kemampuan berbicara bahasa indonesia melalui

advertisement
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INDONESIA
MELALUI CERITA BERGAMBAR DALAM KELUARGA
YANG BERBAHASA MELAYU PONTIANAK
ARTIKEL PENELITIAN
Oleh
SUNARTI
NIM: F54008007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INDONESIA
MELALUI CERITA BERGAMBAR DALAM KELUARGA
YANG BERBAHASA MELAYU PONTIANAK
SUNARTI
NIM: F54008007
Disetujui oleh,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. M. Thamrin, S.Pd. M.Pd
NIP. 195508271985031003
Halida, M.Pd
NIP. 197405222006042001
Disahkan,
Dekan
Dr. Aswandi
NIP. 195805131986031002
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Dr. M. Syukri, M.Pd
NIP. 195805051986031004
KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INDONESIA
MELALUI CERITA BERGAMBAR DALAM KELUARGA
YANG BERBAHASA MELAYU PONTIANAK
Sunarti, M.Thamrin, Halida
PG-PAUD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak
Email : [email protected]
Abstract: The study is titled "Speech Indonesian Through Illustrated Story In
Families Speak Malay Pontianak" This study aims to reveal the ability to speak
Indonesian families through a picture story in Pontianak in Malay language in
children aged 5-6 years in kindergarten Primanda Untan. The method used in this
study are: a qualitative case study form. The results showed that: the effectiveness
of media use picture books can help improve the ability to speak Indonesian
media is made by planning, see the collection of indicators such as minimum
standards Ministerial Regulation No.58 The year 2009, saw the theme in RKM,
making RKH, after that make a story based on the theme that will be studied. The
ability to speak Indonesian in children aged 5-6 years is sufficient. Media use
picture books as a medium smooth talking in Indonesian is done as it should be.
Media use picture books to practice speaking in Indonesian in children aged 5-6
years have been effective.
Keywords: Speaking Indonesian, Picture Story.
Abstrak: Penelitian ini berjudul “Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia
Melalui Cerita Bergambar Dalam Keluarga Yang Berbahasa Melayu Pontianak”
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan kemampuan berbicara bahasa Indonesia
melalui cerita bergambar dalam keluarga yang berbahasa Melayu Pontianak pada
anak usia 5-6 tahun di TK Primanda Untan. Metode penelitian yang digunakan
adalah: studi kasus bentuk kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
efektivitas penggunaan media cerita bergambar dapat membantu meningkatkan
kemampuan berbicara bahasa Indonesia media ini di buat dengan perencanaan,
seperti melihat kumpulan indikator standar minimal Peraturan Menteri No.58
Tahun 2009, melihat tema di dalam RKM, membuat RKH, setelah itu membuat
cerita sesuai dengan tema yang akan dipelajari. Kemampuan berbicara bahasa
Indonesia pada anak usia 5-6 tahun sudah memadai. Penggunaan media cerita
bergambar sebagai media memperlancar berbicara dalam bahasa Indonesia sudah
dilakukan sebagaimana seharusnya. Penggunaan media cerita bergambar untuk
membantu melatih kemampuan berbicara dalam berbahasa Indonesia pada anak
usia 5-6 tahun sudah efektif.
Kata kunci: Berbicara Bahasa Indonesia, Cerita Bergambar.
P
endidikan anak usia dini sebagai suatu proses pembinaan tumbuh kembang
anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup
pembinaan tumbuh kembang aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan
rangsangan bagi perkembangan jasmani, perkembangan rohani (moral dan
spiritual), perkembangan motorik, perkembangan akal pikiran, perkembangan
emosional dan sosial yang tepat agar anak tumbuh dan berkembang secara
optimal (Mansur, 2007 : 88).
Harapan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini untuk Tingkat Pencapaian
Perkembangan Kelompok Usia 5– 6 Tahun sebagai berikut : Dalam Lingkup
perkembangan : menerima bahasa, tingkat pencapaian perkembangan anak usia
5-6 tahun mencakup : (1) mengerti beberapa perintah secara bersamaan, (2)
mengulang kalimat yang lebih kompleks, (3) memahami aturan dalam suatu
permainan. Lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa, tingkat pencapaian
perkembangannya anak usia 5-6 tahun mencakup (1) menjawab pertanyaan yang
lebih kompleks, (2) menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang
sama, (3) berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta
mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung, (4)
menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikatketerangan), (5) memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide pada
orang lain, (6) melanjutkan sebagian cerita/ dongeng yang telah diperdengarkan.
Lingkup perkembangan keaksaraan, tingkat pencapaian perkem-bangannya anak
usia 5-6 tahun mencakup : (1) menyebutkan simbol-simbol huruf yang di kenal,
(2) mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitarnya, (3)
menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama, (4)
memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf, (5) membaca nama
sendiri,(6) menuliskan nama sendiri. Berdasarkan Permendiknas Nomor 58
Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini di atas jelas sudah
tingkatan-tingkatan penerimaan dan pengungkapan bahasa, serta keaksaraan anak
usia dini sesuai tingkat perkembangannya.
Kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan anak dalam berbicara
didalam kelas maupun di luar kelas “ (Ali, dkk, 2003:707), sehingga proses
belajar mengajar terjalin dan anak menjadi lebih aktif dan keadaan kelas tidak
menoton atau membosankan bagi setiap anak maupun guru. Berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan” (Tarigan, 2008:16). Berbicara sering diartikan juga sebagai kegiatan
bercakap-cakap yang dilakukan sehari-hari. Bahasa Indonesia adalah alat
komunikasi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dengan bahasa Indonesia
guru harus bisa dan mampu menanamkan rasa senang agar anak didik terangsang
dan terdorong untuk mempelajari bahasa Indonesia. Anak didik berantusias aktif
dan kreatif penuh gagasan maju untuk balajar bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
adalah salah satu pelajaran yang sangat penting di Sekolah, pembelajaran ini
nantinya sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. (Departemen P dan K,
1993: 3). Jadi, kemampuan berbicara bahasa Indonesia adalah kesanggupan
mengucapkan kata-kata secara lisan dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk
menyampaikan informasi atau pesan kepada orang. Kegiatan berbicara ini diawali
dari suatu pesan yang disampaikan oleh pembicara kepada pendengarnya,
sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh pemberi pesan. Cerita bergambar
adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang
disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. (Menurut
Ardianto,2007: 6). Jadi, cerita gambar merupakan cerita yang disertai dengan
gambar-gambar yang berfungsi sebagai pendukung pemahaman terhadap isi cerita
tersebut dan gambarnya untuk menarik minat anak. Cerita bergambar sangat
efektif sekali untuk menyajikan pesan-pesan yang baik bagi anak. Cerita gambar
yang akan disajikan dalam penelitian ini adalah cerita sesuai dengan tema yang
akan dipelajari. keluarga yang berbahasa Melayu Pontianak adalah keluarga yang
berbicaranya menggunakan bahasa Melayu Pontianak kepada orang.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan media cerita bergambar
dan pengaruhnya terhadap kemampuan berbicara bahasa Indonesia dalam
keluarga yang berbahasa Melayu Pontianak usia 5-6 tahun Taman Kanak-kanak
Primanda Untan Pontianak.
METODE
Menurut Denzin dan Lincoln, dalam (Putra & Lestari 2012:66) Menurut
Denzin dan Lincoln, dalam ( Putra dan Lestari 2012 : 66) mengguraikan
penelitian kualitatif memfokuskan perhatiannya terhadap suatu masalah dengan
beragam metode. Bentuk penelitian ini adalah penelitian studi kasus yaitu
penelitian mendalam yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan
terorganisasi baik. Untuk itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif , yaitu yang menggambarkan hasil penelitian secara apa
adanya dari subjek yang diteliti, tergantung pada tujuannya, ruang lingkup
penelitian itu mencakup keseluruhan siklus kehidupan, mencakup keseluruhan
faktor-faktor dan kejadian-kejadian.
Subyek dalam penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun di TK Primanda
Untan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data, antara lain; (1) Teknik Komunikasi langsung. Alat yang digunakan adalah
pedoman wawancara, yakni alat pengumpul data dengan cara mengajukan
pertanyaan secara langsung kepada sumber data, dalam penelitian ini adalah guru
kelas B2, dan orang tua murid. (2) Teknik Observasi Langsung. Alat yang
digunakan adalah daftar pedoman observasi dan catatan lapangan. Daftar
pedoman observasi yaitu alat pengumpul data berupa daftar pengamatan secara
langsung kepada sumber data yang menjadi pedoman bagi peneliti. Pedoman
observasi ini digunakan untuk mengobservasi anak. Catatan Lapangan, yaitu
catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam
rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian ini. (3)
Teknik Studi Dokumenter. Alat yang digunakan adalah data dokumentasi, yaitu
pengumpulan data yang diperoleh melalui data-data dokumen yang ada pada
sekolah yang berhubungan dengan kemampuan berbicara bahasa indonesia
melalui cerita bergambar dalam keluarga yang berbahasa Melayu Pontianak pada
anak usia 5-6 tahun di TK Primanda Untan.
Dalam menganalisis data menurut Miles dan huberman, dalam Sugiyono
(2010:337) terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu: pengumpulan data sekaligus
reduksi data, penyajian data, dan conclusion drawing/ verification.
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok
memfokuskan pada hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. .
Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana dalam
bentuk kata-kata, kalimat, naratif, tabel, matrik dan grafik dengan maksud agar
data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk
mengambil kesimpulan yang tepat.
Dalam tahap akhir, simpulan tersebut harus dicek kembali (diverifikasi)
pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya ke arah simpulan
yang mantap. Mengambil simpulan merupakan proses penarikan intisari dari datadata yang terkumpul dalam bentuk pernyataan kalimat yang tepat dan memiliki
data yang jelas. Penarikan simpulan bisa jadi diawali dengan simpulan tentatif
yang masih perlu disempurnakan. Setelah data masuk terus-menerus dianalisis
dan diverifikasi tentang kebenarannnya, akhirnya di dapat simpulan akhir lebih
bermakna dan lebih jelas. Simpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang
menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian-uraian
sebelumnya atau keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif
atau deduktif. Induktif adalah cara berfikir yang berangkat dari faktor-faktor
khusus atau peristiwa yang kongkrit, kemudian ditarik generalisasi-generalisasi
yang bersifat umum.
Demikian pekerjaan mengumpulkan data bagi penelitian kualitatif harus
langsung diikuti dengan pekerjaan menuliskan, mengedit, mengklasifkasi,
mereduksi dan menyajikan data serta menarik kesimpulan sebagai analisis data
kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Efektivitas penggunaan media cerita bergambar dapat membantu
meningkatkankemampuan berbicara bahasa Indonesia dalam keluarga yang
berbahasa Melayu Pontianak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak Primanda
Untan Pontianank. Dalam proses efektivitas penggunaan media cerita bergambar
tentunya harus dimulai dengan sebuah perencanaan yang bertujuan agar tujuan
yang ingin dicapai dapat terpenuhi, begitu juga dengan anak usia dini terhadap
kemampuan berbicaranya. Seorang guru yang profesional sebelum ia
menggunakan media cerita bergambar, ia harus merencanakan sesuatu yang dapat
menarik dan mengesankan bagi anak, sehingga anak bersemangat dan termotivasi
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar tersebut. Efektivitas penggunaan
media cerita bergambar dapat direncanakan dengan melihat kumpulan indikator
standar minimal Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2009 yang dibuat dari Diknas,
sebagai paduan pembelajaran di TK Primanda Untan. Acuan itu digunakan untuk
memudahkan penyusunan perencanaan pembelajaran sehingga menunjang
ketercapaian program yang optimal dengan langkah-langkah pertama-tama adalah
melihat acuan tersebut. Kemudian memilih indikator yang cocok dengan kegiatan
di tema yang akan disampaikan oleh guru. Barulah kemudian disusun
perencanaan pembelajaran persemester, perbulan, perminggu (RKM) baru
kemudian ke RKH. Setelah itu dibuatlah cerita bergambar sesuai dengan tema,
pembuatan cerita bergambar tersebut harus menarik gambarnya, warnanya
menarik dan isi cerita tersebut harus mudah dipahami oleh anak-anak. Pada saat
bercerita guru harus menguasai isi cerita tersebut, adanya intonasi suara, adanya
mimik muka dan penguasaan kelas, supaya mudah dimengerti anak-anak tentang
isi cerita tersebut.
Jadi, efektivitas penggunaan media cerita bergambar dapat membantu
meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Indonesia dalam keluarga yang
berbahasa Melayu Pontianak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak Primanda
Untan Pontianank tersebut, harus di buat dengan perencanaan, seperti melihat
kumpulan indikator standar minimal Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2009 yang
dibuat dari Diknas, melihat tema di dalam RKM, membuat RKH, setelah itu
membuat cerita sesuai dengan tema yang akan dipelajari. pembuatan cerita
bergambar tersebut harus menarik gambarnya, warnanya menarik dan isi cerita
tersebut harus mudah dipahami oleh anak-anak. Pada saat bercerita guru harus
menguasai isi cerita tersebut, adanya intonasi suara, adanya mimik muka dan
penguasaan kelas, supaya mudah dimengerti anak-anak tentang isi cerita tersebut
dan anak mudah menceritakan kembali isi cerita tersebut dengan lancar.
Kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia anak usia 5-6 tahun di TK
Primanda Universitas Tanjungpura Pontianak. Kemampuan anak berbicara dalam
bahasa Indonesia adalah kemampuan anak dalam mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan yang digunakan untuk
menyampaikan maksud tertentu pada orang lain, sehingga maksud tersebut dapat
dipahami oleh orang-orang yang berada disekitar anak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan bebicara anak TK Primanda berbahasa
Indonesia sudah mulai baik. Akan tetapi masih banyak anak yang masih
menggunakan bahasa Melayu ketika berbicara kepada temannya maupun pada
orang tua, guru dan orang lain, pada saat istirahat belajar maupun di dalam kelas.
Ada sebagian anak-anak di TK Primanda Untan berbahasa Indonesia yang belum
sempurna bercampur dengan bahasa Melayu Pontianak ketika anak-anak
berbicara sesamanya, berbicara kepada guru maupun berbicara kepada orang lain.
Kemampuan berbicara anak sangat mempengaruhi penyesuaian sosial dan pribadi
anak, bagi anak yang pandai bicara akan memperoleh pemuasan kebutuhan dan
keinginan, anak yang pandai berbicara akan memperoleh perhatian dari orang lain
atau menjadi pusat perhatian, anak yang pandai berbicara akan mampu membina
hubungan dengan orang lain dan dapat memerankan kepemimpinannya dari pada
anak yang tidak pandai bebicara, anak yang pandai berbicaraakan memperoleh
penilaian baik, kaitannya dengan isi dan cara berbicara.
Kesimpulannya bahwa kemampuan anak usia 5-6 tahun di TK Primanda
Universitas Tanjungpura Pontianak berbicara dalam bahasa Indonesia sebagian
besar sudah memadai.
Penggunaan media cerita bergambar sebagai alat bantu (media)
memperlancar berbicara dalam bahasa Indonesia anak usia 5-6 tahun di Taman
Kanak-Kanak Primanda Universitas Tanjungpura Pontianak. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dikemukakan di atas, dan memperhatikan acuan dalam
pembelajaran yang digunakan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran
adalah Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2009, RKM , RKH, kumpulan indikator
standar minimal Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2009 yang dibuat dari Diknas,
sebagai paduan pembelajaran di TK Primanda Untan. Acuan itu digunakan untuk
memudahkan penyusunan perencanaan pembelajaran sehingga menunjang
ketercapaian program yang optimal dengan langkah-langkah pertama-tama adalah
melihat acuan tersebut. Kemudian memilih indikator yang cocok dengan kegiatan
di tema yang akan disampaikan oleh guru. Barulah kemudian disusun
perencanaan pembelajaran persemester, perbulan, perminggu (RKM) baru
kemudian ke RKH. Semua tema dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan berbicara anak dalam menggunakan bahasa Indonesia. Tema
pembelajaran dipilih mulai dari tema yang terdekat dalam kegiatan anak dalam
sehari-hari dengan anak. Pemecahan tema menjadi sub-sub tema, dilakukan guru
dengan mengadakan rapat kerja yang dibuat oleh guru dan kepala sekolah yang
membahas tentang pemecahan tema selama satu semester. Dalam proses belajar
mengajar tentunya harus dimulai dengan sebuah perencanaan yang bertujuan agar
tujuan yang ingin dicapai dapat terpenuhi, begitu juga dengan anak usia dini
terhadap kemampuan berbicaranya. Seorang guru yang profesional sebelum ia
mengajar atau melakukan kegiatan, ia harus merencanakan sesuatu yang dapat
menarik dan mengesankan bagi anak, sehingga anak besemangat dan termotivasi
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar tersebut. Begitu juga dengan
penggunaan metode dan media pembelajaran, agar proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik, maka seorang guru yang profesional harus merencanakan
dengan baik metode dan media yang tepat dan praktis. Sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dalam sebuah perencanaan terdapat
prosedur dalam memilih metode dan media yang akan digunakan. Metode-metode
tersebut tepat digunakan untuk pembelajaran pada anak usia dini. Seperti halnya
yang dikatakan oleh dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, metode bercerita
dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan atau
penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran kepada
anak. Teknik bercerita membaca langsung dari buku cerita, bercerita dengan
menggunakan ilustrasi gambar dari buku, menggunakan papan flanel,
menggunakan boneka, bermain peran dalam suatu cerita yang disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai belum sepenuhnya dilaksanakan oleh
guru. Guru hanya melatih muridnya berbicara menggunakan bahasa Indonesia
dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya, bercerita kembali
isi cerita yang telah guru ceritakan terlebih dahulu. Guru belum mampu memilih
media yang tepat dalam kegiatannya didalam kelas, karena guru belum terbiasa
membuat perencanaan dengan media yang akan digunakan; guru belum dapat
memilih media yang tepatuntuk menggambarkan dengan baik materi yang akan
disampaikan. Bila guru memilih media, media yang dipilih belum dapat menarik
minat dan peratian anak sekaligus dapat memotivasinya serta dalam menuntunnya
dalam penyajian yang telah terstruktur dan terorganisasi.Media pembelajaran
seperti televisi, tape recorder, gambar bergerak belum tersedia kecuali buku cerita
bergambar, dan papan tulis.
Kesimpulannya bahwa penggunaan media cerita bergambar sebagai alat
bantu (media) memperlancar berbicara dalam bahasa Indonesia anak usia 5-6
tahun di Taman Kanak-Kanak Primanda Universitas Tanjungpura Pontianak
sudah dilakukan sebagaimana seharusnya.
Efektivitas penggunaan media cerita bergambar untuk membantu melatih
kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia pada anak usia 5-6 tahun di Taman
Kanak-Kanak Primanda Universitas Tanjungpura Pontianak. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara kepada guru dan orang tua murid diperoleh hasil
sebagai berikut :
a. Guru belum memanfaatkan media cerita bergambar untuk membantu melatih
kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia pada anak usia 5-6 tahun di
Taman Kanak-kanak Primanda Untan Pontianak
b. Pihak lembaga belum mampu menyediakan media cerita bergambar untuk
membantu melatih kemampuan berbicara dalam ahasa Indonesia pada anak
usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Primanda Untan Pontianak.
c. Menurut gurumedia cerita bergambar sangat efektif terhadap kemampuan
berbicara, keaktifan anak dalam berbicara, pengucapan, artikulasi, dapat
menceritakan kembali dan keberanian anak dalam mengeluarkan
imajinasinya.Hal ini sesuai dengan Permen 58 tahun 2009 bahwa keterampilan
berbicara mencakup : anak mampu mendegar dan menyimak, penambahan
kosa kata, kelancaran berbicara secara lisan, keberanian berbicara di depan
kelas. Dengan anak menceritakan kembali cerita yang telah di ceritaoleh guru,
anak dapat berbicara dengan lancar, mengerti isi cerita tersebut.
Kesimpulannya penggunaan media cerita bergambar untuk membantu
melatih kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia pada anak usia 5-6 tahun
di Taman Kanak-kanak Primanda Untan Pontianak sudah efektif.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Efektivitas penggunaan media cerita bergambar dapat membantu
meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Indonesia dalam keluarga yang
berbahasa Melayu Pontianak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak Primanda
Untan Pontianank tersebut, harus di buat dengan perencanaan, seperti melihat
kumpulan indikator standar minimal Peraturan Menteri No. 58 Tahun 2009 yang
dibuat dari Diknas, melihat tema di dalam RKM, membuat RKH, setelah itu
membuat cerita sesuai dengan tema yang akan dipelajari. pembuatan cerita
bergambar tersebut harus menarik gambarnya, warnanya menarik dan isi cerita
tersebut harus mudah dipahami oleh anak-anak. Pada saat bercerita guru harus
menguasai isi cerita tersebut, adanya intonasi suara, adanya mimik muka dan
penguasaan kelas, supaya mudah dimengerti anak-anak tentang isi cerita tersebut
dan anak mudah menceritakan kembali isi cerita tersebut dengan lancar
Kemampuan anak dalam berbicara bahasa Indonesia anak usia 5-6 tahun
sudah baik akan tetapi masih ada yang menggunakan bahasa Melayu Pontianak
ketika berbicara kepada guru, orang tua, dan temannya.
Penggunaan media cerita bergambar sebagai media mempelancar
berbicara dalam bahasa Indonesia anak usia 5-6 tahun di TK Primanda Untan
sudah dilakukan sebagaimana seharusnya. Penggunaan media cerita
bergambarsebelum disampaikan dalam pembelajaran biasanya guru sudah
merancang Rencana Kegiatan Harian (RKH) sesuai dengan acuan Peraturan
Menteri No. 58 Tahun 2009. Dimana guru membuat cerita bergambarnya sesuai
dengan tema yang akan diceritakan pada anak-anak di kelas Penggunaan media
cerita bergambar sangat membantu guru dalam memperlancar bahasa Indonesia
kepada anak karena sebelum anak bercerita, guru sudah bercerita terlebih dahulu,
oleh karena itu anak berani berbicara dan bercerita tentang isi gambar tersebut
sekaligus memperlancar bicara bahasa Indonesia anak.
Penggunaan media cerita bergambar sangat efektif untuk melancarkan
berbicara bahasa Indonesia pada anak sehingga tercapai tujuan pembelajaran yaitu
melatih anak berbicara mengunakan bahasa Indonesia dengan temannya dan
orang lain. Mereka bercerita satu persatu kedepan kelas dengan menggunakan
bahasa Indonesia.
Saran
Sebagai seorang guru ketika anak muridnya berbicara menggunakan
bahasa Melayu kepada guru, dan temannya seharusnya diperbaiki bahasa
Melayunya menjadi bahasa Indonesia. Dan sebagai orang tua dirumah harus
mengajarkan anak bahasa Indonesia, supaya ketika anak berbicara kepada orang
lain, orang itu mengerti bahasanya, maksud dan tujuan yang ia bicarakan.
Sebelum media cerita bergambar digunakan sebaiknya seorang guru harus
membuat gambar yang menarik, warnanya menarik, dan isi ceritanya mudah
dipahami anak-anak. Dan ketika guru bercerita, dilakukan dengan intonasi suara
yang menarik, menirukan gerak tokoh cerita yang baik, dan penguasaan kelas.
Untuk penggunaan media cerita bergambar supaya efektif melatih
berbicara anak, sebaiknya guru melatih anak belajar berbahasa Indonesia tidak
hanya dengan media cerita bergambar saja, bisa saja dengan pantun, syair, lagulagu dan lain-lain.
DAFTAR RUJUKAN
Ali, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Ardianto, Tommy. 2007. Perencanaan Buku Cerita Bergambar Sejarah Goa
Selonangleng Kediri. Surabaya: Universitas Kristen Petra
Depdiknas. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMEN) No. 58
Tahun 2009. Jakarta: Depdiknas.
Departemen P dan K. 1993. Pembelajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat
Kurikulum Pendidikan Dasar.
Mansur. 2007. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Putra, Nusa & Lestari, Ninin Dwi. (2012). Penelitian Kualitatif PAUD. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. 2001. Kosa Kata Bahasa Indonesia. Cetakan ke (angka
terakhir) 1098766. Bandung : Angkasa
Download