asas pertanggungjawaban terhadap korporasi yang

advertisement
Nurul Sasmita : Asas Pertanggungjawaban Terhadap Korporasi.....17
ASAS PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP KORPORASI YANG
MELAKUKAN TINDAK PIDANA PERBANKAN
Nurul Sasmita
Bank Kalimantan Selatan
E-mail: [email protected]
Abstract :
The aims of this thesis is (1) to investigate and explain the positions of corporations in conducting
banking criminal acts, and (2) also to identify and explain the criminal responsibility of bank as the
perpetrator in banking criminal acts. This research is normative, conceptual approach and the approach
of legislation regarding responsibility principles of the corporation for banking criminal acts.
Corporations have chances in committing a crime, especially banking criminal acts just by making a
corporation recognized as a subject of existence apart from human beings, so that in practice there is a
criminal offense committed by the corporation. The corporation takes part in the occurrence of a crime.
In practice, the determination of a criminal offense conducted by the corporation is known through two
things: first, the works of the committee: they should be constructed as they use the principles of the
liability of corporation’s criminal actions. Principally, stakeholders and officials or employees of a
corporation have the responsibility for its own corporate actions; second, errors in the corporation, as
long as it is in the science of criminal law, the overview of criminals is still often associated with physical
actions performed by the manufacturers (fysieke dader) but this can be overcome by the study of
"functional actors" (functionele dader). We can prove that the action of committee or employees of the
corporation in the society act traffic concerned, the acts of the corporation errors in the forms (dolus or
culpa) must be regarded as corporate faults.
Towards the corporations that make banking criminal acts we can have their responsibility with the
principles of strict liability. On the principle of strict liability, it is known that the responsibility is on
them even if they do not have the required mens rea. The substance of this principle is that the
perpetrator has been punished if the perpetrator may have provable conduct prohibited by the criminal
provision (actus reus) without see the inner attitude. In this conception, the corporation is considered
having responsibility for physical acts performed by management. A corporation convicted in principles
is intended to develop a sense of justice in the corporation who commits banking criminal acts as stated
in Article 46 paragraph (2), so that if a corporation committed criminal acts, we can also have the
responsibility of the corporation.
Keywords: Banking Criminal Acts, Corporation, Responsibility
Abstrak :
Menurut peraturan perundang-udangan, korporasi sebagai subyek hukum dapat dikenakan pidana
sebagaimana manusia melakuka tindak pidana. Pada praktiknya, penentuan tindak pidana yang
dilakukan oleh korporasi diketahui melalui dua hal, yaitu pertama tentang perbuatan pengurus yang
harus dikonstruksikan sebagai perbuatan korporasi maka digunakanlah asas pertanggungjawaban
pidana. Pada asas tersebut stakeholder maupun pengurus atau pegawai suatu korporasi,
bertanggungjawab terhadap perbuatan korporasi itu sendiri. dan kedua tentang kesalahan pada
korporasi, memang selama ini dalam ilmu hukum pidana gambaran tentang pelaku tindak pidana masih
sering dikaitkan dengan perbuatan yang secara fisik dilakukan oleh pembuat (fysieke dader) namun hal
ini dapat diatasi dengan ajaran “pelaku fungsional” (functionele dader). Kita dapat membuktikan bahwa
perbuatan pengurus atau pegawai korporasi itu dalam lalu lintas bermasyarakat berlaku sebagai
perbuatan korporasi yang bersangkutan maka kesalahan dalam bentuk (dolus atau culpa) mereka harus
dianggap sebagai kesalahan korporasi. Terhadap korporasi yang melakukan tindak pidana perbankan
dapat dimintai pertanggungjawaban pidana dengan menggunakan asas strict liability. Pada asas strict
liability diketahui bahwa pembebanan tanggung jawab pidana kepada pelakunya sekalipun pelakunya
18 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016
tidak memiliki mens rea yang dipersyaratkan. Adapun substansi dari asas ini adalah pelaku sudah dapat
dijatuhi pidana apabila pelaku telah dapat dibuktikan melakukan perbuatan yang dilarang oleh
ketentuan pidana (actus reus) tanpa melihat sikap batinnya. Dalam konsepsi ini, korporasi dianggap
bertanggung jawab atas perbuatan yang secara fisik dilakukan oleh pengurus (direksi dan komisaris).
Dipidananya korporasi pada asas ini dimaksudkan dapat menimbulkan rasa keadilan pada korporasi
yang melakukan tindak pidana perbankan, sehingga apabila korporasi melakukan tindak pidana maka
korporasi juga dapat dimintai pertanggungjawaban.
Kata kunci: Korporasi, Pertanggungjawaban, Tindak Pidana Perbankan
aspek pertanggungjawaban pidana korporasi
PENDAHULUAN
Kebijakan telah mendorong bagi
sebagai suatu faktor deteren guna mencegah
timbulnya kejahatan ekonomi di bidang
berulangnya kejahatan korporasi yang meru-
perbankan yang dilakukan oleh korporasi
gikan
dan sekaligus juga telah memunculkan
diakomodasi
adanya korban, disamping itu adanya kejahatan
yang
dilakukan
oleh
negara,
hukum
apakah
telah
positif,
bagaimana bentuk dan penerapannya.
dan
1
korporasi
Terhadap kedudukan korporasi da-
menunjukkan telah terjadi perkembangan
lam tindak pidana perbankan ini, M. Arief
mengenai pelaku kejahatan ekonomi di
Amrullah, Guru Besar Ilmu Hukum Uni-
bidang perbankan. Jika semula hanya bank
versitas Jember, dalam Seminar Pengkajian
yang dianggap sebagai sasaran atau target
Hukum Nasional 2011 di Jakarta, Selasa, 15
pelaku kejahatan. Pada perkembangannya,
November 2011, menyatakan bahwa, “Bank
bank pun dapat melakukan kejahatan atau
pun dapat melakukan kejahatan atau sebagai
sebagai pelaku kejahatan.
pelaku kejahatan di bidang perbankan”.2 Ia
Keberadaan
oleh
keuangan
korporasi
seharusnya
juga mengatakan bahwa korban kejahatan
memberikan manfaat kepada negara dan
korporasi umumnya cukup besar, karena itu
bangsa, yang apabila aspek tanggung jawab
menurutnya sudah seharusnya ada perlin-
sosial tersebut dilaksanakan dengan sung-
dungan hukum pidana, baik terhadap korban
guh-sungguh. Khusus pada masa pemerin-
potensial maupun korban nyata, namun
tahan Orde Baru yang lalu, korporasi
sayangnya, menurutnya belum ada proses
tumbuh dengan pesat, tetapi justru banyak
untuk meminta pertanggungjawaban pidana
kurang bermanfaat bagi peningkatan ke-
bank sebagai korporasi. Hal inilah yang kata
sejahteraan masyarakat, banyak diantaranya
Dekan Fakultas Hukum Universitas Jember
yang merugikan keuangan negara dengan
jumlah yang sangat besar. Oleh karena itu,
perlu untuk dikaji lebih mendalam mengenai
1
Ibid., hlm. 12-13.
Hukum Online. 2011. Pidana Korporasi
Tak
Berlaku
Bagi
Perbankan.
http://www.hukumonline.com. Diakses pada tanggal
16 Juli 2014.
2
Nurul Sasmita : Asas Pertanggungjawaban Terhadap Korporasi.....19
tersebut menimbulkan pertanyaan tentang
cukup kalau dengan menggunakan doktrin
keberlakuan prinsip pidana korporasi di
Vicarious Liability saja, karena pada prak-
dunia perbankan.
tiknya adanya aktivitas bank gelap tersebut
M. Arief Amrullah juga menyebut-
dilatarbelakangi oleh sebuah korporasi, se-
kan bahwa berdasarkan UU Perbankan,
hingga dapat dimungkinkan juga meminta
korporasi bukan merupakan subjek hukum
pertanggungjawaban pidana terhadap korpo-
pidana. Ini berarti jika terjadi tindak pidana
rasinya, sehingga dalam hal ini harusnya
di bidang perbankan, bank sebagai korporasi
diterapkan doktrin Strict Liability, yaitu
tidak dapat dipertanggungjawabkan secara
pertanggungjawaban pidana langsung, yang
pidana. Konsep UU Perbankan sejalan deng-
dalam hal ini seseorang sudah dapat
an konsep Kitab Undang-undang Hukum
dipertanggungjawabkan untuk tindak pidana
Pidana (KUHP) yang belum mengenal kor-
tertentu walaupun pada diri orang lain tidak
porasi sebagai subjek hukum pidana. Se-
ada kesalahan (mens rea). Prinsip tanggung
hingga dalam hal ini ia beranggapan bahwa
jawab tanpa keharusan untuk membuktikan
UU Perbankan dapat digolongkan ke dalam
adanya kesalahan, atau dengan perkataan
peraturan perundang-undangan bidang hu-
lain suatu prinsip tanggung jawab yang
kum administratif yang memuat sanksi pi-
memandang “kesalahan” sebagai suatu yang
dana.
tidak relevan untuk dipermasalahkan apakah
Sesuai dengan rumusan Pasal 46 UU
pada kenyataan ada atau tidak.
Perbankan, sanksi pidana tidak dijatuhkan
Selain penghimpunan dana masya-
kepada korporasi, yang dikenakan pidana
rakat yang tidak berizin atau bank gelap,
hanyalah mereka yang memberi perintah
juga terdapat tindak pidana perbankan
melakukan penghimpunan dana atau yang
lainnya seperti tindak pidana yang berkaitan
bertindak sebagai pimpinan terhadap peng-
dengan rahasia bank, tindak pidana yang
himpunan dana tersebut atau kedua-duanya,
berkaitan dengan pengawasan dan pembi-
atau dapat dikatakan bahwa Pasal 46 ayat
naan bank, serta tindak pidana yang berkait-
(2) menganut doktrin Vicarious Liability,
an dengan usaha bank. Dan kalau pada
yaitu doktrin yang mengatur mengenai
akhirnya korporasi harus dipertanggungja-
pertanggungjawaban pidana yang dibeban-
wabkan atas tindak pidana yang dilakukan-
kan kepada seseorang atas perbuatan orang
nya, maka pertanyaan yang muncul adalah
lain (pertanggungjawaban pidana peng-
bagaimana
ganti). Apabila yang diterapkan hanya
melakukan tindak pidana perbankan? Dan
doktrin Vicarious Liability pada Pasal 46
bagaimana
maka dirasa tidak adil, dan tidak hanya
kedudukan
korporasi
pertanggungjawaban
dalam
pidana
20 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016
bank selaku pelaku dalam tindak pidana
kalangan sosial - ekonomi rendah tetapi juga
perbankan?
dari kalangan sosial - ekonomi yang tinggi.
Disadari bahwa kejahatan perbankan
PEMBAHASAN
atau
tindak
pidana
perbankan
selalu
Kedudukan Korporasi Dalam Melakukan Tindak Pidana Perbankan
berhubungan erat dengan kegiatan ekonomi
Tindak pidana perbankan merupakan
bisnis (business related activities). Menge-
salah satu bentuk dari tindak pidana eko-
nai perbuatan melanggar hukum yang
nomi, yaitu suatu tindak pidana yang
dilakukan oleh korporasi yang dalam hal ini
mempunyai motif ekonomi dan lazimnya
adalah bank dalam menjalankan kegiatan
dilakukan oleh orang-orang yang mem-
ekonomi atau bisnisnya, dijelaskan Clinard
punyai kemampuan intelektual dan mem-
dan Yeager bahwa: “Terdapat dua pan-
punyai posisi penting di dalam masyarakat
dangan yang secara umum dapat dipakai
atau pekerjaannya.3 Tindak pidana perbank-
untuk menjelaskan kejahatan bisnis, yaitu,
an dapat pula dikatakan perbuatan melang-
model tujuan yang rasional dan model
gar hukum yang dilakukan baik dengan
organik. Terhadap model yang pertama, mo-
sengaja ataupun dengan tidak sengaja (lalai)
del tujuan yang rasional, yaitu model atau
yang dilakukan oleh korporasi dan/atau ang-
pendekatan
gota-anggota pengurusnya dalam menjalan-
mencari keuntungan, sedangkan model yang
kan setiap bentuk usahanya (usaha bank)
kedua yakni model organik lebih menekan-
sehingga menimbulkan kerugian materiil
kan pada hubungan antara perusahaan
dan/atau kerugian immateriil baik bagi
dengan lingkungan ekonomi dan politiknya.4
masyarakat maupun bagi negara, baik yang
Menurut Conklin, kejahatan atau tin-
disadari maupun yang tidak disadari yang
dak pidana korporasi (dalam hal ini adalah
terjadi dalam suatu wilayah negara tertentu
bank) maupun kejahatan bisnis memiliki di-
ataupun lintas batas negara (transnasional)
mensi ekonomi, yakni : “Business crime is
dengan waktu yang seketika ataupun dengan
an illegal act, punishable in the course of a
jangka waktu. Tindak pidana perbankan
legitimate occupation or pursuit in the
merupakan tindak pidana kerah putih (white
industrial or commercial sector for the
collar crime), tindak pidana ekonomi, serta
purpose of obtaining, or obtaining business
tindak pidana bisnis. Dikatakan sebagai
or personal advantage”.5 (Kejahatan atau
atau kegiatan yang berkaitan dengan dunia
yang
mengutamakan
untuk
white collar crime karena pelaku kejahatan
4
ini bukan orang-orang yang berasal dari
3
Hermansyah. 2006. Hukum Perbankan
Indone-sia. Jakarta: Kencana, Jakarta, hlm. 160.
I. S. Susanto. 1995. Kejahatan Korporasi.
Semarang: BP Universitas Diponegoro (UNDIP),
hlm. 29.
5
Steven Box. 1983. Power Crime and
Mystification, hlm. 20.
Nurul Sasmita : Asas Pertanggungjawaban Terhadap Korporasi.....21
tindak pidana bisnis adalah tindakan ilegal
organ direksi. Korporasi bisa dianggap me-
yang diancam dengan sanksi pidana, yang
lakukan tindak pidana berdasarkan perbuat-
dilakukan oleh seorang individu dan/atau
an yang dilakukan oleh orang yang mengon-
sektor komersial untuk tujuan memperoleh
trol pengurusan korporasi.
uang atau harta atau keuntungan, meng-
Tindak pidana perbankan sebagai
hindari pembayaran uang atau kerugian
tindak pidana yang mempunyai motif dan
harta benda, atau untuk memperoleh ke-
tujuan ekonomi, sehingga akibat yang di-
untungan pribadi).
timbulkan tentu saja kerugian di bidang
Berbicara masalah tindak pidana
perekonomian yang sangat luas, tidak hanya
perbankan, maka tidak akan lepas dari
perseorangan atau kelompok masyarakat
pertanggungjawaban pidana korporasinya,
bahkan perekonomian suatu negara dilaku-
dalam hal ini kedudukan korporasi sebagai
kan oleh pelaku yang mempunyai kemam-
pelaku dalam tindak pidana perbankan.
puan lebih dengan memanfaatkan teknologi.
Permasalahan pertanggungjawaban persero-
Tindak pidana perbankan menunjuk-
an terbatas sebagai korporasi pelaku tindak
an pada pelanggaran dan kejahatan hukum
pidana (secara umum) dan tindak pidana
perbankan yang dilakukan oleh korporasi.
perbankan adalah suatu hal yang tidak
Konstruksi yuridis yang dipakai untuk
sederhana, mengingat korporasi adalah ba-
mengatakan bahwa korporasi telah melaku-
dan hukum. Permasalahan ini berpangkal
kan tindak pidana perbankan adalah apabila
pada adanya asas tiada pidana tanpa
tindak pidana itu dilakukan oleh pengurus
kesalahan. Kesalahan adalah mens rea atau
atau pegawai korporasi yang masih dalam
sikap kalbu yang secara alamiah hanya ada
lingkup kewenangannya dan untuk kepen-
pada orang alamiah. Oleh sebab itu, hanya
tingan korporasinya. Jika tidak demikian, itu
manusia alamiah yang bisa dimintakan
bukanlah tindak pidana perbankan yang
pertanggungjawaban pidana. Karena korpo-
dilakukan oleh korporasi.
rasi dianggap sebagai orang, yang mem-
Di dalam aktivitas korporasi di bi-
punyai organ layaknya manusia alamiah,
dang hukum perdata terdapat kemungkinan
maka korporasi harus dianggap mempunyai
adanya penyimpangan yang dikenal dengan
6
kalbu. Mens rea adalah unsur yang sulit
ultra vires, yaitu tindakan direksi yang
dibuktikan dari korporasi yang dianggap
dilakukan berada di luar maksud dan tujuan
melakukan tindak pidana mengingat korpo-
perseroan dan di luar kewenangan yang
rasi hanya bisa melakukan tindakan melalui
diberikan kepadanya berdasarkan undangundang yang berlaku dan anggaran dasar
6
Emily Finch dan Stefan Fafinski. 2011.
Criminal Law, 3rd Ed. Harlow, Essex, England:
Pearson Education Ltd, hlm. 124.
perseroan, yang dapat diminta pertanggung-
22 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016
jawaban pribadi pengurusnya secara perdata.
korporasi sebagai subjek hukum pidana.
Demikian pula halnya jika terjadi penyim-
Prodjodikoro, misalnya, menyatakan bahwa
pangan dalam bentuk melanggar ketentuan
dengan adanya perkumpulan-perkumpulan
hukum pidana, akan terjadi tindak pidana
dari orang-orang manusia, yang sebagai
korporasi.
badan hukum turut serta dalam pergaulan
Tindak pidana korporasi pada dasar-
hidup kemasyarakatan, timbul gejala-gejala
nya adalah perbuatan yang dilakukan oleh
dari perkumpulan itu, yang paling dilakukan
direksi dan/atau pegawai dari korporasi,
oleh oknum, terang masuk perumusan
pada setiap tindakan yang menjalankan
pelbagai tindak pidana. Dalam hal ini,
tugas dan fungsi serta bisa mewakili kor-
sebagai perwakilan, yang kena hukuman
porasi, yang dapat mengakibatkan tanggung
pidana adalah oknum lagi, yaitu orang-orang
jawab
korporasi
yang berfungsi sebagai pengurus dari badan
maupun bersama dengan pegawainya secara
hukum, seperti misalnya seorang direktur
pribadi dapat diminta pertanggungjawaban
dari suatu perseroan terbatas, yang diper-
secara pidana. Agar korporasi dapat diminta
tanggungjawabkan. Sedangkan mungkin se-
pertanggungjawaban, dari apa yang telah
kali seorang direktur itu hanya melakukan
dilakukan direksi atau pegawainya (agen-
saja putusan dari dewan direksi. Maka
agennya), maka harus dipenuhi: 1) Actus
timbul dan kemudian merata gagasan,
reus, artinya perbuatan dilakukan harus di
bahwa juga suatu perkumpulan sebagai
dalam lingkup kekuasaannya. Dengan kata
badan tersendiri dapat dikenakan hukuman
lain, perbuatan dalam menjalankan tugasnya
pidana sebagai subjek suatu tindak pidana.
itu masih dalam cakupan tugas atau
Hukuman pidana ini tentunya hanya yang
kewenangan korporasi; 2) Perbuatan itu
berupa denda, yang dapat dibayar dari ke-
dilakukan dengan sengaja (mens rea);
kayaan perkumpulan.8
pidana.
Baik
kepada
3)
Perbuatan tersebut dilakukan oleh pelaku
yang cakap jiwa atau mentalnya. 7
R.
Soerjatin
berpendapat
bahwa
mengenai pertanggungjawaban badan hu-
Di Indonesia, sebenarnya corporate
kum tidak ada lagi keraguan. Yang harus
crime bukan hal yang baru, melainkan hal
menjalani hukuman adalah anggota peng-
lama yang senantiasa berganti kemasan,
urus, yang melakukan pelanggaran. Hukum-
yang dalam perkembangannya ditemukan
an denda dengan sendirinya harus dibayar
pandangan para ahli yang mewacanakan
oleh
badan
8
7
Djoko Sarwoko.1995. Tindak Pidana
Korporasi dan Etika Bisnis, dalam Varia Peradilan,
Tahun XII, No. 146, November 1995. Jakarta: Ikahi,
hlm. 150.
hukum
itu
dari
kasnya.9
Wirjono Prodjodikoro. 1981. Asas-asas
Hukum Pidana di Indonesia. Bandung: Erecso, hlm.
50.
9
R. Soerjatin.1987. Hukum Dagang dan II.
Jakarta: Pradnya Paramita, hlm. 79.
Nurul Sasmita : Asas Pertanggungjawaban Terhadap Korporasi.....23
Demikian juga dengan Simons, yang ber-
instruksi-instruksi yang mereka berikan
pendirian bahwa pertanggungjawaban pi-
dalam menjalankan korporasi.
dana korporasi dalam beberapa hal haruslah
dapat diterima.10
atasan dan bawahan berkaitan pengambilan
Apabila konstruksi yuridis tersebut di
atas dibawa
ke
Mengenai masalah hubungan antara
dalam
keputusan atau langkah-langkah usaha yang
tindak pidana
melanggar hukum, Kriesberg mengemuka-
perbankan, maka suatu korporasi dikatakan
kan 3 (tiga) model pengambilan keputusan
melakukan tindak pidana apabila dilakukan
korporasi yang melanggar hukum, yaitu: 1)
oleh pengurusnya yang apabila tindakan
Rational action model, dimana korporasi
yang dilakukan tidak sesuai dengan AD-
dilihat sebagai unit tunggal yang secara
ART dan melanggar UU Perbankan, yang
rasional
mana dalam AD-ART nya adalah bertindak
apabila hal tersebut merupakan kepentingan
untuk dan atas nama bank, namun dalam
korporasi; 2) Organization process model,
praktiknya dilakukan penyimpangan atas
korporasi dilihat sebagai suatu sistem unit-
AD-ART.
unit yang terorganisasi secara longgar,
Pendelegasian tanggungjawab dan
dimana
bermaksud
melanggar
macam-macam
unit
hukum
korporasi
wewenang pada suatu korporasi raksasa
mungkin tidak mematuhi hukum karena
cenderung mengakibatkan lemahnya koor-
menghadapi kesulitan untuk dapat meme-
dinasi dari atas ke bawah maupun se-
nuhi produk yang ditargetkan, sehingga
baliknya. Pemimpin terkadang tidak menge-
untuk dapat memenuhinya mereka cende-
tahui keputusan atau langkah-langkah usaha
rung
yang dilakukan oleh struktur di bawahnya
hukum seperti misalnya dengan mengurangi
dalam mencapai target yang telah ditentukan
pengeluaran-pengeluaran yang diperlukan
oleh korporasi atau atasannya. Terkadang
untuk menjaga keselamatan kerja, iklan
bawahan yang menerima instruksi dari
yang menyesatkan dan sebagainya; 3)
atasan menempuh cara yang melanggar
Kejahatan korporasi merupakan produk dari
hukum dalam rangka mencapai target yang
keputusan-keputusan yang dibuat secara in-
diinstruksikan atasan. Situasi inilah yang
dividual untuk kepentingan pribadi.11
melakukannya
dengan
melanggar
kerap kali menjadi celah bagi para pimpinan
Pendapat Kriesberg tersebut di atas
untuk melepaskan diri dari tanggungjawab
mencoba membedakan antara keputusan
yang muncul kemudian atas masalah-
korporasi yang melanggar hukum yang
masalah yang timbul sebagai kon-sekuensi
benar-benar dilakukan oleh korporasi dalam
rangka
mendapatkan
keuntungan
10
D. Simons.1992. Kitab Pelajaran Hukum
Pidana. Bandung: Pionir Jaya, hlm. 195.
11
Ibid., hlm. 28.
yang
24 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016
besar, keputusan melanggar hukum yang
orang yang mengendalikan korporasi, baik
dilakukan oleh para bawahan dalam rangka
sendirian maupun bersama-sama dengan
mencapai target yang telah ditentukan oleh
pejabat senior yang lain. Para pejabat senior
atasan, serta keputusan melanggar hukum
tersebut mencerminkan dan mewakili pikir-
yang dibuat individu dalam struktur korpo-
an atau kehendak dari korporasi. Hal inilah
rasi untuk keuntungan perseorangan atau
yang membedakan mereka dengan para
pribadi. Begitu rumitnya struktur organisasi
pegawai
dan sub-sub sistem yang ada dalam sebuah
melaksanakan apa yang telah diarahkan oleh
korporasi, sehingga tidak jarang tanpa di-
pejabat senior. Para pengendali korporasi
sadari, tindakan-tindakan yang dilakukan
dalam pengertian luas adalah “para direktur
dalam menjalankan bisnis korporasi telah
dan manajer”.
melanggar hukum dan merugikan bahkan
membahayakan masyarakat.
biasa dan agen yang hanya
Korporasi dapat diminta pertanggungjawaban
pidana
apabila
pengurus
Hakekat korporasi dapat dilihat dari
persero sudah terbukti oleh putusan hakim
pernyataan klasik Viscount Haldane L.C.
tingkat pertama ataupun tingkat akhir yang
yang menyatakan bahwa korporasi adalah
telah mempunyai kekuatan hukum tetap/
suatu abstraksi. Ia tidak lagi memiliki
dinyatakan bersalah melakukan tindak pi-
pikirannya sendiri dibanding dengan tu-
dana yang dalam praktiknya diketahui ter-
buhnya sendiri; kehendak yang dijalankan
dapat kerugian persero. Setelah itu baru kor-
dan bersifat mengarahkan harus secara
porasi dapat diminta pertanggung-jawaban
konsisten dilihat pada seseorang yang untuk
karena pengurus korporasi bertindak untuk
tujuan tertentu mungkin disebut agen/wakil,
dan atas nama korporasi, namun terlebih
tetapi yang sebenarnya mengarahkan pikiran
dahulu harus dinyatakan bersalah dan di-
dan kehendak dari korporasi, (yaitu) ego dan
jatuhi sanksi pidana terlebih dahulu terhadap
pusat korporasi.12 Pernyataan ini sejalan
pengurusnya, baru bisa menetapkan status
dengan pendapat yang mengatakan bahwa
korporasinya.
korporasi dapat melakukan kejahatan itu
sendiri, yaitu dengan melalui pejabat seniornya yang memiliki kedudukan dan
Pertanggungjawaban
Pidana
Bank
Selaku Pelaku Dalam Tindak Pidana
Perbankan
kekuasaan untuk berperan sebagai otak dari
korporasi.
Dengan demikian, pejabat senior
yang dimaksud oleh hukum adalah orang-
Menurut Muladi dan Dwidja Priyatno, seperti dianggap sebagai kata lain yang
berakhiran dengan "tio" maka "corporatio"
dianggap sebagai kata benda (substantivum)
12
Peter Gillies (Penyunting: Barda Nawawi
Arief). 1990.Criminal Law., hlm. 126.
yang berasal dari kata kerja "corporare"
Nurul Sasmita : Asas Pertanggungjawaban Terhadap Korporasi.....25
yang banyak dipakai orang pada zaman abad
apa saja yang dapat dilakukan oleh manusia.
pertengahan atau sesudah itu. Corporare itu
Korporasi dapat membeli dan menjual
sendiri berasal dari kata corpus yang dalam
properti, baik yang nyata secara pribadi dan
bahasa Indonesia berarti "badan". Dengan
atas namanya sendiri. Hal ini menyebabkan
penjelasan di atas, Muladi dan Dwidja
korporasi dapat menuntut dan dituntut
Priyatno menyimpulkan bahwa corporatio
secara resmi atas namanya sendiri). Sedang-
dapat diartikan sebagai proses memberikan
kan menurut
badan atau proses membadan-kan. Dengan
bukunya
demikian maka akhirnya corporatio itu ber-
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
arti hasil pekerjaan membadankan, dengan
korporasi adalah badan yang diciptakannya
perkataan lain, dapat pula dikatakan bahwa
itu terdiri dari corpus, yaitu struktur fisiknya
korporasi merupakan badan yang dijadikan
dan ke dalamnya hukum memasukkan unsur
orang,
dengan
animus yang membuat badan itu mempunyai
perbuatan manusia sebagai lawan terhadap
kepribadian. Oleh karena badan hukum ini
badan manusia, yang terjadi menurut alam.13
merupakan ciptaan hukum, maka kecuali
badan
Menurut
yang
diperoleh
Garner dan Bryan A.
Pengertian korporasi diambil dari istilah
yang
Satjipto Rahardjo dalam
berjudul
Ilmu
Hukum
penciptaannya, kematiannya pun ditentukan
oleh hukum.16
dalam bahasa Inggris corporation yang
Berbeda dengan pendapat para ahli
berarti badan hukum atau sekelompok orang
di atas, Sutan Remy Sjahdeini menyatakan
yang oleh undang-undang diperbolehkan
bahwa dalam mendefinisikan apa yang
untuk melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dengan korporasi dapat dilihat
seorang individu sebagai subjek hukum,
dalam artinya secara sempit, maupun dilihat
14
dalam artinya yang luas. Beliau menyatakan
Kenneth S. Ferber dalam bukunya Corpo-
bahwa; "Menurut artinya yang sempit, yaitu
ration Law menyatakan bahwa: "A corpo-
sebagai badan hukum, korporasi merupakan
ration is artificial person. It can do anything
figur hukum yang eksistensi dan ke-
a person can do. It can buy and sell
wenangannya untuk dapat atau berwenang
property, both real and personal, in its own
melakukan perbuatan hukum diakui oleh
name. It can sue and be sued in its own
hukum perdata. Artinya, hukum perdatalah
name. It is formal".15 (Korporasi adalah
yang mengakui eksistensi dari korporasi dan
buatan orang. Korporasi dapat melakukan
memberikannya hidup untuk dapat ber-
berbeda dengan para pemegang sahamnya.
wenang melakukan perbuatan hukum se13
Ibid., hlm. 12.
Garner dan Bryan A. 2003. Black's Law
Dictionary (Second Pocket Edition), hlm. 147.
15
Kenneth S. Ferber. 2002. Corporation
Law. Prentice Hall, hlm. 18.
14
bagai suatu figur hukum. Demikian juga
16
Satjipto Rahardjo. 2000. Ilmu Hukum.
Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm. 13.
26 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016
halnya dengan matinya korporasi. Suatu
undangan hukum pidana Indonesia dinyata-
korporasi hanya mati secara hukum apabila
kan bahwa pengertian korporasi adalah
matinya korporasi itu diakui oleh hukum". 17
kumpulan terorganisasi dari orang-orang
Sedangkan
secara
luas
sebagai
pengertian korporasi dalam hukum pidana,
dan/atau kekayaan baik merupakan badan
hukum maupun bukan".19
beliau mendefinisikan korporasi sebagai
Berdasarkan penjelasan mengenai
berikut: "Dalam hukum pidana, korporasi
korporasi di atas, dapat disimpulkan bahwa
meliputi baik badan hukum maupun bukan
bank dapat dikategorikan sebagai suatu
badan hukum. Bukan saja badan-badan
korporasi sehingga secara konseptual dinilai
hukum seperti perseroan terbatas, yayasan,
dapat melakukan suatu tindak pidana (tindak
koperasi, atau perkumpulan yang telah
pidana perbankan) dan dapat mempertang-
disahkan
yang
gungjawabkan perbuatannya secara pidana.
digolongkan sebagai korporasi menurut
Persoalan berikutnya, apabila bank dapat
hukum
firma,
dikategorikan sebagai suatu korporasi yang
persekutuan komanditer atau CV, dan
dinilai dapat melakukan suatu tindak pidana
persekutuan atau maatschap, yaitu badan-
dan mempertanggungjawabkan perbuatan-
badan usaha yang menurut hukum perdata
nya secara pidana, pertanyaannya adalah:
bukan suatu badan hukum".18
Bagaimana
sebagai
pidana,
badan
hukum
tetapi
juga
pertanggungjawaban
pidana
Terkait dengan hal ini, H. Setiyono
bank selaku pelaku dalam tindak pidana
mengemukakan bahwa: "Korporasi merupa-
perbankan? Guna menjawab pertanyaan
kan istilah yang biasa digunakan oleh para
tersebut akan diuraikan mengenai doktrin-
ahli hukum pidana dan kriminologi untuk
doktrin pertanggungjawaban pidana korpo-
menyebut badan hukum (rechtspersoon),
rasi, model pertanggungjawaban pida-na
legal body atau legal person. Konsep badan
korporasi dan sanksi pidana yang dapat
hukum itu sebenarnya bermula dari konsep
dimintakan terhadap bank yang melakukan
hukum perdata yang tumbuh akibat dari
tindak pidana perbankan.
perkembangan masyarakat. Pengertian korporasi dalam hukum pidana Indonesia lebih
luas
dari
pengertian
badan
hukum
sebagaimana dalam konsep hukum perdata.
Dalam
berbagai
peraturan
perundang-
Doktrin-doktrin
Pidana Korporasi
 Identification Theory
Liablity Doctrine
19
17
Sutan Remy Sjahdeini. 2006. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi. Jakarta: Grafiti
Pers, hlm. 43.
18
Ibid., hlm. 45.
Pertanggungjawaban
atau
Direct
H. Setiyono. 2003. Kejahatan Korporasi
Analisis Viktimologi dan Pertanggungjawaban
Korporasi dalam Hukum Pidana, Edisi kedua
Cetakan Pertama. Malang: Banyumedia Publishing
hlm. 17.
Nurul Sasmita : Asas Pertanggungjawaban Terhadap Korporasi.....27
Menurut doktrin ini, korporasi yang
senior korporasi yang memiliki kewenangan
dalam hal ini adalah bank dapat melakukan
untuk dapat bertindak sebagai directing
tindak pidana secara langsung melalui
mind dari korporasi tersebut.
“pejabat senior” (senior officer) dan diidentifikasi sebagai perbuatan dari perusa-
 Strict Liability atau Absolute Liability
haan atau korporasi itu sendiri, dengan
demikian maka perbuatan “pejabat senior”
(senior officer) dipandang sebagai perbuatan
korporasi. Jadi, dalam teori ini agar suatu
korporasi
dapat
dibebani
pertanggung-
jawaban pidana maka orang yang melakukan tindak pidana tersebut harus dapat
benar-benar dibebankan kepada korporasi
apabila perbuatan pidana tersebut dilakukan
oleh orang yang merupakan “directing
Doktrin kedua yang mendukung
pertanggungjawaban
menyatakan bahwa: “The acts and state of
mind the person are the acts and state of
mind of the corporation” (tindakan atau
kehendak
direktur
adalah
merupakan
tindakan dan kehendak dari korporasi).
atau yang disebut juga dengan pertanggungjawaban tanpa
dengan
kepada
pidana
korporasi
yang
dibebankan
harus memperhatikan
dengan teliti siapa yang benar-benar menjadi
otak atau pemegang kontrol operasional
korporasi, yang berwenang mengeluarkan
kebijakan dan mengambil keputusan atas
nama korporasi. Suatu perbuatan dapat
dianggap sebagai tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi, hanya apabila tindak
pidana tersebut dilakukan oleh pejabat
20
Muladi. Op. Cit., hlm. 21.
no-fault
kesalahan atau disebut
liability
atau
liability
without fault. Dalam prinsip ini pertanggungjawaban pidana
dapat
diminta-kan
tanpa keharusan untuk membuktikan adanya
kesalahan dari pelaku tindak pidana.
Menurut Barda Nawawi Arief, sering
dipersoalkan apakah strict liability itu sama
dengan absolute liability. Mengenai hal ini,
terdapat dua pendapat yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Pendapat pertama
dapat dikatakan bahwa kelompok pertama
20
Dalam teori identifikasi, pertanggungjawaban
korporasi
adalah strict liability atau absolute liability
mind” dari korporasi tersebut. Hal senada
juga dikemukakan oleh Richard Card, yang
pidana
ini menyamakan pengertian antara strict
liability dan absolute liability. Adapun
alasan atau dasar pemikirannya bahwa
dalam perkara strict liability seseorang yang
telah melakukan perbuatan terlarang (actus
reus)
sebagaimana
dirumuskan
dalam
undang-undang sudah dapat dipidana tanpa
mempersoalkan adalah si pelaku mempunyai
kesalahan (mens rea) atau tidak. Jadi, seseorang yang sudah melakukan tindak pida-
28 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016
na yang memenuhi rumusan undang-undang
dipertanggungjawabkan untuk tindak pidana
harus atau mutlak dapat dipidana.21
tertentu walaupun pada diri orang itu tidak
Hamzah Hatrik mendefinisikan bah-
ada kesalahan (mens rea). Secara singkat,
wa strict laibility adalah pertanggung-
strict liability diartikan sebagai “liability
jawaban tanpa kesalahan (liability without
without fault” (pertanggungjawaban pidana
fault), yang dalam hal ini si pembuat sudah
tanpa kesalahan).24 Pendapat senada juga
dapat dipidana jika telah melakukan per-
diutarakan oleh Muladi sebagaimana dikutip
buatan yang dilarang sebagaimana yang
oleh M. Hamdan dalam bukunya yang
telah dirumuskan dalam undang-undang,
berjudul Tindak Pidana Pencemaran Ling-
tanpa melihat lebih jauh sikap batin si
kungan.25
pembuat.22 Di samping itu, Hanafi dalam
Terkait dengan hal ini, Sutan Remy
bukunya Strict Liability dan Vicarious
Sjahdeini berpendapat bahwa dalam hukum
Liability dalam Hukum Pidana menegaskan
pidana yang terjadi belakangan, dikenalkan
bahwa dalam perbuatan pidana yang bersifat
pula tindak pidana-tindak pidana yang
strict liabiltiy hanya dibutuhkan dugaan atau
pertanggungjawaban pidananya dapat dibe-
pengetahuan dari pelaku (terdakwa), sudah
bankan kepada pelakunya sekalipun pelaku-
cukup menuntut pertanggungjawaban pidana
nya tidak memiliki mens rea yang disya-
dari padanya. Jadi, dalam hal ini tidak
ratkan. Cukuplah apabila dapat dibukti-kan
dipersoalkan adanya mens rea karena unsur
bahwa pelaku tindak pidana telah melaku-
pokok strict liability adanya actus reus
kan actus reus, yaitu melakukan perbuatan
(perbuatan) sehingga yang harus dibuktikan
yang dilarang oleh ketentuan pidana atau
adanya actus reus (perbuatan), bukan mens
tidak melakukan perbuatan yang diwajibkan
23
rea (kesalahan).
oleh ketentuan pidana atau tidak melakukan
Selain itu, Siswanto Sunarso dalam
perbuatan yang diwajibkan oleh ketentuan
bukunya yang berjudul Hukum Pidana
pidana. Tindak pidana-tindak pidana yang
Lingkungan Hidup dan Strategi Penye-
demikian itu disebut offences of strict
lesaian Sengketa juga menerangkan bahwa
liability atau yang sering dikenal juga
menurut doktrin “strict liability” (pertang-
sebagai offences of absolute prohibitation.26
gungjawaban ketat) seseorang sudah dapat
21
Ibid., hlm. 40.
22
Hamzah
Hatrik.
1996.
Asas
Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum
Pidana (Strict Liability dan Vicarious Liability).
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 110.
23
Hanafi. 1997. Strict Liability dan Vicarious Liability dalam Hukum Pidana. Yogyakarta:
Lembaga Penelitian Universitas Islam Indonesia,
hlm. 15.
Argumentasi yang hampir serupa dikemukakan pula oleh Ted Honderich di
24
Siswanto Susanto. 2005. Hukum Pidana
Lingkungan Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengketa. Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 141.
25
M. Hamdan. 2000. Hukum Pidana Lingkungan Hidup. Bandung: Mandar Maju, hlm. 89-90.
26
Sutan Remy Sjahdenini. Op. Cit., hlm. 78.
Nurul Sasmita : Asas Pertanggungjawaban Terhadap Korporasi.....29
mana ia mengemukakan bahwa premisse
pertanggungjawabkan atas perbuatan atau
(dalil atau alasan) yang bisa dikemukakan
kesalahan atau perbuatan dan kesalahan
untuk penerapan strict liability adalah : a)
orang lain. Pertanggungjawaban seperti ini
sulitnya membuktikan pertanggungjawaban
hampir seluruhnya diterapkan pada tindak
untuk tindak pidana tertentu; b) sangat
pidana yang secara tegas diatur dalam
perlunya mencegah jenis-jenis tindak pidana
undang-undang. Dengan kata lain, tidak
tertentu untuk menghindari adanya bahaya
terhadap semua delik atau tindak pidana
yang sangat luas; c) pidana yang dijatuhkan
dapat dilakukan secara vicarious. Peng-
sebagai akibat dari strict liability adalah
adilan
ringan27
prinsip yang dapat diaplikasikan secara
telah
mengembangkan
beberapa
khusus mengenai hal ini. Salah satunya
 Vicarious Liability Doctrine
adalah employement principle sebagaimana
Doktrin vicarious liability didasar-
telah dikemukakan di atas.
kan pada employment principle. Yang
Mengenai employment principle ini,
dimaksud dengan employment principle
Peter
dalam hal ini bahwa majikan (employer)
pendapat dalam kaitannya dengan vicarious
adalah
dari
liability, yaitu : 1) Suatu perusahaan atau
perbuatan para buruh atau karyawannya.
korporasi (seperti halnya manusia sebagai
Jadi dalam hal ini terlihat prinsip "the
pelaku atau pengusaha) dapat bertanggung
servant's act is the master act ini law" atau
jawab secara pengganti untuk perbuatan
yang dikenal juga dengan prinsip the agency
yang dikemukakan oleh karyawan atau
principle yang berbunyi: "The company is
agennya.
liable for the wrongful acts of all its
hanya timbul untuk delik yang mampu
employess". Vicarious Liability Doctrine ini
dilakukan
sering diartikan sebagai pertanggungjawab-
hubungannya dengan "employment prin-
an pengganti (pertanggungjawaban menurut
ciple", tindak pidana ini sebagian besar atau
hukum di mana seseorang atas perbuatan
seluruhnya merupakan "summary offences"
salah yang dilakukan oleh orang lain" (the
yang berkaitan dengan peraturan perdagang-
legal responsibility of one person for the
an; 3) Kedudukan majikan atau agen dalam
wrongful acts of another).28
ruang
penanggung
jawab
utama
Berdasarkan doktrin pertanggungjawaban pengganti ini, seseorang dapat di-
Gillies
Muladi dan Dwidja Priyatno. Op. Cit.,
hlm. 108.
28
Barda Nawawi Arief. Op. Cit., hlm. 41.
secara
relevan menurut
penting
beberapa
Pertanggungjawaban
lingkup
korporasi
27
mengemukakan
bahwa
vicarious;
demikian
2)
pekerjaannya,
Dalam
tidaklah
doktrin ini. Tidaklah
majikan,
maupun secara
baik
sebagai
alami, tidak
mengarahkan atau memberi petunjuk atau
30 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016
perintah pada karyawan untuk melakukan
mind) dari buruh atau karyawan dapat
pelanggaran
dipertanggungjawabkan
terhadap
hukum
pidana.
kepada
majikan,
(Bahkan dalam beberapa kasus, vicarious
hanya apabila ada pendelegasian kewe-
liability dikenakan terhadap majikan walau-
nangan dan kewajiban dan hanya untuk
pun
delik yang ditentukan oleh undang-undang
karyawan
bertentangan
melakukan
dengan
perbuatan
instruksi
yang
(statutory offences).
diberikan, berdasarkan alasan bahwa perbuatan karyawan dipandang telah melakukan perbuatan itu dalam ruang lingkup
pekerjaannya). Oleh karena itu, apabila
perusahaan terlibat, pertanggung-jawaban
Model
Pertanggungjawaban
Korporasi
Pidana
 Pertanggungjawaban Pengurus korporasi sebagai pembuat
akan tetap muncul sekalipun perbuatan itu
Sistem pertanggungjawaban ini di-
dilakukan tanpa menunjuk pada orang senior
tandai dengan usaha-usaha agar sifat tindak
di dalam perusahaan yang bersangkutan. 29
pidana yang dilakukan korporasi dibatasi
Dalam employment principle, majikan
adalah
pihak
utama
yang
hingga apabila suatu tindak pidana terjadi
apa
yang
dalam lingkungan korporasi, maka tindak
dilakukan oleh buruh di mana perbuatan
pidana itu dianggap dilakukan pengurus
tersebut dilakukan dalam lingkup perkerja-
korporasi itu. Sistem ini membedakan “tugas
annya. Di negara Australia dinyatakan
mengurus” dari “pengurus”. Ketentuan yang
dengan tegas bahwa the vicar's criminal act
menunjukkan bahwa tindak pidana hanya
(perbuatan dalam delik vicarious) dan the
dilakukan oleh manusia adalah Pasal 51
vicar's guilty mind (kesalahan atau sikap
W.v.S atau Pasal 59 KUHP, yang berbunyi
batin jahat dalam delik vicarious) adalah
”Dalam hal-hal dimana karena pelanggaran
tanggung jawab majikan. Berbeda halnya
ditentukan pidana terhadap pengurus, ang-
dengan negara Inggris, a guilty mind hanya
gota badan pengurus atau komisaris-ko-
dapat dianggap menjadi tanggung jawab
misaris, maka pengurus, anggota badan
majikan apabila ada pendelegasian kewe-
pengurus atau komisaris yang ternyata tidak
nangan dan kewajiban yang relavan (a
ikut campur melakukan pelanggaran tidak
relevan "delegation" of power and duties)
dipidana (sebagai alasan penghapusan pi-
menurut undang-undang.30 Dengan kata lain
dana).
bertanggungjawab
yang
pada perorangan (natuurlijk persoon). Se-
terhadap
ada prinsip delegasi (delegation principle)
Dalam hal pengurus korporasi seba-
yang dianut, di mana kesalahan (guilty
gai pembuat dan penguruslah yang bertang-
29
30
Barda Nawawi Arief. Op. Cit., hlm. 236.
Barda Nawawi Arief. Op. Cit., hlm. 152.
gung jawab, kepada pengurus korporasi
Nurul Sasmita : Asas Pertanggungjawaban Terhadap Korporasi.....31
dibebankan kewajiban tertentu. Kewajiban
Dalam hal korporasi sebagai pem-
yang dibebankan itu sebenarnya adalah ke-
buat dan pengurus bertanggung jawab, maka
wajiban dari korporasi. Pengurus yang tidak
ditegaskan
memenuhi kewajiban itu diancam dengan
sebagai pembuat. Pengurus ditunjuk sebagai
pidana. Sehingga dalam sistem ini terdapat
yang bertanggung jawab; yang dipandang
alasan yang menghapuskan pidana. Sedang-
dilakukan korporasi adalah apa yang di-
kan, dasar pemikirannya adalah korporasi itu
lakukan oleh alat perlengkapan korporasi
sendiri tidak dapat dipertanggungjawabkan
menurut wewenang berdasarkan anggaran
terhadap suatu pelanggaran, melainkan se-
dasarnya. Tindak pidana yang dilakukan
lalu penguruslah yang melakukan delik itu.
oleh korporasi adalah tindak pidana yang
Dan, karenanya penguruslah yang diancam
dilakukan orang tertentu sebagai pengurus
pidana dan dipidana.31
dari badan hukum tersebut. Sifat dari
Sebagai dasar pertanggungjawaban
bahwa
korporasi
mungkin
perbuatan yang menjadikan tindak pidana
adalah kesalahan yang terdapat pada jiwa
itu
pelaku dalam hubungannya dengan ke-
memimpin korporasi bertanggung jawab
lakuannya
serta
pidana, terlepas dari apakah ia tahu atau
berdasarkan kejiwaannya itu pelaku dapat
tidak tentang dilakukannya perbuatan itu.
dicela karena kelakuannya itu. Dengan kata
Roeslan Saleh setuju bahwa prinsip ini
lain, hanya dengan hubungan batin inilah
hanya berlaku untuk pelanggaran saja.32
yang
dapat
dipidana
adalah
onpersoonlijk.
Orang
yang
maka perbuatan yang dilarang itu dapat
 Korporasi sebagai pembuat sekaligus
dan sebagai yang bertanggung jawab
dipertanggungjawabkan pada si pelaku.
 Korporasi sebagai pembuat
pengurus bertanggung jawab
dan
Sistem pertanggungjawaban korporasi yang ketiga ini merupakan permulaan
Sistem pertanggungjawaban korpora-
adanya tanggung jawab yang langsung dari
si yang kedua ini ditandai dengan pengakuan
korporasi. Dalam sistem ini dibuka kemung-
yang timbul dalam perumusan undang-
kinan menuntut korporasi dan meminta
undang bahwa suatu tindak pidana dapat
pertanggungjawabannya menurut hukum pi-
dilakukan oleh perserikatan atau badan
dana. Hal-hal yang dapat dipakai sebagai
usaha (korporasi), akan tetapi tanggung ja-
dasar pembenar atau alasan-alasan bahwa
wab untuk itu menjadi beban dari pengurus
korporasi sebagai pembuat dan sekaligus
badan hukum (korporasi) tersebut.
yang bertanggung jawab adalah sebagai
berikut. Pertama, karena dalam berbagai
31
Roeslan Saleh. 1984. Tentang Tindaktindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana.
Jakarta: BPHN, hlm. 20-51.
32
Ibid.
32 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016
tindak pidana ekonomi dan fiskal, ke-
cukup untuk mengadakan represi terhadap
untungan yang diperoleh korporasi atau
delik oleh atau dengan suatu korporasi.
kerugian yang diderita masyarakat dapat se-
Karenanya diperlukan pula untuk dimung-
demikian besarnya sehingga tidak akan
kinkan memidana korporasi, dan pengurus
mungkin seimbang bilamana hukum pidana
atau pengurus saja.33
hanya memidana pengurus saja. Kedua,
Oemar
Seno
Adji
Guru
Besar
dengan hanya memidana pengurus saja,
Hukum Universitas Indonesia dan mantan
tidak atau belum ada jaminan bahwa
Ketua Mahkamah Agung RI, menyatakan
korporasi tidak akan mengulangi tindak
bahwa kemungkinan adanya pemidanaan
pidana lagi. Dengan memidana korporasi
terha-dap persekutuan, ia didasarkan tidak
dengan jenis dan beratnya sesuai dengan
saja atas pertimbangan utilitis, melainkan
sifat korporasi itu, diharapkan korporasi
atas dasar-dasar yang teoritis dapat dibenar-
dapat menaati peraturan yang bersangkutan.
kan.34 Dapat dikatakan bahwa dalam hal
Korporasi sebagai pembuat dan juga
tindak pidana yang dilakukan oleh suatu
sebagai yang bertanggung jawab motivasi-
korporasi maka pidananya dijatuhkan ke-
nya adalah dengan memerhatikan perkem-
pada: a) korporasi itu sendiri; b) yang mem-
bangan korporasi itu sendiri, yaitu bahwa
beri perintah melakukan tindak pidana atau
ternyata untuk beberapa delik tertentu,
yang bertindak sebagai pimpinan perbuatan
ditetapkannya pengurus saja sebagai yang
atau kelalaian itu; atau c) kedua-duanya.
dapat dipidana ternyata tidak cukup. Dalam
delik ekonomi bukan mustahil denda yang
dijatuhkan sebagai hukuman kepada pengurus dibandingkan dengan keuntungan yang
telah
diterima
oleh
korporasi
Sanksi Pidana yang Dapat Dijatuhkan
terhadap Korporasi (Bank)
Berbicara tentang pertanggungjawab-
dengan
an pidana korporasi tidak dapat dipisahkan
melakukan perbuatan itu, atau kerugian yang
dari masalah pidana dan pemidanaan, oleh
ditimbulkan dalam masyarakat, atau yang
karena suatu tindak pidana apabila dapat
diderita oleh saingannya, keuntungan dan/
dipertanggungjawabkan kepada pelakunya,
atau kerugian itu adalah lebih besar daripada
maka konsekuensi lebih lanjut dari hal itu
denda yang dijatuhkan sebagai pidana.
adalah penjatuhan pidana. Dengan diterima-
Dipidananya pengurus saja tidak mem-
nya korporasi sebagai subjek hukum pidana,
berikan jaminan yang cukup bahwa korpo-
maka kapan dan bagaimana suatu sanksi
rasi tidak sekali lagi melakukan perbuatan
yang telah dilarang oleh undang-undang itu.
33
Ibid., hlm. 51-52.
Oemar Seno Adji. 1984. Hukum (Acara)
Pidana dalam ProspeksiI. Jakarta: Erlangga, hlm.
160.
34
Ternyata dipidananya pengurus saja tidak
Nurul Sasmita : Asas Pertanggungjawaban Terhadap Korporasi.....33
pidana ditujukan pada korporasi, menurut
sanksi
Clinard dan Yeagar haruslah memenuhi
kejahatan korporasi yang penuh motif
kriteria-kriteria tertentu, dimana jika kriteria
ekonomi
itu tidak ada maka sebaiknya sanksi per-
urgensinya.36 Dan dasar pertimbangan pemi-
datalah yang digunakan. Adapun kriteria-
danaan korporasi menurut Tim Pengkajian
kriteria tersebut adalah: 1) The degree of
Bidang Hukum Pidana Badan Pengkajian
loss to the public (Derajat kerugian terhadap
Hukum Nasional, dalam laporan hasil
publik); 2) The lever of complicity by high
Pengkajian Bidang Hukum tahun 1980/1981
corporate manager. (Tingkat keterlibatan
menyatakan bahwa jika dipidananya pengu-
oleh jajaran manager); 3) The duration of
rus saja tidak cukup untuk mengadakan
the violation (Lamanya pelanggaran); 4) The
represi terhadap delik-delik yang dilakukan
frequensi of the violation by the corporation
oleh atau dengan suatu korporasi karena
(Frekuensi pelanggaran oleh korporasi); 5)
delik itu cukup besar atau kerugian yang
Evidence of intent to violate (Alat bukti
ditimbulkan dalam masyarakat atau saingan-
yang
saingannya
dimaksudkan
untuk
melakukan
yang
berupa
harus
pidana
terhadap
dipertimbangkan
sangat
berarti”.37
benar
Dengan
pelanggaran); 6) Evidence of extortion, as in
demikian dipidananya pengurus saja tidak
bribery cases (Alat bukti pemerasan, semisal
dapat memberikan jaminan yang cukup
dalam kasus suap); 7) The degree of no-
bahwa korporasi tidak akan sekali lagi
toriety engendered by the media (Derajat
melakukan perbuatan yang dilarang oleh
pengetahuan publik tentang hal-hal negatif
undang-undang.
yang ditimbulkan oleh pemberitaan media);
Kalau dilihat secara global, maka
8) Precedent in law (jurisprudensi); 9) The
tujuan pemidanaan korporasi menyangkut
history of serious, violation by the corpo-
tujuan bersifat integratif yang mencakup: 1)
ration (Riwayat pelanggaran-pelang-garan
Tujuan pemidanaan adalah pencegahan
serius oleh korporasi); 10) Deterence poten-
(umum dan khusus). Tujuan pencegahan
tial (Kemungkinan pencegahan); 12) The
khusus
degree of cooperation evinced by the corpo-
memperbaiki penjahatnya; sedangkan tujuan
ration (Derajat kerja sama korporasi yang
pencegahan umum adalah agar orang lain
35
ditunjukkan oleh korporasi).
untuk
menanggulangi
kesejahteraan
37
238.
dan
masalah36
35
mendidik
Tujuan pemidanaan adalah perlindungan
masalah sosial dalam mencapai tujuan, yaitu
masyarakat.
untuk
tidak melakukan kejahatan tersebut; 2)
Pemidanaan merupakan salah satu
sarana
adalah
Penggunaan
Barda Nawawi Arief. Loc. Cit., hlm. 237 -
H. Setiyono. Op. Cit., hlm. 116-117.
Dwidja Priyatno. 2004. Kebijakan Legislasi Tentang Sistem Pertanggungjawaban Pidana
Korporasi di Indonesia. Bandung: CV. Utomo, hlm.
121.
34 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016
masyarakat. Perlindungan masyarakat seba-
haan di bawah pengampuan selama waktu
gai tujuan pemidanaan mempunyai dimensi
tertentu.39
yang sangat luas, karena secara fundamental
Menurut
Brickey
mengemukakan
ia merupakan tujuan semua pemidanaan.
bahwa pidana pokok yang dapat dijatuhkan
Secara sempit hal ini digambarkan sebagai
kepada korporasi hanyalah denda (fine).
bahan kebijaksanaan pengadilan untuk men-
Akan tetapi, apabila dengan dijatuhkannya
cari jalan melalui tindak pidana; 3) Tujuan
sanksi berupa penutupan seluruh korporasi,
pemidanaan adalah memelihara solidaritas
maka pada dasarnya merupakan “corporate
masyarakat. Pemeliharaan solidaritas masya-
death penalty”, sedangkan sanksi berupa
rakat
tujuan
segala bentuk pembatasan terhadap aktivitas
pemidanaan adalah untuk penegakan adat
korporasi, maka pada hakikatnya mempu-
istiadat masyarakat, dan untuk mencegah
nyai hakikat sama dengan pidana penjara
balas dendam perseorangan, atau balas
atau pidana kurungan, sehingga dikenal ada
dendam yang tidak resmi; 4) Tujuan
istilah “corporate imprisonment”. Bahkan
pemidanaan adalah pengimbalan/keseim-
pidana tambahan berupa pengumuman ke-
bangan, yaitu adanya kesebandingan antara
putusan hakim (publication), merupakan
pidana dengan pertanggungjawaban indivi-
sanksi yang sangat ditakuti oleh suatu
dual dari pelaku tindak pidana, dengan
korporasi.40
dalam
kaitannya
dengan
memperhatikan beberapa faktor.38 Jadi pe-
Perumusan pidana pokok yang lain
midanaan terhadap korporasi harus sesuai
selain pidana denda (fine) sebagaimana
dengan pendirian integratif tentang tujuan
sering dirumuskan dalam beberapa undang-
pemidanaan seperti tersebut di atas.
undang yang tersebar di luar KUHP dewasa
Menurut Suprapto yang menyatakan
ini, dapat saja dilakukan oleh karena
bahwa hukuman yang dapat dikenakan pada
menurut Barda Nawawi Arief, jenis pidana
perusahaan atau korporasi (yang dalam hal
atau tindakan yang dapat dijatuhkan atau
ini bank) adalah: 1) Penutupan seluruhnya
diterapkan terhadap korporasi dapat berupa:
atau sebagian perusahaan si terhukum untuk
1) Financial sanction, dalam hal ini
waktu tertentu; 2) Pencabutan seluruhnya
misalnya denda, peningkatan pajak yang
atau sebagian fasilitas-fasilitas tertentu yang
harus dibayar, dan lain sebagainya; 2)
telah atau dapat diperolehnya dari peme-
Structure sanctions; 3) Restriction entre-
rintah oleh perusahaan atau korporasi se-
preneurialctivities, dalam hal ini misalnya
lama waktu tertentu; 3) Penempatan perusa39
Muladi dan Dwijda Priyatno. Op. Cit.,
hlm. 114.
40
38
Ibid., hlm. 121-123.
hlm. 53.
Muladi dan Barda Nawawi Arief. Op. Cit.,
Nurul Sasmita : Asas Pertanggungjawaban Terhadap Korporasi.....35
pembatasan kegiatan usaha, pembubaran
pleksitas persoalan yang berkaitan dengan
korporasi; 4) Stigmatising sanctions. Namun
kejahatan korporasi.41 Korporasi akan meng-
mengingat korporasi atau perusahaan yang
gunakan segala macam cara untuk dapat
dalam hal ini adalah bank adalah “bisnis
lolos dari jeratan hukum berupa perampasan
kepercayaan”,
stigmatising
keuntungan yang diperoleh dari tindak
sanctions dapat menjadi sanksi yang paling
pidana, lebih-lebih jika korporasi tersebut
ditakuti oleh korporasi termasuk pula bagi
merupakan gabungan dari beberapa kor-
bank.
porasi. Selain itu, kelambatan dalam pe-
nampaknya
Selain berbagai
alternatif sanksi
nanganan
perkara
mulai
dari
tingkat
tersebut di atas, terdapat alternatif sanksi
penyidikan sampai pada pemeriksaan di
pidana lain yang dapat dibebankan atau
pengadilan akan mempersulit pelaksanaan
dijatuhkan terhadap suatu korporasi yang
sanksi tersebut.
dalam hal ini bank adalah perampasan asset
korporasi yang dilakukan baik secara pidana
PENUTUP
(perampasan in-personam atau perampasan
Berpeluangnya korporasi dalam me-
subjektif) ataupun perampasan aset yang
lakukan tindak pidana, khususnya tindak
dilakukan secara perdata (perampasan in-
pidana perbankan menjadikan korporasi
rem atau perampasan objektif), serta peram-
sebagai subjek hukum yang diakui keber-
pasan keuntungan korporasi dari tindak
adaannya selain dari manusia, sehingga
pidana.
dalam praktiknya pun terdapat tindak pidana
Dengan sanksi berupa perampasan
yang dilakukan oleh korporasi. Korporasi
keuntungan yang diperoleh korporasi dari
turut andil dalam terjadinya suatu tindak
melakukan tindak pidana, diharapkan dapat
pidana. Pada praktiknya, penentuan tindak
mencegah korporasi untuk melakukan tindak
pidana yang dilakukan oleh korporasi
pidana. Namun demikian, perampasan ke-
tersebut diketahui melalui dua hal, yaitu
untungan tersebut bukan berart tindak
pertama tentang perbuatan pengurus yang
mengandung kelemahan, yakni sulitnya
harus dikonstruksikan sebagai perbuatan
memperkirakan
jumlah
korporasi maka digunakanlah asas pertang-
keuntungan yang sebenarnya diperoleh kor-
gungjawaban pidana. Pada asas tersebut
porasi dan kelambatan penanganan perkara.
stakeholder maupun pengurus atau pegawai
Hakim akan mengalami kesulitan untuk
suatu korporasi, bertanggungjawab terhadap
memperkirakan jumlah keuntungan yang
perbuatan korporasi itu sendiri. dan kedua
secara
tepat
diperoleh korporasi dari kejahatan yang
41
dilakukan (tindak pidana), mengingat kom-
Sara Sun Bela. 2009. A response to the
Critics of Corporate Criminal Liability, American
Criminal Law Review, Vol. 49, hlm. 1483.
36 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 1, April 2016
tentang kesalahan pada korporasi, memang
Pasal 46 ayat (2), sehingga apabila korporasi
selama ini dalam ilmu hukum pidana
melakukan tindak pidana maka korporasi
gambaran tentang pelaku tindak pidana
juga dapat dimintai pertanggungjawaban.
masih sering dikaitkan dengan perbuatan
yang secara fisik dilakukan oleh pembuat
DAFTAR PUSTAKA
(fysieke dader) namun hal ini dapat diatasi
A, Bryan dan Garner. 2003. Black's Law
dengan ajaran “pelaku fungsional” (functionele dader). Kita dapat membuktikan
Dictionary (Second Pocket Edition).
Abidin, A. Z. 1983. Bunga Rampai Hukum
bahwa perbuatan pengurus atau pegawai
korporasi
itu
dalam
lalu
lintas
Pidana. Jakarta: Pradnya Paramita.
Abdurrachman,
A.
1963.
Ensiklopedia
bermasyarakat berlaku sebagai perbuatan
Ekonomi,
korporasi yang bersangkutan maka kesalah-
Perdagangan,
an dalam bentuk (dolus atau culpa) mereka
jilid I. Jakarta: Yayasan Prapancha.
harus dianggap sebagai kesalahan korporasi.
Adil,
Keuangan
Soetan
K.
dan
(Inggris-Indonesia),
Malikoel.
1955.
Terhadap korporasi yang melakukan tindak
Pembaharuan Hukum Perdata Kita.
pidana
Jakarta:
perbankan
dapat
dimintai
PT. Pembangunan.
pertanggungjawaban pidana dengan meng-
Adji, Oemar Seno. 1984. Hukum (Acara)
gunakan asas strict liability. Pada asas strict
Pidana dalam Prospeksi. Jakarta:
liability diketahui bahwa pembebanan tang-
Erlangga.
gung jawab pidana kepada pelakunya sekali-
Ali, Chidir. 1982. Yurisprudensi Indenesia
pun pelakunya tidak memiliki mens rea
tentang Hukum Pidana Ekonomi.
yang dipersyaratkan. Adapun substansi dari
Bandung: Binacipta.
asas ini adalah pelaku sudah dapat dijatuhi
--------. 1987. Badan Hukum. Bandung:
pidana apabila pelaku telah dapat dibuktikan
melakukan perbuatan yang dilarang oleh
Alumni.
Ali,
Mahrus.
2013.
Asas-asas
ketentuan pidana (actus reus) tanpa melihat
Pidana
Korporasi.
sikap batinnya. Dalam konsepsi ini, kor-
RajaGrafindo Persada.
Hukum
Jakarta:
PT.
porasi dianggap bertanggung jawab atas
Amrullah, M. Arief. 2002. Politik Hukum
perbuatan yang secara fisik dilakukan oleh
Pidana dalam Perlindungan Korban
pengurus (direksi dan komisaris). Dipidana-
Kejahatan
nya korporasi pada asas ini dimaksudkan
Perbankan. Jurnal Hukum FH. UII
dapat menimbulkan rasa keadilan pada
No. 21 Vol. 9 – 2002.
korporasi yang melakukan tindak pidana
perbankan seperti yang tercantum dalam
Ekonomi
Di
Bidang
Arrasjid, Chainur. 2011. Hukum Perbankan.
Jakarta: Sinar Grafika.
Nurul Sasmita : Asas Pertanggungjawaban Terhadap Korporasi.....37
Atmasasmita, Romli. 1996. Perbandingan
Arief, Barda Nawawi. 1982. Masalah
Pemidanaan
Sehubungan
Hukum Pidana, Cetakan I. Bandung:
dengan
Perkembangan Delik-delik Khusus
Mandar Maju.
--------. 2000. Perbandingan Hukum Pidana.
dalam Masyarakat Modern, Kertas
Bandung: Mandar Maju.
Kerja pada Seminar Perkembangan
Delik-delik
Masyarakat
Modernisasi
Khusus
yang
dalam
Mengalami
BPHN-FH
UNAIR
--------. 2003. Pengantar Hukum Kejahatan
Bisnis. Jakarta Timur: Prenada Media.
Bahiej, Ahmad. 2009. Hukum Pidana.
Surabaya, tanggal 25-27 Februari
Yogyakarta: Teras.
1980. Bandung: Binacipta.
Bela, Sara Sun. 2009. A response to the
--------.1988. Perbandingan Hukum Pidana.
Corporate
Criminal
Liability, American Criminal Law
Kuliah FH – UNDIP.
Review, Vol. 49.
Hukum
Pidana.
Jakarta:
Raja
Grafindo Persada.
2005.
Chazawi, Adami. 2001. Pelajaran Hukum
Pidana Bagian 1. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Perkembangan
Sistem
Compton,
Eric
N.
1991.Principle
Banking,
Penataran Nasional Hukum Pidana
Oey). Jakarta: Akademika Pressindo.
Dix,
Goerge
(terjemahan
of
Pemidanaan di Indonesia, Bahan
dan Kriminologi, XI-2005, Kerja
E.
1979.
Alexander
Gilbert
Law
sama FH UBAYA, Forum Pemantau
Summeries Criminal Law. Eleventh
Pemberantasan Korupsi dan ASPEK
Edition. New York: Harcourt Brace
HUPIKI, di Hyatt Hotel Surabaya
Jivaninich Legal and Proffesional
tanggal 14-16 Maret 2005.
Publications. Inc.
--------. 2010. Perbandingan Hukum Pidana.
Djumhana, Muhammad. 1996.
Jakarta: PT. Raja Grafindo.
--------.
of
Semarang: Badan Penyediaan Bahan
--------. 2002. Sari Kuliah Perbandingan
--------.
Critics
2010.
Kapita
Selekta
Bank (Ketentuan dan Penerapannya
Hukum
di Indonesia), Cet. I. Bandung: Citra
Pidana. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti.
--------. 2011. Perbandingan Hukum Pidana,
Cetakan Kesembilan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Rahasia
Aditya Bakti.
--------.
2000.
Hukum
Perbankan
di
Indonesia. Bandung: Citra Aditya
Bhakti.
Download