IDENTIFIKASI CIRI-CIRI PERUMAHAN DI KAWASAN PESISIR KASUS KELURAHAN SAMBULI DAN TODONGGEU KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI Djumiko Abstrak Kawasan pesisir merupakan daerah pantai/ tepi laut, yaitu kawasan dimana daratan dan air laut bertemu, kawasan tersebut merupakan kawasan dinamis dan unik dari suatu kota, disamping itu juga sangat strategis karena mudah dicapai dari daratan dan laut. Kawasan ini digunakan untuk berbagi fungsi antara lain perdagangan, rekreasi, perkantoran, pergudangan, pelabuhan, perumahan, dan lainlain. Khusus untuk kajian akan dibahas perumahan. Sebagai studi kasus dilakukan kajian pada kelurahan Sambuli dan Tondonggeu kecamatan Abeli kota Kendari. Kota Kendari merupakan kota yang unik, kota tersebut pada bagian tengahnya terdapat Teluk Kendari yang berhubungan langsung dengan laut Banda. Di sepanjang pantainya banyak ditempati masyarakat untuk permukiman. Dari kajian yang dilakukan disimpulkan tentang identifikasi cirri-ciri perumahan di kawasan pesisir kota Kendari yaitu, lokasi menempati daerah pantai/ tepi laut, baik di darat maupun di atas permukaan air laut. Masa bangunan yang berada di darat berbentuk teratur, sedangkan yang berada di atas permukaan air laut berbentuk tidak teratur. Penampilan bangunan sederhana berbentuk panggung, struktur bangunan dibuat dari konstruksi rangka dari bahan kayu/ bambu, untuk mencapai bangunan satu dengan lainnya dilengkapi dengan jembatan kayu. Kata kunci : identifikasi arsitektur, kawasan pesisir, bangunan panggung. 1. PENDAHULUAN Sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945 dan pasal 28 H Amandemen UUD 1945, bahwa rumah adalah salah satu hak dasar rakyat dan oleh karena itu setiap warga negara berhak untuk bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selain itu, rumah juga merupakan kebutuhan dasar manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan penghidupan, serta sebagai pencerminan diri pribadi dalam upaya peningkatan taraf hidup, serta pembentukan watak, karakter dan kepribadian bangsa. Hal inilah yang menjadi dasar pokok pembangunan perumahan, termasuk perumahan di kawasan pesisir. Pengembangan perumahan dan permukiman di kawasan pesisir merupakan bagian penting dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia serta masyarakat pesisir pada khususnya. Kawasan pesisir memiliki potensi yang besar dan merupakan faktor penting yang dapat meningkatkan perekonomian bangsa. Pada negara-negara maju maupun berkembang, aktivitas perekonomian di wilayah pesisir sangat dominan dan diikuti dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Hal ini berdampak langsung pada sektor perumahan dan permukiman. Namun sayangnya masih banyak daerah perumahan dan permukiman penduduk yang berada pada wilayah pesisir di Indonesia memiliki 22 kondisi yang tidak tertata dengan baik, terlampau padat, kumuh dan tidak layak huni. Untuk itulah perlu dilakukan identikasi karakteristik perumahan di kawasan pesisir guna dikenali tentang ciri-cirinya dan permasalahan yang ditimbulkan, dalam hal ini akan dilakukan studi kasus di kota Kendari. Materi yang akan dibahas mengenai lokasi, masa bangunan, penampilan bangunan, struktur, bahan bangunan, dan fasilitas lingkungan. 2. GAMBARAN UMUM KOTA KENDARI Kendari adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kendari diresmikan sebagai kotamadya (kini kota) pada 27 September 1995. Kota Kendari memiliki luas ± 31,420 km2, secara geografis terletak pada 122° 33°122° 39° BT dan 03° 054°30”-04° 03°11” LS, membentang mengelilingi Teluk Kendari. Kota Kendari merupakan dataran yang berbukit dan dilewati oleh sungaisungai yang bermuara ke Teluk Kendari sehingga teluk ini kaya akan hasil lautnya. Secara Administratif Kota Kendari berbatasan dengan: - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia dan Kecamatan Sampara. - Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Kendari. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo. - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sampara, Kecamatan Ranometo dan Kecamatan Konda. Luas wilayah yang dimiliki Kota Kendari adalah 29.589 Ha atau 0.78% dari luas wilayah Sulawesi Tenggara yang terbagi pada 4 kecamatan yaitu kecamatan Kendari 3.142 Ha, Mandonga 9.001 Ha, Poasia 13.174 Ha dan Baruga 4.271 Ha, yang terletak di sepanjang pinggiran Teluk Kendari sebagai kebanggaan Kota Kendari. Topografi Kota Kendari bervariasi antara datar hingga perbukitan dengan ketinggian mencapai 459 meter di atas permukaan laut. Di mana untuk daerah datar hanya terdapat di bagian barat dan selatan Teluk Kendari, sedangkan daerah perbukitan terletak di sebelah utara Teluk Kendari yang dikenal dengan pegunungan Nipa-Nipa. Ketinggian pegunungan tersebut mencapai kurang lebih 459 m dari garis pantai, sedangkan ke arah selatan tingkat kemiringan antara 5% sampai 30% yang wilayah tersebut berada di Kecamatan Kendari. Selanjutnya pada bagian barat yaitu di Kecamatan Mandonga dan pada bagian Selatan Kota yaitu di Kecamatan Poasia memiliki karakteristik wilayah yang berbukit bergelombang rendah dengan kemiringan ke arah Teluk Kendari. 3. KARAKTERISTIK KAWASAN PESISIR 3.1. Pesisir Indonesia Pesisir dan laut Indonesia dikenal sebagai negara perairan terluas yaitu wilayah laut teritorial seluas 5,7 juta km persegi, dan ditambah luas lautan dari kesepakatan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang mencapai 2,7 juta km persegi, serta memiliki banyak pulau. Selain itu, juga merupakan pusat keanekaragaman hayati laut tropis terkaya di dunia. Ini disebabkan hampir 30 persen hutan bakau dan 30 persen terumbu karang hidup di perairan Indonesia. Indonesia juga terkenal dengan banyaknya pulau yang dimiliki. Hingga kini tercatat ada 17.508 23 pulau dengan garis pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km. Dengan garis pantai sepanjang itu, maka banyak orang Indonesia memilih bermukim di daerah pesisir. Hingga kini tercatat 140 juta atau sekitar 60 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah tersebut. Hampir 60 persen penduduk Indonesia hidup di pesisir lautan. Bermukim di antara mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Bahkan di pesisir utara Jawa, ada 600.000 nelayan yang menggantungkan hidupnya dari laut di sekitar tempat tersebut. Pengembangan perumahan dan permukiman di kawasan pesisir merupakan bagian penting dalam menunjang pembangunan kawasan pesisir yang berkelanjutan, dan meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia, serta masyarakat pesisir pada khususnya. Kawasan pesisir memiliki potensi yang besar dan merupakan faktor penting yang dapat meningkatkan perekonomian bangsa. Pada negara-negara maju maupun berkembang, aktivitas perkonomian di wilayah pesisir sangat dominan dan diikuti dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Hal ini berdampak langsung pada sektor perumahan dan permukiman. Di Indonesia masih banyak daerah perumahan dan permukiman penduduk yang berada pada wilayah pesisir memiliki kondisi yang tidak tertata dengan baik, terlampau padat, kumuh dan tidak layak huni. 3.2. Pengembangan Kawasan Pesisir Pengembangan perumahan dan permukiman di kawasan pesisir sebagai bagian dari kawasan kota tepi air tidak dapat terlepas dari pengembangan kawasan kota tepi air. Kawasan kota tepi air di Indonesia merupakan salah satu kawasan yang potensial untuk dikembangkan. Dibandingkan dengan kawasan kota tepi sungai atau danau, kawasan kota pantai/tepi laut mempunyai lebih banyak potensi untuk dikembangkan, terutama berkaitan dengan aspek fungsi dan aksesibilitas. Pengembangan kota tepi air di Indonesia merupakan pokok masalah yang potensial ditangani secara lebih seksama, karena Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia dan berdasarkan PP 47/97 (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional) terdapat 516 kota andalan di Indonesia dengan 216 kota diantaranya merupakan kota tepi air yang berada di tepi laut (pantai), sungai atau danau. Pengembangan kawasan kota tepi pantai dapat diarahkan pada pengembangan fungsi pariwisata, perekonomian, budaya, pendidikan, industri, pergudangan dan hankam. Akan tetapi dalam pengembangannya, perlu mengidentifikasi secara spesifik karakteristik fisik lingkungan beserta kegiatan yang sedang dan akan dikembangkan di kawasan tersebut. Kawasan ini pada dasarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang telah berabad-abad, bahkan perkembangan beberapa kota di antaranya diawali oleh keberadaan permukiman ini. Pada perkembangan selanjutnya kawasan tepi air ini menjadi tempat yang menarik untuk Permukiman dan berbagai kegiatan lain karena berbagai alasan. Akan tetapi, pengembangan kawasan ini sering mengabaikan keberadaan masyarakat setempat, sehingga pada akhirnya harus menanggung beban akibat perubahan pemanfaatan lahan. Kota pantai/tepi laut sebagai salah satu bentuk kota tepi air pada dasarnya berakar pada faktor-faktor 24 geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad telah menjadi bagian dari jalur perdagangan internasional. Pada perkembangan selanjutnya kawasan ini menjadi tempat yang menarik untuk permukiman. Gejala tersebut dapat terjadi karena berbagai alasan, antara lain: - Merupakan kawasan alternatif permukiman kota bagi kaum urbanis miskin. - Merupakan peluang bagi kemudahan transportasi. - Menjadi pintu gerbang alami untuk perdagangan antar tempat yang terpisahkan oleh laut. Kondisi tersebut menyebabkan tingginya laju pertumbuhan perkotaan, dimana kawasan kota pantai cenderung tumbuh lebih cepat, baik secara demografis maupun ekonomis daripada kota-kota di wilayah lain. Namun karena pesatnya perkembangan transportasi darat dan pusat-pusat kegiatan baru di luar kawasan tepi air, maka kawasan kota tepi air mulai kehilangan keunggulannya. Sebagian besar pemanfaatan ruang kawasannya hanya digunakan untuk kegiatan pelabuhan, pergudangan dan perikanan. Dengan adanya berbagai kepentingan yang berbeda, pengembangan kota tepi air dapat mengakibatkan terjadinya konflik/friksi, antara lain : - - Kepentingan antar institusi pemerintah, baik pusat, daerah maupun pengelola pelabuhan. Antara kepentingan komersial dan sosial. Antara kepentingan publik dan individu. 3.3. Kedudukan Kawasan Pesisir (Kota Pantai) Kedudukan Kawasan Pesisir (Kota Pantai) merupakan kawasan yang menunjukkan bahwa : - Batasan kawasan pesisir (kota pantai) tidak hanya mencakup bagian kota di darat dan berhadapan dengan laut saja, tetapi juga mencakup bagian yang berada di atas air. Bahkan perkembangan beberapa kota diawali oleh keberadaan permukiman di atas air ini. - Orientasi kegiatan kota pantai berbasis darat dan laut, seperti perdagangan, pelabuhan dan transportasi, perikanan, serta permukiman. Kedudukan kawasan pesisir (kota pantai) merupakan bagian tak terpisahkan (integral) dari beberapa kawasan lain di kota induknya, seperti: kawasan perdagangan, permukiman, wisata, transportasi, dan kawasan pertahanan keamanan. Secara skematik dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 25 A E E E E E Orientasi kegiatan ke air B E E E E C D Orientasi kegiatan ke darat Keterangan : A: Laut B: Daratan C: Kawasan Kota Pantai D: Kota Induk E: Kawasan-kawasan lain di Kota Pantai (Perdagangan, Pendidikan, dll) Gambar 1. Kedudukan Kawasan Kota Pantai Pesisir Teluk Kendari, ada 4 (empat) kelurahan sebagai lokasi 3.4. Fungsi Kawasan Kota alternatif yang terletak di kawasan Pantai Kawasan kota pantai di pesisir/ Teluk Kendari, yaitu : Indonesia menunjukkan fungsi a. Kel. Sambuli. kawasan sebagai : b. Kel. Todonggeu. a. K a w a s a n komersial c. Kel. Nambo. (perdagangan); d. Kel. Bungku Toko (pulau). b. Kawasan budaya, pendidikan dan Setelah di lakukan survai lingkungan hidup; awal di lapangan, dapat disimpulkan c. Kawasan peninggalan bersejarah; bahwa lokasi yang memungkinkan d. Kawasan permukiman; untuk dijadikan obyek kajian adalah d. Kawasan wisata (rekreasi); Kelurahan Sambuli dan Todonggeu. e. Kawasan pelabuhan dan Hal ini didasarkan pada pengamatan transportasi; secara visual, bahwa kedua tempat f. Kawasan pertahanan keamanan. tersebut banyak terdapat bangunan yang berada di tepi pantai dan di atas permukaan air laut. Sehingga 4. PENGENALAN LOKASI kedua tempat tersebut cukup 4.1. Dasar Pertimbangan mewakili daerah lainnya. Lihat Pemilihan Kelurahan Sambuli gambar di bawah ini. dan Todonggeu di Kecamatan Abeli sebagai Lokasi Kasus Kecamatan Abeli merupakan Kecamatan yang terletak di kawasan 26 Lokasi Kelurahan Sambuli Lokasi Kelurahan Tondonggeu Gambar 2. Lokasi Kelurahan Sambuli dan Kelurahan Tondonggeu Kecamatan Abeli, Kota Kendari Kabupaten Konawe Selatan (Pegunungan Nipah-Nipah). Ditinjau dari Aspek Fisik 4.2. Profil Kelurahan Sambuli Kelurahan Sambuli termasuk Dasar, Kelurahan Sambuli sebagian dalam wilayah administrasi besar memiliki kemiringan lereng Kecamatan Abeli, terletak di sebelah yang relatif datar yaitu 0–3%, Tenggara Teluk Kendari. Secara namun ke arah selatan merupakan geografis, Kelurahan Sambuli kawasan perbukitan dengan letaknya sangat strategis sebagai kemiringan lereng sebagian besar pintu masuk wilayah kota Kendari 25-40% dan sebagian 18–25%. dari arah barat kota (Kecamatan Sedangkan, sebelah Utara, Moramo, Kabupaten Konawe merupakan kawasan laut Teluk Selatan) serta langsung menghadap Kendari yang rentan terhadap ke Laut Banda. pasang gelombang laut. Sehingga Batas Administrasi Kelurahan Kelurahan Sambuli ini relatif rawan Sambuli adalah sebagai berikut : terhadap banjir, karena dari arah - Sebelah Utara berbatasan Utara rentan terhadap gelombang dengan Teluk Kendari. pasang air laut. Sedangkan sebelah Selatan merupakan kawasan perbukitan, sehingga ketika curah hujan cukup tinggi air mengalir - Sebelah Barat berbatasan dengan menuju Kelurahan Sambuli. Kelurahan Nambo. Arahan Pemanfaaatan Ruang - Sebelah Timur berbatasan Kelurahan Sambuli dan TodongGeu dengan Kelurahan Todonggeu. berdasarkan Dokumen Rencana - sebelah Selatan berbatasan Tata Ruang Wilayah Kota Kendari dengan Kecamatan Moramo, dan Rencana Detail Tata Ruang Kota Poasia (Kecamatan Abeli), 27 diarahkan sebagai Kawasan Perumahan dan Industri. Kelurahan ini dilintasi oleh Jalan Poros yang direncanakan sebagai Jalan Kolektor Primer menuju ke Kecamatan Moramo dan dihubungkan oleh Jalan Lokal yaitu Jalan Perkebunan dan Jalan Serbaguna menuju kawasan perumahan nelayan. 4.3. P r o f i l Kelurahan Todonggeu Kelurahan Todonggeu yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Abeli, terletak di sebelah Tenggara Teluk Kendari. Secara geografis, Kelurahan Todonggeu letaknya sangat strategis sebagai pintu masuk wilayah kota Kendari dari arah barat kota (Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan) serta langsung menghadap ke Laut Banda. Batas Administrasi Kelurahan Todonggeu adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari. - Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sambuli. - Sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan (Pegunungan NipahNipah). Ditinjau dari Aspek Fisik Dasar, Kondisi fisik dasar Kelurahan TodongGeu hampir sama dengan Kelurahan Sambuli yaitu sebagian besar memiliki kemiringan lereng yang relatif datar yaitu 0–3%, namun ke arah selatan merupakan kawasan perbukitan dengan kemiringan lereng sebagian besar 25-40 % dan sebagian 18–25 %. Sedangkan, sebelah Utara, merupakan kawasan laut Teluk Kendari yang rentan terhadap pasang gelombang laut. Sehingga Kelurahan TodongGeu ini relatif rawan terhadap banjir, karena dari arah Utara rentan terhadap gelombang pasang air laut. Sedangkan sebelah Selatan dan Timur merupakan kawasan perbukitan, sehingga ketika curah hujan cukup tinggi air mengalir menuju Kelurahan Todonggeu serta rawan terhadap bencana longsor. Kelurahan ini dilintasi oleh Jalan Poros yang direncanakan sebagai Jalan Kolektor Primer menuju ke Kecamatan Moramo (Kabupaten Konawe Selatan) serta dihubungkan oleh jalan Lokal Bhakti ABRI dan Jalan Pendidikan ke kawasan Permukiman nelayan. 5. KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN PESISIR KOTA KENDARI 5.1. Kelurahan Sambuli 5.1.1. Masa bangunan Masa bangunan terdiri dari dua macam, yaitu : a. Bangunan di darat Bangunan yang terletak di darat, ditata mengikuti bentuk pola jalan lingkungan. Pada lingkungan RW 01, pola masa bangunan berbentuk linier. Bangunan menghadap ke arah jalan lingkungan, bangunan yang berada di sisi laut menutupi pandangan ke laut. Untuk RW 02, bangunan mengikuti pola jalan utama berbentuk kurvelinier, sedangkan jalan lingkungan berbentuk grid. Tata bangunan yang ada di darat pada RW 02 sudah teratur. b. Bangunan di atas air laut Bangunan ditata dengan bentuk tidak teratur, jaringan jalan untuk akses juga tidak teratur. 28 Gambar 3. Peta Kelurahan Sambuli RW 01, Kecamatan Abeli, Kendari 5.1.2. Penampilan bangunan Penampilan bangunan terdiri dari 2(dua) macam, yaitu : a. Bangunan langsung berdiri di atas tanah, jenis ini kebanyakan berada di darat/ tepi pantai. b. Bangunan panggung, jenis ini kebanyakan berada di atas permukaan air laut. Kebanyakan atap bangunan berbentuk pelana, dinding luar Gambar 4. Peta Kelurahan Sambuli RW 02, Kecamatan Abeli, Kendari dilengkapi dengan bukaan seperti pintu dan jendela.Untuk rumah panggung yang berada di atas permukaan air laut, untuk mencapainya melalui jembatan yang dibuat dari bahan kayu, dan dilengkapi dengan tangga untuk turun ke air laut.Lihat beberapa gambar berikut ini. Gambar 5. Rumah panggung terletak di atas tanah berpasir, kondisi air laut surut. Gambar 6. Rumah panggung terletak di atas tanah berpasir, kondisi air laut surut. Gambar 7. Rumah panggung terletak di pinggir laut, pada bagian depan terlihat jalan masuk dibuat dari kayu. Gambar 8. Rumah panggung terletak di pinggir laut di atas permukaan air laut yang sedang surut. 29 5.1.3. Struktur dan bahan bangunan Struktur bangunan terdiri dari : 1) Struktur bawah/ pondasi Bangunan yang berada di darat menggunakan pondasi . Gambar 9. Rumah panggung berdiri di atas permukaan air laut ditunjang tiang kayu. 2) langsung berupa pondasi lajur batu kali. Sedangkan bangunan yang berada di atas permukaan air laut menggunakan tiang kayu, atau umpak yang dibuat dari pasangan batu/ batu bata Gambar 10. Rumah di darat berdiri di atas pondasi lajur batu kali Struktur atas Dibuat dari rangka kuda-kuda dari bahan kayu/ bambu. Gambar 11. Bangunan panggung dengan rangka kuda-kuda dibuat dari bahan bambu. Gambar 12. Bangunan panggung dengan rangka kuda-kuda dari bahan kayu. 3) Dinding Dibuat dari bahan kayu atau bambu. Gambar 13. Dinding dibuat dari papan kayu 4) Lantai Gambar 14. Dinding dibuat dari bilik bambu. a. Bangunan di darat menggunakan lantai plester semen, ubin, dan tanah. 30 b. Bangunan di atas permukaan air laut menggunakan bahan kayu/ Gambar 15. Bangunan lantainya dibuat dari bahan plester semen 5.1.4. Penahan gelombang Penahan gelombang yang ada di kelurahan Sambuli terdiri dari : a) Dinding dari pasangan batu, dan b) Tanaman bakau (mangrove). Gambar 17. Dinding penahan gelombang dari pasangan batu untuk menahan gelombang air laut. 5.1.5. Dermaga Gambar 19. Dermaga dibuat dari pasangan batu. 5.2. Kelurahan Todonggeu 5.2.1. Masa bangunan Masa bangunan di kelurahan Tondonggeu berbentuk cluster, sebagian berada di darat dan lainnya bambu. Gambar 16. Bangunan lantainya dibuat dari bahan kayu atau bambu. Lihat gambar dibawah ini. Gambar 18. Pohon bakau yang masih kecil berfungsi untuk menahan gelombang air laut. Untuk kegiatan nelayan bongkar muat perahu disediakan fasilitas dermaga. Gambar 20. Dermaga dibuat dari pasangan batu. berada di atas air laut. Lingkungan ini dilengkapi dengan fasilitas dermaga, dan berada di tepi jalan raya. Lihat gambar di bawah ini. 31 Gambar 21. Peta Kelurahan Tondonggeu Kecamatan Abeli, Kendari 5.2.2. Penampilan bangunan Penampilan bangunan terdiri dari 2(dua) macam, yaitu : a. Bangunan langsung berdiri di atas tanah, jenis ini kebanyakan berada di darat/ tepi pantai. b. Bangunan panggung, jenis ini kebanyakan berada di atas permukaan air laut. Atap bangunan berbentuk pelana, dinding luar dilengkapi dengan bukaan seperti pintu dan jendela. Untuk rumah panggung yang berada di atas permukaan air laut, untuk mencapainya melalui jembatan yang dibuat dari bahan kayu, dan dilengkapi dengan tangga untuk turun ke air laut. Lihat beberapa gambar berikut ini. Gambar 22. Rumah panggung terbuat dari bahan kayu dan bambu, untuk mencapai rumah dihubungkan dengan jembatan kayu. Gambar 23. Rumah panggung berdiri diatas umpak pasangan batu kali, konstruksi rumah terbuat dari bahan kayu dan bambu. Gambar 24. Rumah panggung terbuat dari bahan Gambar 25. Rumah panggung terbuat dari 32 kayu dan bambu, untuk mencapai rumah dihubungkan dengan jembatan kayu. Gambar 26. Perumahan diatas permukaan air laut, model rumah berbentuk panggung, jarak muka air laut dengan lantai sekitar 2m. 5.2.3. Struktur dan bahan bangunan Struktur bangunan terdiri dari : 1) Struktur bawah/ pondasi Bangunan yang berada di darat menggunakan pondasi Gambar 28. Bangunan panggung ditunjang tiang kayu bahan kayu dan bambu, untuk mencapai rumah dihubungkan dengan jembatan kayu, Gambar 27. Perumahan diatas permukaan air laut, bangunan yang berada ditepi berhubungan langsung dengan jalan lingkungan. langsung berupa pondasi lajur batu kali. Sedangkan bangunan yang berada di atas permukaan air laut menggunakan tiang kayu, atau umpak yang dibuat dari pasangan batu/ batu bata. Gambar 29. Bangunan panggung ditunjang umpak dari pasangan batu 2) Struktur Atas Dibuat dari rangka kuda-kuda dari bahan kayu/ bambu. Gambar 30. Bangunan dengan rangka kudakuda kayu Gambar 31. Bangunan dengan rangka kudakuda kayu 3) Dinding Dibuat dari bahan kayu atau bambu. 33 Gambar 32. Dinding dibuat dari papan kayu 4) Lantai Bangunan yang berada di darat menggunakan lantai plester semen, ubin, dan tanah. Bangunan yang berada di atas permukaan air Gambar 34. Lantai dibuat dari bahan kayu/ bambu 5.2.4. Penahan gelombang Penahan gelombang di perumahan Tondonggeu berupa dermaga dan dinding yang dibuat dari pasangan batu. Gambar 33. Dinding dibuat dari papan kayu laut menggunakan bahan kayu/ bambu. Gambar 35. Lantai dibuat dari bahan kayu/ bambu 5.2.5. Dermaga Untuk kegiatan nelayan bongkar muat dari perahu disediakan fasilitas dermaga, lihat gambar di bawah ini. Gambar 36. Dermaga dibuat dari pasangan batu , bagian atasnya dilapisi paving blok 6. KESIMPULAN Dari pembahasan yang telah dilakukan tentang identifikasi ciriciri perumahan di kawasan pesisir kelurahan Sambuli dan Tondonggeu kecamatan Abeli kota Kendari dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Lokasi perumahan Lokasi perumahan menempati daerah pantai/ tepi laut, yaitu 34 2) 3) 4) 5) kawasan di mana daratan dan air laut bertemu, kawasan tersebut merupakan kawasan dinamis dan unik dari suatu kota, disamping itu juga sangat strategis karena mudah dicapai dari daratan dan laut. Tapak Bangunan Tapak Bangunan menempati di daratan tepi pantai/ tepi laut dan di atas permukaan air laut. Masa Bangunan Masa bangunan pada ke dua lokasi berbentuk sebagai berikut : a. Masa bangunan di kelurahan Sambuli yang berada di daratan sudah teratur, sedangkan yang di atas permukaan air laut bentuknya tidak teratur. b. Masa bangunan di kelurahan Tondonggeu berbentuk cluster, dan sudah teratur. Penampilan Bangunan Penampilan bangunan terdiri dari 2(dua) macam, yaitu : a. Bangunan langsung berdiri di atas tanah, jenis ini kebanyakan berada di darat/ tepi pantai. b. Bangunan panggung, jenis ini kebanyakan berada di atas permukaan air laut. Kebanyakan atap bangunan berbentuk pelana, dinding luar dilengkapi dengan bukaan seperti pintu dan jendela. Untuk rumah panggung yang berada di atas permukaan air laut, untuk mencapainya melalui jembatan yang dibuat dari bahan kayu, dan dilengkapi dengan tangga untuk turun ke air laut. Struktur Struktur bangunan terdiri dari : a) Struktur bawah / pondasi Bangunan yang berada di darat menggunakan pondasi langsung berupa pondasi lajur batu kali. Sedangkan bangunan yang berada di atas permukaan air laut menggunakan tiang kayu, atau umpak yang dibuat dari pasangan batu/ batu bata b) Struktur atas Dibuat dari rangka kudakuda dari bahan kayu/ bambu. c) Dinding Dibuat dari bahan kayu atau bambu. d) Lantai - Bangunan yang berada di darat menggunakan lantai plester semen, ubin, dan tanah. - Bangunan yang berada di atas permukaan air laut menggunakan bahan kayu/ bambu. 6) Penahan Gelombang Penahan gelombang dapat terdiri dari : a) Dinding dari pasangan batu, dan b) Tanaman bakau. 7) Dermaga Untuk kegiatan nelayan bongkar muat barang dengan perahu disediakan fasilitas dermaga. 7. DAFTAR PUSTAKA Broabent, Geoffrey, Design In Architecture, John Wiley & Sons Ltd, 1973. Francis D.K.Ching, Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya, Penerbit Erlangga, 1984. James C. Snyder, Anthony J.Catanese, Pengantar Arsitektur, Penerbit Erlangga, 1985. Rob Krier, Komposisi Arsitektur, Penerbit Erlangga, 2001. 35 ---------------, Kendari Dalam Angka 2008, Badan Pusat Statistik Kota Kendari. Biodata Penulis: Djumiko, S-1 Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang ( 1982), S-2 Teknik Arsitektur pada alur Perancangan Arsitektur Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung (1993), dan pengajar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan (FT. UTP) Surakarta ( 1986- sekarang). 36