BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan program yang bukan lagi menjadi pilihan, tetapi sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk bertanggung jawab pada kehidupan sekitar. Terdapat pro-kontra dalam pelaksanaan CSR itu sendiri, mulai dari pendapat akan sifat CSR yang bukan merupakan tugas korporasi yang bertujuan menjaring laba, hingga sifat CSR yang lebih banyak dianggap sebagai benteng dari langgengnya sebuah perusahaan. CSR kini lebih banyak dilakukan oleh perusahaan atas dasar konsumen yang semakin cerdas memilih produk mana yang berkualitas dari hasil konsumsi hingga produksi. Beberapa konsumen mulai mempertimbangkan produk-produk yang baik dikonsumsi oleh masyarakat juga harus bersifat baik terhadap lingkungan demi keberlanjutan dan masa depan. Melihat berbagai perbedaan konsep dalam pelaksanaan CSR yang menyimpang, muncul sebuah konsep baru dalam tanggung jawab sosial yaitu Creating Value Chain (CSV). CSV merupakan cara yang dilakukan perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial melalui sistim bagi nilai. Sehingga kegiatan CSV lebih banyak menjadikan masyarakat sebagai bagian dari akor didalam perusahaan, CSV pula dilakukan dengan menciptakan rasa kompetitif antar perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial, dan kompetisi tersebut bisa dimenangkan oleh perusahaan yang benar-benat melaksakan tanggung jawab sosialnya dengan baik. Penilaian masyarakat terhadap produk yang baik adalah produk yang bermanfaat baik antara produsen dan konsumen, bermanfaat dalam Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 147 menjaring mitra terkait rantai produksi, hingga membangun kelompok usaha demi kemajuan lokal. berbagai usaha ini ditempuh dalam rangka memperbaiki hidup masyarakat yang selama ini berada dalam lingkaran kemiskinan. PT.Unilever Indonesia Tbk merupakan perusahaan terkemuka yang turut memasukan CSR kedalam kegiatan korporasi. CSV atau prinsip berbagi nilai merupakan cara yang dipilih oleh PT.Unilever Indonesia Tbk dalam menjalankan program CSR. Perusahaan ini telah mengeluarkan berbagai produk ternama yang menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat, mulai sunlight, pepsodent, molto, ice cream walls, teh sariwangi dan masih banyak lagi. Salah satu produk yang melibatkan tanggung jawab sosial perusahaan PT.Unilever Indonesia Tbk adalah Kecap Bango. Berbeda dengan kegiatan sosial produk-produk Unilever lainnya, Kecap Bango merupakan produk yang memutuskan untuk bermitra dengan aktor-aktor terkait kebutuhan perusahaan. Pada penelitian ini, peneliti melihat adanya kemitraan yang terjalin antara PT.Unilever Indonesia Tbk selaku perusahaan yang mengaluarkan kebijakan CSR melalui tangan kanannya yaitu Yayasan Unilever Indonesia Tbk. Tidak hanya itu, demi memberikan kedelai hitam terbaik sebagai bahan utama Kecap Bango, Unilever pula melibatkan peran para ahli benih malika dari Universitas Gadjah Mada. Selain itu Yayasan Unilever pula melibatkan peran dari Yayasan Persada selaku pelaksana dilapangan, khususnya aktor yang menangani kawasan Yogyakarta, dan para petani kedelai hitam selaku aktor utama dalam kemitraan ini. Demi mengawali misinya, PT.Unilever Indonesia Tbk menyerahkan tanggung jawab sosial perusahaan sepenuhnya terhadap Yayasan Unilever Indonesia. Pada Kecap Bango sendiri, Yayasan Unilever mencoba memperluas jaringan kemitraan dengan mengkaitkan koperasi yang telah berbadan hukum, koperasi ini kemudian memberikan Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 148 informasi akan kemitraan ini kepada para kelompok tani yang ada dibawah naungannya. Unilever sendiri tidak memaksa seluruh kelompok yang ada dibawah koperasi untuk ikut serta, beberapa kelompok yang bersedia pula nantinya akan diseleksi sesuai dengan kepercayaan perusahaan akan komitmen dari para kelompok tani yang bersedia bermitra untuk menanam kedelai hitam malika. Desa Sumbermulyo merupakan salah satu desa di Kabupaten Bantul yang mendapatkan informasi akan kemitraan ini. terdapat dua padukuhan yang bersedia untuk bermitra, yaitu Padukuhan Plumbungan dan Padukuhan Siten. Sejarahnya, Padukuhan Plumbungan memiliki dua kelompok kedelai hitam dan dua kelompok sortasi yaitu kelompok Plumbungan dan kelompok Sabrang. Akan tetapi, semenjak meninggal dunianya Indra selaku ketua kelompok kedelai hitam Sabrang menjadikan kelompok ini bergabung menjadi satu dengan kelompok Plumbungan yang dikepalai oleh Naryo. Sementara kelompok sortasi Sabrang dan Plumbungan tetap dua karena kelompok ini memiliki struktur dan program pemberdayaannya masing-masing. Lain halnya dengan Plumbungan, Padukuhan Siten hanya memiliki satu kelompok sortasi dan satu kelompok kedelai hitam yang dikepalai oleh Andri. Kedua padukuhan ini telah sepakat dengan perusahaan untuk menanam kedelai hitam malika dan menyerahkan hasilnya kepada PT.Unilever Indonesia Tbk sebagai bahan utama Kecap Bango. Pada pelaksanaannya, tiap-tiap kelompok telah mendapatkan berbagai kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Yayasan Unilever Indonesia (YUI). Yayasan ini membagi dua fokus pemberdayaan, pertama adalah pemberdayaan untuk para petani kedelai hitam dilapangan oleh UGM, dan kedua adalah pemberdayaan bagi para kelompok Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 149 sortasi yang didominasi oleh para wanita petani kedelai hitam yang dilakukan oleh Yayasan Persada. Selaras dengan tujuan YUI dalam pemberdayaan petani kedelai hitam ini. Pihak UGM selaku ahli benih malika memberikan stimulant berupa sekolah lapangan untuk para petani kedelai hitam agar mampu menanam malika dengan modal benih yang hemat dan hasil panen yang maksimal. UGM pula memberikan pendampinga agar penanaman kedelai hitam ini sesuai dengan kesepakatan perusahaan. selain itu, petani juga mendapatkan pengetahuan akan pengembangan dan perbanyakan benih sebagai tabungan benih kelompok. Berbeda dengan UGM, Yayasan Persada lebih banyak menggerakan kelompok wanita sortasi dalam kegiatan pemberdayaan. Wanita-wanita ini merupakan para petani atau istri dari petani kedelai hitam yang turut andil dalam kegiatan sortasi, yaitu pemilahan kedelai hitam yang sesuai dengan standar perusahaan. Seyogyanya, kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui beberapa proses. Pertama, penyadaran dilakukan oleh Unilever kepada para petani dengan memanfaatkan ilmu tani dari UGM. Melalui kognisi, belief, dan healing, hal ini diupayakan demi memberikan kesadaran kepada para petani akan nilai prositif dari adanya kemitraan. Kedua adalah pengkapasitasan, proses pengkapasitasan ini dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan kepada para petani tentang nilai positif dari malika sebagai stimulant bentuk kemitraan. Hal ini diupayakan demi meningkatkan kemampuan petani kedelai hitam baik dalam konteks manusia secara individu, organisasi, dan kemampuan bekerjasama sebagai system nilai. Ketiga adalah pendayaan sebagai proses dari pemberdayaan itu sendiri. Pemberdayaan ini dilakukan oleh mitra terkait Unilever Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 150 Indonesia yaitu UGM dengan memberikan sekolah lapangan, pendampingan, dan kegiatan perbanyakan benih demi tabungan kelompok tani. Sortasi merupakan kegiatan pasca panen dalam memilah kedelai hitam agar sesuai standart perusahaan. Kelompok sortasi ini dibentuk bukan semata-mata mempekerjakan wanita, tetapi Yayasan Persada juga mencoba memantik mereka melalui pemberdayaan kelompok sortasi. Misalnya berani untuk tampil dan mengutarakan argumennya pada pentas seni, tari, teater, ataupun Koran selembar. Yayasan Unilever Indonesia bersama Yayasan Persada pada tahun 2013 juga telah membentuk KUB (Kelompok Usaha Bersama) yang terdiri dari kelompok wanita sortasi di Kabupaten Bantul. Kegiatan ini dipercaya mampu menumbuhkan kemandirian, tanggung jawab, dan peningkatan ekonomi keluarga petani kedelai hitam. Kegiatan CSR tidak terlepas dari adanya konsep Triple Bottom Line, bentuk ini merupakan dasar tanggung jawab perusahaan terkait people, profit, dan planet. PT.Unilever Indonesia menyadari akan ketiga tanggung jawab tersebut, bahwa dengan semakin banyaknya laba yang masuk pada korporasi, artinya perusahaan juga harus semakin melihat kelangsungan masyarakat dan lingkungan sekitar. Yayasan Unilever Indonesia kemudian memanfaatkan mitra terkait demi memenuhi tanggung jawab sosial. Melalui kebijakan Sustainable Sourching Program (Program Keanekagaraman Hayati), Unilever berupaya memanfaatkan potensi sumber daya lokal berupa kedelai hitam untuk menjadi bahan utama Kecap Bango. Unilever pula mengikutsertakan peran dari pada petani sebagai aktor utama dalam kegiatan ini. Kebiajakan CSR PT.Unilever Indonesia Tbk ini kemudian dibentuk melalui kemitraan antar aktor yang saling membutuhkan, memiliki kesepakatan, dan memiliki kesamaan dalam mencapai tujuan. Melengkapi semua itu, Yayasan Unilever Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 151 memberikan pemberdayaan kepada para petani kedelai hitam, salah satunya di Desa Sumbermulyo Kabupaten Bantul. Upaya ini dilakukan selain untuk memenuhi kualitas dan standar perusahaan, juga demi meningkatkan kualitas masyarakat dalam hal ilmu tani demi menjaga kualitas malika, mendidik petani dalam berkomunikasi terhadap pihak terkait, serta kemandirian petani dalam menambah dan mengirimkan pasokan kedelai hitam. Maka jawaban atas kegiatan CSR PT.Unilever Indonesia Tbk adalah menjaring mitra terkait untuk bekerjasama dengan perusahaan dengan memberikan pemberdayaan sebagai kelangsungan hidup demi mencapai visi bersama. Sejauh mana perusahaan melakukan CSR dapat dilihat melalui empat tangga kriteria CSR yang dipaparkan oleh Caroll, yaitu ekonomi, hukum, etika, dan filantropi. CSR PT.Unilever Indonesia Tbk bisa dikatakan masih berada pada tahapan ekonomi. Kendati perusahaan ini sudah mendapatkan Proper emas, Unilever tidak bisa melepaskan petani kedelai hitam yang telah ia berdayakan. Pasalnya, kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan ini adalah menjaring mitra terkait kebutuhan perusahaan. Sehingga pemberdayaan yang diberikan perusahaan ini semata-mata untuk mengikat produsen untuk setia dan menjual hasil panen mereka kepada PT.Unilever Indonesia Tbk sebagai bahan utama Kecap Bango. UGM selaku ahli benih dan kabel antara pihak korporasi dan masyarakat memantau jalannya kegiatan ini. Petani kedelai hitam tidak bisa menjual hasil kedelai hitam mereka diluar PT.Unilever Indonesia Tbk, mengingat bahwa semua ilmu dan benih malika yang telah diberikan merupakan bukti kesepakatan petani yang terikat dalam satu kontrak kerjasama. Etika kerjasama yang disepakati oleh para petani diantaranya adalah menanam kedelai hitam dengan benih malika, mengembalikan benih malika sebagai modal tanam Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 152 setiap tahunnya sesuai dengan banyaknya jumlah malika yang dipinjam dikelompok, selain itu petani juga tidak diwajibkan menjual hasil panen malika kepada PT.Unilever Indonesia Tbk. Atas etika kerjasama ini, salah satu kendala yang muncul adalah petani kedelai hitam yang memilih untuk menjual hasil panennya kepada pasar apabila harga yang ditentukan korporasi lebih rendah dibandingkan harga pasar. Mengingat kembali akan pergeseran bentuk CSR dengan CSV, PT.Unilever Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang melaksanakan program tanggung jawab sosial dengan cara berbagi nilai atau menjaring mitra terkait. Perusahaan ini mengambil kebijakan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan lebih dari sekedar charity ataupun pembangunan infrastruktur kebutuhan masyarakat. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, kegiatan CSR Unilever yang melibatkan mitra terkait merupakan usaha perusahaan membentuk tanggung jawab sosial dengan berbagi nilai kepada masyarakat. Maka bentuk CSR yang dilakukan oleh perusahaan tersebut adalah dengan mulai menerapkan tanggung jawab ketahapan CSV. Meskipun PT.Unilever Indonesia Tbk tidak bisa sepenuhnya dikatakan telah melaksanakan tanggung jawab berbagi nilai, tapi diluar dari itu, PT.Unilever Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang konsisten melakukan CSR dalam bentuk pemberdayaan sebagai bagian dari tanggung jawab korporasi. V.2. Saran Berikut adalah rekomendasi bagi: A. Petani Kedelai Hitam di Desa Sumbermulyo Kabupaten Bantul Menguatkan kualitas internal dengan cara meningkatkan komunikasi yang baik antara petani kedelai hitam di desa Sumbermulyo dengan Koperasi di Kabupaten Bantul. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 153 Meningkatkan komunikasi antar ketua kelompok kedelai hitam, terutama dalam melakukan sortasi agar kedelai hitam tidak menumpuk disatu tempat karena kekurangan tenaga sortasi. Menguatkan kekerabatan sesama anggota kelompok demi menjaga jumlah petani dan hasil kedelai hitam untuk tetap berkomitmen menanam malika. B. PT.Unilever Indonesia dan Yayasan Unilever Indonesia Memaksimalkan komunikasi antar mitra terkait, bukan hanya dengan Yayasan Persada dan UGM saja, tetapi juga lebih memahami kebutuhan petani dilapangan. Memberikan harga kedelai hitam yang sesuai, untuk meminimalisir penyimpangan penjualan kedelai hitam jatuh ketangan pasar. Memberikan pelatihan berupa olahan panganan yang terbuat dari kedelai hitam. Hal ini dapat menunjang kerjasama antara perusahaan dengan masyarakat dari sisi CSV. Masyarakat yang mendapatkan pelatihan pengolahan panganan tersebut kemudian dirangkul untuk bisa dipasarkan hasilnya melalui label Unilever. C. Yayasan Persada Memaksimalkan keanggotaan kelompok sortasi yang tergabung di Kabupaten Bantul untuk lebih mengoptimalkan kegiataan pemberdayaan perempuan pada lingkup desa dan padukuhan. Memberikan pemberdayaan kepada perempuan terkain olahan kedelai hitam. Hal ini tidak semata-mata demi kemandirian masyarakat saja, tetapi juga kemitraan yang semakin erat dengan pihak korporasi terkait. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 154 D. Ahli benih malika dari Universitas Gadjah Mada Memaksimalkan pengawasan penggunaan benih malika di gudang kelompok tani kedelai hitam Desa Sumbermulyo. Memantau kesetiaan para petani kedelai hitam atas penjualan hasil panennya kepada PT.Unilever Indonesia Tbk. Menjaring petani-petani lain untuk menambah pasoka kedelai hitam demi menggantikan petani kedelai hitam sebelumnya yang tidak konsisten. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 155