1 KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TUMBUHAN DI KAWASAN PENAMBANGAN EMAS DESA ILANGATA KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA 1) Fendrawati Hilamuhu1, Novri Y. Kandowangko2, Dewi W.K Baderan3 Mahasiswa Jurusan Biologi, 2)Dosen Jurusan Biologi, 3)Dosen Jurusan Biologi Progran Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Email: [email protected] ABSTRAK . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan merkuri (Hg) pada tumbuhan yang berada di kawasan penambangan emas Desa Ilangata Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara dan untuk mengetahui spesies tumbuhan yang bersifat hiperakumulator dan hipertoleran. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode survey. Objek penelitian yang diamati adalah kandungan merkuri pada tumbuhan di kawasan penambangan emas dan tumbuhan hiperakumulator dan hipertoleran. Analisis merkuri pada tumbuhan dilakukan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) di Balai Riset Standarisasi Indutri Manado (BARISTAND). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan merkuri (Hg) pada tumbuhan yang berada di kawasan penambangan emas desa Ilangata yakni yang paling tinggi mengandung merkuri tinggi adalah spesies Colocasia esculenta tumbuhan ini mengandung merkuri dalam jumlah (0,41 ppm) dan yang paling rendah adalah spesies Asclepias incarnate (0,06 ppm). Tumbuhan yang terdapat di kawasan penambangan emas bersifat hipertoleran yakni spesies Colocasia esculenta (0,41 pmm), Chromolaena odorata (0,39) Cassia tora (0,39 ) Phyllanthus niruri (0,36 ppm) Sida rhombifolia (0,36) Stachytarpheta jamaincensis (0,24) Vetiveria sp (0,20 ppm), Ludwigia hyssopifolia (0,19 ppm), Fimbristylis miliceae (0,18 ppm), Paspalum conjugatum (0,19 ppm) Hyptis capitata (0,15 ppm), Panicum repens (0,14 ppm), Eleusine indica (0,13 ppm), Phaseolus calcaratus (0,08 ppm), Leersia hexandra (0,07 ppm), Asclepias incarnate (0,06 ppm. Pada kawasan penambangan emas desa Ilangata tidak terdapat tumbuhan yang bersifat hiperakumulator. Kata kunci : Tumbuhan, Hiperakumulator, Hipertoleran 2 PENDAHULUAN Kabupaten Gorontalo Utara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo, Ibu kotanya adalah Kwandang. Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas 11 kecamatan, dan 123 desa dengan jumlah penduduk 104.068 jiwa serta luas 1.230,07 km² sehingga tingkat kepadatan penduduknya adalah 84,60 jiwa/km² (DDA, 2010). Salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Gororontalo Utara adalah Kecamatan Anggrek. Kecamatan Anggrek terdiri atas 15 Desa diantaranya adalah Desa Ilangata dimana Desa ini terdapat penambangan emas. Aktifitas penambangan emas di Desa Ilangata masih dilakukan secara tradisional yaitu mengolah hasil galian berupa batuan yang diolah menggunakan merkuri pada proses amalgamasi. Proses amalgamasi yaitu memisahkan bijih/butiran emas dengan batuan lainnya. Proses pengolahan emas yang tradisional ini akan menghasilkan limbah yang mengandung merkuri. Hal ini terjadi karena sebagian merkuri yang digunakan terbuang bersama limbah ke lokasi pembuangan.Umumnya lokasi pembuangan limbah pengolahan emas di Desa Ilangata hanya dibuang di sekitar tempat pengolahan yang berdekatan dengan pemukiman masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan bahaya terhadap masyarakat setempat karena semakin lama semakin banyak limbah yang dibuang. Jika tidak dikelola dengan benar maka akan berpotensi sebagai polutan. Merkuri bersifat toksik untuk makhluk hidup bila penggunaannya dalam jumlah yang cukup dan dalam waktu yang lama. Merkuri akan tersimpan secara permanen di dalam tubuh, yaitu terjadi inhibisi enzim dan kerusakan sel sehingga kerusakan tubuh dapat terjadi secara permanen (WHO, 1976 dalam Inswiasri, 2008). Dampak toksik merkuri yang secara langsung seperti ganguan saraf, tuli, sulit berkonsentrasi dan gangguan kulit seperti kasus Minamata (Lestarisa, 2010) . Mengingat sifat merkuri yang sangat berbahaya, maka penyebaran merkuri ini perlu penanganan untuk menekan jumlah limbah merkuri, Salah satu cara yang sederhana yaitu dengan penanaman tanaman yang hiperakumulator di sekitar pembuangan limbah sehingga dapat mengurangi pencemaran merkuri. Usaha ini 1 3 disebut fitoremediasi, Fitoremediasi didefinisikan sebagai pencucian polutan yang dimediasi oleh tumbuhan (Chaney et al., 2004 dalam Hidayati, 2005). Semua tumbuhan memiliki kemampuan menyerap logam tetapi dalam jumlah yang bervariasi. Tetapi tidak semua tumbuhan dapat dikatakan hiperakumulator. Jenis tumbuhan hiperakumulator ini sangat terbatas, Salah satu syarat tumbuhan dikatakan hiperakumulator yaitu bersifat toleran terhadap kandungan logam yang tinggi pada suatu media. Penanganan terhadap limbah industri pertambangan yang mengandung logam berat merkuri. Sebagai alternatif pengolahan limbah pertambangan secara sederhana yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan pencucian polutan yang dimediasi oleh tumbuhan yang memiliki sifat hiperakumulator. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tumbuhan apa saja yang bersifat hiperakumulator dan hipertoleransi dan untuk mengetahui kandungan merkuri yang terakumulasi pada tumbuhan yang berada di kawasan penambangan emas Desa Ilangata Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama adalah pengambilan sampel tumbuhan yang diperoleh dari lokasi pembuangan limbah penambangan emas. Lokasi penelitian yaitu kawasan penambangan emas Desa Ilangata Kecamatan Gorontalo Utara. Tahap kedua adalah analisis merkuri dilaksanakan di Balai Riset Standarisasi Indutri Manado (BARISTAND) Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dan metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Pengambilan sampel menggunakan Random Sampling. Random Sampling memberikan peluang kepada seluruh jenis-jenis tumbuhan untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Ciri dasar pengambilan sampel ini adalah semua populasi mempunyai peluang yang sama. Pemilihan sampel secara acak menyebabkan peneliti mempunyai cara objektif untuk memilih jenis tumbuhan yang akan dianalisis kadar merkuri pada tumbuhan tersebut. Data penelitian ini berupa Data Sekunder yaitu hasil analisis kandungan merkuri (Hg) pada tumbuhan yang diperoleh dari Balai Riset Standarisasi Indutri 4 Manado (BARISTAND), data dari dinas Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gorontalo Utara, dari penelitian-penelitian sebelumnya. Data Primer berupa spesies tumbuhan hiperakumulator dan toleransi yang terdapat di kawasan penambangan emas Desa Ilangata Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Tahap awal adalah pengambilan sampel, sampel diambil dari lokasi pembuangan limbah penambangan emas, sampel yang diambil semua jenis tumbuhan yang spesiesnya berbeda yang terdapat di sekitar pembuangan limbah penambangan emas. Sampel dibawa ke Laboratorium Botani Universitas Negeri gorontalo untuk dibersihkan menggunakan aquades lalu ditimbang bobot basahnya. Kemudian dikeringan dalam oven dengan suhu 40 0C selama 9 hari sampai mendapatkan berat konstan kemudian ditimbang kembali beratnya lalu dihaluskan, setelah itu dibawa ke Balai Riset Standarisasi Indutri Manado (BARISTAND) untuk dianalisis kandungan merkuri (Hg). Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kandungan logam merkuri (Hg) yang terakumulasi pada tumbuhan yang berada di kawasan penambangan emas desa Ilangata Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Kegiatan penambangan emas tradisional di Desa Ilangata Kabupaten Gorontalo Utara telah berlangsung sejak tahun 2010 sampai sekarang. Berdasarkan hasil wawancara dengan penambang jumlah tromol yang masih aktif hingga saat ini adalah 20 tromol, setiap unit tromol memiliki 5 orang pekerja. Umumnya penambangan Ilangata menggunakan merkuri rata-rata untuk amalgamasi sebanyak 4 kg per hari. Banyaknya merkuri yang terbuang setiap bulannya adalah 120 kg/bulan atau 1.440 kg/tahun. Kegiatan penambangan di Desa Ilanagata berlangsung di lingkungan rumah penduduk setempat dan air limbahnya dibuang langsung ke pemukiman. 5 4.2.1 Kandungan Merkuri (Hg) yang Terakumulasi pada Tumbuhan yang Berada Di Kawasan Penambangan Emas Desa Ilangata Tumbuhan yang di analisis adalah semua spesies tumbuhan yang berada di Kawasan penambangan emas Desa Ilangata. Dalam penelitian ini tumbuhan dibawa ke Laboratorium Botani Universitas Negeri Gorontalo, tumbuhan dicuci menggunakan aquadest kemudian ditimbang bobot basahnya lalu dipotong-potong menjadi bagian lebih kecil, kemudian dioven sampai mendapatkan berat konstan dari tumbuhan tersebut, dalam waktu 1 X 24 jam ditimbang, setelah mendapatkan berat konstan, tumbuhan dihaluskan menggunakan lumpang, setelah itu dibawa untuk dianalisis di Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado (BARISTAND), untuk mengetahui apakah tumbuhan yang berada di kawasan tersebut hiperakumulator. Berdasarkan penelitian di kawasan penambangan emas desa Ilangata terdapat 16 spesies tumbuhan, spesies yang berada di kawasan penambangan emas desa Ilangata disajikan pada Tabel berikut. Tabel 4.1. Spesies Tumbuhan yang Berada di Kawasan Penambangan emas Desa Ilangata No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Nama Lokal Longgi Ketepeng Kecil Takelan Dukun Anak Sidaguri Pecut Kuda Rumput padi Cacabean Babawangan Rumput paitan Simambu Rumput lampuyangan Rumput belulang Kacang ruji Pepadian Rumput sawah Sumber : Qoniah (2013) Nama Ilmiah Colocasia esculenta Cassia tora Chromolaena odorata Phyllanthus niruri Sida rhombifolia Stachytarpheta jamaincensis Vetiveria sp Ludwigia hyssopifolia Fimbristylis miliceae Paspalum conjugatum Hyptis capitata Panicum repens Eleusine indica Phaseolus calcaratus Leersia hexandra Asclepias incarnata 6 Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan yang terdapat pada penambangan emas desa Ilangata terdapat 16 spesies tumbuhan yang berbeda. Tumbuhan yang terdapat di kawasan penambangan emas Desa Ilangata tumbuh subur tanpa terganggu pertumbuhannya, tidak semua spesies tumbuhan dapat tumbuh di kawasan tersebut, tumbuhan yang memiliki kemampuan mengakumulasi dan mentranslokasi merkuri yang dapat tumbuh di kawasan tersebut. 4.2.1.Tumbuhan yang Bersifat Hiperakumulator dan Hipertoleransi Terhadap Merkuri (Hg) Di Kawasan Penambangan Emas Desa Ilangata Dengan berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado (BARISTAND) menggunakan metode pengujian Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Tumbuhan yang terdapat pada penambangan emas desa Ilangata semua tumbuhan mengandung merkuri tetapi dalam jumlah yang berbeda-beda. Data hasil analisis merkuri pada tumbuhan yang terdapat di Desa Ilangata disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Kandungan Merkuri Pada Tumbuhan yang Berada Di Kawasan Penambangan Emas Desa Ilangata No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Nama Lokal (Nama Ilmiah) Longgi (Colocasia esculenta) Kaca lo udu (Cassia tora) Takelan (Chromolaena odorata) Dukun Anak (Phyllanthus niruri) Poto heto (Sida rhombifolia) Ti mai mai (Stachytarpheta jamaincensis) (Vetiveria sp) Cacabean (Ludwigia hyssopifolia) (Fimbristylis miliceae) Rumput Kerbau (Paspalum conjugatum) Simambu (Hyptis capitata) Rumput Lampuyangan (Panicum repens) Rumput Belulang (Eleusine indica) Kacang Ruji (Phaseolus calcaratus) Pepadian (Leersia hexandra) (Asclepias incarnata) Sumber : Data primer 2013 Kandungan Hg (ppm) 0,41 0,39 0,39 0,36 0,36 0,24 0,20 0,19 0,18 0,15 0,15 0,14 0,13 0,08 0,07 0,06 7 Berdasarkan Tabel 4. 2. semua spesies tumbuhan mengandung merkuri tetapi dalam jumlah yang berbeda-beda. Tumbuhan yang paling tinggi mengandung merkuri adalah tumbuhan speises Colocasia esculenta. Dalam penelitian ini tidak diketahui umur setiap tumbuhan yang dianalisis tetapi dari semua spesies yang tumbuh di kawasan tersebut memiliki umur yang berbeda dapat terlihat dari bentuk morfologi tumbuhan tersebut. Menurut Widyawati (2011), banyaknya serapan logan oleh tanaman tergantung pada umur tumbuhan, banyaknya logam dalam tanah dan lamanya waktu tanaman berada pada tanah tercemar. Semua tumbuhan memiliki kemampuan menyerap logam tetapi dalam jumlah yang bervariasi. Tumbuhan yang dapat menyerap logam berat sekitar 1% dari berat keringnya dapat dikatakan tumbuhan Hiperakumulator (Fahrudin, 2010). Berdasarkan hasil penelitian semua spesies tumbuhan yang berada di penambangan emas desa Ilangata dapat tidak dapat menyerap logam sekitar 1% dari berat keringnya. Semua spesies tumbuhan yang berada di kawasan penambangan emas digolongkan sebagai tumbuhan hipertoleransi. Digolongkan sebagai tumbuhan hipertoleran karena mampu tumbuh pada lahan yang terkontaminasi merkuri dan tumbuh subur pada kawasan tersebut tanpa terganggu pertumbuhannya. Menurut (Widyati, 2009) Tanaman dikategorikan hipertoleransi apabila mampu tumbuh pada tanah dengan kandungan logam yang tinggi tanpa terganggu pertumbuhannya. Sejumlah tumbuhan dari banyak famili terbukti memiliki sifat hipertoleran, yakni mampu mengakumulasi logam dengan konsentrasi tinggi pada jaringan akar dan tajuknya, sehingga bersifat hiperakumulator. Sifat hiperakumulator berarti dapat mengakumulasi unsur logam tertentu dengan konsentrasi tinggi pada tajuknya dan dapat digunakan untuk tujuan fitoekstraksi. Dalam proses fitoekstraksi ini logam berat diserap oleh akar tanaman dan ditranslokasikan ke tajuk untuk diolah kembali atau dibuang pada saat tanaman dipanen (Hidayati, 2005). Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan yang berada di 8 kawasan penambnagan emas desa Ilangata digolongkan sebagai hipertoleran karena dapat mengakumulasi logam tetapi tidak dalam konsentrasi tinggi. 4.3 Pembahasan Penambangan emas Desa Ilangata menghasilkan limbah yang mengandung merkuri, Merkuri yang digunakan dalam pengolahan emas di Desa ilangata merkuri yang berwarna putih berkilau dan berbentuk cair. Menurut Inswiasri (2008) Merkuri metal (Hg0) merupakan logam berwama putih, berkilau. Pengolahan emas di Desa Ilangata menghasilkan limbah yang mengandung merkuri metal (Hg0), Merkuri metal (Hg0) banyak digunakan pada proses amalgamasi untuk pemurnian emas karena sifatnya yang berwujud cair pada suhu kamar. Berdasarkan hasil penelitian di kawasan penambangan emas Desa Ilangata terdapat 16 spesies yang tumbuh. Tumbuhan dapat tumbuh di kawasan tersebut karena memiliki toleransi terhadap merkuri yang berada pada tanah di sekitar kawasan pengolahan. Spesies yang tumbuh merupakan spesies yang terdiri dari beberapa family, tidak semua spesies dapat tumbuh karena kawasan tersebut merupakan kawasan yang memiliki kandungan logam merkuri pada tanah sehingga tumbuhan yang dapat tumbuh terdiri dari 16 spesies saja seperti yang telah disajikan pada Tabel 4.1 Semua spesies tumbuhan di kawasan tersebut digolongkan sebagai tumbuhan hipertoleransi terhadap merkuri. Hal ini disebabkan oleh kemampuan tumbuhan tersebut dalam menyerap merkuri, dan dalam proses penyerapan, ada faktor yang mempengaruhi yaitu perbedaan morfologi dan faktor lingkungan diantaranya suhu dan pH, pH pada kawasan tersebut adalah 6,5. Menurut (Ashraf dkk, 2010), ada dua faktor yang mempengaruhi penyerapan logam, yang pertama yaitu perbedaan genetik dalam serapan, translokasi dan menolak atau menyimpan kontaminan oleh tanaman, dan kedua yaitu faktor lingkungan. 9 Umur tumbuhan juga merupakan salah satu penentu dalam penyerapan merkuri, dalam penelitian ini tidak diketahui umur setiap tumbuhan yang dianalisis, hal ini merupakan salah satu penyebab tumbuhan di kawasan penambangan emas desa ilangata mengakumulasi merkuri dalam jumlah yang rendah. Menurut Widyawati (2011), banyaknya serapan logan oleh tanaman tergantung pada umur tumbuhan, banyaknya logam dalam tanah dan lamanya waktu tanaman berada pada tanah tercemar. Selain itu lamanya tempat proses pengolahan emas tersebut, berdasarkan informasi dari pekerja bahwa tempat pengolahan emas dimulai pada tahun 2010 ini merupakan penyebab semua spesies tumbuhan yang tumbuh di kawasan tersebut tidak dapat mengakumulasi merkuri sebanyak 10 mg/kg berat kering, yaitu yang digolongkan pada tumbuhan hiperakumulator. Suatu tumbuhan dapat digolongkan hiperakumulator apabila mampu mengakumulasi merkuri (Hg) sebesar 10 mg/kg berat kering Hardiani, (2008). Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat tumbuhan yang mampu mengakumulasi merkuri sebesar 10 mg/kg berat kering. Menurut Juhaeti, dkk (2009) Kriteria suatu jenis tumbuhan dapat digolongkan sebagai hiperakumulator adalah : 1. Tahan terhadap unsur logam dalam konsentrasi tinggi pada jaringan akar dan tajuk 2. Tingkat laju penyerapan unsur dari tanah yang tinggi dibanding tanaman lain 3. Memiliki kemampuan mentranslokasi dan mengakumulasi unsure logam dari akar ke tajuk dengan laju yang tinggi 4. Secara ideal memiliki potensi produksi biomasa yang tinggi Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan yang berada di kawasan tersebut dapat tumbuh subur karena tahan terhadap logam merkuri tetapi tidak memiliki kemampuan mentranslokasikan dan mengakumulasi merkuri pada konsentrasi tinggi, sesuai dengan hasil penelitian semua spesies tumbuhan mengakumulasi 10 dalam jumlah yang kurang dari 10 mg/kg sehingga digolongkan sebagai hipertoleran. Penggunaan merkuri pada proses pengolahan emas di desa ilangata juga dapat mempengaruhi kandungan logam pada tanah, pada proses pengolahan merkuri yang digunakan 4 kg setiap melakukuan pengolahan, tetapi proses pengolahan dilakukan apabila hasil galian yang akan diolah tersedia sehingga pengolahan tidak dilakukan setiap hari. Secara umum, mekanisme penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tanaman dapat dibagi menjadi tiga proses yang sinambung (Hardiani, 2009), sebagai berikut : (1) Penyerapan oleh akar. Agar tanaman dapat menyerap logam, maka logam harus dibawa ke dalam larutan di sekitar akar (rizosfer) dengan beberapa cara bergantung pada spesies tanaman. (2) Translokasi logam dari akar ke bagian tanaman lain. Setelah logam menembus endodermis akar, logam atau senyawa asing lain mengikuti aliran transpirasi ke bagian atas tanaman melalui jaringan pengangkut (xilem dan floem) ke bagian tanaman lainnya. (3) Lokalisasi logam pada sel dan jaringan. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar logam tidak menghambat metabolisme tanaman. Sebagai upaya untuk mencegah peracunan logam terhadap sel, tanaman mempunyai mekanisme detoksifikasi, misalnya dengan menimbun logam di dalam organ tertentu seperti akar. Menurut Meagher (2000), merkuri dalam tanah terserap oleh akar melalui zat khelat atau fitokelatin yang diekresikan oleh jaringan akar tumbuhan terhadap respon kandungan merkuri. Pada penelitian ini tumbuhan yang berada di kawasan tersebut memiliki kemampuan dalam mengeksresikan fitokelatin yang merupakan respon terhadap kandungan merkuri pada tanah tetapi hanya dapat mengakumulasi merkuri dalam jumlah yang rendah sehingga tidak digolongkan sebagai tumbuhan hiperakumulator. Salt (2000) dalam Hidayati (2005), Dalam mekanisme pengkhelatan, diperkirakan unsur logam diserap tanaman dalam bentuk kompleks logam-khelat yang lebih mudah diserap akar dan ditranslokasi ke tajuk. Phytochelatin 11 sebelumnya disintesis oleh phytochelatin sintase. Phytochelatin yang terbentuk berupa phytosiderophore, melalui bulu-bulu akar, logam merkuri dikhelat hingga masuk sistem penyerapan air dan unsur hara. Peng-khelatan merkuri oleh zat khelat dengan membentuk senyawa kompleks dan garam. Merkuri berikatan dengan gugus S (sulfur) pada asam amino phytochelatin karena zat tersebut adalah enzim. Senyawa kompleks dan garam yang dibentuk selanjutnya dapat diserap. Tumbuhan hipertoleran menyerap merkuri melalui akar kemudian ditranslokasikan ke tajuk tetapi jumlah yang diakumulasi rendah, sebelumnya tumbuhan hipertoleran mengeksresikan fitokelatin kemudian mengkhelat merkuri, merkuri dikhelat dalam bentuk senyawa komplex agar dapat diserap. Schulze et al.,(2005) menyatakan bahwa secara umum transport logam berat seperti merkuri lebih sering melewati jalur apoplas. Sedangkan pada jalur simplas biasanya terjadi transpor P, K,N dan Mg. Mekanisme penyerapan melalui jalur apoplas adalah dengan melewati ruang antar sel parenkim akar menuju pita kaspari dengan batasan senyawa suberin menuju pembuluh xylem dan ditrasportasikan ke tajuk (Salisbury & Ross, 1995). Tumbuhan yang berada di kawasan penambangan emas desa Ilangata mengkhelat merkuri dalam bentuk senyawa komplex, karena merkuri adalah logam berat yang tidak dibutuhkan oleh tumbuhan maka penyerapan merkuri oleh tumbuhan melalui jalur apoplas. PENUTUP Kandungan merkuri yang terakumulasi pada tumbuhan yang terdapat di penambangan Emas desa Ilangata yakni kandungan merkuri sebesar spesies Colocasia esculenta kandungan merkuri sebesar 0,14 ppm, spesies Cassia tora 0,39 ppm, spesies Chloromolaena odorata 0,39 ppm, spesies Phyllanthus niruri 0,36 ppm, spesies Sida rhobifilia 0,36 ppm, spesies Stachytarpheta jamaincensis 0,24 ppm, spesies Vetiveria sp 0,20 ppm, spesies Ludwigia hyssopifolia 0,19 pmm, spesies Fimbristylis miliaceae 0,18 ppm, spesies Paspalum conjugatum 0,15 ppm, spesies Hyptis capitata 0,15 ppm, spesies Panicum repens 0,14 ppm, 12 spesies Eleusine indica 0,13 pmm, spesies Phaseolus calcaratus 0,08 ppm, spesies Leersia hexandra 0,07 ppm, spesies Asclepias incarnata 0,06 ppm. Tumbuhan yang bersifat hipertoleransi yang berada di kawasan Penambangan Emas Desa Ilangata Kecamatan Anggrek kabupaten Gorontalo Utara adalah tumbuhan spesies Colocasia esculenta, spesies Cassia tora, spesies Chloromolaena odorata, spesies Phyllanthus niruri, spesies Sida rhobifilia, spesies Stachytarpheta jamaincensis, spesies Vetiveria sp, spesies Ludwigia hyssopifolia, spesies Fimbristylis miliaceae, spesies Paspalum conjugatum, spesies Hyptis capitata, spesies Panicum repens, spesies Eleusine indica, spesies Phaseolus calcaratus, spesies Leersia hexandra, spesies Asclepias incarnata. Pada lokasi penambangan emas Desa Ilangata tidak terdapat tumbuhan yang bersifat hiperakumulator. Dalam penyerapan logam umur tumbuhan dapat menentukan banyaknya serapan logam penelitian ini tidak mengkaji umur tumbuhan, pembaca yang tertarik penelitian ini dapat melanjutkan yakni mengkaji pengaruh umur tumbuhan terhadap akumulasi merkuri, untuk mengetahui pada umur berapa tumbuhan optimal menyerap merkuri. PUSTAKA Ashraf, M, Otzurk dan MSA Ahmad. 2010. Plant Adaptation Phytoremediation. New York : Springer Dordrecht Heidelberg. and Data Dalam Angka, 2010. BPS Kabupaten Gorontalo Utara Fahrudin, 2010. Bioteknologi Lingkungan. Alfabeta : Bandung Hardiani, Henggar. 2008. Pemulihan Lahan Terkontaminasi Limbah B3 dari Proses Deinking Industri Kertas Secara Fitoremediasi. Jurnal Riset Industri. Vol 2 (2):64-75 Hardiani, Henggar. 2009. Potensi Tanaman Dalam Mengakumulasi Logam Cu Pada Media Tanah Terkontaminasi Limbah Padat Industri Kertas. Jurnal BS. Vol: 44(1): 27-40. Hidayati, Nuril. 2005. Fitoremediasi dan Potensi Tumbuhan Hiperakumulator. Jurnal Hayati. Vol 12 (1):35-40 13 Inswiasri, 2008. Paradigma Kejadian Penyakit Pajanan Merkuri (Hg). Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol: 7 (2): 775-785. Juhaeti, Titi, Fauzia Syarif. 2009. Potensi Centrocema pubescence, Calopogonium mucunoides, dan Micania cordata dalam Membersihkan Logam Kontaminan pada Limbah Penambangan Emas. Jurnal Biodiversitas. Vol: 7 (1): 4-6. Lestarisa, Trilianty. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keracunan Merkuri (Hg) pada Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) Di Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Meagher, Richard B. 2000. Phytoremediation of Toxic Elemental and Organic Pollutants. Department of Genetics University of Georgia, Athens, Georgia. Salisbury, Frank B., Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan: Jilid 3. Diterjemahkan oleh Diah R. lukman dan Sumaryono. Bandung: ITB. Schulze, Ernst-Detlef., Erwin Beck dan Klaus MÈ•ller-Hohenstein.2005. Plant Ecology. New York : Springer-Verlag Berlin Heidelberg Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R&D. Alfabeta : Bandung Suhono. 2010. Ensiklopedia Flora Jilid 1. PT Kharisma Ilmu: Bandung Widyati, 2011. Potensi Tumbuhan Bawah Sebagai Akumulator Logam Berat Untuk Membantu Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang. Jurnal Mitra Hutan Tanaman Vol :6 (2): 46 – 56. Widodo, 2008. Pencemaran Air Raksa (Hg) sebagai Dampak Pengolahan Bijih Emas di Sungai Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten Sukabumi. Jurnal Geologi Indonesia. Vol: 3 (3): 139-149.