BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Kehamilan Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamiln terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung selama 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2010; h. 213). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari ) dihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2010; h. 89). Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika seorang wanita sudah mengalami pubertas yang di tandai dengan terjadinya menstruasi (Hani, 2010; h. 21). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kehamilan terjadi akibat adanya pertemuan ovum dan sperma di dalam ampula tuba, kemudian bernidasi pada endometrium uterus. Setiap ibu hamil akan mengalami perubahan fisiologis baik secara fisik maupun psikologis. Secara fisik ibu akan mengalami perubahan pada sistem reproduksi, payudara, sistem endokrin, sistem kekebalan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem musculoskeletal, sistem kardio vaskuler, sistem integument, metabolism darah dan pembekuan darah system pernafasan dan system persarafan. 10 Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 11 a. Fisiologis kehamilan Untuk mempelajari hasil konsepsi, sebaiknya terlebih dahulu memahami ovum dan sperma. a) Ovum 1) Bisa dibuahi jika sudah melewati proses oogenesis 2) Dikeluarkan oleh ovarium saat fase ovulasi, satu kali setiapsiklus haid dan akan habis jika sudah masa menopouse. 3) Ovum mempunyai waktu hidup 24-48 jam setelah dikeluarkan dari ovarium. 4) Mempunyai lapisan pelindung yaitu sel-sel granulosa dan zona pellusida yang harus bisa di tembus oleh sperma untuk dapat terjadi suatu kehamilan (Hani, 2011; h. 36). b) Sperma 1) Dikeluarkan oleh testis dan peristiwa pematangannya disebut spermatogenesis. 2) Jumlahnya akan berkurang, tetapi tidak akan habis seperti pada ovum dan teta berproduksi meskipun pada lansia. 3) Kemampuan fertilisasi selama 2-4 hari, rata-rata 3 hari. 4) Terdapat 100 juta sperma pada setiap mililiter air mani yang dihasilkan rata-rata 3 cc tiap ejakulasi. 5) Mengeluarkan enzim hialuronidase untuk melunakan korona radiata atau sel-sel granulosa. 6) Mempunyai morfologi yang sempurna, yaitu kepala : berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nukleus), diliputi lagi oleh akromosom dan membran plasma. Leher : menghubungkan kepala dengan bagian kepala dan dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat (Hani, 2011; h. 36). c) Fertilisasi Proses kehamilan dimulai dari fertilisasi yaitu bertemunya sel telur dan sel sperma. Saat terjadi ejakulasi, kurang lebih 3 cc sperma dikeluarkan dari organ reproduksi pria yang kurang lebih berisi 300 juta sperma. Setelah masuk keorgan genetalia interna wanita, sperma akan menghadapi beberapa rintangan antara lain : lendir vagina yang bersifat asam, lendir serviks yang kental, Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 12 panjang uterus, serta silia yang ada dituba fallopi. Untuk bisa menghadapi rintangan tersebut, maka sperma harus mempunyai akrosom dan melewati proses kapasitasi. Sedangkan ovum akan dikeluarkan dari ovum sebanyak satu setiap bulan, ditangkap oleh fimbriae dan berjalan menuju tuba fallopi. Tempat bertemunya ovum dan sperma paling sering adalah didaerah ampula tuba (Hani, 2011; h.37). d) Pembelahan Setelah itu zigot akan membelah menjadi 2 sel ( 30 jam) , 4 sel, 8 sel sampai dengan 16 sel disebut blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah gumpalan bersusun longgar. Setelah tiga hari sel-sel tersebut akan membelah membentuk buah arbei dari 16 sel disebut morula (4 hari). Saat morula memasuki rogga rahim, cairan mulai menembus zona pellusida masuk ke dalam ruang antar sel yang ada di masa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyatu dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga atau blastokel sehingga disebut blastokista (41/2 - 5 hari). Sel yang bagian dalam disebut embrioblas dan sel di luar disebut trofoblas. Zone pellusida akhirnya menghilang sehingga trofoblas dapat memasuk dinding rahim (endomentrium) dan siap berimplantasi (51/2-6 hari) dalam bentuk blastokista tingkat lanjut (Hani, 2011; h.38). e) Nidasi / Implantasi Nidasi atau implantasi adalah penanaman sel telur yang sudah di buahi (pada stadium blastokista) ke dalam dinding uterus pada awal kehamilan. Blastokista tingkat lanjut di selubungi oleh suatu simpai disebut trofoblast yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastokista mencapai rongga rahim, jaringan endomentrium berada dalammasa sekresi. Jaringan endomentrium ini banyak mengandung sel-sel desidua yaitu sel-sel besar yang banyak mengandung glikogen, serta mudah di hancurkan oleh trofoblast. Blastula dengan bagian yang berisi masa sel dalam akan mudah masuk ke dalam desidua,menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Itulah sebabnya, Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 13 terkadang saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua yang di sebut dengan tanda Hartman (Hani, 2011; h.38). Secara klinis tanda-tanda kehamilan dapat di bagi dalam 3 kategori yaitu tanda tidak pasti , tanda mungkin kehamilan dan tanda pasti kehamilan. a. Tanda tidak pasti 1) Amenorhea Seorang wanita dalam masa mampu hamil, apabila sudah kawin mengeluh terlambat haid, maka pikirkan bahwa dia hamil, meskipun keadaan stres, obat-obatan, penyakit kronis dapat ula mengakibatkan terlambat haid (Kusmiyati, 2010; h. 97). 2) Mual dan Muntah (morning sickness) Mual dan muntah merupakan gejala umum, mulai dari rasa tidak enak sampai muntah yan berkepanjangan. Untuk mengatasinya penderita perlu diberi makan-makanan yang ringan, mudah dicerna dan jangan lupa menerangkan bahwa keadaan ini masih dalam batas normal orang hamil (Kusmiyati, 2010; h. 98). 3) Keluhan Kencing Frekuensi kencing bertambah dan sering kencing di malam hari, disebabkan karena desakan uterus yang membesar dan tarikan oleh uterus ke kranial (Kusmiyati, 2010; h. 98). 4) Konstipasi Terjadi karena efek relaksasi progesteron atau dapat juga karena perubahan pola makan sehingga menghambat peristaltik usus atau tonus otot menurun dan menyebabkan kesulitan untuk BAB (Kusmiyati, 2010; h. 98). 5) Perubahan Berat Badan Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan, karena nafsu makan menurun dan muntah-muntah. Pada bulan selanjutnya berat badan akan selalu meningkat sampai stabil menjelang aterm (Kusmiyati, 2010; h. 98). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 14 6) Perubahan Temperatur Basal Kenaikan temperatur basal lebih dari 3 minggu biasanya merupakan tanda telh terjadinya kehamilan (Kusmiyati, 2010; h. 98) 7) Perubahan Payudara Akibat stimulasi prolaktin dan HPL, payudara mensekresi kolostrum, biasanya setelah kehamilan lebih dari 16 minggu (Kusmiyati, 2010; h. 99). b. Tanda-tanda mungkin 1) Terjadi pembesaran abdomen Perubahan perut menjadi nyata setelah minggu ke-16, karena pada saat itu uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi organ rongga perut (Kusmiyati, 2010; h. 99). 2) Perubahan Pada Uterus Uterus mengalami perubahan pada ukuran, bentuk dan konsistensi. Uterus berubah menjadi lunak, bentuk globular. Teraba ballotement, tanda ini muncul pada minggu ke-16 hingga ke-20, setelah rongga rahim mengalami obliterasi dan cairan amnion cukup banyak. Ballotement adalah tanda ada benda terapung/melayang dalam cairan (Kusmiyati, 2010; h. 99). 3) Tanda Piskacek’s Terjadi pertumbuhan yang asimetris pada bagian uterus yang dekat dengan implantasi plasenta (Kusmiyati, 2010; h. 99). 4) Perubahan-Perubahan Pada Serviks a. Tanda Hegar Pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena terjadinya oedema dari cervix dan hiperplasia kelenjarkelenjar cervix, sehingga cervix menjadi lunak (Kusmiyati, 2010; h. 99). b. Tanda Goodell’s Diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Serviks terasa lebih lunak (Kusmiyati, 2010; h. 100). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 15 c. Tanda Chadwick Pembuluh darah dinding vagina bertambah hingga warna selaput lendirnya biru (Kusmiyati, 2010; h. 100). d. Tanda Mc Donald Fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah di difleksikan satu sama lain dan tergantung pada lunak tidaknya jaringan isthmus (Kusmiyati, 2010; h. 100). e. Kontraksi Uterus Tanda ini muncul belakangan dan pasien mengeluh perutnya kencang, tapi tidak disertai rasa sakit (Kusmiyati, 2010; h. 101). c. Tanda pasti kehamilan 1) Denyut Jantung Janin (DJJ) Dapat di dengar dengan menggunakan stetoskop laenec pada minggu 17-18. Pada orang gemuk, lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonik (doppler), DJJ dapat didengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke-12. Melakukan auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain seperti bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu (Kusmiyati, 2010; h. 101). 2) Palpasi Harus di tentukan outline janin. Biasanya menjadi jelas setelah minggu ke-22. Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas setelah minggu ke-24 (Kusmiyati, 2010; h. 101). b. Perubahan fisiologis janin Sejak konsepsi perkembangan konseptus terjadi sangat cepat yaitu zigot mengalami pembelahan menjadi morula yang terdiri atas 16 sel blastomer, kemudian menjadi blastokis yang terdapat cairan di tengah yang mencapai uterus, kemudian sel-sel mengelompok, berkembang menjadi embrio sampai minggu ke-7. Setelah minggu ke10 hasil konsepsi disebut janin (Rukiyah, 2009; h. 24). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 16 c. Perubahan Fisiologis pada ibu hamil Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar, sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, esterogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada : a) Rahim atau Uterus Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 100 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertropi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin (Prawirohardjo, 2009; h. 175). b) Serviks Satu bulan setelah konsepsi serviks mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen, sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan (Prawirohardjo, 2009; h. 177). c) Ovarium (Indung Telur) Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu (Prawirohardjo, 2009; h. 178). d) Vagina dan perineum Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna kebiru-biruan yang di kenal dengan tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari selsel otot polos (Prawirohardjo, 2009; h. 178). e) Kulit Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini di kenal dengan nama striae gravidarum. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 17 Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher yang di sebut chloasma atau melasma gravidarum. Selain itu pada aerola dan derah genital juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Perubahan ini di hasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum di ketahui (Prawirohardjo, 2009; h. 179). f) Payudara Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukuranya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak, setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut dengan kolostrum dapat keluar. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu esterogen, progesteron (Prawirohardjo, 2009; h. 179). g) Perubahan Metabolik Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg (Prawirohardjo, 2009; h. 180). h) Sirkulasi Darah Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya, meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim, terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter, dan pengaruh hormon esterogen dan progesteron makin meningkat. Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah yaitu : a). Volume darah Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 18 semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada umur hamil 32 minggu. Volume darah bertambah sebesar 25 sampai 30 % sedangkan sel darah bertambah sekitar 20% (Prawirohadjo, 2009; h. 182). b). Sel darah Sel darah merah makin meningkat jumlahnya sekitar 20% untuk dapat meningkatkan pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah, sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal (Prawirohardjo, 2009; h. 183). i) Sistem Respirasi Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya (Prawirohardjo, 2009; h. 184). j) Sistem Pencernaan Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang meningkat. Selain ituperut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar. Pada kehamilan sering terjadi hemorroid akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena dibawah uterus. Panas perut terjadi karena aliran balik asam gastrik kedalam rongga esophagus bagian bawah (Kusmiyati, 2010; h. 66). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 19 d. Perubahan, ketidaknyamanan dan kebutuhan psikologis ibu hamil. Perubahan, ketidaknyamanan dan kebutuhan psikologis ibu hamil. 1) Trimester pertama Trimester pertama di mulai dari konsepsi sampai umur kehamilan 3 bulan (0-12 minggu). Pada trimester ini mulai muncul berbagai macam ketidaknyamanan seperti mual muntah, keluhan kencing dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan psikologis seperti : a) Ibu memebenci kehamilannya, merasa kecewa, penolakan kecemasan dan kesedihan. b) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya. c) Hasrat untuk melakukan seks berbeda-beda setiap wanita. Ada yang meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan. Pada wanita yang mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu kebutuhan untuk berkomunikasi scara jujur dan terbuka dengan suaminya. d) Bagi suami sebagai calon ayah akan timbul rasa bangga. Tetapi bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari nafkah bagi keluarga (Hani, 2010; h. 68). 2) Trimester kedua Trimester kedua di mulai umur kehamilan 12 minggu sampai 28 minggu. Pada trimester ini ibu dapat merasakan gerakan janin, ibu akan merasa sehat sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan sudah mulai berkurang. Ibu sudah dapat menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikiranya secara lebih konstruktif. Banya ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa ketidaknyamanan seperti yang di rasakan pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido (Hani, 2010; h. 68). 3) Trimester ketiga Trimester ketiga di mulai umur kehamilan 28 sampai 40 minggu, pada trimester ini disebut dengan periode menunggu dan waspada Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 20 karena ibu sudah tidak sabar menunggu kehadiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Pada trimester ini rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Selain itu ibu juga merasa sedih karena akan berpisah dengan bayinya, dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Ibu memerlukan ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga , serta bidan. Trimester ini juga saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga apakah bayi mereka laki-laki atau perempuan dan akan mirip dengan siapa. Bahkan sudah mulai memilih nama untuk bayinya (Hani, 2010; h. 69). e. Kebutuhan dasar ibu hamil a) Oksigen Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusiatermasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu akan berpengarauh pada bayinya yang di kandung. Untuk mencegah hal tersebut maka ibu hamil perlu : a) Latihan nafas melalui senam hamil b) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi dan miring kiri c) Makan tidak terlalu banyak d) Kurangi atau hentikan merokok e) Konsultasi dengan dokter bila ada kelainan atau gangguan pernafasan seperti asma (Kusmiyati, 2010; h. 103). b) Nutrisi dalam kehamilan Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi dan bermutu tinggi. Gizi yang di butuhkan ibu selama hamil yaitu 300 kalori perhari. Ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, minum yang cukup cairan, dan tambahan vitamin (Kusmiyati, 2010; h. 103). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 21 c) Personal Hygiene Kebersihan harus di jaga pada masa hamil, mandi di anjurkan setidaknya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama pada lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia). Menjaga kebersihan gigi dan mulut, agar tidak mudah terjadi gigi berlubang, caries gigi dan bau mulut (Kusmiyati, 2010; h. 105). d) Pakaian selama kehamilan Pada dasarnya ibu hamil boleh memakai pakaian apa saja yang terpenting baju yang di pakai ibu tidak ketat dan bahannya yang mudah menyerap keringat. Kemudian payudara di topang menggunakan BH yang memadai untuk mengurangi rasa tidak enak karena pembesaran dan kecenderungan menjadi pendulans (Kusmiyati, 2010; h. 105). e) Eliminasi Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar, dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah kelamin menjadi lebih basah. Situasi basah ini menyebabkan jamur (trikomonas) tumbuh sehingga wanita hamil mengeluh gatal dan mengeluarkan keputihan. Untuk itu ibu hamil di anjurkan untuk mengganti celana dalamnya jika sudah basah. Akibat pengaruh progesteron, tonusnya menurun, akibatnya otot-otot motilitas tractus saluran digestivus pencernaan berkurang dan menyebabkan obstipasi. Untuk mengatas hal itu ibu hamil di anjurkan untuk minum lebih dari 8 gelas perhari (Kusmiyati, 2010; h. 105). f) Seksual Selama kehamilan berjalan normal, koitus di perbolehkan sampai akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak berhubunga seks selam 14 hari menjelang kelahiran, (Kusmiyati, 2010; h. 106). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 22 g) Mobilisasi Ibu hamil boleh melakukan aktifitas fisik biasa selama tidak terlalu melelahkan seperti menyapu, mengepel, memasak dan mengajar (Kusmiyati, 2010; h. 107). h) Senam hamil Ibu hamil perlu menjaga kesehatan tubuhnya dengan cara berjalan-jalan di pagi hari, berenang, olahraga ringan dan senam hamil (Kusmiyati, 2010; h. 108). i) Istirahat Ibu hamil di anjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur khususnya seiring dengan kemajuan kehamilannya (Kusmiyati, 2010; h. 124). j) Imunisasi Menurut (Kusmiyati, 2010; h. 125) di indonesia vaksinasi terhadap tetanus (TT) diberikan 2 kali, sebaiknya setelah bulan ketiga dengan jarak sekurang-kurangnya 4 minggu. Vaksiasi kedua sebaiknya diberikan kurang dari 1 bulan sebelum anak lahir agar serum antitetanus mencapai kadar optimal. Tabel 2.1 Jadwal imunisasi TT Antigen Interval TT 1 Pada kunjungan antenatal pertama 4 Minggu setelah TT1 6 bulan setelah TT 2 1 tahun setelah TT 3 1 tahun setelah TT 4 TT 2 TT 3 TT 4 TT 5 Lama Perlindungan % perlindungan 3 tahun 80 5 tahun 95 10 tahun 99 25 tahun/ seumur hidup - - k) Travelling Ibu hamil diperbolehkan untuk berpergian selama ia telah mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya selama dalam perjalanan dan kondisi kesehatan fisik ibu cukup baik (Kusmiyati, 2010; h. 125). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 23 l) Persiapan laktasi Wanita yang hamil biasanya semangat membahas rencana pemberian makan pada bayi baru lahir. Air susu ibu adalah makanan yang di pilih dan menyusi dikaitkan dengan penurunn insiden morbiditas dan mortalitas perinatal (Kusmiyati, 2010; h. 125). m) Persiapan persalinan dan kelahiran bayi Menjelang persiapan persalinan sebagian besar wanita merasa takut menghadapi persalinannya terutama bagi yang baru pertama kali melahirkan. Disinilh pembinaan hubungan antara penolong dan ibu saling mendukung dengan penuh kesabaran, sehingga persalinan dapat berjalan dengan lancar (Kusmiyati, 2010; h. 126). n) Memantau kesejahteraan janin Melakukan pemeriksaan kesejahteraan janin dalam rahim. Dengan pemantauan denyut jantung bayi menggunakan alat-alat canggih seperti doppler (Kusmiyati, 2010; h. 127). o) Kunjungan ulang Pada umumnya kunjungan ulang dijadwalkan tiap 4 minggu sampai umur kehamilan 28 minggu. Selanjutnya tiap 2 minggu sampai umur kehamilan 36 minggu dan seterusnya tiap minggu sampai bersalin (Kusmiyati, 2010; h. 129). p) Pekerjaan Seorang ibu hamil boleh mengerjakan pekerjaan sehari-hari asal hal tersebut tidak memberikan gangguan rasa tidak enak (Kusmiyati, 2010; h. 129). f. Tanda bahaya pada kehamilan. 1) Perdarahan pada kehamilan muda Perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan sebelum 24 minggu. Perdarahan ini di sebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik, atau molahidatidosa. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 24 a) Pengertian Abortus Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibatakibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu (Kusmiyati, 2010; h. 154). b) Kehamilan ektopik Kehamilan yang terjadi di luar rahim, misalnya dalam tuba, ovarium, rongga perut, serviks atau dalam tanduk rudimenter rahim, kehamilan ektopik dikatakan terganggu apabila berakhir dengan abortus atau ruptur tuba (Kusmiyati, 2010; h. 158). c) Mola Hidatidosa Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari villi korialis disertai dengan degenerasi hidrofik (Kusmiyati, 2010; h. 159). 2) Perdarahan pada usia lanjut Perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan setelah 24 minggu. Tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan lanjut adalah : a) Perdarahan pervaginam Perdarahan antepartum/ perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi di lahirkan. Jenis perdarahan antepartum : a. Plasenta previa Plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian /seluruh ostiun uteri internum (Kusmiyati, 2010; h. 163). b. Solutio plasenta Lepasnya plasenta sebelum waktunya (Kusmiyati, 2010; h. 164). b) Sakit kepala yang hebat Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat disertai dengan pandangan kabur merupakan gejala preeklamsia berat (Kusmiyati, 2010; h. 165-166). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 25 c) Penglihatan kabur Pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin menandakan preeklamsia (Kusmiyati, 2010; h. 166). d) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan dan kaki Merupakan masalah yang serius apabila muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik lainnya. Hal ini bisa merupakan tanda-tanda anemia, gagal jantung dan pre-eklamsi (Kusmiyati, 2010; h. 166). e) Keluar cairan pervaginam Keluarnya cairan air dari vagina pada trimester 3. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm (Kusmiyati, 2010; h. 167). f) Nyeri perut bagian bawah Nyeri perut yang bersifat menetap tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berhubungan dengan apendiciti, kehamilan ektopik, aborsi, radang panggul, penyakit kantung empedu (Kusmiyati, 2010; h. 168). g) Gerakan janin tidak terasa Normalnya ibu merasakan gerakan janin pda bulan ke 5 atau ke 6 usia kehamilan. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Gerakan janin sangat terasa pada saat ibu istirahat, makan, minum, dan berbaring. Biasnya bayi bergerak paling sedikit 3x dalam periode 3 jam (Kusmiyati, 2010; h. 168). g. Asuhan antenatal Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Alasa penting untuk mendapatkan asuhan antenatal yaitu : Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 26 1) Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan 2) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikndungnya. 3) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilanya. 4) Mengidentifikasi dan melaksanakan kehamilan resiko tinggi. 5) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi. 6) Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya (Prawirohardjo, 2009; h. 278). a) Asuhan kehamilan kunjungan awal Kunjungan awal harus seawal mungkin meliputi : 1. Anamnesis. a) Menanyakan data umum pribadi seperti nama, usia, alamat, pekerjaan ibu/suami, lama menikah, kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan. b) Keluhan saat ini : jenis dan sifat gangguan yang di rasakan ibu. Lamanya mengalami gangguan tersebut. c) Riwayat haid : HPHT, usia kehamilan dan taksiran persalinan. d) Riwayat kehamilan dan persalinan : asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya. Cara persalinan, jumlah dan jenis kehamilan anak hidup, berat badan lahir, cara pemberian asupan bagi bayi yang di lahirkan, informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir. e) Riwayat kehamilan saat ini : identifikasi kehamilan, identifikasi penyulit (preklamsia atau hipertensi dalam kehamilan), penyakit lain yang di derita, gerakan bayi dalam kandungan. f) Riwayat penyakit dalam keluarga : diabetes militus, hipertensi, kehamilan kembar dan kelainan bawaan. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 27 g) Riwayat penyakit ibu : penyakit yang pernah di derita, kardiovaskuler, DM, asma, hipertensi, malaria, HIV/AIDS (Prawirohardjo, 2009; h.279-280). 2. Pemeriksaan fisik. 1) Memeriksa keadaan umum : TTV, pemeriksaan jantung paru, pemeriksaan payudara. 2) Pemeriksaan Abdomen : a) Inspeksi : bentuk dan ukuran abdomen, perut bekas operasi, tanda-tanda kehamilan, gerakan janin varises atau pelebaran vena, hernia, dan edema. b) Palpasi : tinggi fundus, punggung bayi, dan presentasi, sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas panggul. c) Auskultasi : 10 minggu dengan doppler, 20 minggu dengan feteskop pinard (Prawirohardjo, 2009; h. 280281). 3. Pemeriksaan laboratorium. Analisis urin rutin, analisis tinja rutin, Hb, golongan darah, hitung jenis sel darah, gula darah, hepatitis B, antibodi rubela, HIV/VDRL (Prawirohardjo, 2009; h. 281). 4. Pemeriksaan tambahan lain untuk memperoleh data (parameter) dasar seperti USG rutin yang dilakukan dari umur kehamilan 1822 minggu untuk mengidentifikasi kelainan janin (Prawirohardjo, 2009; h. 281). b) Asuhan kehamilan Kunjungan Ulang Asuhan pada kunjungan ulang merupakan kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan pertama sampai memasuki masa persalinan. Kunjungan ulang memiliki tujuan yaitu : 1) Mendeteksi adanya komplikasi – komplikasi pada kehamilan. 2) Mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan. 3) Pemeriksaan fisik yang terfokus (Kusmiyati, 2010; h. 137). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 28 2. Persalinan Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan. Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kejalan lahir. Dengan demikian dapat di katakan bahwa persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi ( janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban ) dari uterus kedunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Sumarah, 2008; h.1). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa ada komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2010; h. 100). Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini di mulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang di tandai oleh perubahan progesif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008; h. 672). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat di simpulkan bahwa persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepalayang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi. a. Fisiologis persalinan Proses persalinan dapat terjadi dengan adanya perubahan hormon ekstrogen, progesteron, prostaglandin, uterus yang menjadi besar dan meregang, tekanan ganglion cervicale dan penurunan fungsi plasenta. Selain itu juga dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 29 1) Passage (jalan lahir) Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. Bidang – bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam / vagina toucher (VT). Adapun bidang hodge sebagai berikut : Hodge I : bidang yang setinggi pintu atas panggul (PAP) yang di bentuk oleh promontorium, artikulasio, sakro-iliaka, sayap sacrum, linea inominata, ramus superior os pubis, tepi atas simfisis pubis. Hodge II : bidang setinggi pinggir bawah sympisis pubis berhimpit dengan PAP (hodge I). Hodge III : bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan PAP (hodge I). Hodge IV : bidang setinggi ujung os soccygis berhimpit dengan PAP (hodge I) (Sumarah, 2009; h. 23). 2) Passenger (janin dan plasenta) Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin (Sumarah, 2009; h. 35). 3) Power (kekuatan) Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus (Sumarah, 2008. h. 42). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 30 b. Sebab-sebab mulainya persalinan Terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, dan menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya kekuatan his. Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan : 1) Hormon Estrogen Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dar luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis (Sumarah, 2009; h. 2). 2) Hormon Progesteron Berfungsi menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. Pada kehamilan kedua hormon tersebut berada dalam keadaan yang seimbang, sehingga kehamilan bisa di pertahankan. Perubahan keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang di keluarkan oleh hipofise parst posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk braxton hicks. Kontraksi ini akan menjadi kekuatan yang dominan pada saat persalinan dimulai, oleh karena itu makin tua kehamilan maka frekuensi kontraksi semakin sering. Beberapa teori yang memungkinkan terjadinya proses persalinan (Sumarah, 2009; h. 2). a) Teori Keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas waktu terebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai (Sumarah, 2009; h. 3). b) Teori Penurunan Progesteron Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 31 setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu (Sumarah, 2009; h. 3). c) Teori Oksitosin internal Perubahan keseimbangan eksterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai (Sumarah, 2009; h. 3). d) Teori Prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang di keluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan (Sumarah, 2009; h. 3). e) Teori berkurangnya nutrisi Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan (Sumarah, 2009; h. 4). f) Faktor lain Memecahkan ketuban yang bertujuan untuk mengurangi keregangan otot rahim, sehingga kontraksi segera dapat dimulai. Persalianan dengan tidndaka operasi, dengan tindakan bedah seksio sesarea (Sumarah, 2009; h. 4). c. Tanda-tanda persalinan Menurut (Sumarah, 2009; h. 21) persalinan patut di curigai jika setelah usia kehamilan 22 minggu keatas, ibu merasa nyeri pada abdomen berulang yang disertai dengan cairan lendir yang menandung darah atau show. Untuk mendiagnose persalinan harus memastikan perubahan serviks dan kontraksi yang cukup. 1) Perubahan serviks, kepastian persalinan dapat ditentukan hanya jika seviks secara progesif menipis dan membuka. 2) Kontraksi yang cukup / adekuat, kontraksi dianggap adekuat jika : Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 32 a. Kontraksi terjadi teratur, minimal 3 kali dalam 10 menit setiap kontraksi berlangsung sedikitnya 40 detik. b. Uterus mengeras selama kontraksi, sehingga tidak bisa menekan uterus dengan menggunakan jari tangan. Tabel 2.2 Karakteristik persalinan sesungguhnya dan persalinan semu Persalinan sesungguhnya Serviks menipis dan membuka Rasa nyeri dan interval teratur Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah Rasa nyeri terasa di bagian belakang dan menyebar ke depan Dengan berjalan bertambah intensitas Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas nyeri Lendir darah sering tampak Adanya penurunan bagian kepala janin Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi Pemberian obat penunjang, tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya Persalinan semu Tidak ada perubahan pada serviks Rasa nyeri tidak teratur Tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri yang satu dengan yang lain Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi Kebanyakan rasa nyeri di depan Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan intensits rasa nyeri Tidak ada lendir darah Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi Pemberian obat penenang yang efisien menghentikan rasa nyeri pada persalinan semu d. Tahapan persalinan Persalinan di bagi menjadi 4 tahap. Pada kala I dinamakan kala pembukaan dimana serviks membuka dari 0 sampai 10 cm. kala II di sebut juga kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III di sebut kala urie, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian, dalam kala IV diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum (Sumarah, 2008; h. 5-8). 1) Persalinan kala I Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu masih dapat berjalan-jalan. Pada kala I berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase yaitu fase Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 33 laten (8 jam) dari pembukaan 0 sampai pembukaan serviks 3 cm, dan fase aktif (7 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan serviks 10 cm. dalam fase ini masih di bagi menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm. fase dilatasi maksimal, yaitu fase dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sanagt cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm, dan fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm. kontraksi lebih kuat dan lebih sering pada fase aktif (Sumarah, 2009; h. 5). 2) Persalinan kala II Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat, kurang lebih 2-3 menit sekali. Wanita/ ibu merasa adanya tekanan pada rektum dan seperti akan buang air besar. Kemudian perinium menonjol dan menjadi lebar dengan membukanya anus. Labia mulai membuka dan tidak lamakemudian kepala janin tampak didepan vulva pada saat ada his. Dengan kekuatan his dan megedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dagu melewati perinium. Setelah his istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan anggota badan bayi (Sumarah, 2009; h. 6). 3) Persalinan kala III Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya (Sumarah, 2009; h. 7). 4) Persalinan kala IV Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Observasi yang harus di lakukan pada kala IV adalah : Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 34 a) Tingkat kesadaran klien b) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernafasan. c) Kontraksi uterus d) Terjadinya perdarahan Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Sumarah, 2009; h. 8). e. Kebutuhan ibu selama persalinan 1. Kebutuhan fisiologis a) Oksigen. b) Makan dan minum. c) Istirahat selama tidak ada his. d) Kebersihan badan terutama genetalia. e) Buang air kecil dan buang air besar. f) Pertolongan persalinan yang terstandar. g) Penjahitan luka perinium jika perlu (Sumarah, 2009; h. 55). 2. Kebutuhan rasa aman a) Memilih tempat dan penolong persalinan. b) Informasikan tentang proses persalinan atau tindakan yang akan dilakukan. c) Posisi tidur yang dikehendaki ibu. d) Pendampingan oleh keluarga. e) Pantauan selama persalinan. f) Intervensi yang perlu dilakukan (Sumarah, 2009; h. 55). 3. Kebutuhan dicintai dan mencintai a) Pendamping oleh suami atau keluarga. b) Kontak fisik (memberikan sentuhan ringan). c) Masase untuk mengurangi rasa sakit. d) Berbicara dengan suara yang lemah, lembut serta sopan (Sumarah, 2009; h. 55). 4. Kebutuhan harga diri a) Merawat bayi sendiri dan menetekinya. b) Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privacy ibu Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 35 c) Pelayanan yang bersifat empati dan simpati. d) Informasi bila akan melakukan tindakan. e) Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang dilakukan (Sumarah, 2009; h. 55). 5. Kebutuhan aktualisasi diri a) Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan. b) Memilih pendamping selama persalinan. c) Bounding and attachment. d) Ucapan selamat atas kelahiran anaknya (Sumarah, 2009; h. 55). f. Tujuan asuhan persalinan Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minmal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Dalam memberikan asuhan persalinan kelahiran bayi yang bersih dan aman terdapat lima aspek dasar yaitu : 1) Membuat keputusan klinik 2) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi 3) Pencegahan infeksi 4) Pencatatan (rekam medik) 5) Rujukan. Kelima aspek tersebut melekat pada setiap persalinan baik normal maupun patologis. Dan akan selalu berlaku dalam penatalaksanaan persalinan mulai dari kala I sampai kala IV termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir (Rukiyah, 2009; h.8-10). 3. Bayi baru lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dalam satu jam pertama hingga usia 4 minggu dengan usia gestasi 37 hingga 42 minggu, berat badan lahir 2500-4000 gram, segera menangis dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat. Bayi kurang bulan Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 36 adalah bayi dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu (Muslihatun, 2010; h. 1). Berat badan lahir adalah berat badan neonatus pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir. Berat badan lahir cukup (BBLC) adalah bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Berat badan lahir rendah (BBLR) dalah bayi dengan berat lahir 1500 sampai kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat badan lahir 1000-1500 gram. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi lahir hidup dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram (Muslihatun, 2010; h.1). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir segera menangis, warna kulit kemerahan dan gerakan aktif, bayi baru lahir normal dengan berat 2500-4000 gram dengan usia gestasi 37-42 minggu. a. Penilaian segera bayi baru lahir Segera setelah bayi lahir lakukan penilaian awal yang dilakukan oleh bidan yaitu dengan menilai : a) Apakah bayi cukup bulan b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur meconium c) Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis d) Apakah tonus otot bayi baik (Prawirohardjo, 2009; h. 349). b. Asuhan segera setelah bayi lahir a) Nilai APGAR skor secara cepat Tabel.2.3 nilai APGAR Tanda Appearance Pulse Grimace Activity 0 Biru pucat, tungkai biru Tidak teraba Tidak ada Lemas/lumpuh Respiratory Tidak ada 1 Badan pucat 2 Semuanya merah < 100 Lambat Gerak sedikit/fleksi tungkai Lambat, tidakteratur > 100 Menangis kuat Aktif/fleksi tungkai baik/reaksi melawan Baik, menangis kuat Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 37 Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variable dinilai dengan angka 0,1 dan 2, nilai tertinggi adalah 10, selanjutnya dapat ditentukan keadaan bayi sebagai berikut : 1) Nilai 7-10 menunjukan bahwa bayi dalam keadaan baik 2) Nilai 4-6 menunjukan bayi mengalami depresi sedang dan membutuhkan tindakan resusitasi 3) Nilai 0-3 menunjukan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi (Walyani, 2015; h. 151). b) Usap lender atau darah pada wajah bayi untuk mencegah hambatan jalan nafas terutama pada mulut dan hidung. c) Letakan bayi dengan handuk di atas perut ibu. d) Klem tali pusat dengan 2 buah klem pada jarak 2-3 cm dari pangkal pusat bayi. e) Potong tali pusat diantara 2 klem sambil melindungi bayi, ikat tali pusat. f) Jaga bayi tetap hangat g) Kontak dini dengan ibu. c. Asuhan perawatan lanjutan a) Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir. b) Mencegah terjadinya hipotermia, bayi baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian diletakan tertelungkup diatas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu. c) Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil. d) Menghindari Kehilangan panas pada bayi baru lahir (Dewi, 2011; h. 3-4). d. Ciri –ciri bayi baru lahir normal a) Berat badan 2500-4000 gram. b) Panjang badan 48-52 cm. c) Lingkar dada 30-38 cm. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 38 d) Frekuensi jantung pada menit pertama ± 180 x/menit kemudian turun 120-160 x/menit. e) Pernafasan pada menit-menit pertama ± 80 x/menit kemudian turun 60-40 x/menit. f) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup. g) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna. h) Kuku agak panjang dan lemas. i) Genetalia : perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora sedangkan pada laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada. j) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. k) Reflek morrow sudah baik l) Refleks graps atau menggenggam sudah baik m) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2011; h. 2). e. Mekanisme kehilangan panas Menurut (Muslihatun, 2010; h. 12-13) terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke lingkungannya yaitu : 1) Konduksi Panas di hantarkan dari tubuh bayi kebenda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi. Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir (Muslihatun, 2010; h. 12). 2) Konveksi Panas hilang dari tubuh bayi keudara sekitarnya yang sedang bergerak. Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi, Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 39 ialah membiarkan bayi baru lahir di ruang yang terpasang kipas angin (Muslihatun, 2010; h. 13). 3) Radiasi Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin. Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara radiasi, ialah bayi baru lahir dibiarkan dalam ruangan ber AC (Muslihatun, 2010; h.13). 4) Evaporasi Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara (Muslihatun, 2010; h. 13). f. Kegawatdaruratan pada bayi baru lahir 1) Perdarahan Tali Pusat Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh trauma, ikatan tali pusat yang longgar. Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh robekan umbilicus, tersayatnya dinding umbilicus atau plasenta sewaktu seksio sesaria (Dewi, 2011; h. 9). 2) Asfiksia Neonaturum Asfiksia neonaturum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat/gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Dewi, 2011; h. 9). 3) Kejang neonatus Merupakan suatu gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan susunan saraf pusat (Dewi, 2011; h. 9). 4. Nifas Masa nifas adalah masa pemulihan kembali, mulai dari pesalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 2011; h. 87). Masa dari kelahiran plasenata dan selaput janin, hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Periode pemulihan berlangsung sekitar enam minggu (Varney, 2007; h. 958). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 40 Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan (Suherni, 2009; h. 1). Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah masa di mulai sejak bayi lahir serta plasenta lepas dan keluar dari rahim, hingga kembalinya organ-organ kandungan wanita seperti sebelum hamil yang membutuhkan waktu 6-8 minggu setelah melahirkan. a) Perubahan fisiologis masa nifas 1) Perubahan uterus Menurut (Saleha, 2009; h. 54) terjadi perubahan pada uterus yaitu : Tabel 2.4 perubahan uterus Infolusi Bayi Lahir Uri lahir Satu minggu Dua minggu Enam minggu Delapan minggu Tinggi Fundus Uteri Setinggi pusat Dua jari bawah pusat Pertengahan pusat simpisis Tak teraba di atas simpisis Bertambah kecil Sebesar normal Berat uterus 1000 gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram 2) lochea Dari cavum uteri keluar cairan sekret disebut lochea. Ada beberapa jenis lochea yaitu : a) Lochea rubra Lochea ini berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan meconium selama 2 hari pscapersalinan. b) Lochea sanguinolenta Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai hari ke-7 pascapersalinan. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 41 c) Lochea serosa Lochea ini berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pascapersalinan. d) Lochea alba Lochea ini Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu. e) Lochea purulenta Lochea ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. f) Lochiotosis Lochea ini tidak lancar keluarna (Saleha, 2009; h. 56). 3) Endometrium Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan plasenta desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009; h. 56). 4) Serviks Serviks menjadi sangat lembek, kendur, dan terkulai. Lubang serviks lambat laun akan mengecil. Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum (Saleha, 2009; h. 57). 5) Vagina Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali (Saleha, 2009; h. 57). 6) Payudara (Mamae) Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu produksi susu dan sekresi susu. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 42 ASI pada hari pertama sampai hari ketiga di sebut ASI colostrum, 4-7 hari dilanjutkan dengan ASI peralihan, kemudian 3-4 minggu dan seterusnya di sebut ASI matur (Saleha, 2009; h. 58). 7) Sistem endoktrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endoktrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. a) Oksitosin Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Isapan bayi saat menyusui dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali kebentuk normal (Saleha, 2009; h. 60). b) Prolaktin Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan (Saleha, 2009; h. 60). c) Ekstrogen dan Progesteron pada wanita yang menyusui dan tidak menyusi akan mempengaruhi lama datangnya menstruasi. Seringkali menstruasi pertama bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar eksterogen dan progesteron (Saleha, 2009; h. 60). b) Tahapan masa nifas 1) Puerperium dini Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan. 2) Puerperium intermedial Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kirakira antara 6-8 minggu (Walyani, 2015; h. 2-3). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 43 3) Remot puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Walyani, 2015; h.2-3). c) Peran dan tanggung jawab bidan 1) Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu. 2) Mengadakan kolaborasi antara orang tua dan keluarga. 3) Membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan administrator (Suherni, 2009; h. 2). d) Kebijakan program nasional masa nifas Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, juga telah memberikan kebijakan dalam hal ini, sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas (Suherni, 2009; h. 3). Tabel 2.5 Kunjungan masa nifas Kunjungan 1 2 Waktu 6-8 jam setelah persalinan 6 hari setelah persalinan Tujuan 1.mencegah perdarahan, karena atonia uteri. 2.mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan lanjut. 3.memberikan konseling pada ibu atau anggota keluarga cara mencegah perdarahan karena atonia uteri 4.pemberian ASI awal 5.melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. 6.menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. 1.memastikan involusi uterus berjalan normal. Uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal. 2.menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal. 3.memastikan ibu mendapat cukup Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 44 3 4 2 minggu setelah persalinan 6 minggu setelah persalinan makanan, cairan, dan istirahat. 4.memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar. 5,memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi. Seperti perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari. Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan). 1.menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu alami dan bayinya. 2.memberikan konseling KB secara dini. 3.menganjurkan/mengajak ibu membawa bayinya keposyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi. 5. Keluarga berencana Dari data WHO (1990) di dapatkan bahwa di seluruh dunia terjadi lebih dari 100 x 10 (6) senggama setiap harinya dan terjadi 1 juta kelahiran baru per hari di mana 50% diantaranya tidak di rencanakan dan 25% tidak di harapkan. Dari 150.000 kasus abortus yang terjadi perhari, 50.000 di antaranya abortus ilegal dan lebih dari 500 perempuan meninggal akibat komplikasi abortus tiap harinya. Dari faktor tersebut, kita dapat membuat perencanaan keluarga untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan, dan tidak hamil lagi (Prawirohardjo, 2011; h. 436). Program KB adalah bagian terpadu dalam program pembangunan nasiona dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan social budaya penduduk Indonesia agar dapat tercapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional. a. Tujuan keluarga berencana Tujuan dari keluarga berencana adalah menciptakan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Sedangkan sasaran program KB yaitu pasangan usia subur (sasaran langsung), dan pelaksana dan pengelola program KB (sasaran tidak langsung) (Handayani, 2010; h. 38). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 45 b. Macam-macam jenis kontrasepsi 1) Alat Kontrasepsi Dalam Kulit (AKDK) Merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dibawah kulit. efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk jadena, indoplant, atau implanon. Kontrasepsi ini nyaman di pakai, dapat di pakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi. Kesuburan segera kembali setelah implant di cabut. Pemasangan pencabutan memerlukan pelatihan. Efek samping utama dari kontasepsi ini berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea. Kontrasepsi ini aman di pakai pada masa laktasi (Saifudin, 2010; h. 53). a) jenis implant 1. Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berrongga, panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 cm, isinya 36mg Levonorgestrel, dan lama penggunaannya 5 tahun. 2. Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur, panjang kira-kira 40 mm diameter 2 mm, isi 68mg Keto-desogestrel, dan lama penggunaan 3 tahun. 3. Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yan di isi dengan 75mg Levonorgestrel dan lama penggunaan 3 tahun. b) Cara kerja Implant yaitu lendir serviks menjadi kental. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi. Mengurangi transportasi sperma. Dan menekan ovulasi. c) Yang tidak boleh menggunakan implan yaitu Ibu yang sedang hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, ada benjolan atau kanker ayudara atau riwayat kanker payudara, ibu yang memiliki riwayat hipertensi ibu yang memiliki diabetes millitus. d) Tempat pemasangan implant di lengan kiri dan sebelumnya dilakukan anestesi lokal (Saifudin, 2010; h. 53). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 46 2) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Alat kontrasepsi dalam rahim merupakan alat kontrasepsi paling banyak digunakan karena dianggap sangat efektif untuk mencegah kehamilan dan memiliki manfaat yang relatif banyak dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya. Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim ini berjangka panjang yaitu 10 tahun : CuT-380A. Haid menjadi lebih lama dan banyak, pemasangan pencabutan memerlukan pelatihan. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi dan tidak boleh di pakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular seksual (IMS) (Saifudin, 2010; h. 2). a) Jenis AKDR AKDR CuT-380A. Ukurannya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga. b) Cara Kerja AKDR yaitu menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi. Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. c) Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR yaitu ibu yang sedang hamil, perdarahan vagina yang tidak diketahui. Sedang menderita infeksi alat genital. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik. Kelainan bawaan uterus yang abnormal. Penderita TBC pelvik, kanker alat genital dan ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Saifudin, 2010; h. 2). 3) Kontrasepsi Pil a) Mini Pil Mini pil merupakan pil KB yang mengandung hormon progesteron dalam dosis rendah. Jenis mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil mengandung 75 mikro gram Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 47 desogestrel, mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil mengandung 300 mikro gram levonogestrel. Cara kerja mini pil yaitu menghambat ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma. Efektifitas mini pil yaitu diminum setiap hari pada saat yang sama. Kerugian mini pil yaitu membutuhkan biaya, mini pil harus di minum pada waktu yang sama, angka kegagalan tinggi apabila penggunaannya tidak benar atau sering lupa meminum mini pil. Efek samping dari mini pil yaitu mual, pusing, perubahan mood, berjerawat, depresi nyeri tekan payudara, gangguan haid seperti perdarahan bercak dan haid tidak teratur (Saifudin, 2010; h.48). b) Pil Kombinasi Pil kombinasi adalah pil yang mengandung hormone eksterogen dan progesterone, sangat efektif bila diminum setiap hari. Jenis pil kombinasi yaitu monofasik, bifasik, trifasik yang terdiri dari 21 tablet. Cara kerja dari pil kombinasi yaitu mengentalkan lendir serviks, menghambat kapasitas sperma, menghambat perjalanan ovum/implantasi. Manfaat dari pil kombinasi tidak mengganggu hubungan seksual, siklus haid teratur, mudah dihentikan setiap saat. Kelemahan pil kombinasi antara lain mahal dan membosankan. Efek samping pusing, nyeri payudara, dapat meningkatkan tekanan darah. Pil kombinasi tidak boleh diberikan pada ibu menyusui, hamil dan diduga hamil, penyakit hati akut, kanker payudara, riwayat kanker payudara, riwayat DM dan riwayat hipertensi (Saifudin, 2010; h. 28). 4) Kontrasepsi Suntik Menurut (Saifudin, 2010; h. 35) kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi yang sangat efektif, aman, dapat di pakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, kembalinya kesuburan Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 48 lebih lambat rata-rata 4 bulan, cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI. Kontrasepsi ini terdiri dari 2 jenis yaitu : a. Suntik Kombinasi (suntik 1 bulanan) Suntik kombinasi merupakan suntikan yang diberikan tiap 1 bulan dengan penyuntikan secara IM, berisi 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat. Cara kerja KB ini adalah untuk menekan ovulasi, lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga sulit ditembus spermaprotozoa, menghambat transport ovum dalam tuba falopi. Keuntungan kontrasepsi ini yaitu resiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, jangka panjang, efek samping sangat kecil. Kerugian KB suntik 1 bulanan yaitu terjadi perubahan pola haid, mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan dapat terjadi perubahan berat badan (Saifudin, 2010; h. 34). b. Suntik tribulan atau progestin (suntik 3 bulanan) Kontrasepsi yang diberikan setiap 3 bulan dan diberikan secara IM. Jenis kontrasepsi tribulan yaitu DMPA dan Noristerat. Cara kerja dari kontrasepsi ini yaitu menghalangi terjadinya ovulasi, menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri dan menghambat implantasi ovum dan endometrium. Efektifitasnya bila dilakukan secara teratur sesuai dengan jadwal penyuntikan. Keuntungan suntik 3 bulanan yaitu sederhana pemakainya, dapat digunakan menurunkan krisis pada ibu anemia, yang dapat menyusui mencegah anaknya, kanker endometrium. Kekurangan suntik 3 bulanan yaitu terdapat gangguan haid seperti amenorhea, metroragia, timbul jerawat di badan dan wajah dengan infeksi, berat badan bertambah, pusing dan sakit kepala (Saifudin, 2010; 41-43). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 49 Yang dapat memakai kontrasepsi ini adalah ibu usia reproduksi, ibu pasca persalinan, ibu pasca keguguran, ibu yang sedang menyusui, ibu yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulanan yaitu ibu hamil atau di curigai hamil, ibu yang menderita kanker payudara, DM disertai komplikasi (Saifudin, 2010; h. 41-43). c. Penapisan KB 1. Penapisan metode kontrasepsi non hormonal ( AKDR) Menanyakan hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih, menanyakan apakah Klien mempunyai pasangan seks lain dan menanyakan apakah klien mempunyai penyakit infeksi menular Seksual (IMS) (Handayani, 2010; h. 37-38). 2. Penapisan metode kontrasepsi hormonal (pil, suntik, implant) Menanyakan Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih, menayakan apakah klien sedang menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca salin, menanyakan pada klien setelah senggama adakah perdarahan / bercak antara haid. memeriksa klien untuk mengetahui apakah terdapat tandatanda ikterus pada kulit atau seklera mata, menanyakan kepada klien apakah klien pernah mengalami nyeri kepala hebat atau gangguan visual, Nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak (oedema), tekanan darah klien di atas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg ( diastolik), memastikan pada klien adakah massa atau benjolan pada payudara, dan menanyakan apakah klien sedang minum obat-obatan epilepsy (Handayani, 2010; h. 37). B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah kebidanan yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, ketrampilan, Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 50 dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada pasien (Sulistyawati, 2010; h. 219). 1. Manajemen kebidanan menurut Helen Varney Manajemen asuhan kebidanan menurut varney sebagai berikut : Langkah I : Pengumpulan Data Dasar Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu : 1. Riwayat kesehatan 2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan. 3. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya. 4. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi. Pada langkah pertama ini, dikumpulkan semua data yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Langkah II : Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar datadata yang telah di kumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga di temukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang di tegakan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. 1. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi. 2. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan. 3. Memiliki ciri khas kebidanan. 4. Didukung oleh clinical judgenment dalam praktik kebidanan. 5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 51 Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah ini memungkinkan membutuhkan dilakukan antisipasi, pencegahan, bila sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah IV:Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter / di konsultasikan atau ditangani bersama dengan tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh. Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini terhadap dignosis diidentifikasi merupakan atau atau kelanjutan masalah diantispasi, pada manajemen yang telah langkah ini informasi / data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagaian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Langkah VII : Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 52 terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis. 2. Pendokumentasian asuhan kebidanan dengan cara SOAP Menurut (Mangkuji, 2013; h.8) pendokumentasian asuhan kebidanan dengan cara SOAP yaitu : a) Subjektif Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis. Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (ekspresi mengenai kekhawatiran dan keluhannya). b) Objektif Pendokumentasian pemeriksaan hasil laboratorium pemeriksaan / fisik pemeriksaan klien, Hasil diagnostik lain. Informasi dari keluarga atau orang laian. c) Assesment Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) data subjektif dan data objektif. d) Planning Pendokumentasian tindakan dan evaluasi meliputi : asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling dan tindakan lanjut. C. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN DAN KOMPETENSI BIDAN 1. Landasan hukum kewenangan bidan Peraturan Mentri Kesehatan 1464/MENKES/PER/X/2010 yang Republik berisisi Indonesia Tentang nomor izin dan penyelenggaraan praktik bidan. Pada pasal 9 disebutkan bahwa Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi Pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan. Kemudian pelayanan kesehatan anak yang diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah. Memberikan pelayanan Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 53 kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana dengan memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Bidan dalam melakuakn tugasnya wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan kemudian ditunjukan ke puskesmas wilayah tempat praktek dikecualikan untuk bidan yang bekerja difasilitas pelayanan kesehatan. 2. Kompetensi Bidan Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan kematian ibu. Bidan harus mempunyai pengetahuan dan ketramilan dari ilmuilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga sehat, perencanaan kehamilan, dan kesiapan menjadi orang tua. Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi tanggap terhadap budaya setempat setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayi baru lahir. Bidan dapat memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya setempat. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai usia 1 bulan. Bidan memberikan asuhan yang bermut tinggi dan komprehensif pada bayi dan balita sehat. bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga dan kelompok. Bidan mampu Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 54 melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan system reproduksi (Konas, IBI ke XII). Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015