Pengembangan Media Kartu Koloid untuk Meningkatkan Hasil

advertisement
Pengembangan Media Kartu Koloid untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Ratna Azizah Mashami1), Yayuk Andayani2), dan Baiq Fara Dwirani Sofia2)
1
Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Mataram
2
Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mataram
E-mail: [email protected]
Abstract: This study was aimed to develop colloid card media and to improve the result of study at colloid
concept. Colloid card that has colloid concept was served as a game. This is Research and Design with five
steps, that is syllabus analyze, concept analyze, design the colloid card, validation, and testing. Testing was did
to know the efficacy of colloid card media in improving the student’s results study using control group posttest
only design. Instructional at experimental group uses colloid card media despite at control group without that
media. Data was taken using multiple choice test. The result of data analyzing using t-test showed that ttest
(1,98) were less than ttable (2,00) at significant level of 5 % so that alternative hyphothesis was rejected. Colloid
card media did not affected to student’s results study. This was caused by the time was limited so that the
socialization and the student’s skills in using the colloid card media still less. However, colloid card media can
attract student’s attention in learning.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media kartu koloid dan meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi pokok koloid. Kartu koloid memuat konsep-konsep koloid yang dikemas dalam bentuk
permainan. Jenis penelitian ini adalah Penelitian dan Pengembangan (Research and Design) dengan lima
tahapan, yaitu analisis silabus, analisis materi, desain kartu koloid, validasi, dan uji coba. Uji coba dilakukan
untuk mengetahui efektivitas media kartu koloid dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan
control group posttest only design. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan
media kartu koloid sedangkan pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran tanpa media kartu koloid. Data
diambil menggunakan tes pilihan ganda. Hasil analisis menggunakan uji-t menunjukkan thitung (1,98) lebih kecil
dari pada ttabel (2,00) pada taraf signifikan 5 % sehingga hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Media kartu koloid
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh waktu yang tersedia
terbatas sehingga sosialisasi dan kecakapan siswa dalam menggunakan media kartu koloid masih kurang.
Namun, media kartu koloid dapat menarik perhatian siswa dalam belajar.
Kata Kunci: Media Kartu Koloid, Hasil Belajar.
Pendahuluan
Dewasa ini terdapat banyak kritik terhadap
proses dan hasil pembelajaran kimia di
Sekolah Menengah Atas. Menurut Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan (2007),
sejumlah kritik terarah pada kegiatan belajar
mengajar yang berpusat pada guru (teacher
centered) sehingga pembelajaran nampak
sebagai ceramah yang di dalamnya
pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, hukum,
teori, dan prosedur) kimia disampaikan oleh
guru tanpa menstimulasi peserta didik untuk
berpikir atau bernalar. Sementara itu, sampai
saat ini sebagian besar siswa masih
menganggap mata pelajaran kimia sangat
© 2014 LPPM IKIP Mataram
sulit. Alasan yang paling utama adalah
kebanyakan hal yang dipelajari dalam kimia
merupakan sesuatu yang abstrak. Kesulitan
dalam memahami materi-materi kimia
tersebut menyebabkan siswa tidak menyukai
mata pelajaran kimia (Winarti, 2001).
Hasil observasi di SMAK Kesuma
Mataram menunjukkan hasil belajar kimia
kedua kelas XI IPA cukup rendah. Hasil
ujian semester ganjil siswa memiliki nilai
rata-rata sebesar 42,16 dan 48,28 untuk
masing-masing kelas. Ujian blok pada
semester tersebut dilaksanakan sebanyak
dua kali dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang berbeda yakni 72 dan
Jurnal Kependidikan 13 (4): 407-414
70. Siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai melebihi KKM. Bila
dibandingkan dengan KKM, ketuntasan
tertinggi hanya mencapai 67,56 %. Padahal
kriteria ideal ketuntasan untuk masingmasing indikator adalah 75 % (Hakiim,
2008). Menurut guru, mata pelajaran kimia
diajarkan dengan metode ceramah. Guru
memilih metode ini karena lebih praktis baik
dari segi persiapan maupun pelaksanaannya
bila dibandingkan dengan menggunakan
metode lain atau media pembelajaran.
Metode ceramah memiliki kelemahan, yaitu dapat menimbulkan kebosanan
pada siswa bila diterapkan secara terusmenerus. Seorang guru dalam perannya
sebagai fasilitator dapat memfasilitasi siswa
agar proses belajar mengajar tetap efektif.
Salah satu upaya memfasilitasi siswa adalah
menggunakan media pembelajaran yang
menerapkan prinsip permainan. Ketertarikan
anak usia Sekolah Menengah Atas terhadap
permainan masih cukup tinggi sehingga
upaya untuk menyajikan permainan yang
menarik dan tetap mengandung unsur
pembelajaran dapat menjadi pilihan.
Salah satu bentuk media ini untuk
materi pokok koloid adalah kartu koloid.
Media kartu koloid dimainkan seperti
permainan kartu domino dengan sedikit
modifikasi bentuk dan aturan yang
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Media yang dapat
mengeksplorasi kemampuan akan membuat
siswa
tertantang
memahami
materi,
disamping aspek permainan yang dikaji
dalam penelitian ini yang bersifat kompetitif.
Media ini memiliki komponen dasar sebagai
pembangkit motivasi siswa dan dapat
melatih siswa secara mandiri menemukan
408
berbagai konsep koloid dengan cara
menyusun kartu koloid sesuai dengan aturan
permainan.
Siswa hendaknya mengolah atau
mencerna informasi yang diperoleh saat
guru menjelaskan. Kegiatan belajar akan
efektif jika siswa melakukan kegiatan
seperti mendengar, melihat, mengerjakan,
atau bentuk-bentuk perbuatan lainnya.
Perbuatan yang dilakukan siswa dalam
proses belajar yang terlihat saat memainkan
kartu koloid dapat membantu siswa
mencerna informasi. Pengalaman belajar
yang diperoleh siswa akan bersifat lebih
baik dengan adanya media kartu koloid
sehingga pengetahuan akan tersimpan dalam
ingatan siswa dengan jangka waktu lebih
lama. Ketercernaan (accessibility) pengetahuan yang diajarkan menjadi unsur
penting dalam upaya memfasilitasi belajar
(Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007).
Ketika seorang guru mengajar, ia perlu
mengubah pengetahuan ke dalam bentuk
tertentu yang mudah dimengerti sehingga
tercerna oleh siswa.
Berdasarkan
uraian
di
atas,
penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media kartu koloid dan mengetahui
pengaruhnya dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis Penelitian
dan Pengembangan (Research and Design)
dengan beberapa tahapan, yaitu analisis
silabus, analisis materi, desain kartu koloid,
validasi, dan uji coba. Pengaruh media kartu
koloid terhadap hasil belajar diketahui pada
tahap uji coba dengan menggunakan control
group posttest only design. Populasi dalam
Ratna Azizah Mashami, Pengembangan Media Kartu Koloid
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA
SMAK Kesuma Mataram yang tersebar
dalam 2 kelas, yaitu kelas XI IPA 1
sebanyak 35 orang dan kelas XI IPA 2
sebanyak 36 orang. Teknik sampling yang
digunakan adalah sampling jenuh sehingga
seluruh populasi menjadi sampel penelitian.
Data berupa hasil belajar diperoleh dari tes
berbentuk pilihan ganda lalu dianalisis
menggunakan uji beda (uji-t).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada tahap pertama dilakukan analisis
silabus meliputi Standar Kompetensi (SK)
dan Kompetensi Dasar (KD) kemudian
merumuskan indikator yang merupakan
tujuan dari setiap proses pembelajaran.
Analisis terhadap materi dilakukan untuk
mendapatkan konsep koloid. Berdasarkan
konsep-konsep tersebut didapatkan kata-kata
yang menjadi kata kunci pada kartu koloid.
Kartu koloid dibuat seperti kartu domino
dengan beberapa penyesuaian.
Desain
kartu
dibuat
dengan
mempertimbangkan beberapa aspek, seperti
kejelasan konsep, daya tarik, dan kesesuaian
dengan tujuan yang telah dirumuskan. Kartu
koloid berbentuk persegi panjang dengan
ukuran 8 x 5 cm dan terdapat sisi atas dan
sisi bawah dalam satu kartu. Kartu koloid
berisi kata mengenai materi koloid yang
akan membentuk suatu konsep bila disusun
dengan kata lainnya. Setiap kata dilengkapi
dengan gambar untuk memudahkan
memahami dan mengingat kata tersebut.
Kartu koloid dalam penelitian ini
dicetak sebanyak 5 set kartu yang setiap
setnya terdiri dari 28 kartu. Satu set kartu
terdiri dari 6 kartu yang berisi kata dan
gambar yang sama pada kedua sisinya (A),
15 kartu yang berisi kata dan gambar yang
berbeda pada kedua sisinya (B), 6 kartu
yang berisi kata dan gambar hanya pada satu
sisinya (C), dan 1 kartu yang kosong pada
kedua sisinya (D). Gambar 1 menunjukkan
beberapa contoh kartu koloid.
Gambar 1. Kartu Koloid
Media kartu koloid divalidasi dari
segi bentuk dan isi oleh dua orang pakar
dalam bidang media pembelajaran. Kedua
pakar tersebut menyatakan bahwa media
kartu koloid valid sehingga dapat digunakan
pada tahap penelitian selanjutnya.
Tahap uji coba kartu koloid
dilakukan dua kali, yaitu uji coba pertama
pada kelompok kecil dan uji coba kedua
pada kelompok besar. Uji coba kelompok
409
Jurnal Kependidikan 13 (4): 407-414
kecil dilakukan kepada 4 orang mahasiswa
dan 4 orang siswa. Kartu koloid dapat
dimainkan oleh 4 orang. Aturan permainan
kartu koloid mengadopsi permainan kartu
domino yang telah dimodifikasi. Kesulitan
memainkan kartu koloid hanya terjadi pada
awal permainan, setelah permainan diulangi
kembali, pemain mengakui tidak kesulitan
lagi dan permainan berlangsung dengan
lancar. Berdasarkan hasil tersebut, kartu
koloid dapat digunakan untuk uji coba
kedua.
Uji coba kedua dilakukan pada siswa
kelas XI IPA. Kelas XI IPA 1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas
kontrol. Siswa kelas eksperimen dibagi
menjadi 5 kelompok, masing-masing
kelompok beranggotakan 5-8 orang yang
terbagi menjadi 4 pasang pemain. Kartu
koloid diperkenalkan kepada siswa pada saat
penjelasan materi dan permainannya
dilaksanakan setelah penjelasan materi
berakhir pada pertemuan kedua selama 45
menit. Siswa terlihat antusias saat peneliti
menjelaskan materi dengan ilustrasi gambar
pada kartu. Akan tetapi, siswa mengalami
kesulitan saat permainan berlangsung,
karena keterbatasan waktu permainan kartu
koloid hanya berlangsung satu kali.
Tes
diberikan
pada
akhir
pembelajaran untuk mendapatkan data hasil
belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tes yang berupa pilihan ganda telah
divalidasi sebelum digunakan. Hasil belajar
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat pada Tabel 1. Rata-rata hasil
belajar siswa kelas eksperimen lebih rendah
jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa
kelas kontrol.
410
Tabel 1. Hasil Belajar Siswa
Aspek
Kelas
Kelas
Eksperimen
Kontrol
Jumlah siswa
35
36
Nilai tertinggi
86,67
96,67
Nilai terendah
46,67
30
Nilai rata-rata
65,04
70,18
Ketuntasan
22,86 %
61,11 %
klasikal
Data tentang hasil belajar siswa
dianalisis secara statistik untuk menguji
hipotesis. Berdasarkan hasil analisis uji beda
(uji-t) diperoleh thitung sebesar 1,98
sedangkan ttabel sebesar 2,00 pada taraf
signifikan 5 % (dk = 69). Hipotesis alternatif
(Ha) yang diajukan pada penelitian ini
ditolak karena thitung lebih kecil dari pada
ttabel. Hal ini berarti bahwa media kartu
koloid tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap hasil belajar siswa.
Pada penelitian ini, proses belajar
mengajar menggunakan media kartu koloid
yang merupakan media pembelajaran baru
bagi siswa dan dirancang sendiri oleh
peneliti. Media pembelajaran yang baru
memerlukan sosialisasi dan kecakapan siswa
dalam menggunakannya. Tahap sosialisasi
ini dimaksudkan agar saat permainan
berlangsung siswa sudah mengenal kata dan
gambar yang ada pada kartu. Selain itu,
media pembelajaran yang baru harus
didukung oleh kecakapan siswa dalam
menggunakannya agar bermanfaat secara
optimal.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa
media kartu koloid tidak berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Faktor yang
bisa jadi menyebabkan hal ini adalah
kurangnya sosialisasi kartu koloid kepada
siswa karena waktu yang terbatas.
Sosialisasi kartu koloid membutuhkan waktu
Ratna Azizah Mashami, Pengembangan Media Kartu Koloid
agar siswa mengenal dan mengingat kata
dan gambar pada kartu dengan baik serta
memahami aturan permainan sehingga
mudah saat memainkannya. Menurut Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan (2007), waktu
untuk proses belajar mengajar terbatas
disebabkan oleh kurikulum yang sarat
materi sehingga jumlah pertemuan untuk
setiap materi dibatasi. Sosialisasi kartu
koloid telah dilakukan dengan menggunakan
kartu tersebut sebagai alat bantu saat
menyampaikan materi. Akan tetapi, tahap
sosialisasi ini sepertinya kurang berhasil
yang mengakibatkan siswa mengalami
kesulitan
dalam
memahami
aturan
permainan sehingga masih ada siswa yang
bertanya mengenai aturan permainan pada
saat permainan sedang berlangsung.
Faktor lainnya adalah kecakapan
siswa dalam menggunakan kartu koloid
yang kurang. Kurangnya kecakapan siswa
ini berkaitan dengan waktu yang terbatas.
Kecakapan siswa dalam menggunakan kartu
koloid perlu diasah secara terus-menerus
dengan cara memainkan kartu koloid
berulang kali. Kecakapan siswa meliputi
kesiapan materi dan kemampuan menemukan konsep. Media kartu koloid tidak
berperan optimal dalam proses belajar
karena menurut Sumiati dan Asra (2008)
setiap bentuk media pembelajaran menuntut
kecakapan tertentu dalam menggunakannya
sehingga media pembelajaran tersebut dapat
bermanfaat untuk membantu kegiatan
pembelajaran. Siswa tidak terbiasa dengan
kegiatan menemukan sendiri suatu konsep
melainkan terbiasa dengan menemukan
konsep menurut perintah yang ada pada soal
seperti di kelas kontrol. Selama permainan
berlangsung siswa lebih sering bertanya
kepada guru mengenai kebenaran mereka
dalam menghubungkan kata. Sebagian besar
siswa mengalami kesulitan dalam menemukan konsep sehingga ketuntasan klasikal
kelas eksperimen hanya mencapai 22, 86 %.
Berdasarkan hasil permainan kartu
koloid tampak bahwa siswa kelas
eksperimen mampu menemukan konsep dari
kata-kata yang mereka susun walaupun
kalimat dalam penulisan konsep tersebut
masih belum benar, tetapi konsep yang
siswa temukan belum dipahami sepenuhnya
sehingga tidak tersimpan dengan baik dalam
ingatan mereka. Hal ini menunjukkan
kecakapan siswa dalam memainkan kartu
koloid masih kurang dan menyebabkan
siswa kesulitan mengingat kembali konsep
koloid saat tes berlangsung. Selain itu, dari
hasil analisis terhadap butir soal, sebagian
besar siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol tidak dapat menjawab dengan benar
soal mengenai koloid liofil dan liofob karena
pernyataan pada soal tidak terdapat saat
permainan ataupun diskusi namun telah
disampaikan saat penjelasan materi, sedangkan pada soal tentang adsorpsi perbedaan
jumlah jawaban yang benar antara kedua
kelas sangat jauh dimana tidak ada siswa
yang menjawab benar di kelas eksperimen
tetapi ada 14 siswa menjawab benar di kelas
kontrol. Siswa kelas kontrol dapat mengembangkan konsep tentang adsorpsi yang
terlihat pada hasil diskusi (Gambar 2) siswa
menuliskan “adsorpsi adalah kemampuan
partikel koloid menyerap ion sehingga
koloid memiliki muatan tergantung jenis ion
yang diserap”, sedangkan dari kata “partikel
koloid-adsorpsi” yang tersusun siswa kelas
eksperimen hanya terpaku pada kata tersebut
sehingga hanya dapat menuliskan konsep
411
Jurnal Kependidikan 13 (4): 407-414
“partikel koloid memiliki kemampuan
menyerap ion yang disebut adsorpsi” seperti
terlihat pada Gambar 3.
Gambar 2. Hasil Diskusi Siswa Kelas
Kontrol
Gambar 3. Konsep yang Ditemukan Siswa
Kelas Eksperimen
Permainan yang semula direncanakan sebanyak dua kali hanya berlangsung
satu kali. Permainan kartu koloid menuntut
siswa secara mandiri menemukan berbagai
konsep koloid tetapi siswa tidak dapat
menemukan berbagai konsep koloid hanya
dalam satu kali permainan. Waktu selama 45
menit tidak efektif untuk suatu permainan
terlebih lagi permainan yang baru bagi siswa.
Seperti yang dikatakan oleh Ibrahim dan
Nana (2003) bahwa salah satu hambatan
yang sering dialami dalam mengajar dengan
menggunakan media pembelajaran adalah
kurangnya waktu yang tersedia. Sumiati dan
Asra (2008) menambahkan betapapun
baiknya media pembelajaran yang ada, jika
412
penggunaannya memerlukan waktu yang
tidak sesuai dengan waktu yang tersedia
dapat mengganggu keberhasilan belajar.
Kartu koloid memang tidak berpengaruh secara langsung terhadap prestasi
belajar siswa tetapi tetap ada pengaruh
positif penggunaan media ini yakni dapat
meningkatkan motivasi siswa. Pada saat
memberikan pelajaran guru tidak hanya
berceramah,
melainkan
juga
sambil
menunjukkan media pembelajaran sehingga
akan menarik perhatian siswa. Siswa di
kelas eksperimen terlihat antusias menyimak
penjelasan guru. Antusias siswa ini terlihat
dari keaktifan siswa saat menjawab
pertanyaan guru mengenai materi yang ada
pada kartu. Selain itu, rasa ingin tahu siswa
mengenai kata atau gambar pada kartu
sangat besar sehingga siswa berinisiatif
bertanya. Antusias siswa seperti ini tidak
terlihat pada siswa di kelas kontrol karena
penjelasan materi tanpa menggunakan kartu
koloid. Menurut Slameto (2003) penggunaan media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan
motivasi belajar serta membawa pengaruh
psikologis terhadap siswa.
Kartu koloid dalam penelitian ini
merupakan media visual yang memiliki
beberapa fungsi seperti yang diungkapkan
oleh Arsyad (2004). Fungsi atensi media
visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang
berkaitan dengan makna visual yang
ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran. Fungsi afektif media visual dapat
terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar teks bergambar. Fungsi kognitif
media visual terlihat dari lambang visual
Ratna Azizah Mashami, Pengembangan Media Kartu Koloid
atau gambar memperlancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar. Fungsi kompensatoris media
pembelajaran untuk mengakomodasikan
siswa yang lemah dan lambat menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan
dengan teks atau disajikan secara verbal.
Fungsi atensi dan fungsi afektif kartu
koloid dapat dilihat dari antusias siswa pada
saat guru menyampaikan materi. Fungsi
kompensatoris terlihat dari nilai terendah
yang diperoleh siswa kelas eksperimen
(46,67) lebih tinggi dari pada nilai terendah
yang diperoleh siswa kelas kontrol (30).
Fungsi media kartu koloid sebagai media
visual yang tidak tercapai pada penelitian ini
hanya fungsi kognitif. Media pembelajaran
ini tidak dapat memperlancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat
konsep mengenai koloid sehingga prestasi
belajar siswa kelas eksperimen lebih rendah.
Pembelajaran
merupakan suatu
proses yang terdiri dari beberapa tahap.
Menurut Sumiati dan Asra (2008), ketika
penjelasan guru telah selesai, bukan berarti
semua siswa yang telah mempelajari dapat
secara otomatis menggunakan apa yang
telah mereka pelajari. Di akhir proses
pembelajaran ada suatu tahap yang dinamakan tahap tindak lanjut yang bertujuan
untuk memberi penguatan (reinforcement)
materi
pembelajaran
kepada
siswa.
Pembelajaran di kelas eksperimen dilakukan
dengan permainan kartu koloid sebagai
bentuk penguatan sedangkan di kelas
kontrol dilakukan dengan mendiskusikan
soal-soal. Baik kartu koloid maupun soal
memuat konsep yang sama yang mengacu
pada tujuan pembelajaran. Permainan kartu
koloid dan diskusi soal berlangsung dengan
alokasi waktu yang sama tetapi hasil yang
diperoleh kedua kelas berbeda. Siswa di
kelas kontrol mampu mendiskusikan semua
soal dan membahasnya dengan guru
sehingga konsep-konsep mengenai koloid
dapat mereka pahami secara utuh.
Penguatan yang diterima oleh siswa
kelas kontrol jauh lebih baik dari pada siswa
kelas eksperimen sehingga prestasi belajar
siswa kelas eksperimen lebih rendah
dibandingkan dengan prestasi belajar siswa
kelas kontrol. Bila permainan kartu koloid
berlangsung dengan waktu yang cukup
maka media kartu koloid akan berpengaruh
positif terhadap prestasi belajar siswa. Hal
ini berdasarkan pembahasan sebelumnya
bahwa kartu koloid dapat meningkatkan
atensi, motivasi, rasa ingin tahu, dan
keterampilan bertanya siswa. Namun, waktu
yang terbatas dalam penelitian ini menjadi
kendala utama untuk mencapai kondisi yang
diharapkan.
Simpulan dan Saran
Media kartu koloid telah dikembangkan
mengadopsi permainan kartu domino yang
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
Satu set kartu koloid terdiri dari 28 kartu.
Kartu koloid dinyatakan valid berdasarkan
hasil validasi dan uji coba pada kelompok
kecil. Uji coba di SMAK Kesuma Mataram
menunjukkan media kartu koloid tidak
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
karena keterbatasan waktu. Namun, kartu
koloid dapat meningkatkan atensi, motivasi,
dan rasa ingin tahu siswa. Media kartu
koloid dapat digunakan sebagai media
pembelajaran apabila waktu yang tersedia
cukup banyak.
413
Jurnal Kependidikan 13 (4): 407-414
Daftar Pustaka
Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hakiim, Lukmanul. 2008. Perencanaan
Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima.
Ibrahim dan Nana Syaodih. 2003.
Perencanaan Pengajaran. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sumiati
dan
Asra.
2008.
Metode
Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Prima.
Tim Pengembang
Ilmu
Pendidikan.
2007.
Ilmu
dan
Aplikasi
Pendidikan. Bandung: IMTIMA.
Winarti, Atiek. 2001. Pembelajar Ilmu
Kimia dan Kontribusinya Terhadap
Perkembangan Intelektualitas. Jurnal
kependidikan dan kebudayaan vidya
karya. Volume 2: 109.
414
Download