INTI SARI Disertasi ini berjudul Epistemologi Logika lvfatematika Menurut Wittgenstein. Permasalahan yang diajukan meliputi hakekat kebenaran logika dan matematika, hubungan logika dan matematika, hubungan matematika dan bahasa, ubungan matematika dan realita, posisi pemikiran Wittgenstein dalam filsafat matematika, dan relevansi pemikiran Wittgenstein terhadap pendidikan matematika realistik. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendeskripsikan pemikiran Wittgenstein tentang epistemologi logika matematika dan mencakup hubungan bahasa dan realitas dunia, hubungan matematika dengan bahasa, hubungan logika matematika dengan matematika, dan hakekat kebenaran logika matematika, serta relevansinya bagi pengembangan pendidikan matematika. Basil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan wacana pemikiran bam dalam kajian filsafat logika matematika, kemajuan ilmu pengetahuan, dan pengembangan pendidikan matematika di Indonesia. Obyek material penelitian adalah logika matematika dan obyek formal penelitian adalah epistemologi. Sumber primer penelitian adalah Tractatus LogicoPhilosophicus, Philosophical Investigations, dan Rermarks on Philosophy of Mathematics. Sumber sekunder meliputi tulisan-tulisan tentang Wittgenstein atau pemikirannya. Sumber pendukung adalah tulisan-tulisan tentang logika, matematika, bahasa dan epistemologi. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Analisis data dilaksanakan dengan metode deskripsi yang didalamnya terkandung unsur-unsur historis, interpretasi, analitis, hermeneutika, komparasi, deduktif, induktif, dan heuristika. Menurut Wittgenstein, matematika adalah kumpulan tata permainan bahasa dan merupakan kumpulan teknik-teknik perhitungan. Dasar matematika adalah pengetahuan bahasa, kesepakatan, dan aturan-aturan. Secara epistemologis matematika adalah buatan manusia, dan suatu kosntruksi sosial. Kebenarannya tidak mutlak dan terletak pada kesepakatan para matematikawan. Matematika merupakan metode dari logika dan sarana untuk mengungkapkan masalah dalam dunia nyata. Pengembangan matematika memerlukan jaminan dengan menggunakan aturan-aturan dalam logika, tetapi tidak dapat dikembangkan hanya dari logika. Logika matematika adalah konstruksi manusia yang dibangun melalui bahasa, kesepakatan sosial, dan penerimaannya atas aturan bahasa. Logika matematika mencerminkan hubungan timbal balik antara matematika dan logika. Matematika merupakan metode dari logika dan logika merupakan penjamin kebenaran matematika. Perkemb~.mgan pemikiran Wittgenstein dapat dibagi atas tiga periode yaitu awal dimulai pada tahun 1918 tercermin dalam Tractatus Logico Philosopicus, tengah dimulai pada tahun 1929 tercermin dalam Philosophical Remarks dan Philosophical Grammar, dan akhir dimulai pada tahun 1934 tercermin dalam Remarks on the Foundations of Mathematics. Pemikiran Witgenstein tidak membangun suatu aliran filsafat tersendiri tetapi memiliki keterkaitan dengan aliran-aliran logisisme, formalisme intiutionisme, konstruktivisme, dan konvensionalisme. Pemikiran Wittgenstein dan Pendidikan Matematika Realistik memiliki pandangan yang sama bahwa matematika adalah kegiatan manusia dan merupakan hasil konstruksi manusia. Karena matematika dapat didekati dengan bahasa yang diselaraskan dengan dengan kehidupan sehari-hari, maka pembelajaran matematika harus terkait dengan pembelajaran bahasa. Pengembangan pendidikan matematika di Indonesia hams dibangun dengan suatu landasan filsafat yang sesuai dengan sejarah dan budaya bangsa. - XV ABSTRACT The dissertation entitled "Epistemology of Logical Mathematics According to Wittgenstein" aims at revealing and describing Wittgenstein's conception of epistemology of mathematical logic which covers the relationship between language and the world's reality, the relationship between mathematics and language, the relationship between mathematical logic and mathematics, as well as the nature of truth of mathematical logic and its relevance to the development of mathematics education. The results of the research are 'expected to be beneficial to the development of new discourses on the studies in philosophy of mathematical logic, to the advancement of science, as well as to the development of mathematics education in Indonesia. The research employs mathematical logic as its material object and epistemology as its formal object. Primary sources of the research are Tractatus Logico-Philosophicus, Philosophical Investigations, and Remarks on Philosophy of Mathematics. Secondary sources of the research comprise writings on Wittgenstein and his propositions. They are supported by writings on logic, mathematics, language, and epistemology. The research is a qualitative descriptive research. Data are analyzed using descriptive method in which historical, interpretative, analytical, hermeneutic, comparative, deductive, inductive, and heuristic elements are incorporated. According to Witgeinstein, mathematics is a series of language game and techniques of calculation. The foundations of mathematics are knowledge of language, agreements, and rules. Epistemologically, mathematics is a human invention as well as a social construction. Its truth is relative, depending upon the agreement between mathematicians. Mathematics is a logical method and a means to reveal problems of the real world. The development of mathematics needs to be secured by rules of logic; yet, mathematics cannot be expanded merely by logic. Mathematical logic is a human construction built through language, social agreement, and its acceptance to rules of language. Mathematical logic reflects the reciprocal relationship between mathematics and logic. Mathematics is a logical method and logic verifies mathematical truth. The development of Wittgenstein's thought can be divided into three periods: the early period which began in 1918 represented by Tractatus Logico Philosophicus, the middle period which began in 1929 represented by Philosophical Remarks and Philosophical Grammar, and the later period which began in 1934 represented by Remarks on the Foundations of Mathematics. Wittgenstein's p.r-opositions do not yield a new stream of philosophy. They are instead related to logicism, formalism, institutionism, constructivism, and conventionalism. On the point that mathematics is a human activity as well as a product of human construction, Wittgenstein's propositions and Realistic Mathematics Education are in agreement. As mathematics ,;can be approached through language which conforms to the daily life, the learning of ,. mathematics should correspond to language learning. The development of mathematics education in Indonesia should be established upon a philosophical foundation corresponding to the history and culture of Indonesia. XVI