Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham),
reksadana, instrument derivatif maupun instrument lainnya. Pasar modal
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain, dan sebagai
sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi
berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual-beli dan kegiatan terkait lainnya.
(Martalena dan Malinda; 2011:2)
Investasi di pasar modal saat ini menjadi alternatif investasi yang semakin
di gemari oleh masyarakat karena pasar modal memiliki instrument investasi yang
beragam yang masing-masing memiliki keunggulan tersendiri. Investasi pada
pasar modal memang lebih beresiko dibandingkan investasi pada produk
perbankan. Namun sesuai dengan konsep high risk high return, maka semakin
tinggi resiko (risk) semakin tinggi pula pengembalian (return) yang akan di
dapatkan. Hal inilah yang membuat investasi di pasar modal mampu memberikan
tingkat pengembalian yang tidak terbatas sehingga dianggap memiliki
keunggulan.
Walaupun memberikan keuntungan yang beragam, namun investasi pada
saham bukan berarti tanpa resiko. Pergerakan harga saham yang tidak menentu
menyebabkan tingkat pengembalian saham menjadi sulit diprediksi. Kesalahan
dalam menilai tingkat pengembalian saham yang akan terjadi seringkali
menyebabkan investor mengalami kerugian modal yaitu harga jual saham lebih
rendah dari harga beli saham.
Untuk meminimalisir kerugian modal dalam berinvestasi pada saham
maka investor dihadapkan kepada dua pilihan analisis yaitu analisis fundamental
dan analisis teknikal. Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap instrument
investasi mempunyai landasan yang kuat yaitu nilai instrinsik yang dapat
ditentukan melalui suatu analisis yang sangat hati-hati terhadap kondisi pada saat
1
2
sekarang dan prospeknya di masa yang akan datang. Pada saat melakukan
investasi dalam bentuk saham diperlukan informasi untuk menilai harga saham
yaitu analisis faktor fundamental. Faktor fundamental merupakan faktor yang
berhubungan dengan kondisi manajemen, organisasi, sumber daya manusia, dan
kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan.
Kinerja keuangan ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan yang terdiri
dari laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus
kas, dan catatan atas laporan keuangan (PSAK no.1 dalam Fitriana, 2011).
Analisis teknikal adalah suatu metodologi peramalan fluktuasi harga
saham yang datanya diambil dari data perdagangan saham yang terjadi di
pasar saham (bursa efek). Jenis data bisa berbentuk informasi harga saham,
jumlah volume dan nilai transaksi perdagangan, harga tertinggi dan terendah
pada perdagangan setiap hari, atau berbagai informasi lain yang terkait
dengan transaksi saham yang terwujud dalam bentuk tren harga saham; bisa
dalam bentuk grafik atau sejenisnya. Pada intinya analisis teknikal adalah
informasi-informasi yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah, pertumbuhan
ekonomi, perkembangan tingkat bunga, kondisi politik suatu negara, peristiwaperisriwa penting, dan lain-lain. (Rahardjo, 2012:18).
Dengan
menggunakan
analisis
fundamental
dan
teknikal
dalam
menentukan investasi pada saham maka investor akan memperoleh keuntungan
atau return yang diharapkan. Pada awal tahun merupakan bulan dimana para
investor berharap mendapat imbal hasil (return) lebih. Pada awal tahun harga
saham akan mengalami kenaikan yang signifikan. Meningkatnya return di bursa
saham pada awal tahun telah menjadi fenomena yang terjadi berulang kali setiap
tahunnya hampir di seluruh bursa saham di berbagai negara, tidak terkecuali di
Indonesia. Salah satu bentuk anomali yang sering mendapat perhatian untuk
diteliti adalah pengaruh akhir tahun atau yang biasa dikenal dengan nama January
effect.
Anomali January Effect atau disebut juga year-end effect adalah pengaruh
secara kalender, dimana saham terutama saham berkapitalisasi kecil cenderung
naik harganya pada bulan Januari. Faktor-faktor yang mempengaruhi January
3
Effect ini karena adanya penjualan saham pada akhir tahun untuk mengurangi
pajak (tax-loss selling), merealisasikan capital gain, pengaruh dari portofolio
window dressing, atau para investor menjual sahamnya untuk liburan. Para
investor melakukan penjualan saham pada akhir tahun dan membeli kembali pada
awal tahun, hal ini yang menyebabkan kenaikan harga pada bulan Januari.
January Effect dikenal dengan tingkat pengembalian yang tertinggi pada bulan
tersebut dibandingkan dengan bulan lainnya. Terjadinya January Effect dapat
dipahami dengan pemikiran sebagai berikut. Pada pertengahan Desember, fund
manager mulai libur karena cuti natal dan tahun baru. Fund manager baru masuk
kembali pada awal Januari dimana mereka sudah mendapatkan analisis sejumlah
perusahaan. Analisis tersebut sudah memproyeksikan harga saham tidak lagi
memakai data pada tahun lalu maka harga saham lebih tinggi. Selanjutnya, Fund
manager melakukan pembelian besar-besaran sehingga tingkat pengembalian
pada bulan Januari menjadi lebih tinggi dibandingkan bulan lainnya. Terjadinya
January Effect bisa ditunjukkan dengan adanya return tidak normal yang
diperoleh investor. Apabila suatu pengumuman mengandung informasi, pasar
diharapkan dapat bereaksi dengan informasi tersebut. January effect memiliki
kecenderungan return tinggi pada bulan January, tingginya return pada bulan
January terjadi karena adanya tekanan jual pada bulan Desember. Investor di
negara maju pada bulan Desember membutuhkan dana untuk perayaan natal dan
tahun baru sehingga investor menjual saham yang dimiliki untuk mendapatkan
dana. Pada bulan January mereka melakukan investasi sehingga terjadi tekanan
beli yang menyebabkan harga saham meningkat.
January effect dapat pula dijelaskan dengan besarnya volume perdagangan
pada sekitar kejadian. Volume perdagangan merupakan salah satu instrumen yang
dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi. Hal ini
dapat dilihat melalui aktivitas volume perdagangan pada sekitar periode kejadian
dibandingkan dengan aktivitas volume perdagangan pada saat peristiwa terjadi.
Volume perdagangan mencerminkan perubahan harga, dan dukungan, terhadap
nilai harga yang terjadi di pasar. Karena itu, besarnya jumlah penawaran (supply)
dan permintaan (demand) sangat mempengaruhi pergerakan bursa (Vibby, 2011).
4
Banyaknya transaksi yang dilakukan di dalam pasar modal dalam hal ini volume
perdagangan saham di tunjukan oleh transaksi jual beli saham di pasar modal.
Volume perdagangan saham dapat dihitung menggunakan Trading Volume
Activity (TVA) yaitu instrument yang diggunakan untuk melihat reaksi pasar
modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume
perdagangan di pasar, sedangkan untuk meningkatkan volume perdagangan
saham BAPEPAM menghimbau agar semua perusahaan efek memperluas basis
pemodal lokalnya.
Eforia January Effect akan menjadi katalis kenaikan IHSG yang
diproyeksikan menembus 3.900 hari ini, Kamis 5 Januari 2012, namun
perkembangan Eropa juga akan menjadi pemicu sentimen di lantai Bursa Efek
Indonesia. Pada perdagangan hari ini, secara teknikal indeks diperkirakan
bergerak menguat dengan kisaran 3.870-3.930. Hasil lelang obligasi Jerman dan
Portugal yang akan mencerminkan langkah yang diambil pemimpin uni Eropa
dalam mempertahankan mata uang tunggal di kawasan tersebut dan data bookings
for factory orders AS bulan November yang diprediksi diatas ekspektasi akan
memberikan sentimen terhadap indeks. Saham-saham yang dapat diperhatikan
untuk day trading: UNVR, LSIP, INDY, dan INDF. Pada perdagangan hari ini,
diperkirakan IHSG bergerak di kisaran 3.859-3.960. Sementara itu, saham-saham
yang dapat diperhatikan adalah ANTM dan BDMN. Perdagangan IHSG hari ini
ditutup naik 49,54 poin (1,28%) ke level 3.907,42 dengan jumlah transaksi
sebanyak 14,5 juta lot dan nilai transaksi sebesar Rp4,8 triliun. Seluruh sektor
saham pada perdagangan hari ini mengalami penguatan. Tercatat sebanyak 134
saham mengalami penguatan, 108 saham mengalami penurunan, 79 saham tidak
mengalami perubahan, dan 124 saham tidak diperdagangkan sama sekali.
(www.market.bisnis.com diunduh 17/09/15).
Memasuki tahun 2013 fenomena January effect masih terasa terlihat dari
fakta bahwa IHSG kembali menguat. Pada perdagangan Senin (13/1/2013), IHSG
ditutup menguat 135,80 poin ke level 4.390,77 dari hari sebelumnya. Kenaikan
indeks itu merupakan kenaikan yang tertinggi sejak 1 Juli 2013. Perdagangan
tercatat dengan frekuensi 306.314 transaksi yang mencetak total volume di pasar
5
reguler dan negosiasi 5,7 miliar saham senilai Rp.8,1 triliun. Satrio Utomo,
Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia, mengatakan January effect mungkin
saja terjadi pada kali ini. Hal itu terlihat dari derasnya aliran dana asing yang
masuk ke bursa pada perdagangan Senin lalu. (www.market.bisnis.com diunduh
19/09/15).
Derasnya investasi yang masuk ke bursa efek menyebabkan IHSG
mengalami kenaikan. IHSG atau indeks harga saham gabungan dibagi menjadi
dua bentuk yaitu seluruh saham dan kelompok saham. Di dalam kelompok saham
terdiri dari LQ45 dan Jakarta Islamic indeks (JII). Jakarta Islamic Index atau
Indeks Syariah merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEI bekerja
sama dengan PT. Danareksa Investment Management. Indeks ini merupakan
indeks yang mengakomodasi syariah investasi dalam Islam. Saham-saham yang
masuk dalam JII adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan
syariah.
Perkembangan JII pada tahun 2012-2014 menunjukan bahwa kinerja
saham syariah yang terdaftar dalam JII mengalami perkembangan yang cukup
menggembirakan. Kinerja indeks saham syariah yang diukur dalam Jakarta
Jakarta Islamic Index (JII) mengalami kenaikan pada awal tahun yang memicu
terjadinya January effect. Kinerja saham-saham yang terasuk dalam index JII
menunjukan trend yang naik terlihat dari pertumbuhan index sebesar 83,96% dari
537.6620 pada awal tahun 2011 menjadi 542.1760 pada awal tahun 2012.
Pertumbuhan index juga terjadi sebesar 12,94% dari 542.1760 pada awal tahun
2012 menjadi 612.3390 pada awal tahun 2013. Meskipun pada tahun 2014 indeks
JII sempat mengalami penurunan tetapi hal itu tidak menyurutkan eksistensi
indeks JII pada tahun selanjutnya terbukti pada tahun 2015 naik pesat ke angka
18.58% dari 585.6420 pada awal tahun 2014 menjadi 694.4730 pada awal tahun
2015. ( www.duniainvestasi.com diunduh 17/09/2015).
Berdasarkan data pertumbuhan saham yang terdapat pada indeks Jakarta
Islamic Indeks (JII) maka berikut ini adalah grafik perkembangan saham Jakarta
Islamic Indeks (JII) tahun 2011-2016:
6
592.108
597.277
2015-2016
694.473
685.884
2014-2015
2013-2014
596.6420
585.1100
2012-2013
612.339
594.789
542.176
529.182
2011-2012
0
100
200
300
Januari
400
500
600
700
800
Desember
Gambar 1.1
Grafik Perkembangan Saham JII tahun 2011-2016
Sumber: www.duniainvestasi.com , data diolah kembali
Dilihat dari grafik perkembangan saham JII pada tahun 2011-2016 yang
menunjukan bahwa terjadinya trend pertumbuhan dari tahun sebelumnya sebagai
tahun dasar yaitu bulan Desember tahun 2011 sebesar 529.182 dan mengalami
kenaikan pada bulan January tahun 2012 sebesar 542.176 dengan persentase
pertumbuhan sebesar 2,45%. Lalu pada bulan Desember tahun 2012 sebesar
594.789 juga mengalami kenaikan pada bulan January tahun 2013 sebesar
612.339 dengan persentase pertumbuhan sebesar 2,95%. Selanjutnya pada bulan
Desember 2013 yaitu sebesar 585.1100 juga mengalami kenaikan menjadi
596.6420 pada bulan Januari 2014 dengan persentase pertumbuhan sebesar 9,09%
. Pada bulan Desember tahun 2014 yaitu sebesar 685.884 juga mengalami
kenaikan menjadi 694.473 pada bulan Januari 2015 dengan persentase
pertumbuhan sebesar 1,26%. Dan pada bulan Desember 2015 yaitu sebesar
597.277 lalu mengalami penurunan menjadi 592.108 pada Januari 2016 dengan
persentase pertumbuhan sebesar -0,86%. Berdasarkan grafik perkembangan
saham JII pada tahun 2011-2016 yang menunjukan pergerakan saham dengan
persentase trend pertumbuhan saham yang mengalami kenaikan yang tidak begitu
7
signifikan yang terjadi secara terus menerus pada bulan Desember ke bulan
Januari pada tahun 2011-2015 yang bisa memicu terjadinya Januari effect dan
mengalami penurunan hanya pada tahun 2015-2016 yang tidak memicu terjadinya
Januari effect pada tahun tersebut. Dalam dunia investasi dengan kenaikan harga
saham pada bulan Januari maka menyebabkan terjadinya January effect. Kenaikan
tersebut diduga karena adanya peningkatan pembelian oleh para investor yang
telah melakukan penjualan sahamnya pada Desember dalam rangka mengurangi
pajak atau merealisasikan capital gain. Berdasarkan fenomena ini maka hal
tersebut bisa menjadi fenomena untuk penelitian yaitu untuk menganalisis
bagaimana fenomena January effect pada indeks JII selama tahun 2011-2016 yang
tidak menutup kemungkinan akan terjadi atau tidak terjadinya fenomena January
effect pada indeks JII selama tahun 2011-2016.
Penelitian mengenai Jannuary effect dilakukan oleh Rogalski (1984) yang
menemukan bahwa januari efek tidak terjadi di 5 hari transaksi pertama di bulan
Januari ada hubungan antara January effect dan size effect. Penelitian yang
dilakukan oleh Wijaya (2010) menemukan bahwa tidak terdapatnya pola terhadap
january effect pada model mean-adjusted return. Hasil hipotesis kedua yaitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return sebelum dan
sesudah january effect dengan menggunakan model mean adjusted return.
Penelitian mengenai fenomena January effect yang dilakukan oleh Andreas dan
Daswan (2003) menemukan bahwa dalam Bursa Efek Indonesia pada perusahaan
LQ 45 pada tahun 2003-2008 tidak terjadi fenomena January effect. Penelitian
yang dilakukan oleh As’adah (2009) dalam penelitianya yang berjudul pengaruh
January effect terhadap abnormal return dan volume perdagangan pada saham di
Jakarta Islamic Indeks (JII) ditemukan bahwa rata-rata abnormal return dan
volume perdagangan tidak signifikan, ini menunjukan bahwa tidak terdapat
January effect pada penelitian ini.
Berdasarkan fenomena grafik perkembangan saham Jakarta Islamic Indeks
(JII) yang memicu terjadinya January effect selama tahun 2011-2016 maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kriteria January
8
Effect yang Meliputi Harga Saham, Volume Perdagangan Saham, dan
Return Saham pada Saham Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2011-2016”
1.2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di ambil rumusan masalah
yang akan di teliti yaitu:
1. Bagaimana perkembangan harga saham, volume perdagangan, dan return
saham pada saham Jakarta Islamic Index (JII) pada bulan Desember dan pada
bulan Januari periode 2011-2016
2. Bagaimanakah fenomena January Effect pada saham Jakarta Islamic Index
(JII) periode 2011-2016
3. Apakah terdapat perbedaan harga saham, volume perdagangan, dan return
antara kondisi pada saat bulan Desember dan pada saat bulan Januari
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk membandingkan harga saham,
volume perdagangan, dan return saham pada bulan Desember dan pada bulan
Januari selama periode 2011-2016 pada sector Jakarta Islamic Index (JII), serta
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan gelar
Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Manajemen S1
Universitas Widyatama Bandung.
Sedangkan tujuan penelitian secara khusus adalah untuk mendapatkan
jawaban dari permasalahan yang diidentifikasi berikut ini:
1. Menganalisis perkembangan harga saham, volume perdagangan, dan return
pada bulan Desember dan pada saat bulan Januari
2. Menganalisis fenomena January Effect pada saham Jakarta Islamic Index (JII)
periode 2011-2016 pada bulan Desember dan pada saat bulan Januari
3. Menganalisis apakah terdapat perbedaan harga saham, volume perdagangan,
dan return antara kondisi pada bulan Desember dan pada saat bulan Januari
9
1.4.
Kegunaan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian
yang dilakukan dapat berguna bagi pihak-pihak sebagai berikut:
1. Emiten
Penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi pihak perusahaan
sebagai bahan masukan dan pertimbangan yang berarti dalam peningkatan
kinerja perusahaan.
2. Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap ilmu
pengetahuan serta wawasan mengenai ilmu ekonomi, keuangan, maupun
investasi bagi para akademisi khususnya bagi penulis serta sebagai landasan
bagi penelitian selanjutnya.
3. Civitas Akademik
Diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
manajemen keuangan serta menjadi bahan referensi bagi peneliti-peneliti lebih
lanjut yang berkaitan dengan Jannuary effect.
1.5.
Jenis dan Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode komparatif. Metode komparatif adalah penelitian yang membandingkan
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau sampel yang berbeda, atau pada
waktu yang berbeda. (Sugiyono, 2012:92). Jadi metode komparatif merupakan
metode
yang
digunakan
untuk
mengungkapkan
suatu
analisa
dengan
membandingkan kelompok variabel tertentu atau lebih.
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah event studies.
Menurut (MacKinley dalam Mardiyati dan Khasanah, 2011:77) penelitian
event studies adalah penelitian yang mengamati dampak dari suatu kejadian atau
peristiwa. Penelitian tersebut diterapkan untuk data financial terhadap suatu
kejadian umumnya berkaitan dengan seberapa cepat informasi yang masuk ke
pasar dapat tercermin pada harga saham. Data yang digunakan adalah data
10
sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang kemudian akan diolah
dan di analisis serta dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini.
Jenis penentuan sampling yang dilakukan pada penelitian ini adalah purposive
sampling. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
dengan melakukan uji paired sample t-test.
1.6.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan daerah pengamatan tempat diadakannya
penelitian untuk mengumpulkan data. Pada penyususnan proposal ini lokasi
penelitian yang dilakukan peulis adalah pada website Bursa Efek Indonesia
(http://www.idx.co.id),www.yahoo.finance.com,www.duniainvestasi.com,www.go
ogle.com pustakaloka Universitas Widyatama yang berlokasi di Jalan Cikutra
204A Bandung. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan September
2015 sampai dengan Februari 2016.
Download