HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN FAKTOR - Journal

advertisement
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (2) Desember 2015: 164-168
ISSN: 0853-4489
HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN FAKTOR KONDISI
IKAN ENDEMIK PIRIK (Lagusia micracanthus, Bleeker 1860) DI SUNGAI SANREGO,
SULAWESI SELATAN
Length - Weight Relationship and Condition Factors of Endemic Pirik Fish
(Lagusia micracanthus, Bleeker 1860) in Sanrego River, South Sulawesi Province
Muhammad Nur dan Muh. Arifin Dahlan
Diterima: 2 Oktober 2015; Disetujui: 20 November 2015
ABSTRACT
This research aimed to study correlation between the weight length and the condition factor of Pirik
fish.The sample collection conducted from September 2014 through February 2015 in Sanrego river, Langi
Village, Bone regency, South Sulawesi. The analysis of the samples carried out in the Laboratory of Fish
Biology, Department of Fisheries, Hasanuddin University, Makassar. The total length was measured using
digital calliper of 0.01 mm and the weight was measured using the digital scale of 0.001 g. The fish samples
were dissected and categorized into male and females with the sex gonad maturity. The total samples of the
endemic pirik fish collected during the research were 162, 72 male dan 90 female fish. The correlation of the
weight length was based on the equation W=0,00003L2,8719 at male fish, W=0,00003L2,8575 in the female fish and
in general, the obtained equation was W=0,00003L2,8846. The result of the t test showed that the value was
higher than t table; therefore, the Pirik fish in Sanrego rivers had negative allometric growth attern (minor) (b <
3), since the addition of body length was faster than the increase of body weight. The analysis of the condition
factor revelead that the value range of 0,8038-1,2926 with an average 1,0274 in male fish and 0,9263-1,4533
with the average of 1,1598 in female fish. This showed that the conditions factors of the endemic pirik fish were
lower compared to the female fish.
Keywords : Length weight, condition factor, endemic-pirik fish, Sanrego River, South Sulawesi
PENDAHULUAN
Ikan pirik (Lagusia micracanthus) merupakan salah satu dari 56 spesies ikan air tawar
endemik Sulawesi. Ikan ini merupakan satu-satunya ikan perairan tawar Sulawesi yang tergolong
sebagai family dari genus Terapontidae. Penelitian tentang aspek aspek biologi dan ekologi spesies
ikan endemik ini masih sangat terbatas dan belum banyak diketahui. Hingga saat ini penelitian yang
pernah dilakukan terhadap spesies ini, masih sebatas pada sistematika (Vari, 1978), deskripsi (Vari
dan Hadiaty, 2012) dan Reproduksi (Nur, 2015). Namun demikian, aktifitas penangkapan yang tidak
ramah lingkungan (pengunaan racun dan tuba) yang sangat intensif dilakukan oleh masyarakat lokal
terhadap spesies ikan ini telah memberikan kekhawatiran akan kepunahan spesies ikan endemik ini
secara permanen dimasa mendatang. Salah satu daerah yang juga merupakan habitat ikan endemik
pirik dengan tingkat eksploitasi yang tinggi adalah Sungai Sanrego. Masyarakat yang bermukim di
dekat Sungai Sanrego sangat menggemari spesies ikan ini, sehingga hampir setiap hari masyarakat
melakukan aktifitas penangkapan terhadap spesies ini. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji aspek
biologi meliputi hubungan panjang bobot dan faktor kondisi, dalam rangka menyediakan informasi
dasar yang dapat dimanfaatkan dalam upaya pengelolaan secara berkelanjutan ikan endemik L.
micracanthus di Sungai Sanrego, Sulawesi Selatan. Analisis hubungan panjang bobot dan faktor

Korespondensi:
Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Sulawesi Barat
Jl. Prof. Dr. Baharuddin Lopa SH, Majene, Sulawesi Barat
Email: [email protected]
Hubungan Panjang Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Endemik Pirik (Lagusia micracanthus, Bleeker, 1860)
di Sungai Sanrego Sulawesi Selatan
164
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (2) Desember 2015: 164-168
ISSN: 0853-4489
kondisi ikan endemik pirik memiliki peranan penting dalam pengelolaan perikanan karena bermanfaat
untuk memprediksi pola pertumbuhan dan bermanfaat bagi pengkajian stok ikan endemik tersebut di
Sungai Sanrego.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Sanrego, Dusun Soppo, Desa Langi, Kecamatan
Bontocani, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Gambar 1). Analisis terhadap sampel dilakukan di
Laboratorium Biologi Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Sungai Sanrego, Dusun Soppo, Desa Langi, Kecamatan Bontocani,
Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Prosedur Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan selama enam bulan sejak bulan September 2014 hingga
Februari 2015, dengan rentan waktu dua pekan, menggunakan alat tangkap electrical fishing. Sampel
yang telah diperoleh, dimasukkan ke dalam coolbox dan diberi es curah agar kesegaran ikan tetap
terjaga. Sampel dimasukkan ke dalam plastik sampel dan dimasukkan ke dalam freezer. Tahap
selanjutnya, Sampel dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Panjang total sampel diukur
menggunakan calliper digital berketelitian 0,01 mm. Sampel ditimbang menggunakan timbangan
digital berketelitian 0,001 g. Sampel ikan dibedah dengan menggunakan gunting bedah, dimulai dari
anus menuju bagian atas perut sampai ke bagian belakang operculum kemudian ke arah ventral hingga
ke dasar perut. Otot dibuka sehingga organ-organ dalam terlihat. Selanjutnya dilakukan indentifikasi
jenis kelamin dan Tingkat Kematangan Gonad (TKG). Jenis kelamin dan TKG ikan ditentukan secara
morfologi.
Analisis Data
Hubungan panjang bobot dianalisis menggunakan rumus (Effendie, 2002):
(1)
W  aLb
Keterangan : W = Bobot tubuh ikan (g); L = Panjang total ikan (mm); a = Intercept (perpotongan
kurva hubungan panjang-bobot dengan sumbu-y); b = Slope (kemiringan)
165
Muhammad Nur
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (2) Desember 2015: 164-168
ISSN: 0853-4489
Nilai b yang didapat dari persamaan tersebut akan menunjukkan pola pertumbuhan isometrik
atau alometrik. Pola pertumbuhan isometrik kalau b=3, yang berarti pertumbuhan ikan seimbang
antara pertumbuhan panjang dengan pertumbuhan bobotnya. Tetapi jika nilai b<3 berarti pertambahan
panjangnya lebih cepat daripada pertambahan bobotnya (alometrik negatif) dan jika b>3 maka
pertambahan bobotnya lebih cepat dari pertambahan panjangnya (alometrik positif). Untuk
mengetahui nilai b=3 atau b≠3 maka dilakukan Uji-t.
Faktor kondisi dihitung berdasarkan pola pertumbuhan panjang total dan bobot total tubuh
ikan. Bila diperoleh pola pertumbuhan yang isometrik maka faktor kondisi ikan dihitung dengan
rumus (Effendie, 2002):
K
10 5 W
(2)
L3
Keterangan : K = Faktor kondisi; W = Bobot tubuh (g); L = Panjang total (mm)
Apabila pola pertumbuhannya alometrik maka faktor kondisi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus (Effendie, 2002):
K
W
(3)
aLb
Keterangan: K = Faktor kondisi; W = Bobot tubuh (g); L = Panjang total (mm); a dan b =
Konstanta yang diperoleh dari regresi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan panjang dan bobot
Secara keseluruhan jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 162 ekor ikan pirik yang terdiri
atas 72 ekor ikan jantan dan 90 ekor ikan betina. Hasil analisis hubungan panjang – bobot tubuh ikan
pirik yang diperoleh selama penelitian di Sungai Sanrego dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2.
Tabel 1. Hasil analisis hubungan panjang-bobot tubuh ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker,
1860) yang diperoleh selama penelitian di Sungai Sanrego, Kabupaten Bone
Parameter
Jumlah ikan contoh (ekor)
Kisaran panjang total (mm)
Rata-rata ± SD
Kisaran bobot tubuh (g)
Rata-rata ± SD
Log a
A
Koefisien regresi (b)
Koefisien korelasi ( r )
Persamaan regresi
Uji t
Tipe petumbuhan
Jantan
72
37,27 – 107,28
71,60 ± 14,65
1,196 – 23,214
7,31 ± 4,37
-4,5136
0,00003
2,8719
0,9691
W=0,00003L2,8719
t hit > t tabel
Allometrik negatif
Betina
90
42,58 – 103,82
75,26 ± 13,75
1,798 – 20,048
8,72 ± 4,51
-4,4604
0,00003
2,8574
0,9700
W=0,00003L2,8575
t hit > t tabel
Allometrik negatif
Gabungan
162
37,27 – 107,28
73,63 ± 14,23
1,196 – 23,214
8,09 ± 4,49
-4,5227
0,00003
2,8846
0,9679
W=0,00003L2,8846
t hit > t tabel
Allometrik negatif
Hasil analisis data diperoleh hubungan panjang bobot ikan pirik dengan persamaan
W=0,00003L2,8719 pada ikan jantan, W=0,00003L2,8575 pada ikan betina dan secara keseluruhan
diperoleh persamaan W=0,00003L2,8846. Selanjutnya hasil uji t terhadap ikan nilai b yang diperoleh,
pada pirik jantan (2,8719), betina (2,8574) dan keseluruhan (2,8846), diperoleh nilai t hitung > t tabel,
sehingga ikan pirik di Sungai Sanrego tergolong ke dalam tipe pertumbuhan alometrik negatif (minor)
(b < 3) dimana pertambahan panjang tubuh lebih cepat daripada pertambahan bobot tubuhnya. Pola
pertumbuhan alometrik negatif tersebut diduga merupakan upaya adaptasi untuk menyesuaikan diri
dengan kondisi di perairan tersebut seperti kondisi lingkungan perairan, tingkat eksploitasi, dan
ketersediaan makanan. Terkait dengan tingkat eksploitasi, ikan pirik di Sungai Sanrego merupakan
Hubungan Panjang Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Endemik Pirik (Lagusia micracanthus, Bleeker, 1860)
di Sungai Sanrego Sulawesi Selatan
166
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (2) Desember 2015: 164-168
ISSN: 0853-4489
spesies ikan yang sangat digemari oleh masyarakat setempat sehingga aktifitas penangkapan di daerah
ini sangat tinggi dan intensif sehingga diduga berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
ikan pirik yang hidup di daerah tersebut. Effendie (2002), menyatakan bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan suatu spesies ikan meliputi faktor dalam (keturunan, jenis kelamin,
penyakit, hormon, dan kemampuan memanfaatkan makanan) dan faktor luar (ketersediaan makanan,
kompetisi dalam memanfaatkan ruang, dan suhu perairan).
Pola pertumbuhan allometrik negatif atau pola pertambahan panjang yang lebih cepat daripada
pertambahan bobot tubuh, juga terjadi pada spesies ikan endemik air tawar lainnya diantaranya Cobitis
narentana (Dulcic et al., 2009), Schizothorax o’connori (Ma et al., 2010) dan Cirrhinus mrigala
(Ujjania et al., 2012). Sementara itu beberapa spesies ikan air tawar endemik lainnya justru memiliki
pola pertumbuhan allometrik positif diantaranya Poecilia mexicana (Miranda et al., 2009), Rutilus
basak, Salmo dentex, Scardinius plotizza, Squalius svallize (Dulcic et al., 2009), Chondrostoma
prespense, Rutilus prepens (Bobori et al., 2010), Aphanius danfordii (Kirankaya et al., 2014) dan
Heteropneustes fossilis (Kumar et al., 2014). Selanjutnya spesies dari famili Terapontidae namun
hidup di perairan laut Terapon jarbua dilaporkan memiliki pola pertumbuhan allometrik negarif
(Manoharan et al., 2013).
Gambar 2. Hubungan panjang-bobot tubuh ikan pirik (Lagusia micracanthus Bleeker, 1860) yang
diperoleh selama penelitian di Sungai Sanrego, Kabupaten Bone. a (jantan), b (betina)
dan c (gabungan)
Hasil uji korelasi (Gambar 2) terhadap panjang dan bobot ikan pirik di Sungai Sanrego,
diperoleh nilai korelasi 0,9691 pada ikan jantan, 0,9700 pada ikan betina dan secara keseluruhan
diperoleh nilai korelasi 0,9679. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hubungan panjang total dan bobot
tubuh ikan pirik sangat kuat/ erat (skala korelasi 0-1). Keeratan hubungan ini membuktikan bahwa
panjang total ikan mempengaruhi bobot tubuh ikan pirik. Umumnya pertambahan panjang akan selalu
diikuti oleh pertambahan bobot tubuh ikan.
167
Muhammad Nur
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.25 (2) Desember 2015: 164-168
ISSN: 0853-4489
Faktor kondisi
Faktor kondisi atau ponderal index menunjukkan keadaan ikan, baik dilihat dari segi kapasitas
fisik, maupun dari segi survival dan reproduksi. Selama dalam pertumbuhan, tiap pertambahan berat
material ikan bertambah panjang dimana perbandingan liniernya akan tetap (Effendie, 2002). Hasil
pengamatan dan analisis data, menunjukkan nilai faktor kondisi ikan pirik jantan di Sungai Sanrego
berkisar 0,8038 – 1,2926 dengan nilai faktor kondisi rata-rata 1,0274 dan ikan pirik betina berkisar
antara 0,9263- 1,4533 dengan nilai faktor kondisi rata-rata 1,1598. Nilai faktor kondisi tertinggi ikan
pirik jantan di Sungai Sanrego yaitu 1,0464 ± 0,0959 yang diperoleh pada kelompok ikan yang
berukuran 60 - 70 mm. Sementara faktor kondisi tertinggi pada ikan pirik betina yaitu 1,6567 ±
0,1211 pada kelompok ikan yang berukuran 80 - 90 mm. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan
bahwa kisaran nilai faktor kondisi ikan jantan yang lebih rendah daripada ikan pirik betina. Hal
tersebut diduga dipengaruhi oleh ukuran ikan pirik jantan yang lebih kecil serta dipengaruhi oleh
tingkat kematangan gonad, dimana pada ikan jantan didominasi oleh ikan-ikan yang belum matang
(TKG I dan II). Effendie (2002), menyatakan bahwa faktor kondisi ikan cenderung dipengaruhi oleh
ukuran, makanan, waktu dan bobot tubuh ikan. Peningkatan nilai faktor kondisi suatu ikan dapat
terjadi saat gonad mengalami perkembangan dan akan mencapai puncaknya saat akan melakukan
pemijahan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ikan pirik di Sungai Sanrego
memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif (b<3) dimana pertambahan panjang tubuh lebih cepat
daripada pertambahan bobot tubuhnya. Nilai faktor kondisi ikan pirik jantan (1,0274) atau lebih
rendah daripada faktor kondisi ikan pirik betina (1,1598).
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sharifuddin Bin Andy Omar M.Sc, Prof. Dr. Joerhanani Tresnati
DEA atas pembimbingan yang telah diberikan pada saat penelitian. Terima kasih juga kami haturkan kepada M.
Nur Adnan, S.Pi, Dian Pratiwi, S.Pi, Resky Tri Ihsani, S.Pi, Nurul Fatanah Amir, S.Pi, Stevi, S.Pi dan M.
Amrullah, S.Pi beserta keluarga bapak Melli yang telah banyak membantu selama pengambilan data penelitian.
Daftar Pustaka
Bobori D., Dimtrius K., Bekri M., Salvarina L. & Munoz A. 2010. Length-weight relationships of freshwater
fish spesies caught in three Greek lakes. Journal of biological Research-Thessaloniki. 14 : 219-224.
Dulcic B. et al. 2009. Length–weight relationships for six endemic freshwater fishes from Hutovo Blato
wetland (Bosnia and Herzegovina). J. Appl. Ichthyol. 25(2009) : 499-500.
Effendie I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hal.
Kirankaya S., Ekmekci F., Ozdilek S. & Yogurtcouglu. (2014). Condition, length-weight and length-length
relationships for five fish species from Hirfanli Reservoir. Turkey. 8(3) : 208-213.
Kumar R., Shiv S. & Tripathi M. 2014. Studies on length–weight relationship of seven commercially
important freshwater fish species of Gomti River Lucknow (U.P.). India International Journal of
Fisheries and Aquatic Studies. 1(3) : 1-3.
Ma, B.S., Xie, C.X., Huo, B., Yang, X.F., Huang, H.P. 2010. Age and growth of a long-lived fish
Schizothorax o’connori in the Yarlung Tsangpo River, Tibet. Zoological Studies. 49(6): 749-759.
Manoharan et al. 2013. Length-weight relationship of Crescent Perch Terapon Jarbua (Forsskal) from
Parangipettai Coast, South East Coast of India. J Aquac Res Development. 4 : 4.
Miranda R., Galicia D., Monks S. & Pulido F. 2009. Weight–length relationships of some native freshwater
fishes of Hidalgo State. Mexico. J. Appl. Ichthyol. 25(2009) : 620–621.
Ujjania N., Kohli M. & Sharma L. 2012. Length-weight relationship and condition factors of indian major
carps (C. catla, L. rohita and C. mrigala) in Mahi Bajaj Sagar, India. Research Journal of Biology
2(1) : 30-36.
Vari R. & Hadiaty R. 2012. The endemic Sulawesi fish genus Lagusia (Teleostei: Terapontidae). The
Raffles Bulletin of Zoology. 60(1) : 157-162.
Vari R. 1978. The Terapon Perches (Percoidei, Teraponidae), A cladistic analysis and taxonomic revision.
Bulletin of the American Museum of Natural History. 159(5) : 175-340.
Hubungan Panjang Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Endemik Pirik (Lagusia micracanthus, Bleeker, 1860)
di Sungai Sanrego Sulawesi Selatan
168
Download