KERANGKA ACUAN KEGIATAN RAPAT KOORDINASI PENDIDIKAN KEMASYARAKATAN DI 4 KABUPATEN (PURWOREJO, WONOSOBO, PEMALANG DAN REMBANG) I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kualitas perempuan dalam pembangunan masih rendah, yang menyebabkan peran kaum perempuan tertinggal dalam segala hal. Untuk mengatasinya diperlukan upaya dan strategi mengintegrasikan gender ke dalam arus pembangunan dengan cara menempatkan perempuan sebagai subjek pembangunan dan menghilangkan faktor kendala yang dihadapi perempuan dalam pembangunan. Oleh karena itu perlu melakukan kegiatan analisis dan evaluasi tentang : 1. Sejauhmana perempuan terlibat dalam program-program pembangunan 2. Sejauhmana kualitas tenaga kerja perempuan 3. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi perempuan dalam kegiatan pembangunan 4. Upaya-upaya apa saja yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan peran perempuan 5. Faktor apa sajakah yang dominan berpengaruh terhadap hubungan gender, 6. Bagaimana pemecahan masalah yang dihadapi perempuan. Dengan kerangka tersebut tentunya akan dapat dihasilkan suatu identifikasi sejauhmana peranan perempuan dalam pembangunan dewasa ini. Pemberdayaan kelompok perempuan melalui Kegiatan Pendidikan Kemasyarakatan yang telah dikembangkan BP3AKB Provinsi Jawa Tengah merupakan suatu upaya menumbuhkan motivasi dan membuka kesempatan pada masyarakat, khususnya kelompok-kelompok perempuan di wilayah-wilayah perdesaan, untuk dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik dengan cara memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan yang mereka miliki dan sekaligus menempatkan mereka sebagai salah satu stakeholder aktif. Sejalan dengan Logan (1988) dan Rodriguez (1994) yang menyimpulkan bahwa pemberdayaan terjadi ketika perempuan mulai menyadari untuk mengembangkan kemampuan ataupun kapasitasnya dengan melakukan perubahan yang positif dalam kehidupannya dengan memasuki arena publik. Dalam hal pendidikan penduduk perempuan berumur 10 tahun ke atas yang masih bersekolah sebanyak 18,65 persen, dengan rincian 19,48 persen di perkotaan dan 17,82 persen di perdesaan. Jika dibandingkan dengan laki-laki, 1 penduduk perempuan yang masih bersekolah pada umur yang sama lebih rendah dibandingkan penduduk laki-laki, yaitu 18,65 persen berbanding 20,19 persen. Sementara itu, persentase perempuan yang tidak bersekolah lagi mempunyai pola yang sama dengan perempuan yang masih sekolah, yaitu lebih rendah di perdesaan dibandingkan dengan perkotaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perempuan yang memperoleh kesempatan dan mengenyam pendidikan lebih rendah bila dibandingkan dengan laki-laki, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Banyak program kemiskinan yang muaranya untuk pengentasan kemiskinan, namun bila dicermati program kemsikinan tersebut terlihat memiliki kelemahan, diantaranya : - Pertama, pendekatannya tidak membuka peluang aspirasi si miskin. - Kedua, ia membawa konsekuensi operasionalisasi tekhnis kegiatan penanggulangan kemiskinan yang pendekatannya bersifat charity. - Ketiga, pendekatannya tidak memiliki kepekaan terhadap keberagaman wilayah dan sektor. - Keempat, pendekatannya tidak bisa menyumbang proses demokratisasi karena menghasilkan pola hubungan subordinat, (Kikis, 2003) dan mengingkari akar masalahnya, sehingga penanggulangan kemiskinan menjadi ‘kumpulan proyek’, tanpa partisipasi keberagaman masyarakat. - Kelima, program tersebut dipandang dengan “netral gender” atau “gender blind”, dimana situasi perempuan miskin dan laki-laki dilihat tanpa persoalan krusial dengan menggunakan data yang tidak terintegrasi dan menggunakan perspektif keadilan gender. Hal itu sesuai dengan Inpres Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender, dimana semua program termasuk implementasi penanggulangan kemiskinan sejatinya “diarusutamakan” dalam kerangka keadilan gender. Kebijakan itu juga diperkuat dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) No.132 Tahun 2003, yang telah diperbaharui tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan di Daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui BP3AKB Provinsi Jawa Tengah akan mengadakan kegiatan Pendidikan Kemasyarakatan di 4 Lokasi Program Penanggulangan Kemiskinan (Kabupaten Purworejo, Wonosobo, Rembang dan Pemalang) yang bertujuan untuk memampukan perempuan dan lingkungannya (suami dan anak) dalam menjalani 2 kehidupan ditengah-tengah masyarakat, mampu menganalisa dan mengkritisi realitas sosial yang timpang dan mengupayakan perubahan yang kondusif bagi pemberdayaan perempuan. Program ini menjadi bagian besar program peningkatan kualitas hidup perempuan (PKHP), Perlindungan Perempuan dan Pengarusutamaan Gender yang diintegrasikan dalam Program Penanggulangan Kemiskinan, pemerintahan Pendidikan yang desa, Kritis dilakukan secara kecamatan, ini mencoba berjenjang kabupaten/kota mulai dan mengintegrasikan dari komunitas, provinsi. konsep Program pendidikan berkelanjutan yang mengintegrasikan komunitas dan sistem pembangunan yang ada di setiap tingkatan dan susunan pemerintahan. B. DASAR 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tetang Pembentukan Provinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan mengenai Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan; 3. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional; 4. Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2016; 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan PUG di Daerah; 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016; 7. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 64 tahun 2015 tentang penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2016 (Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 nomor 64); 8. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 69 Tahun 2015 tentang Pedoman Penatausahaan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2016 (Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 nomor 69); 9. DPA SKPD BP3AKB Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2016 Nomor : 1.11.1.11.01.03.20.01.5.2 tentang Kegiatan Pendidikan Kemasyarakatan. 3 C. TUJUAN 1. Membahas permasalahan/ isu-isu strategis yang terkait dengan Perempuan Usaha Kecil yang ada di Desa 2. Membangun komitmen kabupaten untuk meningkatkan sinergitas program peningkatan produktivitas ekonomi perempuan dari tingkat desa, kecamatan dan Kabupaten 3. Meningkatkan Koordinasi BP3AKB Provinsi dengan SKPD Pemberdayaan Perempuan Kabupaten serta stakeholder lokal (baik kecamatan maupun desa) D. HASIL YANG DIHARAPKAN 1. Teridentifikasinya permasalahan dan isu strategis yang ada di desa 2. Adanya komitmen Kabupaten dalam meningkatkan sinergitas program PPEP di semua level Pemerintahan. 3. Meningkatnya koordinasi BP3AKB dengan SKPD PP Kabupaten dan Stakeholder lokal. II. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Pelaksana Kegiatan Pelaksana Kegiatan Rapat Koordinasi Pendidikan Kemasyarakatan adalah Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah. B. Waktu dan Tempat Kegiatan Rapat Koordinasi Pendidikan Kemasyarakatan akan dilaksanakan pada : a. Kabupaten Rembang Hari : Senin Tanggal : 21 Maret 2016 Jam : 08.30 Wib s/d Selesai b. Kabupaten Pemalang Hari : Selasa Tanggal : 22 Maret 2016 Jam : 08.30 Wib s/d Selesai 4 c. Kabupaten Wonosobo Hari : Senin Tanggal : 28 Maret 2016 Jam : 08.30 Wib s/d Selesai d. Kabupaten Purworejo Hari : Kamis Tanggal : 24 Maret 2016 Jam : 08.30 Wib s/d Selesai C. Peserta Peserta Kegiatan sejumlah 35 orang yang terdiri 30 orang unsur Perempuan Usaha Kecil (PUK) di tingkat desa, perangkat desa, perangkat kecamatan, tokoh masyarakat/tokoh agama serta kader perempuan dan 5 orang unsur SKPD/ Lembaga terkait tingkat Kabupaten. D. Fasilitator Fasilitator Kegiatan Rapat Koordinasi Pendidikan Kemasyarakatan berasal dari Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (Asppuk) Wilayah Jawa yang terdiri dari : a. Kabupaten Rembang : Yanti Susanti dan Iwan Setiyoko b. Kabupaten Pemalang : Yanti Susanti dan Iwan Setiyoko c. Kabupaten Wonosobo : Hastin Qomariyati dan Yanti Susanti d. Kabupaten Purworejo : Yuliana Desi Puspasari dan Krisdianto E. Proses Kegiatan Kegiatan Rapat Koordinasi Pendidikan Kemasyarakatan dilaksanakan dengan proses sebagai berikut : a. Pembukaan b. Sambutan dari SKPD PP Kabupaten c. Pengantar Kegiatan Pendidikan Kemasyarakatan (BP3AKB) d. Konsep PRA dan Pendampingan Masyarakat (ASPPUK) e. Pengalaman Pendampingan di Kabupaten (ASPPUK) f. Tanya Jawab/ Diskusi g. Kesimpulan h. Penutup 5 III. SUMBER BIAYA Sumber biaya Kegiatan Rapat Koordinasi Pendidikan Kemasyarakatan berasal dari APBD Provinsi Jawa Tengah pada DPA Pendidikan Kemasyarakatan pada BP3AKB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016. IV. PENUTUP Demikian kerangka acuan Kegiatan Rapat Koordinasi Pendidikan Kemasyarakatan disusun untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaannya. Semarang, Maret 2016 KEPALA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI JAWA TENGAH Ttd Drs. SRI KUSUMA ASTUTI, M.Si Pembina Utama Madya NIP. 19580611 197912 2 006 6 JADWAL KEGIATAN RAPAT KOORDINASI PENDIDIKAN KEMASYARAKATAN TAHUN 2016 Maret 2016 NO JAM 1 2 1 08.30 – 09.00 Registrasi ACARA 3 PENANGGUNG JAWAB 4 2 09.00 – 09.15 Pembukaan SKPD PP Kabupaten 3 09.15 – 10.00 Pengantar Kegiatan BP3AKB 4 10.00 – 11.00 5 11.00 – 12.00 6 12.00 – 13.00 Diskusi dan Tanya Jawab BP3AKB dan ASPPUK 7 13.00 Kesimpulan dan Penutup BP3AKB Konsep PRA dan Pendampingan ASPPUK Masyarakat Pengalaman Pendampingan Kabupaten di ASPPUK 7