IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Kolesterol Darah Itik Cihateup Rata-rata kadar kokesterol darah itik Cihateup yang diberi kitosan iradiasi dan tanpa pemberian kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Kadar Kolesterol Darah Itik Cihateup yang Diberi dan tanpa Kitosan Iradiasi Rataan (mg/dL) 15,585±0,87863a 13,795±0,45084b P1 P2 Keterangan : P1 : Itik Cihateup tanpa pemberian kitosan iradiasi P2 : Itik Cihateup dengan pemberian kitosan iradiasi Huruf yang berbeda (a,b) pada kolom signifikasi menunjukkan hasil berbeda yang nyata dengan P<0,05 Profil Kolesterol Darah Itik Cihateup 15,585 mg/dL 16,000 15,500 15,000 13,795 mg/dL 14,500 14,000 13,500 13,000 12,500 Tanpa Kitosan Iradiasi Kitosan Iradiasi Ilustrasi 4. Profil Kolesterol Darah Itik Cihateup Berdasarkan Tabel 4. dan Ilustrasi 4. menunjukkan bahwa rata-rata kadar kolesterol darah itik Cihateup yang diberi kitosan iradiasi yaitu 13.7946 mg/dL, berbeda nyata lebih rendah (P<0,05) dengan kadar kolesterol darah itik Cihateup tanpa pemberian kitosan iradiasi yaitu 15,5847 mg/dL. Suhu lingkungan itik yang diamati selama penelitian menunjukkan ratarata 30,2750C. Hal ini yang menyebabkan itik mengalami stress karena berada di luar zona nyamannya. Suhu lingkungan yang cocok untuk itik adalah 23-25oC dan mampu meningkatkan pertumbuhan itik. Performa itik akan menurun ketika terjadi peningkatan suhu lingkungan diatas 29oC (El-Badry dkk, 2009). Suhu lingkungan yang tinggi dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kondisi fisiologis itik, salah satunya dengan tingginya kadar kolesterol darah. Hal ini terjadi karena kolesterol diproduksi lebih banyak untuk mengatasi stress. Kondisi ini menyebabkan perlunya energi tambahan bagi itik. Murray dkk. (2003) menyatakan bahwa glukosa hasil perombakan kolesterol selanjutnya diubah menjadi piruvat dan masuk ke dalam siklus kreb, yang pada akhirnya menghasilkan ATP sebagai sumber energi untuk panting. Kebutuhan ATP yang meningkat dalam keadaan suhu tinggi menyebabkan siklus glukoneogenesis meningkat dan terus dipertahankan, sehingga menyebabkan kadar kolesterol darah akan meningkat. Cekaman panas karena suhu tinggi mengakibatkan ternak stress maka produksi glukokortikoid yang berupa hormon kortikosteron dan kortisol akan meningkat. Kortikosteron dan kortisol yang meningkat berperan pada peristiwa glukoneogenesis. Dalam kondisi stress meningkatkan radikal bebas sehingga produksi asam-asam lemak rantai pendek dari peroksidasi lipid akan meningkat begitu pula dengan penggunaan kolesterol sebagai prekursor hormon kortisol. Berdasarkan hasil pengamatan Tabel 4. dan Ilustrasi 4. dengan penambahan kitosan iradiasi pada ransum itik Cihateup dapat menyebabkan penurunan kadar kolesterol darah. Hal ini terjadi karena kitosan iradiasi dapat menyerap lemak dalam tubuh, kemudian secara bersama-sama tidak dapat dicerna oleh tubuh sehingga dikeluarkan melalui proses ekresi dalam bentuk feses. Hasil pengamatan ini sesuai dengan literatur yang meyatakan bahwa kitosan merupakan polimer glukosamin yang mengandung banyak gugus amino yang bermuatan positif yang mampu mengikat gugus bermuatan negatif seperti asam empedu dan asam lemak (Sugano dkk., 1988). Kitosan dibentuk melalui proses deasetilasi kitin. Deasetilasi adalah proses pemutusan gugus asetil dari glukosamin, derajat deasetilasi menunjukan banyaknya gugus asetil yang putus dari gugus glukosamin dan jumlah presentase dari gugus amino pada struktur polimer. Semakin besar derajat deasetilasi maka semakin banyak kitosan yang terbentuk dari kitin, sehingga lebih mudah larut dalam asam encer (Shahidi dkk, 1999). Kitosan dapat bekerja sebagai penurun kolesterol melalui mekanisme pengikatan. Berdasarkan penelitian Liu (2008), penelitian secara in vitro menunjukan bahwa bila kitosan dicampur dengan kolesterol akan terjadi reaksi pengikatan (interaksi elektrostatik), sehingga kolesterol tidak lagi bebas. Hal ini disebabkan oleh gugus amino yang dimiliki oleh kitosan dapat berkaitan dengan molekul kolesterol yang memiliki muatan negatif yaitu hidroksil (OH) (Barraza,2005). Dilihat dari berat molekulnya, maka kitosan dengan berat molekul rendah mempunyai gugus amino bebas yang lebih reaktif dibandingkan dengan kitosan dengan berat molekul tinggi. Gugus amino bebas yang dimiliki oleh kitosan dengan berat molekul rendah dapat mudah bereaksi dengan kolesterol sehingga terjadi pengikatan kolesterol oleh kitosan yang mengakibatkan kolesterol tidak lagi menjadi bebas. Mekanisme penurunan kolesterol dalam tubuh, pertama kitosan menangkap dan melarutkan lemak dalam lambung. Serat kitosan yang telah mengikat lemak menjadi massa yang besar yang mana tubuh tidak dapat menyerap dan meningkatkan ekskresinya dalam bentuk feses (Xu dkk, 2007). Terdapatnya perbedaan kadar kolesterol darah itik yang diberi dan tanpa pemberian kitosan (Tabel 4. dan Ilustrasi 4.) menunjukan bahawa kitosan mampu mempengaruhi lintasan-lintasan metabolisme yang terkait dengan sintesis kolesterol. Kadar koleterol yg lebih rendah (13,7946 mg/dL) pada ternak itik yg diberi kitosan menunjukkan kemampuan kitosan dalam menghibisi atau menghambat enzim dan produk-produk antara seperti asetil-KoA, asil-KoA yang terlibat dalam kolesterolgenesis. Hasil penelitian Fang Hsuean dkk. (2007) melaporkan penurunan kadar kolesterol dengan pemberian kitosan. Penurunan kadar kolesterol ini disebabkan karena kitosan menyebabkan penghambatan atau menurunkan laju ß oksidasi sehingga produksi asetil-Koa sebagai prekursor kolesterol menurun. 4.2 Kadar Trigliserida Darah Itik Cihateup Rata-rata kadar trigliserida darah itik Cihateup yang diberi kitosan iradiasi dan tanpa pemberian kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata Kadar Trigliserida Darah Itik Cihateup yang Diberi dan tanpa Kitosan Iradiasi P1 P2 Rataan (mg/dL) 24,492±0,67742a 21,601±0,82152b Keterangan : P1 : Itik Cihatup tanpa pemberian kitosan iradiasi P2 : Ransum mengandung kitosan iradiasi Huruf yang berbeda (a,b) pada kolom signifikasi menunjukkan hasil berbeda yang nyata dengan P<0,05 Profil Trigliserida Darah Itik Cihateup 24,492 mg/dL 24,500 24,000 23,500 23,000 21,601 mg/dL 22,500 22,000 21,500 21,000 20,500 20,000 Tanpa Kitosan Iradiasi Kitosan Iradiasi Ilustrasi 5. Profil Trigliserida Darah Itik Cihateup Berdasarkan Tabel 5. dan Ilustrasi 5. menunjukkan bahwa rata-rata kadar trigliserida darah itik Cihateup yang tanpa pemberian kitosan iradiasi yaitu 21,6013 mg/dL, berbeda nyata lebih rendah (P<0,05) dengan kadar trigliserida darah itik Cihateup yang diberi kitosan iradiasi yaitu 24,4921 mg/dL. Trigliserida mengandung tiga molekul asam lemak sehingga effisien untuk penyimpanan bentukan dari energi metabolik (Burtis, 2006). Trigliserida terdiri dari tiga molekul asam lemak yang diesterifikasi menjadi molekul gliserol. Trigliserida berfungsi untuk menyimpan asam lemak dan membentuk droplet lemak yang besar di jaringan adiposa. Trigliserida yang disimpan di jaringan adiposa merupakan simpanan energi utama tubuh. Ketika trigliserida disimpan di jaringan adiposa maka akan dihidrolisa oleh hormon yang sensitif lipase menjadi asam lemak untuk menjadi tersedia sebagai sebuah substrat energi (Larsen, 2003). Kitosan merupakan biopolimer yang bersifat biodegradable dan tidak diserap tubuh. Dalam dunia kesehatan kitosan dikenal sebagai absorben dalam menurunkan kadar lemak (Pagala & Nur 2010). Winarno (2008) menyatakan bahwa bahan pangan yang tidak terserap (contoh serat) dapat berpengaruh menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Hasil menunjukkan bahwa pemberian kitosan sebanyak 150 ppm (P2) selama 30 hari menjadikan kadar trigliserida lebih rendah (21,6013±0,82152 mg/dL) dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini terjadi karena kitosan iradiasi mengikat lemak kemudian secara bersama dikeluarkan bersama feses. Kadar trigliserida darah yg lebih tinggi pada kelompok itik tanpa pemberian kitosan, dapat disebabkan karena meningkatnya transport triasil gliserol dari jaringan-jaringan adifosa menuju ke sel-sel hati melalui darah. Triasil gliserol dibutuhkan sebagai sumber asam-asam lemak yang terlibat dalam proses glukonegenesis untuk dihasilkan energi (Jeon dkk, 2000). Diketahui bahwa pemeliharaan itik percobaan dengan pembatasan akses sumber air menyebabkan proses termoregulasi mengalami penurunan. Dalam kondisi seperti ini terjadi peningkatan hormom-hormon steroid yang menstimulasi katabolisme nutrien melalui jalur glukoneogensis (Mushawwir dan Latipudin, 2012). Peningkatan triasik gliserol tersebut dapat terdeteksi dalam plasma darah melalui metode enzimatik yang dikembangkan oleh BIOLABO kit. Kadar trigliserida lebih rendah pada kelompok itik yang diberi kitosan (Tabel 5. dan Ilustrasi 5.) menunjukan bahwa kitosan dapat menghambat mekanisme atau lintasan pembentukan trigliserida. Dengan demikian dihambatnya asil-Koa sintetase oleh gliserol menyebabkan penurunan sintesis trigliserida Tang dkk. (2005) melaporkan bahwa kitosan menurunkan aktivitas enzim asil-KoA sintetase. Terkait peran enzim ini, Murray dkk. (2014) mengemukakan asil-KoA sintetase berperan untuk sintesis asil-KoA. Asil-KoA berikatan dengan gliserol tiga-pospat untuk membentuk pospatidat, kemudian pospatidat diubah menjadi asil gliserol-3-pospat oleh pospatidat pospohidrolase dan diasil gliserol hasil transperase menjadi triasilgliserol atau trigliserida.