Potensi Tanah Mengembang Wilayah - Seminar Nasional

advertisement
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Potensi Tanah Mengembang Wilayah Jatinangor,
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat
Farach Abdurachman RONNY1, Zufialdi ZAKARIA2, dan Raden Irvan SOPHIAN3
1Laboratorium Geologi Teknik dan Geoteknik, Fakultas Teknik Geologi,
Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang Km 21, 45363, Jawa Barat
2Email : [email protected]
Email : [email protected]
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian dilakukan di daerah Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan geologi, daerah penelitian termasuk ke dalam satuan Tuff dan satuan Breksi Aliran
Piroklastik. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui nilai potensi tanah
mengembang berdasarkan karakterisik fisik tanah dari sampel tanah tak terganggu hasil lapukan
batuan vulkanik. Kemudian sampel tanah di uji laboratorium untuk mengetahui sifat fisik tanah.
Nilai kadar air, batas-batas konsistensi tanah, serta angka aktivitas tanah dikonversi untuk
mengidentifikasi nilai potensi tanah mengembang. Berdasarkan perhitungan nilai potensi tanah
mengembang, dapat diindikasikan bahwa daerah penelitiaan bersifat ekpansif dengan tingkat
potensi tanah mengembang yang tinggi sehingga dapat menimbulkan permasalahan dalam
infrastruktur.
Berdasarkan data indeks plastisitas tanah, daerah penelitian terbagi menjadi 4 zona potensi tanah
mengembang, yaitu zona potensi tanah mengembang rendah dengan indeks plastisitas dibawah 15
%, zona potensi tanah mengembang sedang dengan indeks plastisitas antara 15 – 25 %, zona
potensi tanah mengembang tinggi dengan indeks plastisitas dibawah 25 – 55 %, dan zona potensi
tanah mengembang sangat tinggi dengan indeks plastisitas datas 55 %. Rentang nilai indeks
platisitas tanah di derah penelitian untuk identifikasi tanah mengembang ialah antara 7,217 – 101,51
%.
Kata Kunci : Jatinangor, geologi, potensi tanah mengembang, sifat fisik tanah, tanah ekspansif
Pendahuluan
Kawasan Jatinangor telah berkembang
pesat menjadi kawasan pendidikan, kawasan
industri, kawasan pemerintahan, dan kawasan
perdagangan. Dalam hal ini terlihat sektor
pembangunan infrastruktur yang paling
meningkat pesat (Gambar 1).
Tanah sebagai material utama fondasi
yang
selalu
berhubungan
dengan
pembangunan
infrastruktur
sangat
diperhatikan dalam perencanaan konstruksi,
maka harus dilakukan penyelidikan terhadap
karakteristik fisik dan mekanik tanah dalam
menahan beban infrastruktur di atasnya pada
suatu area. Jenis tanah yang banyak
ditemukan dalam permasalahan keteknikan
merupakan tanah-tanah yang mengandung
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
lempung, karena merupakan tanah yang
kohesif. Berdasarkan karakteristiknya tanah
tersebut memiliki sifat ekspansif dimana
tanah mengalami perubahan volume ketika
kadar air berubah. Ketika kadar air turun,
tanah akan menyusut dan sebaliknya bila
kadar air bertambah maka tanah akan
mengembang. Pengembangan tanah ini akan
memberikan pengaruh besar terhadap
pembangunan infrastruktur yang berada
diatasnya.
Geologi Daerah Penelitian
Berdasarkan Peta Geologi Daerah
Cibiru dan sekitarnya berskala 1 : 25000
(Frini, 2015), daerah penelitian tersusun atas
batuan sebagai berikut (Gambar 2):
1. Satuan Tuff
Satuan ini terdiri dari litilogi tuf lapili
dan tuf. Tuf lapilli memiliki warna
segar abu-abu muda, warna lapuk
coklat muda, ukuran butir tuf kasar
(lempung sampai lapilli), bentuk butir
menyudut tanggung-menyudut, kemas
tertutup, struktur masif, pemilahan
sedang, kekerasan agak keras,
komposisi mineral gelas. Satuan Tuf
dapat disebandingkan dengan Hasil
Gunungapi Muda Tak Teruraikan
(Silitonga,
1973).
Satuan
ini
diendapkan pada awal Kala Holosen.
2. Satuan Breksi Aliran Piroklastik
Satuan ini terdiri dari litologi breksi
aliran matriks supported. Breksi
memiliki warna segar coklat muda,
warna lapuk coklat tua, bentuk
komponen
menyudutmenyudut
tanggung, ukuran komponen 0.1cm35cm. Komponen berupa batu beku
andesit yang terlapukkan memiliki
warna segar coklat keabu-abuan,
warna
lapuk
coklat
muda,
hipokristalin,
porfiritik,
inequigranular,
hipidiomorf,
subhedral, mesocratic, struktur masif,
terdapat mineral kuarsa, plagioklas.
Matriks berupa tuf memiliki warna
segar abu-abu muda, warna lapuk
coklat keabuan, ukuran butir tuf halus
(lempung-halus),
bentuk
butir
menyudut-menyudut tanggung, kemas
tertutup, pemilahan sedang, kekerasan
agak keras, terdapat mineral gelas.
Breksi memiliki komposisi monomik,
didominasi oleh matriks, semen
berupa silika. Satuan ini dapat
disebandingkan
dengan
Hasil
Gunungapi Muda Tak Teruraikan
(Silitonga,
1973).
Satuan
ini
diendapkan pada awal Kala Holosen.
Metodologi
Metode penelitian ini terdiri atas
pekerjaan lapangan, uji laboratorium, serta
analisis studio untuk menghasilkan zonasi
potensi tanah mengembang.
Tahap pekerjaan lapangan terdiri atas
pemetaan geologi teknik (Dearman, 1991)
untuk menghasilkan peta yang berisikan
informasi karakterisitik tanah hasil klasifikasi
Unified Soil Classification System (USCS).
Serta mengambi sampel tanah tak tergangu
(undisturbed
sample)
untuk
di
uji
laboratorium.
Tahap uji laboratorim dilakukan untuk
mengetahui karakteristik sifat fisik tanah
berdasarkan standar ASTM (American
Standard Testing and Material), diantaranya
uji kadar air, bobot isi, berat jenis, batas-batas
konsistensi tanah dan analisa besar butir.
Tahap pekerjaan studio meliputi analisa
data hasil pekerjaan lapangan dan uji
laboratorium. Kemudian dilanjutkan dengan
menghitung nilai potensi tanah mengembang
(Chen, 1975) untuk mengetahui nilai swelling
potential berdasarkan sifat fisik tanah berupa
indeks plastisitas tanah.
Indeks plastisitas (PI) tanah dirumuskan
sebagai selisih anatara batas cair (LL) dengan
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
batas plastis (PL) tanah yang didapat dari uji
berdasarkan ASTM sebagai berikut:
PI = LL – PL
Untuk mengetahui sifat ekspansif tanah
selain berdasarkan indeks plastisitas, juga
dapat melalui perhitungan angka aktivitas
lempung. Angka aktivitas (Skempton, 1958)
dirumuskan sebagai perbandingan indeks
plastisitas dengan persetase butiran lempung
(0,002 mm) seperti berikut:
A=
PI
clay percent 0,002 mm
Diskusi
Berdasarkan hasil pemetaan geologi
teknik dengan klasifikasi tanah USCS serta
hasil uji laboratorium bahwa daerah penelitian
dibagi menjadi 3 sebaran jenis tanah (Gambar
3) antara lain:
1. Lanau Plastisitas Rendah (ML)
2. Lanau Plastisitas Tinggi (MH)
3. Lempung Plastisitas Tinggi (CH)
Nilai kadar air sampel tanah 20,76 –
64,85 %. Kadar air mempengaruhi perubahan
volume tanah sehingga berpotensi ekspansif
mengalami pengembangan. Dari nilai batasbatas konsistensi tanah diperkirakan tanah
mengandung
mineral
bersifat
Monmorilonitik, Ilitik, dan Kaolinitik. Selain
melalui batas-batas konsistensi tanah,
kandungan
mineral
lempung
dapat
diidentifikasi oleh nilai angka aktivitas. Nilai
angka aktivitas berkisar antara 0,16 hingga
5,26.
Tanah yang mengandung mineral
lempung bersifat Monmorilonitik umumnya
sangat ekspansif sehigga memiliki potensi
mengembang yang tinggi. Nilai indeks
plastisitas tanah 7,22 – 101,51 %. Semakin
plastis suatu sampel tanah maka akan makin
tinggi potensi tanah tersebut untuk
mengembang (Tabel 1).
Zonasi potensi tanah mengembang
dibuat berdasarkan nilai potensi tanah
mengembang dilihat dari nilai indeks
plastisitas tanah. Rentang nilai indeks
plastisitas tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi empat kelompok (Gambar 5), yaitu:
a. Zona potensi tanah mengembang
berdasarkan indeks plastisitas (IP) <
15
%.
Zona
potensi
tanah
mengembang ini tersebar di bagian
Barat, Tengah, Timur Laut dan
Selatan daerah penelitian.
b. Zona potensi tanah mengembang
berdasarkan indeks plastisitas (IP) 15
– 25 %. Zona potensi tanah
mengembang ini tersebar di bagian
Barat, Tengah, Selatan dan Timur
Laut daerah penelitan.
c. Zona potensi tanah mengembang
berdasarkan indeks plastisitas (IP) 25
– 55 %. Zona potensi tanah
mengembang ini tersebar hampir
diseluruh bagian daerah penelitian.
d. Zona potensi tanah mengembang
berdasarkan indeks plastisitas (IP) >
55
%.
Zona
potensi
tanah
mengembang ini tersebar di bagian
Barat Laut dan Barat Daya daerah
penelitian.
Kesimpulan
Kesimpulan Secara geologi daerah
penelitian didominasi oleh material vulkanik
yaitu, breksi dan tuff. Litologi tersebut
terlapukan sehingga membentuk tanah dengan
butiran halus. Dengan kandungan butiran
halus yang tinggi, tanah memiliki sifat
kohesif yang memiliki nilai plastisitas tanah.
Nilai plastisitas tanah didapat dari sifat
lempung yang plastis. Batuan hasil gunungapi
yang mengandung mineral silika (kuarsa,
feldspar, mika) mempengaruhi perbedaan
jenis tanah yang dibentuknya. Setelah
mengalami pelapukan kimia dari proses
hidrolisis akan menghasilkan mineral
lempung (kaolinit, ilit, monmorilonit). Dari
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
genesa tersebut, secara geologi teknik daerah
penelitian dibagi menjadi tiga satuan jenis
sebaran tanah yaitu Lanau Plastisitas Rendah
(ML), Lanau Plastisitas Tinggi (MH), dan
Lempung Plastisitas Tinggi (CH).
Perbedaan
jenis/tipe
tanah
mempengaruhi kandungan lempung yang ada
didalamnya, serta kandungan kadar air yang
meningkat akan mempengaruhi bobot isi
tanah. Selain itu kandungan lempung
Montorillonitik yang menunjukan tingkat
keaktifan tanah yang sangat ekspansif. Dari
hal-hal tersebut, tanah berpotensi untuk
mengembang dengan tingkat pengembangan
yang tinggi.
Hardiyatmo H. Christiady. 1992. Mekanika
Tanah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
Sutarman, Encu. 2009. Konsep dan Aplikasi
Mekanika
Tanah.
Penerbit
Andi.
Yogyakarta.
Zakaria, Zufialdi. 2010. Praktikum Geologi
Teknik. Jatinangor : Laboratorium Geologi
Teknik,
Fakultas
Teknik
Geologi
UNPAD, 32 halaman, diakses dari //http:
blogs.unpad.ac.id/zufialdizakaria/files/201
0/05/praktikum-geologi-teknik-2010.pdf
Berdasarkan data hasil uji sifat fisik
tanah, daerah penelitian dibagi menjadi empat
zonasi, yaitu zona potensi tanah mengembang
rendah , zona potensi tanah mengembang
sedang, zona potensi tanah mengembang
tinggi, dan zona potensi tanah mengembang
sangat tinggi. Semakin besar nilai angka
aktivitas dan indeks plastisitas tanaha maka
akan menimbulkan pengembangan tanah yang
semakin tinggi. Tanah yang memiliki tingkat
potensi
mengembang
tinggi
akan
menimbulkan masalah dalam pembangunan.
Pustaka
Bowles, Joseph E. 1991. Sifat-sifat Fisis
dan Geoteknis Tanah. Erlangga. Jakarta.
Chen, F H 1975. Foundations On Expansive
Soils. New York : Elsevier Science
Publishing Company Inc. 52, Vanderbit
Avenue
Das, Braja M. 1988. Mekanika Tanah
(Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis). Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Frini, G. G. 2015. Geologi Daerah Cibiru,
Kecamatan Cibiru, Kabupaten Bandung,
Provinsi Jawa Barat. Jatinangor :
Fakultas Teknik Geologi, Universitas
Padjadjaran.
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Gambar 1. Lokasi daerah penelitian (gambar diambil menggunakan aplikasi google earth)
Gambar 2. Peta Geologi daerah Cibiru dan sekitarnya (Frini, 2015)
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Gambar 3. Peta Sebaran Jenis Tanah
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Tabel 1. Perhitungan Nilai Potensi Tanah Mengambang
Kode
Sampel
TA - 1
Kadar
Air
48.97
Indeks
Plastisitas
49.82
Persen
Lempung
56.8
Potensi
Swelling
Tinggi
Angka
Aktivitas
0.88
Kandungan
Mineral
Ilitik
Sifat Tanah
Ekspansif
Sedang
TA - 2
20.98
14.45
13.19
Rendah
1.10
Ilitik
Sedang
TA - 3
43.71
101.51
57.99
Sangat Tinggi
1.75
Monmorilonitik
Aktif
TA - 4
26.11
34.91
39.8
Tinggi
0.88
Ilitik
Sedang
TA - 5
32.89
40.96
36.04
Tinggi
1.14
Ilitik
Sedang
TA - 6
40.54
69.88
37.99
Sangat Tinggi
1.84
Monmorilonitik
Aktif
TA - 7
48.54
55.02
20.91
Sangat Tinggi
2.63
Monmorilonitik
Aktif
TA - 8
44.14
26.66
60.08
Tinggi
0.44
Kaolinitik
Kurang Aktif
TA - 9
42.92
34.28
8.38
Tinggi
4.09
Monmorilonitik
Aktif
TA - 10
36.29
29.81
22.87
Tinggi
1.30
Monmorilonitik
Aktif
TA - 11
50.98
82.77
28.07
Sangat Tinggi
2.95
Monmorilonitik
Aktif
TA - 12
28.91
48.65
43.51
Tinggi
1.12
Ilitik
Sedang
TA - 13
35.46
49.16
34.73
Tinggi
1.42
Monmorilonitik
Aktif
TA - 14
48.53
36.93
54.11
Tinggi
0.68
Ilitik
Kurang Aktif
TA - 15
43.13
12.13
49.36
Rendah
0.25
Kaolinitik
Kurang Aktif
TA - 16
56.04
37.51
11.76
Tinggi
3.19
Monmorilonitik
Aktif
TA - 17
54.07
28.64
14.53
Tinggi
1.97
Monmorilonitik
Aktif
TA - 18
39.47
53.23
10.12
Tinggi
5.26
Monmorilonitik
Aktif
TA - 19
44.75
29.78
49.53
Tinggi
0.60
Ilitik
Kurang Aktif
TA - 20
41.74
46.87
5.83
Tinggi
8.04
Monmorilonitik
Aktif
TA - 21
32.57
35.25
36.73
Tinggi
0.96
Ilitik
Sedang
TA - 22
19.99
41.53
20.19
Tinggi
2.06
Monmorilonitik
Aktif
UDS-1
21.29
28.04
22.64
Tinggi
1.24
Ilitik
Sedang
UDS-2
34.38
7.22
14.48
Rendah
0.50
Kaolinitik
Kurang Aktif
UDS-3
26.91
24.53
33.05
Sedang
0.74
Ilitik
Kurang Aktif
UDS-4
38.79
43.93
19.8
Tinggi
2.22
Monmorilonitik
Aktif
UDS-6
33.66
7.64
24.84
Rendah
0.31
Kaolinitik
Kurang Aktif
UDS-7
20.77
13.02
27.16
Rendah
0.48
Kaolinitik
Kurang Aktif
UDS-8
30.56
8.00
49.81
Rendah
0.16
Kaolinitik
Kurang Aktif
UDS-9
24.53
17.52
28.12
Sedang
0.62
Ilitik
Kurang Aktif
UDS-10
29.81
16.02
46.7
Sedang
0.34
Kaolinitik
Kurang Aktif
UDS-11
39.32
8.03
30.41
Rendah
0.26
Kaolinitik
Kurang Aktif
UDS-12
26.75
29.31
39.08
Tinggi
0.75
Ilitik
Sedang
UDS-13
33.24
13.33
28.32
Rendah
0.47
Kaolinitik
Kurang Aktif
UDS-14
38.53
42.18
15.11
Tinggi
2.79
Monmorilonitik
Aktif
UDS-15
25.64
17.45
33.19
Sedang
0.53
Ilitik
Kurang Aktif
UDS-16
28.71
14.25
32.36
Rendah
0.44
Kaolinitik
Kurang Aktif
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
UDS-17
22.11
15.20
33.73
Sedang
0.45
Kaolinitik
Kurang Aktif
UDS-18
28.40
16.96
11.77
Sedang
1.44
Monmorilonitik
Aktif
UDS-19
36.35
13.48
11.86
Rendah
1.14
Ilitik
Sedang
UDS-20
27.90
19.27
16.33
Sedang
1.18
Ilitik
Sedang
UDS-22
22.44
9.39
8.65
Rendah
1.09
Ilitik
Sedang
Z1aBT1
45.35
33.30
58.39
Tinggi
0.57
Ilitik
Kurang Aktif
Z1aBT2
48.95
50.16
46.72
Tinggi
1.07
Ilitik
Sedang
Z1bBT1
64.85
62.51
55.52
Sangat Tinggi
1.13
Ilitik
Sedang
Z1bBT2
64.80
55.71
57.54
Sangat Tinggi
0.97
Ilitik
Sedang
Z2aBT1
48.95
58.60
48.58
Sangat Tinggi
1.21
Ilitik
Sedang
Z2aBT2
44.59
65.52
53.62
Sangat Tinggi
1.22
Ilitik
Sedang
Z2aBT3
48.65
69.67
50.67
Sangat Tinggi
1.37
Monmorilonitik
Aktif
Z2bBT1
46.45
60.41
56.08
Sangat Tinggi
1.08
Ilitik
Sedang
Z2bBT2
50.15
57.64
55.4
Sangat Tinggi
1.04
Ilitik
Sedang
Z3BT1
45.16
37.37
56.52
Tinggi
0.66
Ilitik
Kurang Aktif
Z3BT2
56.18
24.63
55.77
Sedang
0.44
Kaolinitik
Kurang Aktif
Z3BT3
52.75
45.65
55.9
Tinggi
0.82
Ilitik
Sedang
Z3BT4
42.24
49.54
54.7
Tinggi
0.91
Ilitik
Sedang
Z4BT1
46.81
56.10
53.7
Sangat Tinggi
1.04
Ilitik
Sedang
Z4BT2
50.61
51.56
53.06
Tinggi
0.97
Ilitik
Sedang
Z5BT1
40.45
53.57
55.71
Tinggi
0.96
Ilitik
Sedang
Z5BT2
40.95
56.04
56.06
Sangat Tinggi
1.00
Ilitik
Sedang
Z5BT3
46.53
37.15
53.09
Tinggi
0.70
Ilitik
Kurang Aktif
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Seminar Nasional Ke – III
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
Gambar 4. Peta Zonasi Tanah Mengembang
“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”
Download