MOTIVASI BERBUSANA MUSLIMAH MAHASISWI UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG Joni Zulhendra Abstract In Islamic dress Muslim dress and close the genitals is a need for people to maintain and protect the body from cold and heat attacks that could jeopardize the health and stability of the body. Dressed Muslim occurred because of the encouragement that comes from the inside or from the outside of the so-called motivation. Motivation comes from within so-called intrinsic motivation, while the motivation that comes from outside is called the extrinsic motivation. Encouragement in this discussion more specific to the religious, namely in Muslim dress, socalled religious motivation, as Muslim dress is part of the obligation of the Muslim woman as well as a means of worship to God. Therefore, this study may add to the knowledge in life as a Muslim in accordance with Islamic teachings. This study uses a field with a qualitative descriptive approach that describes the circumstances as they appear in the field next critically analyzed and described in the narrative. This study discusses how the shape of the dress of Muslim University student motivation Tamansiswa Padang reflecting Islamic personality as expected, although there is no rule that forces from the campus, the student still dressed Muslim to seek knowledge. Thus the authors wanted to know the form of intrinsic motivation and extrinsic motivation and challenges Tamansiswa Champaign University student in Muslim dress. Keywords : Motivation Dressed Muslimah A. PENDAHULUAN Islam adalah agama yang sesuai untuk umat sepanjang zaman (Abdur Rasul AlGhaffar, 1993: 29). Ajaran agama Islam bertujuan untuk mengatur segala bentuk kehidupan manusia untuk menciptakan kehidupan yang islami bahagia di dunia dan di akhirat, salah satu bentuk ajaran Islam adalah berbusana muslimah bagi kaum perempuan. Berbusana muslimah bisa dikatakan dengan gaya berpakaian, pakaian bukan saja sebagai perhiasan tetapi juga sebagai penutup aurat wanita sehingga dapat membentuk ketakwaan kepada Allah SWT, sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah surat al-A’raf ayat 26: Artinya: “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” 1 Busana muslimah adalah, sebuah istilah yang semakin popular di tengah-tengah masyarakat sebagai sebuah model pakaian menutup aurat bagi kaum perempuan Islam. Berbusana muslimah sebagai penutup aurat juga merupakan salah satu sarana ibadah bagi kaum muslimah, karena menutup aurat adalah salah satu perintah Allah SWT, yang wajib dilaksanakan baik oleh laki-laki maupun wanita, meskipun demikian kewajiban menutup aurat bagi wanita lebih ketat dibandingkan laki-laki. Dalam berbusana paling kurang ada dua faktor yang ikut berperan, pertama faktor kesadaran dan kedua faktor budaya. Faktor kesadaran merupakan faktor yang sangat penting sebagai dorongan yang datang dari dalam diri, dan menentukan bagi seseorang yang menjalankan perintah Allah SWT. Orang yang berbusana muslimah dengan kesadaran tidak akan merobah cara berpakaiannya kapan dan di manapun, baik di kampus maupun di luar kampus. Dan orang yang sadar dengan kewajibannya menutup aurat tidak akan bertingkah laku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam syariat agama secara keseluruhan. Orang yang berbusana muslimah dengan motivasi kesadaran agama adalah orang yang dapat menilai dan menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Dia dapat menyesuaikan pakaiannya dengan perbuatannya. Apabila dia sadar bahwa pakaian menutup aurat adalah pakaian yang wajib bagi setiap muslimah yang sudah baligh, maka dia juga sadar bahwa berbuat dan bertingkah laku yang baik adalah kewajiban sebagai muslimah. Faktor kebudayaan juga merupakan faktor yang ikut berperan dalam pemakaian busana muslimah, dimana dalam masyarakat yang mayoritas Islam, kepribadian perempuan sering dinilai dari caranya berpakaian, satu tolak ukur perempuan berkepribadian itu ada yang memakai tutup kepala atau biasa dikenal busana jilbab, dan dinilai juga orang yang memakai busana jilbab itu mempunyai tingkah laku yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang tidak menutup kepalanya. Menurut Quraish Shihab dalam bukunya wawasan al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas bebagai persoalan umat, dari sekian banyak ayat al-Quran yang berbicara tentang busana muslimah, maka dapat ditemukan beberapa fungsi busana muslimah yaitu: 1) Busana muslimah berfungsi sebagai penutup aurat. 2) Busana muslimah berfungsi sebagai perhiasan 3) Busana muslimah berfungsi sebagai perlindungan (taqwa) 2 4) Busana muslimah berfungsi sebagai penunjuk identitas. Apabila diperhatikan fenomena yang berkembang dalam kehidupan masyarakat dewasa ini khususnya di Sumatera Barat, dan lebih fokusnya lagi dilihat kepada para intelektual yang sedang menyelesaikan program perkuliahannya yang disebut dengan mahasiswa. Mahasiswa merupakan orang yang belajar pada perguruan tinggi (KBBI,1997:613), kebanyakan di antara para intelektual Islam memakai busana muslimah karena sudah ada ikatan atau aturan dari pihak instansi dimana mereka melaksanakan perkuliahan, akan tetapi jika kita melihat kepada kampus yang tidak ada aturan mengikat untuk memakai busana muslimah, sedangkan aplikasi di lapangan mereka juga memakai pakaian yang dianjurkan oleh agama Islam tersebut, salah satu contohnya adalah Universitas Tamansiswa Padang. Universitas Tamansiswa yang berdiri tahun 1987 ini, terdiri dari tiga fakultas, yaitu: Fakultas Pertanian, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Hukum. (Peraturan dan Pedoman Akademik Universitas Tamansiswa Padang, 2013,37). Universitas Tamansiswa Padang bukanlah perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Kementrian Agama atau pemerintah, melainkan Universitas yang hak miliknya berada pada tangan seseorang atau beberapa orang, atau disebut juga dengan istilah swasta, maka dari itu dalam aturan perkuliahan di Universitas Tamansiswa Padang ini, tidak ada aturan yang mengikat mahasiswinya untuk selalu memakai pakaian yang islami selama melaksanakan proses perkuliahan, akan tetapi kebanyakan dari mahasiswinya memakai pakaian yang sesuai dengan tuntunan agama Islam yang disebut dengan busana muslimah.. Berdasarkan fenomena di atas, untuk mengetahui secara mendalam motivasi berbusana muslimah mahasiswi, perlu suatu penelitian. Penelitian ini akan dilakukan terhadap mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang, yang akan penulis kaji dalam sebuah penelitian yang berjudul : Motivasi Berbusana Muslimah Mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang. B. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH 1. Rumusan masalah 3 Berangkat dari latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: bagaimana motivasi berbusana muslimah mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang ? 2. Batasan masalah Supaya penulisan ini lebih terarah dan memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, maka penelitian ini penulis rumuskan: a. Motivasi instrinsik berbusana muslimah mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang. b. Motivasi ekstrinsik berbusana muslimah mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang. c. Tantangan mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang dalam berbusana muslimah. 3. Objek Penelitian. Objek penelitian ini adalah mahasiswi yang berbusana muslimah, yang sedang menuntut ilmu pada Universitas Tamansiswa Padang tahun 2013 yang berjumlah 410 orang, dari 410 orang ini, 100 orang diantaranya memakai busana muslimah, dan mahasiswi yang memakai busana sesuai dengan kaidah yang penulis tetapkan adalah sebanyak 30 orang. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu penulis langsung turun ke lapangan untuk mengambil data. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan fenomena secara akurat yang ditemukan di lapangan yang selanjutnya dianalisa secara kritis dan dideskripsikan secara naratif. (Lexi Moleong, 2001 : 3). Dengan menggunakan metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya di lapangan. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pembahasan ini, hasil penelitian tentang motivasi berbusana muslimah mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang. Hal yang akan dituju dalam penelitian ini adalah motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik serta tantangan berbusana muslimah mahasiswi 4 Universitas Tamansiswa Padang. Untuk lebih jelasnya hasil penelitian ini, akan diuraikan sebagai berikut: A. Motivasi Intrinsik Berbusana Muslimah Mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang Motivasi instrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melaksanakan sesuatu. Motivasi intrinsik merupakan kecendrungan alamiah untuk mencari dan menerima tantangan seperti mengejar keinginan pribadi dan mempertinggi atau melatih kapabilitas/kemampuan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang diketahui bahwa, pada umumnya mahasiswi sudah memahami tentang busana muslimah, hal ini terlihat dari gaya berbusana muslimah yang ditampilkan, sesuai dengan syariat Islam, seperti: Busana (jilbab) itu dapat menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, kain yang digunakan tidak tipis, sehingga tidak nampak lekuk tubuhnya, dan juga dari tingkah laku yang ditampilkan, semangat yang timbul dari dalam diri tanpa adanya paksaan, membuktikan mereka memakai busana muslimah karena adanya dorongan dari dalam diri. Motivasi intrinsik menjadi penting, karena akan menentukan kualitas dari perbuatan dan produktivitas seseorang. Jika seseorang berbuat dengan penuh semangat hanya karena sesuatu yang bersifat sementara (pujian, imbalan, konvensasi dalam bentuk benda), maka semangat akan cepat menurun apabila keinginannya telah tercapai. Akan tetapi, jika seseorang berbuat dengan berdasarkan motivasi intrinsik (dorongan dari dalam diri) akan menghasilkan semangat kerja dan produktivitas yang tinggi dan tiada henti dalam memberikan yang terbaik bagi dirinya dan orang lain, meskipun kebutuhan materi telah terpenuhi. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Indah, bahwa: Saya memakai busana muslimah tidak karena paksaan atau ada yang memaksa, timbulnya niat yang besar dari dalam diri, karena saya melihat bahwa busana muslimah adalah pakaian yang sangat cocok untuk seorang wanita Islam, selain itu timbulnya perasaan yang nyaman dalam memakai busana muslimah, semakin menumbuhkan rasa percaya diri. (Indah, Wawancara, Padang 13 Mei 2014) Berdasarkan pernyataan informan di atas, dapat dipahami bahwa dia memakai busana muslimah atas kemauan sendiri yaitu, Timbulnya dorongan dari dalam diri untuk memakai 5 busana muslimah tanpa adanya rangsangan dari luar. Motivasi muncul dari dalam diri individu, karena memang individu mempunyai kesadaran untuk berbuat, adanya kesadaran untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, karena menutup aurat adalah kewajiban setiap wanita muslimah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 59. Artinya : Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteriisteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab/33:59) Ayat di atas menjelaskan bahwa, memakai busana muslimah merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap wanita muslimah, yaitu dengan menjulurkan jilbab keseluruh tubuh, kecuali hal yang diperbolehkan yaitu wajah dan telapak tangan. Kesadaran akan perintah Allah, akan memantapkan hati seorang wanita muslim untuk selalu memakai busana muslimah. Seperti yang disampaikan oleh Rizkia Fuji Nanda, bahwa: Yang mendorong saya berbusana muslimah adalah niat yang murni dari dalam diri sebagai kesadaran seorang wanita muslim yang taat kepada Allah, busana muslimah sudah menjadi bagian dari hidupku, apabila saya tidak memakai busana muslimah maka rasanya ada yang kurang dalam diri ketika berada di tengah-tengah orang banyak, makanya saya selalu memakai busana muslimah ke kampus ini. (Nanda, Wawancara, Padang, 13 Mei 2014) Pernyataan Nanda di atas menegaskan bahwa, dia memakai busana muslimah karena adanya niat yang timbul dari dalam diri sebagai bentuk kesadaran hamba Allah yang taat kepada aturanNya. Kesadaran dan ketaatan yang membawa busana muslimah menjadi bagian hidupnya yang harus selalu dipenuhi, sehingga dengan sendirinya busana muslimah akan selalu melekat dalam keseharian. 6 Semua orang bisa bangkit dan berkembang apabila adanya kemauan yang kuat dari dirinya, dan kesadaran yang mendalam timbul dari hatinya, begitu juga dengan berbusana muslimah, seseorang tidak akan memakai busana muslimah dengan baik dan benar apabila tidak ada kesadaran dari diri individu tersebut, sampai kapanpun juga mereka tidak akan dapat memakai busana muslimah sesuai dengan syariat Islam. Seperti yang disampaikan Dini Marcelia, bahwa: Keseringan dalam memakai busana muslimah ini menurut saya tergantung dari dorongan atau alasan dalam memakainya, ketika sesuatu itu dikerjakan berdasarkan niat yang tulus dari dalam diri, maka tanpa adanya suruhan dari siapapun, akan tetap memakai busana muslimah, sebaliknya jika saya memakai busana muslimah karena terpaksa, maka dalam penerapannya tidak sesuai dengan yang benar, serta tidak ada manfaat yang didapatkan. (Dini wawancara, Padang, 13 Mei 2014) Berdasarkan pernyataan informan di atas, dapat dipahami bahwa dia memakai busana muslimah karena adanya dorongan dari dalam diri, berupa niat yang tulus dan ikhlas untuk menjalani perintah Allah, sehingga dengan sendirinya akan selalu memakai busana muslimah tanpa adanya paksaan dari orang lain dan akan bertahan sampai kapanpun, karena busana muslimah sudah melekat di dalam dirinya. Busana muslimah merupakan pakaian sehari-sehari bagi wanita muslim, kesadaran seperti itu harus ada pada setiap diri sebagai wanita muslim yang taat kepada Allah, sehingga menjadikan busana muslimah sebagai sarana untuk beribadah, karena telah melaksanakan perintahNya. Seperti yang disampaikan oleh Dewi, bahwa: Busana muslimah merupakan salah satu bentuk ibadah saya kepada Allah, yang secara tidak langsung akan mendekatkan diri kepada Allah, karena kita telah melaksanakan salah satu perintahnya kesadaran semacam ini sangat diperlukan bagi setiap wanita Islam demi mengharapkan rahmad dan ridho dari Allah SWT. (Dewi Wawancara, Padang, 29 Mei 2014) Berdasarkan pendapat Dewi di atas, dapat dipahami bahwa dia memakai busana muslimah sebagai bentuk ketaatannya kepada Allah, dengan menjalankan perintah Allah dapat menjadikan perbuatan itu sebagai ibadah, ditambah dengan perasaan yang tulus dari 7 dalam diri untuk melakukan sesuatu maka kita akan menikmati dengan senang hati terhadap apa yang kita kerjakan. Motivasi intrinsik sangat erat kaitannya dengan motivasi beragama yang tinggi, karena dalam motivasi beragama yang tinggi terdapat faktor yang mendorong mereka untuk berprilaku yang datang dari dalam diri. Di antaranya adalah motivasi yang timbul karena didorong oleh keinginan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, seperti yang disampaikan oleh Murni, bahwa, Busana muslimah merupakan pakaian yang wajib bagi setiap wanita muslim dan bagian ketaatan kepada Allah, saya memakai busana muslimah sebagai bentuk ibadah demi mengharapkan kebahagiaan dan terhindar dari kejahatan, sehingga dengan memakai busana muslimah saya akan termasuk ke dalam golongan orang yang mendapatkan keridhoan dari Allah sebagai bentuk kesadaran dalam beribadah kepada Allah. (Murni.wawancara, Padang, 29 Mei 2014) Pernyataan Murni di atas menegaskan bahwa dia memakai busana muslimah, karena telah menjadikan busana muslimah sebagai kewajiban yang harus dipenuhi dan dilakukan oleh setiap wanita muslim, dengan menjalankan perintah Allah tersebut, akan membentuk pribadi muslim yang taat dan patuh kepada Allah, dan termasuk golongan orang yang mendapatkan ridho serta mengharapkan perlindungan dari Allah. Ketaatan dalam beribadah ini nantinya yang akan mendekatkan diri seorang muslim dengan Sang Khaliqnya. Motivasi intrinsik beragama yang tinggi juga dapat ditemukan karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup, dimana dengan menjalankan perintah agama, akan memberikan pengaruh yang baik dalam kehidupannya, seperti kesejahteraan dan kebahagiaan. Begitu juga dengan memakai busana muslimah, sebagaimana yang disampaikan oleh Cici, bahwa: Banyak manfaat yang didapatkan dari berbusana muslimah, saya akan terjaga dari kemaksiatan dan kejahatan asusila, kulit akan terlindungi dari sengatan matahari dan polusi, karena seluruh tubuhnya sudah terlindungi oleh busana muslimah, saya akan disegani oleh orang lain, sehingga dengan berbusana muslimah hidup akan sejahtera dan bahagia. (Cici wawancara. Padang. 29 Mei 2014) 8 Berdasarkan pendapat Cici di atas dapat dipahami bahwa, berbusana muslimah selain kewajiban juga memberikan manfaat yang banyak bagi yang memakainya, di samping mendapatkan pahala juga menjaga diri dari bentuk-bentuk kejahatan asusila dan penyakit kulit karena sengatan matahari. Jadi, sangat beruntung wanita muslimah yang memakai busana muslimah dengan kesadaran dari dalam diri karena akan bertahan memakai busana muslimah selamanya. Kesadaran diri sebagai wanita yang beriman dan muslim, dan kesadaran akan fungsi dari busana muslimah tersebut yang dapat melindungi kulit dari sengatan matahari dan lain sebagainya, maka akan timbul niat untuk selalu memakai busana muslimah, sebagaimana yang disampaikan oleh Fani, bahwa: Busana muslimah merupakan pakaian yang sesuai dengan syariat Islam, sebagai aplikasi dari ketaatan diri kepada Allah, kesadaran semacam ini sangat diperlukan bagi setiap wanita Islam. busana muslimah merupakan salah satu bentuk ibadah, yang secara tidak langsung akan mendekatkan diri kita kepada Allah, karena saya telah melaksanakan salah satu perintahNya, dan secara otomatis Allah akan akan menyukai kita, apalagi orang lain nantinya, begitu banyak keuntungan dari berbusana muslimah ini. (Fani, Wawancara, Padang 29 Mei 2014) Berdasarkan pendapat Fani di atas dapat dipahami bahwa tujuan utama memakai busana muslimah adalah sebagai bentuk ketaatan yang menjadikan ibadah bagi yang melakukannya karena telah melakukan salah satu perintah Allah yaitunya menutup aurat sesuai dengan yang disyariatkan agama Islam yaitu memakai busana muslimah. Motivasi instrinsik apabila dilihat dari teori jenjang kebutuhan Maslow, yang menyatakan bahwa apabila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan menjadi motivasi utama dari prilaku, kemudian kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi prilaku, hanya intensitasnya yang lebih kecil, seperti yang disampaikan oleh Putri, bahwa: Sebagai seorang wanita muslimah, saya selalu menutup aurat dengan memakai busana muslimah, karena busana muslimah merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, menutup aurat merupakan kewajiban dalam agama islam. Dengan demikian, secara tidak langsung busana muslimah akan selalu melekat pada diri 9 seorang wanita muslim, karena busana muslimah akan menjadi pakaian kesehariannya. (Putri wawancara, Padang 29 Mei 2014) Pernyataan Putri di atas menegaskan bahwa, dia menjadikan busana muslimah sebagai bagian dari kehidupannya, maka akan terlihat dari cara berpakaian dan bertingkah lakunya yang sesuai dengan apa yang disyari’atkan agama Islam, sesuatu yang sudah menjadi kebutuhan dalam hidupnya, maka secara tidak langsung akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukannya itu. Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah penulis lakukan, maka dapat dipahami bahwa, dalam berbusana muslimah mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang, pada umumnya memakai busana muslimah karena timbulnya dorongan yang besar dari dalam diri sebagai bentuk kesadaran umat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah dan pemenuhan kebutuhan dalam berpakaian yang sesuai dengan syariat Islam, sehingga semua itu dapat mengarahkan mereka kepada Akhlakul karimah. Dan hal ini juga dapat dilihat dari keseringan mahasiswi dalam memakai busana muslimah ke kampus dalam menuntut ilmu pengetahuan. Semua apa yang dikatakan mahasiswi dalam berbusana muslimah tersebut sesuai dengan al-Quran dan hadits Nabi yang mewajibkan wanita muslimah untuk menutupi seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan, serta syarat-syarat mengenai bagaimana seharusnya wanita muslimah dalam berpakaian dan bertingkah laku, sehingga menunjukkan akhlak yang baik dan disenangi oleh orang lain dalam kehidupannya. Mahasiswi di sini dapat melakukan dan melaksanakan perintah Allah sesuai dengan syari’at islam, apabila mereka benar-benar menyadari sepenuh hati bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara, dan akan mengahadap sang pencipta serta apa yang kita lakukan akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT nanti sesuai dengan apa yang kita perbuat diatas dunia ini, baik itu dalam beribadah, berpakaian maupun dalam berakhlak dan bertingkah laku. B. Motivasi Ekstrinsik Berbusana Muslimah Mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang Motivasi ekstrinsik adalah suatu dorongan yang bersumber dari luar diri individu, berupa suatu kondisi yang mengharuskan seseorang melaksanakan perilaku secara maksimal karena adanya pujian, hukuman, atauran dan sebagainya. Motivasi ini ada pula yang menyebutkannya insentif atau perangsang. Hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi 10 ekstrinsik yaitu: Ganjaran, hukuman, adanya persaingan atau kompetisi. Selain itu motivasi ekstrinsik didorong oleh faktor-faktor tertentu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dilihat dan diketahui dari lingkungannya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa, beberapa orang mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang, mereka memakai busana muslimah karena ada faktor-faktor yang mendorong mereka untuk mau berbusana muslimah, di antaranya adalah karena adanya dorongan dari luar diri. Sebagaimana yang disampaikan oleh Dian, bahwa: Saya memakai busana muslimah bukanlah atas kemauan sendiri, melainkan karena adanya dorongan dari luar diri yaitu, diajak oleh teman, pada awalnya saya tidak memakai busana muslimah kekampus, akan tetapi setelah melihat teman-teman dan tuntutan dari lingkungan kampus, dengan terpaksa saya harus memakai busana muslimah juga. (Dian wawancara, Padang, 5 September 2014) Berdasarkan pendapat Dian di atas dapat dipahami bahwa, dorongan yang datang dari luar diri seperti faktor lingkungan dan teman sebaya, sangat memberikan pengaruh yang besar, adanya pengaruh lingkungan yang dominan menyebabkan secara tidak langsung mahasiswi yang lain juga terlibat untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilihatnya pada lingkungannya, karena lingkungan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Motivasi ekstrinsik sangat erat kaitannya dengan motivasi beragama yang rendah, karena dalam motivasi beragama yang rendah terdapat faktor yang mendorong mereka berbuat atau berprilaku yang datang dari luar dirinya, di antaranya adalah motivasi yang timbul karena didorong oleh perasaan ingin dipuji atau riya, seperti yang disampaikan oleh Vera, bahwa: Saya memakai busana muslimah karena ketika saya memakai busana muslimah maka orang-orang selalu memuji, menurut mereka saya sangat kelihatan cantik apabila memakai busana muslimah, apalagi pesona busana muslimah ini sangat banyak sekali, jadi apabila memakai busana muslimah ini saya lebih percaya diri, dan temanteman pun bertambah lebih banyak. Makanya saya sangat senang sekali memakai busana muslimah, saya merasa bangga karena orang selalu memuji. (Vira wawancara, Padang 17 September 2014) 11 Pernyataan Vera di atas menegaskan bahwa, dia berbusana muslimah karena ingin mendapatkan pujian dari orang lain, pujian akan membantu mendorong semangatnya dalam berbusana muslimah. Dengan pujian seseorang akan merasa tersanjung, dengan demikian, tujuan utama dirinya dalam memakai busana muslimah adalah untuk mengharapkan pujian dari lingkungannya, yang semakin membuatnya semakin tersanjung dan bahagia. Motivasi ekstrinsik beragama yang rendah juga dapat ditemukan karena adanya sifat gengsi atau prestiso seperti yang disampaikan oleh Kinari, bahwa: Saya memakai busana muslimah karena mengikuti ternd yang sedang berkembang di kampus ini, saya melihat teman-teman disini memakai busana muslimah ke kampus, jadi supaya saya tidak kelihatan asing ditengah-tengah temanku, makanya saya juga memakai busana muslimah, karena dengan memakai busana muslimah, sebagai seorang perempuan lebih kelihatan sopan. (Kinari wawancara, Padang, 5 September 2014) Berdasarkan pendapat Kinari di atas dapat dipahami bahwa, dia berbusana muslimah untuk mengikuti trend yang sedang berkembang di kampus, dan akan merasa gengsi dengan teman-teman apabila tidak memakai busana muslimah, sehingga akan mengikis rasa percaya dirinya di kampus. Selanjutnya, motivasi ekstrinsik beragama yang rendah juga disebabkan karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan sesuatu, seseorang atau mengharapkan imbalan dari pekerjaannya itu, seperti yang disampaikan oleh Reni, bahwa: Saya memakai busana muslimah karena mengharapkan nilai yang baik dan pujian dari dosen sebagai mahasiswi yang teladan, karena dosennya sangat senang melihat mahasiswinya memakai busana muslimah. Dengan adanya pujian, dan kedekatan yang baik dengan dosen, demi mengharapkan imbalan yaitu nilai yang baik, maka saya mau untuk memakai busana muslimah ke kampus. (Reni Wawancara, Padang, 6 September 2014) Pernyataan Reni di atas menegaskan bahwa, dia memakai busana muslimah karena ingin mendekatkan diri dengan dosennya, untuk mengharapkan nilai yang baik dan sesuai dengan yang diinginkannya, ditambah dengan pujian dari dosen, menambah semangatnya 12 untuk memakai busana muslimah, karena anggapannya tujuan utama kuliah adalah untuk mendapatkan nilai yang baik dan tinggi. Motivasi beragama karena ingin mematuhi orang tua dan manjauhkan larangannya juga merupakan bagian dari motivasi ekstrinsik beragama yang rendah, seperti dalam berbusana muslimah yang dipaksa oleh orang tua, dan disampaikan oleh Sari, bahwa, Memakai busana muslimah ini masih belum menjadi kebiasaan bagi saya, adanya paksaan dari orang tua karena kewajiban sebagai salah satu wanita islam, karena nya saya merasa kurang nyaman memakai busana muslimah ini, saya tidak pernah terbiasa untuk memakai busana muslimah selama ini, makanya saya sangat susah untuk menyesuaikan memakai busana muslimah, tapi saya akan terus berusaha untuk mencoba. (Sari wawancara, Padang, 14 September 2014) Berdasarkan pernyataan informan di atas, dapat dipahami bahwa dia memakai busana muslimah karena takut amarah dan tuntutan dari orang tuanya. paksaan ini akan terasa berat bagi yang menjalaninya, dan menjadikan busana muslimah beban dalam hidupnya, maka dalam memakai busana muslimah akan merasa berat dan kalau bisa mereka akan lebih memilih untuk tidak memakai busana muslimah, karena kesadaran mereka bukan tulus dari hati. Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah penulis lakukan, maka dapat dipahami bahwa Mahasiswi yang memakai busana muslimah ke kampus, tidak semua didasari atas kesadaran sendiri, tetapi karena adanya dorongan atau pengaruh yang datang dari luar diri individu, diantaranya, adanya pengaruh dari teman-teman sekampus, dorongan dari orang tua, dari lingkungan dan demi mengharapkan pujian atau takut karena adanya hukuman serta untuk mengikuti trend yang sedang berkembang di kampus. Hal ini juga dapat dilihat dari gaya berpakaian yang ditampilkan mahasiswi, yaitu pakaian yang hanya untuk mendapatkan perhatian dan imbalan dari lingkungannya. Dorongan dan pengaruh dari luar dirilah yang membuat mahasiswi mau untuk memakai busana muslimah ke kampusnya. Meskipun demikian, dengan dorongan tersebut lama kelamaan mereka mulai merasakan nyamannya memakai busana muslimah yang merupakan kewajiban bagi setiap diri wanita muslim. 13 C. Tantangan Mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang dalam Berbusana Muslimah. Allah telah menurunkan pakaian kepada kita agar dapat menutup aurat. Pakaian yang indah untuk perhiasan serta pakaian yang terbaik adalah pakaian takwa, yaitu memakai pakaian sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah. Setiap muslimah yang saat ini sudah memakai busana muslimah, sebelumnya pastinya mengalami sebuah proses yang pada akhirnya memberikan kemantapan hati dan memutuskan untuk berhijab. Seperti yang diketahui bahwa, menutup aurat merupakan kewajiban yang Allah berikan kepada wanita muslim. Memang tidak semua orang cepat mempunyai kemantapan hati dan keikhlasan untuk melakukannya. Terlalu banyak godaan dan janji-janji dunia yang menggoyahkan kewajiban ini. Dalam hal ini, penulis akan membahas mengenai tantangan berbusana muslimah mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang. Tantangan merupakan gangguan dan tekanan yang datang kepada diri mahasiswi dalam berbusana muslimah, sehingga akan memberikan pengaruh yang tidak baik kepada mahasiswi apabila tidak dapat mengenyampingkan tantangan tersebut. Tantangan mahasiswi dalam memakai busana muslimah, karena adanya faktor yang menyebabkan timbulnya suatu keadaan yang tidak sesuai dengan apa yang semestinya dalam berbusana muslimah, mahasiswi yang sangat diharapkan sekali untuk memakai busana muslimah dalam keseharian kehidupannya, menjadi tidak lancar karena adanya yang menjadi tantangan. Tanpa adanya aturan yang mewajibkan mahasiswi untuk memakai busana muslimah di Universitas Tamansiswa Padang, akan menjadi tantangan bagi mahasiswi dalam memakai busana muslimah. Tantangan tersebut di antaranya adalah adanya ejekan dari mahasiswa laki-laki yang tidak suka melihat mahasiswinya memakai busana muslimah, seperti yang disampaikan oleh Des, bahwa: Adanya sebagian kecil dari teman-teman yang selalu mengejek saya, apalagi ketika mereka berkumpul dan dia lewat di depan mereka, maka mereka akan bersorak seolah memberikan ejekan kepada saya, dan ini bisanya saya jumpai pada kelompok laki-laki yang tidak senang melihat wanita berbusana muslimah (Des wawancara, Padang, 7 Oktober 2014) Berdasarkan pendapat Des di atas dapat dipahami bahwa ejekan menjadi tantangan baginya dalam berbusana muslimah, adanya ejekan dari teman akan mengurangi bahkan 14 menghilangkan rasa percaya diri seseorang, yang dapat berakibat mahasiswi tersebut juga ikut untuk tidak memakai busana muslimah, jika tidak bisa menghapus semua tantangan yang dihadapinya. Tantangan juga datang dari teman-teman mahasiswi itu sendiri, adanya teman-teman yang tidak memakai busana muslimah dan selalu mengajak untuk tidak memakai busana muslimah ke kampus, karena menurut mereka memakai busana muslimah mencerminkan prilaku yang tidak gaul, seperti yang disampaikan oleh bella bahwa: Kebanyakan diantara teman-teman saya tidak mau memakai busana muslimah ke kampus, Karena menurut mereka busana muslimah tidak cocok untuk masa-masa mereka sekarang, dan bagi mereka busana musimah hanya untuk orang tua-tua saja, maka dari itu mereka selalu mengajak saya untuk ikut bersama mereka tidak memakai busana muslimah supaya lebih kelihatan gaul dan cantik, dan mereka selalu mengajak saya untuk meninggalkan busana muslimah. (bella wawancara, Padang. 7 Oktober 2014) Berdasarkan pendapat bella di atas dapat dipahami bahwa, adanya teman-teman yang tidak memakai busana muslimah, akan menjadi tantangan bagi mahasiswi dalam berbusana muslimah, karena adanya ajakan dari teman-teman tersebut, supaya bella mau seperti mereka untuk tidak memakai busana muslimah ke kampus, bahkan ada di antara teman-teman yang mengucilkan dan tidak mau lagi diajak untuk berteman apabila tidak mau ikut seperti mereka, yaitu tidak memakai busana muslimah ke kampus. Seperti yang disampaikan oleh Winda bahwa, Diantara teman-teman ku, ada yang sudah menjauhkan diri semenjak saya memakai busana muslimah, mereka mengatakan kalau saya telah berubah dan bukan seperti yang dia kenal, saya sangat sedih sekali karena teman-teman menjauh dan menghindari dari saya semenjak saya memakai busana muslimah. (winda, Wawancara. Padang, 5 Oktober 2014). Berdasarkan pendapat responden di atas dapat dipahami bahwa, tantangan yang datang dari lingkungan kampus yaitu teman-teman seperjuangan sangat berat sekali, bahkan mereka yang tidak memakai busana muslimah tidak mau lagi berteman dengan mahasiswi yang memakai busana muslimah, karena mereka tidak gaul dan tidak memiliki pemahaman yang sama dengan mereka. 15 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa, tantangan dalam berbusana muslimah, akan memberikan pengaruh terhadap mahasiswi dalam memakai busana muslimah, tantangan tersebut dapat mengganggu percaya diri mahasiswi dalam memakai busana muslimah, hal ini terlihat dari gaya berpakaian dan prilaku yang ditampilkan mahasiswi dalam kesehariannya di kampus, kalau mahasiswi tidak bisa menghadapi tantangan tersebut, maka secara tidak langsung mahasiswi juga tidak memakai busana muslimah, tantangan tersebut adalah adanya ejekan dari teman laki-laki yang tidak suka melihat mahasiswi berbusana muslimah, adanya ajakan dari teman-teman yang tidak memakai busana muslimah untuk meninggalkan busana muslimah yang mereka pakai, dan ada di antara mereka yang tidak lagi mau berteman dengan mahasiswi yang memakai busana muslimah. E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang motivasi berbusana muslimah mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Motivasi intrinsik mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang memakai busana muslimah adalah, adanya kesadaran dan keinginan sendiri, adanya dorongan dari dalam diri untuk selalu menjalani perintah Allah SWT, keinginan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, keinginan untuk mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Adanya dorongan yang kuat dari dalam diri untuk selalu menutup aurat, menjadikan busana muslimah bagian dari kehidupan mahasiswi. 2. Motivasi ekstrinsik berbusana muslimah mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang yaitu, Dorongan yang datang dari luar diri berupa pengaruh dari teman-teman sekampus, dorongan dari orang tua, dari lingkungan, perasaan ingin dipuji atau riya, adanya sifat gengsi dan ingin mendapatkan imbalan, dengan dorongan tersebut membuat mahasiswi mau untuk memakai busana muslimah ke kampus. 3. Tantangan mahasiswi Universitas Tamansiswa Padang dalam berbusana muslimah adalah: Adanya ejekan dari teman laki-laki yang tidak suka melihat mahasiswi berbusana muslimah, adanya ajakan dari teman-teman yang tidak memakai busana muslimah untuk meninggalkan busana muslimah yang mereka pakai, dan ada di antara mereka yang tidak lagi mau berteman dengan mahasiswi yang memakai busana muslimah 16 DAFTAR PUSTAKA Abdur Rasul Al-Gaffar. 2007. Wanita Islam dan Gaya Hidup Modern. Jakarta, Pustaka Hidayah. Abdul Aziz Dahlan.1997, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta PT. Ikhtiar Baru Van Haoeve. Ahmad, Syalabi. 2001. Kehidupan Sosial Dalam Pemikiran Islam. Jakarta: Amzah,. Alex Sobur. 2003. Psikologi Umum. Bandung. Pustaka setia. Baidhlowi Syamsuri. 1993. Wanita dan Jilbab, Surabaya, CV.Anugerah. Departemen Agama RI. 2005. Alquran dan Terjemahnya. Bandung. CV Diponegoro. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1985. Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta : Balai Pustaka. Hayati Nizar. 2003. Psikologi Agama. Padang. IAIN IB Press. Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan (sebuah orientasi baru), Jakarta: Bumi Aksara. Lexi, Moleong J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Raja Rozdakarya. Khalid bin Abdurrahman asy-Syayi. 1997. Bahaya Mode. Jakarta Gema Insani. Mulhandy Ibn Haj. 1993. Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab. Surabaya. CV Anugrah. Peraturan dan Pedoman Akademik Universitas Taman Siswa Padang. 2013. Quraish Shihab. 1996. Wawasan al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas bebagai persoalan umat, Bandung: Mizan. Rafy Sapuri. 2009. Psikologi Islam. Jakarta. Rajawali Press. Ramayulis. 2007. Psikologi Agama. Jakarta. Kalam mulia. Sardiman, A.M. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali. Suhairy Ilyas. 1987. Busana Muslimah Menurut Al Quran dan Sunnah, Pdg Panjang, Diniyah Putri. Suryabrata Sumardi. 1982. Perkembangan Individu. Jakarta. Raja Press. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D), Bandung, Alfabeta. Soetomo, 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya: Usaha Nasional. Syekh Muhammad Nashirudin Al-Albani, 2001. Jilbab Wanita Muslimah, Jakarta Rajawali pres. Yahya Jaya. 1990. Motivasi Beragama Dalam Agama Islam. Padang. Yusuf Qardhawi. 1995. Fatwa-Fatwa Kontemporer. Jakarta Gema Insan Press. 17