perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB I

advertisement
1
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Novel merupakan jenis karya sastra yang menarik untuk dikaji. Kehadirannya
dimaksudkan
mengungkapkan
nilai-nilai
estetis,
dan
diharapkan
dapat
mewujudkan nilai-nilai universal yang berlaku dalam kehidupan masyarakat,
seperti nilai-nilai agama, pendidikan, kemanusiaan, moral, etika, dan lain-lain.
Kehadiran sebuah novel tentunya tidak bisa terlepas dari latar belakang sosial
budaya kehidupan dan ideologi pengarang, lingkungan ketika terciptanya novel
tersebut, dan masyarakat pembaca yang akan mengapresiasi karya tersebut.
Pengarang menghadirkan karya sastra sebagai alternatif untuk menghadapi
permasalahan yang ada mengingat karya sastra erat kaitannya dengan kehidupan
masyarakat. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa sastra diciptakan tidak dalam
keadaan kekosongan budaya tetapi merupakan pencerminan, peniruan, ataupun
pembayangan realitas (Teeuw, 1988: 224).
Salah satu karya sastra, novel, yang menarik untuk dikaji karena
merepresentasikan kondisi sosial budaya masyarakatnya dan mengandung nilainilai ajaran Islam adalah novel Ayat Ayat Cinta (AAC) dan Ketika Cinta Bertasbih
(KCB) karya Habiburrahman El Shirazy. Pembaca belum mengenal novel AAC
ketika baru dimuat secara bersambung di harian Republika pada tahun 2002 –
2003, tetapi setelah diterbitkan dalam bentuk novel oleh Penerbit Republika
Jakarta dan Pesantren Karya Basmala Semarang, AAC langsung menjadi bahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
perbincangan masyarakat. Novel AAC dan KCB merupakan novel religi yang
bertemakan cinta dan merepresentasikan ajaran Islam. Rosmiati (2009: 131)
menyatakan bahwa novel AAC merupakan sebuah novel islami sekaligus novel
pembangun jiwa yang di dalamnya terkandung ajaran agama yang terbungkus rapi
tanpa meninggalkan segi keestetikannya, nilai-nilai syariat agama terbungkus rapi
dengan ajaran-ajaran moral yang tidak menggurui.
Ciri khas novel karya Habiburraman El Shirazy selalu menghadirkan tokohtokoh rekaan yang selalu menjaga kesucian ke dalam setiap relung kehidupan dan
perilaku suci, seperti Fahri (AAC), Azzam (KCB), Zaid (Di Atas Sajadah
Panjang), Raihana (Pudarnya Pesona Cleopatra), dan Zahrana (Dalam Mihrab
Cinta). Tokoh-tokoh tersebut mengingatkan pembaca tentang perilaku yang
dilakukan oleh para nabi dan orang-orang suci pada zaman dahulu. Tokoh-tokoh
dalam novel AAC dan KCB merepresentasikan ajaran akidah, syariah, dan akhlak
yang pantas untuk ditiru oleh pembaca. Oleh sebab itu novel AAC dan KCB
banyak diminati oleh masyarakat dari segala usia.
Kehadiran novel AAC dan KCB yang kemudian difilmkan adalah fenomena
yang banyak menyita perhatian masyarakat luas dari segala kalangan dan usia,
bahkan media massa, baik cetak maupun elektronik, mencatat film AAC
memecahkan rekor sebagai film yang banyak dilihat orang di bioskop,
mengungguli film Ada Apa dengan Cinta pada tahun 2002 yang juga
menghidupkan dunia perfilman Indonesia setelah sekian lama mati suri.
Perbincangan seputar AAC dan KCB tidak hanya dilakukan secara nonformal
dalam kehidupan sehari-hari, tetapi menjadi tema perbincangan yang menarik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3
digilib.uns.ac.id
dalam forum-forum seminar yang menarik yang sifatnya resmi khususnya di
kampus. Tidak hanya itu, di dunia maya pun perbincangan sangat intens dilakukan
oleh para blogger. Saat sedang on line dengan jaringan internet, akan banyak
sekali ditemukan artikel atau perbincangan seputar AAC dan KCB yang sifatnya
tidak resmi. Di televisi pun, tema seputar AAC dan KCB sering menjadi topik
utama dalam berbagai perbincangan dalam acara-acara talk show. Tidak
ketinggalan pula, berbagai infotainment di televisi juga menjadikan fenomena
AAC dan KCB sebagai sajian utama.
Sebelum kehadiran novel AAC dan KCB masyarakat sudah jemu dengan
sajian novel yang dinilai kadang kurang mendidik, bahkan ada yang bercerita
tentang masalah seks secara vulgar. Oleh sebab itu kehadiran novel-novel
tersebut dinilai banyak memberikan pencerahan baru terutama mengajarkan
ajaran-ajaran Islam karena setelah membaca novel tersebut, masyarakat banyak
yang mengalami perubahan ke arah kebaikan karena tersentuh ajaran-ajaran yang
ada di dalamnya.
Kehadiran novel AAC dan KCB yang disampaikan dengan bahasa yang
santun, indah, dan mengena (mudah dipahami pembaca) ternyata mampu
menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat tanpa bermaksud
menggurui. Ajaran-ajaran tersebut dapat berupa nilai-nilai akidah, syariat, dan
akhlak, misalnya dalam salah satu bagian novel AAC diceritakan bahwa Islam
yang pada awalnya direpresentasikan dengan kekerasan dan terorisme tetapi
ternyata tidak demikian. Habiburrahman El Shirazy bisa memberikan pencerahan
seperti itu tentunya tidak terlepas dari latar belakang sosial budaya dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4
digilib.uns.ac.id
ideologinya yang notabene alumnus pesantren sehingga paham terhadap masalah
agama. selain itu, novel AAC dan KCB mengandung nilai-nilai sosial dan
pendidikan karakter yang bermanfaat bagi pembaca.
Selain itu, kesuksesan novel AAC yang selanjutnya diikuti oleh novel KCB
tidak dapat dilepaskan dari faktor psikologis pembaca sastra Indonesia karena
ketika novel AAC terbit (2004), gema sastra Indonesia sedang dilanda semangat
mengeksploitasi masalah tubuh. Atau, paling tidak, novel-novel yang terbit pada
awal tahun 2000-an itu didominasi oleh novelis-novelis wanita yang sebagian
besar menciptakan karya yang menceritakan masalah seks secara vulgar. Selera
masyarakat terhadap sastra Indonesia pada saat itu berfokus pada novel-novel
erotis yang dikenal sebagai sastra wangi (Arnez, 2009: 47). Pada saat itu, karyakarya penulis seperti Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu dan Dewi Sartika yang
terkenal dengan keberaniannya mengeksplor isu tentang seks dan erotisme.
Novel-novel tersebut juga sangat diterima, dicetak ulang berkali-kali. Namun,
kemudian selera sastra masyarakat berpaling pada novel-novel islami (Rani, 2012:
59-60). Hal ini bermula dari kesuksesan peluncuran novel Ayat-ayat Cinta dan
Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El-Shirazy.
Novel AAC dan KCB hadir pada saat yang tepat untuk mengobati kejemuan
masyarakat dan beralih kepada novel-novel islami. Novel AAC dan KCB yang
merupakan karya Habiburrahman El Shirazy mengandung pesan ajaran-ajaran
Islam dan dijadikan sebagai dakwah bil hal (Sakai, 2012: 25).
Hal yang paling penting tampak dalam penampilan novel AAC dan KCB
adalah bahwa ilustrasi sampulnya sangat berkaitan dengan Islam. Ilustrasi sampul,
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
contohnya, mengandung gambar-gambar yang berkaitan dengan Islam, seperti
dalam novel AAC bergambar wanita yang berjilbab dan bercadar, dalam novel
KCB 1, dan KCB 2 bergambar masjid dengan menara yang tinggi yang
mengilustrasikan masjid di Mesir yang terkenal dengan negeri yang masjidnya
memiliki banyak menara. Selain itu, istilah-istilah islami digunakan dalam judul
novel-novel tersebut. Dalam Ayat-ayat Cinta terdapat kata Ayat (yang berarti katakata/ kalimat dalam Alquran), sedangkan dalam Ketika Cinta Bertasbih terdapat
kata Tasbih yang berarti
kalimat pujian untuk Allah Swt. yang bermakna
Mahasuci Allah Swt. Bahkan, deskripsi singkat di bawah judul novel sangat
berkaitan dengan ajaran Islam, seperti “Sebuah Novel Pembangun Jiwa” untuk
Ayat-ayat Cinta, “Dwilogi Pembangun Jiwa” untuk Ketika Cinta Bertasbih.
Nama penulisnya pun, Habiburrahman El-Shirazy, juga mencerminkan namanama islami berbahasa Arab. Sketsa biografis Habiburrahman El Shirazy pun
berhubungan dengan Islam.
Habiburrahman El Shirazy merupakan alumnus Universitas Al Azhar Mesir.
Selain merupakan seorang novelis, ia juga adalah seorang sutradara, dai, dan
penyair yang berkarya dengan tetap mempertahankan nilai-nilai kebenaran yang
diyakininya. Oleh sebab itu, pada tanggal 6 Januari 2008, Habiburrahman El
Shirazy mendapatkan penghargaan sebagai novelis nomor satu tahun 2007 dari
Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
Novel AAC dan KCB sangat fenomenal dan merepresentasikan ajaran-ajaran
Islam yang diwakili oleh tokoh-tokoh utamanya seperti Fahri dan Azzam yang
kukuh dalam menjaga prinsip Islam, latar Mesir dan pesantren yang meyakinkan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6
digilib.uns.ac.id
pola percintaan pemuda-pemudi yang dibingkai dalam koridor muhrim-bukan
muhrim merupakan bagian penting yang menjadikannya beda dari novel lain yang
terbit sebelumnya. Kekhasan itu didukung pula oleh narasinya yang mengalir
lancar dan santun, kekayaan ungkapan-ungkapan Arab serta gaya bahasa yang
agak hiperbolis.
Oleh sebab itu, penelitian tentang novel AAC, KCB 1, dan KCB 2 pantas
untuk dilakukan karena ketiga novel tersebut memuat ajaran-ajaran Islam. Selain
itu, novel-novel tersebut mengandung pendidikan nilai terutama dapat
memberikan kontribusi untuk para remaja (siswa) dalam hal muamalah
(percintaan).
Pendidikan nilai tersebut akan diterima dengan baik oleh siswa jika guru bisa
mengajarkannya dengan media dan metode yang tepat (Ingvarson, 2008: 5) karena
selama ini pembelajaran sastra masih dipandang sebelah mata oleh berbagai
pihak. Pembelajaran sastra akan berhasil jika didukung oleh berbagai pihak,
terutama guru dan siswa.
Terdapat sejumlah fakta di lapangan yang menyatakan bahwa pembelajaran
sastra di Indonesia masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal
sebagai berikut (1) masih rendahnya minat baca siswa dan guru terhadap sastra
sehingga kompetensi dan pengetahuan mereka tentang sastra juga kurang. Sejak
awal berdirinya kurikulum di Indonesia sampai kurikulum 2013, guru selalu
dituntut kompeten dalam bahasa (linguistik) dan sastra sebab sastra memang
selalu disatukan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga kompetensi
guru dalam bahasa dan sastra kadang kurang maksimal. (2) minimnya buku-buku
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karya sastra di sekolah sehingga siswa dan guru tidak maksimal mengapresiasi.
(3) pembelajaran sastra kurang diminati siswa karena ditempatkan dalam kategori
mata pelajaran yang kurang diperhitungkan. (4) situasi dan kondisi sekolah kurang
mendukung. (5) evaluasi tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum karena lebih
menitiberatkan ranah kognitif daripada afektif dan psikomotorik. Hal tersebut
terlihat jelas dalam pelaksanaan UAS dan UN yang soal-soalnya berbentuk
pilihan ganda dan jawabannya sudah ada kuncinya, padahal sastra bersifat
poliinterpretable.
Hal tersebut senada dengan pendapat Andayani (2012: 5) bahwa
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia tidak digunakan secara konsisten
bahkan dalam situasi formal meskipun bahasa Indonesia menjadi syarat kelulusan
dalam semua jenjang pendidikan. Sebagai syarat kelulusan, bahasa Indonesia
hanya menjadi bahan belajar tentang teori-teori yang kurang aplikatif sehingga hal
tersebut
mendatangkan
berbagai
tuduhan
terhadap
kekurangberhasilan
pembelajaran bahasa Indonesia saat ini.
Berdasarkan sejumlah fakta tersebut, penelitian tentang representasi ajaran
Islam dalam novel AAC dan KCB dari segi sosiologi sastra dan nilai-nilai
pendidikan pantas untuk dilakukan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Bagaimanakah representasi ajaran Islam yang terdapat dalam novel AAC dan
KCB?
2. Bagaimanakah sosiologi pengarang novel AAC dan KCB?
3. Bagaimanakah sosiologi karya yang memuat aspek sosial budaya dalam novel
AAC dan KCB?
4. Bagaimanakah fungsi sosial novel AAC dan KCB?
5. Nilai-nilai pendidikan karakter apa sajakah yang terdapat dalam novel AAC dan
KCB?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengeksplanasikan:
1. Representasi ajaran Islam yang terdapat dalam novel AAC dan KCB.
2. Sosiologi pengarang novel AAC dan KCB.
3. Sosiologi karya yang memuat aspek sosial budaya novel AAC dan KCB.
4. Fungsi sosial novel AAC dan KCB.
5. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel AAC dan KCB.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya khazanah ilmu
pengetahuan terutama yang berkaitan dengan Islam, kajian sosiologi sastra dan
nilai-nilai pendidikan karakter.
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat
yang
dapat
diperoleh
bagi
institusi
pendidikan
adalah
menumbuhkan kecintaan siswa dan guru untuk lebih mencintai dan
mengapresiasi karya sastra karena bisa memberikan nilai-nilai pendidikan
yang sangat berguna untuk kehidupan karena selama ini pembelajaran sastra
kurang mendapatkan perhatian intens dibandingkan pembelajaran bahasa.
b. Manfaat penelitian yang dapat diperoleh bagi masyarakat adalah:
1) Hasil penelitian ini dapat mengingatkan masyarakat tentang ajaran agama
Islam untuk diaplikasikan secara lebih sempurna dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Penelitian ini dapat membantu masyarakat dalam menumbuhkan
kecintaan dan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra sehingga bisa
meneladani amanat (pesan) yang terkandung di dalamnya untuk
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Hasil penelitian tentang sosiologi pengarang yang menggunakan novel
sebagai dakwah bil hal dapat dijadikan referensi bagi tokoh agama
sebagai media dakwah.
commit to user
Download