efektivitas media gambar animasi terhadap

advertisement
EFEKTIVITAS MEDIA GAMBAR ANIMASI
TERHADAP PENGEMBANGAN AFEKTIF SISWA
DI SMPI AL-IKHLAS CIPETE
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Kependidikan
Oleh
FITRI NISA
NIM: 106015000460
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2010
EFEKTIVITAS MEDIA GAMBAR ANIMASI TERHADAP
PENGEMBANGAN AFEKTIF SISWA
DI SMP ISLAM AL-IKHLAS CIPETE
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH
Fitri Nisa
NIM : 106015000460
DOSEN PEMBIMBING
Yudhi Munadi, M.Ag
NIP : 19701203 199803 1003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: ”Efektivitas Media Gambar Animasi Terhadap
Pengembangan Afektif Siswa di SMPI Al-Ikhlas Cipete” Nama: Fitri Nisa
Nim. 106015000460 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Munaqasah, 8 Desember 2010 dihadapan dewan penguaji. Karena itu, penulis
berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan IPS.
Jakarta, 8 Desember 2010
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal
Tanda Tangan
...............
.....................
Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPS)
Drs. H.Nurochim, M.M.
NIP. 19590715 198403 1 003
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi Pendidikan IPS)
Dr. Iwan Purwanto, M.Pd
NIP. 19730424 200801 1 012
…………
…………….
…………
…………….
................
.....................
Penguji I
Drs. H.Nurochim, M.M.
NIP. 19590715 198403 1 003
Penguji II
Zahara. M.Ed
Mengetahui:
Dekan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.
NIP. 19571005 198703 1 003
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Fitri Nisa
NIM
: 106015000460
Jurusan
: Pendidikan IPS
Judul Skripsi
: “Efektivitas
Media
Gambar
Animasi
Terhadap
Pengembangan Afektif Siswa di SMPI Al-Ikhlas
Cipete”
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang saya ajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 November 2010
Fitri Nisa
NIM: 106015000460
ABSTRAK
Fitri Nisa. Jurusan Pendidika IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Efektivitas Media Gambar Animasi Terhadap Pengembangan Afektif Siswa
di SMPI Al – Ikhlas Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui afeksi
siswa saat dan sesudah pembelajaran berbantuan media gambar animasi.
Penelitian ini dilaksanakan di SMPI Al-Ikhlas Jakarta dari bulan Agustus 2010.
Yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah beberapa siswa kelas VIII
SMPI Al-Ikhlas Jakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi.
Dengan melakukan wawancara dengan informan siswa diketahui bahwa
pembelajaran berbantuan media gambar animasi dapat mengembangkan afeksi
siswa dalam belajar. Dengan ditandai sikap siswa yang menerima, mendengarkan
dan memperhatikan guru yang menjelaskan pelajaran di depan kelas.
Kata Kunci : Efektivitas Media Gambar Animasi, Afeksi siswa
i
ABSTRACT
Fitri Nisa. Education IPS majors Tarbiyah Knowledge Faculty and
teachership. Media effectiveness Draws Animations to Afektif's Development
Student at SMPI Al – Ikhlas Jakarta. This research intent to know afeksi
student while and after learning gets media help draw animations.
This research is executed at SMPI Al-Ikhlas Jakarta of august 2010. One that
made by informan in observational it is umpteen VIII class student SMPI AlIkhlas Jakarta .
Method that is utilized in this research is interview and observation. By
undertaking interview with student informan is known that learning gets media
help draw animations can develop afeksi student in learned. With marked by
student attitude that accepts, listen and notices teacher that word study in front
class.
Key word : Media effectiveness Draws Animations, Afection is student
ii
KATA PENGANTAR
Assalamuala’alaikum wr.wb
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
Sahabat, Keluarga dan seluruh umat beliau yang ada dimuka bumi ini yang
mengikuti risalah-Nya.
Berkat bantuan berbagai pihak akhirnya skripsi ini yang berjudul “
Efektivitas Media Gambar Animasi Terhadap Pengembangan Afektif Siswa”
dapat terselesaikan oleh penulis yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Pendidikan pada program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih dan
penghargaan serta rasa hormat kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan
2. Bapak H. Nurrochim, MM. Ketua Jurusan Pendidikan IPS dan Penasehat
Akademik
3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Seketaris Jurusan Pendidikan IPS
4. Bapak Yudhi Munadi, MA, Dosen pembimbing yang tidak henti-hentinya
memberikan motivasi dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini serta telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran dalam
membimbing. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan beliau. Amin.
5. Bapak kepala sekolah SMPI Al-Ikhlas H. Prasetyo. Yang telah memberikan
tempat bagi penulis melakukan penelitian.
6. Ika Sobariah, S.Pd, Guru bidang studi IPS di SMPI Al-Ikhlas yang telah
memberikan masukan dan informasi kepada penulis.
iii
7. Gunawan, S.Pd, Selaku TU SMPI Al-Ikhlas yang telah memberikan pelayanan
dalam masalah persuratan dan perizinan penelitian.
8. Pimpinan Perpustakaan Tarbiyah dan Keguruan serta Perpustakaan Utama
Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan
peminjaman buku referensi bagi penulis menyelesaikan skripsi.
9. Perpustakaan SMPI Al-Ikhlas, yang telah memberikan peminjaman buku
referensi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
10. Kepada dosen-dosen Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan IPS
yang telah memberikan dan mengajarkan banyak ilmu kepada penulis.
11. Kedua Orang tua yang tercinta, Ayahanda (Rameli) dan Ibunda (Asmah), yang
telah memotivasi memberikan segenap hidupnya untuk membesarkan,
mendidik, dan mendukung penulis dalam setiap keadaan dengan segala cinta
dan kasih sayangnya.
12. Keluarga besar Bapak Drs. Zahruddin dan Royani S.Ag. Khusus kakak
Royani yang telah memberikan moral dan materil kepada penulis sehingga
penulis bisa menyelesaikan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Semoga
Allah SWT membalasnya dengan pahala yang berlipat. Amin...
13. Penulis memanjatkan doa kepada
kakek alm. H. Semat semoga amal
ibadahnya diterima disisi Allah SWT, dan skripsi ini penulis persembahkan
untuk beliau.
14. Kepada kakak dan adik tercinta terima kasih telah memotivasi penulis dan
menemani penulis dalam duka dan senang.
15. Kepada teman-teman seperjuangan Ina, Dje, Dyana, Chue, dan Putri, terima
kasih telah menemani penulis dalam duka maupun senang. Dan penulis tidak
akan melupakan masa-masa berkumpul di masjid Fatullah.
16. BJ rental yang telah membantu penulis mengedit skripsi dan memotivasi,
terima kasih banyak.
17. Rekan – rekan P.IPS angakatan 2006, yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terimakasih atas motivasi, dukungannya. Semoga Allah SWT
membalasnya dengan kebaikan yang melimpah.
iv
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran
bagi dunia pendidikan khususnya dan pengembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya.
Alhamdulillahirrobil’amin
Wassalamu’alaikum warohmatullahiwabarokatuh
Jakarta, Desember 2010
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 4
D. Perumusan Masalah ................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Media Gambar Animasi ............................................................. 7
1. Pengertian Media Pembelajaran........................................... 7
2. Manfaat Media Pembelajaran Sosial.................................... 9
3. Pengertian Media Gambar Animasi ..................................... 10
4. Fungsi Media Gambar Animasi ........................................... 13
5. Macam-macam Media Gambar Animasi ............................. 15
6. Media Gambar Animasi sebagai Media Pembelajaran ........ 17
7. Efektivitas Media Gambar Animasi ..................................... 18
B. Tingkatan Ranah Afektif dalam Proses Pembelajaran ............... 20
1. Pengertian Afektif ................................................................ 20
2. Tingkatan Ranah Afektif menurut beberapa Ahli ................ 24
3. Karakteristik Afektif ............................................................ 34
v
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian ................................................................ 37
2. Lokasi Penelitian ........................................................................ 38
3. Pengumpulan Data ..................................................................... 40
4. Validitas Data ............................................................................. 41
5. Pengolahan dan Analisis Data.................................................... 42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Interaksi Siswa dengan Berbagai Sumber
Belajar di Sekolah ...................................................................... 43
1. Ketersediaan Sumber Belajar dan Keterlibatan Siswa dalam
Pengadaannya....................................................................... 43
2. Kesempatan Siswa Dalam Mengakses Sumber Belajar ....... 46
3. Interaksi Siswa Dengan Berbagai Sumber Belajar .............. 47
B. Situasi Proses Pembelajaran Berbantuan Media
Gambar Animasi ........................................................................ 49
1. Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran ................................... 49
2. Kegiatan Inti Pembelajaran .................................................. 50
3. Kegiatan Penutup Pembelajaran .......................................... 52
C. Gejala-gejala Psikologis-Afektif Siswa Pada Saat dan Setelah
Mereka Mengikuti Pembelajaran Berbantuan Media Gambar
Animasi ...................................................................................... 54
1. Penerimaan Siswa Terhadap Berbantuan Media
Gambar Animasi .................................................................. 54
2. Reaksi Siswa Terhadap Pembelajaran Berbantuan
Media Gambar Animasi ....................................................... 56
3. Karakteristik Afektif Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran
Berbantuan Media Gambar Animasi.................................... 57
a. Sikap............................................................................... 57
b. Minat .............................................................................. 59
c. Konsep Diri .................................................................... 60
vi
d. Nilai ................................................................................ 61
e. Moral .............................................................................. 62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 64
B. Saran........................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66
LAMPIRAN - LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi seperti ini, kemajuan suatu bangsa salah satunya
ditentukan oleh kemajuan di bidang pendidikan. Orang akan mampu berpikir
kritis dan konseptual jika memiliki pendidikan yang baik.
Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah “proses komunikasi.
Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan dunia komunikasi tersendiri
dimana guru atau dosen dan siswa atau mahasiswanya bertukar pikiran untuk
mengembangkan ide dan pengertian. Komunikasi sering timbul dan terjadi
penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan
efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecendrungan verbalisme,
ketidaksiapan siswa atau mahasiswa, kurangnya minat dan kegairahan dan
sebagainya”. 1
“Tingkat pertama manusia memperoleh pengalaman melalui kata-kata.
Pada tingkat ini kata-kata merupakan alat informasi yang utama. Proses belajar
mengajar pada level ini, guru menyampaikan informasi kepada siswa hanya
dengan berbicara. Keterbatasan komunikasi dengan kata-kata sering menimbulkan
kesulitan dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa. Kadang-kadang
1
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1997), h. 1. 1
2
guru tidak sadar sehingga maju terus dengan kata-kata yang diucapkannya tanpa
memperhatikan siswa sehingga cendrung terjadinya verbalisme (serba kata)”. 2
Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat proses komunikasi, yaitu
hambatan biologis dan psikologis. Penghambat biologis yang bersifat fisik seperti
sakit. Seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya sehingga saraf
sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui
inderanya tidak dapat diteruskan ke otak.
“Begitu pula siswa yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar,
sebab ia mudah capek, ngantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang dan
pikirannya terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan respon pelajaran
berkurang. Syaraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses,
mengelola dan mengorganisasikan bahan pelajaran melalui inderanya, hal seperti
inilah yang menyebabkan siswa mempunyai ketidaksiapan menerima pelajaran
secara optimal”. 3 Maka gurulah yang harus bisa menghidupkan suasana kelas
menjadi aktif agar tidak terjadinya verbalisme (serba kata).
Kehadiran media pembelajaran merupakan alat bantu bagi guru dalam
penyampaian materi pelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi,
maka penjelasan guru akan lebih visualistik, lebih menarik dan siswa dapat
pengalaman baru.
“Media pembelajaran adalah alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar,
yaitu berupa saran yang dapat memberikan pengalaman visual kepada peserta
didik dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah
konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit serta mudah
dipahami”. 4
Mengingat perkembangan pendidikan dewasa ini, media pembelajaran
memiliki jenis media yang digunakan oleh sekolah umumnya, diantaranya media
visual (penglihatan), media audio (pendengaran), dan audio visual memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya masing-masing media
2
Asnawir, dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : cipuatat Press,2002),
3
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996),h. 231 Asnawir dan Basyiruddin Usman,,,,,, h.20-21. h. 5. 4
3
mempunyai karakteristik yang berbeda- beda. Untuk itu perlu memilihnya dengan
cermat dan benar agar dapat digunakan secara tepat guna.
Pembelajaran IPS Terpadu adalah sebagai salah satu pelajaran yang
penyampaiannya lebih mudah dengan menggunakan media, dengan demikian
penelitian ini penulis menggunakan media gambar yang disajikan berisi tentang
materi usaha dan daya dengan ilustrasi-ilustrasi gambar animasi.
Gambar yang biasa digunakan tentu yang ada hubungannya dengan
pelajaran atau permasalahan yang sedang dihadapi. Guru dapat mengarahkan
minat peserta didik yang sedang melihat gambar untuk mendapatkan jawaban atas
pertanyaan yang timbul dalam pikirannya. Gambar harus dapat merangsang
perhatian peserta didik agar dapat memahami dan mampu menciptakan argumen
dari gambar yang dilihatnya, sehingga dari sebuah gambar dapat lahir ide-ide
kreatif peserta didik tentang permasalahan yang dibicarakan.
Gambar Animasi adalah “suatu rangkaian gambar diam dengan jumlah
yang banyak, bila kita proyeksikan akan terlihat seolah - olah hidup (bergerak),
seperti yang pernah kita lihat film - film kartun di televisi maupun dilayar lebar.
Jadi Animasi kita simpulkan menghidupkan benda diam diproyeksikan menjadi
bergerak”. 5
Penjelasan yang disampaikan dari guru diharapkan siswa dapat memahami
suatu pelajaran. Untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif, kreatif,
inovatif, dan efisien maka penggunaan media pembelajaran sangat berperan dalam
mengembangkan afektif siswa salah satunya dengan berbentuk gambar animasi.
Tantangan bagi sekolah untuk bisa menciptakan anak didik yang mengenal
dan mampu mengatasi ketertinggalan akan ilmu pengetahuan umum dan
pengetahuan agama dan juga teknologi. SMPI Al – Ikhlas Cipete Jakarta Selatan
adalah “salah satu sekolah yang telah mengenalkan mata pelajaran tertentu telah
dikenalkan dengan pembelajaran multimedia. Hal ini dipandang perlu karena
5
http://mtholib.wordpress.com/2007/08/21/pengertian-animasi/ diakses tgl 4/11/2010 4
SMPI Al– Ikhlas Jakarta Selatan telah ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah
Berbasis Internasional (RSBI) ( SK DEPDIKNAS No. 1880/C3/DS/2008)”. 6
Atas dasar pemikiran seperti itulah, maka penulis memilih judul skripsi :
EFEKTIVITAS
MEDIA
GAMBAR
ANIMASI
TERHADAP
PENGEMBANGAN AFEKTIF SISWA DI SMPI AL-IKHLAS CIPETE”.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana efektivitas media gambar animasi terhadap pengembangan afektif
siswa ?
2. Bagaimana penggunaan media mampu mengembangkan afektif siswa ?
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi di atas banyak permasalahan yang berkenaan dengan
penggunaan media, mengingat keterbatasan peneliti dalam hal waktu, biaya dan
tenaga, maka penelitian ini yang berjudul efektivitas media gambar animasi
terhadap pengembangan afektif siswa di SMPI AL-IKHLAS, ini hanya dibatasi
pada efektivitas media gambar yang berbentuk animasi terhadap pengembangan
afektif siswa.
Adapun yang dimaksud dengan media gambar animasi adalah sebuah
pesan pembelajaran yang disampaikan melalui saluran gambar animasi yang
tertuang dalam simbol-simbol
komunikasi gambar gerak. Pada penelitian ini
media visual animasi dimaksud akan menggunakan CD Interaktif tentang
atmosfer dan hidrosfer. Atmosfer dan hidrosfer adalah materi yang membahas
tentang gejala-gejala alam yang terjadi misalnya cuaca, iklim, tipe hujan, air,
suhu, macam-macam angin, dan laut. Atmosfer dan hidrosfer adalah materi pada
mata pelajaran Geografi kelas VII, Semester II.
6
IKHLAS Hasil Observasi di SMPI AL-IKHLAS, Spanduk yang terdapat di depan SMPI AL-
5
Sedangkan yang dimaksud efektivitas media gambar animasi adalah
keberhasilan pembelajaran dalam pencapaian tujuan melalui komunikasi
pembelajaran dengan menggunakan media gambar animasi, yang didasarkan pada
pemikiran bahwa proses pembelajaran adalah proses komunikasi. Proses
pembelajaran yang efektif tergantung pada efektivitas komunikasi yang dibangun
oleh guru dan pembelajaran tersebut.
Kemudian yang dimaksud dengan pengembangan afektif siswa adalah
kemampuan yang berhubungan dengan perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai.
Menurut psikologi, sikap dan minat adalah merupakan pola reaksi individu
terhadap sesuatu stimulus atau lingkungan. Sikap dan minat merupakan faktor
psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap yang akan
menunjang belajar seseorang ialah “sikap positif (menerima atau suka) terhadap
bahan atau mata pelajaran yang akan dipelajari”. 7
Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap
hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Sikap
positif, cenderung tindakan mendekati, menyenangi, mengharapkan objek
tertentu. Sikap negatif, cenderung tindakan menjauhi, menghindari, membenci,
tidak menyukai objek tertentu. Sikap adalah “kecenderungan untuk bereaksi
secara tertentu terhadap hal-hal tertentu”. 8
Melalui sikap, kita memahami proses kesadaran yang menentukan
tindakan nyata dan yang tindakan yang mungkin dilakukan individu dalam
kehidupan sosialnya.
Thomas dan Znaniecki (1920) menegaskan bahwa “sikap adalah
predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu,
sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu
(purely psychic inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang
sifatnya individual. Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri
setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang
7
8
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,2007), hal. 83-84 Zikri Neni Iska, Psikologi, (Jakarta :Kizi Brother’s,2006) hal.109 6
berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh
Individu”. 9
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan,
perumusan penelitian ini dalam bentuk mayor research question untuk
memudahkan dalam menjawab pertanyaan di atas di bawah ini akan diuraikan
minor research question sebagai berikut :
1. Bagaimana situasi proses pembelajaran berbantuan media gambar animasi
2. Bagaimana gejala-gejala psikologis – afektif pada saat dan setelah siswa
mengikuti pembelajaran berbantuan media gambar animasi
E. Tujuan dan Manfaat
Tujuan
penelitian
ini
adalah
memperoleh
informasi
mengenai
pengembangan afeksi siswa melalui pembelajaran berbantuan media gambar
animasi. Di samping itu secara spesifik juga untuk mengetahui bagaimana situasi
proses pembelajaran berbantuan media gambar animasi dan bagaimana gejalagejala psikologis-afektif pada saat dan setelah siswa mengikuti pembelajaran
berbantuan media gambar animasi. Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi instansi sekolah, sebagai sumbangan dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan sekolah, dalam pelaksanaan atau menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar menuju tercapainya tujuan yang diharapkan
2. Menarik perhatian peserta didik supaya lebih giat lagi membaca pelajaran IPS
Terpadu yang disaji berbentuk gambar animasi
3. Guru, khususnya guru dibidang studi IPS sebagai bahan informasi dalam
menentukan jenis media yang digunakan pada proses belajar mengajar
9
Coser, dalam www.bolender.com Diakses 05/05/2010 BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Media Gambar Animasi
1. Pengertian Media Pembelajaran
Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena
dalam proses pendidikan terdapat komunikator, komunikan, dan pesan
(mesange), yakni sebagai komponen-komponen komunikasi. Istilah
komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata
latin communication, yang berarti pemberitahuan, pemberian bagian
(dalam sesuatu), pertukaran, si pembicara mengharapkan pertimbangan
atau jawaban dari pendengarnya, ikut mengambil bagian. Sumber-sumber
belajar selain guru inilah yang disebut sebagai penyalur atau penghubung
pesan ajar yang diadakan dan atau diciptakan secara terencana oleh para
guru atau pendidik, biasanya dikenal sebagai “media pembelajaran’.
Dengan
demikian,
komponen-komponen
komunikasi
pembelajaran
menjadi “komunikator, komunikan, pesan, dan media”. 1
Media berasal dari bahasa latin “medium” yang secara harfiah
berarti perantara atau pengantar. Media adalah “perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan”. 2
Pada tahun 1982 Heinich dan kawan-kawan mengemukakan istilah
medium sebagai perantara. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio,
1
Yudhi Munadi , Media Pembelajaran, (Jakarta :Gaung Persada Press, 2008), hal.2-6
Arief Sadiman, dkk, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan
Pemanfaatannya, (Jakarta : PT Raja Grafindo,2003) h. 6.
2
7
8
gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan adalah “media
komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran
maka media itu disebut media pembelajaran”. 3
Atwi Suparman dalam kutipan Pupuh Faturrohman mendefinisikan,
“media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau
informasi dari pengirim kepada penerima pesan”. 4
Sebagaimana dalam buku Asnawir dan Basyiruddin Usman
“Association For Education and Communication (AECT), mendefinisikan
media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk suatu proses
penyaluran
informasi.
Nation
Education
Association
(NEA)
mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasi, didengar, dibaca
atau dibicarakan beserta instrument yang digunakan dengan baik dalam
kegiatan belajar mengajar dan dapat mempengaruhi efektifitas program
instruksional. 5
Gagne dalam kutipan Arief S Sadiman menyatakan bahwa “media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang
dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Bringgs berpendapat
bahwa media adalah segala fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang peserta didik untuk belajar”. 6
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh Ahmad Rohani
tentang media pendidikan atau pengajar sebagai berikut :
a. Segala jenis sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara
dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pencapaian tujuan instruksional, mencakup media grafis,
media yang digunakan alat penampil, peta, model, globe dan
sebagainya.
3
Azhar Arsyad, Media Pendidikan, (Jakarta : Gramedia,2004), h.4.
Pupuh Faturrohman, dkk, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, ( Bandung : PT
Refika Aditama,2007), h. 65.
5
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : Ciputat Press, 2002),
h. 11.
6
Arief Sadiman, dkk, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan
Pemanfaatannya,… h. 6.
4
9
b. Perantara fisik untuk mencapai isi instruksional termasuk buku, film,
video, tape sajian slide, guru dan perilaku non verbal. Dengan kata
lain media instruksional mencakup perangkat lunak (software) dan
perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau
alat bantu belajar.
c. Sarana pendidikan yang digunakan sebagi perantara, dengan
menggunakan alat penampil dalam proses belajar mengajar untuk
mempertinggi efektivitas dan efisien pencapaian tujuan instruksional
meliputi kaset, audio slide, film strif, ohp, film, radio, tv dan
lainnya. 7
Media adalah “suatu ekstensi manusia yang memungkinkan
mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan
dia. Sesuai dengan rumusan tersebut, media komunikasi mencakup suratsurat, televisi, film dan telepon, yang memungkinkan seseorang
berkomunikasi dengan orang lain”. 8
Sebagaimana dalam bukunya Wina Sanjaya, Rossi dan Breidle,
mengenukakan media pembelajaran adalah “seluruh alat dan bahan yang
dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran,
majalah, dan sebagainya.” 9
Dari beberapa pendapat para ahli media dapat disimpulkan bahwa
media adalah alat bantu dalam proses pembelajaran agar tidak terjadi
verbalisme (serba kata). Media juga
dapat menyalurkan pesan atau
informasi dari pengirim kepada penerima pesan.
2. Manfaat Media Pembelajaran Pengetahuan Sosial
Para
ahli
telah
sepakat
bahwa
media
pendidikan
dapat
mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang dapat gilirannya
diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada dua
alasan, mengapa media pendidikan dapat berkenaan dengan manfaat media
pendidikan dalam proses belajar siswa antara lain :
7 Ahmad Rohani, Media Interusional Edukatif, (Jakarta : PT Rineka Cipta,2001), h. 3.
8
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : PT Renika Cipta, 1997), h. 246-247.
9
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta : Kencana ,
2008), h. 204.
10
1. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai
tujuan pengajaran lebih baik.
2. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila
guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
3. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendegarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
4. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar. 10
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa dengan siswa sehingga
kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efesien. Akan tetapi, secara
lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Sebagaimana
dalam buku Etin Solihatin, Kemp dan Dayton (1895)
mengidentifiksi
beberapa manfaat media dalam pembelajaran sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Menyampaikan Materi Pelajaran Dapat Diseragamkan
Proses Pembelajaran Menjadi Lebih Jelas dan Menarik
Proses Pembelajaran Menjadi Lebih Interaktif
Efisiensi dalam Wktu dan Tenaga
Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Siswa
Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja
dan kapan saja
g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan
proses belajar
h. Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif. 11
3. Pengertian Media Gambar Animasi
Definisi animasi diambil dari kamus Oxford (1) animate yang
berarti yang hidup, (2) animate, mempunyai “arti memberikan kehidupan,
(3) animated berarti yang hidup, (4) animation berarti kehidupan, proses
pembuatan kartu-kartun yang hidup”. 12
10
Harjanto, Perencanaan Pengajaran…..h. 243-244.
Etin Solihatin, Cooperative Learning analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta::
Bumi Aksara, 2008), hal. 23-25.
12
Martin H. Manser, Oxford and Oxford English,(Oxford University Press,1991), h. 14.
11
11
Jadi animasi film yang “seolah hidup, terbuat dari fotografi,
gambaran, boneka, dan sebagainya dengan perbedaan tipis antarframes,
untuk memberi kesan pergerakan saat diproyeksikan (The Little Oxford
Dictionary 19). Animate yang merupakan kata kerja dari bahasa Inggris
berarti memberi nyawa. Animasi bukan teknologi yang baru lagi dan telah
digunakan
dalam
berbagai
film-film
menarik.
Namun
demikian
perkembangannya di Indonesia berjalan lambat sekali. Dari sekian banyak
film animasi tiga dimensi yang beredar hampir semuanya adalah buatan
luar negeri, bahkan sebagian besar masyarakat tidak mengetahui adanya
karya lokal. “ 13
Animasi “adalah suatu rangkaian gambar diam dengan jumlah yang
banyak, bila kita proyeksikan akan terlihat seolah – olah hidup (bergerak),
seperti yang pernah kita lihat film – film kartun di televisi maupun dilayar
lebar.
Jadi
Animasi
kita
simpulkan
menghidupkan
benda
diam
diproyeksikan menjadi bergerak”. 14
Sebagaimana dalam buku Azhar Arsyad, “Webster mendefinisikan
grafis sebagai seni atau ilmu menggambar terutama diartikan untuk
menggambar mekanik. Dalam penerapannya pada media visual, makna
berkembang lebih luas bukan hanya sekedar gambar saja. Grafis berasal
dari
bahasa
Yunani
Grapikos
yang
artinya
melukiskan
atau
menggambarkan dengan garis-garis sebagai kata sifat graphic diartikan
sebagai penjelasan yang hidup, penjelasan yang kuat atau penyajian yang
efektif “. 15
Grafis atau gambar merupakan “alat visual yang penting dan mudah
didapat. Penting sebab dapat memberi gambaran visual yang konkrit
tentang masalah yang digambarkan. Gambar sangat penting digunakan
dalam usaha memperjelas pengertian pada peserta didik. Peserta didik
dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung didalamnya dengan
13
http://marinishadrina.blogspot.com/2009/10/pengertian-animasi.html,diakses
04/11/2010
14
http://mtholib.wordpress.com/2007/08/21/pengertian-animasi/ diakses 04/11/2010
15
Azhar Arsyad,,,,, hal. 5.
12
jelas karena dengan menggunakan media gambar materi yang diajarkan
menjadi lebih mudah dipahami oleh peserta didik sehingga sesuatu yang
abstrak bagi peserta didik menjadi lebih konkrit dengan bantuan media
gambar”. 16
Gambar yang bisa digunakan tentu yang ada hubungannya dengan
pelajaran atau permasalahan yang sedang dihadapi. Guru harus dapat
mengarahkan minat peserta didik yang sedang melihat gambar untuk
mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam
pikirannya. Gambar harus dapat merangsang perhatian peserta didik agar
dapat memhami dan mampu menciptakan. Gambar dapat lahir ide-ide
kreatif tentang permasalahan yang dibicarakan.
Adapun kelebihan-kelebihan media gambar sebagai berikut :
a. Gambar bersifat konkrit
b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu
c. Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita
d. Gambar dapat memperjelaskan suatu masalah, dalam bidang apa
saja dan untuk tingkat usia berapa saja sehingga dapat mencegah
atau membetulkan kesalahpahaman
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar mempunyai beberapa
kelemahan yaitu :
a. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata
b. Gambar benda yang terlalu komplek kurang efektif untuk kegiatan
pembelajaran
c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
Gambar animasi adalah salah satu bentuk komunikasi grafis, yaitu
suatu gambar interpretative yang menggunakan simbol-simbol untuk
menanyakan sesuatu pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap
terhadap orang, situasi atau kejadian-kejadian tertentu.
16
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1994), h. 85
13
4. Fungsi Media Gambar Animasi
Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, guru
berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan. Pesan
yang dikirimkan oleh guru berupa isi atau materi pelajaran yang dituangkan
kedalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata dan tulisan)
maupun nonverbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbolsimbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan “decoding. “ 17
Proses belajar mengajar terjadi pertukaran informasi, ide dan pikiran
antara keduanya yang terkadang terjadi penyimpangan-penyimpangan
sehingga komunikasi tersebut tidak berjalan efektif dan efisien. Untuk
mengatasi kemungkinan diatas dapat digunakan “media pendidikan atau
pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar, agar terjadi
keserasian dalam penerimaan informasi”. 18
a. Fungsi media sebagai sumber belajar
Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber
belajar. Dalam kalimat sumber belajar ini tersirat makna keaktifan,
yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain.
Mudhoffir dalam bukunya yang berjudul prinsip-prinsip pengelolaan
pusat sumber belajar (1992) menyebutkan bahwa “sumber belajar pada
hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi
pesan,orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, yang mana hal itu
dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dengan demikian
sumber belajar dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada
di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan (memudahkan)
terjadinya proses belajar”. 19
Belajar mengajar adalah sumber suatu proses yang mengolah
sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu
17
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta : Kencana,
2008), h. 205
18
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,… h. 205
19 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran,….h. 37.
14
tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber.
Sumber belajar yang sesungguhnya banyak sekali terdapat di manamana, di sekolah, di halaman, di pusat kota, dan sebagainya. Dalam
buku Syaiful Bahri Djamarah, Udin Saripuddin dan Winataputra
mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi lima kategori, yaitu
manusia, buku atau perpustakaan, media massa, alam lingkungan, dan
media pendidikan. Karena itu, sumber belajar adalah “segala sesuatu
yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran
terdapat atau asal untuk belajar seseorang”. 20
Dalam hal-hal tertentu media berfungsi mengatur langkahlangkah kemajuan serta memberikan umpan balik. Penggunaan media
dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagai
berikut :
a. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang
dimiliki peserta didik
b. Media dapat mengatasi ruang kelas. Dalam hal ini media
membantu kesukaran suatu terhadap objek yang terlalu besar atau
kecil dan terlalu cepat atau lambat
c. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antar peserta
didik dengan lingkungan
d. Media menghasilkan keseragaman pengamat. Pengamatan yang
dilakukan peserta didik dapat dilakukan secara bersama di
arahkan kepada hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. 21
Media digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena memiliki
kemampuan untuk menyajikan peristiwa yang kompleks dan rumit
menjadi lebih sistematik dan sederhana, meningkatkan daya tarik,
perhatian pembelajaran, dan meningkatkan sistematika pembelajaran.
b. Fungsi semantik
Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata
(symbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami
20
Syaiful Bahri Djamarah, dkk. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Rineka
Cipta,2006), h. 122-123
21
Oemar Hamalik, Media Pendidikan,… h. 16-18
15
anak didik (tidak verbalistik). Di muka telah disinggung bahwa bahasa
meliputi lambang (symbol) dan isi (content) yakni pikiran dan atau
perasaan yang keduanya telah menjadi totalitas pesan (messange), yag
tidak dapat dipisahkan. Unsur dasar itu adalah “kata”. Kata atau katakata sudah jelas merupakan simbol verbal. Simbol adalah sesuatu yang
digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya.
c. Fungsi psikologi (afektif)
Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat
penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Setiap orang
memiliki gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan
kesadaran. Ia berwujud pencurahan perasaan minat, sikap penghargaan,
nilai-nilai, dan perangkat emosi atau kecenderungan-kecenderungan
batin. Perlu diingat bahwa “antara tingkah laku afektif dengan tingkah
laku kognitif selalu berjalin erat. Pemisahan antara keduanya hanyalah
perbedaan tekanan.” 22 Jadi fungsi psikologi (afektif) adalah untuk
mengetahui perasaan suka atau menerima, penolakan terhadap objek
tertentu.
5. Macam-macam Media Gambar Animasi
Media merupakan salah satu rencana untuk meningkatkan kegiatan
belajar mengajar (KBM). Karena banyaknya ragam media, maka masingmasing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu perlu
memilihnya dengan cermat dan tepat digunakan dengan baik dan benar.
Menurut Oemar Hamalik media pembelajaran diklasifikasikan
menjadi 4 bagian, yaitu :
a. Alat-alat visual yang dapat dilihat misalnya film strip, transpransi,
papan tulis, gambar-gambar, ilustrasi, chart, bulletin board, micro
projection, grafika, poster, peta dan globe.
22
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran,… hal. 37-44
16
b. Alat-alat yang brsifat auditif atau hanya dapat didengar, missal
transkip, elektrik, radio, phonograph record, rekaman pada tape
recorder.
c. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, missal film, dan televisi,
benda-benda 3 dimensi yang biasanya dipertunjukan, missal model,
specimen, bak pasir dan koleksi diorama.
d. Dramatisasi, bermain peran, sosiodrama, sandiwara boneka dan
sebagainya. 23
Gerlach dan Ely mengemukakan 3 ciri media yang merupakan
petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan
oleh media yang memungkinkan guru efisien melakukannya, yaitu :
a. Ciri fiksatis (fiksative property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.
b. Ciri manipulative (manipulative property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena
media memiliki ciri manipulatif.
c. Ciri distributive (distributive property)
Ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasi
melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan
kepada sejumlah besar peserta didik dengan stimulus pengalaman
yang relative sama mengenai kejadian itu.24
Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam media auditif, visual
dan media audiovisual. Media auditif adalah “media yang hanya
mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder,
piringan hitam. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan
indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar atau
symbol yang bergerak seperti film strip (film rangkai), foto, gambar atau
lukisan, cetakan. Sedangkan media audio visual merupakan media yang
mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai
kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media yang
pertama dan yang kedua”. 25
23
Oemar Hamalik, Media pembelajaran, ( Bandung : penerbit Alumni,2000), h.63.
Azhar Asyad, Media Pendidikan, (Jakarta : Gramedia,2004), h. 12.
25
Pupuh Fathurrohman, dkk. Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melaui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, ( Bandung : PT
Refika Aditama,2007), h. 67-68.
24
17
Bila dilihat dari jenisnya, media yang mempunyai kemampuan yang
lebih baik adalah media audio visual, karena media ini dapat menampilkan
suara dan gambar yang dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap
materi yang sedang diajarkan.
6. Media Gambar Animasi sebagai media Pembelajaran
Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar
adalah suatu proses
komunikasi. Proses komunikasi ini harus diwujudkan melalui kegiatan
penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan
peserta didik. Yang dimaksud pesan dan informasi itu dapat berupa
pengetahuan, keahlian, skill, ide pengalaman dan sebagainya. Agar proses
komunikasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka seorang guru
perlu mengenal tentang fungsi media pengajaran.
Asnawir dan M. Basyiruddin Usman mengemukakan tentang fungsifungsi media pembelajaran sebagai berikut:
1. Membantu memudahkan belajar bagi siswa atau mahasiswa dan
membantu memudahkan mengajar bagi guru atau dosen.
2. Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi
kongkret).
3. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak
membosankan).
4. Semua indera murid dapat di aktifkan. Kelemahan satu indera dapat
diimbangi oleh indera lainnya.
5. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realita. 26
Yudhi
Munadi
mengemukakan
bahwa
”media
pengajaran
hendaknya tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu atau peraga atau
penggambaran (illustration), tetapi sekaligus sebagai sandi (code) untuk
mengajak peserta didik berpikir tentang sesuatu, mendiskusikannya
bersama, berdialog untuk menemukan kesimpulan dan jawaban mereka
sendiri”. Dengan cara demikian, guru menjadikan sandi tersebut sebagai
26
Asnawir, dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran…h. 29.
18
sesuatu gambaran yang hidup (animation) tentang suatu kejadian, gejala
atau permasalahan nyata tertentu”. 27
Berbagai kajian teoritik maupun empirik menunjukkan kegunaan
media dalam pembelajaran sebagai berikut :
1. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada
otak kita, sehingga otak kita dapat berfungsi secara optimal.
2. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
oleh para siswa.
3. Media dapat melampui batas ruang kelas. Banyak hal yang tidak
mungkin untuk dialami secara langsung didalam kelas oleh para
siswa.
4. Media menghasilkan keragaman pengamatan, dengan demikian
memberikan pengalaman dan persepsi yang sama.
5. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan
lingkungannya.
6. Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar,
seperti pemasangan gambar-gambar di papan temple, pemuataran
film, mendengarkan rekaman atau radio dan lain-lain.
7. Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh
dari sesuatu yang konkret maupun abstrak.
8. Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang di tentukan
sendiri. 28
Dapat disimpulkan bahwa media yang ditampilkan oleh guru
dapat membantu dalam proses pembelajaran dan media juga dapat
memberikan
pemahaman
kepada
siswa,
serta
media
mampu
membangkitkan motivasi belajar siswa dan merangsang untuk belajar
dengan baik.
7. Efektivitas Media Gambar Animasi
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia efek
berarti “akibat,
pengaruh. Efektivitas adalah pengaruhnya, akibatnya atau kesannya.” 29
27
Yudhi Munadi, Pendayagunaan Media Pengajaran dalam Berbagai Model Belajar,
Didaktika Islamika : Jurnal Keislaman, Kependidikan dan Kebahasaaan. III (9 Oktober,2002), h.
81.
28
Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Pustekkom –
Diknas, Kencana, 2004), h.458-459.
29
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 218-219.
19
Kata efektif, menurut kamus kata serapan yang berarti akibat, hasil,
tepat dan berguna. Jadi efektivitas mempunyai arti “keadaan berakibat atau
mencapai hasil yang baik.” 30
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa “efektivitas berkaitan
dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, terbentuknya
kompetensi, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif dari anggota.
Masalah efektivitas biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antara
tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumya,
atau perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan.” 31
Jadi efektivitas dalam pembelajaran yang menggunakan media dapat
dilihat dari hasil belajar siswa sebelum, pada saat belajar dan setelah proses
pembelajaran berlangsung dengan berbantuan media gambar animasi.
Penggunaan media gambar animasi yang efektif dalam proses
belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis, sebagai berikut:
1. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki
siswa. Pengalaman masing-masing individu beragam karena kehidupan
keluarga dan masyarakat sangat menentukan macam pengalaman yang
dimiliki mereka.
2. Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk
dialami secara langsung oleh siswa didalam kelas, seperti objek yang
terlalu besar atau terlalu kecil gerakan-gerakan yang diamati terlalu
cepat atau terlalu lambat, maka dengan melalui media akan dapat
diatasi kesukaran tersebut.
3. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang
dilakukan siswa dapat secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal
yang dianggap penting sesuai dengan yang ingin dicapai.
4. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkret dan
realistis.
30
Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,
2001), h.145.
31
E. Mulyasa, Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta :
Bumi Aksara,2009), h.173
20
5. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan
menggunakan media, horizon pengalaman anak semakin luas, persepsi
semakin tajam dan konsep-konsep dengan sendirinya semakin lengkap,
sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar selalu timbul.
6. Media dapat membangkitkan pengalaman yang integral dari suatu yang
kongkrit sampai kepada yang abstrak. Sebuah film tentang suatu benda
atau kejadian yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa, akan
dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang wujud, ukuran dan
lokasi. 32
Dengan adanya media dalam proses pembelajaran, dapat
membantu guru dalam menjelaskan materi pelajaran, juga dapat
membangkitkan minat dan semangat belajar siswa menjadi besar. Jadi
dapat disimpulkan bahwa dengan adanya media, siswa dapat pengalaman
baru dalam belajar dan semangat dalam memahami suatu pelajaran yang
diajarkan oleh guru.
B . Tingkatan Ranah Afektif Dalam Proses Pembelajaran
1. Pengertian Afektif
Dikutip dari kamus C.P. Chaplin “ attitude ( sikap atau pendirian)
satu predisposisi atau kecenderungan yang relative stabil dan berlangsung
terus-menerus untuk bertingkah laku atau mereaksi dengan satu cara
tertentu terhadap pribadi lain, objek atau persoalan tertentu. 33
Kata afektif menurut Surawan Martinus dalam kata serapan berarti
“bersifat, berhubungan dengan cinta kasih saying”. 34 Dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia afektif mempunyai arti berkenaan dengan perasaan
(seperti takut, cinta),
keadaan perasaan yang mempengaruhi keadaan
32
Arief
S. Sadiman, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatnnya,... 99
33
C.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, ( Jakarta : PT RajaGrafindp Persada1997),
h.14-15.
34
Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,
2001), h. 15.
21
penyakit (tentang penyakit jiwa), gaya atau makna yang menunjukkan
perasaan . 35
Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut “attitude” pertama
kali digunakan oleh Herbert Spencer (1862), yang menggunakan kata ini
untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Jadi sikap ialah suatu hal
yang menentukan sikap sifat, hakekat, baik perbuatan sekarang maupun
perbuatan yang akan datang. 36
Dapat disimpulkan bahwa afektif dapat diartikan sebagai perilaku
menerima, menghargai suatu objek. Afektif juga diartikan sebagai
perbuatan yang positif dan negatif seseorang yang dapat dilihat dari
perilaku individunya terhadap suatu objek tertentu.
Menurut M. Ngalim Purwanto, “ sikap atau yang dalam bahasa
inggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu
perangsang, suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu
terhadap suatu perangsang atau situasi yang terjadi.” 37
Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan
bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang
dicari individu dalam kehidupan. Sikap ranah afektif berkenaan dengan
sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa “sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan
kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat
perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif sematamata. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek
yaitu: penerimaan, jawaban atau reksi, penilaian, organisasi dan
internalisasi”. 38
35
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 8
36
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991), h. 161 - 162
37
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
1985), cet. 5, h. 141.
38
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : PT Renika
Cipta,2003), h. 188
22
Dapat disimpulkan bahwa afektif adalah reaksi individu terhadap
apa yang dilihat atau apa yang sedang terjadi. Dengan ditandai dengan
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi,
yang dilakukan oleh setiap individu.
Dikutip dari Ensiklopedi Psikologi “ sikap adalah nilai positif di
dalam diri seseorang terhadap orang lain”.
39
Hasil belajar menurut Bloom
(1976) mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif.
Andersen sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi
cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir
berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah
psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau
nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil
belajar dalam bidang pendidikan.
Menurut Popham, ranah afektif menentukan keberhasilan belajar
seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit
untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang
berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil
pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu
membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi
yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk
membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat
nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Untuk itu semua dalam
merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan
ranah afektif. Sikap dapat didefinisikan “sebagai suatu predisposisi atau
kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara tertentu
terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun objekobjek tertentu”. 40
39
Rom Harre dan Roger Lamb, Ensiklopedi Psikologi, (Jakarta : Arcan, 1996), h. 26.
Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sumartana, Evaluasi Pendidikan, ( Surabaya : Usaha
Nasional, 1986), hal 275.
40
23
Menurut Bruno, sikap (attitude) adalah “kecenderungan yang
relative menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap
orang atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu
dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara
tertentu”. 41
Sikap adalah “kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara
tertentu terhadap hal-hal tertentu. Jadi sikap seseorang terhadap objek
sikap tergantung kepada individu dalam menyikapi stimulus yang
ditimbulkan”. 42
Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap menurut para ahli adalah sikap
nilai positif yang dimiliki setiap individu baik dengan cara baik atau buruk
untuk menerima terhadap objek tertentu.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor
dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki
minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang
mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil
pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini,
namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik
untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai
hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan
kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan
“karakteristik afektif peserta didik”. 43
Jadi dapat disimpulkan bahwa, “sikap selalu berkenaan dengan
objek, dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif dan
negative. Orang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang
dianggapnya tidak bernilai atau merugikan. Orang yang memiliki sikap
mampu untuk memilih secara tegas diantara beberapa kemungkinan. Sikap
41
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 120.
42
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta : PT Bulan Bintang
,2000), Cet. Ke-8, h. 94.
43
http://www.idonbiu.com/2009/05/hakikat-pembelajaran-afektif.html diakses tgl
23/11/2010
24
yang dimiliki oleh seorang siswa memungkinkan siswa tersebut untuk
bertindak sesuai dengan keyakinannya sesuai dengan objek yang
disikapinya”. 44
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik
manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan. Menurut Popham
ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak
memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan
belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata
pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh
karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua
peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu
ikatan
emosional
sering
diperlukan
untuk
membangun
semangat
kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan
sebagainya. Untuk itu semua dalam merancang program pembelajaran,
satuan pendidikan harus memperhatikan ranah afektif. “Keberhasilan
pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi
afektif peserta didik. “ 45
Jadi ranah afektif dalam proses pembelajaran dapat disimpulkan
adalah keberhasilan proses pembelajaran yaitu tergantung kondisi afektif
peserta didik itu sendiri, karena peserta didik yang memiliki minat belajar
dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang dalam
mempelajari pelajaran tertentu, sehingga akan mendapatkan hasil
pembelajaran yang optimal.
2. Tingkatan Ranah Afektif Menurut Beberapa Ahli
Menurut Krathwohl (1961) bila ditelusuri hampir semua tujuan
kognitif mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains,
misalnya, di dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah
44
http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010
45
http://gurupintar.ut.ac.id/forum/viewtopic.php?f=19&t=64 diakses tgl 23/11/2010
25
komponen afektif. Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl
ada lima, yaitu: “receiving (attending), responding, valuing, organization,
dan characterization”. 46
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif
tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik
dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata
pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata
pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih
banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan
atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan
sebagainya.
Ranah afektif seperti yang dikembangkan oleh Krathwohl, Bloom,
dan Masia, dalam garis besarnya sebagai berikut. Ranah afektif meliputi
lima jenjang kemampuan :
a) Menerima (receiving)
Jenjang ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa
untuk ikut dalam fenomena atau stimulus khusus (kegiatan dalam kelas,
musik, baca buku, dan sebagainya). Dipandang dari segi pengajaran,
jenjang ini berhubungan dengan menimbulkan, mempertahankan, dan
mengarahkan perhatian siswa. Hasil belajar dalam jenjang ini mulai dari
kesadaran bahwa sesuatu itu ada sampai kepada minat khusus dari
pihak siswa.
Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan),
adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari
luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala
dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran
46
http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010
26
dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi
gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau
attending juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk
memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini
peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilainilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan
diri kedalam nilai itu atau mengidentifikasikan diri dengan nilai itu.
Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik
bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malas dan tidak disiplin harus
disingkirkan jauh-jauh. 47
b) Menjawab (responding)
Kemampuan ini bertalian dengan partisipasi siswa. Pada tingkat
ini, siswa tidak hanya menghadiri suatu fenomena tertentu tetapi juga
mereaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hasil belajar dalam
jenjang ini dapat menekankan kemauan untuk menjawab (misalnya
secara sukarela membaca tanpa ditugaskan) atau kepuasan dalam
menjawab (misalnya membaca untuk kenikmatan atau kegembiraan).
Kecenderungan mereaksi atau sikap siswa terhadap sesuatu hal, orang
atau benda dengan demikian bisa tiga kemungkinan, yaitu “suka
(menerima atau senang), tidak suka (menolak atau tidak senang), dan
sikap acuh tak acuh”. 48
Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi
aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki
oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara.
Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving. Contoh hasil belajar
ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk
mempelajarinya lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi, ajaranajaran Islam tentang kedisiplinan.
47
http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010
48
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,2007), hal. 83
27
c) Menilai (valuting)
Jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap
suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu. Jenjang ini
berjenjang mulai dari hanya sekadar penerimaan nilai (ingin
memperbaiki keterampilan kelompok) sampai ketingkat komitmen yang
lebih (menerima tanggung jawab untuk fungsi kelompok yang lebih
efektif).
Valuing (menilai atau menghargai). Menilai atau menghargai
artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu
kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan,
dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah
merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan
responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik
disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka
telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik
atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan
mampu untuk mengatakan itu adalah baik, maka ini berarti bahwa
peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di
camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut
telah stabil dalam peserta didik. Contoh hasil belajar efektif jenjang
valuting adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta
didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di
tengah-tengah kehidupan masyarakat.
d) Organisasi (organization)
Tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang
berbeda, menyelesaikan atau memecahkan konflik diantara nilai-nilai
itu, dan mulai membentuk suatu system nilai yang konsisten secara
internal.
Jadi,
memberikan
penekanan
pada
membandingkan,
menghubungkan dan mensistesiskan nilai-nilai. Hasil belajar bertalian
dengan konseptualisasi suatu nilai (memperbaiki hubungan-hubungan
28
manusia) atau dengan organisasi suatu nilai (merencanakan suatu
pekerjaan yang memenuhi kebutuhannya baik dalam hal keamanan
ekonomis maupun pelayanan sosial).
Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya
mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang
universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau
mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu
sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai dengan
nilai lain, pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya.
Contoh nilai efektif jenjang organization adalah “peserta didik
mendukung penegakan disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh
bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan nasional
tahun 1995.” 49
e) Karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai
Pada jenjang ini individu memiliki system nilai yang mengontrol
tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama sehingga
membentuk karakteristik pola hidup. Jadi, sikap adalah “keadaan
mental dandasar dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang
memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu
kepada objek dan situasi yang berkaitan dengannya.” 50
Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap,
minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1. Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak
secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat
dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang
positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi
verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran,
tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap
49
http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010
50
David O. Sears, Psikologi Sosial Jilid I, ( Jakarta : Erlangga,1998), h. 137.
29
sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi
pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap
pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek itu. Jadi, “sikap
(attitude) bisa diterjemahkan dengan tepat sebagai sikap dan
kesediaan bereaksi terhadap sesuatu hal. Sikap (attitude) senantiasa
terarahkan kepada sesuatu hal, suatu objek. Tidak ada
sikap
(attitude) tanpa ada objeknya. “ 51
Menurut Fishbein dan Ajzen “sikap adalah suatu predisposisi
yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap
suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap
objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran.
Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan. Sikap peserta
didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih
positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris
dibanding
sebelum
mengikuti
pembelajaran.
Perubahan
ini
merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus
membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar
peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran menjadi lebih positif”. 52
2. Minat
Menurut Getzel, minat “adalah suatu disposisi yang
terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk
51
W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2004), H.160 –
161.
52
http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010
30
memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan
untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus
besar bahasa Indonesia, minat atau keinginan adalah kecenderungan
hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah
intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif
yang memiliki intensitas tinggi. Penilaian minat dapat digunakan
untuk:
a. mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk
pengarahan dalam pembelajaran,
b. mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
c. pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik
3. Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan
individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target,
arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif
yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi
seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan
intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu
mulai dari rendah sampai tinggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir
peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik.
Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk
memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
4. Nilai
Nilai menurut Rokeach merupakan suatu keyakinan tentang
perbuatan tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang
dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada
suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau
situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai
cendrung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti
31
sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan juga negative.
Selanjutnnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah
tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
5. Moral
Piaget
dan
Kohlberg
banyak
membahas
tentang
perkembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah
hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya
mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon
verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada
bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak. Ranah afektif lain
yang penting adalah:
a.
Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran
dalam berinteraksi dengan orang lain.
Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode
nilai, misalnya moral dan artistik.
c. Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang
mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh
pendidikan.
d. Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang
demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab
secara maksimal kepada semua orang. 53
b.
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap
kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan
diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau
melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan
dengan keyakinan agama seseorang, yaitu “keyakinan akan perbuatan
yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai,
dan keyakinan seseorang”. 54
Sikap manusia telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para
ahli psikologi terkemuka. Berkowitz
menemukan adanya lebih dari
53
http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010
54
http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle diakses 01/05/2010
32
tigapuluh definisi sikap. Puluhan definisi ini pada umumnya dapat
dimasukkan ke dalam salah-satu diantara tiga kerangka pemikiran.
Kelompok pemikiran yang pertama diwakili oleh Louis Thurstone, Rensis
Likert, dan Carles Osgood. Mereka mendefiniskan sikap sebagai suatu
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Secara lebih spesifik, Thurstone
memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau efek negatif
terhadap suatu objek psikologis. Pendapat serupa diungkapkan oleh ahli
psikologi lain seperti Berkowitz. Berkowitz mengatakan bahwa “sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
(unfavorable) pada objek tersebut”. 55
Kelompok pemikiran kedua diwakili oleh para ahli psikologi sosial
dan psikologi kepribadian seperti Chave, Bogardus, LaPiere, Mead, dan
Gordon Alport, yang mana konsep mereka mengenai sikap lebih kompleks,
tidak hanya sekedar reaksi perasaan semata. Menurut mereka sikap
merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan
cara tertentu. Pendapat ini juga didukung oleh ahli psikologi lain seperti
Gagne, Calhoun, Thomas, Znaniecki, dan Aiken.
LaPiere mendefinisikan sikap “sebagai suatu pola perilaku, tendensi
atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam
situasi sosial. Sedangkan Allport mengemukakan bahwa sikap “adalah
keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman
yang memberikan pengaruh dinamik atau berarah terhadap respon individu
pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya”. 56
Hal serupa diungkapkan oleh Gagne bahwa sikap merupakan
keadaan kesiapan mental dan susunan syaraf, yang mempengaruhi atau
yang dinamis terhadap respon individu atas semua obyek atau situasi yang
55
http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ diakses 25/05/2010
56
http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ diakses 25/05/2010
33
berhubungan. Menurut Calhoun sikap adalah sekelompok keyakinan dan
perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk
bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu.
Dalam
istilah
kecenderungan
(predisposition),
terkandung
pengertian arah tindakan yang akan dilakukan seseorang berkenaan dengan
suatu objek. Arah tersebut dapat bersifat mendekati atau menjauhi suatu
objek (orang, benda, ide, lingkungan, dan lain-lain), dilandasi oleh
perasaan penilaian individu yang bersangkutan terhadap objek-objek
tersebut. Misalnya, ia menyukai atau tidak menyukainya, menyenangi atau
tidak menyenanginya, menyetujui atau tidak menyetujuinya. Aiken
mendefinisikan sikap “sebagai predisposisi atau kecenderungan yang
dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif
dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap objek, situasi,
konsep, atau orang lain”. 57
Kelompok pemikiran ketiga adalah kelompok yang berorientasi
pada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini,
sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan
konatif yang saling berinteraksi satu sama lain dalam memahami,
merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. 58
Menurut Azwar selain pembagian kerangka di atas, ada dua
pendekatan baru dalam mendefinisikan sikap yang dikembangkan oleh para
psikologi sosial mutakhir. Pendekatan yang pertama adalah yang
memandang sikap sebagai kombinasi reaksi kognitif, afektif, dan perilaku
terhadap suatu objek. Ketiga komponen ini secara bersama-sama
mengorganisasikan sikap individu. Pendekatan kedua timbul dikarenakan
adanya ketidakpuasan atas penjelasan mengenai inkonsistensi yang terjadi
antara ketiga komponen kognisi, afeksi, dan konasi dalam membentuk
sikap. Pengikut pendekatan ini memandang perlu untuk membatasi konsep
sikap hanya pada aspek afektif saja. Definisi yang mereka ajukan
57
58
http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ diakses 25/05/2010
http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ diakses 25/05/2010
34
mengatakan bahwa “sikap tidak lain adalah penilaian (afek) positif atau
negatif terhadap suatu objek”. 59
Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat para ahli afektif adalah
menurut mereka sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Mereka mendefinisikan sikap
sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Secara lebih spesifik,
ahli psikologi yang diwakili oleh Thurstone mendefinisikan sikap sebagai
derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis.
Sedangkan Berkowitz mengatakan bahwa sikap seseorang terhadap
suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan
tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Dalam istilah
kecenderungan (predisposition), yaitu arah tindakan yang akan dilakukan
seseorang berkenaan dengan suatu objek. Arah tersebut dapat bersifat
mendekati atau menjauhi suatu objek (orang, benda, ide, lingkungan, dan
lain-lain), dilandasi oleh perasaan penilaian individu yang bersangkutan
terhadap objek-objek tersebut.
Misalnya, ia menyukai atau tidak menyukainya, menyenangi atau
tidak menyenanginya, menyetujui atau tidak menyetujuinya. Menurut
kerangka pemikiran ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen
kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi satu sama lain dalam
memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Jadi dari
semua definisi diatas adalah mereka mengatakan bahwa sikap tidak lain
adalah penilaian (afek) positif atau negatif terhadap suatu objek.
3. Karakteristik Ranah Afektif
Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk
diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku melibatkan
perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku
seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah,
dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan.
59
http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ diakses 25/05/2010
35
Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari
senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang
lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi
positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu
baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang
kecemasan dimaknai negatif.
Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka
karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target
mengacu pada objek, aktivitas atau arah ide dari perasaan. Bila kecemasan
merupakan karakteristik dari afektif yang ditinjau, ada beberapa
kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi kesekolah, situasi
sosial atau pembelajaran. Tiap unsur ini bias merupakan target kecemasan.
Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang
tidak diketahui. Sering kali peserta didik cendrung sadar bahwa
kecemasannya adalah tes.
Pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan
untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk
mencapai dimensi yang lainnya yaitu sikap dan keterampilan afektif
berhubungan dengan volume yang sulit diukur karena menyangkut
kesadaran seserorang yang tumbuh dari dalam, afeksi juga dapat muncul
dalam kejadian behavioral yang diakibatkan proses pembelajaran yang
dilakukan guru. Sikap afektif erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki
oleh seseorang, sikap “merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki, oleh
karenanya pendidikan sikap pada dasarnya adalah pendidikan nilai”. 60
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan
membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan
ranah afektif. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain, berupa
“kesadaran beragama yang mantap”. 61
60
Sofan Amri, dkk. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Pestasi
Pustaka,2010), 208-209
61
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar, ( Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 51
36
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik afektif menurut pendapat para ahli
adalah memilki dua kriteria yaitu pertama perilaku yang melibatkan perasaan
individu dan emosi seseorang. Kedua, perilaku tipikal atau perilaku seseorang
atau sifat yang dimiliki seseorang dalam menilai suatu objek tertentu.
Menurut para pakar psikologi sikap adalah sebagai suatu bentuk evaluasi
atau reaksi perasaan adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable)
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek
tersebut. Jadi dari semua definisi diatas adalah mereka mengatakan bahwa sikap
tidak lain adalah penilaian (afek) positif atau negatif terhadap suatu objek.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metodologi penelitian yang terdiri dari Pendekatan
Penelitian, Lokasi Penelitian, Pengumpulan Data yang terdiri dari sumber data,
jenis data, dan Cara dan alat Bantu Pengumpulan Data, Validitas Data, dan
Pengolahan dan Analisis Data.
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang didasari
oleh keinginan untuk mengetahui gejala-gejala psikologis-afektif siswa di saat dan
setelah mengikuti pembelajaran berbantuan media gambar animasi. Pendekatan
kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari
perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Objek
analisis dalam pendekatan kualitatif adalah ‘makna dari gejala-gejala sosial dan
budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk
memperoleh gambaran mengenai kategorisasi tertentu”. 1
Penelitian ini mengenai efektifitas media gambar animasi tehadap
pengembangan afeksi siswa ini adalah suatu penelitian kualitatif. Moleong
menyimpulkan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan
1
Burhan Bugin, Sosiologi Komunikasi ( Teori Paradigma dan Diskusi Teknologi
Komunikasi di Masyarakat), (Jakarta : Kencana, 2008), h. 302. 37
38
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 2
Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya melalui pengumpulan data . Riset ini tidak mengutamakan besarnya
populasi atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. 3
Berdasarkan judul yang penulis ambil, maka dalam penelitian penulis
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini mempunyai ciri khas yang
terletak pada tujuannya, yaitu mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan efektivitas media gambar animasi terhadap pengembangan
afektif siswa. Jadi pendekatan ini sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
“data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari organisasi dan perilaku
yang dapat diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut secara
holistic”. 4
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPI Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan No.
7-8. Pemilihan SMPI Al-Ikhlas berdasarkan karena Sekolah Menengah Pertama
Islam Al Ikhlas Cipete Jakarta Selatan berawal dari Yayasan Masjid Al Ikhlas
yang didirikan pada tanggal 14 April 1967, dengan Akte Notaris R.Soerojo
wongsowidjojo, SH., Nomor 24 tanggal 31 juli.1967, yang kemudian diperbaiki
melalui Akte Notaris NY. Yetty Taher, SH., No. 77, tanggal 30 Oktober 1995.
Melalui
surat
keputusan
Dekdikbud
DKI
Jakarta
Selatan
No:
2811.O1G4IL’88, tanggal 4 juli 1986, SMP Islam Al Ikhlas resmi berdiri yang
terletak di Jln Cipete III, Cilandak Jakarta Selatan, yang menjadi kepala sekolah
saat ini yaitu Drs. H. Prasetyo.
2
Lexy J. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 5-6 3
Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, ( Jakarta :
Kencana, 2008), h. 56. 4
Sanapiah Fasila, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada,2007), h.20. 39
SMP Islam Al-Ikhlas ditetapkan oleh MENDIKNAS sebagai sekolah
RSBI. Dan pada tahun ajaran 2009/2010 sekolah SMP Islam Al-Ikhlas Cipete
Jakarta Selatan ini membuka kelas Internasional. Penelitian ini dilaksanakan
dengan jadwal sebagai berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kegiatan
Penelitian
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
√
Proposal
Seminar
Proposal
Pemantapan
Bab I
Pemantapan
Bab II
Pemantapan
Bab II
Pembuatan
Kisi-kisi
wawancara
Pedoman
wawancara
Pengkodingan
dan
kategorisasi
hasil
wawancara
Penyusunan
alat
pengumpulan
data
Triangulasi
dan verifikasi
data
Pelaksanaan
pengumpulan
data
Pengolahan
dan analisis
data
√
√
√ √
√ √
√ √ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √ √
40
C. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Informan adalah “orang dalam pada latar penelitian. Fungsinya
sebagai orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi latar penelitian”. 5
Dalam penelitian ini, penulis memilih beberapa informan (siswa)
untuk memberikan informasi. Informan yang penulis ambil mempunyai
beberapa kriteria.
Kriteria dari informan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
a. Mewakili gender artinya ada keterwakilan dari siswa laki-laki dan
perempuan
b. Siswa SMP pada level terjadi, tidak di level rendah juga tidak di level
tinggi.
Kesesuaian berarti informan dipilih berdasarkan keterkaitan dengan
topik penelitian,yaitu beberapa siswa kelas VIII SMPI Al-Ikhlas Jakarta.
Sedangkan
kecukupan
berarti
data
yang
diperoleh
harus
dapat
menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian.
2. Jenis Data
Data dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu data primer dan
sekunder. Pertama, data primer yaitu data yang diperoleh melalui
wawancara mendalam (indepth interview) yaitu “untuk memperoleh
informasi sejelas mungkin tentang hal yang berhubungan dengan yang
diteliti. Dalam penelitian kualitatif menggunakan wawancara terbuka yang
para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui
pula apa maksud wawancara”. 6
Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai beberapa siswa yang ada
di sekolah SMPI Al-Ikhlas, dan jumlah yang diwawancarai terdiri dari 5
siswa.
5
6
Basrowi, dkk, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2008), h. 86 Basrowi, dkk, Memahami Penelitian Kualitatif,… h. 129 41
Kedua, data sekunder yaitu data yang digunakan untuk melengkapi
dan mendukung data primer. Selain itu, data sekunder dapat pula diperoleh
melaui literature, majalah ilmiah seperti jurnal, dan hasil penelitian yang
terkait dengan masalah yang diteliti. 7
3. Cara dan Alat Bantu Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yaitu wawancara mendalam, observasi
dan telaah dokumen. Metode wawancara mendalam digunakan untuk
mengumpulkan data dari semua informan yang telah disebut diatas.
Sedangkan alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah “panduan
atau pedoman wawancara, alat pencatat, dan alat perekam suara (tape
recorder), catatn atau hasil observasi di lapangan”. 8
D. Validitas Data
Penelitian kualitatif dilakukan secara purposive sehingga agar validitas
data tetap terjaga perlu dilakukan beberapa strategi. Uji validitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah triangulasi yang terdiri atas triangulasi metode dan
triangulasi sumber. Triangulasi “adalah pengamatan dilakukan secara berulangulang untuk memenuhi kriteria reliabilitas data, yang meliputi cek, cek ulang dan
pengecekan data”. 9
Pertama, triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan beberapa
pengumpulan data yaitu dengan melakukan wawancara mendalam kepada
informan, observasi dan telaah dokumen. Kedua, mendapatkan data yang lengkap
dengan triangulasi sumber dilakukan dengan menggunakan sejumlah informan
yang berbeda, yaitu diambil dari beberapa siswa kelas VIII. Dalam penelitian ini
triangulasi merujuk pada pengumpulan informasi melalui berbagai metode. 10
7
Lexy J. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2009), h. 159 8
Lexy J. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif,… h. 232 9
Basrowi, dkk, Memahami Penelitian Kualitatif,… h. 191 10
A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif,( Jakarta : Pustaka Jaya, 2000), h. 149-150. 42
E. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari wawancara dikumpulkan untuk verifikasi, yaitu
untuk memeriksa kembali akurasi dan kelengkapan data. Dari hasil verifikasi
tersebut, temuan dan data yang diperoleh dapat dianalisis untuk mengetahui
kecendrungan yang terjadi dari obejek penelitian sehingga dapat ditarik
kesimpulan.
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dilakukan secara manual
dengan langkah-langkah berikut :
a) Pengumpulan data melalui wawancara, telaah dan observasi
b) Membuat transkip data hasil wawancara dengan mengubah rekaman
(audio) hasil penelitian setiap informan menjadi bentuk tulisan (laporan
hasil wawancara)
c) Penandaan pada data atau informasi yang mempunyai pola yang sama
d) Mengelompokkan informasi-informasi yang terdapat pada transkip
masing-masing informan ke variabel-variabel yang telah ditentukan
e) Penyajian ringkasan data dalam bentuk tabel sehingga memberikan
gambaran yang lebih jelas
f) Analisis data yang merupakan usaha memilih, memilah membuang,
menggologkan data untuk menjawab dua permasalahan pokok. Dan
berpikir untuk memperjelas kategori data sehingga data yang ada
bermakna dengan mencari dan menemukan pola serta hubungan dan
membuat temuan-temuan baru. 11
Dengan kata lain, analisis data adalah data yang membahas data
hasil penelitian yang dilihat sebagai tema untuk dicari kesenjangan
datanya. Pada teknik ini dilakukan pengkodean informasi sehingga
menghasilkan daftar tema sehingga dapat dianalisis yang ada pada bab
berikutnya yaitu bab IV.
11
Basrowi, dkk, Memahami Penelitian Kualitatif,…h. 192-193 BAB IV
HASIL PENELITIAN
Efektivitas Media Gambar Animasi Terhadap
Pengembangan Afektif Siswa
A. Profil Sekolah
1. Gambaran Umum SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan
a. Sejarah SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan
Sekolah Menengah Pertama Islam Al Ikhlas Cipete Jakarta Selatan
berawal dari Yayasan Masjid Al Ikhlas yang didirikan pada tanggal 14 April
1967, dengan Akte Notaris R.Soerojo wongsowidjojo, SH., Nomor 24 tanggal 31
juli.1967, yang kemudian diperbaiki melalui Akte Notaris NY. Yetty Taher, SH.,
No. 77, tanggal 30 Oktober 1995.
Gambar 1
Gedung Sekolah Menengah Pertama Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan
37
38
Melalui
surat
keputusan
Dekdikbud
DKI
Jakarta
Selatan
No:
2811.O1G4IL’88, tanggal 4 juli 1986, SMP Islam Al Ikhlas resmi berdiri yang
terletak di Jln Cipete III, Cilandak Jakarta Selatan, yang menjadi kepala sekolah
saat ini yaitu Drs. H. Prasetyo.
SMP Islam Al-Ikhlas ditetapkan oleh MENDIKNAS sebagai sekolah
RSBI. Dan pada tahun ajaran 2009/2010 sekolah SMP Islam Al-Ikhlas Cipete
Jakarta Selatan ini membuka kelas Internasional.
b. Visi dan Misi SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan
Visi: Menjadi Sekolah Islam Unggulan yang Diminati Masyarakat.
Misi:
• Melaksanakan pembelajaran secara efektif dengan kurikulum nasional yang
terintegrasi dengan muatan Islam
• Melaksanakan pembelajaran Agama Islam yang berkwalitas
• Mengembangkan dan membina potensi siswa dalam bidang non akademik
(ekstrakulikuler)
• Melaksanakan bimbingan pembinaan kepribadian siswa yang Islami
• Melahirkan siswa yang mampu mengenali potensi diri dan mampu
menghadapi tantangan
• Menciptakan lingkungan sekolah yang bernuansa Islami
• Menciptakan brand image positif di masyarakat
• Menyediakan SDM yang unggul dalam belajar.
c. Strategi SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan
•
Menerapkan model pendidikan yang berbasis kepada kompetensi siswa.
•
Menetapkan standar kwalifikasi out come siswa yang meliputi standar
kwalifikasi kompetensi diri dan standar kwalifikasi akademik
•
Menjalin kerja sama dengan orang tua, masyarakat, serta komponen
pendidikan untuk meningkatkan efektifitas pendidikan.
•
Melakukan Bench Marking
•
Senantiasa melakukan Continuous Improvement.
39
d. Guru SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan
1) Kondisi Guru
Jumlah guru :
Laki-Laki
: 20
Perempuan
: 16
Gambar
Guru-guru Al – Ikhlas
2) Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah
No.
Tingkat
Pendidikan
1.
S3/S2
2.
S1
3.
D-4
4.
D3/Sarmud
5.
D2
6.
D1
Jumlah
Jumlah dan Status Guru
GT/PNS
GTT/Guru
Bantu
L
P
L
P
1
11
11
8
4
12
1
12
8
4
Jumlah
1
34
1
36
40
e. Fasilitas SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan
Ruang kelas ber AC
Lab. Fisika Lab. Biologi
Ruang Keterampilan Studio music
Ruang Audio Visual
Lab.bahasa Perpustakaan Besar Lab. Komputer
Masjid Al Ikhlas
41
Indoor Gym biasa digunakan sebagai tempat untuk kegiatan keputrian
siswi SMP Islam Al-Ikhlas, sekaligus sebagai tempat shalat zhuhur berjama’ah
siswi pada hari jum’at.
f. Kurikulum SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan
-
MISI 1.: Melaksanakan Pembelajaran secara Efektif dengan
kurikulum yang terintegrasi dengan Islam.
Kegiatan Misi 1:
-
•
Seleksi PSB
•
Program Pemantapan ( Alix Enrichment programme )
•
Program Try Out
•
Pembuatan silabus yang mengintegrasikan muatan islam
•
EHB
•
Remedial
•
Moving Class
•
Matrikulasi
•
Math and Science in English
•
Pembinaan Siswa berbakat (MIPA).
MISI 2 : Melaksanakan pendidikan agama yang berkualitas
Kegiatan Misi 2 :
•
Tilawah Qur’an ( pemantauan tilawah lewat SKU )
•
Murajaah / setoran hafalan
•
Hafalan dzikir
•
Praktek wudhu dan shalat
•
Pembelajaran agama yang memperhatikan aspek aqidah, ibadah dan
wawasan secara berimbang
•
Gemar infaq / kotak infaq
•
Peduli dhuafa ( kunjungan )
•
Pembelajaran tarikh / siroh.
42
-
MISI 3 : Mengembangkan dan membina potensi siswa dalam bidang
non akademik
Kegiatan Misi 3 :
•
Alix Ekskul Exebition
•
Latihan Rutin
•
Kompetisi / eksebisi / Sparing partner
•
Bengkel kerja ( robotik )
g. Ekstra Kurikuler SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan
Tujuan Ekstrakurikuler
•
Berprestasi dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan regional maupun
nasional.
•
Mendayagunakan secara optimal sarana dan prasarana sekolah yang ada.
•
Menemukan bakat dan ketrampilan siswa sehingga berkembang secara
optimal.
•
Menyalurkan dan mengembangkan minat dan bakat siswa
Jenis Ekstra Kurikuler
•
Bola
•
Basket Putra
•
Bola Basket Putri
•
Sepak Bola / Futsal
•
Sains Club
•
Robotik
•
Bulu Tangkis
•
Tari Tradisional Alix (Tralix)
•
Drum Band
•
Manga
•
Pramuka
•
Bahasa Mandarin
•
Tae Kwon Do
•
Panahan
43
•
Multi Media Art
•
Business For Teen
•
Tenis Lapangan
•
Gamelan
Gambar
Ekstra Kurikuler Drum Band
h. Prestasi
Bidang Olahraga
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Jenis Lomba
Basket Putri
Sepak Bola
Futsal
Basket Putri
Basket Putra
Sepak Bola
Sepak Bola
Basket Putri
Basket Putri
Basket Putra Porseni
Karate Putra
Tenis Meja
Sepak Bola
Bola Basket Putri
Karate Beregu
Karate Beregu
Futsal
Meraih
Juara II
Juara II
Juara II
Juara II
Juara III
Juara II
MVP
Juara III
Juara I
Juara II
Juara I
Juara II
Juara I
Juara II
Juara II
Juara I
Juara I
44
Bidang Akademik
No
1
2
3
4
5
6
Jenis Lomba
Meraih
Listening & Reading
Comprehension
Web Design
Merakit Komputer
Story Telling
News Reading
Written
Penyelenggara
Juara II
SMU Percik
Juara I
Juara II
Juara III
Juara III
Juara II
Bakti Idhata Cup
Bakti Idhata
Tingkat Kecamatan
tingkat Kecamatan
tingkat Kecamatan
Bidang Seni
No
1
2
3
4
Jenis Lomba
Meraih
Penyelenggara
Tari Ratoh se-DKI Jakarta Juara II
Juara PBB Temu Drum
SMU Purnama
Band
Finalis Tari Saman
SMU
SkyFest
Labs.Kebayoran
Finalis Tari saman
Juara Harapan III dari 10
SkyFest
Besar
B. Analisis Hasil Wawanacara
1. Efektivitas Media Gambar Animasi Terhadap Pengembangan Afektif
Siswa
Bab ini akan mendeskripsikan keadaan informan siswa berdasarkan hasil
wawancara. Deskripsi ini meliputi latar belakang interaksi siswa dengan berbagai
sumber belajar di sekolah, penerimaan siswa terhadap pembelajaran berbantuan
media gambar animasi, dan gejala-gejala psikologis-afektif siswa pada saat dan
setelah mereka mengikuti pembelajaran berbantuan media gambar animasi.
A. Latar Belakang Interaksi Siswa dengan Berbagai Sumber Belajar di
Sekolah
45
1. Ketersediaan Sumber Belajar dan Keterlibatan Siswa dalam
Pengadaannya
Telah berdiri sekolah mulai tanggal 4 Juli 1986, yang
berlokasi di daerah Jakarta Selatan. Sekolah tersebut telah
ditetapkan oleh MENDIKNAS sebagai sekolah Rintisan Sekolah
Berbasis Internasional (RSBI). Pendidikan sekolah tersebut, mulai
dari Play Group, TK, SD, dan SMP. Sekolah ini bernama SMPI
Al-Ikhlas Jakarta. Sekolah Al-Ikhlas dibangun lima lantai, yang
terdiri lantai dasar untuk kantor Yayasan Al-Ikhlas, staf karyawan
Yasdik, lap computer, lab biologi, lab fisika, ruang Multimedia,
ruang Keterampilan, ruang Audio Visual, dan perpustakaan. Lantai
dua, adanya kelas untuk proses pembelajaran, kantor kepala
sekolah, ruang TU, lab bahasa, lantai tiga ruang kelas, lab AlQuran, kantor wakil kepala sekolah, lantai 4 aula untuk acara-acara
sekolah, dan lantai 5 adanya lapangan tennis dan badminton.
Yang bersekolah di Al-Ikhlas terdiri dari kalangan
menengah atas. Mulai dari anak pejabat, artis, budayawan,
pengusaha, dan masyarakat sekitar.
Pagi hari di jalan Cipete macet, dikarenakan para pengantar
banyak yang menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun
motor. Dan banyak yang parkir di sekitar depan pagar sekolah
sehingga menambah macet.
Di sekolah Al-Ikhlas terdapat banyak sekali sarana dan
fasilitas yang tersedia, seperti lapangan parkir yang luas, lapangan
bola, lapangan badminton, tennis dan di depan sekolah berdiri
masjid yang besar untuk digunakan oleh semua siswa beserta guru,
staf karyawan SMPI Al-Ikhlas dan masyarakat sekitar untuk
beribadah. Karena SMPI Al-Ikhlas mempunyai misi yaitu
melaksanakan pembelajaran secara efektif dengan kurikulum yang
46
terintegrasi dengan islam, agar siswa-siswanya dapat menjadi
manusia beriman kepada Allah SWT dan berakhlak mulia.
Dan sumber belajar di sekolah SMPI Al-Ikhlas pun telah
tersedia dengan baik, diantaranya terdapat Lab Al-Quran, lab
Biologi, lab Fisika, lab Komputer, lab Bahasa, ruang Multimedia,
ruang Keterampilan, ruang Audio Visual, dan Perpustakaan besar
yang terletak di lantai dasar sekolah itu.
Dengan adanya sarana dan fasilitas sumber belajar di
sekolah tersebut, siswa belajarnya pun sudah terpenuhi dengan
baik. Di sekolah SMPI Al-Ikhlas mempunyai peraturan yang
sangat ketat. Dan peraturan itu berlaku untuk semua siswa dan juga
para guru-gurunya. Di sekolah SMPI Al-Ikhlas mempunyai aturan
seperti, masuk pada jam 07:00 pagi dan pulang jam 14:00 siang,
khusus untuk kelas RSBI pulang jam 15:00 sore.
Untuk sore harinya siswa diwajibkan untuk mengikuti
eskul yang ada di sekolah itu. Siswa yang terlambat masuk, 15
menit setelah bel masuk maka siswanya harus meminta izin kepada
guru piket untuk diberikan izin masuk kelas, apabila siswa tersebut
sudah terlambat ketiga kalinya, maka siswa tersebut diizinkan
pulang dan memanggil orang tuanya untuk menghadap wali kelas
untuk menyelesaikan masalah anaknya itu.
Dihari Jum’at pada jam pertama pelajaran dianjurkan untuk
semua siswa dan guru untuk sholat Dhuha bersama-sama yang
dilaksanakan di ruang aula yang ada dilantai 4. Dan khusus hari
sabtunya di sekolah diadakan pendalaman materi untuk siswanya.
Setiap belajar, siswa diwajibkan mempunyai buku mata
pelajaran untuk setiap siswa. Seperti buku paket IPS Terpadu, buku
catatan dan buku latihan. Dengan tersedianya sumber belajar di
47
sekolah tersebut, siswa diharapkan dapat mengembangkan potensi
yang dimilikinya.
Aktivitas siswa dari segi akademisnya banyak menjurai
lomba-lomba, diantaranya pernah menjurai Lomba Listening dan
Reading Comprehension, dan dari kegiatan ekstra kulikulernya
pernah menjurai tari daerah yaitu tari Saman yang diadakan di
Turki pada bulan April yang lalu.
Di sekolah SMPI Al-Ikhlas juga ada yang mengajarkan
keterampilan khusus putri, diantaranya Memasak, Membuat Kue,
Membuat kerajinan seperti membuat taplak meja, menyulam,
menjahit dan membuat hasil karya dari bahan-bahan yang sudah
tidak dipakai lagi dan hasilnya dapat di jual kepada teman-teman
sekelasnya masing-masing.
Ketersediaan sarana dan fasilitas yang di sekolah ini,
seimbang dengan harga biaya masuknya. Selain itu juga di sekolah
SMPI Al-Ikhlas mempunyai para pengajar yang sudah professional
sehingga membuat hasil belajar siswanya memuaskan.
Dengan sumber belajar yang lengkap, siswa diharapkan
dapat melaksanakan kegiatan proses pembelajaran yang efektif dan
mendapatkan hasil yang memuaskan pula. Adaya sarana dan
fasilitas di sekolah SMPI Al-Ikhlas, maka sudah hampir semua
kebutuhan yang diperlukan oleh semua siswa yang ada di sekolah
itu sudah terpenuhi dengan baik.
2. Kesempatan Siswa Dalam Mengakses Sumber Belajar
Telah dijelaskan diatas tentang latar belakang sekolah dan
sarana dan fasilitas yang ada di sekolah SMPI Al-Ikhlas, maka
disini
akan
mendeskripsikan
kesempatan
siswa
dalam
48
menggunakan sumber belajar yang ada di sekolah Al-Ikhlas.
Seperti Lab komputer, lab Bahasa, lab biologi, lab fisika, ruang
keterampilan, ruang audio visual, perpustakaan dan masjid.
Di dalam perpustakaan sekolah Al-Ikhlas, banyak sekali
buku-buku yang disediakan sekolah untuk memenuhi kebutuhan
siswanya. Seperti, buku-buku bacaan, buku mata pelajaran, kamus
seperti Bahasa Indonesia dan Inggris, Ensiklopedi, dan lain-lain.
Selain itu, di perpustakaan Al-Ikhlas juga disediakan
artikel, Koran contohnya Koran Republika, Kompas, dan komputer
untuk siswa yang memerlukan sumber internet dalam mencari
bahan atau materi pelajaran yang diberikan oleh guru bidang studi
mereka.
Siswa diberikan kesempatan untuk keluar kelas mencari
bahan atau tugas yang diberikan gurunya, tetapi tetap guru
mendampingi siswa. Tetapi siswa yang keluar kelas harus
membawa surat izin, dan surat izin tersebut siswa memintanya
kepada guru piket. Surat izin tersebut harus sudah ditanggani oleh
guru bidang studi yang sedang mengajar dan guru piket pada saat
itu.
Contohnya, siswa yang mendapat tugas dari gurunya untuk
mencari artikel tentang peninggalan-peninggalan kerajaan HinduBudha melalui internet, maka siswa di persilahkan untuk keluar
kelas. Dan siswa itu mencari bahan atau materi yang dibutuhkan
ada di perpustakaan yang ada di sekolah.
Semua bahan atau materi yang dibutuhkan oleh setiap siswa
ada di perpustakaan atau berada di sekitar sekolah, dan artikel ,
siswa tidak susah lagi mencari-cari ke luar sekolah karena itu
semua sudah di penuhi oleh sekolah.
49
Di sekolah SMPI Al-Ikhlas, memberikan kesempatan untuk
siswanya untuk menyalurkan dan mengembangkan minat dan
bakat mereka, seperti siswa mengikuti kegiatan ekstra kulikuler
yang ada di sekolah seperti tari tradisional, drum band, dan lainlain. Agar siswanya dapat berkreasi dan menyalurkan bakat mereka
miliki.
Banyak sekali kesempatan siswa dalam mengakses sumber
belajar yang ada di Al-Ikhlas, selain ada di perpustakaan juga dapat
memperoleh sumber belajar dari lingkungan sekitar. Yang dapat
dipelajari secara alami oleh siswa-siswanya, seperti dapat
menghargai orang lain.
Interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan gurunya terjalin
dengan baik. Bila ada siswa yang bermasalah, langsung ditangani
oleh guru bimbingan konseling untuk menyelesaikan masalahnya.
3. Interaksi Siswa Dengan Berbagai Sumber Belajar
Sarana dan fasilitas sumber belajar di sekolah SMPI AlIkhlas, memang sudah terpenuhi dengan baik. Selain fasilitas dan
sarana yang dijelaskan sebelumnya, dibawah ini akan menjelaskan
bagaimana siswa berinteraksi dengan sumber belajar yang ada di
sekolah seperti :
a. Di sekolah SMPI Al-Ikhlas, setiap siswa diwajibkan untuk
mempunyai buku paket untuk setiap mata pelajaran.
b. Selain mempunyai buku paket, siswa diwajibkan mempunyai
buku catatan dan buku latihan untuk setiap mata pelajaran.
c. Setiap siswa diwajibkan memakai baju seragam yang lengkap
sesuai dengan ketentuan sekolah yang berlaku.
d. Tidak boleh membawa alat komunikasi atau Hp kedalam kelas.
Jika ada siswa yang melanggar, maka siswa tersebut langsung
50
mendapat sanksi, seperti HP disita untuk sementara dan
memanggil orang tua untuk bertemu dengan wali kelasnya dan
mengambil hpnya.
Dari beberapa poin diatas telah dijelaskan poin-poin yang
dibuat oleh siswanya sendiri dan dari pihak sekolah, agar setiap
siswa wajib menaati peraturan yang berlaku di sekolah tersebut.
Untuk sumber belajar yang telah disediakan di sekolah,
siswa diperbolehkan untuk keluar kelas, apabila siswa tersebut
memerlukan bahan materi yang ada di perpustakaan yang terletak
dilantai dasar.
Namun begitu, siswa yang keluar kelas harus mendapat izin
dari guru yang mengajar di kelasnya. Dan siswanya pun harus
membawa surat izin, bahwa kalau siswa itu telah mendapatkan izin
keluar, yang kemudian surat izin tersebut ditunjukkan kepada guru
yang piket.
Perpustakaan
di
sekolah
SMPI
Al-Ikhlas
itu
juga
mempunyai peraturan, dan peraturan itu juga harus ditaati oleh
setiap siswa yang berkunjung ke perpustakaan. Seperti, untuk
peminjaman buku yang ada di perpustakaan, siswa diwajibkan
untuk meminjam hanya satu buku untuk sekali peminjaman.
Selain bagaimana interaksi siswa kepada sumber belajar
yang ada di sekolah, mereka sudah terbiasa mencari bahan materi
atau tugas mereka melalui internet. Di perpustakaan juga
disediakan komputer yang fungsinya untuk membuka internet di
dalam perpustakaan sekolah, yang disediakan untuk siswa.
Siswa di sekolah SMPI Al-Ikhlas diperbolehkan untuk
membawa laptop ke sekolah. Bagi kelas RSBI , memang sudah
memakai sistem ITI dalam proses pembelajarannya. Dan setiap
51
siswa diwajibkan untuk membawa laptop masing-masing, gurunya
pun begitu dan yang mengajar di kelas RSBI diharuskan
menggunakan bahasa Inggris dalam setiap mengajar.
Siswa yang bersekolah di SMPI Al-Ikhlas, dalam bergaul
dengan teman dan lingkungan sekitar sangat baik, sopan dan
bersahabat. Sekolah SMPI Al-Ikhlas juga mempunyai beberapa
kegiatan
ekstra
kulikuler,
yang
dapat
menyalurkan
dan
mengembangkan bakat dan minat siswa, seperti tari tradisional,
drum band, bola basket putri, basket putra, dan pramuka. Tujuan
dari kegiatan itu semua, siswa disarankan untuk mengikuti
kegiatan yang ada di sekolah itu. Selain untuk menyalurkan bakat
dan minat juga untuk mendayagunakan dan memanfaatkan secara
optimal sarana dan prasarana sekolah yang ada dan dapat
menemukan bakat dan keterampilan siswa sehingga berkembang
secara optimal.
B. Situasi Proses Pembelajaran Berbantuan Media Gambar Animasi
1. Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran
Waktu itu hari kamis siang. Dihari itulah ada mata
pelajaran IPS. Saat itu jadwal mengajar di kelas VII. Guru bidang
studi IPS masuk ke kelas. Yang pertama guru lakukan adalah
memberi salam, mengabsen siswa satu persatu, sebelum memulai
pembelajaran. Serta guru memberikan motivasi kepada siswa, agar
siswa belajarnya semangat.
Saat itu kelas masih berantakan dan kotor, karena
sebelumnya di pakai untuk mata pelajaran kesenian. Sedangkan
guru meminta siswa-siswanya untuk membersihkan kelasnya.
Walaupun kelas sudah dibersihkan, suasana kelas masih gaduh
atau berisik. Kemudian guru menghimbau kepada siswanya untuk
tenang dan bersiap untuk belajar.
52
Kemudian guru bidang studi IPS membaca basmallah
sebelum memulai pembelajaran dan mempersilahkan siswanya
untuk membuka buku IPS. Guru bidang studi IPS mengulang
beberapa materi yang lalu agar siswanya tidak melupakan materi
sebelumnya. Saat itu kelas VII sedang mempelajari materi
Geografi yang membahas tentang Hidrosfer dan Atmosfer.
Semua siswa membuka buku mata pelajaran IPS guru
memberikan kesempatan kepada siswanya untuk membaca materi
sebelum guru menjelaskan. Guru mata pelajaran IPS saat itu telah
mempersiapkan alat media yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran, seperti proyektor, CD interaktif, dan laptop.
Setelah semuanya telah siap disiapkan oleh guru bidang
studi IPS, diantara siswanya ada yang bertanya kepada guru, “ bu
hari ini kita belajarnya memakai media yach bu…
Kemudian guru bidang studi itu menjawab, “iya, hari ini
ibu memakai media.
Setelah semua siswa telah membaca dan membuka buku
mata pelajaran IPS, kemudian siswa mendengarkan guru yang
sedang menjelaskan materi di depan kelas. Guru menjelaskan
materi sambil memperlihatkan media audio visual yang berisikan
materi tentang angin muson.
Sikap
siswa
kelihatan
sangat
senang
sekali
dan
memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika guru menjelaskan
materi itu. Karena pada saat itu, sikap siswa banyak yang duduk
ditempat duduknya masing-masing.
Walaupun tidak semua siswa yang memperhatikan guru
yang sedang menjelaskan didepan, tetapi sebagian siswanya
53
banyak juga yang memperhatikan, walaupun sambil bercanda
dengan teman sebangkunya.
2. Kegiatan Inti Pembelajaran
Sebelum memulai pembelajaran, guru bidang studi IPS,
mengulas sedikit materi yang lalu kepada siswanya, agar siswanya
tidak lupa. Karena sebelumnya guru memberikan tugas rumah
kepada siswanya, guru mengoreksi bersama-sama hasil tugas
siswanya di kelas.
Setelah selesai mengoreksi tugas siswanya, guru bidang
studi IPS melanjutkan materi selanjutnya, yaitu mempelajari materi
tentang Hidrosfer dan Atmosfer. Sebelumnya siswa dipersilahkan
untuk membuka buku paket dan memberikan kesempatan untuk
membaca. Kemudian guru mempersiapkan alat-alat yang akan
digunakan dalam mengajar, seperti proyektor, laptop dan CD
interaktif.
Guru bidang studi IPS dalam mengajar menggunakan
media audio visual, yang menggunakan CD interaktif yang berisi
tentang semua Pelajaran IPS Terpadu.
Kemudian dinyalakan proyektor dan dimasukkan CD
kedalam laptop yang telah disiapkan oleh guru. Maka mulai proses
pembelajaran, yang menggunakan media.
Reaksi siswa pada saat itu menunjukkan perhatian yang
sungguh-sungguh kepada guru yang sedang mengajar di depan.
Walaupun ada salah satu siswanya ada yang bercanda, proses
pembelajaran tetap berjalan dengan lancar dan efektif.
Proses
pembelajaran
yang
menggunakan
media
itu
menjadikan inspirasi siswa di kelas. Adanya media yang digunakan
54
guru dalam mengajar membuat siswa merasa senang dan tidak
merasa jenuh dalam belajar pada saat itu.
Proses pembelajaran pada saat itu berjalan dengan lancar,
karena adanya interaksi siswa, seperti Tanya jawab yang dilakukan
oleh siswa dan guru, maka kelas terasa hidup dan aktif.
Media yang digunakan guru pada saat itu adalah media
gambar animasi. Media gambar animasi adalah sebuah pesan
pembelajaran yang disampaikan melalui saluran gambar animasi
yang tertuang dalam simbol-simbol komunikasi gambar gerak.
Dengan menggunakan media yang digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran, sikap siswa banyak memperhatikan,
menghargai, dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh, bahkan
siswanya kreatif dan kritik bertanya. Walaupun dalam proses
pembelajaran terjadi perbedaan pendapat tetapi tetap tidak
mengurangi semangat belajar siswa.
Banyak hal yang didapat pada proses pembelajaran yang
menggunakan media pada saat itu, diantaranya :
•
Antutias siswa semangat dalam mengikuti proses
pembelajaran
•
Terjadi interaksi siswa
•
Sikap siswa menerimanya, seperti memperhatikan,
menghargai, dan mendengarkan guru yang sedang
mengajar di depan kelas
•
Semangat belajar siswa menjadi bertambah, karena
media gambar animasi yang ditampilkan guru dapat
membuat inspirasi dan mudah dimengerti
55
•
Dengan tampilan gambar animasi yang menarik
yang digunakan guru dalam mengajar membuat
siswa tidak merasa jenuh dalam belajar
Suasana kelas pada saat itu menjadi aktif dan hidup, karena
guru bidang studi IPS kreatif, inovatif dalam mengajar sehingga
banyak sikap siswa yang menyukainya.
Ketika pembelajaran berlangsung cukup lama dan siswanya
sudah merasa jenuh, maka guru mulai mengambil tindakan yaitu
mengajak bermain siswa sambil menampilkan gambar-gambar
yang lucu sampai siswa itu merasa enjoy kembali. Setelah siswa
merasa siap untuk melanjutkan belajar, maka guru melanjutkan
menjelaskan materi sambil menampilkan gambar-gambar yang
berkaitan dengan materi.
3. Kegiatan Penutup Pembelajaran
Proses pembelajaran telah berlangsung dan adanya terjadi
interaksi siswa. Guru bidang studi IPS memberikan pertanyaan
kepada salah satu siswanya. Dan siswanya menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru mereka.
Adanya interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pembelajaran, sehingga efektif media yang digunakan oleh guru
bidang studi IPS itu. Kebanyakan sikap siswa menyukai media
gambar animasi yang digunakan oleh guru bidang studi IPS itu.
Dengan adanya media gambar animasi yang digunakan oleh
guru bidang studi itu, siswa menjadi inspiratif dan mudah mengerti
materi yang telah dijelaskan oleh guru mereka. Karena guru
mereka kreatif, inovatif dalam menggunakan dan menjelaskan
materi kepada siswanya.
56
Karena guru menggunakan media dalam mengajar, sikap
siswa tidak banyak bicara, mereka lebih memperhatikan ,
mendengarkan dengan sungguh-sungguh, karena media gambar
animasinya menarik.
Di tengah-tengah pembelajaran, banyak siswa yang
bertanya tentang materi yang sedang dijelaskan oleh guru mereka,
karena siswa ada yang belum mengerti. Kemudian guru
memberikan penjelasan dan jawaban tentang apa yang ditanyakan
oleh siswanya.
Kemudian siswa mengadakan refleksi, yaitu menjelaskan
kembali dan mengulang-ulang medianya, untuk diperlihatkan
kembali. Sikap siswa menunjukkan sangat senang sekali ketika
guru sering mengulang media gambar animasinya.
Setelah itu, guru memberikan pertanyaan tentang apa yang
sudah dijelaskan sebelumnya. Sikap siswa pun menjawabnya
dengan senang hati, karena mereka suka dengan apa yang
dilakukan oleh gurunya itu.
Kemudian guru meminta siswanya untuk menutup bukunya
dan mempersilahkan membuka buku catatan dan latihan. Guru
memberikan catatan sedikit sambil memutarkan gambar animasi
seperti angin muson yang dapat bergerak-gerak.
Sikap siswa pada saat itu sangat antutias sekali mencatat
poin-poin penting yang diberikan oleh guru mereka. Apa yang
dilakukan oleh guru mereka semata-mata untuk mempermudah
siswanya untuk mengingat materi yang diajarkan, karena kalau
tidak ada catatan, pasti siswa mudah lupa.
Setelah memberikan catatan kepada siswanya, guru
memberikan latihan, tentang apa yang sudah dijelaskan. Siswa
57
benar-benar memperhatikan dengan sungguh-sungguh yang guru
jelaskan agar dapat mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh
guru dengan benar.
Kemudian setelah memberikan catatan dan latihan kepada
siswanya, guru memberikan tugas mandiri tidak terstruktur, untuk
dikerjakan dirumah.
Akhirnya jam pelajaran IPS telah berakhir, guru pun
menutup pelajaran dengan memberikan kesimpulan dan motivasi
kepada siswanya. Juga memberikan tugas rumah dan memberi
tugas untuk membaca materi selanjutnya. Dan guru menutup
pelajaran dengan membaca hamdalah.
C. Gejala-gejala Psikologis-Afektif Siswa Pada Saat dan Setelah Mereka
Mengikuti Pembelajaran Berbantuan Media Gambar Animasi
1. Penerimaan Siswa Terhadap Berbantuan Media Gambar Animasi
Sikap
siswa
setelah
mengikuti
pembelajaran
yang
menggunakan media gambar animasi, mereka sangat senang,
semangat, dan antutias mengikuti proses pembelajaran. Siswa pun
duduk ditempat duduknya masing-masing. Walaupun ada salah
satu teman dari mereka ada yang bercanda, tetapi mereka masih
tetap memperhatikan dan memusatkan perhatian pada pelajaran.
Dengan adanya media gambar animasi yang digunakan oleh
guru dalam mengajar, siswa dapat lebih jelas dan mudah mengerti
pelajaran yang dijelaskan oleh guru mereka. Mereka berpendapat
guru yang menggunakan media dalam mengajar membuat siswa
mudah mengerti, apalagi dengan media gambar animasi yang telah
dilakukan oleh guru mereka, karena media gambar animasi itu
menarik perhatian. Serta guru menjelaskannya dengan baik dan
58
disertai contoh-contoh yang konkrit seperti materi geografi yaitu
angin muson yang dapat bergerak-gerak.
Ketika pembelajaran berlangsung cukup lama, dan siswa
merasa jenuh, maka guru mengambil inisiatif untuk mengajak
bermain siswanya sambil menampilkan gambar-gambar yang lucu
sampai siswa-siswanya itu merasa enjoy sampai habis masa jenuh
mereka, kemudian guru melanjutkan pembelajaran.
Pada saat mengikuti pembelajaran, sikap siswa menerima,
memperhatikan, mendengarkan dengan sungguh-sungguh guru
yang sedang menjelaskan di depan kelas. Karena gambar animasi
termasuk gambar yang dapat menarik perhatian siswa.
Media yang digunakan dan ditampilkan oleh guru serta
dirancang sangat menarik, kreatif dan inovatif yang dibuat oleh
guru mereka, sehingga membuat sikap siswa sangat suka dengan
apa yang ditampilkan oleh guru mereka.
Adanya media yang digunakan oleh guru, membuat siswa
menjadi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dari awal
sampai akhir pembelajaran, mereka selalu bertanya kepada guru
tentang apa yang belum mereka pahami dan menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh guru mereka, sehingga kelas pada saat itu
menjadi hidup tidak pasif.
Siswa menganggap media gambar animasi yang digunakan
oleh guru mereka, sangat menarik perhatian mereka, serta menjadi
inspirasi bagi siswa dan mudah dimengerti, walaupun hanya
ditampilkan gambar yang dapat bergerak-gerak siswa juga
mendapatkan catatan poin-poin penting tentang materi yang sedang
dijelaskan oleh guru mereka.
59
Gambar animasi adalah salah satu bentuk komunikasi
grafis, yaitu suatu gambar interpretative yang menggunakan
simbol-simbol untuk menanyakan sesuatu pesan secara cepat dan
ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi atau kejadiankejadian tertentu.
Sikap siswa saat proses pembelajaran berlangsung sangat
semangat sekali, ketika mengetahui bahwa guru mereka akan
menggunakan media dalam mengajar.
Setelah selesai pembelajaran pun, sikap siswa masih tetap
senang dan gembira, karena gambar animasi dapat menjadi
inspirasi mereka untuk menggambar. Dan siswanya pun masih
tetap semangat untuk melanjutkan materi pelajaran untuk
selanjutnya.
2. Reaksi Siswa Terhadap Pembelajaran Berbantuan Media Gambar
Animasi
Reaksi siswa pada saat dan sesudah pembelajaran yang
menggunakan media gambar animasi, sangat senang dan
menerima. Dengan ditandai dengan mereka sangat memperhatikan,
memperhatikan, dan mendengarkan dengan sungguh-sungguh
materi yang guru menjelaskan di depan kelas.
Sikap siswa menunjukkan keseriusan dalam mengikuti
proses pembelajaran yang berbantuan media gambar animasi yang
ditampilkan oleh guru mereka.
Gambar yang biasa digunakan tentu ada hubungannya
dengan pelajaran yang sedang dijelaskan. Dengan gambar animasi
dapat mengarahkan sikap siswa yang melihat gambar tersebut
60
untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang timbul dalam
pikiran siswanya.
Proses pembelajaran yang menggunakan media gambar
animasi dapat menarik perhatian siswa, gambar animasi juga dapat
menarik simpati siswa. Ketika siswa sudah merasa jenuh atau
bosen dalam mengikuti pembelajaran.
Adanya interaksi anatara siswa dengan guru ketika proses
pembelajaran yang berbantuan media gambar animasi, dengan
ditandai adanya tanya jawab yang dilakukan oleh siswa dan siswa
yang lain juga menanggapi siswa yang bertanya kepada guru
bidang studi mereka.
Siswa berpendapat, karena di sekolah Al-Ikhlas ini sarana
dan
fasilitasnya
ada
maka
wajarlah
guru
bidang
studi
menggunakan dan memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh
sekolah, kreatif dan inovatif dalam menggunakannya. Dan juga
dapat membantu dalam mengajar juga meringankan guru bidang
studi dalam menjelaskan materi pelajaran di depan kelas.
Sikap siswanya juga pun menerima dan menghargai guru
yang sedang mengajar di depan kelas yang menggunakan media
gambar animasi tersebut. Dengan memperhatikan, mendengarkan
dengan sungguh-sungguh guru yang sedang mengajar di depan
kelas.
Bahkan siswanya pun menjadi kreatif dan kritik dalam
bertanya kepada guru mereka, karena dengan ditampilkan gambar
animasi itu membuat timbul pertanyaan di pikirin siswa dan
siswanya pun mudah mengerti apa yang dijelaskan oleh guru
mereka.
61
3. Karakteristik Afektif Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran
Berbantuan Media Gambar Animasi
Setelah dijelaskan diatas bagaimana penerimaan siswa
terhadap pembelajaran berbantuan media gambar animasi dan
reaksi siswa akan dijelaskan karakteristik sikap siswa setelah
mengikuti pembelajaran berbantuan media gambar animasi.
Karakteristik afektif itu dibagi menjadi lima (5) diantaranya :
a. Sikap
Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara
tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat positif dan
dapat bersifat negatif. Sikap positif, cenderung tindakan mendekati,
menyenangi,
mengharapkan
objek
tertentu.
Sikap
negatif,
cenderung tindakan menjauhi, menghindari, membenci, tidak
menyukai objek tertentu.
Sikap adalah kecenderungan untuk bereaksi secara tertentu
terhadap hal-hal tertentu. Adanya kecenderungan sikap siswa yang
menerima pembelajaran yang menggunakan media gambar animasi
tersebut dan menerimanya secara positif, contohnya ketika siswa
saat
mengikuti
pembelajaran
IPS
dan
setelah
mengikuti
pembelajaran berbantuan media gambar animasi.
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak
secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat
dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang
positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi
verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran,
tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap
sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi
pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
62
Dengan media yang digunakan guru dalam mengajar sikap
siswapun berubah pada saat dan setelah pembelajaran berbantuan
media gambar animasi ditandai dengan sikap mereka menyukai
pelajaran IPS yang selama ini kebanyakan siswa tidak menyukai
karena pelajaran IPS itu membosankan dan menghafal tetapi
setelah guru mereka kreatif menggunakan media sikap mereka pun
berubah menjadi menyukai pelajaran IPS. Mereka sangat
menerima
yang
ditunjukkan
dengan
memperhatikan,
mendengarkan dengan sungguh-sungguh guru yang sedang
menjelaskan di depan.
Walaupun siswanya ada yang bercanda pada saat proses
pembelajaran berlangsung, tetapi tetap saja memperhatikan dan
memusatkan perhatian pada pelajaran itu. Dengan adanya media
gambar animasi yang digunakan oleh guru bidang studi sikap siswa
semangat belajarnya menjadi bertambah dan sangat antutias
mengikutinya.
Karakteristik sikap siswa dapat terjadi diakibatkan karena
kesediaan bereaksi terhadap sesuatu hal, yang senantiasa
terarahkan kepada sesuatu hal, suatu objek yaitu media gambar
animasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa, sikap selalu berkenaan
dengan objek, dan sikap terhadap objek ini diseratai dengan
perasaan positif dan negative. Orang mempunyai sikap posiyif
terhadap suatu objek yang dianggapnya tidak bernilai atau
merugikan. Orang yang memiliki sikap mampu untuk memilih
secara tegas diantara beberapa kemungkinan. Sikap yang dimiliki
oleh seorang siswa memungkinkan siswa tersebut untuk bertindak
sesuai dengan keyakinannya sesuai dengan objek yang disikapinya.
b. Minat
63
Adanya minat yang mendorong siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran yang berbantuan media gambar animasi,
sehingga siswa mendapatkan ide kreatif baru yang dilakukan oleh
gurunya,
pemahaman,
dan
keterampilan
untuk
tujuan
memperhatikan atau pencapaian dalam proses pembelajaran. Minat
atau keinginan juga kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu. Penilaian minat dapat digunakan untuk:
•
mengetahui minat siswa sehingga mudah untuk
pengarahan dalam pembelajaran,
•
mengetahui bakat dan minat siswa yang sebenarnya,
•
pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual
siswa,
•
menggambarkan
keadaan
langsung
di
lapangan/kelas,
Dengan ditampilkannya gambar animasi dalam proses
pembelajaran, minat siswa dalam belajar menjadi meningkat
daripada sebelum menggunakan media sama sekali. Dikarenakan
gambar animasi tersebut yang ditampilkan oleh guru itu menarik,
kreatif, sehingga membuat siswa tidak merasa jenuh dalam belajar
dan dapat memberikan pemahaman kepada siswa melalui gambar.
Dengan gambar pula dapat menjadi sebuah pertanyaan yang timbul
di pikiran siswa. Dan menjadikan kelas menjadi hidup karena
adanya interaksi antara siswa dan guru.
Gambar yang biasa digunakan tentu yang ada hubungannya
dengan pelajaran atau permasalahan yang sedang dihadapi. Guru
dapat mengarahkan minat siswa yang sedang melihat gambar untuk
mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang timbul dalam
pikirannya. Gambar harus dapat merangsang perhatian siswa agar
dapat memahami dan mampu menciptakan argumen dari gambar
64
yang dilihatnya, sehingga dari sebuah gambar dapat lahir ide-ide
kreatif siswa tentang permasalahan yang dibicarakan.
Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif
terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran
tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang
optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum
banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk
meningkatkan minat siswa. Oleh karena itu untuk mencapai hasil
belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan
kegiatan pembelajaran bagi siswa, pendidik harus memperhatikan
karakteristik afektif siswa.
c. Konsep Diri
Setelah minat, yaitu konsep diri. Konsep diri adalah
evaluasi yang dilakukan siswa terhadap kemampuan dan
kelemahan
yang
dimilikinya.
Maksudnya,
setelah
proses
pembelajaran telah selesai guru bidang studi biasanya memberikan
latihan
kepada
siswanya
apakah
siswa
tersebut
mampu
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya itu. Jika siswa
tersebut bisa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh gurunya,
berarti sikap siswa itu benar-benar memperhatikan guru pada saat
proses pembelajaran berlangsung dan guru bidang studi tersebut
telah berhasil dalam mengajar.
Apabila siswa tidak mampu menyelesaikan tugasnya, sikap
siswa itu tidak sungguh-sungguh memperhatikan guru pada saat
proses pembelajaran berlangsung, dan gurunya pun telah gagal
dalam mengajar. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan
penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut:
65
•
Pendidik
mampu
mengenal
kelebihan
dan
kekurangan siswa.
•
Siswa mampu merefleksikan kompetensi yang
sudah dicapai.
•
Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan
penanya.
•
Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian
kegiatan siswa.
•
Siswa menjadi lebih aktif dan berpartisipasi dalam
proses pembelajaran yang berbantuan media gambar
yang ditampilkan oleh guru
•
Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar
dan mengetahui standar input siswa.
•
Siswa
dapat
mengukur
kemampuan
untuk
mengikuti pembelajaran.
•
Siswa dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
•
Melatih kejujuran dan kemandirian siswa.
•
Siswa memahami kemampuan dirinya.
•
Pendidik memperoleh masukan objektif tentang
daya serap siswa.
•
Mempermudah
remedial,
pendidik
hasilnya
untuk
dapat
melaksanakan
untuk
instropeksi
pembelajaran yang dilakukan.
•
Siswa belajar terbuka dengan orang lain.
•
Siswa menjadi mampu menilai dirinya.
•
Siswa dapat mencari materi sendiri.
•
Siswa dapat berkomunikasi dengan temannya.
d. Nilai
66
Nilai disni lebih diartikan sebagai tindakan, perilaku yang
dianggap baik dan yang dianggap buruk oleh siswa. Maksudnya,
perilaku dan tindakan siswa selama mereka berada di dalam kelas
atau berada dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Apa yang biasa dikerjakan siswa selama berada di
dalam kelas maupun di luar kelas dan pada saat proses
pembelajaran sedang berlangsung.
Perilaku siswa yang baik dan sopan sangat menentukan
nilai mereka, apa sikap mereka mempunyai akhlak yang baik
ketika mereka berada di dalam kelas maupun berada di luar kelas,
tutur kata yang sopan ketika berbicara dengan guru maupun kepada
teman sebaya. Dan dalam berpakaian pun mempunyai nilai bagi
siswa, karena siswa wajib mengikuti peraturan sekolah yaitu
berpakaian yang rapi dan lengkap sesuai dengan ketentuan sekolah.
Jika siswa itu melanggar atau tidak menaati peraturan tersebut,
berarti sikap siswa itu tidak mencerminkan sebagai siswa yang
baik. Kewajiban siswa pun harus dilakukan seperti datang
kesekolah tepat waktu, mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru dan mengumpulkan tugas pada waktunya sesuai dengan
kesepakatan antara siswa dengan gurunya.
Dikaitkan dengan pembelajaran berbantuan media gambar
animasi yang dilakukan oleh guru bidang studi itu sikap siswa,
menerima, menghargai, memperhatikan dan mendengarkan dengan
sungguh-sungguh ketika guru menjelaskan di depan kelas.
e. Moral
Yang terakhir adalah moral. Moral berkaitan dengan
perasaan salah atau benar atau perasaaan terhadap tindakan yang
dilakukan siswa di dalam kelas maupun di luar kelas dan perilaku
yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
67
Siswa setelah mengikuti proses pembelajaran berbantuan
media gambar animasi tersebut, sikap siswa menjadi lebih bisa
menghargai, menghormati, mendengarkan guru yang sedang
menjelaskan di depan kelas.
Karena di sekolah SMPI Al-Ikhlas ini mempunyai motto
Cerdas berakhlak. Tantangan bagi sekolah untuk bisa menciptakan
anak didik yang mengenal dan mampu mengatasi ketertinggalan
akan ilmu pengetahuan umum dan pengetahuan agama dan juga
teknologi. Maka karakteristik afektif siswa yang terakhir ini adalah
moral, maka di sekolah Al-Ikhlas selain di ajarkan ilmu-ilmu
pengetahuan, agamanya pun sangat dipentingkan sekali. Karena
dengan agamalah akhlak siswa dapat dibina dengan baik, supaya
dikemudian hari dapat menciptakan manusia yang cerdas dan
berakhlak mulia.
Tugas guru pun semakin bertambah, selain sebagai
pendidik, guru pun harus mampu membina siswanya untuk
berakhlak yang baik dan bertutur kata yang sopan santun kepada
siapa pun yang ditemuinya. Melalui sikap, kita memahami proses
kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan tindakan yang
mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya.
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap
kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang
dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi
orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral
juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu
keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral
berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
68
BAB V
KESIMPULAN
Setelah menganalisis, penulis dapat menyimpulkan bahwa efektivitas
media gambar animasi terhadap pengembangan afektif siswa sebagai berikut :
1. Efektivitas media gambar animasi yang penulis dapatkan dari beberapa
responden kebanyakan mereka (siswa) menyukai, tertarik dengan adanya guru
menggunakan media dalam mengajar.
2. Media gambar animasi yang digunakan guru dalam mengajar di kelas
membuat sikap siswa suka dengan media tersebut. Menurut mereka (siswa)
media gambar animasi dapat menjadi inspiratif bagu siswa.
3. Guru yang menggunakan media gambar animasi dalam mengajar di kelas,
kebanyakan sikap siswa menerima, memperhatikan, mengahrgai, dan
mendegarkan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh.
4. Dengan media gambar animasi yang digunakan oleh guru dalam mengajar,
dapat membuat sikap siswa tidak mudah jenuh atau bosen dalam proses
pembaelajaran.
5. Media gambar animasi yang digunakan oleh guru memiliki keuntungan, yaitu
tampilan gambarnya udah dipahami oleh siswa.
69
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991)
Amri, Sofan, dkk. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Pestasi
Pustaka,2010)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 1993)
Arsyad, Azhar, Media Pendidikan, (Jakarta : Gramedia,2004)
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : cipuatat Press,
2002)
Bugin, Burhan, Sosiologi Komunikasi ( Teori Paradigma dan Diskusi Teknologi
Komunikasi di Masyarakat), (Jakarta : Kencana, 2008)
Chaplin, C.P., Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT RajaGrafindp Persada,
1997.
Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996)
Fasila, Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007)
Faturrohman, Pupuh, dkk, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep
Islami, ( Bandung: PT Refika Aditama,2007)
Gerungan, W. A., Psikologi Sosial, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2004
Hamalik, Oemar, Media pembelajaran, ( Bandung : penerbit Alumni,2000)
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : PT Renika Cipta, 1997)
Harre, Rom dan Roger Lamb, Ensiklopedi Psikologi, (Jakarta : Arcan, 1996),
Iska, Zikri Neni, Psikologi, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006)
Kriyantono, Rahmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,
48: Kencana, 2008)
Komunikasi Pemasaran, ( Jakarta
70
Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Pustekkom
– Diknas, Kencana,2004)
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2009)
Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran, (Jakarta :Gaung Persada Press, 2008)
Munadi, Yudhi, Pendayagunaan Media Pengajaran dalam Berbagai Model
Belajar, Didaktika Islamika : Jurnal Keislaman, Kependidikan dan
Kebahasaaan. III (9 Oktober,2002), h. 81.
Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sumartana, Evaluasi Pendidikan, ( Surabaya :
Usaha Nasional, 1986)
O. Sears, David, Psikologi Sosial Jilid I, ( Jakarta : Erlangga,1998)
Poerwadarminta, WJS., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1991).
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
1990), cet. 5,
_________________, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), Cet. Ke-16
Rohani, Ahmad, Media Instruksional Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta, 1997.
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,2007)
Sadiman, Arief, dkk, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan
Pemanfaatannya, (Jakarta : PT Raja Grafindo,2003)
Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta:
Kencana, 2008)
Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta : PT Bulan
Bintang ,2000), Cet. Ke-8,
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : PT Renika
Cipta,2003),
Solihatin, Etin, Cooperative Learning analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008)
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, ( Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu, 1999)
71
_____________, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2003)
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet ke-10.
Coser, dalam www.bolender.com
Koeshandar, Ade, Guru dan Media Pembelajaran, http:// www. Pustekkom.Go.Id /
teknodik/t13/isi.htm#5
http://alumnisman1tebas.blogspot.com/2010/02/definisi-sikap.html
http://ariesmada.net/kurikulum/PENILAIAN_AFEKTIF.pdf
http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/
http://marinishadrina.blogspot.com/2009/10/pengertian-animasi.html
http://mtholib.wordpress.com/2007/08/21/pengertian-animasi/
http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bab ini merupakan bab penutup. Oleh karena itu, penelitian ini akan
dipaparkan termasuk kesimpulan dari temuan dan hasil wawancara informan
(siswa). Pertama, Ketersediaan Sumber Belajar dan Keterlibatan Siswa dalam
Pengadaannya. Dengan ketersediaan sarana dan fasilitas yang ada di sekolah ini,
kebutuhan siswa dapat terpenuhi dengan baik karena tersedianya sarana dan
fasilitas yang lengkap. Dengan sumber belajar yang lengkap, siswa dapat
melaksanakan kegiatan proses pembelajaran secara efektif dan mendapatkan hasil
yang memuaskan pula. Adanya sarana dan fasilitas di sekolah SMPI Al-Ikhlas,
proses pembelajaran yang ada di SMPI Al-Ikhlas dapat berjalan dengan lancar.
Proses pembelajaran berbantuan media gambar animasi di sekolah SMPI AlIkhlas juga dapat membantu mengurangi kejenuhan belajar siswa dan membantu
proses belajar mengajar di SMPI Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan .
Kedua, dengan ditampilkannya media gambar animasi banyak sikap siswa
yang menyukai proses pembelajaran berbantuan media gambar animasi tersebut.
Dengan ditandai dengan sikap siswa menghargai, memperhatikan dan
mendengarkan dengan sungguh-sungguh guru yang menjelaskan di depan kelas.
Maka efektivitas media gambar animasi yang ditampilkan oleh guru sudah
tercapai.
64
65
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis dapat menyampaikan saransaran sebagai berikut:
1. Bagi guru bidang studi, hendaknya menggunakan media atau alat peraga serta
metode yang dapat menarik siswa untuk belajar. Sehingga, siswa tidak
mengalami kejenuhan dalam belajar.
2. Bagi siswa, hendaknya persiapkan diri dengan baik ketika hendak ke sekolah
untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Berangkat dari rumah biasakan
untuk sarapan terlebih dahulu. Sehingga, kondisi fisik di sekolah selalu sehat
atau siap untuk mengikuti pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991)
Alwasilah, A. Chaedar, Pokoknya Kualitatif,( Jakarta : Pustaka Jaya, 2000)
Amri, Sofan, dkk. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Pestasi
Pustaka,2010)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 1993)
Arsyad, Azhar, Media Pendidikan, (Jakarta : Gramedia,2004)
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta : cipuatat Press,
2002)
Basrowi, dkk, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2008)
Bugin, Burhan, Sosiologi Komunikasi ( Teori Paradigma dan Diskusi Teknologi
Komunikasi di Masyarakat), (Jakarta : Kencana, 2008)
Chaplin, C.P., Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT RajaGrafindp Persada,
199).
Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996)
Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar dan Mengajar, (Jakarta : PT Rineka
Cipta,2006)
Fasila, Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007)
Faturrohman, Pupuh, dkk, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep
Islami, ( Bandung: PT Refika Aditama,2007)
Gerungan, W. A., Psikologi Sosial, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2004
Hamalik, Oemar, Media pembelajaran, ( Bandung : penerbit Alumni,2000)
66
67
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : PT Renika Cipta, 1997)
Harre, Rom dan Roger Lamb, Ensiklopedi Psikologi, (Jakarta : Arcan, 1996)
Iska, Zikri Neni, Psikologi, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006)
Kriyantono, Rahmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Pemasaran, ( Jakarta : Kencana, 2008)
Manser, Martin H. Oxford and Oxford English,(Oxford University Press,1991)
Martinus, Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan, (Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001) Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Pustekkom
– Diknas, Kencana,2004)
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2009)
Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran, (Jakarta :Gaung Persada Press, 2008)
Munadi, Yudhi, Pendayagunaan Media Pengajaran dalam Berbagai Model
Belajar, Didaktika Islamika : Jurnal Keislaman, Kependidikan dan
Kebahasaaan. III (9 Oktober,2002)
Mulyasa, E. Implementasi KTSP Kemandirian Guru, (Jakarta : Bumi
Aksara,2009) Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sumartana, Evaluasi Pendidikan, ( Surabaya :
Usaha Nasional, 1986)
O. Sears, David, Psikologi Sosial Jilid I, ( Jakarta : Erlangga,1998)
Poerwadarminta, WJS., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1991)
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
1985), cet. 5,
Rohani, Ahmad, Media Instruksional Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta, 1997.
Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,2007)
Sadiman, Arief, dkk, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan
Pemanfaatannya, (Jakarta : PT Raja Grafindo,2003)
68
Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta:
Kencana, 2008)
Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta : PT Bulan
Bintang ,2000), Cet. Ke-8,
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta : PT Renika
Cipta,2003),
Solihatin, Etin, Cooperative Learning analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008)
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, ( Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu, 1999)
_____________, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2003)
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet ke-10.
Coser, dalam www.bolender.com
http://alumnisman1tebas.blogspot.com/2010/02/definisi-sikap.html
http://ariesmada.net/kurikulum/PENILAIAN_AFEKTIF.pdf
http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/
http://marinishadrina.blogspot.com/2009/10/pengertian-animasi.html
http://mtholib.wordpress.com/2007/08/21/pengertian-animasi/
http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/ranah-penilaian-kognitif-afektif-danpsikomotorik/ www.geogle
http://www.idonbiu.com/2009/05/hakikat-pembelajaran-afektif.html
http://gurupintar.ut.ac.id/forum/viewtopic.php?f=19&t=64
HASIL WAWANCARA
Tempat Wawancara
: Perpustakaan Al-Ikhlas
Pukul
: 09.09 – 10.30
Hari, tanggal
: Kamis, 19 Agustus 2010
Responden
: Siswa kelas 8 C ( Geby, Della, dan Prima)
T: Bagaimana cara kamu meningkatkan motivasi agar tetap memunculkan
memperhatikan guru di kelas?
R: Perhatiin dengan sungguh-sungguh, ,memperhatikan, dan tidak ngobrol
T: Apa yang dapat menimbulkan perhatian kamu saat guru mengajar?
R : tampilannya (media gambar animasi) menarik, animasinya keren karena ada
suaranya
T : Apakah media gambar animasi dapat memunculkan perhatian kamu dalam belajar?
R : lebih menjadi inspirasi buat gambar, seru, lebih dimengerti dan dapat memunculkan
sebuah pertanyaan
T : Bagaimana kamu mempertahankan perhatian pada media gambar animasi saat
proses pembelajaran berlangsung?
R : Tidak bercanda, tidak ngobrol, duduk sendiri, tapi tetap memperhatikan
T : Hal-hal apa saja yang diberikan oleh guru bidang studi kamu yang dapat
mempertahankan perhatian kamu saat pembelajaran berlangsung? Apakah media
gambar animasi termasuk pada hal yang dapat mempertahankan perhatian kamu?
R : memakai proyektor, bercanda, dan ditegur oleh guru jika kita bicara. Ya, dengan
adanya gambar dapat lebih mudah dan jelas dan ada contohnya seperti materi geografi
yaitu tentang angin muson.
T : Bagaimana sikap kamu jika suasana kelas sudah dianggap jenuh atau
membosankan?
R : Pergi ke toilet / kamar mandi, ngajak ngobrol teman, gambar-gambar dan bercanda
T : Bagaimana cara kamu mengarahkan perhatian kamu untuk belajar di kelas, apa
dengan membaca buku, musik, dan lain sebagainya ?
R : baca buku, gambar-gambar dan ngobrol sama teman
T : Bagaimana kamu mengungkapkan perasaan jika guru dalam mengajar tidak sesuai
dengan materi yang sedang diajarkan?
R : Protes sama guru, bilang langsung sama guru yang bersangkutan dan minta ganti
materi
T : Bagaimana reaksi kamu, jika dalam media gambar animasi guru terangkan tidak
sesuai dengan imajinasi kamu?
R : Ikutin saja yang penting bener, karena saya belum tentu bener
T : Bagaimana empati kamu, terhadap guru yang sedang mengajar dengan
menggunakan media gambar animasi?
R : Diam, tidak ngobrol, memperhatikan, dipahami, dan ngobrol sedikit-dikit sama
teman yang penting paham.
T : Bagaimana partisipasi kamu dalam kegiatan belajar mengajar yang menggunakan
media gambar animasi ?
R : Jika ada teman yang tidak mengerti atau paham dikasih tahu, dan bertanya kepada
guru
T : Apakah kamu selalu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru kamu di kelas ?
R : Tidak selalu, sering, kadang-kadang
T : Bagaimana kamu menunjukkan perhatian suka / menerima materi yang diajarkan
oleh guru dengan menggunakan media gambar animasi?
R : 1.Lebih paham, lebih mudah di ingat, 2. Memperhatikan guru, mudah paham, 3.
Dipahami dengan benar.
T : Bagaimana cara kamu menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan kamu ?
R : 1. Mendengarkan pendapat teman kita, karena belum tentu pendapat kita baik, 2.
Menghargai pendapatnya,
T : Apakah kamu memiliki komitmen dalam belajar?
R : Ya punya, karena saya ingin menjadi orang sukses, belajar dengan sungguh-sungguh
T : Bagaimana komitmen kamu sebagai pelajar?
R : Tidak cari masalah, tidak bolos sekolah, belajar dengan sungguh-sungguh dan lebih
disiplin dengan menjaga sikap
T : Media apa yang paling sering digunakan oleh guru?
R : Papan tulis, media visual, dan kerjakan latihan
T : Pernahkah guru menggunakan media visual atau gambar animasi?
R : Pernah, contohnya pada mata pelajaran Geografi
T : Bagaimana sikap kamu menerima pelajaran jika guru bidang studi kamu
menggunakan media animasi dalam mengajar ?
R : Duduk tenang, memperhatikan, dan jika saya sudah merasa bosen atau jenuh saya
bercanda dengan teman.
T : Bagaimana jika kamu mendapatkan nilai kurang memuaskan ? apa menerima
dengan begitu saja, atau menunjukan alasannya kepada guru
R : Tanya kepada guru yang bersangkutan bisa tidak nilainya diperbaiki dan kalau
nilainya rendah ada remedial untuk memperbaikinya, dan mempelajari pelajaran itu jika
ada yang belum paham.
T : Apakah kamu dapat membandingkan lebih efektif mana, jika guru bidang studi
menggunakan media berupa gambar animasi dalam mengajar dengan tidak
menggunakan media sama sekali?
R : Menurut saya lebih efektif media animasi, karena lebih seru, mudah ditanggap, dan
ada gambarnya
HASIL WAWANCARA
Tempat Wawancara
: Perpustakaan Al-Ikhlas
Pukul
: 11.30 – 12.30
Hari, tanggal
: Kamis, 19 Agustus 2010
Responden
: Siswa kelas 8 D ( Nadia, dan Raihan)
T: Bagaimana cara kamu meningkatkan motivasi agar tetap memunculkan
memperhatikan guru di kelas?
R: Memperhatikan, tertib di kelas, dan tidak ngobrol
T: Apa yang dapat menimbulkan perhatian kamu saat guru mengajar?
R : Suasananya harus tenang, dan jika memakai media harus semanarik mungkin dan
ada efek suaranya.
T : Apakah media gambar animasi dapat memunculkan perhatian kamu dalam belajar?
R : Ya, 1. karena jika ada gambar dan suara lebih menarik, 2. Agar tidak bosen atau
jenuh, karena jika belajarnya hanya buku saja membuat kita bosen dan jenuh
T : Bagaimana kamu mempertahankan perhatian pada media gambar animasi saat
proses pembelajaran berlangsung?
R : Diam, kosentrasi serius pikirannya harus rileks agar pelajarannya bisa masuk atau
paham, memperhatikan.
T : Hal-hal apa saja yang diberikan oleh guru bidang studi kamu yang dapat
mempertahankan perhatian kamu saat pembelajaran berlangsung? Apakah media
gambar animasi termasuk pada hal yang dapat mempertahankan perhatian kamu?
R : Jelasin, menurut saya pribadi jika guru mengajar jika menulis tulis saja tidak usah
menjelaskan. Guru hendaknya jika mamakai media harus semenarik mungkin. Dan
animasi menurut saya adalah hal yang dapat mempertahankan perhatian
T : Bagaimana sikap kamu jika suasana kelas sudah dianggap jenuh atau
membosankan?
R : Menurut saya pikiran kita harus rileks dulu. Memang setiap belajar kadang-kadang
membuat kita malas, tapi guru hendaknya memberikan motivasi, dan memberikan tugas
agar kita tidak jenuh atau bosen
T : Bagaimana cara kamu mengarahkan perhatian kamu untuk belajar di kelas, apa
dengan membaca buku, musik, dan lain sebagainya ?
R : Biasanya saya dengerin musik, baca buku, gambar-gambar dan ngobrol sama teman
T : Bagaimana kamu mengungkapkan perasaan jika guru dalam mengajar tidak sesuai
dengan materi yang sedang diajarkan?
R : 1. Malas untuk belajar, bosen, biasanya saya bicara langsung sama guru
bersangkutan sebenarnya kita lagi belajar apa. 2. Saya langsung bicara sama guru kita
mau belajar apa gimana
T : Bagaimana reaksi kamu, jika dalam media gambar animasi guru terangkan tidak
sesuai dengan imajinasi kamu?
R : Biasa saja, terima saja
T : Bagaimana empati kamu, terhadap guru yang sedang mengajar dengan
menggunakan media gambar animasi?
R : 1. Perhatikan, menjaga suasana kelas agar tetap tenang, 2. Menghargai guru yang
ada di depan.
T : Bagaimana partisipasi kamu dalam kegiatan belajar mengajar yang menggunakan
media gambar animasi ?
R : 1. tetap fokus dalam belajar, 2. Kosentrasi dalam belajar
T : Apakah kamu selalu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru kamu di kelas ?
R : Jika tahu jawab, saya sebenarnya tahu jawabannya tetapi saya malas untuk
menjawab, karena saya menganggap pasti ada teman saya yang lain tahu jawabannya
T : Bagaimana kamu menunjukkan perhatian suka / menerima materi yang diajarkan
oleh guru dengan menggunakan media gambar animasi?
R : Saya bialang sama guru saya, bu kalau bisa besok belajarnya seperti ini saja bu,
karena saya lebih paham dan mudah masuk ke otak. Dan memperhatikan guru yang
sedang mengajar
T : Bagaimana cara kamu menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan kamu ?
R : 1.Terima saja, karena belum tentu pendapat saya benar, 2. Bila teman saya
pendapatnya seperti itu saya terima saja dan jika ada yang perlu ditambahkan saya
tambahkan.
T : Apakah kamu memiliki komitmen dalam belajar?
R : Ya punya
T : Bagaimana komitmen kamu sebagai pelajar?
R : Belajar dengan sungguh-sungguh, memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah
T : Media apa yang paling sering digunakan oleh guru?
R : Papan tulis, buku paket, media visual, dan kerjakan latihan
T : Pernahkah guru menggunakan media visual atau gambar animasi?
R : Pernah, contohnya pada mata pelajaran Geografi
T : Bagaimana sikap kamu menerima pelajaran jika guru bidang studi kamu
menggunakan media animasi dalam mengajar ?
R : 1. Menerima saja, karena jarang kan guru menggunakan media gambar animasi, 2.
Karena di sekolah ini ada fasilitasnya, jadi setiap guru memanfaatkan fasilitas yang
telah di sediakan oleh sekolahan.
T : Bagaimana jika kamu mendapatkan nilai kurang memuaskan ? apa menerima
dengan begitu saja, atau menunjukan alasannya kepada guru
R : 1. Kalau saya mentatergetkan mendpatkan nilai yang bagus, 2. Menurut saya, terima
tidak terima, jika nilainya jelek jadi saya sendiri, dan bilang langsung sama guru,
kenapa nilai saya dapat seperti ini.
T : Apakah kamu dapat membandingkan lebih efektif mana, jika guru bidang studi
menggunakan media berupa gambar animasi dalam mengajar dengan tidak
menggunakan media sama sekali?
R : 1. Menurut saya, sama saja. Jika pakai media gambar animasi. Karena dengan pakai
media bisanya tidak ada catatan, dan biasanya jika mau ulangan nanti kita tidak ada
catatan. Dan jika menulis saya malas untuk menulis, iya sih media memang menarik
kita buat belajar. 2. Kalau menurut saya, kedua-keduanya bisa masuk, tapi saya lebih
suka kepada media gambar animasi. Jika ada media gambar animasi membuat kita tidak
menjadi bosen atau jenuh dan guru hendaknya jangan monoton dalam mengajar agar
kita tidak bosen atau jenuh dalam belajar.
Tabel 1
Data Siswa
1. Data Siswa 4 (empat tahun terakhir) Th.
Pelajaran
Jml
Pendaftar
(Cln Siswa
Baru)
2004/2005
2005/2006
2006/2007
2007/2008
250
280
240
250
Kelas VII
Jml
Siswa
115
132
121
151
Kelas VIII
Jml
Rombel
4
4
4
5
Jml
Siswa
133
116
128
120
Kelas IX
Jml
Rombel
4
4
4
4
Jml
Siswa
108
132
115
128
Jml
Rombel
4
4
4
4
Jumlah
(Kls.VII + VIII +
IX)
Jml
Jml
Siswa
Rombel
356
12
380
12
364
12
398
13
Tabel 2
Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
2. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a. Kepala Sekolah
No
1
2
3
4
Jabatan
Nama
Kepala Sekolah
Waka Bid. Kurikulum
Waka Bid. Kesiswaan
Waka Bid. SDM
Drs. H. Prasetyo
Drs. Syarif Hidayatullah
Drs. Iwan Ridwan
Setiadi, S.Pd.
Jenis Kelamin
L
P
9
9
9
9
Usia
42
41
42
36
Pend.
Akhir
S.1.
S.1.
S.1.
S.1.
Masa
Kerja
16
14
13
9
b. Guru
1. Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah
No
1
2
3
4
5
6
7
Tingkat Pendidikan
GT/PNS
L
1
10
S3/S2
S1
D-4
D3/Sarmud
D2
D1
SMA/sederajat
Jumlah dan Status Guru
GTT/Guru Bantu
P
L
P
10
8
4
1
JUMLAH
9
12
Jumlah
1
32
1
9
4
34
c. Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan
(keahlian)
No
1
2
3
4
5
6
Guru
IPA
Matematika
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Pendidikan Agama
IPS
Jumlah guru dengan latar belakang
pendidikan sesuai dengan tugas
mengajar
D1/D2
D3
S1/D4
S2/S3
4
4
4
3
4
1
2
Jumlah guru dengan latar belakang
pendidikan TIDAK sesuai dengan
tugas mengajar
D1/D2
D3
S1/D4
S2/S3
Jumlah
4
4
4
3
4
3
7
8
9
10
11
12
Penjaskes
Seni Budaya
PPKn
TIK/Keterampilan
BK
Al-Qur’an
Jumlah
2
2
2
2
2
2
31
1
2
2
2
2
2
2
34
Tabel 3
Pengembangan kompetensi / profesionalisme guru
3. Pengembangan kompetensi / profesionalisme guru
No
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah Guru yang telah mengikuti kegiatan pengembangan
kompetensi/profesionalisme
Laki-Laki
Jumlah
Perempuan
Jumlah
17
17
15
15
Jenis Pengembangan Kompetensi
Penataran KBK/KTSP
Penataran Metode Pembelajaran
(termasuk CTL)
Penataran PTK
Penataran Karya Tulis Ilmiah
Sertifikasi Profesi/Kompetensi
Penataran PTBK
Penataran Lainnya
17
17
15
15
17
1
17
1
15
15
Tabel 4
Tenaga Kependidikan Tenaga Pendukung
4. Tenaga Kependidikan Tenaga Pendukung
No
Tenaga Pendukung
Jumlah tenaga pendukung dan kualifikasi
pendidikannya
≤SMP
1
Tata Usaha
2
Perpustakaan
3
4
5
6
Laboran Lab.IPA
Teknisi Lab. Komp.
Laboran Lab. Bahasa
PTD (Pend Tek.
Dasar)
Kantin
Penjaga Sekolah
Tukang Kebun
Keamanan
Lainnya
JUMLAH
7
8
9
10
11
SMA
2
D1
D2
D3
1
1
1
4
2
1
S1
1
1
1
1
2
4
3
1
3
1
7
Jumlah
3
3
2
Jumlah tenaga
pendukung berdasarkan
status dan Jenis
kelamin
PNS
Honorer
L
P
L
P
1
2
18
Tabel 5
Data Ruang Belajar
5. a) Data Ruang Belajar (Kelas)
Jumlah dan ukuran
Kondisi
Ukuran
>63 m2
(b)
Ukuran
7 x 9 m2 (a)
Baik
Rsk ringan
Rsk sedang
Rsk berat
Rsk total
Ukuran
<63 m2
(c)
57,12
Jumlah (d)
(a + b + c)
Jml. Ruang lainnya
yang digunakan
untuk ruang kelas
57,12
Jumlah ruang
yang
digunakan
untuk ruang
kelas
15
b) Data Ruang Belajar Lainnya
Jenis Ruangan
Perpustakaan
Lab. Biologi
Ketrampilan
Multimedia
Kesenian
Jumlah
(buah)
1
1
1
1
2
Ukuran
(p x l)
11 x 8
11 x 5
11 x 5
9x5
11 x 5
Kondisi
baik
baik
baik
baik
baik
Jenis
Ruangan
Lab. Bahasa
Lab. Komp.
Lab. Fisika
Serbaguna
Jumlah
(buah)
1
1
1
1
Ukuran
(p x l)
11 x 7
11 x 6
11 x 5
12 x 10
Kondisi
baik
baik
baik
baik
c) Data Ruang Kantor
Jenis Ruangan
Kepala Sekolah
Wakil Kepala
Sekolah
Guru
Tata Usaha
Tamu
Jumlah (buah)
1
Ukuran (p x l)
8x4
Kondisi
baik
1
7x4
baik
1
1
3
11 x 8
7x6
5x3
baik
baik
baik
Tabel 6
Lapangan Olahraga dan Upacara
6. Lapangan Olahraga dan Upacara
Lapangan
Basket
Futsal
Bulutangkis
Upacara
Jumlah
1
1
2
1
Ukuran
364 m2
364 m2
270 m2
364 m2
Kondisi
Baik
Baik
Baik
Baik
Keterangan
Tabel 7
Perabot (furniture) utama
7. Perabot (furniture) utama
a. Perabot ruang kelas (belajar)
Rsk. Berat
9
Rsk. sedang
15
Rsk.ringan
Baik
Papan Tulis
Jml
Rsk. Berat
9
Rsk. sedang
Baik
15
Rsk.ringan
Jml
Rsk. Berat
9
Rsk. sedang
450
Rsk.ringan
Baik
PERABOT
Jumlah & kondisi kursi
Almari + rak buku/alat
siswa
Jml
9
Rsk. Berat
450
Rsk. sedang
15
Rsk.ringan
1
Baik
Jumlah
ruang
kelas
Jml
No
Jumlah & kondisi meja
siswa
b. Perabot ruang belajar lainnya
Rsk. sedang
Rsk. Berat
Rsk. sedang
Rsk. Berat
9
Rsk.ringan
20
Baik
9
Lainnya
Jml
20
Rsk. Berat
9
9
9
9
Rsk. sedang
40
40
15
10
4
Rsk.ringan
9
9
Baik
9
9
Jml
40
40
Rsk. Berat
9
9
PERABOT
Almari + rak buku/alat
Rsk. sedang
Baik
20
6
40
40
40
40
Rsk.ringan
Jml
Rsk. Berat
Rsk. sedang
Baik
Perpustakaan
Lab. IPA
Ketrampilan
Multimedia
Lab. Bahasa
Lab. Komputer
Serbaguna
Kesenian
PTD
Lainnya
Kursi
Jml
Ruang
Rsk.ringan
Meja
8
c. Perabot Ruang Kantor
Rsk.ringan
Baik
9
Lainnya
Jml
4
Rsk. Berat
9
Rsk. sedang
Baik
1
Rsk.ringan
Jml
Rsk. Berat
9
9
9
9
9
PERABOT
Almari + rak buku/alat
Rsk. sedang
Baik
1
3
32
7
8
Rsk.ringan
Jml
9
9
9
9
9
Rsk. Berat
1
3
32
3
2
Kursi
Rsk. sedang
Baik
Kepala Sekolah
Wk. Kep.Sek.
Guru
Tata Usaha
Tamu
Lainnya
Jml
Ruang
Rsk.ringan
Meja
Tabel 8
Koleksi Buku Perpustakaan
8. Koleksi Buku Perpustakaan
No
JENIS
1
Buku siswa/pelajaran (semua mata
pelajaran)
Buku bacaan (misalnya novel, buku
ilmu pengetahuan dan teknologi,
dsb.)
Buku referensi (misalnya kamus,
ensiklopedia, dsb.)
Jurnal
Majalah
Surat Kabar
Lainnya
TOTAL
2
3
4
5
6
7
Kondisi
Jumlah
Rusak
Baik
12
9
5.000
9
1.000
9
5
3
9
9
6020
Tabel 9
Fasilitas Penunjang Perpustakaan
9. Fasilitas Penunjang Perpustakaan
No
1
2
3
4
5
6
Jenis
Jumlah / Ukuran / Spesifikasi
1
1
2
4
2
4
Komputer
Ruang Baca
TV
LCD
VCD / DVD player
Lainnya
Tabel 10
Alat/Bahan di Laboratorium/Ruang Keterampilan/Ruang Multimedia
10. Alat/Bahan di Laboratorium/Ruang Keterampilan/Ruang Multimedia
No
1
2
3
4
5
6
7
Alat / Bahan
Lab. IPA
Lab. Bahasa
Lab. Komp.
Ketrampilan
PTD
Kesenian
Multimedia
Kurang
dari 25%
dr. keb.
Jumlah
25% 50%
dr.keb.
Jumlah, kualitas, dan kondisi alat/bahan
Kualitas
75% 100%
Kurang
Cukup
Baik
Sangat
baik
Kondisi
Rusak
berat
Rusak
ringan
baik
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
Tabel 11
Inventaris Laboratorium IPA
11. Inventaris Laboratorium IPA
Kondisi
No.
Jenis
Jml
Baik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Prasarana
Ruang Praktek
Ruang Persiapan
Ruang Penyimpanan alat dan bahan
Ruang gudang'
Meja Laboratorium
Kursi Laboratorium
Wastafel
Saluran dan instalasi air bersih
Saluran dan instalasi air kotor
Saluran dan instalasi Listrik
Sirkulasi Udara
Sistem Pencahayaan
1
2
14
30
3
1
5
-
1
2
14
27
3
-
1
2
3
4
Alat Praktikum Fisika
Kit Optik
Kit Listrik
Kit Mekanika
Kit Panas dan Hidrostatika
4
4
4
4
4
4
4
4
Buruk
Kualitas/Fungsi
Tidak
Layak
Layak
-
9
9
9
9
9
9
9
-
-
-
9
9
9
9
-
Keterangan
AC B exos
Tabel 12
Inventaris Peralatan Laboratorium Bahasa
12. Inventaris Peralatan Laboratorium Bahasa
Kondisi
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Jenis
Master consule
Booth shiwa
Headset shiwa
Room speaker
TV
Komputer
Kursi Guru
Kursi Siswa
Almari/rak
Papan Tulis
AC/kipas angin/exhoust fan
Lainnya
CD
Kaset
Jml
Baik
Buruk
1
40
40
2
1
1
4
4
1
2
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
15
10
√
√
-
Kualitas/Fungsi
Tidak
Layak
Layak
-
-
Keterangan
Tabel 13
Inventaris Laboratorium Komputer
13. Iventaris Laboratorium Komputer
Kondisi
No.
Prasarana
Ruang Praktek
Ruang Persiapan
Ruang Penyimpana
Ruang Gudang
Meja Laboratorium Komputer
Kursi Laboratorium Komputer
Saluran dan Instalasi Listrik
Sirkulasi Udara
Sistem Pencahayaan
Komputer saling terhubunkan
dengan jaringan
Jaringan Internet
Ketersediaan Daya Listrik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
a
b
c
d
e
Jenis
Alat Praktikum Komputer
Komputer
Intel Pentium I
Intel Pentium II
Intel Pentium III
Intel Pentium IV
Lainnya
Jml
Kualitas/Fungsi
Tidak
Layak
Layak
Baik
Buruk
40
40
1
1
-
-
-
-
-
-
30
10
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan
Fasilitas dan Sarana SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan
Ruang kelas ber AC
Lab. Fisika Lab. Biologi
Ruang Keterampilan Studio music
Ruang Audio Visual
Lab.bahasa Perpustakaan Besar Lab. Komputer
Masjid Al Ikhlas
Download