EFEKTIVITAS MEDIA GAMBAR ANIMASI TERHADAP PENGEMBANGAN AFEKTIF SISWA DI SMPI AL-IKHLAS CIPETE Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Kependidikan Oleh FITRI NISA NIM: 106015000460 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2010 EFEKTIVITAS MEDIA GAMBAR ANIMASI TERHADAP PENGEMBANGAN AFEKTIF SISWA DI SMP ISLAM AL-IKHLAS CIPETE Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan OLEH Fitri Nisa NIM : 106015000460 DOSEN PEMBIMBING Yudhi Munadi, M.Ag NIP : 19701203 199803 1003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul: ”Efektivitas Media Gambar Animasi Terhadap Pengembangan Afektif Siswa di SMPI Al-Ikhlas Cipete” Nama: Fitri Nisa Nim. 106015000460 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah, 8 Desember 2010 dihadapan dewan penguaji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan IPS. Jakarta, 8 Desember 2010 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal Tanda Tangan ............... ..................... Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPS) Drs. H.Nurochim, M.M. NIP. 19590715 198403 1 003 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi Pendidikan IPS) Dr. Iwan Purwanto, M.Pd NIP. 19730424 200801 1 012 ………… ……………. ………… ……………. ................ ..................... Penguji I Drs. H.Nurochim, M.M. NIP. 19590715 198403 1 003 Penguji II Zahara. M.Ed Mengetahui: Dekan Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. NIP. 19571005 198703 1 003 LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fitri Nisa NIM : 106015000460 Jurusan : Pendidikan IPS Judul Skripsi : “Efektivitas Media Gambar Animasi Terhadap Pengembangan Afektif Siswa di SMPI Al-Ikhlas Cipete” Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 19 November 2010 Fitri Nisa NIM: 106015000460 ABSTRAK Fitri Nisa. Jurusan Pendidika IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Efektivitas Media Gambar Animasi Terhadap Pengembangan Afektif Siswa di SMPI Al – Ikhlas Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui afeksi siswa saat dan sesudah pembelajaran berbantuan media gambar animasi. Penelitian ini dilaksanakan di SMPI Al-Ikhlas Jakarta dari bulan Agustus 2010. Yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah beberapa siswa kelas VIII SMPI Al-Ikhlas Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Dengan melakukan wawancara dengan informan siswa diketahui bahwa pembelajaran berbantuan media gambar animasi dapat mengembangkan afeksi siswa dalam belajar. Dengan ditandai sikap siswa yang menerima, mendengarkan dan memperhatikan guru yang menjelaskan pelajaran di depan kelas. Kata Kunci : Efektivitas Media Gambar Animasi, Afeksi siswa i ABSTRACT Fitri Nisa. Education IPS majors Tarbiyah Knowledge Faculty and teachership. Media effectiveness Draws Animations to Afektif's Development Student at SMPI Al – Ikhlas Jakarta. This research intent to know afeksi student while and after learning gets media help draw animations. This research is executed at SMPI Al-Ikhlas Jakarta of august 2010. One that made by informan in observational it is umpteen VIII class student SMPI AlIkhlas Jakarta . Method that is utilized in this research is interview and observation. By undertaking interview with student informan is known that learning gets media help draw animations can develop afeksi student in learned. With marked by student attitude that accepts, listen and notices teacher that word study in front class. Key word : Media effectiveness Draws Animations, Afection is student ii KATA PENGANTAR Assalamuala’alaikum wr.wb Bismillahirrohmanirrohim Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, Sahabat, Keluarga dan seluruh umat beliau yang ada dimuka bumi ini yang mengikuti risalah-Nya. Berkat bantuan berbagai pihak akhirnya skripsi ini yang berjudul “ Efektivitas Media Gambar Animasi Terhadap Pengembangan Afektif Siswa” dapat terselesaikan oleh penulis yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan serta rasa hormat kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2. Bapak H. Nurrochim, MM. Ketua Jurusan Pendidikan IPS dan Penasehat Akademik 3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Seketaris Jurusan Pendidikan IPS 4. Bapak Yudhi Munadi, MA, Dosen pembimbing yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran dalam membimbing. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan beliau. Amin. 5. Bapak kepala sekolah SMPI Al-Ikhlas H. Prasetyo. Yang telah memberikan tempat bagi penulis melakukan penelitian. 6. Ika Sobariah, S.Pd, Guru bidang studi IPS di SMPI Al-Ikhlas yang telah memberikan masukan dan informasi kepada penulis. iii 7. Gunawan, S.Pd, Selaku TU SMPI Al-Ikhlas yang telah memberikan pelayanan dalam masalah persuratan dan perizinan penelitian. 8. Pimpinan Perpustakaan Tarbiyah dan Keguruan serta Perpustakaan Utama Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan peminjaman buku referensi bagi penulis menyelesaikan skripsi. 9. Perpustakaan SMPI Al-Ikhlas, yang telah memberikan peminjaman buku referensi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi. 10. Kepada dosen-dosen Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan dan mengajarkan banyak ilmu kepada penulis. 11. Kedua Orang tua yang tercinta, Ayahanda (Rameli) dan Ibunda (Asmah), yang telah memotivasi memberikan segenap hidupnya untuk membesarkan, mendidik, dan mendukung penulis dalam setiap keadaan dengan segala cinta dan kasih sayangnya. 12. Keluarga besar Bapak Drs. Zahruddin dan Royani S.Ag. Khusus kakak Royani yang telah memberikan moral dan materil kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang berlipat. Amin... 13. Penulis memanjatkan doa kepada kakek alm. H. Semat semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah SWT, dan skripsi ini penulis persembahkan untuk beliau. 14. Kepada kakak dan adik tercinta terima kasih telah memotivasi penulis dan menemani penulis dalam duka dan senang. 15. Kepada teman-teman seperjuangan Ina, Dje, Dyana, Chue, dan Putri, terima kasih telah menemani penulis dalam duka maupun senang. Dan penulis tidak akan melupakan masa-masa berkumpul di masjid Fatullah. 16. BJ rental yang telah membantu penulis mengedit skripsi dan memotivasi, terima kasih banyak. 17. Rekan – rekan P.IPS angakatan 2006, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas motivasi, dukungannya. Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan yang melimpah. iv Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya dan pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya. Alhamdulillahirrobil’amin Wassalamu’alaikum warohmatullahiwabarokatuh Jakarta, Desember 2010 Penulis v DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ........................................................................................................ v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah .................................................................. 4 D. Perumusan Masalah ................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Media Gambar Animasi ............................................................. 7 1. Pengertian Media Pembelajaran........................................... 7 2. Manfaat Media Pembelajaran Sosial.................................... 9 3. Pengertian Media Gambar Animasi ..................................... 10 4. Fungsi Media Gambar Animasi ........................................... 13 5. Macam-macam Media Gambar Animasi ............................. 15 6. Media Gambar Animasi sebagai Media Pembelajaran ........ 17 7. Efektivitas Media Gambar Animasi ..................................... 18 B. Tingkatan Ranah Afektif dalam Proses Pembelajaran ............... 20 1. Pengertian Afektif ................................................................ 20 2. Tingkatan Ranah Afektif menurut beberapa Ahli ................ 24 3. Karakteristik Afektif ............................................................ 34 v BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian ................................................................ 37 2. Lokasi Penelitian ........................................................................ 38 3. Pengumpulan Data ..................................................................... 40 4. Validitas Data ............................................................................. 41 5. Pengolahan dan Analisis Data.................................................... 42 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Interaksi Siswa dengan Berbagai Sumber Belajar di Sekolah ...................................................................... 43 1. Ketersediaan Sumber Belajar dan Keterlibatan Siswa dalam Pengadaannya....................................................................... 43 2. Kesempatan Siswa Dalam Mengakses Sumber Belajar ....... 46 3. Interaksi Siswa Dengan Berbagai Sumber Belajar .............. 47 B. Situasi Proses Pembelajaran Berbantuan Media Gambar Animasi ........................................................................ 49 1. Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran ................................... 49 2. Kegiatan Inti Pembelajaran .................................................. 50 3. Kegiatan Penutup Pembelajaran .......................................... 52 C. Gejala-gejala Psikologis-Afektif Siswa Pada Saat dan Setelah Mereka Mengikuti Pembelajaran Berbantuan Media Gambar Animasi ...................................................................................... 54 1. Penerimaan Siswa Terhadap Berbantuan Media Gambar Animasi .................................................................. 54 2. Reaksi Siswa Terhadap Pembelajaran Berbantuan Media Gambar Animasi ....................................................... 56 3. Karakteristik Afektif Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran Berbantuan Media Gambar Animasi.................................... 57 a. Sikap............................................................................... 57 b. Minat .............................................................................. 59 c. Konsep Diri .................................................................... 60 vi d. Nilai ................................................................................ 61 e. Moral .............................................................................. 62 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 64 B. Saran........................................................................................... 65 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66 LAMPIRAN - LAMPIRAN vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti ini, kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh kemajuan di bidang pendidikan. Orang akan mampu berpikir kritis dan konseptual jika memiliki pendidikan yang baik. Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah “proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan dunia komunikasi tersendiri dimana guru atau dosen dan siswa atau mahasiswanya bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecendrungan verbalisme, ketidaksiapan siswa atau mahasiswa, kurangnya minat dan kegairahan dan sebagainya”. 1 “Tingkat pertama manusia memperoleh pengalaman melalui kata-kata. Pada tingkat ini kata-kata merupakan alat informasi yang utama. Proses belajar mengajar pada level ini, guru menyampaikan informasi kepada siswa hanya dengan berbicara. Keterbatasan komunikasi dengan kata-kata sering menimbulkan kesulitan dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa. Kadang-kadang 1 Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1997), h. 1. 1 2 guru tidak sadar sehingga maju terus dengan kata-kata yang diucapkannya tanpa memperhatikan siswa sehingga cendrung terjadinya verbalisme (serba kata)”. 2 Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat proses komunikasi, yaitu hambatan biologis dan psikologis. Penghambat biologis yang bersifat fisik seperti sakit. Seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke otak. “Begitu pula siswa yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, ngantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang dan pikirannya terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan respon pelajaran berkurang. Syaraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola dan mengorganisasikan bahan pelajaran melalui inderanya, hal seperti inilah yang menyebabkan siswa mempunyai ketidaksiapan menerima pelajaran secara optimal”. 3 Maka gurulah yang harus bisa menghidupkan suasana kelas menjadi aktif agar tidak terjadinya verbalisme (serba kata). Kehadiran media pembelajaran merupakan alat bantu bagi guru dalam penyampaian materi pelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi, maka penjelasan guru akan lebih visualistik, lebih menarik dan siswa dapat pengalaman baru. “Media pembelajaran adalah alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu berupa saran yang dapat memberikan pengalaman visual kepada peserta didik dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit serta mudah dipahami”. 4 Mengingat perkembangan pendidikan dewasa ini, media pembelajaran memiliki jenis media yang digunakan oleh sekolah umumnya, diantaranya media visual (penglihatan), media audio (pendengaran), dan audio visual memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya masing-masing media 2 Asnawir, dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : cipuatat Press,2002), 3 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996),h. 231 Asnawir dan Basyiruddin Usman,,,,,, h.20-21. h. 5. 4 3 mempunyai karakteristik yang berbeda- beda. Untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan benar agar dapat digunakan secara tepat guna. Pembelajaran IPS Terpadu adalah sebagai salah satu pelajaran yang penyampaiannya lebih mudah dengan menggunakan media, dengan demikian penelitian ini penulis menggunakan media gambar yang disajikan berisi tentang materi usaha dan daya dengan ilustrasi-ilustrasi gambar animasi. Gambar yang biasa digunakan tentu yang ada hubungannya dengan pelajaran atau permasalahan yang sedang dihadapi. Guru dapat mengarahkan minat peserta didik yang sedang melihat gambar untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang timbul dalam pikirannya. Gambar harus dapat merangsang perhatian peserta didik agar dapat memahami dan mampu menciptakan argumen dari gambar yang dilihatnya, sehingga dari sebuah gambar dapat lahir ide-ide kreatif peserta didik tentang permasalahan yang dibicarakan. Gambar Animasi adalah “suatu rangkaian gambar diam dengan jumlah yang banyak, bila kita proyeksikan akan terlihat seolah - olah hidup (bergerak), seperti yang pernah kita lihat film - film kartun di televisi maupun dilayar lebar. Jadi Animasi kita simpulkan menghidupkan benda diam diproyeksikan menjadi bergerak”. 5 Penjelasan yang disampaikan dari guru diharapkan siswa dapat memahami suatu pelajaran. Untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif, kreatif, inovatif, dan efisien maka penggunaan media pembelajaran sangat berperan dalam mengembangkan afektif siswa salah satunya dengan berbentuk gambar animasi. Tantangan bagi sekolah untuk bisa menciptakan anak didik yang mengenal dan mampu mengatasi ketertinggalan akan ilmu pengetahuan umum dan pengetahuan agama dan juga teknologi. SMPI Al – Ikhlas Cipete Jakarta Selatan adalah “salah satu sekolah yang telah mengenalkan mata pelajaran tertentu telah dikenalkan dengan pembelajaran multimedia. Hal ini dipandang perlu karena 5 http://mtholib.wordpress.com/2007/08/21/pengertian-animasi/ diakses tgl 4/11/2010 4 SMPI Al– Ikhlas Jakarta Selatan telah ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI) ( SK DEPDIKNAS No. 1880/C3/DS/2008)”. 6 Atas dasar pemikiran seperti itulah, maka penulis memilih judul skripsi : EFEKTIVITAS MEDIA GAMBAR ANIMASI TERHADAP PENGEMBANGAN AFEKTIF SISWA DI SMPI AL-IKHLAS CIPETE”. B. Indentifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana efektivitas media gambar animasi terhadap pengembangan afektif siswa ? 2. Bagaimana penggunaan media mampu mengembangkan afektif siswa ? C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi di atas banyak permasalahan yang berkenaan dengan penggunaan media, mengingat keterbatasan peneliti dalam hal waktu, biaya dan tenaga, maka penelitian ini yang berjudul efektivitas media gambar animasi terhadap pengembangan afektif siswa di SMPI AL-IKHLAS, ini hanya dibatasi pada efektivitas media gambar yang berbentuk animasi terhadap pengembangan afektif siswa. Adapun yang dimaksud dengan media gambar animasi adalah sebuah pesan pembelajaran yang disampaikan melalui saluran gambar animasi yang tertuang dalam simbol-simbol komunikasi gambar gerak. Pada penelitian ini media visual animasi dimaksud akan menggunakan CD Interaktif tentang atmosfer dan hidrosfer. Atmosfer dan hidrosfer adalah materi yang membahas tentang gejala-gejala alam yang terjadi misalnya cuaca, iklim, tipe hujan, air, suhu, macam-macam angin, dan laut. Atmosfer dan hidrosfer adalah materi pada mata pelajaran Geografi kelas VII, Semester II. 6 IKHLAS Hasil Observasi di SMPI AL-IKHLAS, Spanduk yang terdapat di depan SMPI AL- 5 Sedangkan yang dimaksud efektivitas media gambar animasi adalah keberhasilan pembelajaran dalam pencapaian tujuan melalui komunikasi pembelajaran dengan menggunakan media gambar animasi, yang didasarkan pada pemikiran bahwa proses pembelajaran adalah proses komunikasi. Proses pembelajaran yang efektif tergantung pada efektivitas komunikasi yang dibangun oleh guru dan pembelajaran tersebut. Kemudian yang dimaksud dengan pengembangan afektif siswa adalah kemampuan yang berhubungan dengan perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Menurut psikologi, sikap dan minat adalah merupakan pola reaksi individu terhadap sesuatu stimulus atau lingkungan. Sikap dan minat merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap yang akan menunjang belajar seseorang ialah “sikap positif (menerima atau suka) terhadap bahan atau mata pelajaran yang akan dipelajari”. 7 Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Sikap positif, cenderung tindakan mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sikap negatif, cenderung tindakan menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. Sikap adalah “kecenderungan untuk bereaksi secara tertentu terhadap hal-hal tertentu”. 8 Melalui sikap, kita memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan yang tindakan yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya. Thomas dan Znaniecki (1920) menegaskan bahwa “sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely psychic inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang 7 8 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,2007), hal. 83-84 Zikri Neni Iska, Psikologi, (Jakarta :Kizi Brother’s,2006) hal.109 6 berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh Individu”. 9 D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan, perumusan penelitian ini dalam bentuk mayor research question untuk memudahkan dalam menjawab pertanyaan di atas di bawah ini akan diuraikan minor research question sebagai berikut : 1. Bagaimana situasi proses pembelajaran berbantuan media gambar animasi 2. Bagaimana gejala-gejala psikologis – afektif pada saat dan setelah siswa mengikuti pembelajaran berbantuan media gambar animasi E. Tujuan dan Manfaat Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai pengembangan afeksi siswa melalui pembelajaran berbantuan media gambar animasi. Di samping itu secara spesifik juga untuk mengetahui bagaimana situasi proses pembelajaran berbantuan media gambar animasi dan bagaimana gejalagejala psikologis-afektif pada saat dan setelah siswa mengikuti pembelajaran berbantuan media gambar animasi. Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi instansi sekolah, sebagai sumbangan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sekolah, dalam pelaksanaan atau menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar menuju tercapainya tujuan yang diharapkan 2. Menarik perhatian peserta didik supaya lebih giat lagi membaca pelajaran IPS Terpadu yang disaji berbentuk gambar animasi 3. Guru, khususnya guru dibidang studi IPS sebagai bahan informasi dalam menentukan jenis media yang digunakan pada proses belajar mengajar 9 Coser, dalam www.bolender.com Diakses 05/05/2010 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Media Gambar Animasi 1. Pengertian Media Pembelajaran Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses pendidikan terdapat komunikator, komunikan, dan pesan (mesange), yakni sebagai komponen-komponen komunikasi. Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communication, yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran, si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya, ikut mengambil bagian. Sumber-sumber belajar selain guru inilah yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan dan atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik, biasanya dikenal sebagai “media pembelajaran’. Dengan demikian, komponen-komponen komunikasi pembelajaran menjadi “komunikator, komunikan, pesan, dan media”. 1 Media berasal dari bahasa latin “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah “perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”. 2 Pada tahun 1982 Heinich dan kawan-kawan mengemukakan istilah medium sebagai perantara. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio, 1 Yudhi Munadi , Media Pembelajaran, (Jakarta :Gaung Persada Press, 2008), hal.2-6 Arief Sadiman, dkk, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta : PT Raja Grafindo,2003) h. 6. 2 7 8 gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan adalah “media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran”. 3 Atwi Suparman dalam kutipan Pupuh Faturrohman mendefinisikan, “media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan”. 4 Sebagaimana dalam buku Asnawir dan Basyiruddin Usman “Association For Education and Communication (AECT), mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Nation Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasi, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang digunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional. 5 Gagne dalam kutipan Arief S Sadiman menyatakan bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Bringgs berpendapat bahwa media adalah segala fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar”. 6 Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh Ahmad Rohani tentang media pendidikan atau pengajar sebagai berikut : a. Segala jenis sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan instruksional, mencakup media grafis, media yang digunakan alat penampil, peta, model, globe dan sebagainya. 3 Azhar Arsyad, Media Pendidikan, (Jakarta : Gramedia,2004), h.4. Pupuh Faturrohman, dkk, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, ( Bandung : PT Refika Aditama,2007), h. 65. 5 Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), h. 11. 6 Arief Sadiman, dkk, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya,… h. 6. 4 9 b. Perantara fisik untuk mencapai isi instruksional termasuk buku, film, video, tape sajian slide, guru dan perilaku non verbal. Dengan kata lain media instruksional mencakup perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar. c. Sarana pendidikan yang digunakan sebagi perantara, dengan menggunakan alat penampil dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi efektivitas dan efisien pencapaian tujuan instruksional meliputi kaset, audio slide, film strif, ohp, film, radio, tv dan lainnya. 7 Media adalah “suatu ekstensi manusia yang memungkinkan mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Sesuai dengan rumusan tersebut, media komunikasi mencakup suratsurat, televisi, film dan telepon, yang memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain”. 8 Sebagaimana dalam bukunya Wina Sanjaya, Rossi dan Breidle, mengenukakan media pembelajaran adalah “seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya.” 9 Dari beberapa pendapat para ahli media dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu dalam proses pembelajaran agar tidak terjadi verbalisme (serba kata). Media juga dapat menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. 2. Manfaat Media Pembelajaran Pengetahuan Sosial Para ahli telah sepakat bahwa media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang dapat gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada dua alasan, mengapa media pendidikan dapat berkenaan dengan manfaat media pendidikan dalam proses belajar siswa antara lain : 7 Ahmad Rohani, Media Interusional Edukatif, (Jakarta : PT Rineka Cipta,2001), h. 3. 8 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : PT Renika Cipta, 1997), h. 246-247. 9 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta : Kencana , 2008), h. 204. 10 1. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. 2. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran. 3. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendegarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. 4. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 10 Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efesien. Akan tetapi, secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Sebagaimana dalam buku Etin Solihatin, Kemp dan Dayton (1895) mengidentifiksi beberapa manfaat media dalam pembelajaran sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. Menyampaikan Materi Pelajaran Dapat Diseragamkan Proses Pembelajaran Menjadi Lebih Jelas dan Menarik Proses Pembelajaran Menjadi Lebih Interaktif Efisiensi dalam Wktu dan Tenaga Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Siswa Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar h. Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif. 11 3. Pengertian Media Gambar Animasi Definisi animasi diambil dari kamus Oxford (1) animate yang berarti yang hidup, (2) animate, mempunyai “arti memberikan kehidupan, (3) animated berarti yang hidup, (4) animation berarti kehidupan, proses pembuatan kartu-kartun yang hidup”. 12 10 Harjanto, Perencanaan Pengajaran…..h. 243-244. Etin Solihatin, Cooperative Learning analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta:: Bumi Aksara, 2008), hal. 23-25. 12 Martin H. Manser, Oxford and Oxford English,(Oxford University Press,1991), h. 14. 11 11 Jadi animasi film yang “seolah hidup, terbuat dari fotografi, gambaran, boneka, dan sebagainya dengan perbedaan tipis antarframes, untuk memberi kesan pergerakan saat diproyeksikan (The Little Oxford Dictionary 19). Animate yang merupakan kata kerja dari bahasa Inggris berarti memberi nyawa. Animasi bukan teknologi yang baru lagi dan telah digunakan dalam berbagai film-film menarik. Namun demikian perkembangannya di Indonesia berjalan lambat sekali. Dari sekian banyak film animasi tiga dimensi yang beredar hampir semuanya adalah buatan luar negeri, bahkan sebagian besar masyarakat tidak mengetahui adanya karya lokal. “ 13 Animasi “adalah suatu rangkaian gambar diam dengan jumlah yang banyak, bila kita proyeksikan akan terlihat seolah – olah hidup (bergerak), seperti yang pernah kita lihat film – film kartun di televisi maupun dilayar lebar. Jadi Animasi kita simpulkan menghidupkan benda diam diproyeksikan menjadi bergerak”. 14 Sebagaimana dalam buku Azhar Arsyad, “Webster mendefinisikan grafis sebagai seni atau ilmu menggambar terutama diartikan untuk menggambar mekanik. Dalam penerapannya pada media visual, makna berkembang lebih luas bukan hanya sekedar gambar saja. Grafis berasal dari bahasa Yunani Grapikos yang artinya melukiskan atau menggambarkan dengan garis-garis sebagai kata sifat graphic diartikan sebagai penjelasan yang hidup, penjelasan yang kuat atau penyajian yang efektif “. 15 Grafis atau gambar merupakan “alat visual yang penting dan mudah didapat. Penting sebab dapat memberi gambaran visual yang konkrit tentang masalah yang digambarkan. Gambar sangat penting digunakan dalam usaha memperjelas pengertian pada peserta didik. Peserta didik dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung didalamnya dengan 13 http://marinishadrina.blogspot.com/2009/10/pengertian-animasi.html,diakses 04/11/2010 14 http://mtholib.wordpress.com/2007/08/21/pengertian-animasi/ diakses 04/11/2010 15 Azhar Arsyad,,,,, hal. 5. 12 jelas karena dengan menggunakan media gambar materi yang diajarkan menjadi lebih mudah dipahami oleh peserta didik sehingga sesuatu yang abstrak bagi peserta didik menjadi lebih konkrit dengan bantuan media gambar”. 16 Gambar yang bisa digunakan tentu yang ada hubungannya dengan pelajaran atau permasalahan yang sedang dihadapi. Guru harus dapat mengarahkan minat peserta didik yang sedang melihat gambar untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pikirannya. Gambar harus dapat merangsang perhatian peserta didik agar dapat memhami dan mampu menciptakan. Gambar dapat lahir ide-ide kreatif tentang permasalahan yang dibicarakan. Adapun kelebihan-kelebihan media gambar sebagai berikut : a. Gambar bersifat konkrit b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu c. Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita d. Gambar dapat memperjelaskan suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar mempunyai beberapa kelemahan yaitu : a. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata b. Gambar benda yang terlalu komplek kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Gambar animasi adalah salah satu bentuk komunikasi grafis, yaitu suatu gambar interpretative yang menggunakan simbol-simbol untuk menanyakan sesuatu pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi atau kejadian-kejadian tertentu. 16 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1994), h. 85 13 4. Fungsi Media Gambar Animasi Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan. Pesan yang dikirimkan oleh guru berupa isi atau materi pelajaran yang dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun nonverbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbolsimbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan “decoding. “ 17 Proses belajar mengajar terjadi pertukaran informasi, ide dan pikiran antara keduanya yang terkadang terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak berjalan efektif dan efisien. Untuk mengatasi kemungkinan diatas dapat digunakan “media pendidikan atau pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar, agar terjadi keserasian dalam penerimaan informasi”. 18 a. Fungsi media sebagai sumber belajar Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat sumber belajar ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Mudhoffir dalam bukunya yang berjudul prinsip-prinsip pengelolaan pusat sumber belajar (1992) menyebutkan bahwa “sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan,orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar”. 19 Belajar mengajar adalah sumber suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu 17 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2008), h. 205 18 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,… h. 205 19 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran,….h. 37. 14 tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat di manamana, di sekolah, di halaman, di pusat kota, dan sebagainya. Dalam buku Syaiful Bahri Djamarah, Udin Saripuddin dan Winataputra mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku atau perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Karena itu, sumber belajar adalah “segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang”. 20 Dalam hal-hal tertentu media berfungsi mengatur langkahlangkah kemajuan serta memberikan umpan balik. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut : a. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki peserta didik b. Media dapat mengatasi ruang kelas. Dalam hal ini media membantu kesukaran suatu terhadap objek yang terlalu besar atau kecil dan terlalu cepat atau lambat c. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antar peserta didik dengan lingkungan d. Media menghasilkan keseragaman pengamat. Pengamatan yang dilakukan peserta didik dapat dilakukan secara bersama di arahkan kepada hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 21 Media digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena memiliki kemampuan untuk menyajikan peristiwa yang kompleks dan rumit menjadi lebih sistematik dan sederhana, meningkatkan daya tarik, perhatian pembelajaran, dan meningkatkan sistematika pembelajaran. b. Fungsi semantik Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (symbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami 20 Syaiful Bahri Djamarah, dkk. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta,2006), h. 122-123 21 Oemar Hamalik, Media Pendidikan,… h. 16-18 15 anak didik (tidak verbalistik). Di muka telah disinggung bahwa bahasa meliputi lambang (symbol) dan isi (content) yakni pikiran dan atau perasaan yang keduanya telah menjadi totalitas pesan (messange), yag tidak dapat dipisahkan. Unsur dasar itu adalah “kata”. Kata atau katakata sudah jelas merupakan simbol verbal. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya. c. Fungsi psikologi (afektif) Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud pencurahan perasaan minat, sikap penghargaan, nilai-nilai, dan perangkat emosi atau kecenderungan-kecenderungan batin. Perlu diingat bahwa “antara tingkah laku afektif dengan tingkah laku kognitif selalu berjalin erat. Pemisahan antara keduanya hanyalah perbedaan tekanan.” 22 Jadi fungsi psikologi (afektif) adalah untuk mengetahui perasaan suka atau menerima, penolakan terhadap objek tertentu. 5. Macam-macam Media Gambar Animasi Media merupakan salah satu rencana untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar (KBM). Karena banyaknya ragam media, maka masingmasing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan tepat digunakan dengan baik dan benar. Menurut Oemar Hamalik media pembelajaran diklasifikasikan menjadi 4 bagian, yaitu : a. Alat-alat visual yang dapat dilihat misalnya film strip, transpransi, papan tulis, gambar-gambar, ilustrasi, chart, bulletin board, micro projection, grafika, poster, peta dan globe. 22 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran,… hal. 37-44 16 b. Alat-alat yang brsifat auditif atau hanya dapat didengar, missal transkip, elektrik, radio, phonograph record, rekaman pada tape recorder. c. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, missal film, dan televisi, benda-benda 3 dimensi yang biasanya dipertunjukan, missal model, specimen, bak pasir dan koleksi diorama. d. Dramatisasi, bermain peran, sosiodrama, sandiwara boneka dan sebagainya. 23 Gerlach dan Ely mengemukakan 3 ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang memungkinkan guru efisien melakukannya, yaitu : a. Ciri fiksatis (fiksative property) Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. b. Ciri manipulative (manipulative property) Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. c. Ciri distributive (distributive property) Ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasi melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar peserta didik dengan stimulus pengalaman yang relative sama mengenai kejadian itu.24 Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam media auditif, visual dan media audiovisual. Media auditif adalah “media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar atau symbol yang bergerak seperti film strip (film rangkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan. Sedangkan media audio visual merupakan media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan yang kedua”. 25 23 Oemar Hamalik, Media pembelajaran, ( Bandung : penerbit Alumni,2000), h.63. Azhar Asyad, Media Pendidikan, (Jakarta : Gramedia,2004), h. 12. 25 Pupuh Fathurrohman, dkk. Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melaui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, ( Bandung : PT Refika Aditama,2007), h. 67-68. 24 17 Bila dilihat dari jenisnya, media yang mempunyai kemampuan yang lebih baik adalah media audio visual, karena media ini dapat menampilkan suara dan gambar yang dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi yang sedang diajarkan. 6. Media Gambar Animasi sebagai media Pembelajaran Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi ini harus diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan peserta didik. Yang dimaksud pesan dan informasi itu dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide pengalaman dan sebagainya. Agar proses komunikasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka seorang guru perlu mengenal tentang fungsi media pengajaran. Asnawir dan M. Basyiruddin Usman mengemukakan tentang fungsifungsi media pembelajaran sebagai berikut: 1. Membantu memudahkan belajar bagi siswa atau mahasiswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru atau dosen. 2. Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi kongkret). 3. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak membosankan). 4. Semua indera murid dapat di aktifkan. Kelemahan satu indera dapat diimbangi oleh indera lainnya. 5. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realita. 26 Yudhi Munadi mengemukakan bahwa ”media pengajaran hendaknya tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu atau peraga atau penggambaran (illustration), tetapi sekaligus sebagai sandi (code) untuk mengajak peserta didik berpikir tentang sesuatu, mendiskusikannya bersama, berdialog untuk menemukan kesimpulan dan jawaban mereka sendiri”. Dengan cara demikian, guru menjadikan sandi tersebut sebagai 26 Asnawir, dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran…h. 29. 18 sesuatu gambaran yang hidup (animation) tentang suatu kejadian, gejala atau permasalahan nyata tertentu”. 27 Berbagai kajian teoritik maupun empirik menunjukkan kegunaan media dalam pembelajaran sebagai berikut : 1. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak kita, sehingga otak kita dapat berfungsi secara optimal. 2. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para siswa. 3. Media dapat melampui batas ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin untuk dialami secara langsung didalam kelas oleh para siswa. 4. Media menghasilkan keragaman pengamatan, dengan demikian memberikan pengalaman dan persepsi yang sama. 5. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya. 6. Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar, seperti pemasangan gambar-gambar di papan temple, pemuataran film, mendengarkan rekaman atau radio dan lain-lain. 7. Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari sesuatu yang konkret maupun abstrak. 8. Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang di tentukan sendiri. 28 Dapat disimpulkan bahwa media yang ditampilkan oleh guru dapat membantu dalam proses pembelajaran dan media juga dapat memberikan pemahaman kepada siswa, serta media mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dan merangsang untuk belajar dengan baik. 7. Efektivitas Media Gambar Animasi Dalam kamus besar Bahasa Indonesia efek berarti “akibat, pengaruh. Efektivitas adalah pengaruhnya, akibatnya atau kesannya.” 29 27 Yudhi Munadi, Pendayagunaan Media Pengajaran dalam Berbagai Model Belajar, Didaktika Islamika : Jurnal Keislaman, Kependidikan dan Kebahasaaan. III (9 Oktober,2002), h. 81. 28 Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Pustekkom – Diknas, Kencana, 2004), h.458-459. 29 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 218-219. 19 Kata efektif, menurut kamus kata serapan yang berarti akibat, hasil, tepat dan berguna. Jadi efektivitas mempunyai arti “keadaan berakibat atau mencapai hasil yang baik.” 30 Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa “efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, terbentuknya kompetensi, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Masalah efektivitas biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan.” 31 Jadi efektivitas dalam pembelajaran yang menggunakan media dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebelum, pada saat belajar dan setelah proses pembelajaran berlangsung dengan berbantuan media gambar animasi. Penggunaan media gambar animasi yang efektif dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis, sebagai berikut: 1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. Pengalaman masing-masing individu beragam karena kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan macam pengalaman yang dimiliki mereka. 2. Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk dialami secara langsung oleh siswa didalam kelas, seperti objek yang terlalu besar atau terlalu kecil gerakan-gerakan yang diamati terlalu cepat atau terlalu lambat, maka dengan melalui media akan dapat diatasi kesukaran tersebut. 3. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang dilakukan siswa dapat secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan yang ingin dicapai. 4. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkret dan realistis. 30 Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), h.145. 31 E. Mulyasa, Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara,2009), h.173 20 5. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan menggunakan media, horizon pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin tajam dan konsep-konsep dengan sendirinya semakin lengkap, sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar selalu timbul. 6. Media dapat membangkitkan pengalaman yang integral dari suatu yang kongkrit sampai kepada yang abstrak. Sebuah film tentang suatu benda atau kejadian yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa, akan dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang wujud, ukuran dan lokasi. 32 Dengan adanya media dalam proses pembelajaran, dapat membantu guru dalam menjelaskan materi pelajaran, juga dapat membangkitkan minat dan semangat belajar siswa menjadi besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan adanya media, siswa dapat pengalaman baru dalam belajar dan semangat dalam memahami suatu pelajaran yang diajarkan oleh guru. B . Tingkatan Ranah Afektif Dalam Proses Pembelajaran 1. Pengertian Afektif Dikutip dari kamus C.P. Chaplin “ attitude ( sikap atau pendirian) satu predisposisi atau kecenderungan yang relative stabil dan berlangsung terus-menerus untuk bertingkah laku atau mereaksi dengan satu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek atau persoalan tertentu. 33 Kata afektif menurut Surawan Martinus dalam kata serapan berarti “bersifat, berhubungan dengan cinta kasih saying”. 34 Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia afektif mempunyai arti berkenaan dengan perasaan (seperti takut, cinta), keadaan perasaan yang mempengaruhi keadaan 32 Arief S. Sadiman, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatnnya,... 99 33 C.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, ( Jakarta : PT RajaGrafindp Persada1997), h.14-15. 34 Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 15. 21 penyakit (tentang penyakit jiwa), gaya atau makna yang menunjukkan perasaan . 35 Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut “attitude” pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer (1862), yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Jadi sikap ialah suatu hal yang menentukan sikap sifat, hakekat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang. 36 Dapat disimpulkan bahwa afektif dapat diartikan sebagai perilaku menerima, menghargai suatu objek. Afektif juga diartikan sebagai perbuatan yang positif dan negatif seseorang yang dapat dilihat dari perilaku individunya terhadap suatu objek tertentu. Menurut M. Ngalim Purwanto, “ sikap atau yang dalam bahasa inggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang, suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang terjadi.” 37 Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Sikap ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa “sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif sematamata. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu: penerimaan, jawaban atau reksi, penilaian, organisasi dan internalisasi”. 38 35 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 8 36 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991), h. 161 - 162 37 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1985), cet. 5, h. 141. 38 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : PT Renika Cipta,2003), h. 188 22 Dapat disimpulkan bahwa afektif adalah reaksi individu terhadap apa yang dilihat atau apa yang sedang terjadi. Dengan ditandai dengan penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi, yang dilakukan oleh setiap individu. Dikutip dari Ensiklopedi Psikologi “ sikap adalah nilai positif di dalam diri seseorang terhadap orang lain”. 39 Hasil belajar menurut Bloom (1976) mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan. Menurut Popham, ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif. Sikap dapat didefinisikan “sebagai suatu predisposisi atau kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun objekobjek tertentu”. 40 39 Rom Harre dan Roger Lamb, Ensiklopedi Psikologi, (Jakarta : Arcan, 1996), h. 26. Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sumartana, Evaluasi Pendidikan, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1986), hal 275. 40 23 Menurut Bruno, sikap (attitude) adalah “kecenderungan yang relative menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu”. 41 Sikap adalah “kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Jadi sikap seseorang terhadap objek sikap tergantung kepada individu dalam menyikapi stimulus yang ditimbulkan”. 42 Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap menurut para ahli adalah sikap nilai positif yang dimiliki setiap individu baik dengan cara baik atau buruk untuk menerima terhadap objek tertentu. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan “karakteristik afektif peserta didik”. 43 Jadi dapat disimpulkan bahwa, “sikap selalu berkenaan dengan objek, dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif dan negative. Orang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang dianggapnya tidak bernilai atau merugikan. Orang yang memiliki sikap mampu untuk memilih secara tegas diantara beberapa kemungkinan. Sikap 41 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 120. 42 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta : PT Bulan Bintang ,2000), Cet. Ke-8, h. 94. 43 http://www.idonbiu.com/2009/05/hakikat-pembelajaran-afektif.html diakses tgl 23/11/2010 24 yang dimiliki oleh seorang siswa memungkinkan siswa tersebut untuk bertindak sesuai dengan keyakinannya sesuai dengan objek yang disikapinya”. 44 Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan. Menurut Popham ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif. “Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. “ 45 Jadi ranah afektif dalam proses pembelajaran dapat disimpulkan adalah keberhasilan proses pembelajaran yaitu tergantung kondisi afektif peserta didik itu sendiri, karena peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang dalam mempelajari pelajaran tertentu, sehingga akan mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal. 2. Tingkatan Ranah Afektif Menurut Beberapa Ahli Menurut Krathwohl (1961) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah 44 http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010 45 http://gurupintar.ut.ac.id/forum/viewtopic.php?f=19&t=64 diakses tgl 23/11/2010 25 komponen afektif. Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu: “receiving (attending), responding, valuing, organization, dan characterization”. 46 Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya. Ranah afektif seperti yang dikembangkan oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia, dalam garis besarnya sebagai berikut. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan : a) Menerima (receiving) Jenjang ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut dalam fenomena atau stimulus khusus (kegiatan dalam kelas, musik, baca buku, dan sebagainya). Dipandang dari segi pengajaran, jenjang ini berhubungan dengan menimbulkan, mempertahankan, dan mengarahkan perhatian siswa. Hasil belajar dalam jenjang ini mulai dari kesadaran bahwa sesuatu itu ada sampai kepada minat khusus dari pihak siswa. Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran 46 http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010 26 dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attending juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilainilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau mengidentifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak disiplin harus disingkirkan jauh-jauh. 47 b) Menjawab (responding) Kemampuan ini bertalian dengan partisipasi siswa. Pada tingkat ini, siswa tidak hanya menghadiri suatu fenomena tertentu tetapi juga mereaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hasil belajar dalam jenjang ini dapat menekankan kemauan untuk menjawab (misalnya secara sukarela membaca tanpa ditugaskan) atau kepuasan dalam menjawab (misalnya membaca untuk kenikmatan atau kegembiraan). Kecenderungan mereaksi atau sikap siswa terhadap sesuatu hal, orang atau benda dengan demikian bisa tiga kemungkinan, yaitu “suka (menerima atau senang), tidak suka (menolak atau tidak senang), dan sikap acuh tak acuh”. 48 Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk mempelajarinya lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi, ajaranajaran Islam tentang kedisiplinan. 47 http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010 48 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,2007), hal. 83 27 c) Menilai (valuting) Jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu. Jenjang ini berjenjang mulai dari hanya sekadar penerimaan nilai (ingin memperbaiki keterampilan kelompok) sampai ketingkat komitmen yang lebih (menerima tanggung jawab untuk fungsi kelompok yang lebih efektif). Valuing (menilai atau menghargai). Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan itu adalah baik, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang valuting adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat. d) Organisasi (organization) Tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan atau memecahkan konflik diantara nilai-nilai itu, dan mulai membentuk suatu system nilai yang konsisten secara internal. Jadi, memberikan penekanan pada membandingkan, menghubungkan dan mensistesiskan nilai-nilai. Hasil belajar bertalian dengan konseptualisasi suatu nilai (memperbaiki hubungan-hubungan 28 manusia) atau dengan organisasi suatu nilai (merencanakan suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhannya baik dalam hal keamanan ekonomis maupun pelayanan sosial). Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif jenjang organization adalah “peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.” 49 e) Karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai Pada jenjang ini individu memiliki system nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama sehingga membentuk karakteristik pola hidup. Jadi, sikap adalah “keadaan mental dandasar dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu kepada objek dan situasi yang berkaitan dengannya.” 50 Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. 1. Sikap Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap 49 http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010 50 David O. Sears, Psikologi Sosial Jilid I, ( Jakarta : Erlangga,1998), h. 137. 29 sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. Sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek itu. Jadi, “sikap (attitude) bisa diterjemahkan dengan tepat sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap sesuatu hal. Sikap (attitude) senantiasa terarahkan kepada sesuatu hal, suatu objek. Tidak ada sikap (attitude) tanpa ada objeknya. “ 51 Menurut Fishbein dan Ajzen “sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan. Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif”. 52 2. Minat Menurut Getzel, minat “adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk 51 W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2004), H.160 – 161. 52 http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010 30 memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Penilaian minat dapat digunakan untuk: a. mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran, b. mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya, c. pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik 3. Konsep Diri Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat. 4. Nilai Nilai menurut Rokeach merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cendrung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti 31 sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan juga negative. Selanjutnnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu. 5. Moral Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak. Ranah afektif lain yang penting adalah: a. Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain. Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik. c. Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan. d. Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang. 53 b. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu “keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang”. 54 Sikap manusia telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli psikologi terkemuka. Berkowitz menemukan adanya lebih dari 53 http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010 54 http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010 32 tigapuluh definisi sikap. Puluhan definisi ini pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah-satu diantara tiga kerangka pemikiran. Kelompok pemikiran yang pertama diwakili oleh Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Carles Osgood. Mereka mendefiniskan sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Secara lebih spesifik, Thurstone memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis. Pendapat serupa diungkapkan oleh ahli psikologi lain seperti Berkowitz. Berkowitz mengatakan bahwa “sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut”. 55 Kelompok pemikiran kedua diwakili oleh para ahli psikologi sosial dan psikologi kepribadian seperti Chave, Bogardus, LaPiere, Mead, dan Gordon Alport, yang mana konsep mereka mengenai sikap lebih kompleks, tidak hanya sekedar reaksi perasaan semata. Menurut mereka sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Pendapat ini juga didukung oleh ahli psikologi lain seperti Gagne, Calhoun, Thomas, Znaniecki, dan Aiken. LaPiere mendefinisikan sikap “sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Sedangkan Allport mengemukakan bahwa sikap “adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau berarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya”. 56 Hal serupa diungkapkan oleh Gagne bahwa sikap merupakan keadaan kesiapan mental dan susunan syaraf, yang mempengaruhi atau yang dinamis terhadap respon individu atas semua obyek atau situasi yang 55 http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ diakses 25/05/2010 56 http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ diakses 25/05/2010 33 berhubungan. Menurut Calhoun sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu. Dalam istilah kecenderungan (predisposition), terkandung pengertian arah tindakan yang akan dilakukan seseorang berkenaan dengan suatu objek. Arah tersebut dapat bersifat mendekati atau menjauhi suatu objek (orang, benda, ide, lingkungan, dan lain-lain), dilandasi oleh perasaan penilaian individu yang bersangkutan terhadap objek-objek tersebut. Misalnya, ia menyukai atau tidak menyukainya, menyenangi atau tidak menyenanginya, menyetujui atau tidak menyetujuinya. Aiken mendefinisikan sikap “sebagai predisposisi atau kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap objek, situasi, konsep, atau orang lain”. 57 Kelompok pemikiran ketiga adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi satu sama lain dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. 58 Menurut Azwar selain pembagian kerangka di atas, ada dua pendekatan baru dalam mendefinisikan sikap yang dikembangkan oleh para psikologi sosial mutakhir. Pendekatan yang pertama adalah yang memandang sikap sebagai kombinasi reaksi kognitif, afektif, dan perilaku terhadap suatu objek. Ketiga komponen ini secara bersama-sama mengorganisasikan sikap individu. Pendekatan kedua timbul dikarenakan adanya ketidakpuasan atas penjelasan mengenai inkonsistensi yang terjadi antara ketiga komponen kognisi, afeksi, dan konasi dalam membentuk sikap. Pengikut pendekatan ini memandang perlu untuk membatasi konsep sikap hanya pada aspek afektif saja. Definisi yang mereka ajukan 57 58 http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ diakses 25/05/2010 http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ diakses 25/05/2010 34 mengatakan bahwa “sikap tidak lain adalah penilaian (afek) positif atau negatif terhadap suatu objek”. 59 Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli afektif adalah menurut mereka sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Mereka mendefinisikan sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Secara lebih spesifik, ahli psikologi yang diwakili oleh Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis. Sedangkan Berkowitz mengatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Dalam istilah kecenderungan (predisposition), yaitu arah tindakan yang akan dilakukan seseorang berkenaan dengan suatu objek. Arah tersebut dapat bersifat mendekati atau menjauhi suatu objek (orang, benda, ide, lingkungan, dan lain-lain), dilandasi oleh perasaan penilaian individu yang bersangkutan terhadap objek-objek tersebut. Misalnya, ia menyukai atau tidak menyukainya, menyenangi atau tidak menyenanginya, menyetujui atau tidak menyetujuinya. Menurut kerangka pemikiran ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi satu sama lain dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Jadi dari semua definisi diatas adalah mereka mengatakan bahwa sikap tidak lain adalah penilaian (afek) positif atau negatif terhadap suatu objek. 3. Karakteristik Ranah Afektif Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. 59 http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ diakses 25/05/2010 35 Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas atau arah ide dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik dari afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi kesekolah, situasi sosial atau pembelajaran. Tiap unsur ini bias merupakan target kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Sering kali peserta didik cendrung sadar bahwa kecemasannya adalah tes. Pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk mencapai dimensi yang lainnya yaitu sikap dan keterampilan afektif berhubungan dengan volume yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seserorang yang tumbuh dari dalam, afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral yang diakibatkan proses pembelajaran yang dilakukan guru. Sikap afektif erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki oleh seseorang, sikap “merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki, oleh karenanya pendidikan sikap pada dasarnya adalah pendidikan nilai”. 60 Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain, berupa “kesadaran beragama yang mantap”. 61 60 Sofan Amri, dkk. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Pestasi Pustaka,2010), 208-209 61 Muhibbin Syah. Psikologi Belajar, ( Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 51 36 Dapat disimpulkan bahwa karakteristik afektif menurut pendapat para ahli adalah memilki dua kriteria yaitu pertama perilaku yang melibatkan perasaan individu dan emosi seseorang. Kedua, perilaku tipikal atau perilaku seseorang atau sifat yang dimiliki seseorang dalam menilai suatu objek tertentu. Menurut para pakar psikologi sikap adalah sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Jadi dari semua definisi diatas adalah mereka mengatakan bahwa sikap tidak lain adalah penilaian (afek) positif atau negatif terhadap suatu objek. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan metodologi penelitian yang terdiri dari Pendekatan Penelitian, Lokasi Penelitian, Pengumpulan Data yang terdiri dari sumber data, jenis data, dan Cara dan alat Bantu Pengumpulan Data, Validitas Data, dan Pengolahan dan Analisis Data. A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang didasari oleh keinginan untuk mengetahui gejala-gejala psikologis-afektif siswa di saat dan setelah mengikuti pembelajaran berbantuan media gambar animasi. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah ‘makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu”. 1 Penelitian ini mengenai efektifitas media gambar animasi tehadap pengembangan afeksi siswa ini adalah suatu penelitian kualitatif. Moleong menyimpulkan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan 1 Burhan Bugin, Sosiologi Komunikasi ( Teori Paradigma dan Diskusi Teknologi Komunikasi di Masyarakat), (Jakarta : Kencana, 2008), h. 302. 37 38 dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 2 Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya melalui pengumpulan data . Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. 3 Berdasarkan judul yang penulis ambil, maka dalam penelitian penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini mempunyai ciri khas yang terletak pada tujuannya, yaitu mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan efektivitas media gambar animasi terhadap pengembangan afektif siswa. Jadi pendekatan ini sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan “data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari organisasi dan perilaku yang dapat diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut secara holistic”. 4 B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMPI Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan No. 7-8. Pemilihan SMPI Al-Ikhlas berdasarkan karena Sekolah Menengah Pertama Islam Al Ikhlas Cipete Jakarta Selatan berawal dari Yayasan Masjid Al Ikhlas yang didirikan pada tanggal 14 April 1967, dengan Akte Notaris R.Soerojo wongsowidjojo, SH., Nomor 24 tanggal 31 juli.1967, yang kemudian diperbaiki melalui Akte Notaris NY. Yetty Taher, SH., No. 77, tanggal 30 Oktober 1995. Melalui surat keputusan Dekdikbud DKI Jakarta Selatan No: 2811.O1G4IL’88, tanggal 4 juli 1986, SMP Islam Al Ikhlas resmi berdiri yang terletak di Jln Cipete III, Cilandak Jakarta Selatan, yang menjadi kepala sekolah saat ini yaitu Drs. H. Prasetyo. 2 Lexy J. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 5-6 3 Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, ( Jakarta : Kencana, 2008), h. 56. 4 Sanapiah Fasila, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2007), h.20. 39 SMP Islam Al-Ikhlas ditetapkan oleh MENDIKNAS sebagai sekolah RSBI. Dan pada tahun ajaran 2009/2010 sekolah SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan ini membuka kelas Internasional. Penelitian ini dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kegiatan Penelitian Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penyusunan √ Proposal Seminar Proposal Pemantapan Bab I Pemantapan Bab II Pemantapan Bab II Pembuatan Kisi-kisi wawancara Pedoman wawancara Pengkodingan dan kategorisasi hasil wawancara Penyusunan alat pengumpulan data Triangulasi dan verifikasi data Pelaksanaan pengumpulan data Pengolahan dan analisis data √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 40 C. Pengumpulan Data 1. Sumber Data Informan adalah “orang dalam pada latar penelitian. Fungsinya sebagai orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian”. 5 Dalam penelitian ini, penulis memilih beberapa informan (siswa) untuk memberikan informasi. Informan yang penulis ambil mempunyai beberapa kriteria. Kriteria dari informan dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Mewakili gender artinya ada keterwakilan dari siswa laki-laki dan perempuan b. Siswa SMP pada level terjadi, tidak di level rendah juga tidak di level tinggi. Kesesuaian berarti informan dipilih berdasarkan keterkaitan dengan topik penelitian,yaitu beberapa siswa kelas VIII SMPI Al-Ikhlas Jakarta. Sedangkan kecukupan berarti data yang diperoleh harus dapat menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian. 2. Jenis Data Data dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu data primer dan sekunder. Pertama, data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) yaitu “untuk memperoleh informasi sejelas mungkin tentang hal yang berhubungan dengan yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif menggunakan wawancara terbuka yang para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud wawancara”. 6 Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai beberapa siswa yang ada di sekolah SMPI Al-Ikhlas, dan jumlah yang diwawancarai terdiri dari 5 siswa. 5 6 Basrowi, dkk, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2008), h. 86 Basrowi, dkk, Memahami Penelitian Kualitatif,… h. 129 41 Kedua, data sekunder yaitu data yang digunakan untuk melengkapi dan mendukung data primer. Selain itu, data sekunder dapat pula diperoleh melaui literature, majalah ilmiah seperti jurnal, dan hasil penelitian yang terkait dengan masalah yang diteliti. 7 3. Cara dan Alat Bantu Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yaitu wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Metode wawancara mendalam digunakan untuk mengumpulkan data dari semua informan yang telah disebut diatas. Sedangkan alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah “panduan atau pedoman wawancara, alat pencatat, dan alat perekam suara (tape recorder), catatn atau hasil observasi di lapangan”. 8 D. Validitas Data Penelitian kualitatif dilakukan secara purposive sehingga agar validitas data tetap terjaga perlu dilakukan beberapa strategi. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi yang terdiri atas triangulasi metode dan triangulasi sumber. Triangulasi “adalah pengamatan dilakukan secara berulangulang untuk memenuhi kriteria reliabilitas data, yang meliputi cek, cek ulang dan pengecekan data”. 9 Pertama, triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan beberapa pengumpulan data yaitu dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan, observasi dan telaah dokumen. Kedua, mendapatkan data yang lengkap dengan triangulasi sumber dilakukan dengan menggunakan sejumlah informan yang berbeda, yaitu diambil dari beberapa siswa kelas VIII. Dalam penelitian ini triangulasi merujuk pada pengumpulan informasi melalui berbagai metode. 10 7 Lexy J. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 159 8 Lexy J. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif,… h. 232 9 Basrowi, dkk, Memahami Penelitian Kualitatif,… h. 191 10 A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif,( Jakarta : Pustaka Jaya, 2000), h. 149-150. 42 E. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari wawancara dikumpulkan untuk verifikasi, yaitu untuk memeriksa kembali akurasi dan kelengkapan data. Dari hasil verifikasi tersebut, temuan dan data yang diperoleh dapat dianalisis untuk mengetahui kecendrungan yang terjadi dari obejek penelitian sehingga dapat ditarik kesimpulan. Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dilakukan secara manual dengan langkah-langkah berikut : a) Pengumpulan data melalui wawancara, telaah dan observasi b) Membuat transkip data hasil wawancara dengan mengubah rekaman (audio) hasil penelitian setiap informan menjadi bentuk tulisan (laporan hasil wawancara) c) Penandaan pada data atau informasi yang mempunyai pola yang sama d) Mengelompokkan informasi-informasi yang terdapat pada transkip masing-masing informan ke variabel-variabel yang telah ditentukan e) Penyajian ringkasan data dalam bentuk tabel sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas f) Analisis data yang merupakan usaha memilih, memilah membuang, menggologkan data untuk menjawab dua permasalahan pokok. Dan berpikir untuk memperjelas kategori data sehingga data yang ada bermakna dengan mencari dan menemukan pola serta hubungan dan membuat temuan-temuan baru. 11 Dengan kata lain, analisis data adalah data yang membahas data hasil penelitian yang dilihat sebagai tema untuk dicari kesenjangan datanya. Pada teknik ini dilakukan pengkodean informasi sehingga menghasilkan daftar tema sehingga dapat dianalisis yang ada pada bab berikutnya yaitu bab IV. 11 Basrowi, dkk, Memahami Penelitian Kualitatif,…h. 192-193 BAB IV HASIL PENELITIAN Efektivitas Media Gambar Animasi Terhadap Pengembangan Afektif Siswa A. Profil Sekolah 1. Gambaran Umum SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan a. Sejarah SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan Sekolah Menengah Pertama Islam Al Ikhlas Cipete Jakarta Selatan berawal dari Yayasan Masjid Al Ikhlas yang didirikan pada tanggal 14 April 1967, dengan Akte Notaris R.Soerojo wongsowidjojo, SH., Nomor 24 tanggal 31 juli.1967, yang kemudian diperbaiki melalui Akte Notaris NY. Yetty Taher, SH., No. 77, tanggal 30 Oktober 1995. Gambar 1 Gedung Sekolah Menengah Pertama Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan 37 38 Melalui surat keputusan Dekdikbud DKI Jakarta Selatan No: 2811.O1G4IL’88, tanggal 4 juli 1986, SMP Islam Al Ikhlas resmi berdiri yang terletak di Jln Cipete III, Cilandak Jakarta Selatan, yang menjadi kepala sekolah saat ini yaitu Drs. H. Prasetyo. SMP Islam Al-Ikhlas ditetapkan oleh MENDIKNAS sebagai sekolah RSBI. Dan pada tahun ajaran 2009/2010 sekolah SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan ini membuka kelas Internasional. b. Visi dan Misi SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan Visi: Menjadi Sekolah Islam Unggulan yang Diminati Masyarakat. Misi: • Melaksanakan pembelajaran secara efektif dengan kurikulum nasional yang terintegrasi dengan muatan Islam • Melaksanakan pembelajaran Agama Islam yang berkwalitas • Mengembangkan dan membina potensi siswa dalam bidang non akademik (ekstrakulikuler) • Melaksanakan bimbingan pembinaan kepribadian siswa yang Islami • Melahirkan siswa yang mampu mengenali potensi diri dan mampu menghadapi tantangan • Menciptakan lingkungan sekolah yang bernuansa Islami • Menciptakan brand image positif di masyarakat • Menyediakan SDM yang unggul dalam belajar. c. Strategi SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan • Menerapkan model pendidikan yang berbasis kepada kompetensi siswa. • Menetapkan standar kwalifikasi out come siswa yang meliputi standar kwalifikasi kompetensi diri dan standar kwalifikasi akademik • Menjalin kerja sama dengan orang tua, masyarakat, serta komponen pendidikan untuk meningkatkan efektifitas pendidikan. • Melakukan Bench Marking • Senantiasa melakukan Continuous Improvement. 39 d. Guru SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan 1) Kondisi Guru Jumlah guru : Laki-Laki : 20 Perempuan : 16 Gambar Guru-guru Al – Ikhlas 2) Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah No. Tingkat Pendidikan 1. S3/S2 2. S1 3. D-4 4. D3/Sarmud 5. D2 6. D1 Jumlah Jumlah dan Status Guru GT/PNS GTT/Guru Bantu L P L P 1 11 11 8 4 12 1 12 8 4 Jumlah 1 34 1 36 40 e. Fasilitas SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan Ruang kelas ber AC Lab. Fisika Lab. Biologi Ruang Keterampilan Studio music Ruang Audio Visual Lab.bahasa Perpustakaan Besar Lab. Komputer Masjid Al Ikhlas 41 Indoor Gym biasa digunakan sebagai tempat untuk kegiatan keputrian siswi SMP Islam Al-Ikhlas, sekaligus sebagai tempat shalat zhuhur berjama’ah siswi pada hari jum’at. f. Kurikulum SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan - MISI 1.: Melaksanakan Pembelajaran secara Efektif dengan kurikulum yang terintegrasi dengan Islam. Kegiatan Misi 1: - • Seleksi PSB • Program Pemantapan ( Alix Enrichment programme ) • Program Try Out • Pembuatan silabus yang mengintegrasikan muatan islam • EHB • Remedial • Moving Class • Matrikulasi • Math and Science in English • Pembinaan Siswa berbakat (MIPA). MISI 2 : Melaksanakan pendidikan agama yang berkualitas Kegiatan Misi 2 : • Tilawah Qur’an ( pemantauan tilawah lewat SKU ) • Murajaah / setoran hafalan • Hafalan dzikir • Praktek wudhu dan shalat • Pembelajaran agama yang memperhatikan aspek aqidah, ibadah dan wawasan secara berimbang • Gemar infaq / kotak infaq • Peduli dhuafa ( kunjungan ) • Pembelajaran tarikh / siroh. 42 - MISI 3 : Mengembangkan dan membina potensi siswa dalam bidang non akademik Kegiatan Misi 3 : • Alix Ekskul Exebition • Latihan Rutin • Kompetisi / eksebisi / Sparing partner • Bengkel kerja ( robotik ) g. Ekstra Kurikuler SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan Tujuan Ekstrakurikuler • Berprestasi dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan regional maupun nasional. • Mendayagunakan secara optimal sarana dan prasarana sekolah yang ada. • Menemukan bakat dan ketrampilan siswa sehingga berkembang secara optimal. • Menyalurkan dan mengembangkan minat dan bakat siswa Jenis Ekstra Kurikuler • Bola • Basket Putra • Bola Basket Putri • Sepak Bola / Futsal • Sains Club • Robotik • Bulu Tangkis • Tari Tradisional Alix (Tralix) • Drum Band • Manga • Pramuka • Bahasa Mandarin • Tae Kwon Do • Panahan 43 • Multi Media Art • Business For Teen • Tenis Lapangan • Gamelan Gambar Ekstra Kurikuler Drum Band h. Prestasi Bidang Olahraga No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Jenis Lomba Basket Putri Sepak Bola Futsal Basket Putri Basket Putra Sepak Bola Sepak Bola Basket Putri Basket Putri Basket Putra Porseni Karate Putra Tenis Meja Sepak Bola Bola Basket Putri Karate Beregu Karate Beregu Futsal Meraih Juara II Juara II Juara II Juara II Juara III Juara II MVP Juara III Juara I Juara II Juara I Juara II Juara I Juara II Juara II Juara I Juara I 44 Bidang Akademik No 1 2 3 4 5 6 Jenis Lomba Meraih Listening & Reading Comprehension Web Design Merakit Komputer Story Telling News Reading Written Penyelenggara Juara II SMU Percik Juara I Juara II Juara III Juara III Juara II Bakti Idhata Cup Bakti Idhata Tingkat Kecamatan tingkat Kecamatan tingkat Kecamatan Bidang Seni No 1 2 3 4 Jenis Lomba Meraih Penyelenggara Tari Ratoh se-DKI Jakarta Juara II Juara PBB Temu Drum SMU Purnama Band Finalis Tari Saman SMU SkyFest Labs.Kebayoran Finalis Tari saman Juara Harapan III dari 10 SkyFest Besar B. Analisis Hasil Wawanacara 1. Efektivitas Media Gambar Animasi Terhadap Pengembangan Afektif Siswa Bab ini akan mendeskripsikan keadaan informan siswa berdasarkan hasil wawancara. Deskripsi ini meliputi latar belakang interaksi siswa dengan berbagai sumber belajar di sekolah, penerimaan siswa terhadap pembelajaran berbantuan media gambar animasi, dan gejala-gejala psikologis-afektif siswa pada saat dan setelah mereka mengikuti pembelajaran berbantuan media gambar animasi. A. Latar Belakang Interaksi Siswa dengan Berbagai Sumber Belajar di Sekolah 45 1. Ketersediaan Sumber Belajar dan Keterlibatan Siswa dalam Pengadaannya Telah berdiri sekolah mulai tanggal 4 Juli 1986, yang berlokasi di daerah Jakarta Selatan. Sekolah tersebut telah ditetapkan oleh MENDIKNAS sebagai sekolah Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI). Pendidikan sekolah tersebut, mulai dari Play Group, TK, SD, dan SMP. Sekolah ini bernama SMPI Al-Ikhlas Jakarta. Sekolah Al-Ikhlas dibangun lima lantai, yang terdiri lantai dasar untuk kantor Yayasan Al-Ikhlas, staf karyawan Yasdik, lap computer, lab biologi, lab fisika, ruang Multimedia, ruang Keterampilan, ruang Audio Visual, dan perpustakaan. Lantai dua, adanya kelas untuk proses pembelajaran, kantor kepala sekolah, ruang TU, lab bahasa, lantai tiga ruang kelas, lab AlQuran, kantor wakil kepala sekolah, lantai 4 aula untuk acara-acara sekolah, dan lantai 5 adanya lapangan tennis dan badminton. Yang bersekolah di Al-Ikhlas terdiri dari kalangan menengah atas. Mulai dari anak pejabat, artis, budayawan, pengusaha, dan masyarakat sekitar. Pagi hari di jalan Cipete macet, dikarenakan para pengantar banyak yang menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun motor. Dan banyak yang parkir di sekitar depan pagar sekolah sehingga menambah macet. Di sekolah Al-Ikhlas terdapat banyak sekali sarana dan fasilitas yang tersedia, seperti lapangan parkir yang luas, lapangan bola, lapangan badminton, tennis dan di depan sekolah berdiri masjid yang besar untuk digunakan oleh semua siswa beserta guru, staf karyawan SMPI Al-Ikhlas dan masyarakat sekitar untuk beribadah. Karena SMPI Al-Ikhlas mempunyai misi yaitu melaksanakan pembelajaran secara efektif dengan kurikulum yang 46 terintegrasi dengan islam, agar siswa-siswanya dapat menjadi manusia beriman kepada Allah SWT dan berakhlak mulia. Dan sumber belajar di sekolah SMPI Al-Ikhlas pun telah tersedia dengan baik, diantaranya terdapat Lab Al-Quran, lab Biologi, lab Fisika, lab Komputer, lab Bahasa, ruang Multimedia, ruang Keterampilan, ruang Audio Visual, dan Perpustakaan besar yang terletak di lantai dasar sekolah itu. Dengan adanya sarana dan fasilitas sumber belajar di sekolah tersebut, siswa belajarnya pun sudah terpenuhi dengan baik. Di sekolah SMPI Al-Ikhlas mempunyai peraturan yang sangat ketat. Dan peraturan itu berlaku untuk semua siswa dan juga para guru-gurunya. Di sekolah SMPI Al-Ikhlas mempunyai aturan seperti, masuk pada jam 07:00 pagi dan pulang jam 14:00 siang, khusus untuk kelas RSBI pulang jam 15:00 sore. Untuk sore harinya siswa diwajibkan untuk mengikuti eskul yang ada di sekolah itu. Siswa yang terlambat masuk, 15 menit setelah bel masuk maka siswanya harus meminta izin kepada guru piket untuk diberikan izin masuk kelas, apabila siswa tersebut sudah terlambat ketiga kalinya, maka siswa tersebut diizinkan pulang dan memanggil orang tuanya untuk menghadap wali kelas untuk menyelesaikan masalah anaknya itu. Dihari Jum’at pada jam pertama pelajaran dianjurkan untuk semua siswa dan guru untuk sholat Dhuha bersama-sama yang dilaksanakan di ruang aula yang ada dilantai 4. Dan khusus hari sabtunya di sekolah diadakan pendalaman materi untuk siswanya. Setiap belajar, siswa diwajibkan mempunyai buku mata pelajaran untuk setiap siswa. Seperti buku paket IPS Terpadu, buku catatan dan buku latihan. Dengan tersedianya sumber belajar di 47 sekolah tersebut, siswa diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Aktivitas siswa dari segi akademisnya banyak menjurai lomba-lomba, diantaranya pernah menjurai Lomba Listening dan Reading Comprehension, dan dari kegiatan ekstra kulikulernya pernah menjurai tari daerah yaitu tari Saman yang diadakan di Turki pada bulan April yang lalu. Di sekolah SMPI Al-Ikhlas juga ada yang mengajarkan keterampilan khusus putri, diantaranya Memasak, Membuat Kue, Membuat kerajinan seperti membuat taplak meja, menyulam, menjahit dan membuat hasil karya dari bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi dan hasilnya dapat di jual kepada teman-teman sekelasnya masing-masing. Ketersediaan sarana dan fasilitas yang di sekolah ini, seimbang dengan harga biaya masuknya. Selain itu juga di sekolah SMPI Al-Ikhlas mempunyai para pengajar yang sudah professional sehingga membuat hasil belajar siswanya memuaskan. Dengan sumber belajar yang lengkap, siswa diharapkan dapat melaksanakan kegiatan proses pembelajaran yang efektif dan mendapatkan hasil yang memuaskan pula. Adaya sarana dan fasilitas di sekolah SMPI Al-Ikhlas, maka sudah hampir semua kebutuhan yang diperlukan oleh semua siswa yang ada di sekolah itu sudah terpenuhi dengan baik. 2. Kesempatan Siswa Dalam Mengakses Sumber Belajar Telah dijelaskan diatas tentang latar belakang sekolah dan sarana dan fasilitas yang ada di sekolah SMPI Al-Ikhlas, maka disini akan mendeskripsikan kesempatan siswa dalam 48 menggunakan sumber belajar yang ada di sekolah Al-Ikhlas. Seperti Lab komputer, lab Bahasa, lab biologi, lab fisika, ruang keterampilan, ruang audio visual, perpustakaan dan masjid. Di dalam perpustakaan sekolah Al-Ikhlas, banyak sekali buku-buku yang disediakan sekolah untuk memenuhi kebutuhan siswanya. Seperti, buku-buku bacaan, buku mata pelajaran, kamus seperti Bahasa Indonesia dan Inggris, Ensiklopedi, dan lain-lain. Selain itu, di perpustakaan Al-Ikhlas juga disediakan artikel, Koran contohnya Koran Republika, Kompas, dan komputer untuk siswa yang memerlukan sumber internet dalam mencari bahan atau materi pelajaran yang diberikan oleh guru bidang studi mereka. Siswa diberikan kesempatan untuk keluar kelas mencari bahan atau tugas yang diberikan gurunya, tetapi tetap guru mendampingi siswa. Tetapi siswa yang keluar kelas harus membawa surat izin, dan surat izin tersebut siswa memintanya kepada guru piket. Surat izin tersebut harus sudah ditanggani oleh guru bidang studi yang sedang mengajar dan guru piket pada saat itu. Contohnya, siswa yang mendapat tugas dari gurunya untuk mencari artikel tentang peninggalan-peninggalan kerajaan HinduBudha melalui internet, maka siswa di persilahkan untuk keluar kelas. Dan siswa itu mencari bahan atau materi yang dibutuhkan ada di perpustakaan yang ada di sekolah. Semua bahan atau materi yang dibutuhkan oleh setiap siswa ada di perpustakaan atau berada di sekitar sekolah, dan artikel , siswa tidak susah lagi mencari-cari ke luar sekolah karena itu semua sudah di penuhi oleh sekolah. 49 Di sekolah SMPI Al-Ikhlas, memberikan kesempatan untuk siswanya untuk menyalurkan dan mengembangkan minat dan bakat mereka, seperti siswa mengikuti kegiatan ekstra kulikuler yang ada di sekolah seperti tari tradisional, drum band, dan lainlain. Agar siswanya dapat berkreasi dan menyalurkan bakat mereka miliki. Banyak sekali kesempatan siswa dalam mengakses sumber belajar yang ada di Al-Ikhlas, selain ada di perpustakaan juga dapat memperoleh sumber belajar dari lingkungan sekitar. Yang dapat dipelajari secara alami oleh siswa-siswanya, seperti dapat menghargai orang lain. Interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan gurunya terjalin dengan baik. Bila ada siswa yang bermasalah, langsung ditangani oleh guru bimbingan konseling untuk menyelesaikan masalahnya. 3. Interaksi Siswa Dengan Berbagai Sumber Belajar Sarana dan fasilitas sumber belajar di sekolah SMPI AlIkhlas, memang sudah terpenuhi dengan baik. Selain fasilitas dan sarana yang dijelaskan sebelumnya, dibawah ini akan menjelaskan bagaimana siswa berinteraksi dengan sumber belajar yang ada di sekolah seperti : a. Di sekolah SMPI Al-Ikhlas, setiap siswa diwajibkan untuk mempunyai buku paket untuk setiap mata pelajaran. b. Selain mempunyai buku paket, siswa diwajibkan mempunyai buku catatan dan buku latihan untuk setiap mata pelajaran. c. Setiap siswa diwajibkan memakai baju seragam yang lengkap sesuai dengan ketentuan sekolah yang berlaku. d. Tidak boleh membawa alat komunikasi atau Hp kedalam kelas. Jika ada siswa yang melanggar, maka siswa tersebut langsung 50 mendapat sanksi, seperti HP disita untuk sementara dan memanggil orang tua untuk bertemu dengan wali kelasnya dan mengambil hpnya. Dari beberapa poin diatas telah dijelaskan poin-poin yang dibuat oleh siswanya sendiri dan dari pihak sekolah, agar setiap siswa wajib menaati peraturan yang berlaku di sekolah tersebut. Untuk sumber belajar yang telah disediakan di sekolah, siswa diperbolehkan untuk keluar kelas, apabila siswa tersebut memerlukan bahan materi yang ada di perpustakaan yang terletak dilantai dasar. Namun begitu, siswa yang keluar kelas harus mendapat izin dari guru yang mengajar di kelasnya. Dan siswanya pun harus membawa surat izin, bahwa kalau siswa itu telah mendapatkan izin keluar, yang kemudian surat izin tersebut ditunjukkan kepada guru yang piket. Perpustakaan di sekolah SMPI Al-Ikhlas itu juga mempunyai peraturan, dan peraturan itu juga harus ditaati oleh setiap siswa yang berkunjung ke perpustakaan. Seperti, untuk peminjaman buku yang ada di perpustakaan, siswa diwajibkan untuk meminjam hanya satu buku untuk sekali peminjaman. Selain bagaimana interaksi siswa kepada sumber belajar yang ada di sekolah, mereka sudah terbiasa mencari bahan materi atau tugas mereka melalui internet. Di perpustakaan juga disediakan komputer yang fungsinya untuk membuka internet di dalam perpustakaan sekolah, yang disediakan untuk siswa. Siswa di sekolah SMPI Al-Ikhlas diperbolehkan untuk membawa laptop ke sekolah. Bagi kelas RSBI , memang sudah memakai sistem ITI dalam proses pembelajarannya. Dan setiap 51 siswa diwajibkan untuk membawa laptop masing-masing, gurunya pun begitu dan yang mengajar di kelas RSBI diharuskan menggunakan bahasa Inggris dalam setiap mengajar. Siswa yang bersekolah di SMPI Al-Ikhlas, dalam bergaul dengan teman dan lingkungan sekitar sangat baik, sopan dan bersahabat. Sekolah SMPI Al-Ikhlas juga mempunyai beberapa kegiatan ekstra kulikuler, yang dapat menyalurkan dan mengembangkan bakat dan minat siswa, seperti tari tradisional, drum band, bola basket putri, basket putra, dan pramuka. Tujuan dari kegiatan itu semua, siswa disarankan untuk mengikuti kegiatan yang ada di sekolah itu. Selain untuk menyalurkan bakat dan minat juga untuk mendayagunakan dan memanfaatkan secara optimal sarana dan prasarana sekolah yang ada dan dapat menemukan bakat dan keterampilan siswa sehingga berkembang secara optimal. B. Situasi Proses Pembelajaran Berbantuan Media Gambar Animasi 1. Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran Waktu itu hari kamis siang. Dihari itulah ada mata pelajaran IPS. Saat itu jadwal mengajar di kelas VII. Guru bidang studi IPS masuk ke kelas. Yang pertama guru lakukan adalah memberi salam, mengabsen siswa satu persatu, sebelum memulai pembelajaran. Serta guru memberikan motivasi kepada siswa, agar siswa belajarnya semangat. Saat itu kelas masih berantakan dan kotor, karena sebelumnya di pakai untuk mata pelajaran kesenian. Sedangkan guru meminta siswa-siswanya untuk membersihkan kelasnya. Walaupun kelas sudah dibersihkan, suasana kelas masih gaduh atau berisik. Kemudian guru menghimbau kepada siswanya untuk tenang dan bersiap untuk belajar. 52 Kemudian guru bidang studi IPS membaca basmallah sebelum memulai pembelajaran dan mempersilahkan siswanya untuk membuka buku IPS. Guru bidang studi IPS mengulang beberapa materi yang lalu agar siswanya tidak melupakan materi sebelumnya. Saat itu kelas VII sedang mempelajari materi Geografi yang membahas tentang Hidrosfer dan Atmosfer. Semua siswa membuka buku mata pelajaran IPS guru memberikan kesempatan kepada siswanya untuk membaca materi sebelum guru menjelaskan. Guru mata pelajaran IPS saat itu telah mempersiapkan alat media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, seperti proyektor, CD interaktif, dan laptop. Setelah semuanya telah siap disiapkan oleh guru bidang studi IPS, diantara siswanya ada yang bertanya kepada guru, “ bu hari ini kita belajarnya memakai media yach bu… Kemudian guru bidang studi itu menjawab, “iya, hari ini ibu memakai media. Setelah semua siswa telah membaca dan membuka buku mata pelajaran IPS, kemudian siswa mendengarkan guru yang sedang menjelaskan materi di depan kelas. Guru menjelaskan materi sambil memperlihatkan media audio visual yang berisikan materi tentang angin muson. Sikap siswa kelihatan sangat senang sekali dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika guru menjelaskan materi itu. Karena pada saat itu, sikap siswa banyak yang duduk ditempat duduknya masing-masing. Walaupun tidak semua siswa yang memperhatikan guru yang sedang menjelaskan didepan, tetapi sebagian siswanya 53 banyak juga yang memperhatikan, walaupun sambil bercanda dengan teman sebangkunya. 2. Kegiatan Inti Pembelajaran Sebelum memulai pembelajaran, guru bidang studi IPS, mengulas sedikit materi yang lalu kepada siswanya, agar siswanya tidak lupa. Karena sebelumnya guru memberikan tugas rumah kepada siswanya, guru mengoreksi bersama-sama hasil tugas siswanya di kelas. Setelah selesai mengoreksi tugas siswanya, guru bidang studi IPS melanjutkan materi selanjutnya, yaitu mempelajari materi tentang Hidrosfer dan Atmosfer. Sebelumnya siswa dipersilahkan untuk membuka buku paket dan memberikan kesempatan untuk membaca. Kemudian guru mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam mengajar, seperti proyektor, laptop dan CD interaktif. Guru bidang studi IPS dalam mengajar menggunakan media audio visual, yang menggunakan CD interaktif yang berisi tentang semua Pelajaran IPS Terpadu. Kemudian dinyalakan proyektor dan dimasukkan CD kedalam laptop yang telah disiapkan oleh guru. Maka mulai proses pembelajaran, yang menggunakan media. Reaksi siswa pada saat itu menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh kepada guru yang sedang mengajar di depan. Walaupun ada salah satu siswanya ada yang bercanda, proses pembelajaran tetap berjalan dengan lancar dan efektif. Proses pembelajaran yang menggunakan media itu menjadikan inspirasi siswa di kelas. Adanya media yang digunakan 54 guru dalam mengajar membuat siswa merasa senang dan tidak merasa jenuh dalam belajar pada saat itu. Proses pembelajaran pada saat itu berjalan dengan lancar, karena adanya interaksi siswa, seperti Tanya jawab yang dilakukan oleh siswa dan guru, maka kelas terasa hidup dan aktif. Media yang digunakan guru pada saat itu adalah media gambar animasi. Media gambar animasi adalah sebuah pesan pembelajaran yang disampaikan melalui saluran gambar animasi yang tertuang dalam simbol-simbol komunikasi gambar gerak. Dengan menggunakan media yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, sikap siswa banyak memperhatikan, menghargai, dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh, bahkan siswanya kreatif dan kritik bertanya. Walaupun dalam proses pembelajaran terjadi perbedaan pendapat tetapi tetap tidak mengurangi semangat belajar siswa. Banyak hal yang didapat pada proses pembelajaran yang menggunakan media pada saat itu, diantaranya : • Antutias siswa semangat dalam mengikuti proses pembelajaran • Terjadi interaksi siswa • Sikap siswa menerimanya, seperti memperhatikan, menghargai, dan mendengarkan guru yang sedang mengajar di depan kelas • Semangat belajar siswa menjadi bertambah, karena media gambar animasi yang ditampilkan guru dapat membuat inspirasi dan mudah dimengerti 55 • Dengan tampilan gambar animasi yang menarik yang digunakan guru dalam mengajar membuat siswa tidak merasa jenuh dalam belajar Suasana kelas pada saat itu menjadi aktif dan hidup, karena guru bidang studi IPS kreatif, inovatif dalam mengajar sehingga banyak sikap siswa yang menyukainya. Ketika pembelajaran berlangsung cukup lama dan siswanya sudah merasa jenuh, maka guru mulai mengambil tindakan yaitu mengajak bermain siswa sambil menampilkan gambar-gambar yang lucu sampai siswa itu merasa enjoy kembali. Setelah siswa merasa siap untuk melanjutkan belajar, maka guru melanjutkan menjelaskan materi sambil menampilkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi. 3. Kegiatan Penutup Pembelajaran Proses pembelajaran telah berlangsung dan adanya terjadi interaksi siswa. Guru bidang studi IPS memberikan pertanyaan kepada salah satu siswanya. Dan siswanya menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru mereka. Adanya interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga efektif media yang digunakan oleh guru bidang studi IPS itu. Kebanyakan sikap siswa menyukai media gambar animasi yang digunakan oleh guru bidang studi IPS itu. Dengan adanya media gambar animasi yang digunakan oleh guru bidang studi itu, siswa menjadi inspiratif dan mudah mengerti materi yang telah dijelaskan oleh guru mereka. Karena guru mereka kreatif, inovatif dalam menggunakan dan menjelaskan materi kepada siswanya. 56 Karena guru menggunakan media dalam mengajar, sikap siswa tidak banyak bicara, mereka lebih memperhatikan , mendengarkan dengan sungguh-sungguh, karena media gambar animasinya menarik. Di tengah-tengah pembelajaran, banyak siswa yang bertanya tentang materi yang sedang dijelaskan oleh guru mereka, karena siswa ada yang belum mengerti. Kemudian guru memberikan penjelasan dan jawaban tentang apa yang ditanyakan oleh siswanya. Kemudian siswa mengadakan refleksi, yaitu menjelaskan kembali dan mengulang-ulang medianya, untuk diperlihatkan kembali. Sikap siswa menunjukkan sangat senang sekali ketika guru sering mengulang media gambar animasinya. Setelah itu, guru memberikan pertanyaan tentang apa yang sudah dijelaskan sebelumnya. Sikap siswa pun menjawabnya dengan senang hati, karena mereka suka dengan apa yang dilakukan oleh gurunya itu. Kemudian guru meminta siswanya untuk menutup bukunya dan mempersilahkan membuka buku catatan dan latihan. Guru memberikan catatan sedikit sambil memutarkan gambar animasi seperti angin muson yang dapat bergerak-gerak. Sikap siswa pada saat itu sangat antutias sekali mencatat poin-poin penting yang diberikan oleh guru mereka. Apa yang dilakukan oleh guru mereka semata-mata untuk mempermudah siswanya untuk mengingat materi yang diajarkan, karena kalau tidak ada catatan, pasti siswa mudah lupa. Setelah memberikan catatan kepada siswanya, guru memberikan latihan, tentang apa yang sudah dijelaskan. Siswa 57 benar-benar memperhatikan dengan sungguh-sungguh yang guru jelaskan agar dapat mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru dengan benar. Kemudian setelah memberikan catatan dan latihan kepada siswanya, guru memberikan tugas mandiri tidak terstruktur, untuk dikerjakan dirumah. Akhirnya jam pelajaran IPS telah berakhir, guru pun menutup pelajaran dengan memberikan kesimpulan dan motivasi kepada siswanya. Juga memberikan tugas rumah dan memberi tugas untuk membaca materi selanjutnya. Dan guru menutup pelajaran dengan membaca hamdalah. C. Gejala-gejala Psikologis-Afektif Siswa Pada Saat dan Setelah Mereka Mengikuti Pembelajaran Berbantuan Media Gambar Animasi 1. Penerimaan Siswa Terhadap Berbantuan Media Gambar Animasi Sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran yang menggunakan media gambar animasi, mereka sangat senang, semangat, dan antutias mengikuti proses pembelajaran. Siswa pun duduk ditempat duduknya masing-masing. Walaupun ada salah satu teman dari mereka ada yang bercanda, tetapi mereka masih tetap memperhatikan dan memusatkan perhatian pada pelajaran. Dengan adanya media gambar animasi yang digunakan oleh guru dalam mengajar, siswa dapat lebih jelas dan mudah mengerti pelajaran yang dijelaskan oleh guru mereka. Mereka berpendapat guru yang menggunakan media dalam mengajar membuat siswa mudah mengerti, apalagi dengan media gambar animasi yang telah dilakukan oleh guru mereka, karena media gambar animasi itu menarik perhatian. Serta guru menjelaskannya dengan baik dan 58 disertai contoh-contoh yang konkrit seperti materi geografi yaitu angin muson yang dapat bergerak-gerak. Ketika pembelajaran berlangsung cukup lama, dan siswa merasa jenuh, maka guru mengambil inisiatif untuk mengajak bermain siswanya sambil menampilkan gambar-gambar yang lucu sampai siswa-siswanya itu merasa enjoy sampai habis masa jenuh mereka, kemudian guru melanjutkan pembelajaran. Pada saat mengikuti pembelajaran, sikap siswa menerima, memperhatikan, mendengarkan dengan sungguh-sungguh guru yang sedang menjelaskan di depan kelas. Karena gambar animasi termasuk gambar yang dapat menarik perhatian siswa. Media yang digunakan dan ditampilkan oleh guru serta dirancang sangat menarik, kreatif dan inovatif yang dibuat oleh guru mereka, sehingga membuat sikap siswa sangat suka dengan apa yang ditampilkan oleh guru mereka. Adanya media yang digunakan oleh guru, membuat siswa menjadi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran, mereka selalu bertanya kepada guru tentang apa yang belum mereka pahami dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru mereka, sehingga kelas pada saat itu menjadi hidup tidak pasif. Siswa menganggap media gambar animasi yang digunakan oleh guru mereka, sangat menarik perhatian mereka, serta menjadi inspirasi bagi siswa dan mudah dimengerti, walaupun hanya ditampilkan gambar yang dapat bergerak-gerak siswa juga mendapatkan catatan poin-poin penting tentang materi yang sedang dijelaskan oleh guru mereka. 59 Gambar animasi adalah salah satu bentuk komunikasi grafis, yaitu suatu gambar interpretative yang menggunakan simbol-simbol untuk menanyakan sesuatu pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi atau kejadiankejadian tertentu. Sikap siswa saat proses pembelajaran berlangsung sangat semangat sekali, ketika mengetahui bahwa guru mereka akan menggunakan media dalam mengajar. Setelah selesai pembelajaran pun, sikap siswa masih tetap senang dan gembira, karena gambar animasi dapat menjadi inspirasi mereka untuk menggambar. Dan siswanya pun masih tetap semangat untuk melanjutkan materi pelajaran untuk selanjutnya. 2. Reaksi Siswa Terhadap Pembelajaran Berbantuan Media Gambar Animasi Reaksi siswa pada saat dan sesudah pembelajaran yang menggunakan media gambar animasi, sangat senang dan menerima. Dengan ditandai dengan mereka sangat memperhatikan, memperhatikan, dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh materi yang guru menjelaskan di depan kelas. Sikap siswa menunjukkan keseriusan dalam mengikuti proses pembelajaran yang berbantuan media gambar animasi yang ditampilkan oleh guru mereka. Gambar yang biasa digunakan tentu ada hubungannya dengan pelajaran yang sedang dijelaskan. Dengan gambar animasi dapat mengarahkan sikap siswa yang melihat gambar tersebut 60 untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang timbul dalam pikiran siswanya. Proses pembelajaran yang menggunakan media gambar animasi dapat menarik perhatian siswa, gambar animasi juga dapat menarik simpati siswa. Ketika siswa sudah merasa jenuh atau bosen dalam mengikuti pembelajaran. Adanya interaksi anatara siswa dengan guru ketika proses pembelajaran yang berbantuan media gambar animasi, dengan ditandai adanya tanya jawab yang dilakukan oleh siswa dan siswa yang lain juga menanggapi siswa yang bertanya kepada guru bidang studi mereka. Siswa berpendapat, karena di sekolah Al-Ikhlas ini sarana dan fasilitasnya ada maka wajarlah guru bidang studi menggunakan dan memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh sekolah, kreatif dan inovatif dalam menggunakannya. Dan juga dapat membantu dalam mengajar juga meringankan guru bidang studi dalam menjelaskan materi pelajaran di depan kelas. Sikap siswanya juga pun menerima dan menghargai guru yang sedang mengajar di depan kelas yang menggunakan media gambar animasi tersebut. Dengan memperhatikan, mendengarkan dengan sungguh-sungguh guru yang sedang mengajar di depan kelas. Bahkan siswanya pun menjadi kreatif dan kritik dalam bertanya kepada guru mereka, karena dengan ditampilkan gambar animasi itu membuat timbul pertanyaan di pikirin siswa dan siswanya pun mudah mengerti apa yang dijelaskan oleh guru mereka. 61 3. Karakteristik Afektif Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran Berbantuan Media Gambar Animasi Setelah dijelaskan diatas bagaimana penerimaan siswa terhadap pembelajaran berbantuan media gambar animasi dan reaksi siswa akan dijelaskan karakteristik sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran berbantuan media gambar animasi. Karakteristik afektif itu dibagi menjadi lima (5) diantaranya : a. Sikap Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Sikap positif, cenderung tindakan mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sikap negatif, cenderung tindakan menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. Sikap adalah kecenderungan untuk bereaksi secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Adanya kecenderungan sikap siswa yang menerima pembelajaran yang menggunakan media gambar animasi tersebut dan menerimanya secara positif, contohnya ketika siswa saat mengikuti pembelajaran IPS dan setelah mengikuti pembelajaran berbantuan media gambar animasi. Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. 62 Dengan media yang digunakan guru dalam mengajar sikap siswapun berubah pada saat dan setelah pembelajaran berbantuan media gambar animasi ditandai dengan sikap mereka menyukai pelajaran IPS yang selama ini kebanyakan siswa tidak menyukai karena pelajaran IPS itu membosankan dan menghafal tetapi setelah guru mereka kreatif menggunakan media sikap mereka pun berubah menjadi menyukai pelajaran IPS. Mereka sangat menerima yang ditunjukkan dengan memperhatikan, mendengarkan dengan sungguh-sungguh guru yang sedang menjelaskan di depan. Walaupun siswanya ada yang bercanda pada saat proses pembelajaran berlangsung, tetapi tetap saja memperhatikan dan memusatkan perhatian pada pelajaran itu. Dengan adanya media gambar animasi yang digunakan oleh guru bidang studi sikap siswa semangat belajarnya menjadi bertambah dan sangat antutias mengikutinya. Karakteristik sikap siswa dapat terjadi diakibatkan karena kesediaan bereaksi terhadap sesuatu hal, yang senantiasa terarahkan kepada sesuatu hal, suatu objek yaitu media gambar animasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa, sikap selalu berkenaan dengan objek, dan sikap terhadap objek ini diseratai dengan perasaan positif dan negative. Orang mempunyai sikap posiyif terhadap suatu objek yang dianggapnya tidak bernilai atau merugikan. Orang yang memiliki sikap mampu untuk memilih secara tegas diantara beberapa kemungkinan. Sikap yang dimiliki oleh seorang siswa memungkinkan siswa tersebut untuk bertindak sesuai dengan keyakinannya sesuai dengan objek yang disikapinya. b. Minat 63 Adanya minat yang mendorong siswa untuk mengikuti proses pembelajaran yang berbantuan media gambar animasi, sehingga siswa mendapatkan ide kreatif baru yang dilakukan oleh gurunya, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan memperhatikan atau pencapaian dalam proses pembelajaran. Minat atau keinginan juga kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Penilaian minat dapat digunakan untuk: • mengetahui minat siswa sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran, • mengetahui bakat dan minat siswa yang sebenarnya, • pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual siswa, • menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas, Dengan ditampilkannya gambar animasi dalam proses pembelajaran, minat siswa dalam belajar menjadi meningkat daripada sebelum menggunakan media sama sekali. Dikarenakan gambar animasi tersebut yang ditampilkan oleh guru itu menarik, kreatif, sehingga membuat siswa tidak merasa jenuh dalam belajar dan dapat memberikan pemahaman kepada siswa melalui gambar. Dengan gambar pula dapat menjadi sebuah pertanyaan yang timbul di pikiran siswa. Dan menjadikan kelas menjadi hidup karena adanya interaksi antara siswa dan guru. Gambar yang biasa digunakan tentu yang ada hubungannya dengan pelajaran atau permasalahan yang sedang dihadapi. Guru dapat mengarahkan minat siswa yang sedang melihat gambar untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang timbul dalam pikirannya. Gambar harus dapat merangsang perhatian siswa agar dapat memahami dan mampu menciptakan argumen dari gambar 64 yang dilihatnya, sehingga dari sebuah gambar dapat lahir ide-ide kreatif siswa tentang permasalahan yang dibicarakan. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat siswa. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi siswa, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif siswa. c. Konsep Diri Setelah minat, yaitu konsep diri. Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan siswa terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Maksudnya, setelah proses pembelajaran telah selesai guru bidang studi biasanya memberikan latihan kepada siswanya apakah siswa tersebut mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya itu. Jika siswa tersebut bisa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya, berarti sikap siswa itu benar-benar memperhatikan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung dan guru bidang studi tersebut telah berhasil dalam mengajar. Apabila siswa tidak mampu menyelesaikan tugasnya, sikap siswa itu tidak sungguh-sungguh memperhatikan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung, dan gurunya pun telah gagal dalam mengajar. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut: 65 • Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan siswa. • Siswa mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai. • Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya. • Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan siswa. • Siswa menjadi lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang berbantuan media gambar yang ditampilkan oleh guru • Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input siswa. • Siswa dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran. • Siswa dapat mengetahui ketuntasan belajarnya. • Melatih kejujuran dan kemandirian siswa. • Siswa memahami kemampuan dirinya. • Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap siswa. • Mempermudah remedial, pendidik hasilnya untuk dapat melaksanakan untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan. • Siswa belajar terbuka dengan orang lain. • Siswa menjadi mampu menilai dirinya. • Siswa dapat mencari materi sendiri. • Siswa dapat berkomunikasi dengan temannya. d. Nilai 66 Nilai disni lebih diartikan sebagai tindakan, perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk oleh siswa. Maksudnya, perilaku dan tindakan siswa selama mereka berada di dalam kelas atau berada dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Apa yang biasa dikerjakan siswa selama berada di dalam kelas maupun di luar kelas dan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Perilaku siswa yang baik dan sopan sangat menentukan nilai mereka, apa sikap mereka mempunyai akhlak yang baik ketika mereka berada di dalam kelas maupun berada di luar kelas, tutur kata yang sopan ketika berbicara dengan guru maupun kepada teman sebaya. Dan dalam berpakaian pun mempunyai nilai bagi siswa, karena siswa wajib mengikuti peraturan sekolah yaitu berpakaian yang rapi dan lengkap sesuai dengan ketentuan sekolah. Jika siswa itu melanggar atau tidak menaati peraturan tersebut, berarti sikap siswa itu tidak mencerminkan sebagai siswa yang baik. Kewajiban siswa pun harus dilakukan seperti datang kesekolah tepat waktu, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan mengumpulkan tugas pada waktunya sesuai dengan kesepakatan antara siswa dengan gurunya. Dikaitkan dengan pembelajaran berbantuan media gambar animasi yang dilakukan oleh guru bidang studi itu sikap siswa, menerima, menghargai, memperhatikan dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika guru menjelaskan di depan kelas. e. Moral Yang terakhir adalah moral. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar atau perasaaan terhadap tindakan yang dilakukan siswa di dalam kelas maupun di luar kelas dan perilaku yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 67 Siswa setelah mengikuti proses pembelajaran berbantuan media gambar animasi tersebut, sikap siswa menjadi lebih bisa menghargai, menghormati, mendengarkan guru yang sedang menjelaskan di depan kelas. Karena di sekolah SMPI Al-Ikhlas ini mempunyai motto Cerdas berakhlak. Tantangan bagi sekolah untuk bisa menciptakan anak didik yang mengenal dan mampu mengatasi ketertinggalan akan ilmu pengetahuan umum dan pengetahuan agama dan juga teknologi. Maka karakteristik afektif siswa yang terakhir ini adalah moral, maka di sekolah Al-Ikhlas selain di ajarkan ilmu-ilmu pengetahuan, agamanya pun sangat dipentingkan sekali. Karena dengan agamalah akhlak siswa dapat dibina dengan baik, supaya dikemudian hari dapat menciptakan manusia yang cerdas dan berakhlak mulia. Tugas guru pun semakin bertambah, selain sebagai pendidik, guru pun harus mampu membina siswanya untuk berakhlak yang baik dan bertutur kata yang sopan santun kepada siapa pun yang ditemuinya. Melalui sikap, kita memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan tindakan yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang. 68 BAB V KESIMPULAN Setelah menganalisis, penulis dapat menyimpulkan bahwa efektivitas media gambar animasi terhadap pengembangan afektif siswa sebagai berikut : 1. Efektivitas media gambar animasi yang penulis dapatkan dari beberapa responden kebanyakan mereka (siswa) menyukai, tertarik dengan adanya guru menggunakan media dalam mengajar. 2. Media gambar animasi yang digunakan guru dalam mengajar di kelas membuat sikap siswa suka dengan media tersebut. Menurut mereka (siswa) media gambar animasi dapat menjadi inspiratif bagu siswa. 3. Guru yang menggunakan media gambar animasi dalam mengajar di kelas, kebanyakan sikap siswa menerima, memperhatikan, mengahrgai, dan mendegarkan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh. 4. Dengan media gambar animasi yang digunakan oleh guru dalam mengajar, dapat membuat sikap siswa tidak mudah jenuh atau bosen dalam proses pembaelajaran. 5. Media gambar animasi yang digunakan oleh guru memiliki keuntungan, yaitu tampilan gambarnya udah dipahami oleh siswa. 69 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991) Amri, Sofan, dkk. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Pestasi Pustaka,2010) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993) Arsyad, Azhar, Media Pendidikan, (Jakarta : Gramedia,2004) Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : cipuatat Press, 2002) Bugin, Burhan, Sosiologi Komunikasi ( Teori Paradigma dan Diskusi Teknologi Komunikasi di Masyarakat), (Jakarta : Kencana, 2008) Chaplin, C.P., Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT RajaGrafindp Persada, 1997. Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996) Fasila, Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007) Faturrohman, Pupuh, dkk, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, ( Bandung: PT Refika Aditama,2007) Gerungan, W. A., Psikologi Sosial, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2004 Hamalik, Oemar, Media pembelajaran, ( Bandung : penerbit Alumni,2000) Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : PT Renika Cipta, 1997) Harre, Rom dan Roger Lamb, Ensiklopedi Psikologi, (Jakarta : Arcan, 1996), Iska, Zikri Neni, Psikologi, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006) Kriyantono, Rahmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, 48: Kencana, 2008) Komunikasi Pemasaran, ( Jakarta 70 Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Pustekkom – Diknas, Kencana,2004) Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009) Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran, (Jakarta :Gaung Persada Press, 2008) Munadi, Yudhi, Pendayagunaan Media Pengajaran dalam Berbagai Model Belajar, Didaktika Islamika : Jurnal Keislaman, Kependidikan dan Kebahasaaan. III (9 Oktober,2002), h. 81. Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sumartana, Evaluasi Pendidikan, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1986) O. Sears, David, Psikologi Sosial Jilid I, ( Jakarta : Erlangga,1998) Poerwadarminta, WJS., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1991). Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1990), cet. 5, _________________, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. Ke-16 Rohani, Ahmad, Media Instruksional Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta, 1997. Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,2007) Sadiman, Arief, dkk, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta : PT Raja Grafindo,2003) Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008) Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta : PT Bulan Bintang ,2000), Cet. Ke-8, Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : PT Renika Cipta,2003), Solihatin, Etin, Cooperative Learning analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, ( Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu, 1999) 71 _____________, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003) Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet ke-10. Coser, dalam www.bolender.com Koeshandar, Ade, Guru dan Media Pembelajaran, http:// www. Pustekkom.Go.Id / teknodik/t13/isi.htm#5 http://alumnisman1tebas.blogspot.com/2010/02/definisi-sikap.html http://ariesmada.net/kurikulum/PENILAIAN_AFEKTIF.pdf http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ http://marinishadrina.blogspot.com/2009/10/pengertian-animasi.html http://mtholib.wordpress.com/2007/08/21/pengertian-animasi/ http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bab ini merupakan bab penutup. Oleh karena itu, penelitian ini akan dipaparkan termasuk kesimpulan dari temuan dan hasil wawancara informan (siswa). Pertama, Ketersediaan Sumber Belajar dan Keterlibatan Siswa dalam Pengadaannya. Dengan ketersediaan sarana dan fasilitas yang ada di sekolah ini, kebutuhan siswa dapat terpenuhi dengan baik karena tersedianya sarana dan fasilitas yang lengkap. Dengan sumber belajar yang lengkap, siswa dapat melaksanakan kegiatan proses pembelajaran secara efektif dan mendapatkan hasil yang memuaskan pula. Adanya sarana dan fasilitas di sekolah SMPI Al-Ikhlas, proses pembelajaran yang ada di SMPI Al-Ikhlas dapat berjalan dengan lancar. Proses pembelajaran berbantuan media gambar animasi di sekolah SMPI AlIkhlas juga dapat membantu mengurangi kejenuhan belajar siswa dan membantu proses belajar mengajar di SMPI Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan . Kedua, dengan ditampilkannya media gambar animasi banyak sikap siswa yang menyukai proses pembelajaran berbantuan media gambar animasi tersebut. Dengan ditandai dengan sikap siswa menghargai, memperhatikan dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh guru yang menjelaskan di depan kelas. Maka efektivitas media gambar animasi yang ditampilkan oleh guru sudah tercapai. 64 65 B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis dapat menyampaikan saransaran sebagai berikut: 1. Bagi guru bidang studi, hendaknya menggunakan media atau alat peraga serta metode yang dapat menarik siswa untuk belajar. Sehingga, siswa tidak mengalami kejenuhan dalam belajar. 2. Bagi siswa, hendaknya persiapkan diri dengan baik ketika hendak ke sekolah untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Berangkat dari rumah biasakan untuk sarapan terlebih dahulu. Sehingga, kondisi fisik di sekolah selalu sehat atau siap untuk mengikuti pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991) Alwasilah, A. Chaedar, Pokoknya Kualitatif,( Jakarta : Pustaka Jaya, 2000) Amri, Sofan, dkk. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Pestasi Pustaka,2010) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993) Arsyad, Azhar, Media Pendidikan, (Jakarta : Gramedia,2004) Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : cipuatat Press, 2002) Basrowi, dkk, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2008) Bugin, Burhan, Sosiologi Komunikasi ( Teori Paradigma dan Diskusi Teknologi Komunikasi di Masyarakat), (Jakarta : Kencana, 2008) Chaplin, C.P., Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT RajaGrafindp Persada, 199). Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996) Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar dan Mengajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta,2006) Fasila, Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007) Faturrohman, Pupuh, dkk, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, ( Bandung: PT Refika Aditama,2007) Gerungan, W. A., Psikologi Sosial, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2004 Hamalik, Oemar, Media pembelajaran, ( Bandung : penerbit Alumni,2000) 66 67 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : PT Renika Cipta, 1997) Harre, Rom dan Roger Lamb, Ensiklopedi Psikologi, (Jakarta : Arcan, 1996) Iska, Zikri Neni, Psikologi, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006) Kriyantono, Rahmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, ( Jakarta : Kencana, 2008) Manser, Martin H. Oxford and Oxford English,(Oxford University Press,1991) Martinus, Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001) Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Pustekkom – Diknas, Kencana,2004) Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009) Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran, (Jakarta :Gaung Persada Press, 2008) Munadi, Yudhi, Pendayagunaan Media Pengajaran dalam Berbagai Model Belajar, Didaktika Islamika : Jurnal Keislaman, Kependidikan dan Kebahasaaan. III (9 Oktober,2002) Mulyasa, E. Implementasi KTSP Kemandirian Guru, (Jakarta : Bumi Aksara,2009) Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sumartana, Evaluasi Pendidikan, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1986) O. Sears, David, Psikologi Sosial Jilid I, ( Jakarta : Erlangga,1998) Poerwadarminta, WJS., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1991) Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1985), cet. 5, Rohani, Ahmad, Media Instruksional Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta, 1997. Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,2007) Sadiman, Arief, dkk, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta : PT Raja Grafindo,2003) 68 Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008) Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta : PT Bulan Bintang ,2000), Cet. Ke-8, Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : PT Renika Cipta,2003), Solihatin, Etin, Cooperative Learning analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, ( Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu, 1999) _____________, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003) Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet ke-10. Coser, dalam www.bolender.com http://alumnisman1tebas.blogspot.com/2010/02/definisi-sikap.html http://ariesmada.net/kurikulum/PENILAIAN_AFEKTIF.pdf http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ http://marinishadrina.blogspot.com/2009/10/pengertian-animasi.html http://mtholib.wordpress.com/2007/08/21/pengertian-animasi/ http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle http://www.idonbiu.com/2009/05/hakikat-pembelajaran-afektif.html http://gurupintar.ut.ac.id/forum/viewtopic.php?f=19&t=64 HASIL WAWANCARA Tempat Wawancara : Perpustakaan Al-Ikhlas Pukul : 09.09 – 10.30 Hari, tanggal : Kamis, 19 Agustus 2010 Responden : Siswa kelas 8 C ( Geby, Della, dan Prima) T: Bagaimana cara kamu meningkatkan motivasi agar tetap memunculkan memperhatikan guru di kelas? R: Perhatiin dengan sungguh-sungguh, ,memperhatikan, dan tidak ngobrol T: Apa yang dapat menimbulkan perhatian kamu saat guru mengajar? R : tampilannya (media gambar animasi) menarik, animasinya keren karena ada suaranya T : Apakah media gambar animasi dapat memunculkan perhatian kamu dalam belajar? R : lebih menjadi inspirasi buat gambar, seru, lebih dimengerti dan dapat memunculkan sebuah pertanyaan T : Bagaimana kamu mempertahankan perhatian pada media gambar animasi saat proses pembelajaran berlangsung? R : Tidak bercanda, tidak ngobrol, duduk sendiri, tapi tetap memperhatikan T : Hal-hal apa saja yang diberikan oleh guru bidang studi kamu yang dapat mempertahankan perhatian kamu saat pembelajaran berlangsung? Apakah media gambar animasi termasuk pada hal yang dapat mempertahankan perhatian kamu? R : memakai proyektor, bercanda, dan ditegur oleh guru jika kita bicara. Ya, dengan adanya gambar dapat lebih mudah dan jelas dan ada contohnya seperti materi geografi yaitu tentang angin muson. T : Bagaimana sikap kamu jika suasana kelas sudah dianggap jenuh atau membosankan? R : Pergi ke toilet / kamar mandi, ngajak ngobrol teman, gambar-gambar dan bercanda T : Bagaimana cara kamu mengarahkan perhatian kamu untuk belajar di kelas, apa dengan membaca buku, musik, dan lain sebagainya ? R : baca buku, gambar-gambar dan ngobrol sama teman T : Bagaimana kamu mengungkapkan perasaan jika guru dalam mengajar tidak sesuai dengan materi yang sedang diajarkan? R : Protes sama guru, bilang langsung sama guru yang bersangkutan dan minta ganti materi T : Bagaimana reaksi kamu, jika dalam media gambar animasi guru terangkan tidak sesuai dengan imajinasi kamu? R : Ikutin saja yang penting bener, karena saya belum tentu bener T : Bagaimana empati kamu, terhadap guru yang sedang mengajar dengan menggunakan media gambar animasi? R : Diam, tidak ngobrol, memperhatikan, dipahami, dan ngobrol sedikit-dikit sama teman yang penting paham. T : Bagaimana partisipasi kamu dalam kegiatan belajar mengajar yang menggunakan media gambar animasi ? R : Jika ada teman yang tidak mengerti atau paham dikasih tahu, dan bertanya kepada guru T : Apakah kamu selalu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru kamu di kelas ? R : Tidak selalu, sering, kadang-kadang T : Bagaimana kamu menunjukkan perhatian suka / menerima materi yang diajarkan oleh guru dengan menggunakan media gambar animasi? R : 1.Lebih paham, lebih mudah di ingat, 2. Memperhatikan guru, mudah paham, 3. Dipahami dengan benar. T : Bagaimana cara kamu menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan kamu ? R : 1. Mendengarkan pendapat teman kita, karena belum tentu pendapat kita baik, 2. Menghargai pendapatnya, T : Apakah kamu memiliki komitmen dalam belajar? R : Ya punya, karena saya ingin menjadi orang sukses, belajar dengan sungguh-sungguh T : Bagaimana komitmen kamu sebagai pelajar? R : Tidak cari masalah, tidak bolos sekolah, belajar dengan sungguh-sungguh dan lebih disiplin dengan menjaga sikap T : Media apa yang paling sering digunakan oleh guru? R : Papan tulis, media visual, dan kerjakan latihan T : Pernahkah guru menggunakan media visual atau gambar animasi? R : Pernah, contohnya pada mata pelajaran Geografi T : Bagaimana sikap kamu menerima pelajaran jika guru bidang studi kamu menggunakan media animasi dalam mengajar ? R : Duduk tenang, memperhatikan, dan jika saya sudah merasa bosen atau jenuh saya bercanda dengan teman. T : Bagaimana jika kamu mendapatkan nilai kurang memuaskan ? apa menerima dengan begitu saja, atau menunjukan alasannya kepada guru R : Tanya kepada guru yang bersangkutan bisa tidak nilainya diperbaiki dan kalau nilainya rendah ada remedial untuk memperbaikinya, dan mempelajari pelajaran itu jika ada yang belum paham. T : Apakah kamu dapat membandingkan lebih efektif mana, jika guru bidang studi menggunakan media berupa gambar animasi dalam mengajar dengan tidak menggunakan media sama sekali? R : Menurut saya lebih efektif media animasi, karena lebih seru, mudah ditanggap, dan ada gambarnya HASIL WAWANCARA Tempat Wawancara : Perpustakaan Al-Ikhlas Pukul : 11.30 – 12.30 Hari, tanggal : Kamis, 19 Agustus 2010 Responden : Siswa kelas 8 D ( Nadia, dan Raihan) T: Bagaimana cara kamu meningkatkan motivasi agar tetap memunculkan memperhatikan guru di kelas? R: Memperhatikan, tertib di kelas, dan tidak ngobrol T: Apa yang dapat menimbulkan perhatian kamu saat guru mengajar? R : Suasananya harus tenang, dan jika memakai media harus semanarik mungkin dan ada efek suaranya. T : Apakah media gambar animasi dapat memunculkan perhatian kamu dalam belajar? R : Ya, 1. karena jika ada gambar dan suara lebih menarik, 2. Agar tidak bosen atau jenuh, karena jika belajarnya hanya buku saja membuat kita bosen dan jenuh T : Bagaimana kamu mempertahankan perhatian pada media gambar animasi saat proses pembelajaran berlangsung? R : Diam, kosentrasi serius pikirannya harus rileks agar pelajarannya bisa masuk atau paham, memperhatikan. T : Hal-hal apa saja yang diberikan oleh guru bidang studi kamu yang dapat mempertahankan perhatian kamu saat pembelajaran berlangsung? Apakah media gambar animasi termasuk pada hal yang dapat mempertahankan perhatian kamu? R : Jelasin, menurut saya pribadi jika guru mengajar jika menulis tulis saja tidak usah menjelaskan. Guru hendaknya jika mamakai media harus semenarik mungkin. Dan animasi menurut saya adalah hal yang dapat mempertahankan perhatian T : Bagaimana sikap kamu jika suasana kelas sudah dianggap jenuh atau membosankan? R : Menurut saya pikiran kita harus rileks dulu. Memang setiap belajar kadang-kadang membuat kita malas, tapi guru hendaknya memberikan motivasi, dan memberikan tugas agar kita tidak jenuh atau bosen T : Bagaimana cara kamu mengarahkan perhatian kamu untuk belajar di kelas, apa dengan membaca buku, musik, dan lain sebagainya ? R : Biasanya saya dengerin musik, baca buku, gambar-gambar dan ngobrol sama teman T : Bagaimana kamu mengungkapkan perasaan jika guru dalam mengajar tidak sesuai dengan materi yang sedang diajarkan? R : 1. Malas untuk belajar, bosen, biasanya saya bicara langsung sama guru bersangkutan sebenarnya kita lagi belajar apa. 2. Saya langsung bicara sama guru kita mau belajar apa gimana T : Bagaimana reaksi kamu, jika dalam media gambar animasi guru terangkan tidak sesuai dengan imajinasi kamu? R : Biasa saja, terima saja T : Bagaimana empati kamu, terhadap guru yang sedang mengajar dengan menggunakan media gambar animasi? R : 1. Perhatikan, menjaga suasana kelas agar tetap tenang, 2. Menghargai guru yang ada di depan. T : Bagaimana partisipasi kamu dalam kegiatan belajar mengajar yang menggunakan media gambar animasi ? R : 1. tetap fokus dalam belajar, 2. Kosentrasi dalam belajar T : Apakah kamu selalu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru kamu di kelas ? R : Jika tahu jawab, saya sebenarnya tahu jawabannya tetapi saya malas untuk menjawab, karena saya menganggap pasti ada teman saya yang lain tahu jawabannya T : Bagaimana kamu menunjukkan perhatian suka / menerima materi yang diajarkan oleh guru dengan menggunakan media gambar animasi? R : Saya bialang sama guru saya, bu kalau bisa besok belajarnya seperti ini saja bu, karena saya lebih paham dan mudah masuk ke otak. Dan memperhatikan guru yang sedang mengajar T : Bagaimana cara kamu menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan kamu ? R : 1.Terima saja, karena belum tentu pendapat saya benar, 2. Bila teman saya pendapatnya seperti itu saya terima saja dan jika ada yang perlu ditambahkan saya tambahkan. T : Apakah kamu memiliki komitmen dalam belajar? R : Ya punya T : Bagaimana komitmen kamu sebagai pelajar? R : Belajar dengan sungguh-sungguh, memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah T : Media apa yang paling sering digunakan oleh guru? R : Papan tulis, buku paket, media visual, dan kerjakan latihan T : Pernahkah guru menggunakan media visual atau gambar animasi? R : Pernah, contohnya pada mata pelajaran Geografi T : Bagaimana sikap kamu menerima pelajaran jika guru bidang studi kamu menggunakan media animasi dalam mengajar ? R : 1. Menerima saja, karena jarang kan guru menggunakan media gambar animasi, 2. Karena di sekolah ini ada fasilitasnya, jadi setiap guru memanfaatkan fasilitas yang telah di sediakan oleh sekolahan. T : Bagaimana jika kamu mendapatkan nilai kurang memuaskan ? apa menerima dengan begitu saja, atau menunjukan alasannya kepada guru R : 1. Kalau saya mentatergetkan mendpatkan nilai yang bagus, 2. Menurut saya, terima tidak terima, jika nilainya jelek jadi saya sendiri, dan bilang langsung sama guru, kenapa nilai saya dapat seperti ini. T : Apakah kamu dapat membandingkan lebih efektif mana, jika guru bidang studi menggunakan media berupa gambar animasi dalam mengajar dengan tidak menggunakan media sama sekali? R : 1. Menurut saya, sama saja. Jika pakai media gambar animasi. Karena dengan pakai media bisanya tidak ada catatan, dan biasanya jika mau ulangan nanti kita tidak ada catatan. Dan jika menulis saya malas untuk menulis, iya sih media memang menarik kita buat belajar. 2. Kalau menurut saya, kedua-keduanya bisa masuk, tapi saya lebih suka kepada media gambar animasi. Jika ada media gambar animasi membuat kita tidak menjadi bosen atau jenuh dan guru hendaknya jangan monoton dalam mengajar agar kita tidak bosen atau jenuh dalam belajar. Tabel 1 Data Siswa 1. Data Siswa 4 (empat tahun terakhir) Th. Pelajaran Jml Pendaftar (Cln Siswa Baru) 2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008 250 280 240 250 Kelas VII Jml Siswa 115 132 121 151 Kelas VIII Jml Rombel 4 4 4 5 Jml Siswa 133 116 128 120 Kelas IX Jml Rombel 4 4 4 4 Jml Siswa 108 132 115 128 Jml Rombel 4 4 4 4 Jumlah (Kls.VII + VIII + IX) Jml Jml Siswa Rombel 356 12 380 12 364 12 398 13 Tabel 2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan 2. Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Kepala Sekolah No 1 2 3 4 Jabatan Nama Kepala Sekolah Waka Bid. Kurikulum Waka Bid. Kesiswaan Waka Bid. SDM Drs. H. Prasetyo Drs. Syarif Hidayatullah Drs. Iwan Ridwan Setiadi, S.Pd. Jenis Kelamin L P 9 9 9 9 Usia 42 41 42 36 Pend. Akhir S.1. S.1. S.1. S.1. Masa Kerja 16 14 13 9 b. Guru 1. Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah No 1 2 3 4 5 6 7 Tingkat Pendidikan GT/PNS L 1 10 S3/S2 S1 D-4 D3/Sarmud D2 D1 SMA/sederajat Jumlah dan Status Guru GTT/Guru Bantu P L P 10 8 4 1 JUMLAH 9 12 Jumlah 1 32 1 9 4 34 c. Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan (keahlian) No 1 2 3 4 5 6 Guru IPA Matematika Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Pendidikan Agama IPS Jumlah guru dengan latar belakang pendidikan sesuai dengan tugas mengajar D1/D2 D3 S1/D4 S2/S3 4 4 4 3 4 1 2 Jumlah guru dengan latar belakang pendidikan TIDAK sesuai dengan tugas mengajar D1/D2 D3 S1/D4 S2/S3 Jumlah 4 4 4 3 4 3 7 8 9 10 11 12 Penjaskes Seni Budaya PPKn TIK/Keterampilan BK Al-Qur’an Jumlah 2 2 2 2 2 2 31 1 2 2 2 2 2 2 34 Tabel 3 Pengembangan kompetensi / profesionalisme guru 3. Pengembangan kompetensi / profesionalisme guru No 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Guru yang telah mengikuti kegiatan pengembangan kompetensi/profesionalisme Laki-Laki Jumlah Perempuan Jumlah 17 17 15 15 Jenis Pengembangan Kompetensi Penataran KBK/KTSP Penataran Metode Pembelajaran (termasuk CTL) Penataran PTK Penataran Karya Tulis Ilmiah Sertifikasi Profesi/Kompetensi Penataran PTBK Penataran Lainnya 17 17 15 15 17 1 17 1 15 15 Tabel 4 Tenaga Kependidikan Tenaga Pendukung 4. Tenaga Kependidikan Tenaga Pendukung No Tenaga Pendukung Jumlah tenaga pendukung dan kualifikasi pendidikannya ≤SMP 1 Tata Usaha 2 Perpustakaan 3 4 5 6 Laboran Lab.IPA Teknisi Lab. Komp. Laboran Lab. Bahasa PTD (Pend Tek. Dasar) Kantin Penjaga Sekolah Tukang Kebun Keamanan Lainnya JUMLAH 7 8 9 10 11 SMA 2 D1 D2 D3 1 1 1 4 2 1 S1 1 1 1 1 2 4 3 1 3 1 7 Jumlah 3 3 2 Jumlah tenaga pendukung berdasarkan status dan Jenis kelamin PNS Honorer L P L P 1 2 18 Tabel 5 Data Ruang Belajar 5. a) Data Ruang Belajar (Kelas) Jumlah dan ukuran Kondisi Ukuran >63 m2 (b) Ukuran 7 x 9 m2 (a) Baik Rsk ringan Rsk sedang Rsk berat Rsk total Ukuran <63 m2 (c) 57,12 Jumlah (d) (a + b + c) Jml. Ruang lainnya yang digunakan untuk ruang kelas 57,12 Jumlah ruang yang digunakan untuk ruang kelas 15 b) Data Ruang Belajar Lainnya Jenis Ruangan Perpustakaan Lab. Biologi Ketrampilan Multimedia Kesenian Jumlah (buah) 1 1 1 1 2 Ukuran (p x l) 11 x 8 11 x 5 11 x 5 9x5 11 x 5 Kondisi baik baik baik baik baik Jenis Ruangan Lab. Bahasa Lab. Komp. Lab. Fisika Serbaguna Jumlah (buah) 1 1 1 1 Ukuran (p x l) 11 x 7 11 x 6 11 x 5 12 x 10 Kondisi baik baik baik baik c) Data Ruang Kantor Jenis Ruangan Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah Guru Tata Usaha Tamu Jumlah (buah) 1 Ukuran (p x l) 8x4 Kondisi baik 1 7x4 baik 1 1 3 11 x 8 7x6 5x3 baik baik baik Tabel 6 Lapangan Olahraga dan Upacara 6. Lapangan Olahraga dan Upacara Lapangan Basket Futsal Bulutangkis Upacara Jumlah 1 1 2 1 Ukuran 364 m2 364 m2 270 m2 364 m2 Kondisi Baik Baik Baik Baik Keterangan Tabel 7 Perabot (furniture) utama 7. Perabot (furniture) utama a. Perabot ruang kelas (belajar) Rsk. Berat 9 Rsk. sedang 15 Rsk.ringan Baik Papan Tulis Jml Rsk. Berat 9 Rsk. sedang Baik 15 Rsk.ringan Jml Rsk. Berat 9 Rsk. sedang 450 Rsk.ringan Baik PERABOT Jumlah & kondisi kursi Almari + rak buku/alat siswa Jml 9 Rsk. Berat 450 Rsk. sedang 15 Rsk.ringan 1 Baik Jumlah ruang kelas Jml No Jumlah & kondisi meja siswa b. Perabot ruang belajar lainnya Rsk. sedang Rsk. Berat Rsk. sedang Rsk. Berat 9 Rsk.ringan 20 Baik 9 Lainnya Jml 20 Rsk. Berat 9 9 9 9 Rsk. sedang 40 40 15 10 4 Rsk.ringan 9 9 Baik 9 9 Jml 40 40 Rsk. Berat 9 9 PERABOT Almari + rak buku/alat Rsk. sedang Baik 20 6 40 40 40 40 Rsk.ringan Jml Rsk. Berat Rsk. sedang Baik Perpustakaan Lab. IPA Ketrampilan Multimedia Lab. Bahasa Lab. Komputer Serbaguna Kesenian PTD Lainnya Kursi Jml Ruang Rsk.ringan Meja 8 c. Perabot Ruang Kantor Rsk.ringan Baik 9 Lainnya Jml 4 Rsk. Berat 9 Rsk. sedang Baik 1 Rsk.ringan Jml Rsk. Berat 9 9 9 9 9 PERABOT Almari + rak buku/alat Rsk. sedang Baik 1 3 32 7 8 Rsk.ringan Jml 9 9 9 9 9 Rsk. Berat 1 3 32 3 2 Kursi Rsk. sedang Baik Kepala Sekolah Wk. Kep.Sek. Guru Tata Usaha Tamu Lainnya Jml Ruang Rsk.ringan Meja Tabel 8 Koleksi Buku Perpustakaan 8. Koleksi Buku Perpustakaan No JENIS 1 Buku siswa/pelajaran (semua mata pelajaran) Buku bacaan (misalnya novel, buku ilmu pengetahuan dan teknologi, dsb.) Buku referensi (misalnya kamus, ensiklopedia, dsb.) Jurnal Majalah Surat Kabar Lainnya TOTAL 2 3 4 5 6 7 Kondisi Jumlah Rusak Baik 12 9 5.000 9 1.000 9 5 3 9 9 6020 Tabel 9 Fasilitas Penunjang Perpustakaan 9. Fasilitas Penunjang Perpustakaan No 1 2 3 4 5 6 Jenis Jumlah / Ukuran / Spesifikasi 1 1 2 4 2 4 Komputer Ruang Baca TV LCD VCD / DVD player Lainnya Tabel 10 Alat/Bahan di Laboratorium/Ruang Keterampilan/Ruang Multimedia 10. Alat/Bahan di Laboratorium/Ruang Keterampilan/Ruang Multimedia No 1 2 3 4 5 6 7 Alat / Bahan Lab. IPA Lab. Bahasa Lab. Komp. Ketrampilan PTD Kesenian Multimedia Kurang dari 25% dr. keb. Jumlah 25% 50% dr.keb. Jumlah, kualitas, dan kondisi alat/bahan Kualitas 75% 100% Kurang Cukup Baik Sangat baik Kondisi Rusak berat Rusak ringan baik 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 Tabel 11 Inventaris Laboratorium IPA 11. Inventaris Laboratorium IPA Kondisi No. Jenis Jml Baik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Prasarana Ruang Praktek Ruang Persiapan Ruang Penyimpanan alat dan bahan Ruang gudang' Meja Laboratorium Kursi Laboratorium Wastafel Saluran dan instalasi air bersih Saluran dan instalasi air kotor Saluran dan instalasi Listrik Sirkulasi Udara Sistem Pencahayaan 1 2 14 30 3 1 5 - 1 2 14 27 3 - 1 2 3 4 Alat Praktikum Fisika Kit Optik Kit Listrik Kit Mekanika Kit Panas dan Hidrostatika 4 4 4 4 4 4 4 4 Buruk Kualitas/Fungsi Tidak Layak Layak - 9 9 9 9 9 9 9 - - - 9 9 9 9 - Keterangan AC B exos Tabel 12 Inventaris Peralatan Laboratorium Bahasa 12. Inventaris Peralatan Laboratorium Bahasa Kondisi No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jenis Master consule Booth shiwa Headset shiwa Room speaker TV Komputer Kursi Guru Kursi Siswa Almari/rak Papan Tulis AC/kipas angin/exhoust fan Lainnya CD Kaset Jml Baik Buruk 1 40 40 2 1 1 4 4 1 2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - 15 10 √ √ - Kualitas/Fungsi Tidak Layak Layak - - Keterangan Tabel 13 Inventaris Laboratorium Komputer 13. Iventaris Laboratorium Komputer Kondisi No. Prasarana Ruang Praktek Ruang Persiapan Ruang Penyimpana Ruang Gudang Meja Laboratorium Komputer Kursi Laboratorium Komputer Saluran dan Instalasi Listrik Sirkulasi Udara Sistem Pencahayaan Komputer saling terhubunkan dengan jaringan Jaringan Internet Ketersediaan Daya Listrik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 a b c d e Jenis Alat Praktikum Komputer Komputer Intel Pentium I Intel Pentium II Intel Pentium III Intel Pentium IV Lainnya Jml Kualitas/Fungsi Tidak Layak Layak Baik Buruk 40 40 1 1 - - - - - - 30 10 - - - - - - - - - - Keterangan Fasilitas dan Sarana SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan Ruang kelas ber AC Lab. Fisika Lab. Biologi Ruang Keterampilan Studio music Ruang Audio Visual Lab.bahasa Perpustakaan Besar Lab. Komputer Masjid Al Ikhlas