22 identifikasi ciri-ciri perumahan di kawasan pesisir

advertisement
IDENTIFIKASI CIRI-CIRI PERUMAHAN DI KAWASAN PESISIR
KASUS KELURAHAN SAMBULI DAN TODONGGEU
KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI
Djumiko
Abstrak
Kawasan pesisir merupakan daerah pantai/ tepi laut, yaitu kawasan dimana
daratan dan air laut bertemu, kawasan tersebut merupakan kawasan dinamis dan
unik dari suatu kota, disamping itu juga sangat strategis karena mudah dicapai dari
daratan dan laut. Kawasan ini digunakan untuk berbagi fungsi antara lain
perdagangan, rekreasi, perkantoran, pergudangan, pelabuhan, perumahan, dan lainlain. Khusus untuk kajian akan dibahas perumahan.
Sebagai studi kasus dilakukan kajian pada kelurahan Sambuli dan
Tondonggeu kecamatan Abeli kota Kendari. Kota Kendari merupakan kota yang unik,
kota tersebut pada bagian tengahnya terdapat Teluk Kendari yang berhubungan
langsung dengan laut Banda. Di sepanjang pantainya banyak ditempati masyarakat
untuk permukiman.
Dari kajian yang dilakukan disimpulkan tentang identifikasi cirri-ciri
perumahan di kawasan pesisir kota Kendari yaitu, lokasi menempati daerah pantai/
tepi laut, baik di darat maupun di atas permukaan air laut. Masa bangunan yang
berada di darat berbentuk teratur, sedangkan yang berada di atas permukaan air laut
berbentuk tidak teratur. Penampilan bangunan sederhana berbentuk panggung,
struktur bangunan dibuat dari konstruksi rangka dari bahan kayu/ bambu, untuk
mencapai bangunan satu dengan lainnya dilengkapi dengan jembatan kayu.
Kata kunci : identifikasi arsitektur, kawasan pesisir, bangunan panggung.
1. PENDAHULUAN
Sebagaimana
diamanatkan
dalam Undang Undang Dasar 1945
dan pasal 28 H Amandemen UUD
1945, bahwa rumah adalah salah
satu hak dasar rakyat dan oleh karena
itu setiap warga negara berhak untuk
bertempat tinggal dan mendapat
lingkungan hidup yang baik dan
sehat. Selain itu, rumah juga
merupakan kebutuhan dasar manusia
dalam
meningkatkan
harkat,
martabat, mutu kehidupan dan
penghidupan,
serta
sebagai
pencerminan diri pribadi dalam
upaya peningkatan taraf hidup, serta
pembentukan watak, karakter dan
kepribadian bangsa. Hal inilah yang
menjadi dasar pokok pembangunan
perumahan, termasuk perumahan di
kawasan pesisir.
Pengembangan perumahan
dan permukiman di kawasan pesisir
merupakan bagian penting dalam
menunjang pembangunan yang
berkelanjutan dan meningkatkan
kesejahteraan bangsa Indonesia
serta masyarakat pesisir pada
khususnya.
Kawasan
pesisir
memiliki potensi yang besar dan
merupakan faktor penting yang
dapat meningkatkan perekonomian
bangsa. Pada negara-negara maju
maupun berkembang, aktivitas
perekonomian di wilayah pesisir
sangat dominan dan diikuti dengan
pertumbuhan jumlah penduduknya.
Hal ini berdampak langsung pada
sektor perumahan dan permukiman.
Namun sayangnya masih banyak
daerah perumahan dan permukiman
penduduk yang berada pada wilayah
pesisir di Indonesia memiliki
22
kondisi yang tidak tertata dengan
baik, terlampau padat, kumuh dan
tidak layak huni.
Untuk itulah perlu dilakukan
identikasi karakteristik perumahan di
kawasan pesisir
guna dikenali
tentang
ciri-cirinya
dan
permasalahan yang ditimbulkan,
dalam hal ini akan dilakukan studi
kasus di kota Kendari. Materi yang
akan dibahas mengenai lokasi, masa
bangunan, penampilan bangunan,
struktur, bahan bangunan, dan
fasilitas lingkungan.
2. GAMBARAN UMUM KOTA
KENDARI
Kendari adalah ibu kota
Provinsi Sulawesi Tenggara,
Indonesia. Kendari diresmikan
sebagai kotamadya (kini kota) pada
27 September 1995. Kota Kendari
memiliki luas ± 31,420 km2, secara
geografis terletak pada 122° 33°122° 39° BT dan 03° 054°30”-04°
03°11” LS, membentang
mengelilingi Teluk Kendari. Kota
Kendari merupakan dataran yang
berbukit dan dilewati oleh sungaisungai yang bermuara ke Teluk
Kendari sehingga teluk ini kaya akan
hasil lautnya.
Secara Administratif Kota
Kendari berbatasan dengan:
- Sebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan
Soropia
dan
Kecamatan Sampara.
- Sebelah
Timur
berbatasan
dengan Laut Kendari.
- Sebelah
Selatan
berbatasan
dengan Kecamatan Moramo.
- Sebelah Barat berbatasan dengan
Kecamatan Sampara, Kecamatan
Ranometo
dan
Kecamatan
Konda.
Luas wilayah yang dimiliki
Kota Kendari adalah 29.589 Ha atau
0.78% dari luas wilayah Sulawesi
Tenggara yang terbagi pada 4
kecamatan yaitu kecamatan Kendari
3.142 Ha, Mandonga 9.001 Ha,
Poasia 13.174 Ha dan Baruga 4.271
Ha, yang terletak di sepanjang
pinggiran Teluk Kendari sebagai
kebanggaan Kota Kendari.
Topografi Kota Kendari
bervariasi antara datar hingga
perbukitan
dengan
ketinggian
mencapai 459 meter di atas
permukaan laut. Di mana untuk
daerah datar hanya terdapat di
bagian barat dan selatan Teluk
Kendari,
sedangkan
daerah
perbukitan terletak di sebelah utara
Teluk Kendari yang dikenal dengan
pegunungan Nipa-Nipa. Ketinggian
pegunungan tersebut mencapai
kurang lebih 459 m dari garis
pantai, sedangkan ke arah selatan
tingkat kemiringan antara 5%
sampai 30% yang wilayah tersebut
berada di Kecamatan Kendari.
Selanjutnya pada bagian barat yaitu
di Kecamatan Mandonga dan pada
bagian Selatan Kota yaitu di
Kecamatan
Poasia
memiliki
karakteristik wilayah yang berbukit
bergelombang
rendah
dengan
kemiringan ke arah Teluk Kendari.
3. KARAKTERISTIK
KAWASAN PESISIR
3.1.
Pesisir Indonesia
Pesisir dan laut Indonesia
dikenal sebagai negara perairan
terluas yaitu wilayah laut teritorial
seluas 5,7 juta km persegi, dan
ditambah
luas
lautan
dari
kesepakatan
Zona
Ekonomi
Eksklusif (ZEE) yang mencapai 2,7
juta km persegi, serta memiliki
banyak pulau. Selain itu, juga
merupakan pusat keanekaragaman
hayati laut tropis terkaya di dunia.
Ini disebabkan hampir 30 persen
hutan bakau dan 30 persen terumbu
karang hidup di perairan Indonesia.
Indonesia juga terkenal dengan
banyaknya pulau yang dimiliki.
Hingga kini tercatat ada 17.508
23
pulau dengan garis pantai sepanjang
kurang lebih 81.000 km. Dengan
garis pantai sepanjang itu, maka
banyak orang Indonesia memilih
bermukim di daerah pesisir. Hingga
kini tercatat 140 juta atau sekitar 60
persen penduduk Indonesia tinggal di
wilayah tersebut.
Hampir 60 persen penduduk
Indonesia hidup di pesisir lautan.
Bermukim di antara mangrove,
padang lamun dan terumbu karang.
Bahkan di pesisir utara Jawa, ada
600.000
nelayan
yang
menggantungkan hidupnya dari laut
di sekitar tempat tersebut.
Pengembangan
perumahan
dan permukiman di kawasan pesisir
merupakan bagian penting dalam
menunjang pembangunan kawasan
pesisir yang berkelanjutan, dan
meningkatkan kesejahteraan bangsa
Indonesia, serta masyarakat pesisir
pada khususnya. Kawasan pesisir
memiliki potensi yang besar dan
merupakan faktor penting yang dapat
meningkatkan perekonomian bangsa.
Pada negara-negara maju maupun
berkembang, aktivitas perkonomian
di wilayah pesisir sangat dominan
dan diikuti dengan pertumbuhan
jumlah penduduknya. Hal ini
berdampak langsung pada sektor
perumahan dan permukiman. Di
Indonesia masih banyak daerah
perumahan
dan
permukiman
penduduk yang berada pada wilayah
pesisir memiliki kondisi yang tidak
tertata dengan baik, terlampau padat,
kumuh dan tidak layak huni.
3.2. Pengembangan
Kawasan
Pesisir
Pengembangan
perumahan
dan permukiman di kawasan pesisir
sebagai
bagian dari kawasan kota tepi air
tidak
dapat
terlepas
dari
pengembangan kawasan kota tepi air.
Kawasan kota tepi air di Indonesia
merupakan salah satu kawasan yang
potensial untuk dikembangkan.
Dibandingkan dengan kawasan kota
tepi sungai atau danau, kawasan
kota pantai/tepi laut mempunyai
lebih
banyak
potensi
untuk
dikembangkan, terutama berkaitan
dengan
aspek
fungsi
dan
aksesibilitas.
Pengembangan kota tepi air
di Indonesia merupakan pokok
masalah yang potensial ditangani
secara lebih seksama, karena
Indonesia memiliki garis pantai
terpanjang di dunia dan berdasarkan
PP 47/97 (Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional) terdapat 516
kota andalan di Indonesia dengan
216 kota diantaranya merupakan
kota tepi air yang berada di tepi laut
(pantai), sungai atau danau.
Pengembangan kawasan kota tepi
pantai dapat diarahkan pada
pengembangan fungsi pariwisata,
perekonomian, budaya, pendidikan,
industri, pergudangan dan hankam.
Akan
tetapi
dalam
pengembangannya,
perlu
mengidentifikasi
secara
spesifik
karakteristik fisik lingkungan beserta
kegiatan yang sedang dan akan
dikembangkan di kawasan tersebut.
Kawasan ini pada dasarnya berakar
pada faktor-faktor geografi dan sejarah
nusantara yang telah berabad-abad,
bahkan perkembangan beberapa kota
di antaranya diawali oleh keberadaan
permukiman ini. Pada perkembangan
selanjutnya kawasan tepi air ini
menjadi tempat yang menarik untuk
Permukiman dan berbagai kegiatan
lain karena berbagai alasan. Akan
tetapi, pengembangan kawasan ini
sering mengabaikan keberadaan
masyarakat setempat, sehingga pada
akhirnya harus menanggung beban
akibat perubahan pemanfaatan lahan.
Kota pantai/tepi laut sebagai
salah satu bentuk kota tepi air pada
dasarnya berakar pada faktor-faktor
24
geografi dan sejarah nusantara yang
selama berabad-abad telah menjadi
bagian dari jalur perdagangan
internasional. Pada perkembangan
selanjutnya kawasan ini menjadi tempat
yang menarik untuk permukiman.
Gejala tersebut dapat terjadi karena
berbagai alasan, antara lain:
- Merupakan kawasan alternatif
permukiman kota bagi kaum
urbanis miskin.
- Merupakan
peluang
bagi
kemudahan transportasi.
- Menjadi pintu gerbang alami untuk
perdagangan antar tempat yang
terpisahkan oleh laut.
Kondisi tersebut menyebabkan
tingginya laju pertumbuhan perkotaan,
dimana kawasan kota pantai cenderung
tumbuh lebih cepat, baik secara
demografis maupun ekonomis daripada
kota-kota di wilayah lain. Namun
karena
pesatnya
perkembangan
transportasi darat dan pusat-pusat
kegiatan baru di luar kawasan tepi air,
maka kawasan kota tepi air mulai
kehilangan keunggulannya. Sebagian
besar pemanfaatan ruang kawasannya
hanya digunakan untuk kegiatan
pelabuhan, pergudangan dan perikanan.
Dengan
adanya
berbagai
kepentingan
yang
berbeda,
pengembangan kota tepi air dapat
mengakibatkan
terjadinya
konflik/friksi, antara lain :
-
-
Kepentingan
antar
institusi
pemerintah, baik pusat, daerah
maupun pengelola pelabuhan.
Antara kepentingan komersial dan
sosial.
Antara kepentingan publik dan
individu.
3.3.
Kedudukan
Kawasan
Pesisir (Kota Pantai)
Kedudukan Kawasan Pesisir
(Kota Pantai) merupakan kawasan
yang menunjukkan bahwa :
- Batasan kawasan pesisir (kota
pantai) tidak hanya mencakup
bagian kota di darat dan
berhadapan dengan laut saja,
tetapi juga mencakup bagian yang
berada di atas air. Bahkan
perkembangan beberapa kota
diawali
oleh
keberadaan
permukiman di atas air ini.
- Orientasi kegiatan kota pantai
berbasis darat dan laut, seperti
perdagangan, pelabuhan dan
transportasi, perikanan, serta
permukiman.
Kedudukan kawasan pesisir (kota
pantai) merupakan bagian tak
terpisahkan (integral) dari beberapa
kawasan lain di kota induknya, seperti:
kawasan perdagangan, permukiman,
wisata, transportasi, dan kawasan
pertahanan
keamanan.
Secara
skematik dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
25
A
E
E
E
E
E
Orientasi kegiatan ke air
B
E
E
E
E
C
D
Orientasi kegiatan ke darat
Keterangan :
A:
Laut
B:
Daratan
C:
Kawasan Kota Pantai
D:
Kota Induk
E:
Kawasan-kawasan lain di Kota Pantai (Perdagangan, Pendidikan, dll)
Gambar 1.
Kedudukan Kawasan Kota Pantai
Pesisir Teluk Kendari,
ada 4
(empat) kelurahan sebagai lokasi
3.4.
Fungsi Kawasan Kota
alternatif yang terletak di kawasan
Pantai
Kawasan kota pantai di
pesisir/ Teluk Kendari, yaitu :
Indonesia menunjukkan fungsi
a. Kel. Sambuli.
kawasan sebagai :
b. Kel. Todonggeu.
a. K a w a s a n
komersial
c. Kel. Nambo.
(perdagangan);
d. Kel. Bungku Toko (pulau).
b. Kawasan budaya, pendidikan dan
Setelah di lakukan survai
lingkungan hidup;
awal di lapangan, dapat disimpulkan
c. Kawasan peninggalan bersejarah;
bahwa lokasi yang memungkinkan
d. Kawasan permukiman;
untuk dijadikan obyek kajian adalah
d. Kawasan wisata (rekreasi);
Kelurahan Sambuli dan Todonggeu.
e. Kawasan
pelabuhan
dan
Hal ini didasarkan pada pengamatan
transportasi;
secara visual, bahwa kedua tempat
f. Kawasan pertahanan keamanan.
tersebut banyak terdapat bangunan
yang berada di tepi pantai dan di
atas permukaan air laut. Sehingga
4. PENGENALAN LOKASI
kedua tempat tersebut cukup
4.1. Dasar
Pertimbangan
mewakili daerah lainnya. Lihat
Pemilihan Kelurahan Sambuli
gambar di bawah ini.
dan Todonggeu di Kecamatan
Abeli sebagai Lokasi Kasus
Kecamatan Abeli merupakan
Kecamatan yang terletak di kawasan
26
Lokasi Kelurahan Sambuli
Lokasi Kelurahan Tondonggeu
Gambar 2.
Lokasi Kelurahan Sambuli dan Kelurahan Tondonggeu Kecamatan
Abeli, Kota Kendari
Kabupaten Konawe Selatan
(Pegunungan Nipah-Nipah).
Ditinjau dari Aspek Fisik
4.2. Profil Kelurahan Sambuli
Kelurahan Sambuli termasuk
Dasar, Kelurahan Sambuli sebagian
dalam
wilayah
administrasi
besar memiliki kemiringan lereng
Kecamatan Abeli, terletak di sebelah
yang relatif datar yaitu 0–3%,
Tenggara Teluk Kendari. Secara
namun ke arah selatan merupakan
geografis,
Kelurahan
Sambuli
kawasan
perbukitan
dengan
letaknya sangat strategis sebagai
kemiringan lereng sebagian besar
pintu masuk wilayah kota Kendari
25-40% dan sebagian 18–25%.
dari arah barat kota (Kecamatan
Sedangkan,
sebelah
Utara,
Moramo,
Kabupaten
Konawe
merupakan kawasan laut Teluk
Selatan) serta langsung menghadap
Kendari yang rentan terhadap
ke Laut Banda.
pasang gelombang laut. Sehingga
Batas Administrasi Kelurahan
Kelurahan Sambuli ini relatif rawan
Sambuli adalah sebagai berikut :
terhadap banjir, karena dari arah
- Sebelah
Utara
berbatasan
Utara rentan terhadap gelombang
dengan Teluk Kendari.
pasang air laut. Sedangkan sebelah
Selatan
merupakan
kawasan
perbukitan, sehingga ketika curah
hujan cukup tinggi air mengalir
- Sebelah Barat berbatasan dengan
menuju Kelurahan Sambuli.
Kelurahan Nambo.
Arahan Pemanfaaatan Ruang
- Sebelah
Timur
berbatasan
Kelurahan Sambuli dan TodongGeu
dengan Kelurahan Todonggeu.
berdasarkan Dokumen Rencana
- sebelah
Selatan
berbatasan
Tata Ruang Wilayah Kota Kendari
dengan Kecamatan Moramo,
dan Rencana Detail Tata Ruang
Kota Poasia (Kecamatan Abeli),
27
diarahkan
sebagai
Kawasan
Perumahan dan Industri.
Kelurahan ini dilintasi oleh
Jalan Poros yang direncanakan
sebagai Jalan Kolektor Primer
menuju ke Kecamatan Moramo dan
dihubungkan oleh Jalan Lokal yaitu
Jalan
Perkebunan
dan
Jalan
Serbaguna
menuju
kawasan
perumahan nelayan.
4.3. P r o f i l
Kelurahan
Todonggeu
Kelurahan Todonggeu yang
termasuk dalam wilayah administrasi
Kecamatan Abeli, terletak di sebelah
Tenggara Teluk Kendari. Secara
geografis, Kelurahan Todonggeu
letaknya sangat strategis sebagai
pintu masuk wilayah kota Kendari
dari arah barat kota (Kecamatan
Moramo,
Kabupaten
Konawe
Selatan) serta langsung menghadap
ke Laut Banda.
Batas Administrasi Kelurahan
Todonggeu adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan
Teluk Kendari.
- Sebelah Barat berbatasan dengan
Kelurahan Sambuli.
- Sebelah Selatan dan Timur
berbatasan dengan Kecamatan
Moramo, Kabupaten Konawe
Selatan
(Pegunungan
NipahNipah).
Ditinjau dari Aspek Fisik
Dasar, Kondisi fisik dasar Kelurahan
TodongGeu hampir sama dengan
Kelurahan Sambuli yaitu sebagian
besar memiliki kemiringan lereng
yang relatif datar yaitu 0–3%, namun
ke arah selatan merupakan kawasan
perbukitan dengan kemiringan lereng
sebagian besar 25-40 % dan sebagian
18–25 %. Sedangkan, sebelah Utara,
merupakan kawasan laut Teluk
Kendari yang rentan terhadap pasang
gelombang laut. Sehingga Kelurahan
TodongGeu ini relatif rawan terhadap
banjir, karena dari arah Utara rentan
terhadap gelombang pasang air laut.
Sedangkan sebelah Selatan dan
Timur
merupakan
kawasan
perbukitan, sehingga ketika curah
hujan cukup tinggi air mengalir
menuju Kelurahan Todonggeu serta
rawan terhadap bencana longsor.
Kelurahan ini dilintasi oleh
Jalan Poros yang direncanakan
sebagai Jalan Kolektor Primer
menuju ke Kecamatan Moramo
(Kabupaten Konawe Selatan) serta
dihubungkan oleh jalan Lokal Bhakti
ABRI dan Jalan Pendidikan ke
kawasan Permukiman nelayan.
5. KARAKTERISTIK
PERUMAHAN DI
KAWASAN PESISIR KOTA
KENDARI
5.1. Kelurahan Sambuli
5.1.1. Masa bangunan
Masa bangunan terdiri dari
dua macam, yaitu :
a. Bangunan di darat
Bangunan yang terletak di
darat, ditata mengikuti bentuk pola
jalan lingkungan. Pada lingkungan
RW 01, pola masa bangunan
berbentuk
linier.
Bangunan
menghadap ke arah jalan lingkungan,
bangunan yang berada di sisi laut
menutupi pandangan ke laut. Untuk
RW 02, bangunan mengikuti pola
jalan utama berbentuk kurvelinier,
sedangkan
jalan lingkungan
berbentuk grid. Tata bangunan yang
ada di darat pada RW 02 sudah
teratur.
b. Bangunan di atas air laut
Bangunan ditata dengan
bentuk tidak teratur, jaringan jalan
untuk akses juga tidak teratur.
28
Gambar 3.
Peta Kelurahan Sambuli RW 01,
Kecamatan Abeli, Kendari
5.1.2. Penampilan bangunan
Penampilan bangunan terdiri
dari 2(dua) macam, yaitu :
a. Bangunan langsung berdiri di
atas tanah, jenis ini kebanyakan
berada di darat/ tepi pantai.
b. Bangunan panggung, jenis ini
kebanyakan berada di atas
permukaan air laut.
Kebanyakan atap bangunan
berbentuk pelana, dinding luar
Gambar 4.
Peta Kelurahan Sambuli RW 02,
Kecamatan Abeli, Kendari
dilengkapi dengan bukaan seperti
pintu dan jendela.Untuk rumah
panggung yang berada di atas
permukaan
air
laut,
untuk
mencapainya melalui jembatan yang
dibuat dari bahan kayu, dan
dilengkapi dengan tangga untuk
turun ke air laut.Lihat beberapa
gambar
berikut
ini.
Gambar 5.
Rumah panggung terletak di atas
tanah berpasir, kondisi air laut
surut.
Gambar 6.
Rumah panggung terletak di atas
tanah berpasir, kondisi air laut
surut.
Gambar 7.
Rumah panggung terletak di pinggir
laut, pada bagian depan terlihat
jalan masuk dibuat dari kayu.
Gambar 8.
Rumah panggung terletak di
pinggir laut di atas permukaan air
laut yang sedang surut.
29
5.1.3. Struktur dan bahan
bangunan
Struktur bangunan terdiri dari
:
1) Struktur bawah/ pondasi
Bangunan yang berada di
darat
menggunakan
pondasi
.
Gambar 9.
Rumah panggung berdiri di atas
permukaan air laut ditunjang tiang
kayu.
2)
langsung berupa pondasi lajur batu
kali. Sedangkan bangunan yang
berada di atas permukaan air laut
menggunakan tiang kayu, atau
umpak yang dibuat dari pasangan
batu/
batu
bata
Gambar 10.
Rumah di darat berdiri di atas
pondasi lajur batu kali
Struktur atas
Dibuat dari rangka kuda-kuda dari bahan kayu/ bambu.
Gambar 11.
Bangunan panggung dengan rangka
kuda-kuda dibuat dari bahan bambu.
Gambar 12.
Bangunan panggung dengan
rangka kuda-kuda dari bahan
kayu.
3) Dinding
Dibuat dari bahan kayu atau bambu.
Gambar 13.
Dinding dibuat dari papan kayu
4) Lantai
Gambar 14.
Dinding dibuat dari bilik bambu.
a. Bangunan di darat
menggunakan lantai plester
semen, ubin, dan tanah.
30
b. Bangunan di atas permukaan air
laut menggunakan bahan kayu/
Gambar 15.
Bangunan lantainya dibuat dari
bahan plester semen
5.1.4. Penahan gelombang
Penahan gelombang yang ada
di kelurahan Sambuli terdiri dari :
a) Dinding dari pasangan batu, dan
b) Tanaman bakau (mangrove).
Gambar 17.
Dinding penahan gelombang dari
pasangan batu untuk menahan
gelombang air laut.
5.1.5. Dermaga
Gambar 19.
Dermaga dibuat dari pasangan batu.
5.2.
Kelurahan Todonggeu
5.2.1. Masa bangunan
Masa bangunan di kelurahan
Tondonggeu
berbentuk
cluster,
sebagian berada di darat dan lainnya
bambu.
Gambar 16.
Bangunan lantainya dibuat dari
bahan kayu atau bambu.
Lihat gambar dibawah ini.
Gambar 18.
Pohon bakau yang masih kecil
berfungsi untuk menahan
gelombang air laut.
Untuk kegiatan nelayan
bongkar muat perahu disediakan
fasilitas dermaga.
Gambar 20.
Dermaga dibuat dari pasangan
batu.
berada di atas air laut. Lingkungan
ini dilengkapi dengan fasilitas
dermaga, dan berada di tepi jalan
raya. Lihat gambar di bawah ini.
31
Gambar 21.
Peta Kelurahan Tondonggeu Kecamatan Abeli, Kendari
5.2.2. Penampilan bangunan
Penampilan bangunan terdiri
dari 2(dua) macam, yaitu :
a. Bangunan langsung berdiri di
atas tanah, jenis ini kebanyakan
berada di darat/ tepi pantai.
b. Bangunan panggung, jenis ini
kebanyakan berada di atas
permukaan air laut.
Atap bangunan berbentuk
pelana, dinding luar dilengkapi
dengan bukaan seperti pintu dan
jendela.
Untuk rumah panggung
yang berada di atas permukaan air
laut, untuk mencapainya melalui
jembatan yang dibuat dari bahan
kayu, dan dilengkapi dengan tangga
untuk turun ke air laut.
Lihat beberapa gambar
berikut ini.
Gambar 22.
Rumah panggung terbuat dari bahan
kayu dan bambu, untuk mencapai
rumah dihubungkan dengan
jembatan kayu.
Gambar 23.
Rumah panggung berdiri diatas
umpak pasangan batu kali,
konstruksi rumah terbuat dari
bahan kayu dan bambu.
Gambar 24.
Rumah panggung terbuat dari bahan
Gambar 25.
Rumah panggung terbuat dari
32
kayu dan bambu, untuk mencapai
rumah dihubungkan dengan
jembatan kayu.
Gambar 26.
Perumahan diatas permukaan air
laut, model rumah berbentuk
panggung, jarak muka air laut
dengan lantai sekitar 2m.
5.2.3. Struktur
dan
bahan
bangunan
Struktur bangunan terdiri dari :
1) Struktur bawah/ pondasi
Bangunan yang berada di
darat
menggunakan
pondasi
Gambar 28.
Bangunan panggung ditunjang
tiang kayu
bahan kayu dan bambu, untuk
mencapai rumah dihubungkan
dengan jembatan kayu,
Gambar 27.
Perumahan diatas permukaan air
laut, bangunan yang berada ditepi
berhubungan langsung dengan
jalan lingkungan.
langsung berupa pondasi lajur batu
kali. Sedangkan bangunan yang
berada di atas permukaan air laut
menggunakan tiang kayu, atau
umpak yang dibuat dari pasangan
batu/ batu bata.
Gambar 29.
Bangunan panggung ditunjang
umpak dari pasangan batu
2) Struktur Atas
Dibuat dari rangka kuda-kuda dari bahan kayu/ bambu.
Gambar 30.
Bangunan dengan rangka kudakuda kayu
Gambar 31.
Bangunan dengan rangka kudakuda kayu
3) Dinding
Dibuat dari bahan kayu atau bambu.
33
Gambar 32.
Dinding dibuat dari papan kayu
4) Lantai
Bangunan yang berada di
darat menggunakan lantai plester
semen, ubin, dan tanah. Bangunan
yang berada di atas permukaan air
Gambar 34.
Lantai dibuat dari bahan kayu/
bambu
5.2.4. Penahan gelombang
Penahan gelombang di
perumahan Tondonggeu berupa
dermaga dan dinding yang dibuat
dari pasangan batu.
Gambar 33.
Dinding dibuat dari papan kayu
laut menggunakan bahan kayu/
bambu.
Gambar 35.
Lantai dibuat dari bahan kayu/
bambu
5.2.5. Dermaga
Untuk kegiatan nelayan
bongkar muat
dari perahu
disediakan fasilitas dermaga, lihat
gambar di bawah ini.
Gambar 36.
Dermaga dibuat dari pasangan batu ,
bagian atasnya dilapisi paving blok
6. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah
dilakukan tentang identifikasi ciriciri perumahan di kawasan pesisir
kelurahan Sambuli dan Tondonggeu
kecamatan Abeli kota Kendari dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1) Lokasi perumahan
Lokasi perumahan menempati
daerah pantai/ tepi laut, yaitu
34
2)
3)
4)
5)
kawasan di mana daratan dan air
laut bertemu, kawasan tersebut
merupakan kawasan dinamis dan
unik dari suatu kota, disamping
itu juga sangat strategis karena
mudah dicapai dari daratan dan
laut.
Tapak Bangunan
Tapak Bangunan menempati di
daratan tepi pantai/ tepi laut dan
di atas permukaan air laut.
Masa Bangunan
Masa bangunan pada ke dua
lokasi berbentuk sebagai berikut :
a. Masa bangunan di kelurahan
Sambuli yang berada di
daratan
sudah
teratur,
sedangkan yang di atas
permukaan
air
laut
bentuknya tidak teratur.
b. Masa bangunan di kelurahan
Tondonggeu
berbentuk
cluster, dan sudah teratur.
Penampilan Bangunan
Penampilan bangunan terdiri dari
2(dua) macam, yaitu :
a. Bangunan langsung berdiri di
atas
tanah,
jenis
ini
kebanyakan berada di darat/
tepi pantai.
b. Bangunan panggung, jenis ini
kebanyakan berada di atas
permukaan air laut.
Kebanyakan
atap
bangunan
berbentuk pelana, dinding luar
dilengkapi dengan bukaan seperti
pintu dan jendela.
Untuk rumah panggung yang
berada di atas permukaan air laut,
untuk
mencapainya
melalui
jembatan yang dibuat dari bahan
kayu, dan dilengkapi dengan
tangga untuk turun ke air laut.
Struktur
Struktur bangunan terdiri dari :
a) Struktur bawah / pondasi
Bangunan yang berada di
darat menggunakan pondasi
langsung berupa pondasi lajur
batu kali.
Sedangkan
bangunan yang berada di
atas permukaan air laut
menggunakan tiang kayu,
atau umpak yang dibuat dari
pasangan batu/ batu bata
b) Struktur atas
Dibuat dari rangka kudakuda dari bahan kayu/
bambu.
c) Dinding
Dibuat dari bahan kayu atau
bambu.
d) Lantai
- Bangunan yang berada
di darat menggunakan
lantai plester semen,
ubin, dan tanah.
- Bangunan yang berada
di atas permukaan air
laut menggunakan bahan
kayu/ bambu.
6) Penahan Gelombang
Penahan
gelombang
dapat
terdiri dari :
a) Dinding dari pasangan batu,
dan
b) Tanaman bakau.
7) Dermaga
Untuk kegiatan nelayan bongkar
muat barang dengan perahu
disediakan fasilitas dermaga.
7. DAFTAR PUSTAKA
Broabent, Geoffrey, Design In
Architecture, John Wiley &
Sons Ltd, 1973.
Francis D.K.Ching, Arsitektur:
Bentuk,
Ruang
dan
Susunannya, Penerbit Erlangga,
1984.
James C. Snyder, Anthony
J.Catanese,
Pengantar
Arsitektur, Penerbit Erlangga,
1985.
Rob
Krier,
Komposisi
Arsitektur, Penerbit Erlangga,
2001.
35
---------------, Kendari Dalam
Angka 2008, Badan Pusat
Statistik Kota Kendari.
Biodata Penulis:
Djumiko, S-1 Jurusan Teknik
Arsitektur
Fakultas
Teknik
Universitas Diponegoro Semarang (
1982), S-2 Teknik Arsitektur pada
alur
Perancangan
Arsitektur
Program Pasca Sarjana Institut
Teknologi Bandung (1993), dan
pengajar Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Tunas
Pembangunan (FT. UTP) Surakarta (
1986- sekarang).
36
Download