1 hubungan pengetahuan dengan sikap kesehatan jiwa remaja di

advertisement
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP KESEHATAN JIWA REMAJA
DI SMK X CIMAHI
Eko Kurniaseputra*, BM. Siti Rahayu**, Lesta Livolina***,
*STIKes Santo Borromeus
Jl. Parahyangan Kav.8 Blok B No.1 Kota Baru Parahyangan, Kec. Padalarang
Kab. Bandung Barat Jawa Barat 40558
 [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 sekitar 2.386.323 jiwa remaja mengalami gangguan mental
emosional. Remaja adalah periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa berlangsung antara 10-19
tahun dimana terjadi perubahan fisik, seksual, dan mental. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan
pengetahuan dengan sikap kesehatan jiwa remaja di SMK X Cimahi. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat
emosional, psikologis, dan sosial terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping
yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional. Metode yang digunakan adalah metode
kuantitatif, desain deskriptif korelasi dan pendekatan cross sectional dengan teknik stratified random sampling
didapat sebanyak 253 responden. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa 66,8% respoden memiliki
pengetahuan yang baik tentang kesehatan jiwa dan 53% sikap kesehatan jiwa responden negatif. Hasil analisa
bivariat menggunakan chi-squere menunjukkan adanya hubungan pengetahuan dengan sikap kesehatan jiwa
remaja di SMK X Cimahi (p value 0,018<0,05). Saran peneliti adalah agar SMK X Cimahi mengadakan
kegiatan manajeman diri, mengadakan kegiatan olahraga dua kali seminggu, kegiatan keagamaan satu kali
sebulan dengan memberikan penghargaan, melanjutkan dan meningkatkan program parenting yang telah
dilaksanakan.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kesehatan Jiwa, Remaja
membentuk dan memperlihatkan identitas diri, dan
ciri-ciri yang khas dari dirinya.
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa yang sangat
penting dalam siklus kehidupan manusia dimana
terjadi perubahan baik perubahan fisik, seksual,
maupun mental. Pada usia ini, umumnya remaja
sedang duduk di bangku sekolah menengah (Ali &
Asrori, 2014). Menurut kamus besar bahasa
Indonesia (2008), remaja adalah seorang manusia
yang sudah bukan kanak-kanak lagi. Menurut
Startrock dalam Sumiati, dkk (2009), remaja
didefinisikan
sebagai
periode
transisi
perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa yang berlangsung antara 10-19 tahun yang
terdiri dari remaja awal (10-14 tahun), remaja
tengah (15-16 tahun) dan remaja akhir (17-19
tahun).
Indonesia
memiliki
remaja
yang
berprestasi, untuk tahun ini sebanyak empat siswa
SMA yang termasuk dalam tim olimpiade biologi
Indonesia berhasil meraih satu mendali emas, dua
mendali perak dan satu mendali perunggu dalam
ajang kompetisi Internasional Biology Olympiad
(IBO) ke-26 yang berlangsung di Aarhus, Denmark
pada 21 Juli 2015 kemarin, prestasi ini adalah salah
satu contoh prestasi yang diraih oleh remaja karena
sebenarnya masih banyak lagi prestasi lain yang
sudah diraih oleh remaja Indonesia (Kemdikbud,
2015).
Menurut Sumiati, dkk (2009), prestasi
yang diraih remaja dipengaruhi oleh tugas
perkembangan remaja yang terfokus pada
bagaimana remaja melewati masa kanak-kanak dan
mempersiapkan diri sebagai orang dewasa. Namun
bila ada hambatan dalam tugas perkembangan ini,
dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa jika
tidak terselesaikan dengan baik.
Menurut Erik Erikson dalam L. Videbeck
(2008), tahap perkembangan yang harus dipenuhi
oleh remaja adalah identitas versus bingung peran,
dimana remaja harus memunculkan kepercayaan
diri terhadap kemampuan, dan merasa senang akan
prestasi sebagai persiapan ke arah kedewasaan
didukung pula oleh kemampuan dan kecakapankecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk
Menurut Johnson dalam L. Videbeck
(2008) kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat
1
emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari
hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku
dan koping yang efektif, konsep diri yang positif,
dan kestabilan emosional. Ciri-ciri orang yang
sehat jiwanya menurut Depkes dalam sumiati, dkk
(2009) adalah merasa nyaman terhadap dirinya,
merasa nyaman berhubungan dengan orang lain,
dan mempunyai kebutuhan hidup.
Perlu dilakukan antisipasi agar kesehatan jiwa
masyarakat tetap terjaga. Istilah lain gangguan
mental emosional adalah distres psikologik dan
distres emosional.
Gangguan mental emosional pada
kelompok usia remaja per Provinsi dalam
Riskesdas tidak dihitung, akan tetapi jika
diasumsikan dari angka Nasional sebanyak 5,6 %
per Provinsi yang mengalami gangguan mental
emosional, maka secara absolut jumlah remaja
yang mengalami gangguan mental emosional
khususnya di Provinsinya Jawa Barat yang
memiliki remaja sekitar 7.879.142 jiwa adalah
sebanyak 441.231 jiwa. Sebuah jumlah yang cukup
besar, oleh karenanya menjadi tantangan yang
cukup berat bagi pelayanan kesehatan remaja saat
ini (Riskesdes, 2013).
Masalah kesehatan jiwa dapat berasal dari
diri remaja itu sendiri, hubungan orang tua dengan
remaja atau akibat interaksi sosial di luar
lingkungan keluarga, sehingga akibatnya dapat
terjadi masalah kesehatan jiwa dengan manifestasi
bermacam-macam, seperti kesulitan belajar,
bingung peran, kenakalan remaja dan perilaku
seksual yang menyimpang dapat menjadi stressor
bagi remaja (Sumiati dkk, 2009).
Menurut
Indarjo
(2009)
dalam
penelitiannya tentang kesehatan jiwa remaja,
apabila remaja tidak mampu mengatasi berbagai
stresor yang ada, dapat timbul berbagai kondisi
yang negatif seperti cemas, depresi, bahkan dapat
memicu munculnya gangguan psikotik. Keadaan
seperti ini dapat mengakibatkan berbagai
permasalahan yang kompleks pada remaja, baik
fisik, emosi maupun sosial, misalnya dapat timbul
berbagai keluhan fisik yang tidak jelas sebabnya
ataupun berbagai permasalahan yang berdampak
sosial, seperti malas sekolah, membolos, ikut
perkelahian antar pelajar, menyalah gunakan
narkotika, psikotro pika, zat adiktif (NAPZA), dan
lain-lain. Apabila tidak segera di atasi, kondisi
tersebut dapat berlanjut sampai masa dewasa, dan
akan lebih berkembang lagi ke arah yang lebih
negatif seperti terbentuknya kepribadian anti sosial
maupun kondisi psikotik yang kronis.
Remaja pertengahan terjadi di usia 15-16
tahun, pada tahap ini remaja lebih mudah untuk
diajak kerjasama karena intelektual lebih
berkembang dan ingin tahu tentang banyak hal,
sehingga mereka belajar berpikir secara
independent dan membuat keputusan sendiri serta
mereka terus menerus bereksperiment untuk
mendapatkan citra diri yang dirasakan nyaman bagi
mereka, Merasa perlu mengumpulkan pengalaman
baru, mengujinya walaupun beresiko akibatnya
mereka mulai bereksperimen dengan rokok,
alkohol dan kadang-kadang Napza yang akan
berdampak burup terhadap perkembangan mental
emosionalnya (Sumiati dkk, 2009).
Menurut
Widakdo
(2013)
dalam
penelitianya tentang efek penyakit kronis terhadap
gangguan mental emosional, menunjukkan bahwa
pengetahuan yang lebih berdampak terhadap
kemampuan seseorang dalam mengatasi persoalan
hidup dan cenderung mampu mengatasi
permasalahan. Untuk itu, risiko mengalami
gangguan mental emosional didapatkan lebih
rendah. Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2011),
Sikap merupakan perasaan yang umum atau cara
pandang individu mengorganisasi pengetahuannya
tentang dunia. Sikap seperti penuh harapan,
optimis, pesimis, positif, dan negatif memengaruhi
cara kita memandang dunia dan individu. Sikap
mental positif terbentuk ketika individu memilih
untuk memiliki cara pandang yang positif terhadap
Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas)
tahun 2013 menunjukkan bahwa gangguan mental
emosional yang dialami remaja sebesar 5,6 % dari
jumlah remaja usia 15 tahun keatas sebanyak
42.612.927 jiwa, maka secara absolut di Indonesia
terdapat sekitar 2.386.323 jiwa remaja yang
mengalami gangguan mental emosional (Riskesdes,
2013). Menurut Idaiani, dkk (2009) dalam
penelitiannya tentang analisis gejala gangguan
mental emosional penduduk Indonesia, gangguan
mental emosional merupakan suatu keadaan yang
mengindikasikan individu mengalami suatu
perubahan emosional yang dapat berkembang
menjadi keadaan patologis apabila terus berlanjut.
2
pengalaman, komentar,
Videbeck, 2008).
atau
penilaian
(L.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4
Desember 2015.
Berdasarkan hasil wawancara kepada 10
siswa-siswi SMK X Cimahi tentang pengetahuan
kesehatan jiwa remaja didapatkan 3 orang mampu
menyebutkan ciri-ciri kesehatan jiwa seperti
mampu menerima diri apa adanya, mampu
bersosialisasi dengan orang lain, memiliki harapan
yang baik terhadap kehidupannya seperti
mempunyai cita-cita, 7 orang tidak mampu
menjawab dengan tepat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada 235
responden di SMK X Cimahi komplek Sangkuriang
Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat, dengan hasil
sebagai berikut :
1.
Hasil wawancara kepada 10 siswa-siswi
SMK X Cimahi tersebut tentang sikap kesehatan
jiwa remaja didapatkan 3 orang mengatakan merasa
nyaman dengan penampilan dirinya, 7 orang
menggatakan tidak pernah merasa nyaman dengan
dirinya. 4 orang mengatakan pernah memiliki
prestasi yang di banggakan seperti menjuarai
pertandingan sepak bola di desanya dan juara di
kelas, 6 orang tidak mempunyai prestasi apapun
yang dibanggakannya. 10 orang mengatakan
memiliki banyak harapan hidup atau cita-cita
seperti ingin menjadi tentara, pemain bola, dan
pengusaha, ingin menjadi orang sukses dan
membahagiakan orang tua sampai membuat
mereka naik haji. 5 orang mengatakan sering
merasa diabaikan dalam kelompokmya. 5 orang
mengatakan merasa sangat dibutuhkan dalam
kelompok. 4 orang mengatakan ketika menghadapi
masalah mereka lebih senang meminta pendapat
dan mencurahkan isi hatinya kepada orang tua atau
teman, sedangkan 6 orang mengatakan ketika
menghadapi masalah mereka lebih banyak
menangis dan malu menceritakan masalahnya
kepada orang lain.
Hasil Analisis Univariat
a. Pengetahuan Tentang Kesehatan Jiwa
Remaja
Pengetahuan dalam penelitian ini
adalah pengetahuan siswa-siswi SMK X
Cimahi tentang kesehatan jiwa remaja.
Peneliti mendapatkan hasil bahwa
sebagian besar responden (66,8%) atau
sebanyak 169 siswa-siswi SMK X
Cimahi memiliki pengetahuan yang baik
tentang kesehatan jiwa remaja.
Dewasa
ini,
dengan
adanya
perkembangan teknologi dan komunikasi
menyebabkan informasi semakin mudah
untuk didapatkan, salah satunya melalui
media massa seperti televisi, internet,
majalah, koran, dan lain-lain. Peneliti
mendapatkan hasil bahwa sebagian
responden (43,9%) atau sebanyak 111
siswa-siswi SMK X Cimahi pernah
mendapatkan
informasi
tentang
kesehatan jiwa remaja melalui media
massa. Hasil penelitian ini sama dengan
hasil penelitian Adidisi Dyah Prasetyo
(2009), yang menyatakan bahwa ada
hubungan banyaknya media massa
dengan tingkat pengetahuan seseorang
dengan p value 0,00<0,05.
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti
tertarik untuk meneliti tentang “hubungan
pengetahuan dengan sikap kesehatan jiwa remaja di
SMK X Cimahi”.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif dengan desain
deskriptif korelasi dan pendekatan cross sectional
yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan
pengetahuan dengan sikap kesehatan jiwa remaja di
SMK X Cimahi.
Dalam penelitian ini terdapat 20
pernyataan
mengenai
pengetahuan
tentang kesehatan jiwa remaja, dan
peneliti mendapatkan hasil bahwa
pernyataan yang paling sulit di jawab
atau sebesar 34,4% dari responden tidak
WAKTU PENELITIAN
3
menjawab
dengan
benar
adalah
mengenai indikator kesehatan jiwa
remaja tentang “dapat berhubungan
dengan orang lain” pada pernyataan
nomor 13 yaitu “sering merasa
diacuhkan dalam suatu kelompok akan
berdampak buruk pada kesehatan
jiwanya”, menurut Herry Stack Sullivan
(1892-1949) hubungan yang tidak
adekuat atau tidak memuaskan dengan
orang lain dapat menimbulkan ansietas,
yang menurutnya merupakan dasar
untuk semua masalah emosional,
sehingga akan berakibat buruk pada
proses kegiatan pembelajaran siswasiswi yang akan membuat prestasinya
menurun. Pada tahap kehidupannya,
remaja berfokus pada hubungan
interpersonalnya dengan saling berbagi
khususnya pada lawan jenis dimana
remaja memiliki kesempatan untuk
menjalani pengalaman sosial yang baru.
yang meliputi resilience dan spiritual
atau religiusitas. Resilience adalah
respon yang sehat terhadap
lingkungan yang menimbulkan
stres atau situasi yang beresiko,
sedangkan spiritualitas atau religiusitas
mencakup keyakinan kepada Tuhan atau
keyakinan yang lebih tinggi dan praktek
keagamaan.
Peneliti
mendapatkan
hasil
bahwa sebagian besar responden
(73,1%) atau sebanyak 185 siswa-siswi
SMK X Cimahi jarang mengikuti
kegiatan keagamaan. Hasil penelitian
sama dengan penelitian Dhita Luthfi
Aisha (2014) yang menunjukkan bahwa
ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara religiusitas dengan
resilience pada remaja, yang ditunjukkan
dengan nilai p value = 0,00 sehingga
semakin tinggi nilai religiusitas maka
semakin tinggi pula resilience, dan
sebaliknya
semakin
kecil
nilai
religiusitas maka semakin kecil pula
resilience, yang akan mengakibatkan
remaja
mudah
stres
sehingga
berpengaruh pada sikap kesehatan
jiwanya.
Informasi
yang
didapat
oleh
responden melalui media massa atau
melalui orang tua dan orang lain belum
dapat memenuhi kebutuhan responden
akan pengetahuan tentang kesehatan
jiwa remaja, oleh karena itu perlu adanya
peningkatan sumber informasi yang
dapat dikelola oleh pendidikan, maupun
dari orang tua yang diberikan kepada
responden sehingga informasi tentang
kesehatan jiwa remaja bisa diperoleh
secara optimal.
b.
Peneliti
mendapatkan
hasil
bahwa sebagian besar responden
(62,8%), atau sebanyak 159 siswa-siswi
SMK X Cimahi hanya melakukan
kegiatan olahraga sebanyak satu kali
seminggu, hal ini sama dengan
penelitian Rony Wahyudi, dkk (2015),
yang menunjukkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara kebiasaan
berolahraga dengan tingkat stres, dengan
nilai p value = 0,045. Hal ini
menunjukkan bahwa kurangnya olahraga
dapat memengaruhi tingkat stres yang di
alami oleh siswa-siswi SMK X Cimahi
sehingga dapat berakibat pada sikap
kesehatan jiwanya.
Sikap Kesehatan Jiwa Remaja
Sikap dalam penelitian ini adalah
sikap kesehatan jiwa remaja.siswa-siswi
SMK X Cimahi.
Peneliti
mendapatkan
hasil
bahwa sebagian responden (53%) atau
sebanyak 134 Siswa-siswi di SMK X
Cimahi, memiliki sikap kesehatan jiwa
remaja yang negatif.
Dalam penelitian ini terdapat 21
pernyataan mengenai sikap kesehatan
jiwa remaja, dan peneliti mendapatkan
hasil bahwa pernyataan yang paling sulit
di jawab atau sebanyak 40% dari
Menurut L.Videbeck (2008)
salah satu faktor yang mempengaruhi
kesehatan jiwa adalah faktor internal
4
responden tidak menjawab dengan benar
adalah mengenai indikator kesehatan
jiwa remaja tentang “mempunyai
kebutuhan hidup” dimana responden
menyatakan
sangat
setuju
pada
pernyataan nomor 21, yaitu “saya sulit
mengambil keputusan jika sedang
banyak masalah”. Menurut Sumiati dkk
(2009), masa remaja adalah masa yang
banyak masalah, hal ini terjadi karena
tidak terbiasanya remaja menyelesaikan
masalah sendiri tanpa meminta bantuan
orang lain sehingga kadang-kadang
terjadi penyelesaian yang tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Menurut
Hurlock dalam Sumiati dkk (2009),
remaja umumnya memiliki kondisi
emosi yang labil, pengalaman emosi
yang ekstrem dan selalu merasa
mendapatkan tekanan, hal ini dapat di
perburuk apabila remaja tidak memilki
mekanisme koping yang baik, untuk itu
diperlukan adanya berbagai kegiatan
yang dapat meningkatkan kepercayaan
diri remaja salah satunya adalah kegiatan
manajeman diri.
Peneliti
mendapatkan
hasil
bahwa sebagian responden (43,9%) atau
sebanyak 111 siswa-siswi SMK X
Cimahi pernah mendapatkan informasi
tentang kesehatan jiwa remaja melalui
media massa. Menurut Wawan (2011),
salah
satu
faktor
yang
dapat
memengaruhi sikap adalah media massa,
dalam pemberitaan surat kabar maupun
radio atau media komunikasi lainnya,
berita
yang
seharusnya
faktual
disampaikan secara objektif cenderung
dipengaruhi oleh sikap penulisnya,
akibatnya berpengaruh terhadap sikap
konsumennya, hal ini menunjukkan
bahwa media massa dapat memengaruhi
sikap kesehatan jiwa responden.
Peneliti
mendapatkan
hasil
bahwa sangat sedikit responden (19,4%)
atau sebanyak 49 siswa-siswi pernah
mendapatkan
informasi
tentang
kesehatan jiwa remaja dari orang tua
atau orang lain, hal ini sama dengan
laporan yang di dapatkan dari bagian
bimbingan konseling yang menyatakan
bahwa secara umum orang tua atau wali
siswa kurang ikut berpartisipasi aktif
dalam proses pengembangan dan
pembinaan anaknya. Menurut sumiati,
dkk (2009), lingkungan keluarga yang
dapat
berpengaruh
terhadap
perkembangan jiwa remaja adalah pola
asuh keluarga, kondisi keluarga, dan
pendidikan moral dalam keluarga.
Remaja yang berasal dari keluarga yang
penuh perhatian, hangat, dan harmonis
mempunyai
kemampuan
dalam
menyesuaikan diri dan sosialisai yang
baik dengan lingkungan sekitarnya,
maka semakin sedikit masalah yang
dihadapi anak dan begitu juga
sebaliknya.
Menurut penelitian Aulia Puspita
Sarie (2015) ada hubungan yang sangat
signifikan antara hardiness dengan
coping strategi pada siswa yang bekerja
part time di SMK Al-Falah Kota
Bandung. Hardiness adalah kemampuan
individu untuk tahan ketika mengalami
stres. Menurut Kobasa (1979), hardiness
memiliki tiga komponen yang pertama
adalah komitmen yang merupakan
keterlibatan aktif dalam aktivitas
kehidupan, kemudian kontrol yaitu
kemampuan untuk membuat keputusan
yang tepat dalam aktivitas hidup, dan
yang terakhir adalah tantangan yaitu
kemampuan untuk mempersepsikan
perubahan
segala
hal
yang
menguntungkan,
bukan
sekedar
peristiwa yang menyebabkan stres. Hal
ini
menunjukkan
bahwa
ketidakmampuan siswa-siswi mengambil
keputusan jika sedang banyak masalah
dapat dipengaruhi karena kurangnya
hardiness.
Sikap kesehatan jiwa remaja
yang positif bisa di dapatkan dari proses
pendidikan dan pembinaan yang
dilakukan oleh orang tua atau guru di
sekloah serta melalui kegiatan-kegiatan
positif yang dapat dilakukan siswa-siswi
seperti menajeman diri, kegiatan
keagamaan, dan olahraga rutin yang
perlu ditingkatkan.
5
2.
sikap, salah satunya adalah komponen
kognitif yang berkaitan dengan pengetahuan,
pandangan, kayakinan yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan bagaimana sesorang
mempers epsikan sikapnya. Pengetahuan dan
sikap merupakan hal yang berbanding lurus,
dalam arti semakin tinggi pengetahuan siswasiswi tentang kesehatan jiwa remaja maka
semakin tinggi pula sikap kesehatan jiwa
siswa-siswi di SMK X Cimahi begitu pula
sebaliknya jika pengetahuan siswa-siswi
tentang kesehatan jiwa remaja kurang maka
semakin negatif pula sikap kesehatan jiwa
siswa-siswi di SMK X Cimahi.
Hasil Analisis Bivariat
Hasil uji statistik bivariat menggunakan
Chi-squre diperoleh p value kurang dari α
(0,05) yaitu 0,018 yang berarti Ha di terima
dan dinyatakan ada hubungan antara
pengetahuan dengan sikap kesehatan jiwa
remaja di SMK X Cimahi.
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa
sebagian responden (47,3%) atau sebanyak 80
siswa-siswi SMK X Cimahi memiliki
pengetahuan yang baik dengan sikap
kesehatan jiwa remaja yang positif, dan
sebagian responden (52,7%) atau sebanyak 89
siswa-siswi SMK X Cimahi memiliki
pengetahuan yang baik dengan sikap
kesehatan jiwa remaja yang negatif. Hasil uji
statistik menggunakan chi square, diperoleh p
value kurang dari α (0,05) yaitu 0,018 maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan sikap kesehatan
jiwa remaja di SMK X Cimahi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Siswa-siswi SMK X Cimahi memiliki
pengetahuan yang baik tentang kesehatan jiwa
remaja.
2. Siswa-siswi di SMK X Cimahi memiliki sikap
kesehatan jiwa remaja yang negatif.
3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan
sikap kesehatan jiwa remaja di SMK X
Cimahi.
Pengetahuan tentang kesehatan jiwa
remaja dapat dipengaruhi oleh informasi yang
bisa didapatkan responden dari orang tua,
orang lain maupun media massa seperti
televisi, internet, majalah, koran, dan lain-lain
sebagai media pembelajaran mengenai
kesehatan jiwa remaja, informasi yang
didapatkan tersebut dapat memengaruhi sikap
kesehatan jiwanya. Peningkatan pengetahuan
tidak sertamerta menyebabkan terjadinya
perubahan sikap kesehatan jiwa remaja karena
hal ini juga dipengaruhi oleh religiusitas,
olahraga, media massa dan hardiness, namun
kedua variabel ini mempunyai hubungan yang
positif, yakni dengan adanya peningkatan
pengetahuan maka diharapkan terjadinya
perubahan sikap kearah yang lebih baik
(Notoatmodjo, 2011).
Saran
Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi SMK X Cimahi
Peneliti menyarankan kepada SMK Taruna
Mandiri terutama kepada bagian
kemahasiswaan untuk mengadakan:
a. Kegiatan manajeman diri.
b. Kegiatan olahraga dua kali seminggu
c. Kegiatan keagamaan minimal satu bulan
sekali dengan memberikan penghargaan
kepada siswa-siswinya yang telah aktif
ikut serta atas kegiatan yang
diselenggarakan guna menumbuhkan
minat atau daya tarik atas kegiatan
tersebut.
d. Melanjutkan dan meningkatkan program
parenting yang telah dilaksanakan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Christy Dian Lestari
(2013), yang mengatakan bahwa ada
hubungan citra tubuh dengan kepercayaan diri
pada remaja di SMA Santa Maria 3 Cimahi,
dengan nilai p value yaitu 0,033 lebih kecil
dari nilai α (0,05).
2.
Hasil penelitian ini juga mendukung teori
Wawan (2010) yang mengatakan bahwa ada
beberapa komponen yang dapat memengaruhi
6
Bagi orang tua atau wali
Peneliti menyarankan kepada orang tua atau
wali siswa-siswi SMK X Cimahi untuk selalu:
a. Memberikan banyak masukan, arahan
dan bimbingan kepada putra-putrinya
terutama tentang kesehatan jiwa remaja
b.
c.
3.
4.
agar mereka memiliki
pengetahuan,wawasan dan sikap yang
baik tentang kesehatan jiwa remaja.
Mengikuti secara proaktif berbagai
program yang diadakan oleh sekolah
seperti program parenting.
Memotivasi dan melakukan pembinaan
kepada puta-putinya dalam berbagai
bidang akademik maupun non akademik.
Kesehatan
Dasar
2013.
Jakarta:
Balitbangkes.
http://www.depkes.
go.id/resources/download/ 30 Agus tus
2015.
Dian Lestari, Christy (2014). Hubungan Citra
Tubuh dengan Kepercayaan Diri Pada
Remaja di SMA Santa Maria 3 Cimahi.
Program Studi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Kesehatan Santo Borromeus
Padalarang.
Bagi siswa-siswi SMK Taruna Mandiri
Peneliti menyarankan kepada siswa-siswi
SMK X Cimahi untuk terus memperluas
wawasan dan pengetahuan serta sikap tentang
kesehatan jiwa remaja dari berbagai macam
sumber sehingga dapat menjadi individu
dengan karakter yang unggul untuk dapat
menghadapi berbagai macam tantangan
kehidupan dalam menggapai cita-cita sebagai
calon penerus bangsa Indonesia.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk menjadikan hasil penelitian
ini sebagai data pendukung dan acuan.
Peneliti selanjutnya dapat mengambil tema
mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan jiwa remaja,
hubungan tingkat kemandirian remaja dalam
mengambil keputusan dengan tingkat
ketergantungan remaja terhadap orang tua.
Idaiani, Sri, dkk. (2009). Artikel Penelitian.
Analisis
Gejala
Gangguan
Mental
Emosional Penduduk Indonesia, Volume:
59, Nomor: 10. http://indones ia.digital
journals.org/index.php/ 4 September 2015.
Indarjo, Sofwan. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5 (1), hlm.
48-57. http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/.
2 Agustus 2015.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke empat.
(2008). Jakarta: Gramedia.
Keliat, Budi Anna. (2011). Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. (2015). Indonesia Raih Empat
Mendali dari Olimpiade Internasional Biologi.
Jakarta: Kemendikbud. http://www. kemedi
kbud.go.id/main/blog/2015 /07/indo nesiaraih-empat-mendali-dari-. 20 Sepember
2015.
DAFTAR PUSTAKA
Addisi Dyah Prasetyo Nastiti. (2009). Hubungan
Banyaknya Media Massa dengan Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada
Remaja di SMU Negeri 5 Madiun.
http://digilib.unmus.ac.id/d
ownload.php?id=64\46. 11 Desem ber 2015.
L.
Videbeck, Sheila. (2008). Buku
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Ajar
Luthfi Aisha, Dhita. (2014). Hubungan antara
Religiusitas dengan Resiliensi pada Remaja
di Panti Asuhan Keluarga Yatim
Muhammadiyah
Surakarta.
Fakultas
Psikologi Universitas Muham madiyah
Surakarta. http://eprintis. ums. ac.id
/30754/14/02._Naskah_P. 10 Desember
2015.
Ali, Muhammad. (2014). Psikologi Remaja. Jakarta
: PT Bumi Aksara.
Aulia Puspita Sarie. (2015). Hubungan Antara
Hardiness dengan Coping Strategy pada
Siswa yang Bekerja Part Time di SMK AlFalah Kota Bandung. Prosiding Penelitian
SPeSIA.
http://karyailmiah.uisba.ac.
id/index.php/psikologi/article/download/903
/pdf. 9 Desember 2015.
Nasir, Abdul. (2011). Dasar-dasar Keperawatan
Jiwa, Pengantar Dan Teori. Jakarta:
Salemba Medika.
Badan Penelitian dan Pengemba ngan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI (2013). Riset
7
Notoatmodjo, Soekidjo. (2011). Kesehatan
Masyarakat, Ilmu & Seri. Jakarta: Rineka
Cipta.
Wawan. A & Dewi M. (2011). Teori dan
Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Sumiati, dkk. (2009). Kesehatan Jiwa Remaja dan
Konseling. Jakarta: Trans Info Media.
Widakdo, dkk. (2013). Efek Penyakit Kronis
terhadap Gangguan Mental Emosional.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol.
7,
No.
7.
http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesma
s/articel/viewFile/29/30. 13 Oktober 2015
Wahyudi, Rony (2015). Hubungan Kebiasaan
Berolahraga dengan Tingkat Stres pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Riau Tahun Pertama. JOM FK Volume 2
No.
2.
http://jom.unri.ac
.id/index.php/JOMFDOK/article/.
10
Desember 2015.
Yosep, H. Iyus. (2014). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.
8
Download