Kebijakan Pemberian Tambahan Penghasilan Berdasarkan Beban

advertisement
Alamsyah
Bakri
EVALUASI KEBIJAKAN PROGRAM SEKOLAH GRATIS
PROVINSI SUMATERA SELATAN DI SMPN 5 PEDAMARAN TIMUR
KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR
ALAMSYAH
BAKRI
Abstract
This study aims to: (1) to identify and describe the application of Free Schools
Program at SMPN 5 East Pedamaran Ogan Ogan Ilir. (2) to identify and describe
the effectiveness of Free Schools Program at SMPN 5 East Pedamaran Ogan Ogan
Ilir in achieving its objectives. This research method using descriptive qualitative
method. The focus of this study is the evaluation of South Sumatra government policy
on School Education Free at SMPN 5 East Pedamaran Ogan Ogan Ilir. The
technique of collecting data using interviews and observations in the field.
Determination informants pusposive research using sampling techniques. The
analysis technique used in this research is descriptive qualitative. To test the
accuracy of the data used triangulation of data collection methods. The results
showed disbursement of aid funds free school time is often too late. The impact of
delays caused by the decline in school funding to conduct free school program is not
in accordance with the target as well as the disruption of school operational funding.
Evaluation of free school program has not reached the school needs optimally,
however, the policy of free school funding is still needed by the community because of
the existence of funds is totally expected and can continue into the future. Of course,
the sustainability program grants free school should be a renewal and improvement
of the correction of kekurarangan so that obstacles in the implementation of the
program can be minimized. To that end, it is suggested the government to
immediately draw up a formulation of the appropriate budget allocation techniques.
Budget allocation technique in question is a technique that takes into account aspects
of the budget allocation for justice (equity) which contained therein how the amount
of budget allocation to the school should pay attention to the needs of the school.
Keywords: Evaluation of CIPP, Free School Program
Alamsyah
Bakri
PENDAHULUAN
Sejak tahun pelajaran 2009/2010, pelaksanaan Program Sekolah Gratis mulai
SD hingga SMA negeri maupun swasta di Provinsi Sumatera Selatan mulai
disosialisasikan. Tim turun dari satu kabupaten/kota ke kabupaten/kota lain.
Tujuannya, menjelaskan kepada para guru dan kepala sekolah tentang program ini.
Program Sekolah Gratis di Provinsi Sumatera Selatan telah diatur dalam Peraturan
Daerah (Perda) Sumatera Selatan Nomor 3 tahun 2009 tanggal 13 Maret 2009 tentang
Penyelenggaraan Program Sekolah Gratis di Provinsi Sumatera Selatan dan Peraturan
Gubernur (Pergub) Sumatera Selatan Nomor 31 tahun 2009 tanggal 14 Mei 2009
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Sekolah Gratis di Provinsi Sumatera
Selatan.
Berdasarkan dua peraturan di atas dijelaskan, sekolah gratis bertujuan
meringankan beban orangtua/wali siswa melalui pembebasan dari kewajiban
membayar biaya operasional sekolah. Yang dimaksud dengan biaya operasional
sekolah adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan kegiatan proses belajar
mengajar (KBM), yang terdiri dari biaya personal meliputi biaya kesejahteraan guru,
pegawai dan pengembangan profesi serta biaya non personal meliputi biaya
penerimaan siswa baru (PSB)/daftar ulang siswa, penunjang kegiatan KBM,
evaluasi/penilaian, perawatan/pemeliharaan ringan, daya dan jasa, pembinaan
kesiswaan dan alat tulis kantor (ATK).
Pungutan di luar yang diatur dalam Perda dan Pergub diserahkan kepada
kebijakan sekolah. Namun, harus tetap berkoordinasi dengan Diknas dan
bupati/walikota (Evie dalam http://www.indonesia.go.id, diakses tanggal 2 Februari
2015). Terkait hal itu, jelas diatur dalam Pergub Sumatera Selatan Nomor 31 tahun
2009, Bab I pasal 1 ayat (17) poin b disebutkan, salah satu yang dicover dalam
sekolah gratis adalah PSB/daftar ulang. Namun, seperti baju seragam dan beberapa
biaya lainnya belum diatur. Kalau sekolah memungut, harus berkoordinasi dulu
termasuk membicarakannya bersama dengan para orangtua siswa.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan masih tetap menjadikan
Program Sekolah Gratis sebagai fokus perhatian yang telah dimulai sejak
tahun 2009, dan program tersebut direalisasikan pada tingkatan SD,
SMP, dan SMA/SMK dengan Perda tersebut, semua program pendidikan
akan terus dievaluasi, untuk pendidikan gratis dapat dilakukan evaluasi
karena perjalanannya sudah mencapai 5 (lima) tahun.
Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk
mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan
mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif
Alamsyah
Bakri
sesuai dengan standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan
dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Dalam bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat
makro dan ada yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program
pendidikan, yaitu program yang direncanakan untuk memperbaiki bidang
pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan di tingkat kelas, khususnya untuk
mengetahui pencapaian belajar peserta didik. Pencapaian belajar ini bukan hanya
yang bersifat kognitif saja, tetapi juga mencakup semua potensi yang ada pada peserta
didik. Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran di kelas dan yang
menjadi penanggungjawabnya adalah guru untuk sekolah atau dosen untuk perguruan
tinggi (Mardapi, 2000:2).
Pendidikan menjadi tanggung jawab semua pihak, di mana tujuan
pendidikan adalah memanusiakan manusia. membentuk SDM yang berkualitas.
Namun sayang kebijakan pendidikan yang ada sampai sekarang masih jauh dari
harapan, karena kebijakan pendidikan seperti kata pakar pendidikan dari Universitas
Nasional Jakarta yaitu HAR Tilaar kebijakan pendidikan di Indonesia sesuai dengan
pameo ganti menteri ganti kebijakan. Mengingat terlalu luasnya cakupan dalam
evaluasi pendidikan maka penulis akan membatasi hanya pada evaluasi Program
Sekolah Gratis.
Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan mengalokasikan dana dari
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) melalui DPA (Daftar Program dan
Anggaran) 2013 senilai Rp 525 miliar. Dana tersebut mengakomodir lima program.
Program dimaksud mencakup Pendidikan Anak Usia Dini, Program Rencana Wajib
Belajar 9 Tahun, dan Program Pendidikan Menengah. Kemudian, Program
Pendidikan Formal dan Nonformal, terakhir program Peningkatan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (Widodo dalam http://www.sumeks.co.id, diakses tanggal 2
Februari 2015).
Untuk dana pendidikan Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2014 adalah
sebesar Rp 570 miliar atau hampir 50 persen dari total APBD Rp 1,23 triliun. Kendati
demikian, sekitar Rp 515 miliar dianggarkan untuk belanja tidak langsung atau
anggaran rutin dinas yang terdiri dari bantuan sosial pendidikan masyarakat, gaji
pendidik dan tenaga kependidikan, serta gaji PNS di dinas tersebut. Jumlah PNS di
Dinas Pendidikan Kabupaten OKI saat ini sebanyak 14677 orang, terdiri atas 13.299
guru, 1.140 pegawai tetap, serta 308 pegawai tidak tetap. Sisa dana untuk tata kelola
pendidikan dan kegiatan operasional lainnya hanya sebanyak Rp 55 miliar. Dari sisa
dana itulah, Dinas Pendidikan Kabupaten OKI akan mengalokasikan dana sharing
untuk Program Sekolah Gratis Pemerintah Provinsi Sumsel sebesar Rp 10,122 miliar.
Jumlah
tersebut
telah
disesuaikan
dengan
kemampuan
kami
(http://www.sumeks.co.id, diakses 2 Februari 2015).
Alamsyah
Bakri
Dari dana Rp 55 miliar itu, sebesar Rp 45 miliar harus dikeluarkan untuk
program peningkatan mutu sekolah, termasuk program untuk pemuda, olahraga,
bimbingan teknis, serta semua program yang terkait dengan peningkatan citra
pendidikan. Hatta menambahkan, pihaknya saat ini juga tengah menunggu instruksi
Pemerintah Provinsi Sumsel termasuk mengenai petunjuk pelaksana (juklak) dan
petunjuk teknis (juknis) terkait bentuk dan jenis bantuan dari sharing dana
pendidikan. ”Hingga saat ini, pihak Dinas Pendidikan belum mengetahui bentuk
sharing tersebut, apakah diberikan dalam bentuk dana atau barang. Namun, pastinya
kami siap mendukung Program Sekolah Gratis tersebut,” (http://www.sumeks.co.id,
diakses tanggal 2 Februari 2015).
Berdasarkan pernyataan di atas berarti bahwa konsep pendanaan sekolah
gratis yang akan diusung Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan belum dirinci secara
jelas. Namun, dari informasi yang di peroleh, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan
akan mengalokasikan dana untuk subsidi iuran komite sekolah, dan dana bantuan
buku pelajaran. Sekolah-sekolah nantinya hanya perlu melakukan penyesuaian biaya
yang dibutuhkan dengan bantuan yang diberikan.
Program Sekolah Gratis di Provinsi Sumatera Selatan, umumnya dan di
Kabupaten Ogan Komering Ilir khususnya memang sangat membantu orang tua
siswa, karena mereka tidak lagi harus membayar uang pangkal ataupun iuran
perbulan sang anak. Apalagi di saat kondisi ekonomi yang tak menentu, di mana
masih ada ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) dan daya beli masyarakat yang
rendah, Program Sekolah Gratis mendapat sambutan antusias khususnya dari
kalangan keluarga miskin. Tapi sebaliknya bagi pihak sekolah, anggaran untuk
sekolah gratis ternyata dirasakan masih kurang memadai. Akibat kondisi ini, pihak
sekolah harus mencari cara untuk memenuhi kekurangannya. Caranya tentu beragam.
Mulai dari pungutan resmi hingga pungutan tak resmi.
Salah satu penyebabnya, yakni minimnya anggaran pendidikan yang
dikucurkan pemerintah. Terdapat 3 sumber dana yang didapat oleh pihakl sekolah,
yaitu: BOS APBN (Pusat), BOS APBD I (Provinsi), dan BOS APBD II (Kabupaten).
Sumber dana yang diterima oleh pihak sekolah setiap 3 bulan dari BOS Pusat sebesar
Rp 250.000,00 persiswa, BOS Provinsi sebesar Rp 31.500,00 persiswa, dan BOS
Kabupaten sebesar Rp 13.500,00 persiswa. Setiap sekolah harus mampu mengelola
anggaran yang berasal dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pusat sebesar
Rp 1.000.000,00 persiswa pertahun, serta Bantuan Operasional Pemda (BOP) Rp
126.000,00 persiswa pertahun. Kondisi ini, tentu berbeda pada 2 tahun yang lalu,
besaran sekolah gratis yaitu Rp 720.000,00 persiswa pertahun.
Persoalan dana pendidikan untuk sekolah gratis mulai terasa, ketika kegiatan
belajar-mengajar berjalan. Di sinilah terlihat, bahwa tidak ada pendidikan yang gratis.
Kegiatan dan sarana infratruktur apapun, tentu membutuhkan biaya. Tidak dapat
Alamsyah
Bakri
dipungkiri bahwa kualitas peserta didik dan tenaga pendidik, harus ditunjang oleh
faktor dana. Meski demikian, sesuai falsafah dunia pendidikan, faktor dana bukanlah
satu-satunya penentu kegiatan belajar-mengajar.
Kebijakan Program Sekolah Gratis di Sumatera Selatan umumnya dan di
Kabupaten Ogan Komering Ilir khususnya menjadi masalah yang besar bagi SMPN 5
Pedamaran Timur. Menurut pengamatan penulis di SMPN 5 Pedamaran Timur di
Kabupaten OKI, pada 28 Desember 2014. Meski namanya gratis, ternyata untuk
masuk, orang tua siswa tetap harus membayar uang pendaftaran. Besarnya biaya
pendaftaran bervariasi antara Rp 100.000,00 hingga Rp 500.000,00. Uang tersebut
diperuntukkan untuk biaya seragam sekolah, kaos olahraga, dan sepatu serta uang
pembangunan. Sementara itu anaknya yang lain yang duduk di kelas VII untuk daftar
ulang juga membayar Rp 240.000. Oleh karenanya, para orang tua pun banyak
mengeluhkan persoalan ini. “Program Sekolah Gratis sudah diluncurkan, tapi masih
bayar? Ini bukan gratis namanya, tapi bayar,” (wawancara dengan Ida Sahrul, orang
tua siswa yang anaknya tidak lolos di salah satu sekolah SMPN 5 Pedamaran Timur
tanggal 24 Desember 2014).
Fenomena Program Sekolah Gratis sangat menarik perhatian peneliti untuk
melakukan suatu penelitian. Hal ini mengingat bahwa adanya pihak sekolah yang
berkentingan untuk menarik keuntungan, sehingga pemberlakuan sekolah gratis di
SMPN 5 Pedamaran Timur seakan-akan tidak ada bedanya dengan program sebelum
diberlakukann sekolah gratis. Orang tua masih membayar pendidikan untuk anaknya,
karena di beberapa sekolah menaikkan biaya operasional sekolah. Untuk itu, dalam
penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Program
Sekolah Gratis di SMPN 5 Pedamaran Timur Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi:
a) Bagaimana penerapan Program Sekolah Gratis di SMPN 5 Pedamaran Timur
Kabupaten Ogan Komering Ilir?
b) Apakah Program Sekolah Gratis di SMPN 5 Pedamaran Timur Kabupaten Ogan
Komering Ilir telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan?
REFERENSI
Pengertian Evaluasi
Menurut Arikunto (2005:1) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan
untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama
evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi
Alamsyah
Bakri
pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan
evaluasi yang telah dilakukan.
Hakikat Evaluasi Program
Menurut John L Herman (dalam Tayibnapis, 2000:6) program adalah segala
sesuatu yang anda lakukan dengan harapan akan mendatangkan hasil atau manfaat.
Dari pengertian ini dapat ditarik benang merah bahwa semua perbuatan manusia yang
darinya diharapkan akan memperoleh hasil dan manfaat dapat disebut program.
Menilik pengertian secara khusus ini, maka sebuah program adalah rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan secara waktu pelaksanaannya
biasanya panjang. Selain itu, sebuah program juga tidak hanya terdiri dari satu
kegiatan melainkan rangkaian kegiatan yang membentuk satu sistem yang saling
terkait satu dengan lainnya dengan melibatkan lebih dari satu orang untuk
melaksanakannya.
Tujuan Evaluasi Program
Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh mana
program tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah
ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program-program yang berjalan tidak
akan dapat dilihat efektivitasnya. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan baru
sehubungan dengan program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi
program bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi
pengambil kebijakan (decision maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan,
memperbaiki atau menghentikan sebuah program.
Evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan
data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula.
Evaluasi program sangat penting dan bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan.
Alasannya adalah dengan masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil
keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah
dilaksanakan.
Ketentuan Mengenai Program Sekolah Gratis
Ketentuan Program Sekolah Gratis dimuat berdasarkan Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan Nomor 3 Tahun 2009 dan Peraturan Gubernur Sumatera
Selatan Nomor 31 Tahun 2009. Dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009
tentang Penyelenggaraan Program Sekolah Gratis di Provinsi Sumatera Selatan
memuat hak dan kewajiban sekolah penerima Program Sekolah Gratis.
Alamsyah
Bakri
Model Evaluasi Program Sekolah Gratis
Para ahli evaluasi telah mengembangkan beberapa jenis evaluasi program.
Jenis evaluasi program tersebut sangat beragarn dan variatif, namun kesemuanya
dapaat ditsimpulkan bahwa pada akhirnya hasil dari evaluasi digunakan sebagai
kepentingan pengambilan keputusan.
Model CIPP (Context – Input – Process – Product) dikembangkan oleh
Stufflebeam, model CIPP oleh Stufflebeam 1971 (dalam Ward Mitchell Cates, 1990)
. Model CIPP (1971) melihat kepada empat dimensi yaitu dimensi Konteks, dimensi
Input, dimensi Proses dan dimensi Produk.
Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat
pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional
sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang
komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan, proses, dan
produk.
Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan
bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi
yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan
menilai kapabilitas sistem, anternatif strategi program, desain prosedur untuk strategi
implementasi, pembiayaan dan penjadwalan.
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam
praktik implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalahan prosedur
baik tatalaksana kejadian dan aktifitas. Setiap aktivitas dimonitor perubahanperubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian
penting karena berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan tindak lanjut
penyempurnaan.
Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan “judgement outcomes”
dalam hubungannya dengan konteks, input, dan proses, kemudian di interprestasikan
harga dan jasa yang diberikan (Stufflebeam and Shinkfield, 1986). Evaluasi produk
adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan
catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputuasan untuk perbaikan dan aktualisasi.
Aktivitas evaluasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai.
Pengukuran dikembangkan dan di administrasikan secara cermat dan teliti.
Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran
sesuai standar kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi
kegiatan penetapan tujuan operasional program, kriteria-kriteria pengukuran yang
telah dicapai, membandingkannya antara kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan,
dan menyusun penafsiran secara rasional.
Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan
dalam rancangan dengan hasil program yang dicapai. Hasil yang dinilai dapat berupa
Alamsyah
Bakri
skor tes, persentase, data observasi, diagram data, sosiometri dan sebagainya yang
dapat ditelusuri kaitanya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya
dilakukan analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu.
Keputusan-keputusan yang diambil dari penilaian implementasi pada setiap
tahapan evaluasi program diklasifikasikan dalam tiga katagori yaitu rendah, moderat,
dan tinggi.
Bentuk pendekatan dalam melakukan evaluasi yang sering digunakan yaitu
pendekatan eksperimental, pendekatan yang berorientasi pada tujuan, yang berfokus
pada keputusan, berorientasi pada pemakai dan pendekatan yang responsif yang
berorientasi terhadap target keberhasilan dalam evaluasi.
Jenis konsep evaluasi diantaranya ; yaitu evaluasi formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan selama program itu berjalan
untuk memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin program untuk
perbaikan program. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk
memberikan informasi konsumen tentang manfaat atau kegunaan program.
Bentuk kegiatan dalam evaluasi adalah evaluasi internal dan eksternal.
Evaluasi internal dilakukan oleh evaluator dari dalam proyek sedangkan eksternal
dilakukan evaluator dari luar institusi.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Sesuai dengan dasar penelitian pemikiran ini dan selaras akan masalah serta
tujuan penelitian yang diajukan, maka design penelitian yang diajukan dalam kajian
ini adalah penelitian kualitatif. Peneliti bermaksud mengembangkan konsep,
menghimpun fakta yang hipotesis yang dicari atau ditemukan dengan didukung atau
ditunjang oleh data dan apakah hal itu benar. Selanjutnya objek penelitian ini akan
digambarkan atau dilukiskan sesuai fenomena di lapangan.
Metode dalam peneltian ini akan lebih menekankan pada kualitatif deskriptif,
seperti yang diungkapkan oleh Moleong (2004:103) di mana salah satu ciri penelitian
kualitatif adalah deskriptif, dengan suatu proses pengumpulan dan analisis data secara
sistematis dan intensif untuk mendeskripsikan fenomena yang ada.
Sumber Data
Dalam penelitian data sangat penting peranannya. Untuk itu digunakan dua
macam bentuk data, yaitu: data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data pokok yang diperoleh langsung dari objek penelitian.
Data primer dalam penelitian ini didapat dari hasil wawancara dan observasi di
lapangan. Selain data primer, sumber data diperoleh pula dari data sekunder. Data
sekunder adalah sata pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang ada kaitannya
Alamsyah
Bakri
dengan peneltian ini, yang diperoleh melalui buku-buku yang bertajuk pendidikan,
brosur Program Sekolah Gratis, data internet (elektronik), dan sumber dari media
cetak (surat kabar).
Teknik Pengumpulan data
Dari penelitian ini teknik pengumpulan data, baik data primer maupun
Sekunder, digunakan teknik-teknik sebagai berikut :
o Wawancara atau Interview
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara dilakukan untuk memperoleh
data-data primer. Teknik ini diaplikasikan untuk menggali data dari Kepala Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Pendidikan Kabupaten Ogan Komering Ilir,
kepala SMPN 5 Pedamaran Timur Kabupaten Ogan Komering Ilir, tenaga pendidik,
tenaga kependidika, dan pengurus Komite Sekolah sebagai perwakilan dari
masyarakat mengenai Program Sekolah Gratis.
o Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap objek penelitian. Pengamatan ini dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung ketika penelitian sedang berlangsung. Observasi
yakni pengamatan kepada tingkah laku pada suatu situasi tertentu. Obervasi bisa
dalam situasi yang sebenarnya atau observasi langsung dan bisa pula dalam situasi
buatan atau observasi tidak langsung. Kedua jenis observasi ini dapat dilaksanakan
secara sistematik, yakni dengan menggunakan pedoman observasi dan bisa pula tidak
(Sudjana, 2002:114).
o Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik untuk mendapatkan data selain dengan wawancara
(data dokumen), peneliti merujuk pada teknik dokumentasi yaitu pegumpulan data
melalui bahan-bahan tertulis berupa Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur,
Program Kerja Sekolah, bahan-bahan laporan, dan arsip-arsip yang tersedia, serta
kebijakan-kebijakan yang diambil Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga SMPN 5 Pedamaran Timur Kabupaten Ogan
Komering Ilir.
Teknik Analisa Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Selanjutnya untuk menguji keakuratan data digunakan triangulasi metode
pengumpulan data, oleh karena itu analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
Alamsyah
Bakri
a. Analisis isi (content analysis). Menurut Budd (dalam Bungin, 2003:134)
menjelaskan bahwa analisis isi merupakan suatu teknik sistematik untuk
menganalisis isi pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis
isi prilaku komunikan yang terbuka dari komunikator terpilih.
b. Analsis data dari hasil wawancara, dan
c. Analisis data dari hasil observasi
Data kualitatif ditriangulasikan dengan aturan yang ada sehingga
mendapatkan gambaran yang komprehensif mengenai hasil evaluasi Program Sekolah
Gratis di SMPN 5 Pedamaran Timur Kabupaten Ogan Komering Ilir.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Model CIPP terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu
sendiri yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process dan Product. Evaluasi
konteks (context evaluation) merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan
menyediakan alasan-alasan (rationale) dalam penentuan tujuan. Karenanya upaya
yang dilakukan evaluator dalam evaluasi konteks ini adalah memberikan gambaran
dan rincian terhadap lingkungan, kebutuhan serta tujuan (goal).
Evaluasi input (input evaluation) merupakan evaluasi yang bertujuan
menyediakan informasi untuk menentukan bagaimana menggunakan sumberdaya
yang tersedia dalam mencapai tujuan program. Evaluasi proses (process evaluation)
diarahkan pada sejauh mana kegiatan yang direncanakan tersebut sudah dilaksanakan.
Ketika sebuah program telah disetujui dan dimulai, maka dibutuhkanlah evaluasi
proses dalam menyediakan umpan balik (feedback) bagi orang yang
bertanggungjawab
dalam
melaksanakan
program
tersebut
Evaluasi Produk (product evaluation) merupakan bagian terakhir dari model CIPP.
Evaluasi ini bertujuan mengukur dan menginterpretasikan capaian-capaian program.
Evaluasi produk menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada input. Dalam
proses ini, evaluasi produk menyediakan informasi apakah program itu akan
dilanjutkan, dimodifikasi kembali atau bahkan akan dihentikan.
1. Evaluasi konteks
Hasil wawancara peneliti pada informan ditemui di sekolahnya masingmasing memberikan tanggapan yang beragam pada evaluasi konteks. Evaluasi yang
dijadikan acuan peneliti yaitu seputar kebutuhan sekolah, prioritas pencapaian, dan
tujuan yang perlu dicapai.
Sehubungan dengan pelaksanaan bantuan dana PSG, sebagian besar informan
menyatakan hanya sebagian saja memenuhi kebutuhan sekolah. Dari data yang
terkumpul dana yang diperoleh pihak sekolah dari bantuan PSG dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 1. Penerimaan Dana Bantuan PSG di SMPN 5 Pedamaran Timur
Tahun Pelajaran 2014/2015
Alamsyah
Bakri
No.
Nama Sekolah
1.
SMPN 5
Pedamaran Timur
Jumlah
Siswa
(orang)
110
Triwulan
I
Triwulan
II
Triwulan
III
Triwulan
IV
3.630.000
3.630.000
3.630.000
-
Dari data di atas diketahui bahwa penerimaan dana triwulan 1 dengan triwulan
2 tidak terdapat perbedaan. Pada triwulan IV periode April – Juni belum diterima.
Dari dana yang diterima oleh pihak sekolah melalui PSG bila dibandingkan dengan
biaya yang dipungut oleh pihak sekolah sebelum diberlakukan kebijkan PSG juga
mengalami banyak kekurangan.
Menghadapi kenyataan ini pihak sekolah mengalami kekurangan dana
tersebut terpaksa melakukan pungutan tambahan, yang sebelumnya melalui
kesepakatan bersama dengan Komite Sekolah. Besarnya pungutan tambahan
bervariasi dari Rp 50.000,00 sampai dengan Rp 80.000,00.
Pemenuhan kebutuah sarana dan prasarana masih merupakan prioritas utama
yang dibutuhkan oleh pihak sekolah. Di samping pencapaian visi dan misi sekolah
juga menjadi prioritas yang harus diwujudkan. Umumnya pihak sekolah
memprioritaskan sekolah yang berkualitas, imtaq, dan imtek. Kesepakatan prioritas
pencapaian ini tampaknya menjadi kesepakatan awal bersama di seluruh wilayah
penelitian.
Untuk mengevaluasi tujuan yang paling mudah dilaksanakan yaitu
pelaksanaan proses pembelajaran. Dengan dana yang ada, semaksimal mungkin
sekolah melaksanakan proses pembelajaran. Hasil observasi peneliti pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran bahwa di kelas terjadi proses pembelajaran
antara siswa dengan guru.
Sehubungan dengan program PSG tersebut masyarakat benar-benar
mengharapkannya, sebab masyarakat mengharapkan pencapaian tujuan program
harus menyentuh kebutuhan masyarakat. Menurut informan evaluasi tujuan program
yang benar-benar sangat diinginkan masyarakat adalah sebagai berikut. Masyarakat
sangat menginginkan adanya program PSG ini diharapkan tercapainya peningkatan
kualitas pembelajaran, baik pada sisi kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
2. Evaluasi Masukan
Hasil dari evaluasi masukan terhadap pelaksanaan program PSG. Evaluasi
program adalah langkah awal untuk mengumpulkan data yang tepat agar dapat
dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Evaluasi program sangat
bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan karena dengan masukan hasil
evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut
dari program yang sedang atau telah dilaksanakan (Arikunto dan Safrudin, 2004:72).
Alamsyah
Bakri
Adapun komponen komponen evaluasi program, sebagai berikut:
1. Tujuan yang ditetapkan oleh pengambil keputusan dan diberitahukan kepada
pelaksana program.
2. Kegiatan semua aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Oleh karena
itu, kegiatan harus relevan benar dengan tujuan
3. Sarana fasilitas penunjang kegiatan
4. Person pelaksana kegiatan
5. Hasil keluaran sebagai akibat dari kegiatan,
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa evaluasi program PSG diperoleh
beberapa temuan sebagai berikut.
Pertama, strategi yang digunakan oleh program sebagian besar sudah sesuai
dengan pencapaian tujuan yang dicanangkan oleh pihak sekolah. Adapun strategi
utama dalam PSG yaitu memberikan bantuan kepada para siswa untuk mengikuti
pendidikan. Akan tetapi, biaya-biaya pendidikan yang tanggung oleh pihak
Pemerintah Daerah hanya berupa biaya operasional atau sebagai pengganti biaya
komite sekolah. Sebagian besar sekolah menyatakan program PSG tidak menjadi
penghalang dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan oleh pihak
sekolah. Tujuan tersebut misalnya melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
jadwal dan juga pihak sekolah dapat melakukan kegiatan lain berupa kegiatan
ekstrakurikuler.
Kedua, bantuan dana PSG sebagian besar informan menyatakan sudah sesuai
dan mampu membiayai sebagian besar kebutuhan sekolah. Program yang disusun
berdasarkan RAPBS sudah dilaksanakan oleh pihak sesuai dengan rencana anggaran
tersebut. Sebagai data tambahan besarnya pos dana PSG menurut ketentuan Pergub
Nomor 31/2009 adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Anggaran Belanja SMPN 5 Pedamaran Timur Tahun Pelajaran 2014/2015
No.
Item Anggaran
Besarnya Biaya (Rp)
1.
Pengembangan kompetensi lulusan
2.000.000
2.
Pengembangan standar isi
1.500.000
3.
Pengembangan standar proses
3.500.000
4.
Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan
1.000.000
5.
Pengembangan sarana dan prasaran sekolah
2.000.000
6.
Pengembangan standar pengelolaan
1.520.000
7.
Pengembangan standar pembiayaan
1.000.000
8.
Pengembangan dan implementasi sistem penilaian
2.000.000
Jumlah
14.250.000,00
Sumber: SMPN 5 Pedamaran Timur
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa besarnya anggaran sekolah
yang dimanfaatkan dari dana PSG sebesar Rp 14.250.000,00. Dari jumlah dana ini
Alamsyah
Bakri
semua pos pengeluaran telah diisi dan penyebarannya berdasarkan kebutuhan
sekolah.
Kesiapan SDM untuk melaksanakan program PSG sudah cukup baik.
Persiapan untuk melaksanakan program ini telah dilakukan oleh pihak sekolah
sebelumnya. Hal ini menurut kepala sekolah, umumnya pengelolaan dana dan
penyelenggaraan program terjadi biasa saja, yang sebelumnya tenaga yang terlibat
sudah terlatih dan sesuai dengan pemahamanan di bidangnya masing-masing.
Di antara strategi yang dijalankan sekolah untuk menyukseskan PSG, peneliti
menanyakan kembali hal ini kepada para informan. Dari jawaban informan tersebut
diperoleh jawaban yang sangat beragam, namun peneliti dapat menyimpulkan bahwa
umumnya pencapaian strategi yang telah dilakukan oleh pihak sekolah sebelum
diadakan program PSG sudah dicapai dan cocok untuk dikembangkan. Sebagian
besar informan menyatakan strategi yang telah dicapai tersebut sangat terkait dengan
pelaksanaan proses belajar mengajar. Hal ini sudah dilakukan dan dicapai oleh pihak
sekolah sesuai dengan target yang dicapai.
Untuk melaksanakan strategi yang disusun tersebut pihak sekolah tentu harus
menyusun prosedur dan jadwal pelaksanaan. Hasil penelitian diketahui bahwa
prosedur dan jadwal khusus yang digunakan untuk melaksanakan strategi di
antaranya adalah melaksanakan bimbingan Imtaq dan Imtek, mengefektifkan jadwal
pembelajaran, memberikan pelajaran tambahan.
Berdasarkan hasil evaluasi program di atas dapat ditarik suatu simpulan
bahwa pihak sekolah telah menyusun program perencanaan dalam bentuk RAPBS.
Penyusunan program tersebut kurang melibatkan guru-guru di lapangan. Pihak
sekolah telah menganalisis skala prioritas program yang harus didahulukan begitu
pula dengan prioritas sumber dayanya. Jika dikaitkan dengan dana PSG yang diterima
sekolah ada beberapa pos program yang tidak dibiayai oleh PSG. Pos anggaran ini
diambil dari sumber dana tambahan dari orang tua siswa. Besarnya biaya tembahan
cukup bervariasi antara Rp 50.000,00 sampai dengan Rp 80.000,00 perbulan per
siswa.
3. Evaluasi Proses
Dari hasl penelitian terdapat beberapa temuan bahwa evaluasi proses
penyelenggaraan bantuan dana PSG diketahui bermacam-macam. Dari beberapa
temuan peneliti tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.
Kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan program yang telah disusun
oleh pihak sekolah. Hanya ada satu sekolah swasta menjawab belum sesuai.
Pelaksana program pada tingkat sekolah sudah melakukan tugasnya sesuai dengan
jobnya masing-masing. Hal ini diperkuat oleh data observasi peneliti bahwa pihak
Alamsyah
Bakri
sekolah menertibkan surat keputusan manajemen sekolah sebagai pengelola PSG, dan
ditembuskan ke manajemen kota.
Ketetapan penggunaan fasilitas dan bahan penunjang lain telah digunakan
secara tepat oleh sebagian besar sekolah. Hanya saja ada sedikit hambatan dalam
pelaksanaan program yaitu pencairan dana PSG yang sering terlambat 2 sampai 3
bulan. Hal ini tentu saja sangat mengganggu aktivitas sekolah, terutama di dalam
membayar gaji atau honor guru/pegawai.
4. Evaluasi produk/ Hasil
Evalausi produk/hasil merupakan bagian akhir dari evaluasi pencapain
program. Hasil penelitian diperoleh beberapa temua bahwa sebagian besar tujuan
sudah tercapai dengan cukup baik. Dengan adanya bantuan dana program PSG dapat
membantu pihak sekolah dan orang tua dalam pembiayaan operasional sekolah.
Hasil wawancara dengan informan diketahui bahwa produk program PSG
belum menghasilkan hasil yang memuaskan. Program tersebut belum dapat
menampung kebutuhan-kebutuhan sekolah, terutama kebutuhan akan fasilitas belajar.
Produk PSG sebagian besar hanya bisa membiayai gaji guru honor dan pembiayaan
pembelajaran sehari-hari.
Temuan selanjutnya diketahui realisasi antara antara spesifikasi prosedur
dengan hasil nyata dari kegiatan program tampak belum menyentuh hasil yang
memuaskan. Beberapa pihak sekolah beranggapan bahwa bantuan dana PSG belum
mencukupi satu tahun, sedangkan pada saat penelitian ini dilakukan peneliti
mengevaluasi penggunaan dana dengan program pelaksanaan selama satu semester
(dua kali triwulan). Itulah sebabnya, pihak sekolah belum bisa memberikan gambaran
mengenai hasil nyata dari pencapaian program PSG ini. Hanya saja pihak
mengharapkan bantuan dana PSG hendaknya berlangsung secara kontinyu dan tepat
waktu.
Efektivitas proses penyaluran dan penerimaan bantuan PSG telah dievaluasi d
atas berdasarkan sub variabel penelitian yaitu menggunakan model CIPP yang dalam
penilaiannya berdasakran petunjuk teknis (juknis) yang diatur dalam Peraturan
Gubernur Propinsi Sumatera Selatan Nomor 31/2009. Dalam hal penggunaan dana
umumnya informan menyatakan telah berlangsung dengan baik dan hanya sebagian
kecil saja yang menilai tidak cukup baik. Pendapat ini memperllihatkan bahwa
manfaat yang baik dari program PSG, seperti dana yang digunakan cukup membantu
operasional, dan pelaksanaan pembelajaran
Pada prinsipnya, dinamika kegiatan tercermin dalam aspek manajemen kota
dan manajemen sekolah. Pihak manajemen kota ketika mengelola dan menyalurkan
dana bantuan PSG harus melakukan tahap penyeleksian, terutama sekali menyeleksi
Alamsyah
Bakri
kebenaran data jumlah siswa yang diusulkan dan selanjutnya melakukan cross check
tentang kebenaran data yang diusulkan.
Berkenaan dengan dinamika ketepatan jumlah dana yang disalurkan ke
sekolah-sekolah. Pihak manajemen kota yang di dalam hal ini diwakili oleh kepala
UPTD setempat pada umumnya dinilai relatif baik. Faktor yang menjadi penyebab
keterlambatan tersebut tidak lain karena pemeriksaan data, yang harus dilakukan
secara akurat.
Selanjutnya, dari sisi dinamika keragaan ketepatan sebaran dana, umumnya
ditemukan relatif baik, meski tidak sebaik dalam hal ketepatan waktu dan jumlah
yang diberikan kepada pihak sekolah. Ketepatan sebaran dana pada PSG ditemukan
relatif lebih baik dan cukup membantu pembiayaan kebutuhan sekolah.
Dari sisi kesesuaian mekanisme penggunaan dana yang sesuai dengan
kebutuhan sekolah, ditemukan masih menemukan kendala, sebagian sekolah masih
diperlukan penyempurnaan sebab terdapat ketidaksesuaian dalam mekanisme
penyalurannya. Jika pembahasan ini diseparasikan berdasarkan fakta bahwa program
penggunaan dana tidak sama antara satu sekolah dengan sekolah lain (lihat lampiran
penggunaan dana PSG). Perbedaan besarnya jumlah anggaran masing-masing sekolah
ini tergantung dari kebutuhan-kebutuhan masing-masing sekolah. Bagi sekolah yang
belum mempunyai fasilitas dan sarana belajar yang serba kurang tentu akan
menambahkan anggarannya untuk menutupi hal ini. Berbeda dengan sekolah yang
sudah sedikit maju dengan fasilitas dan sarana belajar yang cukup baik, tentu
penambahan dana akan dialihkan ke pos pengeluaran yang lain.
Meskipun ada berbagai kelemahan program bantuan dana sekolah gratis,
namun pada umumnya solusinya bukan menghentikan program tersebut yang ada
atau menciptakan program-program baru tapi menentukan dan melaksanakan
perbaikan besar pada program bantuan dana sekolah gratis yang ada sekarang, yaitu
meningkatkan secara signifikan manfaat bagi orang tua melalui perhatian pada halhal berikut dalam program-program yang disempurnakan.
Implementasi PSG di SMPN 5 Pedamaran Timur Kabupaten OKI terbukti
dapat meringankan biaya pendidikan yang ditanggung oleh orang tua. Selain itu, PSG
setidak-tidaknya akan mampu meningkatkan APK atau APM pendidikan khususnya
di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sebagai informasi peneliti tampilkan hasil APM
dan APK Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2010 – 2013.
Tabel APM dan APK Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2010 – 2013
Tahun
Jenjang Pendidikan
2010
2011
2012
2013
APM: SD/Sederajat
95,02
90,49
94,29
96,88
SMP/Sederajat
60,60
55,26
62,90
61,42
SMA/Sederajat
23,30
25,73
13,46
32,32
Alamsyah
Bakri
APK: SD/Sederajat
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
117,97
75,34
33,78
101,76
75,26
16,72
107,53
70,60
48,76
111,92
71,05
49,17
Berdasarkan tabel di atas APM jenjang SMP/sederajat pada tahun 2013 terjadi
penurunan 1,48. Hal ini menunjukkan bahwa program PSG belum terpengaruh
terhadap APM di masayarakat OKI.. Namun demikian, APK pada tahun 2013 untuk
semua jenjang pendidikan rata-rata naik. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat terhadap pendidikan cukup baik dan memperkuat dugaan karena adanya
program PSG sehingga masyarakat mau menyekolahkan anaknya sampai pada tingkat
SMA.
Implementasi program harus senantiasa dievaluasi untuk melihat sejauh mana
program tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah
ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program-program yang berjalan tidak
akan dapat dilihat efektivitasnya. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan baru
sehubungan dengan program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi
program bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi
pengambil kebijakan (decision maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan,
memperbaiki atau menghentikan sebuah program.
Pemerintah memprogramkan pemberian Bantuan Pendidikan Sekolah Gratis
(PSG) bagi sekolah mulai dari tingkat SD sampai SMA baik negeri maupun swasta.
Melalui program PSG, peserta didik tingkat pendidikan lanjutan akan dibebaskan dari
biaya operasional sekolah. Bantuan operasional sekolah yang langsung dikelola oleh
sekolah meliputi biaya untuk pendaftaran, iuran bulanan sekolah, biaya ujian, bahan
dan biaya praktik. Biaya tersebut di atas tidak termasuk untuk biaya investasi seperti
penyediaan sarana dan prasarana sekolah, gaji guru dan tenaga kependidikan lainnya,
serta biaya untuk peningkatan mutu guru. Program PSG bertujuan untuk memberikan
bantuan kepada sekolah dalam rangka membebaskan iuran peserta didik, namun
sekolah tetap dapat mempertahankan mutu pelayanan pendidikan kepada masyarakat.
Sasaran program PSG adalah semua sekolah baik negeri maupun swasta
diseluruh kabupaten/Kota dan propinsi Sumatera Selatan. Besar bantuan operasional
yang di terima oleh sekolah penerima PSG dihitung berdasarkan jumlah peserta didik.
Berdasarkan laporan pertanggungjawaban dana PSG di sekolah sampel,
sebagian besar dana PSG digunakan untuk pembayaran honor guru, kegiatan belajar
mengajar (KBM), pembelian alat tulis kantor (ATK), dan pembelian buku pelajaran
pokok.
Sekolah tidak selalu menggunakan dana PSG sesuai aturan dalam juklak. Hal
ini terjadi karena sebagian besar pelaksana program menilai ketentuan penggunaan
dana dalam juklak terlalu membatasi pemanfaatan dana PSG dan terkadang tidak
sesuai dengan kebutuhan sekolah. Ada beberapa pengeluaran sekolah yang harus
Alamsyah
Bakri
dipenuhi dan biasa dibiayai dari iuran peserta didik, yang tidak termasuk dalam
ketentuan penggunaan dana PSG. Bagi sekolah yang memiliki sumber penerimaan
selain PSG , hal tersebut tidak terlalu dipermasalahkan, tetapi hal ini menimbulkan
masalah di sekolah yang hanya mengandalkan PSG sebagai sumber penerimaan. Hal
ini disebabkan karena sekolah penerima PSG menggunakan sebagian besar dana
untuk kegiatan operasional yang menunjang kegiatan belajar-mengajar, maka dana
PSG dinikmati oleh semua peserta didik, baik yang berasal dari keluarga mampu
maupun dari keluarga tidak mampu.
Sebagian besar sekolah juga memutuskan untuk memberi perlakuan yang
sama kepada semua peserta didik dalam pembebanan biaya-biaya sekolah yang masih
ditarik dari peserta didik.
Berdasarkan hasil analisis pada SMPN 5 Pedamaran Timur yang dijadikan
sampel penelitian, terlihat bahwa ada beberapa kendala dalam pengelolaan dana PSG.
Hal ini dilihat dari proses penyusunann tidak berdasarkan persentase kebutuhan,
bahkan ada pos-pos anggaran yang telah diatur di dalam Pergub tidak terisi. Hal ini
disebabkan karena banyaknya kebutuhan lain sehingga pos dana tersebut dialihkan.
Sampai sejauh ini anggaran yang dikeluarkan oleh pihak belum dialporkan kepada
tim manajemen kota. Informasi yang penting dari temuan lapangan bahwa,
penyusunan laporan akan dilakukan pada akhir tahun bukan dilakukan pada triwulan.
Hal ini yang menyebabkan terjadi penyimpangan dalam hal membuat laporan
pertanggungjawaban program, yang seharusnya laporan tersebut disusun pada
triwulan bukan pada akhir tahun sesuai dengan isi Pergub Nomor 31/2009.
Selain itu, masih ada keterlambatan menyalurkan dana pendidikan gratis ke
rekening sekolah. Akibatnya, pihak sekolah mengalami kendala operasional.
Inspektorat juga masih menemukan beberapa daerah yang tidak membuat laporan
pertanggungjawaban penggunaan anggaran. Adanya kebijakan efesiensi anggaran
sangat berdampak pada pelaksanaan program dan kegiatan di sekolah sebab sekolah
sudah memiliki rancangan jadwal kegiatan untuk dilaksanakan dalam 1 tahun
anggaran. Keadaan ini menyebabkan kegiatan menjadi tidak maksimal.
Kebijakan pendidikan gratis ternyata hanya menyangkut komponen biaya
operasional, sedangkan biaya investasi dan biaya perseorangan (sesuai Pergub
Nomor 31/2009) tidak termasuk di dalamnya. Menurut Kepala UPTD Pendidikan
Kecamatan Pedamaran Timur Kabupaten Ogan Komering Ilir bahwa jika besaran
dana bantuan yang diberikan pemprov lebih kecil dari biaya operasional sekolah,
pemerintah kabupaten dan siswa harus menutupi kekurangan dana tersebut. Begitu
juga bila dana yang diberikan jumlahnya sama atau lebih besar, maka Pemkot
Palembang dan orangtua siswa dibebaskan dari iuran pendidikan.
Subsidi iuran komite sekolah bertujuan membebaskan biaya pendidikan bagi
siswa. Sasaran program ini adalah semua siswa di setiap jenjang pendidikan baik
Alamsyah
Bakri
negeri maupun swasta mendapat layanan pendidikan. ”Adanya kebijakan
pembangunan pendidikan ini, diharapkan tidak ada pungutan pendidikan kepada
orangtua siswa. Selain itu, diharapkan perluasan dan pemerataan akses pendidikan di
Sumsel dapat ditingkatkan,” demikian saran yang disampaikan oleh Kepala UPTD
Pendidikan Kecamatan Pedamaran Timur.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi dengan metode CIPP pada penelitian dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Evaluasi dana bantuan sekolah gratis di SMPN 5 Pedamaran Timur belum
memenuhi kebutuhan sekolah, seperti penyediaan fasilitas belajar dan penyediaan
layanan internet.
a. Pada evaluasi kontek (Contex), yaitu: (1) kebutuhan-kebutuhan sudah terpenuhi
oleh kegiatan program; (2) tujuan program telah menjadi prioritas
pencapaiannya; (3) tujuan pengembangan telah berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan; (4) tujuan program paling mudah dilaksanakan ; (5)
tujuan program belum memenuhi keinginan masyarakat.
b. Pada evaluasi masukan (Input), yaitu: (1) strategi program sekolah gratis sesuai
dengan tujuan; (2) terjadi kesepakatan strategi yang diambil kepala SMPN 5
Pedamaran Timur bersama pengelola Program Sekolah Gratis; (3) terdapat
kecocokan strategi untuk pencapaian tujuan; (4) prosedur dan jadwal pencairan
dana Program Sekolah Gratis tidak tepat; (5) terdapat urutan prioritas sumber
daya dan strategi yang mempunyai kontribusi terhadap pencapaian Program
Sekolah Gratis di SMPN 5 Pedamaran Timur.
c. Pada evaluasi proses (Process), yaitu: (1) terdapat kesesuaian kegiatan program
di SMPN 5 Pedamaran Timur dengan jadwal; (2) terdapat kesesuaian petunjuk
PSG dengan pelakanaan di sekolah; (3) staf pelaksana (guru dan tata usaha)
dalam menjalankan mekanisme kegiatan Program Sekolah Gratis di SMPN 5
Pedamaran Timur sudah memadai; (4) belum terdapat keseuaian fasilitas
sekolah dengan fungsinya; (5) kekurangtepatan penggunaan fasilitas dan bahan
penunjang lain yang digunakan sekolah; (6) terdapat hambatan selama
pelaksanaan Program Sekolah Gratis di SMPN 5 Pedamaran Timur.
d. Pada evaluai hasil (Produc), yaitu: (1) tTujuan PSG sudah dicapai oleh SMPN
5 Pedamaran Timur; (2) kebutuhan individu belum semua terpenuhi pihak
sekolah; (3) memiliki hasil jangka panjang sebagai akibat dari kegiatan
Program Sekolah Gratis di SMPN 5 Pedamaran Timur.
Alamsyah
Bakri
2. Pihak sekolah masih melakukan pungutan tambahan berdasarkan usulan RAPBS
yang disepakati bersama dengan pihak komite sekolah. Hal ini dilakukan untuk
membayar gaji guru honor dan pemenuhan peningkatan proses belajar mengajar.
3. Dana bantuan sekolah gratis sering terlambat waktu pengucurannya. Dampak yang
ditimbulkan akibat keterlambatan turunnya dana sekolah gratis terhadap
pelaksanan program sekolah belum sesuai dengan target serta terganggunya
pembiayaan operasional sekolah.
Dari beberapa temuan lapangan mengenai evaluasi dana program sekolah
gratis yang belum mencapai kebutuhan sekolah secara optimal, namun demikian
kebijakan pemberian dana sekolah gratis ini masih diperlukan oleh masyarakat karena
keberadaan bantuan dana ini benar-benar diharapkan dan dapat berlanjut di kemudian
hari. Tentu saja keberlanjutan program bantuan dana sekolah gratis perlu diadakan
pembaharuan dan pembenahan atas koreksi kekurarangan sehingga hambatan dalam
penyelenggaraan program dapat ditekan seminimal mungkin.
Saran
Berdasarkan hasil temuan peneliti dan kesimpulan dapat disarankan sebagai
berikut.
1. Diharapkan kepada Pemerintah Daerah dalam hal ini Gubernur Sumatera Selatan
secepatnya menyusun sebuah formulasi tentang teknik alokasi anggaran yang
tepat. Teknik alokasi anggaran yang dimaksud adalah sebuah teknik alokasi
anggaran yang memperhatikan aspek keadilan (equity) yang didalamnya termuat
bagaimana besaran alokasi anggaran ke sekolah harus memperhatikan kebutuhan
sekolah, seperti kebutuhan fasilitas belajar dan penyediaan layanan internet. Selain
itu, dan aspek pemerataan (equality) yang termasuk didalamnya adalah kebutuhan
rill operasional sekolah.
2. Pungutan tambahan yang dilakukan oleh pihak sekolah sebaiknya dikoordinasikan
dengan tim manajemen kabupaten dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten
Ogan Komering Ilir, dan diharapkan pula pungutan tersebut tidak memberatkan
para orang tua siswa.
3. Ketepatan waktu pencairan dana perlu mendapatkan perhatian dari pihak
manajemen kabupaten dan manajemen provinsi, karena hal ini akan menghambat
proses pembelajaran di sekolah.
Alamsyah
Bakri
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi revisi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi dan Cecep Safruddin Abdul Jabbar. 2007. Evaluasi Program
Pendidikan. Edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada:
Jakarta.
Chelimsky, Eleanor. 1989. Program Evaluation: Patterns and Directions.
Washington DC: ASPA.
Daljono. 2011. Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian. Edisi
ketiga. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Djaali, Pudji Mulyono, Ramly. 2000. Penelitian dalam Pendidikan. Jakarta: IKIP
Jakarta.
Ghozali, Abbas. 2012. Sistem pendanaan pendidikan di Indonesia. Makalah disajikan
dalam Seminar Nasional Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia, di Universitas
Negeri Yogyakarta, Januari 2012.
Hatimah, Ihat, Susilana, dan Nuraedi, 2007. Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI
Press.
Moleong, L. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar
Baru Algensindo Offset.
Supriadi, Dedi. 2010. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Download