KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TUMBUHAN DI KAWASAN

advertisement
1
KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TUMBUHAN DI KAWASAN
PENAMBANGAN EMAS DESA ILANGATA KECAMATAN
ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA
1)
Fendrawati Hilamuhu1, Novri Y. Kandowangko2, Dewi W.K Baderan3
Mahasiswa Jurusan Biologi, 2)Dosen Jurusan Biologi, 3)Dosen Jurusan Biologi
Progran Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
Email: [email protected]
ABSTRAK
.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan merkuri (Hg) pada
tumbuhan yang berada di kawasan penambangan emas Desa Ilangata Kecamatan
Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara dan untuk mengetahui spesies tumbuhan
yang bersifat hiperakumulator dan hipertoleran. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode survey. Objek
penelitian yang diamati adalah kandungan merkuri pada tumbuhan di kawasan
penambangan emas dan tumbuhan hiperakumulator dan hipertoleran. Analisis
merkuri pada tumbuhan dilakukan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA) di Balai Riset Standarisasi Indutri Manado (BARISTAND). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan merkuri (Hg) pada tumbuhan yang
berada di kawasan penambangan emas desa Ilangata yakni yang paling tinggi
mengandung merkuri tinggi adalah spesies Colocasia esculenta tumbuhan ini
mengandung merkuri dalam jumlah (0,41 ppm) dan yang paling rendah adalah
spesies Asclepias incarnate (0,06 ppm). Tumbuhan yang terdapat di kawasan
penambangan emas bersifat hipertoleran yakni spesies Colocasia esculenta (0,41
pmm), Chromolaena odorata (0,39) Cassia tora (0,39 ) Phyllanthus niruri (0,36
ppm) Sida rhombifolia (0,36) Stachytarpheta jamaincensis (0,24) Vetiveria sp
(0,20 ppm), Ludwigia hyssopifolia (0,19 ppm), Fimbristylis miliceae (0,18 ppm),
Paspalum conjugatum (0,19 ppm) Hyptis capitata (0,15 ppm), Panicum repens
(0,14 ppm), Eleusine indica (0,13 ppm), Phaseolus calcaratus (0,08 ppm),
Leersia hexandra (0,07 ppm), Asclepias incarnate (0,06 ppm. Pada kawasan
penambangan emas desa Ilangata tidak terdapat tumbuhan yang bersifat
hiperakumulator.
Kata kunci : Tumbuhan, Hiperakumulator, Hipertoleran
2
PENDAHULUAN
Kabupaten Gorontalo Utara adalah sebuah kabupaten di Provinsi
Gorontalo, Ibu kotanya adalah Kwandang. Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas
11 kecamatan, dan 123 desa dengan jumlah penduduk 104.068 jiwa serta luas
1.230,07 km² sehingga tingkat kepadatan penduduknya adalah 84,60 jiwa/km²
(DDA, 2010). Salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Gororontalo Utara
adalah Kecamatan Anggrek. Kecamatan Anggrek terdiri atas 15 Desa diantaranya
adalah Desa Ilangata dimana Desa ini terdapat penambangan emas.
Aktifitas penambangan emas di Desa Ilangata masih dilakukan secara
tradisional yaitu mengolah hasil galian berupa batuan yang diolah menggunakan
merkuri pada proses amalgamasi. Proses amalgamasi yaitu memisahkan
bijih/butiran emas dengan batuan lainnya. Proses pengolahan emas yang
tradisional ini akan menghasilkan limbah yang mengandung merkuri. Hal ini
terjadi karena sebagian merkuri yang digunakan terbuang bersama limbah ke
lokasi pembuangan.Umumnya lokasi pembuangan limbah pengolahan emas di
Desa Ilangata hanya dibuang di sekitar tempat pengolahan yang berdekatan
dengan pemukiman masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan bahaya terhadap
masyarakat setempat karena semakin lama semakin banyak limbah yang dibuang.
Jika tidak dikelola dengan benar maka akan berpotensi sebagai polutan.
Merkuri bersifat toksik untuk makhluk hidup bila penggunaannya dalam
jumlah yang cukup dan dalam waktu yang lama. Merkuri akan tersimpan secara
permanen di dalam tubuh, yaitu terjadi inhibisi enzim dan kerusakan sel sehingga
kerusakan tubuh dapat terjadi secara permanen (WHO, 1976 dalam Inswiasri,
2008). Dampak toksik merkuri yang secara langsung seperti ganguan saraf, tuli,
sulit berkonsentrasi dan gangguan kulit seperti kasus Minamata (Lestarisa, 2010) .
Mengingat sifat merkuri yang sangat berbahaya, maka penyebaran merkuri
ini perlu penanganan untuk menekan jumlah limbah merkuri, Salah satu cara yang
sederhana yaitu dengan penanaman tanaman yang hiperakumulator di sekitar
pembuangan limbah sehingga dapat mengurangi pencemaran merkuri. Usaha ini
1
3
disebut fitoremediasi, Fitoremediasi didefinisikan sebagai pencucian polutan yang
dimediasi oleh tumbuhan (Chaney et al., 2004 dalam Hidayati, 2005).
Semua tumbuhan memiliki kemampuan menyerap logam tetapi dalam
jumlah yang bervariasi. Tetapi tidak semua tumbuhan dapat dikatakan
hiperakumulator. Jenis tumbuhan hiperakumulator ini sangat terbatas, Salah satu
syarat tumbuhan dikatakan hiperakumulator yaitu bersifat toleran terhadap
kandungan logam yang tinggi pada suatu media. Penanganan terhadap limbah
industri pertambangan yang mengandung logam berat merkuri. Sebagai alternatif
pengolahan limbah pertambangan secara sederhana yang dapat diterapkan adalah
dengan menggunakan pencucian polutan yang dimediasi oleh tumbuhan yang
memiliki sifat hiperakumulator.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tumbuhan apa saja yang
bersifat hiperakumulator dan hipertoleransi dan untuk mengetahui kandungan
merkuri yang terakumulasi pada tumbuhan yang berada di kawasan penambangan
emas Desa Ilangata Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara
METODE PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama adalah pengambilan
sampel tumbuhan yang diperoleh dari lokasi pembuangan limbah penambangan
emas. Lokasi penelitian yaitu kawasan penambangan emas Desa Ilangata
Kecamatan Gorontalo Utara. Tahap kedua adalah analisis merkuri dilaksanakan di
Balai Riset Standarisasi Indutri Manado (BARISTAND) Penelitian ini bersifat
deskriptif kualitatif dan metode yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif. Pengambilan sampel menggunakan Random Sampling. Random
Sampling memberikan peluang kepada seluruh jenis-jenis tumbuhan untuk dipilih
menjadi sampel penelitian. Ciri dasar pengambilan sampel ini adalah semua
populasi mempunyai peluang yang sama. Pemilihan sampel secara acak
menyebabkan peneliti mempunyai cara objektif untuk memilih jenis tumbuhan
yang akan dianalisis kadar merkuri pada tumbuhan tersebut.
Data penelitian ini berupa Data Sekunder yaitu hasil analisis kandungan
merkuri (Hg) pada tumbuhan yang diperoleh dari Balai Riset Standarisasi Indutri
4
Manado (BARISTAND), data dari dinas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Gorontalo Utara, dari penelitian-penelitian sebelumnya. Data Primer berupa
spesies tumbuhan hiperakumulator dan toleransi yang terdapat di kawasan
penambangan emas Desa Ilangata Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo
Utara.
Tahap awal adalah pengambilan sampel, sampel diambil dari lokasi
pembuangan limbah penambangan emas, sampel yang diambil semua jenis
tumbuhan yang spesiesnya berbeda yang terdapat di sekitar pembuangan limbah
penambangan emas. Sampel dibawa ke Laboratorium Botani Universitas Negeri
gorontalo untuk dibersihkan menggunakan aquades lalu ditimbang bobot
basahnya. Kemudian dikeringan dalam oven dengan suhu 40 0C selama 9 hari
sampai mendapatkan berat konstan kemudian ditimbang kembali beratnya lalu
dihaluskan, setelah itu dibawa ke Balai Riset Standarisasi Indutri Manado
(BARISTAND) untuk dianalisis kandungan merkuri (Hg).
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kandungan logam
merkuri (Hg) yang terakumulasi pada tumbuhan yang berada di kawasan
penambangan emas desa Ilangata Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo
Utara.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kegiatan penambangan emas tradisional di Desa Ilangata Kabupaten
Gorontalo Utara telah berlangsung sejak tahun 2010 sampai sekarang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan penambang jumlah tromol yang masih aktif
hingga saat ini adalah 20 tromol, setiap unit tromol memiliki 5 orang pekerja.
Umumnya penambangan Ilangata menggunakan merkuri rata-rata untuk
amalgamasi sebanyak 4 kg per hari. Banyaknya merkuri yang terbuang setiap
bulannya adalah 120 kg/bulan atau 1.440 kg/tahun. Kegiatan penambangan di
Desa Ilanagata berlangsung di lingkungan rumah penduduk setempat dan air
limbahnya dibuang langsung ke pemukiman.
5
4.2.1 Kandungan Merkuri (Hg) yang Terakumulasi pada Tumbuhan yang
Berada Di Kawasan Penambangan Emas Desa Ilangata
Tumbuhan yang di analisis adalah semua spesies tumbuhan yang berada di
Kawasan penambangan emas Desa Ilangata. Dalam penelitian ini tumbuhan
dibawa ke Laboratorium Botani Universitas Negeri Gorontalo, tumbuhan dicuci
menggunakan aquadest kemudian ditimbang bobot basahnya lalu dipotong-potong
menjadi bagian lebih kecil, kemudian dioven sampai mendapatkan berat konstan
dari tumbuhan tersebut, dalam waktu 1 X 24 jam ditimbang, setelah mendapatkan
berat konstan, tumbuhan dihaluskan menggunakan lumpang, setelah itu dibawa
untuk dianalisis di Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado (BARISTAND),
untuk mengetahui apakah tumbuhan yang berada di kawasan tersebut
hiperakumulator.
Berdasarkan penelitian di kawasan penambangan emas desa Ilangata
terdapat 16 spesies tumbuhan, spesies yang berada di kawasan penambangan
emas desa Ilangata disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 4.1. Spesies Tumbuhan yang Berada di Kawasan Penambangan
emas Desa Ilangata
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Nama Lokal
Longgi
Ketepeng Kecil
Takelan
Dukun Anak
Sidaguri
Pecut Kuda
Rumput padi
Cacabean
Babawangan
Rumput paitan
Simambu
Rumput lampuyangan
Rumput belulang
Kacang ruji
Pepadian
Rumput sawah
Sumber : Qoniah (2013)
Nama Ilmiah
Colocasia esculenta
Cassia tora
Chromolaena odorata
Phyllanthus niruri
Sida rhombifolia
Stachytarpheta jamaincensis
Vetiveria sp
Ludwigia hyssopifolia
Fimbristylis miliceae
Paspalum conjugatum
Hyptis capitata
Panicum repens
Eleusine indica
Phaseolus calcaratus
Leersia hexandra
Asclepias incarnata
6
Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan yang terdapat pada penambangan
emas desa Ilangata terdapat 16 spesies tumbuhan yang berbeda. Tumbuhan yang
terdapat di kawasan penambangan emas Desa Ilangata tumbuh subur tanpa
terganggu pertumbuhannya, tidak semua spesies tumbuhan dapat tumbuh di
kawasan tersebut, tumbuhan yang memiliki kemampuan mengakumulasi dan
mentranslokasi merkuri yang dapat tumbuh di kawasan tersebut.
4.2.1.Tumbuhan
yang
Bersifat
Hiperakumulator
dan
Hipertoleransi
Terhadap Merkuri (Hg) Di Kawasan Penambangan Emas Desa
Ilangata
Dengan berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Balai Riset dan
Standardisasi Industri Manado (BARISTAND) menggunakan metode pengujian
Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Tumbuhan yang terdapat pada
penambangan emas desa Ilangata semua tumbuhan mengandung merkuri tetapi
dalam jumlah yang berbeda-beda. Data hasil analisis merkuri pada tumbuhan
yang terdapat di Desa Ilangata disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Kandungan
Merkuri Pada Tumbuhan yang Berada Di Kawasan
Penambangan Emas Desa Ilangata
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Nama Lokal
(Nama Ilmiah)
Longgi (Colocasia esculenta)
Kaca lo udu (Cassia tora)
Takelan (Chromolaena odorata)
Dukun Anak (Phyllanthus niruri)
Poto heto (Sida rhombifolia)
Ti mai mai (Stachytarpheta jamaincensis)
(Vetiveria sp)
Cacabean (Ludwigia hyssopifolia)
(Fimbristylis miliceae)
Rumput Kerbau (Paspalum conjugatum)
Simambu (Hyptis capitata)
Rumput Lampuyangan (Panicum repens)
Rumput Belulang (Eleusine indica)
Kacang Ruji (Phaseolus calcaratus)
Pepadian (Leersia hexandra)
(Asclepias incarnata)
Sumber : Data primer 2013
Kandungan Hg
(ppm)
0,41
0,39
0,39
0,36
0,36
0,24
0,20
0,19
0,18
0,15
0,15
0,14
0,13
0,08
0,07
0,06
7
Berdasarkan Tabel 4. 2. semua spesies tumbuhan mengandung merkuri
tetapi dalam jumlah yang berbeda-beda. Tumbuhan yang paling tinggi
mengandung merkuri adalah tumbuhan speises Colocasia esculenta. Dalam
penelitian ini tidak diketahui umur setiap tumbuhan yang dianalisis tetapi dari
semua spesies yang tumbuh di kawasan tersebut memiliki umur yang berbeda
dapat terlihat dari bentuk morfologi tumbuhan tersebut. Menurut Widyawati
(2011), banyaknya serapan logan oleh tanaman tergantung pada umur tumbuhan,
banyaknya logam dalam tanah dan lamanya waktu tanaman berada pada tanah
tercemar.
Semua tumbuhan memiliki kemampuan menyerap logam tetapi dalam
jumlah yang bervariasi. Tumbuhan yang dapat menyerap logam berat sekitar 1%
dari berat keringnya dapat dikatakan tumbuhan Hiperakumulator (Fahrudin,
2010). Berdasarkan hasil penelitian semua spesies tumbuhan yang berada di
penambangan emas desa Ilangata dapat tidak dapat menyerap logam sekitar 1%
dari berat keringnya. Semua spesies tumbuhan yang berada di kawasan
penambangan emas digolongkan sebagai tumbuhan hipertoleransi. Digolongkan
sebagai tumbuhan hipertoleran karena mampu tumbuh pada lahan yang
terkontaminasi merkuri dan tumbuh subur pada kawasan tersebut tanpa terganggu
pertumbuhannya. Menurut (Widyati, 2009) Tanaman dikategorikan hipertoleransi
apabila mampu tumbuh pada tanah dengan kandungan logam yang tinggi tanpa
terganggu pertumbuhannya.
Sejumlah
tumbuhan
dari banyak
famili
terbukti memiliki
sifat
hipertoleran, yakni mampu mengakumulasi logam dengan konsentrasi tinggi pada
jaringan
akar
dan
tajuknya,
sehingga
bersifat
hiperakumulator.
Sifat
hiperakumulator berarti dapat mengakumulasi unsur logam tertentu dengan
konsentrasi tinggi pada tajuknya dan dapat digunakan untuk tujuan fitoekstraksi.
Dalam proses fitoekstraksi ini logam berat diserap oleh akar tanaman dan
ditranslokasikan ke tajuk untuk diolah kembali atau dibuang pada saat tanaman
dipanen (Hidayati, 2005). Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan yang berada di
8
kawasan penambnagan emas desa Ilangata digolongkan sebagai hipertoleran
karena dapat mengakumulasi logam tetapi tidak dalam konsentrasi tinggi.
4.3 Pembahasan
Penambangan
emas
Desa
Ilangata
menghasilkan
limbah
yang
mengandung merkuri, Merkuri yang digunakan dalam pengolahan emas di Desa
ilangata merkuri yang berwarna putih berkilau dan berbentuk cair. Menurut
Inswiasri (2008) Merkuri metal (Hg0) merupakan logam berwama putih, berkilau.
Pengolahan emas di Desa Ilangata menghasilkan limbah yang mengandung
merkuri metal (Hg0), Merkuri metal (Hg0) banyak digunakan pada proses
amalgamasi untuk pemurnian emas karena sifatnya yang berwujud cair pada suhu
kamar.
Berdasarkan hasil penelitian di kawasan penambangan emas Desa Ilangata
terdapat 16 spesies yang tumbuh. Tumbuhan dapat tumbuh di kawasan tersebut
karena memiliki toleransi terhadap merkuri yang berada pada tanah di sekitar
kawasan pengolahan. Spesies yang tumbuh merupakan spesies yang terdiri dari
beberapa family, tidak semua spesies dapat tumbuh karena kawasan tersebut
merupakan kawasan yang memiliki kandungan logam merkuri pada tanah
sehingga tumbuhan yang dapat tumbuh terdiri dari 16 spesies saja seperti yang
telah disajikan pada Tabel 4.1
Semua spesies tumbuhan di kawasan tersebut digolongkan sebagai
tumbuhan hipertoleransi terhadap merkuri. Hal ini disebabkan oleh kemampuan
tumbuhan tersebut dalam menyerap merkuri, dan dalam proses penyerapan, ada
faktor yang mempengaruhi yaitu perbedaan morfologi dan faktor lingkungan
diantaranya suhu dan pH, pH pada kawasan tersebut adalah 6,5. Menurut (Ashraf
dkk, 2010), ada dua faktor yang mempengaruhi penyerapan logam, yang pertama
yaitu perbedaan genetik dalam serapan, translokasi dan menolak atau menyimpan
kontaminan oleh tanaman, dan kedua yaitu faktor lingkungan.
9
Umur tumbuhan juga merupakan salah satu penentu dalam penyerapan
merkuri, dalam penelitian ini tidak diketahui umur setiap tumbuhan yang
dianalisis, hal ini merupakan salah satu penyebab tumbuhan di kawasan
penambangan emas desa ilangata mengakumulasi merkuri dalam jumlah yang
rendah. Menurut Widyawati (2011), banyaknya serapan logan oleh tanaman
tergantung pada umur tumbuhan, banyaknya logam dalam tanah dan lamanya
waktu tanaman berada pada tanah tercemar. Selain itu lamanya tempat proses
pengolahan emas tersebut, berdasarkan informasi dari pekerja bahwa tempat
pengolahan emas dimulai pada tahun 2010 ini merupakan penyebab semua spesies
tumbuhan yang tumbuh di kawasan tersebut tidak dapat mengakumulasi merkuri
sebanyak 10 mg/kg berat kering, yaitu yang digolongkan pada tumbuhan
hiperakumulator.
Suatu tumbuhan dapat digolongkan hiperakumulator apabila mampu
mengakumulasi merkuri (Hg) sebesar 10 mg/kg berat kering Hardiani, (2008).
Berdasarkan
hasil
penelitian
tidak
terdapat
tumbuhan
yang
mampu
mengakumulasi merkuri sebesar 10 mg/kg berat kering.
Menurut Juhaeti, dkk (2009) Kriteria suatu jenis tumbuhan dapat
digolongkan sebagai hiperakumulator adalah :
1. Tahan terhadap unsur logam dalam konsentrasi tinggi pada jaringan akar
dan tajuk
2. Tingkat laju penyerapan unsur dari tanah yang tinggi dibanding tanaman
lain
3. Memiliki kemampuan mentranslokasi dan mengakumulasi unsure logam
dari akar ke tajuk dengan laju yang tinggi
4. Secara ideal memiliki potensi produksi biomasa yang tinggi
Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan yang berada di kawasan tersebut
dapat tumbuh subur karena tahan terhadap logam merkuri tetapi tidak memiliki
kemampuan mentranslokasikan dan mengakumulasi merkuri pada konsentrasi
tinggi, sesuai dengan hasil penelitian semua spesies tumbuhan mengakumulasi
10
dalam jumlah yang kurang dari 10 mg/kg sehingga digolongkan sebagai
hipertoleran.
Penggunaan merkuri pada proses pengolahan emas di desa ilangata juga
dapat mempengaruhi kandungan logam pada tanah, pada proses pengolahan
merkuri yang digunakan 4 kg setiap melakukuan pengolahan, tetapi proses
pengolahan dilakukan apabila hasil galian yang akan diolah tersedia sehingga
pengolahan tidak dilakukan setiap hari.
Secara umum, mekanisme penyerapan dan akumulasi logam berat oleh
tanaman dapat dibagi menjadi tiga proses yang sinambung (Hardiani, 2009),
sebagai berikut : (1) Penyerapan oleh akar. Agar tanaman dapat menyerap logam,
maka logam harus dibawa ke dalam larutan di sekitar akar (rizosfer) dengan
beberapa cara bergantung pada spesies tanaman. (2) Translokasi logam dari akar
ke bagian tanaman lain. Setelah logam menembus endodermis akar, logam atau
senyawa asing lain mengikuti aliran transpirasi ke bagian atas tanaman melalui
jaringan pengangkut (xilem dan floem) ke bagian tanaman lainnya. (3) Lokalisasi
logam pada sel dan jaringan. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar logam tidak
menghambat metabolisme tanaman. Sebagai upaya untuk mencegah peracunan
logam terhadap sel, tanaman mempunyai mekanisme detoksifikasi, misalnya
dengan menimbun logam di dalam organ tertentu seperti akar.
Menurut Meagher (2000), merkuri dalam tanah terserap oleh akar melalui
zat khelat atau fitokelatin yang diekresikan oleh jaringan akar tumbuhan terhadap
respon kandungan merkuri. Pada penelitian ini tumbuhan yang berada di kawasan
tersebut memiliki kemampuan dalam mengeksresikan fitokelatin yang merupakan
respon
terhadap
kandungan
merkuri
pada
tanah
tetapi
hanya
dapat
mengakumulasi merkuri dalam jumlah yang rendah sehingga tidak digolongkan
sebagai tumbuhan hiperakumulator.
Salt (2000) dalam Hidayati (2005), Dalam mekanisme pengkhelatan,
diperkirakan unsur logam diserap tanaman dalam bentuk kompleks logam-khelat
yang lebih mudah diserap akar dan ditranslokasi ke tajuk. Phytochelatin
11
sebelumnya disintesis oleh phytochelatin sintase. Phytochelatin yang terbentuk
berupa phytosiderophore, melalui bulu-bulu akar, logam merkuri dikhelat hingga
masuk sistem penyerapan air dan unsur hara. Peng-khelatan merkuri oleh zat
khelat dengan membentuk senyawa kompleks dan garam. Merkuri berikatan
dengan gugus S (sulfur) pada asam amino phytochelatin karena zat tersebut
adalah enzim. Senyawa kompleks dan garam yang dibentuk selanjutnya dapat
diserap. Tumbuhan hipertoleran menyerap merkuri melalui akar kemudian
ditranslokasikan ke tajuk tetapi jumlah yang diakumulasi rendah, sebelumnya
tumbuhan hipertoleran mengeksresikan fitokelatin kemudian mengkhelat merkuri,
merkuri dikhelat dalam bentuk senyawa komplex agar dapat diserap.
Schulze et al.,(2005) menyatakan bahwa secara umum transport logam
berat seperti merkuri lebih sering melewati jalur apoplas. Sedangkan pada jalur
simplas biasanya terjadi transpor P, K,N dan Mg. Mekanisme penyerapan melalui
jalur apoplas adalah dengan melewati ruang antar sel parenkim akar menuju pita
kaspari dengan batasan senyawa suberin menuju pembuluh xylem dan
ditrasportasikan ke tajuk (Salisbury & Ross, 1995). Tumbuhan yang berada di
kawasan penambangan emas desa Ilangata mengkhelat merkuri dalam bentuk
senyawa komplex, karena merkuri adalah logam berat yang tidak dibutuhkan oleh
tumbuhan maka penyerapan merkuri oleh tumbuhan melalui jalur apoplas.
PENUTUP
Kandungan merkuri yang terakumulasi pada tumbuhan yang terdapat di
penambangan Emas desa Ilangata
yakni kandungan merkuri sebesar spesies
Colocasia esculenta kandungan merkuri sebesar 0,14 ppm, spesies Cassia tora
0,39 ppm, spesies Chloromolaena odorata 0,39 ppm, spesies Phyllanthus niruri
0,36 ppm, spesies Sida rhobifilia 0,36 ppm, spesies Stachytarpheta jamaincensis
0,24 ppm, spesies Vetiveria sp 0,20 ppm, spesies Ludwigia hyssopifolia 0,19
pmm, spesies Fimbristylis miliaceae 0,18 ppm, spesies Paspalum conjugatum
0,15 ppm, spesies Hyptis capitata 0,15 ppm, spesies Panicum repens 0,14 ppm,
12
spesies Eleusine indica 0,13 pmm, spesies Phaseolus calcaratus 0,08 ppm,
spesies Leersia hexandra 0,07 ppm, spesies Asclepias incarnata 0,06 ppm.
Tumbuhan yang bersifat hipertoleransi yang berada di kawasan
Penambangan Emas Desa Ilangata Kecamatan Anggrek kabupaten Gorontalo
Utara adalah tumbuhan spesies Colocasia esculenta, spesies Cassia tora, spesies
Chloromolaena odorata, spesies Phyllanthus niruri, spesies Sida rhobifilia,
spesies Stachytarpheta jamaincensis, spesies Vetiveria sp, spesies Ludwigia
hyssopifolia, spesies Fimbristylis miliaceae, spesies Paspalum conjugatum,
spesies Hyptis capitata, spesies Panicum repens, spesies Eleusine indica, spesies
Phaseolus calcaratus, spesies Leersia hexandra, spesies Asclepias incarnata.
Pada lokasi penambangan emas Desa Ilangata tidak terdapat tumbuhan yang
bersifat hiperakumulator.
Dalam penyerapan logam umur tumbuhan dapat menentukan banyaknya
serapan logam penelitian ini tidak mengkaji umur tumbuhan, pembaca yang
tertarik penelitian ini dapat melanjutkan yakni mengkaji pengaruh umur tumbuhan
terhadap akumulasi merkuri, untuk mengetahui pada umur berapa tumbuhan
optimal menyerap merkuri.
PUSTAKA
Ashraf, M, Otzurk dan MSA Ahmad. 2010. Plant Adaptation
Phytoremediation. New York : Springer Dordrecht Heidelberg.
and
Data Dalam Angka, 2010. BPS Kabupaten Gorontalo Utara
Fahrudin, 2010. Bioteknologi Lingkungan. Alfabeta : Bandung
Hardiani, Henggar. 2008. Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3 dari
Proses Deinking Industri Kertas Secara Fitoremediasi. Jurnal Riset
Industri. Vol 2 (2):64-75
Hardiani, Henggar. 2009. Potensi Tanaman Dalam Mengakumulasi Logam Cu
Pada Media Tanah Terkontaminasi Limbah Padat Industri Kertas. Jurnal
BS. Vol: 44(1): 27-40.
Hidayati, Nuril. 2005. Fitoremediasi dan Potensi Tumbuhan Hiperakumulator.
Jurnal Hayati. Vol 12 (1):35-40
13
Inswiasri, 2008. Paradigma Kejadian Penyakit Pajanan Merkuri (Hg). Jurnal
Ekologi Kesehatan. Vol: 7 (2): 775-785.
Juhaeti, Titi, Fauzia Syarif. 2009. Potensi Centrocema pubescence,
Calopogonium mucunoides, dan Micania cordata dalam Membersihkan
Logam Kontaminan pada Limbah Penambangan Emas. Jurnal Biodiversitas.
Vol: 7 (1): 4-6.
Lestarisa, Trilianty. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keracunan
Merkuri (Hg) pada Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) Di Kecamatan
Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Tesis. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Meagher, Richard B. 2000. Phytoremediation of Toxic Elemental and Organic
Pollutants. Department of Genetics University of Georgia, Athens, Georgia.
Salisbury, Frank B., Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan: Jilid 3.
Diterjemahkan oleh Diah R. lukman dan Sumaryono. Bandung: ITB.
Schulze, Ernst-Detlef., Erwin Beck dan Klaus MÈ•ller-Hohenstein.2005. Plant
Ecology. New York : Springer-Verlag Berlin Heidelberg
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R&D. Alfabeta
: Bandung
Suhono. 2010. Ensiklopedia Flora Jilid 1. PT Kharisma Ilmu: Bandung
Widyati, 2011.
Potensi Tumbuhan Bawah Sebagai Akumulator Logam Berat
Untuk Membantu Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang. Jurnal Mitra Hutan
Tanaman Vol :6 (2): 46 – 56.
Widodo, 2008. Pencemaran Air Raksa (Hg) sebagai Dampak Pengolahan Bijih
Emas di Sungai Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten Sukabumi. Jurnal
Geologi Indonesia. Vol: 3 (3): 139-149.
Download