V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIK TANAH Uji sifat fisik tanah meliputi uji tekstur tanah dan struktur tanah, kadar air tanah, laju infiltrasi, porositas, permeabilitas, dan bulk density, pada Blok Ciheuleut, Blok Tajur, Blok Pakuan dan Blok Ciawi. Hasil analisa tekstur tanah menghasilkan perbandingan antara liat, debu, dan pasir sebesar 38% : 49% : 13%. Dengan hasil tersebut berdasarkan klasifikasi tektur tanah menurut USDA menunjukkan bahwa tanah di lokasi penelitian termasuk lempung liat. Kadar air tanah diukur pada selang 0-40 cm dengan penentuan pF antara pF 2.54 (kapasitas lapang) dan pF 4.2 (titik layu permanen). Kadar air pada keadaan kapasitas lapang pada Blok Ciheuleut sebesar 36.39% volume, Blok Tajur 33.77% volume, Blok Pakuan 31.79% volume, dan Blok Ciawi 35.43% volume. Sedangkan nilai kadar air pada titik layu permanen untuk masing-masing Blok adalah sebagai berikut Blok Ciheuleut sebesar 18.22% volume, Blok Tajur 17.28% volume, Blok Pakuan 20.88 % volume, dan Blok Ciawi 20.22 % volume. Dengan kondisi kadar air tersebut maka Blok Ciheuleut mempunyai total air tanah yang tersedia terbesar yaitu 18.17% volume. Sedangkan total air tanah yang tersedia terkecil pada Blok Ciawi sebesar 15.26% volume. Ratarata nilai total air tanah yang tersedia sebesar 16.89% volume. Menurut Keller dan Bleisner (1990), tanah tekstur lempung liat mempunyai kadar air tersedia sekitar 16.7 % volume. Nilai air tanah tersedia di lokasi penelitian berkisar antara 15.26 % volume – 18.17 % volume. Hal ini berarti bahwa tanah dilokasi penelitian yang nilai air tanah tersedianya > 16.7 % volume maka akan cepat jenuh air dan segera terjadi aliran permukaan pada kondisi pemberian air yang berlebih. Sehingga diperlukan perhitungan yang tepat mengenai jumlah air yang akan diberikan pada tanaman. Hasil yang lengkap disajikan pada Tabel 7 dibawah ini, sedangkan data lengkap perhitungan total air tanah tersedia disajikan pada Lampiran 1. Tabel 7. Rekapitulasi Kadar Air dan Total Air Tanah Tersedia Lokasi Kadar air (%Volume) Ciheuleut Tajur Pakuan Ciawi pF 2.54 36.39 33.77 32.79 35.43 pF 4.2 18.22 17.28 20.88 20.22 Air Tanah Tersedia (% Volume) 18.17 16.48 17.63 15.26 Kemampuan tanah yang berhubungan dengan jumlah pemberian air irigasi yang akan diberikan, karena jika air irigasi diberikan melebihi laju infiltrasinya maka akan menyebabkan limpasan. Nilai laju infiltrasi pada masing-masing Blok adalah sebagai berikut Blok Ciheuleut sebesar 16.78 cm/jam, Blok Tajur 29.25 cm/jam, Blok Pakuan 9.68 cm/jam, dan Blok Ciawi 15.43 cm/jam. Salah satu kriteria lahan yang sesuai untuk lahan penerapan irigasi tetes, yaitu lahan tersebut mempunyai laju infiltrasi rata-rata sebesar >13 mm/jam (Prastowo, 2003). Berdasarkan hasil yang didapat nilai laju infiltrasi di lahan lebih besar, sehingga sesuai untuk irigasi tetes dengan sistem micro spray ini. Nilai porositas untuk masing-masing Blok adalah sebagai berikut Blok Ciheuleut sebesar 80.40 %, Blok Tajur 81.22 %, Blok Pakuan 82.12 %, dan Blok Ciawi 80.29 %. Nilai porositas ini dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah dan tekstur tanah. Tanah yang biasa diairi mempunyai ruang pori antara 35% - 55% (Hansen et. al, 1986). Nilai porositas di lokasi penelitian lebih besar dikarenakan tekstur tanah di lokasi penelitian jenisnya lempung dan liat, hal ini menyebabkan kemampuan menahan air lebih besar juga. Nilai bulk density berhubungan dengan kemampuan tanah untuk menahan air. Nilai bulk density tanah dilokasi penelitian adalah sebagai berikut berikut Blok Ciheuleut sebesar 0.52 g/cm3, Blok Tajur 0.50 g/cm3, Blok Pakuan 0.47 g/cm3, dan Blok Ciawi 0.52 g/cm3. Nilai bulk density di lokasi penelitian termasuk rendah, yang berarti tanah di lokasi tersebut baik ketika menahan air yang ada dalam tanah. 29 B. CURAH HUJAN EFEKTIF Curah hujan andalan (CHA) dihitung berdasarkan data curah hujan ratarata tahun 1986-1993 dari Stasiun Klimatologi Darmaga, data curah hujan rata-rata dari tahun 1986-1993 dapat dilihat pada Lampiran 3. Ditentukan dengan menggunakan metode Weibull. Curah hujan efektif dihitung berdasarkan curah hujan andalan 80 %. Dari Tabel 8 diperoleh hasil curah hujan andalan (CHA) berkisar antara 87.4 mm/bulan-310.7 mm/ bulan. Curah hujan efektif (CHE) berkisar antara 64.4 mm/bulan-190.7 mm/bulan. Curah hujan efektif terbesar tejadi pada bulan Mei sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan Juli. Tabel 8. Hasil Perhitungan Curah Hujan Andalan dan Curah Hujan efektif Bulan Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Curah Hujan (mm/bulan) 392.3 372.0 407.1 360.4 365.3 230.6 173.2 279.3 231.8 346.3 414.8 390.0 Curah Hujan Andalan (mm/bulan) 294.7 280.1 300.9 238.6 239.5 121.4 87.4 152 147.6 231.4 310.7 281.3 Curah Hujan Efektif (mm/bulan) 86.8 102.2 135.6 174.2 190.7 99.4 64.4 87.1 107.1 184.8 131.3 109.8 Pada Tabel 8 Curah Hujan Efektif (CHE) terkecil pada bulan Juli yang merupakan permulaan masa tanam yaitu mulai dari tahap vegetatif sampai tahap pembungaan sehingga sangat diperlukan penambahan air melalui irigasi pada tahap ini. Pada periode tumbuh selanjutnya yaitu masa pembuahan dan pematangan nilai curah hujan efektif yang ada pada bulan Agustus termasuk relatif kecil sehingga agar didapatkan hasil yang memuaskan irigasi diperlukan dari awal hingga akhir periode. 30 C. EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN Evapotranspirasi tanaman acuan berkisar antara 2.6 mm/hari-5.3 mm/hari dihitung dengan metode radiasi. Koefisien tanaman (Kc) untuk tanaman melon berbeda tergantung dari tahap perkembangan tanaman. Menurut Cumulus (1992), koefisien tanaman kc rata-rata untuk tanaman melon (Cucumis melo L) pada tiap periode tumbuh berbeda, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Nilai evapotranspirasi tanaman acuan (ETo) dipergunakan untuk menghitung evapotranspirasi tanaman (ETc). Tabel 9. Koefisien tanaman kc rata-rata untuk tanaman melon (Cucumis melo L) pada tiap periode tumbuh Periode Tumbuh Vegetatif Pembungaan Pembentukan Buah Umur (hari) 16-40 41-50 51-70 Hari ke25-Jan 25-35 36-55 kc rata-rata 0.81 0.97 1.16 Pematangan 71-75 56-60 0.85 Nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) melon besarnya tergantung dari kondisi iklim, tingkat pertumbuhan tanaman. dan oleh nilai koefisisen tanaman (kc). Nilai koefisien tanaman (kc) untuk tanaman melon pada vegetatif sebesar 0.81, tahap pembungaan 0.97, pada pembentukan buah sebesar 1.16, pada tahap pematangan 0.85. Data lengkap mengenai iklim dan nilai evapotranspirasi tanaman acuan (ETo) dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil perhitungan evapotranspirasi tanaman (ETc) dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai evapotranspirasi tanaman pada tiap periode tumbuh Tahap Waktu kc Pertumbuhan ETc (mm/hari) Awal Juli-1 0.81 4.13 Pembungaan Juli-3 0.97 4.95 Pembentukan Buah Ags-1 1.16 5.92 Pematangan Ags-4 0.85 4.51 Nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) tanaman melon terus meningkat dari tahap awal pertumbuhan sampai tahap pembentukan buah. Hal ini 31 menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan air tanaman terus meningkat seiring pertumbuhan tanaman. Nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) pada setiap pertumbuhan tanaman diperlukan untuk menentukan jumlah air irigasi yang dibutuhkan tanaman agar dapat tumbuh optimal dengan hasil maksimal. Oleh karena itu diperlukan pengkajian mengenai waktu musim tanam yang sesuai untuk tanaman melon agar diperoleh hasil yang optimal. D. KEBUTUHAN AIR IRIGASI Kebutuhan air irigasi disebut sebagai satuan kebutuhan air (SKA) merupakan selisih dari evapotranspirasi tanaman (ETc) dan curah hujan efektif (CHE). Hasil perhitungan kebutuhan air irigasi untuk setiap periode tumbuh tanaman dapat dilihat pada Tabel 11. Satuan kebutuhan air yang maksimum terjadi pada periode tumbuh pembungaan. Nilai kebutuhan air yang maksimum tersebut dapat dipergunakan untuk menghitung interval irigasi dan kedalaman (kotor) air irigasi. Rekapitulasi perhitungan satuan kebutuhan air (SKA) dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 11. Nilai Evapotranspirasi Tanaman (ETc) Tanaman melon, Curah Hujan Efektif (CHE) dan Satuan Kebutuhan air (SKA) Tahap Pertumbuhan Vegetatif Pembungaan Pembentukan Buah Pematangan Waktu Juli-1 Juli-3 Ags-1 Ags-4 ETc CHE SKA (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) 4.13 2.15 1.98 4.95 2.15 2.80 5.92 4.51 2.89 2.89 3.03 1.62 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada setiap masa periode pertumbuhan dibutuhkan penambahan air untuk mencukupi kebutuhan air tanaman. Berdasarkan Tabel 7, satuan kebutuhan air tanaman melon pada periode tumbuh vegetatif nilainya sebesar 1.98 mm/hari, pada periode tumbuh pembungaan nilainya sebesar 2.80 mm/hari, pada periode pembentukan buah nilainya sebesar 3.03 mm/hari, dan pada periode tumbuh pematangan nilainya sebesar 1.62 mm/hari. Pemenuhan kebutuhan air tanaman ini dilakukan dengan pemberian air secara tepat menggunakan irigasi tetes. 32 E. KINERJA JARINGAN Kinerja jaringan dari sistem irigasi tetes dengan micro spray meliputi debit yang keluar dari micro spray, koefisien variasi penetes (v), koefisien penyebaran (EU), dan efisiensi irigasi. Pengukuran debit emitter irigasi tetes dilakukan pada saat pengoperasian jaringan irigasi tetes berlangsung. Titik pengamatan berjumlah 24 emitter setiap bloknya dan pada 4 bedengan dimana 1 bedengan terdiri dari 2 lateral dengan tipe lateral line- source. Blok Ciheuleut, yaitu pada bedengan 1, bedengan 4, bedengan 10, dan bedengan 13. Blok Tajur yaitu pada bedengan 1, bedengan 3, bedengan 7, dan bedengan 10. Blok Pakuan yaitu pada bedengan 1, bedengan 3, bedengan 5, dan bedengan 8. Blok Ciawi yaitu pada bedengan 1, bedengan 4, bedengan 7, dan bedengan 10. Pengukuran debit emitter lateral line-source seluruhnya berjumlah 96 emitter. Air dari sumber air untuk lahan di pompa dengan pompa jenis submersible yang ditempatkan 20 m dari sumur bor sedalam 100 m. Air dari sumber tersebut di salurkan dengan pipa galvanis 3 inch yang ditahan oleh kran utama lalu dialirkan dengan menggunakan pipa galvanis 2 inch menuju 3 tempat, yaitu ke tempat penampungan air untuk kantor, ke lokasi penelitian (Tajur II), dan Tajur I. Pipa utama menggunakan pipa galvanis 2 inch. Pipa sub utama menggunakan pipa PVC berukuran 2 inch, pipa manifold menggunakan pipa PVC yang berukuran ¾ inch. Setiap 1 buah manifold akan membagi air untuk 2 lateral jenis Polyethilen yang berukuran ½ inch.. Detail aliran air irigasi dapat dilihat pada Gambar 7. Emitter yang dipergunakan untuk jaringan irigasi ini adalah jenis micro spray dengan tipe orbitor kit dengan kapasitas 55 l/jam pada tekanan 12 atm. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai debit minimum sebesar 26.64 l/jam, debit maksimum yang keluar sebesar 30.24 l/jam. Debit rata-rata emitter, nilai koefisien variasi penetes, dan nilai keseragaman penyebaran (EU) tiap blok dapat dilihat pada Tabel 12. 33 Sumur Bor 100 m Pipa Sub Utama PVC 2’’ Pipa Galvanis 3’’ kran Penampungan Air bedengan Pompa Gambar 7. Detail Aliran Air Irigasi di Lokasi Penelitian Keterangan : : Aliran air irigasi Tabel 12. Debit Rata-rata emitter, Nilai Koefisien Variasi Ppenetes, dan Nilai Keseragaman Penyebaran (EU) Tiap Blok Blok Debit Rata-rata (l/jam) Koefisien variasi Ciheuleut Pakuan Tajur Ciawi 28.41 28.66 28.73 28.85 0.04 0.036 0.031 0.035 Keseragaman penyebaran (%) 83.67 85.25 86.78 85.37 Nilai koefisien variasi penetes (v) irigasi tetes di lokasi penelitian berkisar antara 0.031-0.040. Data lengkap perhitungan nilai koefisien variasi penetes (v) Blok Ciheuleut, Blok Tajur, Blok Pakuan dan Blok Ciawi disajikan pada Lampiran 6a sampai Lampiran 6d. Nilai rata-rata koefisien variasi penetes (v) pada lateral line-source jaringan irigasi tetes di lokasi penelitian sebesar 0.035. Berdasarkan data tersebut, maka jika nilai koefisien variasi penetes (v) jaringan irigasi tetes di lokasi penelitian 0.035 berarti variasi debit spray yang keluar berkualitas baik karena nilai v < 0.05. Nilai ini berpengaruh kepada keseragaman penyebaran (EU) dimana semakin besar nilai koefisien penetes maka nilai keseragaman penyebaran semakin kecil. Lateral line-source berada diatas bedengan. Detail bedengan dapat dilihat pada Gambar 8. Detail lateral di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 9. bedengan Katup Pipa Lateral (PE 13 mm) Manifold (PVC ¾’’) 1.5 m Gambar 8. Detail Bedengan di Lokasi penelitian 35 Gambar 9. Detail Lateral di Lokasi Penelitian Hasil perhitungan nilai keseragaman penyebaran (EU) irigasi tetes pada lokasi penelitian, Blok Ciheuleut nilainya sebesar 83.67%, Blok Tajur nilainya sebesar 85.25%, Blok Pakuan nilainya sebesar 86.78%, dan Blok Ciawi nilainya sebesar 85.37%. Nilai rata-rata keseragaman penyebaran (EU) sebesar 85.26%, hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai keseragaman (EU) kurang dari 90%-95% untuk irigasi tetes dengan menggunakan micro spray. Menurut Nakayama dan Bucks (1986) di dalam Prastowo (2002), jika nilai keseragaman penyebaran (EU) dibawah 95 % maka desain harus diubah, misalnya dengan memperpendek pipa atau memperbesar diameter pipa. Kecilnya keseragaman penyebaran (EU) dapat disebabkan karena posisi pipa lateral yang tidak datar, banyak terjadi kerusakan pada jaringan perpipaan. Nilai untuk kebutuhan leaching sebesar nol karena tidak ada nutrisi yang diberikan bersamaan dengan air irigasi sehingga nilai efisiensi irigasi (Es) sama dengan nilai keseragaman penyebaran (EU) yaitu sebesar 85.26 %. F. JADWAL IRIGASI Kebutuhan air irigasi tanaman dapat diberikan dengan optimal pada saat penentuan interval irigasi dan penentuan waktu irigasi yang dibutuhkan untuk mengairi seluruh lahan tepat. Pemberian air irigasi yang diberikan pada tanaman melon berubah-ubah tergantung keadaan cuaca tempat budidaya tanaman melon. Pemberian air irigasi yang diberikan di lapangan untuk tiap tahap pertumbuhan pada tanaman melon dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rencana Jadwal Operasi Jaringan Irigasi Tetes Tahap Waktu Pertumbuhan (hspt) Vegetatif Pembungaan Pembentukan Buah Pematangan Satuan Kebutuhan Air (mm/hari) 16-40 41-50 1.98 2.80 51-70 71-75 3.03 1.62 Jumlah Air yang Diberikan (mm/hari) 4.12 8.23 Kelebihan Air (mm/hari) 2.14 5.43 9.07 6.04 3.82 2.20 37 Pada Tabel 13 dapat dilihat pada tahap vegetatif sampai tahap pematangan terjadi kelebihan dalam pemberian air irigasi. Pada tahap vegetatif terjadi kelebihan pemberian air sebesar 2.14 mm/hari. Pada tahap pembungaan terjadi kelebihan pemberian air sebesar 5.43 mm/hari. Pada tahap pembentukan buah terjadi kelebihan pemberian air 6.04 mm/hari. Dan pada tahap pematangan terjadi kelebihan pemberian air 2.20 mm/hari. Kebutuhan air tanaman meningkat seiring pertumbuhan tanaman, pada tanaman melon kebutuhan paling besar terjadi pada tahap pembentukan buah, lalu menurun pada tahap pematangan. Oleh karena itu diperlukan pemenuhan kebutuhan air pada proses budidaya tersebut. Namun jika pemberian air dilakukan secara berlebihan maka akan merangsang pertumbuhan beberapa tanaman pengganggu yang mengakibatkan terjadinya penurunan buah, juga dapat mengakibatkan kualitas buah menurun. Kelebihan mengakibatkan pemborosan penggunaan air. Oleh karena itu diperlukan penentuan jadwal irigasi yang tepat berdasarkan jadwal tanam secara tepat. Interval dan lama irigasi yang diterapkan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 14. Dan perhitungan kedalaman bersih air irigasi, kedalaman kotor air irigasi, interval, volume kotor air irigasi dan waktu aplikasi tiap tahap pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Tabel 15. Sedangkan perencanaan jadwal operasi irigasi dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 14. Interval dan Lama Irigasi yang Diterapkan di Lokasi Penelitian Interval (hari) Waktu Aplikasi (jam/hari) 16-40 41-50 1 1 2 3 Volume penyiraman (mm/aplikasi) 4.12 8.23 51-70 71-75 1 1 3 9.07 2 3.82 Tahap Waktu Pertumbuhan (hspt) Vegetatif Pembungaan Pembentukan Buah Pematangan Di lokasi penelitian dilakukan pemberian air irigasi dengan interval waktu 1 hari dan waktu aplikasi pada masa vegetatif 2 jam/hari, pada masa pembungaan dan pembentukan buah 3 jam/hari dan pada masa pematangan 2 jam/hari. Dengan waktu penjadwalan ini, maka terjadi kelebihan pemberian air pada setiap tahap pertumbuhan tanaman. 38 Tabel 15. Penentuan Interval Irigasi yang Disarankan Parameter Kedalaman bersih irigasi, dx Interval irigasi, fx Interval irigasi aktual,f Kedalaman bersih irigasi baru,dn Kedalaman kotor irigasi,d Volume kotor irigasi,G Waktu Aplikasi Tahap Pertumbuhan PembuPembentu- Pematangaan kan Buah ngan Satuan Vegetatif mm 16.4 16.4 16.4 16.4 hari 8.3 5.9 5.4 10.1 hari 8 5 5 10 mm 15.8 14.0 15.2 16.2 mm 18.6 16.4 17.8 19 l/hari 16.2 14.3 15.5 16.5 Jam/hari 0.6 0.5 0.5 0.6 Dari Tabel 15. dapat dilihat kedalaman bersih untuk seluruh lahan sebesar 16.4 mm. Interval irigasi yang dipilih pada masa vegetatif 8 hari, pada masa pembungaan 5 hari, pada masa pembentukan buah 5 hari dan pada masa pematangan 10 hari. Kedalaman kotor irigasi berkisar antara 16.4 mm – 19 mm. Waktu aplikasi pemberian air irigasi berkisar antara 0.5 jam/hari – 0.6 jam/hari. Terlihat bahwa semakin besar jumlah air irigasi (kotor) maka waktu aplikasi irigasi semakin lama. Penentuan jadwal pemberian irigasi dilakukan untuk meningkatkan efisiensi irigasi tetes. Hal ini didasarkan pada pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dengan tepat dan untuk menghindari kelebihan air irigasi, sehingga tanaman menjadi layu serta dapat pula menyebabkan limpasan. Untuk mempertahankan dan meningkatkan efisiensi irigasi tetes dengan menggunakan micro spray maka diperlukan penerapan jadwal irigasi secara tepat. G. ANALISIS JARINGAN PERPIPAAN Tipe emitter didesain agar selain menyalurkan kebutuhan air untuk irigasi juga melembabkan daerah sekitar tanaman. Besarnya debit tergantung dari tekanan operasi yang diberikan. Dengan nilai keseragaman debit aliran yang kurang baik yaitu antara 83.67 %-86.78 % dapat mempengaruhi 39 besarnya air yang disalurkan, hal tersebut dapat mengganggu untuk pertumbuhan tanaman yang ada. Jaringan irigasi sangat mempengaruhi pula nilai keseragaman ini. Banyaknya kerusakan dari alat yang dipergunakan oleh jaringan irigasi mempengaruhi. Jaringan sistem irigasi meliputi pipa utama dengan diameter 3 inch, pipa sub utama dengan diameter 2 inch, pipa manifold dengan diameter ¾ inch, pipa lateral dengan diameter ½ inch dan emitter. Kerusakan banyak terjadi pada jaringan pipa manifold, pipa lateral dan emitter. Adanya kerusakan pada jaringan ataupun alat yang hilang menyebabkan nilai keseragaman penyebaran debit (EU) yang ada kurang dari 95%. Rekapitulasi data jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 15. Rekapitulasi data jaringan irigasi diseluruh lokasi penelitiandapat dilihat pada Lampiran 9. Layout jaringan perpipaan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 10. Rekapitulasi data jaringan irigasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 15. Rekapitulasi Data Jaringan Irigasi No Data Blok Kebun Ciheuleut Sukasari & Tajur 1. Luas Blok 1904 m2 5168.9 m2 2. Jumlah Bedeng 56 bedeng 63 bedeng 3. Panjang manifold 84 m 94.5 m 4. Panjang lateral 1836.8 m 6312.6 m 5. Jenis tanaman Melon Pepaya & melon B 49 57 6. Kondisi Manifold R 7 6 T 0 0 7. Kondisi Lateral B 102 27 R 8 99 T 2 0 8. Kondisi Sprayer B 2442 7857 R 114 0 T 0 1387 Keterangan : B :Berfungsi ; R : Rusak ; T : Tidak ada Muarasari & Pakuan 2946.35 m2 59 bedeng 88.5 m 2755.4 m Tomat & melon 55 4 0 118 0 0 3003 0 449 Ciawi 1452 m2 22 bedeng 33 m 1173.2 m Melon 30 3 0 66 0 0 1152 0 0 Dari data yang diperoleh dapat diketahui kerusakan yang terjadi pada jaringan pipa manifold di Blok Ciheuleut sebesar 14.3%, Blok Tajur sebesar 10.5%, Blok Pakuan sebesar 7.3%, dan Blok Ciawi sebesar 10%. Pada 40 jaringan pipa lateral kerusakan yang terjadi di Blok Ciheuleut sebesar 9.8%, Blok Tajur sebesar 36.67%, Blok Pakuan dan Blok Ciawi jaringan pipa lateral yang ada dalam kondisi yang baik. Kerusakan yang terjadi pada emitter di Blok Ciheuleut sebesar 4.66%, Blok Tajur sebesar 17.65%, Blok Pakuan sebesar 14.95%, dan Blok Ciawi dalam kondisi yang baik. Kerusakan yang terjadi pada jaringan irigasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pemeliharaan jaringan yang tidak terlaksana dengan baik, kondisi iklim juga sangat mempengaruhi karena jaringan pipa manifold, lateral dan emitter berada diatas permukaan tanah dan tidak terlindungi oleh bangunan, jaringan yang rusak tidak segera tertangani tetapi tetap dibiarkan sehingga memperbesar kerusakan yang terjadi. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan nilai keseragaman penyebaran (EU) kurang dari 95 %. Untuk meningkatkan keseragaman penyebaran debit (EU) dapat dilakukan melalui penempatan posisi pipa lateral yang datar, penggantiann komponen irigasi yang rusak. Untuk mengurangi kerusakan komponen irigasi dilakukan, melalui pemeliharaan dan perawatan jaringan irigasi secara intensif. Perbaikan dan penggantian komponen-komponen yang mendukung jaringan irigasi sangat diperlukan. Masing-masing Blok berbeda tergantung dari besarnya kerusakan dan kebutuhan alat yang ada. Blok Ciheuleut sebesar Rp. 444600,-, Blok Tajur yang tergabung dengan Blok Sukasar sebesar Rp. 1554300,-, Blok Pakuan yang tergabung dengan Blok Muarasari sebesar Rp. 404100,-, dan Blok Ciawi sebesar Rp. 168000,-. Rincian biaya kebutuhan komponen di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 11. 41