BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Golongan darah yang dimiliki manusia beranekaragam (Dean, 2005). Golongan darah adalah polimorfisme yang teridentifikasi dalam darah. Golongan darah diidentifikasi berdasarkan keberadaan antigen eritrosit (Daniels, 2006) dan antibodi plasma (Daniels, 2001). Saat ini telah ditemukan 33 sistem golongan darah. Golongan darah merupakan informasi penting bagi setiap individu, karena golongan darah merupakan poin penting dalam dunia medis. Berbagai diagnostik klinis ditegakkan dari hasil uji sampel darah. Beberapa tindakan medis juga seringkali membutuhkan donor darah (Tortora & Derrickson, 2012). Keberhasilan berbagai tindakan medis terutama proses transfusi, transplantasi, dan kehamilan ditentukan oleh kompatibilitas golongan darah (Daniels, 2013; Dean, 2005; Murphy, 2012; Norflok, 2013; SchenkelBrunner, 2000). Inkompatibilitas golongan darah dapat mengakibatkan Haemolytic Transfusion Reaction (HTR) dan Haemolytic Disease of the Fetus and Newborn (HDN) (Daniels, 2013). Informasi golongan darah dibutuhkan untuk mempercepat tindakan medis dan meminimalisir resiko yang mungkin terjadi akibat HTR dan HDN (Norflok, 2013). Golongan darah sistem ABO adalah sistem golongan darah yang pertama ditemukan (Landsteiner, 1901). Penggolongan darah sistem ini ditentukan berdasarkan keberadaan antigen A atau B pada eritrosit dan antibodi A atau B pada plasma. Antigen A dan B secara genetik dikodekan oleh tiga alel (IA, IB, dan i) pada satu lokus genetik tunggal. Golongan ini memiliki empat fenotip dan enam genotip yaitu A (IAIA atau IAi), B (IBIB atau IBi), AB (IAIB), dan O (ii) (Brooker, 2012; Pierce, 2012). Gen pengkode antigen A dan B adalah gen ABO yang terletak pada kromoson 9 (9q34.1q34.2). Gen ABO terdiri atas 7 ekson sepanjang 18kb dengan sekuen 1 pengkode utama (77%) yang terletak pada ekson 6 dan 7 (Daniels, 2013; Reid & Lomas-Francis, 2004; Yamamoto et al, 1995). Golongan darah sistem ABO merupakan polimorfisme konvensional yang serbaguna dan tetap terkini. Golongan darah ini merupakan salah satu model studi yang populer dalam bidang serologi, forensik, paternitas, antropologi, evolusi (Mourant et al., 1976; Mourant et al., 1978), penyakit, kelainan dan genetika molekuler (Daniels, 2013). Golongan darah sistem ABO juga merupakan salah satu dari tiga golongan darah terpenting (ABO, Rh, Kell) dalam dunia medis (Daniels, 2013; Hosoi, 2008; Norflok, 2013). Informasi golongan darah dapat diperoleh melalui identifikasi golongan darah menggunakan metode serologi (Poole, 2001; Reid et al., 1998). Metode serologi merupakan metode umum yang digunakan untuk mengidentifikasi golongan darah (Poole, 2001; Reid et al., 1998). Metode serologi mendeteksi keberadaan antigen dan antibodi dalam darah. Sebagian besar metode ini murah dan mudah dilakukan (Jean, 2009), namun hanya mampu mendeteksi fenotip golongan darah saja (Lee et al., 1988). Berdasarkan fakta dalam (Blaney & Howard, 2013; Daniels, 2013) pada beberapa individu ditemukan ketidakpastian golongan darah sistem ABO, salah satunya seperti pada subjek penelitian estimasi frekuensi alel dan genotip golongan darah sistem ABO di Fakultas Biologi UGM (Hasna, 2013). Ketidakpastian golongan darah yang dimaksud adalah adanya perbedaan fenotip hasil identifikasi golongan darah yang dilakukan pada rentang waktu berlainan. Ketidakpastian golongan darah juga ditunjukkan dengan munculnya fenotip golongan darah yang berdasarkan sistem genetik tidak mungkin muncul. Ketidakpastian ini disebabkan oleh anomali antigen, anomali antibodi, kelainan genetik dan fisiologis, penyakit (Calhoun & Petz, 2000), lingkungan (Daniels, 2013) serta sub kelompok golongan darah sistem ABO (Daniels, 2006). Ketidakpastian golongan darah dapat diselidiki lebih lanjut melalui identifikasi genotip dengan metode molekuler (genotyping) (Lee & Chang, 1992). Salah satu metode umum yang digunakan dalam genotyping golongan 2 darah sistem ABO adalah Polymerase Chain Reaction- Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) (Al-Ameri et al., al., 2002; Hanania et al., 2012; Al-Bustan et 2007; Hosseini-Maaf, 2007; Kobayashi et al., 1999; Lee & Chang, 1992; Ota et al., 2007; Tun et al., 1997). Metode PCR-RFLP untuk identifikasi genotip golongan darah sistem ABO, dapat dioptimasi dengan menggunakan direct PCR. Direct PCR memungkinkan amplifikasi DNA tanpa isolasi genom, sehingga analisis genotyping menjadi lebih murah, mudah, dan cepat (Anonim1, 2015). B. Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kesesuaian genotip golongan darah sistem ABO antara hasil uji serologi dengan hasil uji menggunakan metode direct PCR-RFLP pada individu yang diteliti? C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kesesuaian genotip golongan darah sistem ABO antara hasil uji serologi dengan hasil uji menggunakan metode direct PCR-RFLP pada individu yang diteliti. D. Manfaat Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah pengetahuan individual golongan darah bagi masyarakat; Penjelasan ilmiah bagi individu yang memiliki ketidakpastian golongan darah sistem ABO; dan sebagai salah satu referensi metode identifikasi genotip golongan darah sistem ABO; serta media sosialisasi terkait golongan darah sistem ABO. 3