PELANGGAR LALU LINTAS KOTA TANJUNGPINANG (Studi Pelanggar Ibu-ibu Pengguna Motor di Jalan Tugu Pahlawan) Naskah Publikasi Oleh BAMBANG SUPRIYADI NIM. 090569201014 PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017 SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang disebut dibawah ini: Nama : BAMBANG SUPRIYADI NIM : 090569201014 Jurusan/Prodi : ILMU SOSIOLOGI Alamat : Jl. Karya Baru no.27 RT 06/RW 02, Kelurahan Bukit Cermin Kecamatan Tanjungpinang Barat, Kota Tanjungpinang Nomor TELP : +6285264233111 Email : [email protected] Judul Naskah : PELANGGAR LALU LINTAS KOTA TANJUNGPINANG (Studi Pelanggar Ibu-ibu Pengguna Motor di Jalan Tugu Pahlawan) Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk dapat diterbitkan. Tanjungpinang, 21 Maret 2016 Yang menyatakan, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Nanik Rahmawati, M.Si NIDN.1013048002 Marisa Elsera,S,Sos, M,Si NIP. 198710192014042001 1 PELANGGAR LALU LINTAS KOTA TANJUNGPINANG (Studi Pelanggar Ibu-ibu Pengguna Motor di Jalan Tugu Pahlawan) Bambang Supriyadi Nanik Rahmawati, M.Si Marisa Elsera, S.Sos, M.Si [email protected] [email protected] [email protected] ABSTRAK Sarana transportasi merupakan peranan yang mendukung pembangunan dan wawasan nusantara agar dapat mendekatkan hubungan suatu daerah dengan daerah lain Sepeda motor merupakan sarana transportasi yang digunakan oleh sebagian masyarakat untuk mengantarkan orang maupun barang dari satu tempat ketempat lain. Pelanggaran lalu lintas adalah sebuah perilaku dalam mengendarai motor yang tidak mengikuti aturan-aturan akan berkendera motor yang baik dan benar serta tidak mengindahkan akan norma dan nilai yang terkandung dalam berkendara. Ibu-ibu mempunyai sifat yang menang sendiri dan tidak mau kalah yang menyebabkan kebiasaan buruk ibu-ibu sangat membahayakan saat mengendarai sepeda motor, seperti: ibu-ibu lebih mementingkan kerapian penampilan kendaraannya tanpa memperhatikan kondisi kelayakan kendaraannya; pemakaian helm sering tidak sesuai yang diharuskan atau tidak maksimal karena terganggu oleh sanggul rambut dan hijab/kerudung tebal; Karena terlalu terbiasa merasa ‘diistimewakan’ dalam kehidupan sehari-harinya, ibu-ibu tanpa sadar merasa seolah selalu didahulukan dan aman bahkan di jalan raya. Contoh: belok dengan tiba-tiba, belok tanpa memberi sinyal terlebih dulu, melaju dengan kecepatan di bawah rata-rata kendaraan lain di sekitarnya; Membawa satu atau lebih dari dua anak kecil tanpa mengenakan helm dan Mengoperasikan handphone baik mengangkat telepon maupun ber-SMS-an ria saat membawa motor. Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan dan akan selalu berkaitan. Norma lebih banyak penekanannya sebagai peraturan-peraturan yang selalu disertai oleh sanksi-sanksi yang merupakan faktor pendorong bagi individu ataupun kelompok masyarakat untuk mencapai ukuran nilai-nilai sosial tertentu yang dianggap terbaik untuk dilakukan. Hasil penelitian adalah, Ibu-ibu sering kita jumpai di jalan berkendara motor dalam mengisi aktivitasnya, seperti bekerja, kepasar, mengantar anak sekolah, dan lainnya, namun terkadang mereka kurang mempunyai insting yang kuat dalam berkendara seperti cara, kebiasaan, tata kelakuan dan aturan-aturan yang berlaku dalam lalu lintas itulah yang membuat para pengendara lain harus ekstra hati-hati jika berada dibelakang pengendara motor ibu-ibu yang menyebabkan nilai dan norma berkendara motor ternodai akibat perilaku yang kurang tepat dalam berkendara motor. Kata Kunci : Peraturan lalu lintas, Fakta Sosial, norma sosial 2 PELANGGAR LALU LINTAS KOTA TANJUNGPINANG (Studi Pelanggar Ibu-ibu Pengguna Motor di Jalan Tugu Pahlawan) Bambang Supriyadi Nanik Rahmawati, M.Si Marisa Elsera, S.Sos, M.Si [email protected] [email protected] [email protected] ABSTRACT Means of transport is the means that support the development and insight into the archipelago in order to bring the relationship one area to another, Motorcycle are the accomodation of transport used by some people to deliver people and gods fromare place to another. Traffic offence is a behavior in a motorhome that day not follow the role in driving the motor is good and right and did not heed to the norms and values contained in the drive. Woman have the nature of selfish and will not bridge that cause bad habits, women sometimes are dangerais when riding a motorcycle for example women are more cancerned with neatness of appearance of their velicle regardless of eligilality conditions of their velicles. The usage of helmets are offen not appropriate or not optimal because intrupted by a hair bun, because it way kept far too used to feel in particular about a day in their life of women unconsciously fells as always take precedence and safe even on the highway for example: Turn suddenly, turn without signaling in advance at the speed below the average of other veliclesaround her, bringing me or more two minor children without wearing a helmet and operate mobile phones either pick up the phone and hair-sms when riding the motorcycle. Values and norms can not be separated and always related more eruphasis norm as regulation is always accorupted by sanctions which are factor supports far individuals or droops of people to achieve a certain meansure social values that are considered the best thing to do. The strength of the norms contained in manner, behavior patterns, habbits, customs and laws. The research is women frequently encountered in filling the already drive the motor activities such as work, go to market, dropping chidren to scooh and other butsometimes they lacked the strong instinct to drive and that’s what makes the other motorists to be extra carefully when the’re behind the biker. In this case, lackof proper behaviour in driving can be fatal. Keyword: Traffic offence, women, social norms. 3 atau mengalihkan suatu objek tersebut untuk I. Pendahuluan dapat lebih bermanfaat atau dapat berguna 1.1. Latar Belakang untuk tujuan-tujuan tertentu (Fidel Miro, Indonesia merupakan suatu negara 2005: 4). kepulauan dengan banyak pulau dari Sabang Sarana sampai Marauke. Selain itu, Indonesia kepada transportasi masyarakat maka dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai memberikan pelayanan kepada masyarakat. peran Pada zaman era globalisasi ini, terjadi di segala bidang pembangunan ekonomi serta penduduk Pertumbuhan ekonomi umum Angkutan Jalan, dijelaskan bahwa : 1. suatu daerah akan berkembang sangat pesat. yang menjalankan aktivitasnya masyarakat harus 2. transportasi untuk dapat kata mendukung ataupun lain dan menunjang masyarakat untuk jalan, oleh jawab di bidang sarana dan melakukan transportasi angkutan kementerian yang bertanggung sarana prasarana lalu lintas dan angkutan mobilitas geografi atau perpindahan tempat, dengan di Urusan pemerintahan di bidang dan adanya kendaraan. Keberadaan kendaraan sebagai jawab sarana dan prasarana lalu lintas membuat masyarakat menjadi butuh akan digunakan bertanggung bidang jalan. atau perpindahan tempat. Keadaan ini sering kali sendiri Urusan pemerintahan di bidang prasarana jalan, oleh Kementerian Guna memenuhi keperluannya atau ini oleh Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan menyebabkan perkembangan transportasi geografi diamanatkan Menurut Undang-Undang Nomor 22 dari suatu daerah ke daerah lain. Sehingga mobilitas sebagaimana Indonesia Tahun 1945. ini menyebabkan terjadi perpindahan penduduk melakukan mendukung Undang-Undang Dasar Negara Republik pesat. penduduk dalam bagian dari upaya memajukan kesejahteraan pertumbuhan yang strategis pembangunan dan integrasi nasional sebagai kehidupan sepertinya lajunya pertumbuhan penduduk dan mendekatkan Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dibentuk Polisi Republik Indonesia (POLRI) yang pengaruh lebih Hal ini tercantum dalam Undang-Undang melanggar hukum yang berlaku. Untuk masyarakat dapat hubungan suatu daerah dengan daerah lain. dalam melakukan tingkah lakunya agar tidak melindungi memiliki wawasan nusantara. Selain itu, sarana dan Undang-undang Dasar 1945 yang telah aturan ini peranan yang mendukung pembangunan dan adalah negara yang berlandaskan Pancasila memberikan transportasi jalan. dapat 3. individu Urusan pemerintahan di bidang pengembangan industri lalu lintas melakukan dan mobilitas. Transportasi sendiri adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut 4 angkutan jalan, oleh 4. kementerian yang bertanggung adalah setiap kendaraan yang digerakkan jawab di bidang industri. oleh peralatan mekanik berupa mesin selain Urusan pemerintahan di bidang kendaraan yang berjalan di atas rel. pengembangan 5. teknologi lalu Pesatnya lintas dan angkutan jalan, oleh menyebabkan kementerian yang bertanggung kendaraan bermotor oleh masyarakat dalam jawab di bidang teknologi. melakukan Urusan pemerintahan di bidang tingginya pengguna kendaraan bermotor registrasi oleh masyarakat membuat banyak terjadi dan kendaraan identifikasi bermotor dan operasional rekayasa lalu lintas sekarang tingginya pengguna kegiatan sehari-hari. Makin pelanggaran lalu lintas di jalan raya. pengemudi, penegakan hukum, manajemen pembangunan Budaya dan masyarakat Kota Tanjungpinang dalam berlalu lintas di jalan serta raya perlu lebih ditertibkan, hal ini pendidikan berlalu lintas oleh dikarenakan banyaknya pelanggaran yang Kepolisian terjadi dan dapat dilihat dari kehidupan Negara Republik Indonesia. Sepeda sehari-hari. Pelanggaran lalu lintas ini motor merupakan sarana maupun mobil dikarenakan masyarakat kurang memahami transportasi yang pentingnya tertib lalu lintas di jalan raya dan digunakan oleh sebagian rakyat Indonesia demi untuk mengantarkan orang maupun barang motor itu sendiri dan pengendara motor lain. dari satu tempat ketempat lain. Setiap Masyarakat pada dasarnya masyarakat dalam menggunakan kendaraan pentingnya tertib lalu untuk berkendara di jalan harus mengikuti masyarakat lebih sering mengacuhkan tertib peraturan-peraturan yang telah ditetapkan lalu lintas. Selain itu masyarakat mematuhi oleh bermotor tertib lalu lintas hanya untuk menghindari tersebut pada umumnya terbagi menjadi sanksi dari pihak polisi lalu lintas dari pada kendaraan bermotor umum dan pribadi. menjaga keselamatan berkendara di jalan Kendaraan bermotor umum ini banyak raya. Hal ini menyebabkan terjadi perilaku digunakan secara massal oleh penduduk penyimpangan sosial dan hilangnya budi Indonesia baik dalam mengangkut barang pekerti dalam berkendara di jalan raya. maupun bermotor Kaum perempuan terkenal sebagai sosok pribadi digunakan oleh manusia secara yang sangat perhatian terhadap detail dalam pribadi baik roda dua maupun roda empat. segala hal. Namun kesan tersebut seakan Menurut hilang begitu saja ketika mereka berada di pemerintah. manusia. Kendaraan Kendaraan Undang-Undang Republik menjaga mengetahui lintas, balik Lalu Jalan kebiasaan buruk inilah yang dianggap oleh menyatakan bahwa kendaraan bermotor Jusri Pulubuhu, chief instructor Jakarta Dan Angkutan 5 kendaraan. namun Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lintas kemudi keselamatan pengendara Kebiasaan- Defensive Driving Consulting (JDDC), akan 6. Posisi duduk menyamping saat membahayakan. Tidak hanya untuk mereka, membonceng tetapi juga untuk orang-orang di sekitarnya penumpang. di jalan raya. 7. atau menjadi Karena terlalu terbiasa merasa Berikut adalah beberapa kebiasaan ‘diistimewakan’ dalam kehidupan buruk wanita yang membahayakan saat sehari-harinya, wanita tanpa sadar mengendarai sepeda motor: merasa seolah selalu didahulukan 1. 2. Wanita lebih mementingkan dan aman bahkan di jalan raya. kerapihan penampilan kendaraan- Contoh: belok dengan tiba-tiba, nya tanpa memperhatikan kondisi belok kelayakan kendaraannya. terlebih dulu, Wanita cenderung lebih mem- kecepatan di bawah rata-rata perhatikan estetika penampilan kendaraan lain di sekitarnya. pakaian dalam berkendara seperti memakai sepatu tumit 8. tinggi 5. sinyal melaju dengan Jari telunjuk dan tengah dari tuas rem depan. selendang/syal, dan membawa tas 4. memberi tangan kanan selalu menempel (high heels), aksesori berlebihan, 3. tanpa 9. Membawa satu atau lebih dari jinjing yang dapat mempengaruhi dua anak kecil tanpa mengenakan keselamatan. helm. Memakai jaket secara terbalik 10. Mengoperasikan handphone. (bagian belakang Satuan Lalu lintas (SatLantas) Polres depan) yang dipakai dianggap di lebih Tanjungpinang setiap harinya selalu efektif menahan terpaan angin melakukan penghimbauan kepada seluruh dari pengguna depan, padahal ini kendaraan bermotor, seperti mengganggu kedua tangan ketika dipasangnya pengeras suara di simpang bermanuver. lampu merah yang berisi himbauan tentang Memegang kemudi/setang dengan keselamatan berlalu lintas dan menaati posisi bisep di atas atau memutar peraturan lalu lintas, bahkan melakukan gas dengan posisi tangan terbalik tindakan tegas (dari bawah). sebagai sanksi dalam pengendalian sosial Untuk di sejumlah berupa tilang ditempat daerah, masyarakat yang melanggar lalu lintas. pemakaian helm sering tidak Berdasarkan latar belakang di atas, maka sesuai yang diharuskan atau tidak peneliti maksimal karena terganggu oleh mengenai “Pelanggar Lalu lintas Kota sanggul rambut Tanjungpinang”. dan hijab / kerudung tebal. 6 tertarik melakukan penelitian 1.2. Rumusan Masalah II. Atas dasar latar belakang masalah Landasan Teori 2.1. Fakta Sosial tersebut di atas dan untuk mempermudah Untuk memisahkan sosiologi dari dalam penelitian ini, maka penulis dapat filsafat dan memberinya kejelasan serta merumuskan masalah yaitu “Apa penyebab identitas tersendiri, Durkheim (1895/1982) ibu-ibu melakukan pelanggaran lalu lintas di menyatakan bahwa pokok bahasan sosiologi Jalan Tugu Pahlawan Kota Tanjungpinang ? haruslah berupa studi atas fakta sosial (lihat ”. Gane, 1988; Gilbert,1994; dan edisi spesial sociological perspectives 1.3. Tujuan Peneltiian 1995). Secara singkat, fakta sosial terdiri dari struktur Adapun tujuan penelitian ini adalah sosial, norma, budaya, dan nilai yang berada untuk mengetahui penyebab pelanggaran di luar dan memaksa aktor. lalu lintas di Jalan Tugu Pahlawan Kota Fakta sosial adalah seluruh cara Tanjungpinang. bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah 1.4. Manfaat Penelitian paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan Adapun kegunaan penelitian ini bahwa fakta sosial adalah seluruh cara adalah : 1. bertindak 3. umum dipakai suatu Secara subyektif, sebagai sarana masyarakat, dan pada saat yang sama untuk keberadaannya terlepas dari manivestasi- mengembangkan ke- mampuan dalam menulis karya manivestasi ilmiah 1895/111982: 13). Hal yang penting dalam tentang pelanggaran 2. yang lalu penyebab lintas Kota individual. (Durkheim, pemisahan sosiologi dari filsafat adalah ide Tanjungpinang. bahwa Secara praktis, sebagai masukan “sesuatu” (S.Jones, 1996) dan dipelajari bagi pihak POLANTAS Kota secara empiris. Artinya, bahwa fakta sosial Tanjungpinang me- mesti dipelajari dengan perolehan data dari ngetahui perilaku Berlalu Lintas luar pikiran kita melalui observasi dan Masyarakat Kota Tanjungpinang. eksperimen. Secara akademis, penelitian ini 2.2. diharapkan dapat memberikan material konstribusi bagi perpustakaan Durkheim membedakan dua tipe ranah Universitas Maritim Raja Ali fakta sosial material dan non material. Fakta Haji serta masukan bagi kalangan sosial material seperti gaya arsitektur bentuk penulis lainnya yang tertarik pada teknologi, hukum dan perundang-undangan, bidang ini. relatif mudah dipahami karena keduanya dalam 7 fakta sosial dianggap sebagai Fakta Sosial Material dan Non bisa diamati secara langsung. Lebih penting dipelajari secara langsung karena cenderung lagi, fakta sosial material tersebut sering kali berhubungan dengan simbol material seperti mengekspresikan kekuatan moral yang lebih isyarat, ikon, dan gambar atau praktek besar dan kuat yang sama-sama berada seperti ritual. diluar individu dan memaksa mereka. d. Kekuatan moral inilah yang disebut dengan Arus sosial Sebagian besar fakta sosial yang fakta sosial non material. dirujuk emile Drukheim sering diasosiasikan 2.3. Jenis-jenis Fakta Sosial Nonmaterial dengan a. Moralitas. organisasi menjelaskan sosial. bahwa Namun fakta sosial dia tidak mengenai menghadirkan diri dalam bentuk yang jelas”. moralitas: pertama, Durkheim yakin bahwa Durkheim menyebutnya arus sosial. Dia moralitas adalah fakta sosial, dengan kata mencontohkan dengan “luapan semangat, lain, moralitas bisa dipelajari secara empiris, amarah, dan rasa kasihan”. Persperktif durkheim karena ia berada diluar individu, ia memaksa e. individu, dan bisa dijelaskan dengan fakta- Pikiran kelompok Arus sosial dapat dilihat sebagai fakta sosial lain. Kedua, Durkheim dianggap serangkaian makna yang disepakati dan sebagai sosiolog moralitas karena studinya dimiliki bersama oleh seluruh anggota didorong oleh kepeduliannya pada kesehatan kelompok. Karena itu arus sosial tidak bisa moral kesehatan moral masyarakat modern. dijelaskan b. Kesadaran kolektif. Durkheim perhatiannya suatu pikiran individual. Arus sosial juga tidak bisa mencoba pada berdasarkan mewujudkan secara intersubjektif yaitu dengan berdasarkan interaksi antar individu. Arus berbagai macam cara dan konsep. Usaha sosial hanya akan tampak pada level awalnya untuk menaangani persoalan ini interaksi bukan individu. adalah dengan mengembangkan ide tentang 2.4 Nilai dan Norma Sosial kesadaran kolektif. definisikan kesadaran moralitas dijelaskan Durkheim a. Nilai sebagai Menurut Horton dan Hunt dalam berikut: seluruh kepercayaan dan perasaan (Narwoko, 2004:55) nilai adalah gagasan bersama orang kebanyakan dalam sebuah mengenai suatu pengalaman itu berarti atau masyarakat akan membentuk suatu sistem tidak yang tetap yang punya kehidupan sendiri, mengarahkan perilaku dan pertimbangan kita boleh menyebutnya dengan kesadaran seseorang, kolektif atau kesadaran umum. apakah sebuah perilaku tertentu itu salah c. kolektif men- Representasi Kolektif Representasi kolektif berarti. Nilai pada tetapi ia tidak hakikatnya menghakimi atau benar. tidak dapat Nilai adalah suatu bagian penting dari direduksi kepada individu-individu karena ia kebudayaan. Suatu tindakan dianggap sah, muncul dari interaksi sosial dan hanya dapat artinya secara moral dapat diterima kalau 8 harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dianggap orang lain sebagai perbuatan dan dijunjung oleh masyarakat di mana yang tidak sopan, misalnya makan tindakan itu dilakukan. Ketika nilai yang berdecak, makan sambil berdiri, dan berlaku sebagainya. menyatakan beribadah adalah bahwa sesuatu kesalehan yang harus 2. Kebiasaan (folkways) dijunjung tinggi, maka bila ada orang yang Kebiasaan malas berbiabadah tentu akan menjadi bahan berulang-ulang dalam bentuk yang perngunjingan. Sebaliknya, bila ada orang sama. Kebiasaan mempunyai daya yang dengan ikhlas rela menyumbangkan pengikat yang lebih kuat dibanding sebagian hartanya untuk kepentingan ibadah cara. atau rajin amal dan semacamnya, maka ia indikator. Jika orang-orang lain setuju akan dinilai sebagai orang yang pantas atau dihormati dan diteladani. maka bisa menjadi sebuah ukuran. b. Norma 3. adalah Kebiasaan menyukai perbuatan yang merupakan perbuatan suatu tertentu, Tata kelakuan (mores) Alvin L. Bertrand dalam (Basrowi, Tata kelakuan adalah suatu kebiasaan 2005:88) mendefinisikan norma sebagai yang diakui oleh masyarakat sebagai suatu standar-standar tingkah laku yang norma terdapat di dalam semua masyarakat. berperilaku. Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan pengatur Tata dalam setiap kelakuan lebih menunjukkan fungsi sebagai pengawas dan akan selalu berkaitan. Perbedaannya kelakuan secara umum bahwa norma mengandung anggota-anggotanya. sanksi mempunyai kekuatan pemaksa untuk yang relatif tegas pelanggarnya. Norma lebih terhadap banyak oleh kelompok Tata terhadap kelakuan berbuat atau tidak berbuat. penekanannya sebagai peraturan-peraturan 4. Adat istiadat (custom) yang selalu disertai oleh sanksi-sanksi yang Adat istiadat adalah tata kelakuan yang merupakan faktor pendorong bagi individu berupa aturan-aturan yang mempunyai ataupun sanksi lebih keras. Anggota masyarakat kelompok masyarakat untuk mencapai ukuran nilai-nilai sosial tertentu yang yang dianggap terbaik untuk dilakukan. mendapatkan Untuk dapat membedakan kekuatan norma-norma tersebut, maka adat-istiadat sanksi hukum, akan baik formal maupun informal. secara III. Metode Penelitian sosiologis dalam Basrowi (2005 : 88) 3.1. Jenis Penelitian dikenal ada empat bagian norma-norma Jenis penelitian yang peneliti ambil sosial, yaitu: 1. melanggar adalah penelitian deskriptif karena lebih Cara (usage) Perbuatan seseorang yang melanggar dapat mengetahui bagaimana kenyataan norma (dalam tingkatan cara) tersebut yang diangkat oleh peneliti karena langsung yang ada di lapangan tentang per-masalahan 9 bertemu dengan para pengguna jalan yang digunakan adalah dengan pendekatan secara ada intensif ke informan. Teknik penentuan di Kota Tanjungpinang untuk diwawancara. informan yang digunakan dalam penelitian ini 3.2. Lokasi Penelitian “Purposive Subjek penelitian yang peneliti kaji mengenai per-masalahan pelanggar lintas di Jalan Tugu Tanjungpinang. dilakukan Pahlawan Penentuan dengan lalu Purposive sampling sampling. adalah pemilihan informan yang ada dalam posisi terbaik dan Kota memiliki tujuan ini informasi yang bahwa informan berdasarkan lokasi pertimbangan menggunakan dalam memberikan dibutuhkan”. Pemilihan penilaian atau lokasi tersebut merupakan tempat yang karakteristik yang diperoleh data sesuai terjadi peningkatan pelanggaran lalu lintas dengan maksud peneliti (Silalahi, 2010:272). dalam tahun ke tahun. Selain itu Kota Karakteristik Tanjungpinang sebagai berkendara motor di jalan Tugu Pahlawan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau me- Kota Tanjungpinang sebanyak 5 orang yang ngalami pembangunan dan kepadatan yang terjaring melakukan pelanggaran. menyebabkan meningkatnya para pengguna 3.5.Teknik Pengumpulan Data yang berstatus jalan dalam beraktifitas. Informan Pengumpulan data adalah adalah ibu-ibu segala kegiatan yang di lakukan dalam usaha 3.3. Jenis Data mengumpulkan data-data atau informasi Data primer Yaitu yang menunjang penelitian di antaranya data yang secara langsung pengetahuan mengenai permasalahan dan peneliti peroleh dari sumbernya, dalam hal ini data tersebut diperoleh data melalui belakang wawancara dengan informan dengan kriteria tidak langsung penelitian. akan di analisis. dari 3.6.Teknik Analisa Data sumbernya, data sekunder yang berupa catatan terhadap latar dokumentasi guna mematangkan hasil yang Data sekunder merupakan data yang bukti, informan dengan yaitu berupa observasi, wawancara, dan Data sekunder secara berhubungan Adapun teknik dan alat pengumpul data ibu-ibu yang membawa kendaraan bermotor. diperoleh yang dari Satlantas Penelitian ini menggunakan teknik Polres analisa data sesuai model Miles dan Tanjungpinang atau laporan historis yang Huberman telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) (dalam Sugiyono; 2009) mengemukakan bahwa aktifitas dalam data yang di publikasikan dan yang tidak di kualitatif dilakukan secara interaktif dan publikasikan. berlangsung secara terus menerus sampai 3.4.Populasi dan Sampel tuntas Sesuai dengan jenis penelitian bahwa sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi penelitian kualitatif tidak menggunakan pendekatan populasi dan sampel tapi yang 10 data, penyajian data, dan kesimpulan atau pendidikan SMA verifikasi. Sedangkan IV. Pembahasan pendidikan SMP terdapat sebanyak 1 orang yang informan, 4.1. Karakteristik Informan Dalam penelitian kualitatif, informan sebanyak orang. memiliki Sementara menamatkan 2 tingkat sisnya hanya sekolah dasar pendidikan sengaja dipilih oleh peneliti karena mampu sebanyak 1 orang dan Perguruan tinggi memberikan informasi tentang masalah yang sebanyak 1 orang. akan di teliti. Untuk itu peneliti melakukan 4.1.4. Pekerjaan Informan penggalian data sumber terpecaya langsung Berdasarakan dari pengemudi motor khusunya ibu-ibu sangatlah dominan berjumlah 5 orang dari motor ibu-ibu yang melintas di jalan Tugu total keseluruhan informan yaitu 5 orang Pahlawan berjumlah 5 orang. dimana 1 ibu-ibu pengendara motor bekerja 4.1.1. Umur Informan di swasta dan sisanya bekerja sebagai ibu Berdasarkan data hasil lapangan dapat rumah tangga. Dalam hal ini ibu-ibu yang terlihat perbedaan umur informan penelitian, sebagai ibu rumah tangga yang berwirausaha dari data mayoritas informan berada pada di rumah banyak mengakses waktunya untuk usia 20-40 tahun dari keseluruhan informan. mengurusi anak dari mengantar anak ke Sedangkan yang memiliki umur 21-30 orang, dapat sebagai ibu rumah tangga dan berwirausaha yang di ambil peneliti yaitu pengemudi 2 lapangan diketahui bahwa informan yang bekerja sebagai informan penelitiannya. Informan sebanyak data sementara sekolah, sisanya menjemput kebutuhan memiliki umur diatas 30 tahun sebanyak 3 sehari-hari serta berbelanja dan kebutuhan penunjang usahanya. orang. 4.1.5. Tempat tinggal Informan 4.1.2. Jenis Kelamin Jenis Dari hasil wawancara ini maka bisa Kelamin atau dalam bahasa diambil keputusan bahwa informan berada inggrisnya yaitu Sex merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual didaerah mana dan menuju kemana dalam (perbedaan berkendara, oleh karena itu bisa menjadi sistematik luar antar individu yang berbeda dampak jenis kelamin dalam spesies yang sama), berkendaraan yang pada manusia dikenal menjadi Pria dan mempunyai Wanita. dalam penlitan ini seluruh informan jauh pilihan-pilihan mentaati dan lain dekat akan tempat tinggal ibu-ibu pengendara motor Berdasarkan hasil data lapangan yang banyak di sekitaran jalan Tugu Pahlawan telah didistribusikan dapat terlihat bahwa berjumlah 4 orang, sedangkan 1 orang yang mayoritas tingkat pendidikan yang telah penelitian baik dalam dalam turun lapangan menunjukkan bahwa 4.1.3. Pendidikan Informan informan ibu kesiapan berkendara. Data yang kami terima yang ada memiliki jenis kelamin perempuan. ditamatkan seorang tinggal adalah 11 berada jauh dari jalan Tugu Pahlawan yang memang terbiasa melewati norma jalan tersebut untuk melakukan aktivitas warga masyarakat secara turun-temurun. kerjanya maupun aktivitas lainnya. Tujuannya sosial. macam-macam norma a) Cara (usage) fungsi rambu-rambu lalu lintas yang ada Cara adalah suatu bentuk perbuatan terjadinya tertentu yang dilakukan oleh individu- kecelakaan. individu dalam suatu masyarakat akan Pengendara ibu-ibu sering melakukan tetapi tidak dilakukan secara terus pelanggaran seperti, berhenti mendadak, menerus. Cara ibu-ibu mengendarai berjalan pelan dijalur yang salah maupun motor yang sering terlihat adalah belok dengan isyarat lampu yang salah. Sifat menurunkan yang ngeyel atau mau menang sendiri dalam melanggar dalam jalan hendaknya pengendara memberikan tanda atau isyarat dan melihat tidak peduli akan cemoohan pengendara lain ke belakang apakah keadaan jalan lagi dikarenakan ibu-ibu selalu cuek dan tidak kosong akan pengendara atau ramai, menghiraukan ocehan penegndara lain serta cara pada saat berbelok hendaknya tidak bisa dibantah atas tindakannya. dilakukan dengan memberikan isyarat 4.2.1. Nilai dan Norma Sosial Ibuibu Pengendara motor Setiap manusia memiliki kriteria yang Suatu nilai baik agar pengendara yang tidak merugikan dibelakang dan menjaga jarak berkendara yang ada di sebagai depan, cara membawa muatan barang atau pedoman perilaku dalam masyarakat. nilai yang tidak serta melebihi mengganggu keseimbangan motor. b) Kebiasaan (Folkways) dalam bentuk norma-norma sosial yang sanksi-sanksi orang kapasitas bagi masyarakat, maka nilai diaktualisasikan dengan sebelumnya buruknya berfungsi pentingnya sebagai cara menjalankan motor di pinggir mendapatkan sanksi sosial, ibu-ibu sering mengenai kanan jalan maupun pada saat lampu merah, berkendara motor. Disaat terjadi reaksi pelanggaran dan berbeda-beda kaki penyandar saat berhenti di ditengah pribadi ibu-ibu inilah yang menjadi suatu dilengkapi terdapat sosial menurut daya tariknya seperti : pengendara serta tidak mengetahui akan Begitu Dalam konsep operasional yang dimana berkendara, sikap pengendara, kebiasaan sesuatu. masyarakat peneliti lakukan menggunakan norma sosial motor baik dalam pengecekan kelengkapan kebiasaan warga kepada norma itu, sehingga tercipta keteraturan dikarenakan tidak disiplin dalam berkendara menyebabkan agar disosialisasikan menyesuaikan perilakunya dengan nilai dan 4.2. Analisis pelanggaran lalu lintas oleh ibu-ibu pengendara motor Pelanggaran lalu lintas sering terjadi sehingga tersebut Kebiasaan bagi (folkways), adalah pelanggarnya. Setelah nilai dan norma perbuatan yang diulang-ulang sehingga disepakati serta diterima, maka nilai dan menjadi kebiasaan. Pengendara motor 12 c) khususnya ibu-ibu suka melakukan yang melanggar hukum bisa berhati – kebiasaan tidak memperhatikan alat hati dan mematuhi aturan berkendara keamanan berkendara yaitu dengan melalui rambu-rambu lalu lintas serta memakai kelengkapan bermotor untuk meng- helm dikarenakan jarak tempuh yang dekat dan memasang kaca hindari sanksi saat spion yang biasa dilepas oleh anaknya kendaraan bermotor. terjadi razia dan tidak memasangnya kembali, saat Pelanggaran lalu lintas yang sering mengendara sering menerima telepon terjadi pada ibu-ibu pengendara motor maupun ber-sms-an, tidak mengetahui baik dari cara menegendarai motor, rambu-rambu saat berbelok maupun kebiasaan dalam memberikan lampu memberikan isyarat saat berbelok, di sein yang tidak sesuai dengan arah saat hujan sering menerobos lampu belok, merah dikarenakan tidak memakai / helm, tidak menggunakan kaca spion, membawa jas hujan. menghidupkan lampu pada siang hari, Tata Kelakuan Norma sosial juga memandang tata menerobos lampu merah, pengendara kelakuan bermotor tidak menghidupkan lampu pada siang khusunya ibu-ibu yang dimana suka hari, pengendara berboncengan tiga, membahayakan dan insting dalam berkendara yang pengendara penegendara seperti lain dilakukan ngeyel jika membuat kesalahan dalam menyebabkan berkendara, tidak memahami akan kecelakaan kondisi 2003:20). yang dikendarai serta tidak layak saat menyiapkan V. kelengkapan berkendara dan memakai ataupun dapat kemacetan dan dijalan raya (Wirjono, Kesimpulan dan Saran dipaparkan pada pembahasan sebelumnya d) Hukum Hukum adalah suatu rangkaian aturan ditujukan ketentuan, ibu-ibu Berdasarkan hasil penelitian yang telah bermotor. masyarakat oleh 5.1. Kesimpulan helm ganda jika ada penumpang dalam yang menggunakan yang tidak memiliki SIM dan STNK, dengan sifat yang tak mau kalah, motor tidak yang kepada yang bisa disimpulkan diantaranya sebagai anggota berikut : berisi ketentuan- perintah, larangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan 1. kewajibam, agar Berdasarkan kerangka teori yang digunakan mengenai norma sosial, dalam norma sebagai suatu standar-standar masyarakat tercipta suatu ketertiban tingkah laku yang terdapat di dalam dan keadilan. Dalam aturan (hukum) di semua masyarakat. Norma sosial ibu- jalan terdapat rambu-rambu lalu lintas ibu dalam mengendarai motor, maka sebagai petunjuk pengendara motor. dari hasil lapangan ditemukan bahwa Hukum juga terdapat sanksi agar pihak 13 2. 3. 4. norma mengandung sanksi yang relatif sepatu tegas terhadap pelanggar lalu lintas aksesori ibu-ibu pengendara motor. dan membawa tas jinjing yang dapat Berdasarkan kerangka teoritis yang mempengaruhi keselamatan; Memakai digunakan dalam penelitian ini ternyata jaket secara terbalik (bagian belakang memang benar bahwa kekuatan norma- dipakai di depan) yang dianggap lebih norma pe- efektif menahan terpaan angin dari ngendara motor khususnya ibu-ibu depan, padahal ini mengganggu kedua yang terjadinya tangan ketika bermanuver; Memegang pelanggaran lalu lintas berasal dari kemudi/setang dengan posisi bisep di empat indikator yaitu : Cara (Usage) atas atau memutar gas dengan posisi dalam mengendarai motor, Kebiasaan tangan terbalik (dari bawah); Untuk di (folkways) dalam mengendarai motor, sejumlah tata dalam sering tidak sesuai yang diharuskan berkendara motor serta aturan dalam atau tidak maksimal karena terganggu berkendara motor yang telah ditetapkan oleh sebagai hukum (law) maupun adat /kerudung tebal; Posisi duduk me- istiadat (custom) yang secara tertulis nyamping maupun tidak dengen sanksi sebagai menjadi penumpang; Karena terlalu penegak atas pelanggaran yang terjadi. terbiasa merasa ‘diistimewakan’ dalam Dari hasil penelitian dapat disimpulkan kehidupan sehari-harinya, wanita tanpa bahwa ibu-ibu melakukan pelanggaran sadar merasa seolah selalu didahulukan lalu lintas dalam berkendara motor dan aman bahkan di jalan raya. Contoh: dikarenakan kurangnya pemahaman belok dengan tiba-tiba, belok tanpa akan berkendara yang baik dan benar memberi sinyal terlebih dulu, melaju serta tidak memiliki insting dalam dengan kecepatan di bawah rata-rata melakukan tindakan yang benar di kendaraan lain di sekitarnya; Jari jalanan saat berkendara. telunjuk dan tengah dari tangan kanan Adapun kebiasaan buruk wanita yang selalu menempel tuas rem depan; membahayakan mengendarai Membawa 1 atau lebih dari 2 anak sepeda motor sperti : Wanita lebih kecil tanpa mengenakan helm dan mementingkan kerapihan penampilan Mengoperasikan handphone sangat mempengaruhi menyebabkan kelakukan kendaraannya (mores) saat tanpa memperhatikan kondisi kelayakan kendaraannya; Wanita cenderung lebih tumit tinggi berlebihan, daerah, sanggul saat (high heels), selendang/syal, pemakaian rambut dan membonceng helm hijab atau 5.2. Saran Berdasarakan hasil penelitian yang mem- telah dilakukan mengenai permasalahan perhatikan estetika penampilan pakaian pelanggaran lalu lintas ibu - ibu dalam berkendara seperti memakai pengendara motor dilihat dari norma 14 sosialnya maka dapat direkomendasikan motor dalam keadaan jarak jauh beberapa saran sebagai berikut : dan melewati mendampingi 1. Sebaiknya kepada ibu-ibu pengendara motor agar memahami tata tertib berkendara motor di jalan 4. kecelakaan baik si pengendara pemahaman baik bagi bermotor, lalu keamanan (safety) menyalip dari memberikan pemahaman tentang berkendara motor kepada ibu-ibu belum memahami menguasai banyak pihak kepolisian sosialisasi dengan harapan. Bagi Keluarga, hendaknya untuk jika Bagi tetap kepada menunggu kedatangan anda penuh dan sebelah kanan. 3. melancarkan dikarenakan keluarga yang dirumah dalam kendaraan dalam dari kecelakaan di jalan raya berkendara, memberi isyarat lampu dan diperlukan baik dan benar sehingga terhindar surat-surat lintas jika tata cara berkendara motor yang pengendara pengendara bermotor, memahami rambu-rambu ibu-ibu terhadap tata tertib lalu lintas dan bermotor diantaranya: Kelayakan kendaraan motor pengendara ibu-ibu untuk patuh dan pengetahuan aturan dan tata cara yang menggati pengendara memberikan sendiri maupun pengendara lain. Perlunya atau raya, aktivitas sehari-hari. sehingga terhindar dari sebuah 2. jalan dan pemahaman akan berkendara motor yang baik, maka diharapkan tidak membawa 15 DAFTAR PUSTAKA BUKU-BUKU : Arikunto, Suharsimi.1998. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Bagong, Suyanto J. Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Media Group Emile Durkheim. The Rules of Sociological Method. Halaman 13 E. Durkheim, Suicide, 1952 : 167 Dr.Basrowi,M.S.2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia Daryanto. 1998. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo. Harry Partt Fairshild, Dictionarry of Sosciology (New Jersey : Little Field. Adam & Co.,1977), sebagaimana dikutip oleh Balitbang Dikbud, hal. 25. Hurlock, Elizabeth. 2001. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. Kepolisian Negara Republik Indonesia. Prosedur Surat Keterangan Catatan Kepolisian. Website : http://www.polri.go.id. Diakses 27 Februari 2014. Lemhannas. 1995. Disiplin Nasional. Balai Pustaka: Jakarta. Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian, 2009, Fungsi Teknis Lalu Lintas, Semarang : Kompetensi Utama, (hal. 6.) Poerwadarminta.1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Rianegara, M.D. 2010. Upaya Polri dalam mensosialisasikan Undang- undang nomor 22 tahun 2009 dalam rangka meminimalisir terjadinya tindak pidana pelanggaran lalu lintas. Malang : Universitas Brawijaya Saksono. 1994. Polisi dan Lalu Lintas. Bandung. Mandar Maju. Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat Sekaran, Uma, 1984. Research Methods for Business, A Skill Building Approach, Second Edition. Singarimbun, Masri & Sofian Efendi.1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta:LP3ES. Silalahi, Ulber.2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refila Aditama Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sudarto, Daryanto. 1999. Penyaring Perkara Pidana Oleh Polisi. Jakarta: Pradnya Paramita. Soekanto, Soerjono, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah – Masalah Sosial, Kedua Bandung : Citra Aditya Bakti, 1989, hlm 58 Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Ritzer, George, Douglas J Goodman. 2013. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Doyle P Johnson.1988. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jil 1. Jakarta: Gramedia Wirjono Prodjodikoro, 2003, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, hal. 20. Klavert, Irene. 2007. “Kedisiplinan Berlalu Lintas Pengemudi Angkutan Kota di Kota Semarang Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Penegakan Hukum Lalu Lintas”. Skripsi. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata. Fidel, Miro. 2005. Perencanaan Transportasi. Jakarta : Erlangga 16 DOKUMEN : Anggraini, Dini. 2013. Studi Tentang Perilaku Pengendara Kendaraan Bermotor di Kota Samarinda. eJournal Sosiatri-Sosiologi, 1 (1): 10-19 ISSN 0000-0000, ejournal.sos.fisipunmul.org Daniaty NM, Janti . 2016. Perilaku Mengemudi Siswa SMA Kota Tanjungpinang. Skripsi Sosiologi Fisip UMRAH Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara menetapkan Keputusan Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 14 Bab II Pasal 5 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang No 14 tahun 1999 Bab VII pasal 24 menyatakan tata tertib berlalu lintas Internet: http://lantas.polri.go.id5 di akses pada tanggal 10 Agustus 2016 jam 15:24 Wib http://dapurpacu.com/185126/10-kebiasaan-berbahaya-wanita-saat-naik-motor tanggal 17 Oktober 2016, jam 22:52 Wib 17 di akses pada