ibu.
a) Berikan bayi kepada ibu sesegera mungkin. Kontak dini
antara ibu dengan bayi penting untuk mempertahankan suhu
bayi baru lahir, ikatan batin bayi terhadap ibu dan pemberian
ASI dini.
b) Dorongan ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah
siap (reflek rooting positif). Jangan paksakan bayi untuk
menyusu.
c) Bila memungkinkan, jangan pisahkan ibu dengan bayi,
bairkan bayi bersama ibu paling tidak 1 jam setelah bayi
lahir.
5) Memberikan vitamin K1
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi
vitamin K1 pada bayi baru lahir, lakukan hal-hal sebagai berikut.
a) Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi
vitamin K per-oral 1 mg/hari selama 3 hari.
b) Bayi resiko tinggi diberikan vitamin K1 parenteral dengan
dosis 0,5-1 mg IM.
6) Konseling
7) Ajarkan pada ibu atau orang tua bayi untuk:
a) Menjaga kehangatan bayi.
b) Pemberian ASI.
c) Perawatan tali pusat.
(1) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar
terkena udara dan tutupi dengan kain bersih secara
longgar.
36
(2) Lipatlah popok dibawah sisa tali pusat.
(3) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, cuci dengan
sabun dan air bersih dan kering.
8) Mengawasi tanda-tanda bahaya
Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru
lahir adalah:
a) Pernafasan, sulit atau lebih dari 60 kali per menit, terlihat
dari retraksi dinding dada pada waktu bernafas.
b) Suhu, terlalu panas >38°c (febris) atau terlalu dingin <36°c
(hipotermi).
c) Warna abnormal, kulit atau bibir biru (sianosis) atau pucat,
memar atau bayi sangat kuning (terutama pada 24 jam
pertama), biru.
d) Pemberian ASI sulit, hisapan lemah, mengantuk berlebihan,
banyak muntah.
e) Tali pusat, merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,
berdarah.
f)
Infeksi, suhu meningkat, merah, bengkak keluar cairan
(pus), bau busuk, pernafasan sulit.
g) Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak mengeluarkan
mekonium selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah terus
menerus, muntah dan perut bengkak, tinja hijau tua atau
berdarah atau berlendir.
h) Tidak berkemih dalam 24 jam.
i)
Menggigil atau suara tangis tidak biasa, lemas, mengantuk,
lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis
terus menerus.
j)
Mata bengkak dan mengeluarkan cairan.
9) Imunisasi
Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan,
berikan imunisasi BCG, anti polio oral dan hepatitis B.
g.
Langkah 7. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,
mengulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap
37
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif
(Muslihatun, 2010).
3.
Asuhan Pada Bayi Baru Lahir
Kompetensi ke-6: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi
dan komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan usia satu
bulan (Seopardan, 2007).
a. Pengetahuan dasar
1) Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus
2) Kebutuhan dasar bayi baru lahir, kebersihan jalan nafas,
perawatan
tali
pusat,
kehangatan,
nutrisi,
bonding
and
attachment.
3) Indikator pengkajian bayi baru lahir, misalnya nilai APGAR.
4) Penampilan dan perilaku bayi baru lahir.
5) Tubuh kembang yang normal pada bayi baru lahir sampai usia
satu bulan.
6) Memberikan imunisasi pada bayi.
7) Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal, seperti:
caput, molding, mongolian spot, hemangioma.
8) Komplikasi yang lazim pada bayi baru lahir normal, seperti:
hipoglikemia, hipotermi, dehidrasi, diare, infeksi dan ikterus.
9) Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi baru
lahir sampai usia satu bulan.
10) Keuntungan dan resiko imunisasi bayi.
11) Pertumbuhan dan perkembangan bayi premature.
12) Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir seperti trauma
intracranial, fraktur klavikula, kematian mendadak, hematoma.
b. Keterampilan dasar
1) Membersihkan
jalan
nafas
dan
memelihara
kelancaran
pernafasan serta merawat tali pusat.
2) Menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan.
3) Menilai segera bayi baru lahir, seperti APGAR.
4) Membersihkan badan bayi.
38
5) Melakukan pemerikaan fisik yang terfokus pada bayi baru lahir
dan skrining untuk menentukan adanya tanda-tanda kelainan
pada bayi baru lahir yang tidak memungkinkannya untuk hidup.
6) Mengatur posisi bayi pada waktu menyusui.
7) Memberikan imunisasi pada bayi.
8) Mengajarkan pada orang tua tentang tanda-tanda bahaya dan
kapan harus membawa bayi untuk meminta pertolongan medis.
9) Melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan pada bayi
baru lahir, seperti kesulitan bernafas atau asfiksia, hipotermi,
hipoglikemia.
10) Memindahkan
secara
aman
bayi baru
lahir ke
fasilitas
kegawatdaruratan, jika mungkin.
11) Mendokumentasikan temuan dan intervensi yang dilakukan.
c. Keterampilan tambahan
1) Melakukan penilaian masa gestasi.
2) Mengajarkan
pada
orang
tua
tentang
pertumbuhan
dan
perkembangan bayi yang normal dan asuhannya.
3) Membantu orang tua dan keluarga untuk memperoleh sumber
daya yang tersedia di masyarakat.
4) Memberikan dukungan kepada orang tua selama masa berduka
akibat kelahiran bayi dengan cacat bawaan, keguguran, atau
kematian bayi.
5) Memberikan dukungan kepada orang tua selama bayinya dalam
perjalanan rujukan ke fasilitas perawatan kegawatdaruratan.
6) Memberikan dukungan pada orang tua dengan kelahiran ganda.
7) Melakukan tindik pada bayi perempuan.
4. Landasan Hukum
Permenkes RI No 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
a. Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi :
1) Pelayanan Kesehatan Ibu
2) Pelayanan Kesehatan Anak
39
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
b. Pasal 11
1) Pelayanan kesehatan anak. Sebagaimana dimaksud pasal 9
huruf b diberikan pada bayi bau lahir,bayi, anak balita dan
anak pra sekolah.
2) Bidan
dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan
anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk:
a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini,
injeksi vitaminK1, perawatan bayi baru lahir.
b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
dirujuk.
c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjut dengan perujukan.
d) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak
pra sekolah.
f)
Pemberian konseling dan penyuluhan.
g) Pemberian surat keterangan kelahiran dan
h) Pemberian surat keterangan kematian.
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus
bagi bidan yang menjalankan program pemerintah mendapat
kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang
meliputi:
a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam
rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit
kronis tertentu (dilakukan dibawah supervisi dokter).
c. Penangan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang
ditetapkan.
d. Melakukan
pembinaan
peran
serta
masyarakat
dibidang
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan
penyehatan lingkungan.
40
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah
dan anak sekolah.
f.
Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian
kondom, dan penyakit lainnya.
h. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi.
i.
Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah.
Download