10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis
1. Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan di
definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamiln terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung selama 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2010; h. 213).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari ) dihitung
dari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu
triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua
dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh
sampai 9 bulan (Saifuddin, 2010; h. 89).
Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga kelangsungan
peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika seorang wanita
sudah mengalami pubertas yang di tandai dengan terjadinya menstruasi
(Hani, 2010; h. 21).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kehamilan terjadi akibat adanya pertemuan ovum dan sperma di dalam
ampula tuba, kemudian bernidasi pada endometrium uterus. Setiap ibu
hamil akan mengalami perubahan fisiologis baik secara fisik maupun
psikologis. Secara fisik ibu akan mengalami perubahan pada sistem
reproduksi, payudara, sistem endokrin, sistem kekebalan, sistem
perkemihan, sistem pencernaan, sistem musculoskeletal, sistem kardio
vaskuler, sistem integument, metabolism darah dan pembekuan darah
system pernafasan dan system persarafan.
10
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
11
a. Fisiologis kehamilan
Untuk mempelajari hasil konsepsi, sebaiknya terlebih dahulu
memahami ovum dan sperma.
a) Ovum
1) Bisa dibuahi jika sudah melewati proses oogenesis
2) Dikeluarkan oleh ovarium saat fase ovulasi, satu kali setiapsiklus
haid dan akan habis jika sudah masa menopouse.
3) Ovum mempunyai waktu hidup 24-48 jam setelah dikeluarkan
dari ovarium.
4) Mempunyai lapisan pelindung yaitu sel-sel granulosa dan zona
pellusida yang harus bisa di tembus oleh sperma untuk dapat
terjadi suatu kehamilan (Hani, 2011; h. 36).
b) Sperma
1) Dikeluarkan oleh testis dan peristiwa pematangannya disebut
spermatogenesis.
2) Jumlahnya akan berkurang, tetapi tidak akan habis seperti pada
ovum dan teta berproduksi meskipun pada lansia.
3) Kemampuan fertilisasi selama 2-4 hari, rata-rata 3 hari.
4) Terdapat 100 juta sperma pada setiap mililiter air mani yang
dihasilkan rata-rata 3 cc tiap ejakulasi.
5) Mengeluarkan enzim hialuronidase untuk melunakan korona
radiata atau sel-sel granulosa.
6) Mempunyai morfologi yang sempurna, yaitu kepala : berbentuk
lonjong agak gepeng berisi inti (nukleus), diliputi lagi oleh
akromosom dan membran plasma. Leher : menghubungkan
kepala dengan bagian kepala dan dapat bergetar sehingga
sperma dapat bergerak dengan cepat (Hani, 2011; h. 36).
c) Fertilisasi
Proses kehamilan dimulai dari fertilisasi yaitu bertemunya sel
telur dan sel sperma. Saat terjadi ejakulasi, kurang lebih 3 cc
sperma dikeluarkan dari organ reproduksi pria yang kurang lebih
berisi 300 juta sperma. Setelah masuk keorgan genetalia interna
wanita, sperma akan menghadapi beberapa rintangan antara lain :
lendir vagina yang bersifat asam, lendir serviks yang kental,
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
12
panjang uterus, serta silia yang ada dituba fallopi. Untuk bisa
menghadapi rintangan tersebut, maka sperma harus mempunyai
akrosom dan melewati proses kapasitasi. Sedangkan ovum akan
dikeluarkan dari ovum sebanyak satu setiap bulan, ditangkap oleh
fimbriae dan berjalan menuju tuba fallopi. Tempat bertemunya ovum
dan sperma paling sering adalah didaerah ampula tuba (Hani, 2011;
h.37).
d) Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi 2 sel ( 30 jam) , 4 sel,
8 sel sampai dengan 16 sel disebut blastomer (3 hari) dan
membentuk sebuah gumpalan bersusun longgar. Setelah tiga hari
sel-sel tersebut akan membelah membentuk buah arbei dari 16 sel
disebut morula (4 hari). Saat morula memasuki rogga rahim, cairan
mulai menembus zona pellusida masuk ke dalam ruang antar sel
yang ada di masa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel
menyatu dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga atau blastokel
sehingga disebut blastokista (41/2 - 5 hari). Sel yang bagian dalam
disebut embrioblas dan sel di luar disebut trofoblas. Zone pellusida
akhirnya menghilang sehingga trofoblas dapat memasuk dinding
rahim (endomentrium) dan siap berimplantasi (51/2-6 hari) dalam
bentuk blastokista tingkat lanjut (Hani, 2011; h.38).
e) Nidasi / Implantasi
Nidasi atau implantasi adalah penanaman sel telur yang sudah
di buahi (pada stadium blastokista) ke dalam dinding uterus pada
awal kehamilan. Blastokista tingkat lanjut di selubungi oleh suatu
simpai disebut trofoblast yang mampu menghancurkan dan
mencairkan jaringan. Ketika blastokista mencapai rongga rahim,
jaringan endomentrium berada dalammasa sekresi. Jaringan
endomentrium ini banyak mengandung sel-sel desidua yaitu sel-sel
besar yang banyak mengandung glikogen, serta mudah di
hancurkan oleh trofoblast. Blastula dengan bagian yang berisi masa
sel dalam akan mudah masuk ke dalam desidua,menyebabkan luka
kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Itulah sebabnya,
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
13
terkadang saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua
yang di sebut dengan tanda Hartman (Hani, 2011; h.38).
Secara klinis tanda-tanda kehamilan dapat di bagi dalam 3 kategori
yaitu tanda tidak pasti , tanda mungkin kehamilan dan tanda pasti
kehamilan.
a. Tanda tidak pasti
1) Amenorhea
Seorang wanita dalam masa mampu hamil, apabila sudah kawin
mengeluh terlambat haid, maka pikirkan bahwa dia hamil,
meskipun keadaan stres, obat-obatan, penyakit kronis dapat ula
mengakibatkan terlambat haid (Kusmiyati, 2010; h. 97).
2) Mual dan Muntah (morning sickness)
Mual dan muntah merupakan gejala umum, mulai dari rasa tidak
enak sampai muntah yan berkepanjangan. Untuk mengatasinya
penderita perlu diberi makan-makanan yang ringan, mudah
dicerna dan jangan lupa menerangkan bahwa keadaan ini masih
dalam batas normal orang hamil (Kusmiyati, 2010; h. 98).
3) Keluhan Kencing
Frekuensi kencing bertambah dan sering kencing di malam hari,
disebabkan karena desakan uterus yang membesar dan tarikan
oleh uterus ke kranial (Kusmiyati, 2010; h. 98).
4) Konstipasi
Terjadi karena efek relaksasi progesteron atau dapat juga karena
perubahan pola makan sehingga menghambat peristaltik usus
atau tonus otot menurun dan menyebabkan kesulitan untuk BAB
(Kusmiyati, 2010; h. 98).
5) Perubahan Berat Badan
Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan berat badan,
karena nafsu makan menurun dan muntah-muntah. Pada bulan
selanjutnya berat badan akan selalu meningkat sampai stabil
menjelang aterm (Kusmiyati, 2010; h. 98).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
14
6) Perubahan Temperatur Basal
Kenaikan temperatur basal lebih dari 3 minggu biasanya
merupakan tanda telh terjadinya kehamilan (Kusmiyati, 2010; h.
98)
7) Perubahan Payudara
Akibat stimulasi prolaktin dan HPL, payudara mensekresi
kolostrum, biasanya setelah kehamilan lebih dari 16 minggu
(Kusmiyati, 2010; h. 99).
b. Tanda-tanda mungkin
1) Terjadi pembesaran abdomen
Perubahan perut menjadi nyata setelah minggu ke-16,
karena pada saat itu uterus telah keluar dari rongga pelvis dan
menjadi organ rongga perut (Kusmiyati, 2010; h. 99).
2) Perubahan Pada Uterus
Uterus mengalami perubahan pada ukuran, bentuk dan
konsistensi. Uterus berubah menjadi lunak, bentuk globular.
Teraba ballotement, tanda ini muncul pada minggu ke-16
hingga ke-20, setelah rongga rahim mengalami obliterasi dan
cairan amnion cukup banyak. Ballotement adalah tanda ada
benda terapung/melayang dalam cairan (Kusmiyati, 2010; h. 99).
3) Tanda Piskacek’s
Terjadi pertumbuhan yang asimetris pada bagian uterus yang
dekat dengan implantasi plasenta (Kusmiyati, 2010; h. 99).
4) Perubahan-Perubahan Pada Serviks
a. Tanda Hegar
Pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena
terjadinya oedema dari cervix dan hiperplasia kelenjarkelenjar cervix, sehingga cervix menjadi lunak (Kusmiyati,
2010; h. 99).
b. Tanda Goodell’s
Diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Serviks terasa
lebih lunak (Kusmiyati, 2010; h. 100).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
15
c. Tanda Chadwick
Pembuluh darah dinding vagina bertambah hingga warna
selaput lendirnya biru (Kusmiyati, 2010; h. 100).
d. Tanda Mc Donald
Fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah di difleksikan
satu sama lain dan tergantung pada lunak tidaknya jaringan
isthmus (Kusmiyati, 2010; h. 100).
e. Kontraksi Uterus
Tanda ini muncul belakangan dan pasien mengeluh
perutnya kencang, tapi tidak disertai rasa sakit (Kusmiyati,
2010; h. 101).
c. Tanda pasti kehamilan
1) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Dapat di dengar dengan menggunakan stetoskop laenec
pada minggu 17-18. Pada orang gemuk, lebih lambat. Dengan
stetoskop ultrasonik (doppler), DJJ dapat didengarkan lebih awal
lagi, sekitar minggu ke-12. Melakukan auskultasi pada janin bisa
juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain seperti bising tali
pusat, bising uterus dan nadi ibu (Kusmiyati, 2010; h. 101).
2) Palpasi
Harus di tentukan outline janin. Biasanya menjadi jelas
setelah minggu ke-22. Gerakan janin dapat dirasakan dengan
jelas setelah minggu ke-24 (Kusmiyati, 2010; h. 101).
b. Perubahan fisiologis janin
Sejak konsepsi perkembangan konseptus terjadi sangat cepat
yaitu zigot mengalami pembelahan menjadi morula yang terdiri atas 16
sel blastomer, kemudian menjadi blastokis yang terdapat cairan di
tengah yang mencapai uterus, kemudian sel-sel mengelompok,
berkembang menjadi embrio sampai minggu ke-7. Setelah minggu ke10 hasil konsepsi disebut janin (Rukiyah, 2009; h. 24).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
16
c. Perubahan Fisiologis pada ibu hamil
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita
mengalami perubahan yang mendasar, sehingga dapat menunjang
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam
perkembangannya
mengeluarkan
hormon
somatomamotropin,
esterogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada :
a) Rahim atau Uterus
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram
akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi
seberat 100 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami
hyperplasia dan hipertropi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat
mengikuti
pembesaran
rahim
karena
pertumbuhan
janin
(Prawirohardjo, 2009; h. 175).
b) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks mengalami peningkatan
pembuluh darah karena pengaruh esterogen, sehingga tampak
makin merah dan kebiru-biruan (Prawirohardjo, 2009; h. 177).
c) Ovarium (Indung Telur)
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung
korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai
terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu
(Prawirohardjo, 2009; h. 178).
d) Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia
terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva,
sehingga pada vagina akan terlihat berwarna kebiru-biruan yang di
kenal dengan tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan
mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari selsel otot polos (Prawirohardjo, 2009; h. 178).
e) Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai
daerah payudara dan paha. Perubahan ini di kenal dengan nama
striae gravidarum.
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
17
Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya
(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut
dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran
yang bervariasi pada wajah dan leher yang di sebut chloasma atau
melasma gravidarum.
Selain itu pada aerola dan derah genital juga akan terlihat
pigmentasi yang berlebihan. Perubahan ini di hasilkan dari
cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal yang
penyebab pastinya belum di ketahui (Prawirohardjo, 2009; h. 179).
f) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah
ukuranya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting
payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak, setelah bulan
pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut dengan
kolostrum dapat keluar. Perkembangan payudara tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu esterogen,
progesteron (Prawirohardjo, 2009; h. 179).
g) Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah,
dan cairan ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat
badan akan bertambah 12,5 kg (Prawirohardjo, 2009; h. 180).
h) Sirkulasi Darah
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya,
meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim,
terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi
retro-plasenter, dan pengaruh hormon esterogen dan progesteron
makin meningkat. Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa
perubahan peredaran darah yaitu :
a). Volume darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum
darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
18
semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya
pada umur hamil 32 minggu. Volume darah bertambah sebesar
25 sampai 30 % sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%
(Prawirohadjo, 2009; h. 182).
b). Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya sekitar 20%
untuk dapat meningkatkan pertumbuhan janin dalam rahim,
tetapi
pertambahan
sel
darah
tidak
seimbang
dengan
peningkatan volume darah, sehingga terjadi hemodilusi yang
disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan
mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan
anemia fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi dan
dapat mencapai 4 kali dari angka normal (Prawirohardjo, 2009;
h. 183).
i) Sistem Respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk
dapat memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan
diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur
kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan
rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas
lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya (Prawirohardjo,
2009; h. 184).
j) Sistem Pencernaan
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron
yang meningkat.
Selain ituperut kembung juga terjadi karena
adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang
mendesak
organ-organ
dalam
perut
khususnya
saluran
pencernaan, usus besar. Pada kehamilan sering terjadi hemorroid
akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena dibawah uterus.
Panas perut terjadi karena aliran balik asam gastrik kedalam rongga
esophagus bagian bawah (Kusmiyati, 2010; h. 66).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
19
d. Perubahan, ketidaknyamanan dan kebutuhan psikologis ibu hamil.
Perubahan, ketidaknyamanan dan kebutuhan psikologis ibu hamil.
1) Trimester pertama
Trimester pertama di mulai dari konsepsi sampai umur kehamilan
3 bulan (0-12 minggu). Pada trimester ini mulai muncul berbagai
macam ketidaknyamanan seperti mual muntah, keluhan kencing
dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan
psikologis seperti :
a)
Ibu memebenci kehamilannya, merasa kecewa, penolakan
kecemasan dan kesedihan.
b)
Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil
dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering
kali memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya.
c)
Hasrat untuk melakukan seks berbeda-beda setiap wanita. Ada
yang meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami
penurunan. Pada wanita yang mengalami penurunan libido,
akan menciptakan suatu kebutuhan untuk berkomunikasi scara
jujur dan terbuka dengan suaminya.
d)
Bagi suami sebagai calon ayah akan timbul rasa bangga.
Tetapi bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk
mencari nafkah bagi keluarga (Hani, 2010; h. 68).
2) Trimester kedua
Trimester kedua di mulai umur kehamilan 12 minggu sampai 28
minggu. Pada trimester ini ibu dapat merasakan gerakan janin, ibu
akan merasa sehat sudah terbiasa dengan kadar hormon yang
tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan sudah mulai
berkurang. Ibu sudah dapat menerima kehamilannya dan dapat
mulai menggunakan energi dan pikiranya secara lebih konstruktif.
Banya ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa
ketidaknyamanan seperti yang di rasakan pada trimester pertama
dan merasakan meningkatnya libido (Hani, 2010; h. 68).
3) Trimester ketiga
Trimester ketiga di mulai umur kehamilan 28 sampai 40 minggu,
pada trimester ini disebut dengan periode menunggu dan waspada
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
20
karena ibu sudah tidak sabar menunggu kehadiran bayinya.
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang
mengingatkan ibu akan bayinya.
Pada trimester ini rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul
kembali dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Selain
itu ibu juga merasa sedih karena akan berpisah dengan bayinya,
dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Ibu
memerlukan ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga , serta
bidan. Trimester ini juga saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi
dan menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga apakah bayi
mereka laki-laki atau perempuan dan akan mirip dengan siapa.
Bahkan sudah mulai memilih nama untuk bayinya (Hani, 2010; h.
69).
e. Kebutuhan dasar ibu hamil
a) Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusiatermasuk
ibu hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat
hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen
pada ibu akan berpengarauh pada bayinya yang di kandung. Untuk
mencegah hal tersebut maka ibu hamil perlu :
a) Latihan nafas melalui senam hamil
b) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi dan miring kiri
c) Makan tidak terlalu banyak
d) Kurangi atau hentikan merokok
e) Konsultasi dengan dokter bila ada kelainan atau gangguan
pernafasan seperti asma (Kusmiyati, 2010; h. 103).
b) Nutrisi dalam kehamilan
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung
nilai gizi dan bermutu tinggi. Gizi yang di butuhkan ibu selama hamil
yaitu 300 kalori perhari. Ibu hamil seharusnya mengkonsumsi
makanan yang mengandung protein, zat besi, minum yang cukup
cairan, dan tambahan vitamin (Kusmiyati, 2010; h. 103).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
21
c) Personal Hygiene
Kebersihan harus di jaga pada masa hamil, mandi di anjurkan
setidaknya
dua
kali
sehari
karena
ibu
hamil
cenderung
mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama
pada lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia).
Menjaga kebersihan gigi dan mulut, agar tidak mudah terjadi gigi
berlubang, caries gigi dan bau mulut (Kusmiyati, 2010; h. 105).
d) Pakaian selama kehamilan
Pada dasarnya ibu hamil boleh memakai pakaian apa saja yang
terpenting baju yang di pakai ibu tidak ketat dan bahannya yang
mudah
menyerap
keringat.
Kemudian
payudara
di
topang
menggunakan BH yang memadai untuk mengurangi rasa tidak enak
karena pembesaran dan kecenderungan menjadi pendulans
(Kusmiyati, 2010; h. 105).
e) Eliminasi
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan
cukup lancar, dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal,
sehingga daerah kelamin menjadi lebih basah. Situasi basah ini
menyebabkan jamur (trikomonas) tumbuh sehingga wanita hamil
mengeluh gatal dan mengeluarkan keputihan. Untuk itu ibu hamil di
anjurkan untuk mengganti celana dalamnya jika sudah basah.
Akibat
pengaruh
progesteron,
tonusnya
menurun,
akibatnya
otot-otot
motilitas
tractus
saluran
digestivus
pencernaan
berkurang dan menyebabkan obstipasi. Untuk mengatas hal itu ibu
hamil di anjurkan untuk minum lebih dari 8 gelas perhari (Kusmiyati,
2010; h. 105).
f) Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus di perbolehkan sampai
akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya
tidak berhubunga seks selam 14 hari menjelang kelahiran,
(Kusmiyati, 2010; h. 106).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
22
g) Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan aktifitas fisik biasa selama tidak
terlalu melelahkan seperti menyapu, mengepel, memasak dan
mengajar (Kusmiyati, 2010; h. 107).
h) Senam hamil
Ibu hamil perlu menjaga kesehatan tubuhnya dengan cara
berjalan-jalan di pagi hari, berenang, olahraga ringan dan senam
hamil (Kusmiyati, 2010; h. 108).
i) Istirahat
Ibu hamil di anjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur
khususnya seiring dengan kemajuan kehamilannya (Kusmiyati,
2010; h. 124).
j) Imunisasi
Menurut (Kusmiyati, 2010; h. 125) di indonesia vaksinasi
terhadap tetanus (TT) diberikan 2 kali, sebaiknya setelah bulan
ketiga dengan jarak sekurang-kurangnya 4 minggu. Vaksiasi kedua
sebaiknya diberikan kurang dari 1 bulan sebelum anak lahir agar
serum antitetanus mencapai kadar optimal.
Tabel 2.1 Jadwal imunisasi TT
Antigen
Interval
TT 1
Pada kunjungan
antenatal pertama
4 Minggu setelah
TT1
6 bulan setelah TT
2
1 tahun setelah TT
3
1 tahun setelah TT
4
TT 2
TT 3
TT 4
TT 5
Lama
Perlindungan
% perlindungan
3 tahun
80
5 tahun
95
10 tahun
99
25 tahun/ seumur
hidup
-
-
k) Travelling
Ibu hamil diperbolehkan untuk berpergian selama ia telah
mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya
selama dalam perjalanan dan kondisi kesehatan fisik ibu cukup baik
(Kusmiyati, 2010; h. 125).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
23
l) Persiapan laktasi
Wanita yang hamil biasanya semangat membahas rencana
pemberian makan pada bayi baru lahir. Air susu ibu adalah
makanan yang di pilih dan menyusi dikaitkan dengan penurunn
insiden morbiditas dan mortalitas perinatal (Kusmiyati, 2010; h.
125).
m) Persiapan persalinan dan kelahiran bayi
Menjelang persiapan persalinan sebagian besar wanita merasa
takut menghadapi persalinannya terutama bagi yang baru pertama
kali melahirkan. Disinilh pembinaan hubungan antara penolong dan
ibu saling mendukung dengan penuh kesabaran, sehingga
persalinan dapat berjalan dengan lancar (Kusmiyati, 2010; h. 126).
n) Memantau kesejahteraan janin
Melakukan pemeriksaan kesejahteraan janin dalam rahim.
Dengan pemantauan denyut jantung bayi menggunakan alat-alat
canggih seperti doppler (Kusmiyati, 2010; h. 127).
o) Kunjungan ulang
Pada umumnya kunjungan ulang dijadwalkan tiap 4 minggu
sampai umur kehamilan 28 minggu. Selanjutnya tiap 2 minggu
sampai umur kehamilan 36 minggu dan seterusnya tiap minggu
sampai bersalin (Kusmiyati, 2010; h. 129).
p) Pekerjaan
Seorang ibu hamil boleh mengerjakan pekerjaan sehari-hari asal
hal tersebut tidak memberikan gangguan rasa tidak
enak
(Kusmiyati, 2010; h. 129).
f. Tanda bahaya pada kehamilan.
1) Perdarahan pada kehamilan muda
Perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan sebelum 24
minggu. Perdarahan ini di sebabkan oleh abortus, kehamilan
ektopik, atau molahidatidosa.
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
24
a) Pengertian Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibatakibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia
22 minggu (Kusmiyati, 2010; h. 154).
b) Kehamilan ektopik
Kehamilan yang terjadi di luar rahim, misalnya dalam tuba,
ovarium, rongga perut, serviks atau dalam tanduk rudimenter
rahim, kehamilan ektopik dikatakan terganggu apabila berakhir
dengan abortus atau ruptur tuba (Kusmiyati, 2010; h. 158).
c) Mola Hidatidosa
Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi
hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi
proliferasi dari villi korialis disertai dengan degenerasi hidrofik
(Kusmiyati, 2010; h. 159).
2) Perdarahan pada usia lanjut
Perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan setelah 24 minggu.
Tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam
kehamilan lanjut adalah :
a) Perdarahan pervaginam
Perdarahan antepartum/ perdarahan pada kehamilan lanjut
adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan
sampai bayi di lahirkan. Jenis perdarahan antepartum :
a. Plasenta previa
Plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi
sebagian /seluruh ostiun uteri internum (Kusmiyati, 2010; h.
163).
b. Solutio plasenta
Lepasnya plasenta sebelum waktunya (Kusmiyati, 2010; h.
164).
b) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat disertai dengan pandangan kabur merupakan gejala
preeklamsia berat (Kusmiyati, 2010; h. 165-166).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
25
c) Penglihatan kabur
Pengaruh
hormonal,
ketajaman
penglihatan
ibu
dapat
berubah dalam kehamilan. Perubahan penglihatan ini mungkin
disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin menandakan preeklamsia (Kusmiyati, 2010; h. 166).
d) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan dan kaki
Merupakan masalah yang serius apabila muncul pada muka
dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan
keluhan fisik lainnya. Hal ini bisa merupakan tanda-tanda
anemia, gagal jantung dan pre-eklamsi (Kusmiyati, 2010; h. 166).
e) Keluar cairan pervaginam
Keluarnya cairan air dari vagina pada trimester 3. Ketuban
dinyatakan
pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada
kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun
pada kehamilan aterm (Kusmiyati, 2010; h. 167).
f) Nyeri perut bagian bawah
Nyeri perut yang bersifat menetap tidak hilang setelah
beristirahat. Hal ini bisa berhubungan dengan apendiciti,
kehamilan ektopik, aborsi, radang panggul, penyakit kantung
empedu (Kusmiyati, 2010; h. 168).
g) Gerakan janin tidak terasa
Normalnya ibu merasakan gerakan janin pda bulan ke 5 atau
ke 6 usia kehamilan. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah.
Gerakan janin sangat terasa pada saat ibu istirahat, makan,
minum, dan berbaring. Biasnya bayi bergerak paling sedikit 3x
dalam periode 3 jam (Kusmiyati, 2010; h. 168).
g. Asuhan antenatal
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan
kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal
melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.
Alasa penting untuk mendapatkan asuhan antenatal yaitu :
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
26
1) Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas
kesehatan
2) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
dikndungnya.
3) Memperoleh
informasi
dasar
tentang
kesehatan
ibu
dan
kehamilanya.
4) Mengidentifikasi dan melaksanakan kehamilan resiko tinggi.
5) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga
kualitas kehamilan dan merawat bayi.
6) Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan
keselamatan
ibu
hamil
dan
bayi
yang
dikandungnya (Prawirohardjo, 2009; h. 278).
a) Asuhan kehamilan kunjungan awal
Kunjungan awal harus seawal mungkin meliputi :
1. Anamnesis.
a) Menanyakan data umum pribadi seperti nama, usia, alamat,
pekerjaan ibu/suami, lama menikah, kebiasaan yang dapat
merugikan kesehatan.
b) Keluhan saat ini : jenis dan sifat gangguan yang di rasakan
ibu. Lamanya mengalami gangguan tersebut.
c) Riwayat haid : HPHT, usia kehamilan dan taksiran persalinan.
d) Riwayat kehamilan dan persalinan : asuhan antenatal,
persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya. Cara persalinan,
jumlah dan jenis kehamilan anak hidup, berat badan lahir,
cara pemberian asupan bagi bayi yang di lahirkan, informasi
dan saat persalinan atau keguguran terakhir.
e) Riwayat kehamilan saat ini : identifikasi kehamilan, identifikasi
penyulit (preklamsia atau hipertensi dalam kehamilan),
penyakit lain yang di derita, gerakan bayi dalam kandungan.
f) Riwayat
penyakit
dalam
keluarga
:
diabetes
militus,
hipertensi, kehamilan kembar dan kelainan bawaan.
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
27
g) Riwayat penyakit ibu : penyakit yang pernah di derita,
kardiovaskuler, DM, asma, hipertensi, malaria, HIV/AIDS
(Prawirohardjo, 2009; h.279-280).
2. Pemeriksaan fisik.
1) Memeriksa keadaan umum : TTV, pemeriksaan
jantung paru, pemeriksaan payudara.
2) Pemeriksaan Abdomen :
a)
Inspeksi : bentuk dan ukuran abdomen, perut bekas
operasi, tanda-tanda kehamilan, gerakan janin varises
atau pelebaran vena, hernia, dan edema.
b)
Palpasi : tinggi fundus, punggung bayi, dan presentasi,
sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas
panggul.
c)
Auskultasi : 10 minggu dengan doppler, 20 minggu
dengan feteskop pinard (Prawirohardjo, 2009; h. 280281).
3. Pemeriksaan laboratorium.
Analisis urin rutin, analisis tinja rutin, Hb, golongan darah,
hitung jenis sel darah, gula darah, hepatitis B, antibodi rubela,
HIV/VDRL (Prawirohardjo, 2009; h. 281).
4. Pemeriksaan tambahan lain untuk memperoleh data (parameter)
dasar seperti USG rutin yang dilakukan dari umur kehamilan 1822 minggu untuk mengidentifikasi kelainan janin (Prawirohardjo,
2009; h. 281).
b) Asuhan kehamilan Kunjungan Ulang
Asuhan pada kunjungan ulang merupakan kunjungan antenatal
yang dilakukan setelah kunjungan pertama sampai memasuki masa
persalinan. Kunjungan ulang memiliki tujuan yaitu :
1) Mendeteksi adanya komplikasi – komplikasi pada kehamilan.
2) Mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan.
3) Pemeriksaan fisik yang terfokus (Kusmiyati, 2010; h. 137).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
28
2. Persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal
dalam
kehidupan.
Persalinan
merupakan
proses
membuka
dan
menipisnya serviks, dan janin turun kejalan lahir. Dengan demikian dapat
di katakan bahwa persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari
kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi ( janin,
plasenta, ketuban, dan cairan ketuban ) dari uterus kedunia luar melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan
sendiri (Sumarah, 2008; h.1).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa ada
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2010; h. 100).
Persalinan
adalah
rangkaian
proses
yang
berakhir
dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini di mulai dengan kontraksi
persalinan sejati, yang di tandai oleh perubahan progesif pada serviks,
dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008; h. 672).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat di simpulkan bahwa
persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepalayang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi dikeluarkan
sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang
nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk
melahirkan bayi.
a. Fisiologis persalinan
Proses persalinan dapat terjadi dengan adanya perubahan hormon
ekstrogen, progesteron, prostaglandin, uterus yang menjadi besar dan
meregang, tekanan ganglion cervicale dan penurunan fungsi plasenta.
Selain itu juga dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
29
1)
Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,
dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Janin
harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang
relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus
ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Bidang – bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman
untuk menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh
penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam / vagina toucher
(VT).
Adapun bidang hodge sebagai berikut :
Hodge I :
bidang yang setinggi pintu atas panggul (PAP) yang di
bentuk oleh promontorium, artikulasio, sakro-iliaka,
sayap sacrum, linea inominata, ramus superior os
pubis, tepi atas simfisis pubis.
Hodge II : bidang setinggi pinggir bawah sympisis pubis berhimpit
dengan PAP (hodge I).
Hodge III : bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan PAP
(hodge I).
Hodge IV : bidang setinggi ujung os soccygis berhimpit dengan
PAP (hodge I) (Sumarah, 2009; h. 23).
2) Passenger (janin dan plasenta)
Passanger
atau
janin
bergerak
sepanjang
jalan
lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala
janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin (Sumarah, 2009; h.
35).
3) Power (kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi
involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan
janin dan plasenta dari uterus (Sumarah, 2008. h. 42).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
30
b. Sebab-sebab mulainya persalinan
Terjadinya
persalinan
belum
diketahui
dengan
pasti,
dan
menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya
kekuatan his. Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan :
1) Hormon Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan
memudahkan
penerimaan
rangsangan
dar
luar
seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan
mekanis (Sumarah, 2009; h. 2).
2) Hormon Progesteron
Berfungsi menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan
prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim
dan otot polos relaksasi.
Pada kehamilan kedua hormon tersebut berada dalam
keadaan yang seimbang, sehingga kehamilan bisa di pertahankan.
Perubahan keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan
oksitosin yang di keluarkan oleh hipofise parst posterior dapat
menimbulkan kontraksi dalam bentuk braxton hicks. Kontraksi ini
akan menjadi kekuatan yang dominan pada saat persalinan
dimulai, oleh karena itu makin tua kehamilan maka frekuensi
kontraksi semakin sering. Beberapa teori yang memungkinkan
terjadinya proses persalinan (Sumarah, 2009; h. 2).
a) Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu. Setelah melewati batas waktu terebut terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai (Sumarah, 2009;
h. 3).
b) Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh
darah mengalami penyempitan dan produksi progesteron
mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif
terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
31
setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu
(Sumarah, 2009; h. 3).
c) Teori Oksitosin internal
Perubahan keseimbangan eksterogen dan progesteron
dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering
terjadi kontraksi. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat
tuanya
kehamilan
maka
oksitosin
dapat
meningkatkan
aktivitas, sehingga persalinan dimulai (Sumarah, 2009; h. 3).
d) Teori Prostaglandin
Konsentrasi
prostaglandin
meningkat
sejak
umur
kehamilan 15 minggu, yang di keluarkan oleh desidua.
Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan (Sumarah,
2009; h. 3).
e) Teori berkurangnya nutrisi
Berkurangnya
nutrisi
pada
janin
dikemukakan
oleh
Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin
berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan
(Sumarah, 2009; h. 4).
f)
Faktor lain
Memecahkan ketuban yang bertujuan untuk mengurangi
keregangan otot rahim, sehingga kontraksi segera dapat
dimulai. Persalianan dengan tidndaka operasi, dengan
tindakan bedah seksio sesarea (Sumarah, 2009; h. 4).
c. Tanda-tanda persalinan
Menurut (Sumarah, 2009; h. 21) persalinan patut di curigai jika
setelah usia kehamilan 22 minggu keatas, ibu merasa nyeri pada
abdomen
berulang
yang
disertai
dengan
cairan
lendir
yang
menandung darah atau show. Untuk mendiagnose persalinan harus
memastikan perubahan serviks dan kontraksi yang cukup.
1)
Perubahan serviks, kepastian persalinan dapat ditentukan hanya
jika seviks secara progesif menipis dan membuka.
2)
Kontraksi yang cukup / adekuat, kontraksi dianggap adekuat jika :
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
32
a.
Kontraksi terjadi teratur, minimal 3 kali dalam 10 menit setiap
kontraksi berlangsung sedikitnya 40 detik.
b.
Uterus mengeras selama kontraksi, sehingga tidak bisa
menekan uterus dengan menggunakan jari tangan.
Tabel 2.2 Karakteristik persalinan sesungguhnya dan persalinan semu
Persalinan sesungguhnya
Serviks menipis dan membuka
Rasa nyeri dan interval teratur
Interval antara rasa nyeri yang secara
perlahan semakin pendek
Waktu dan kekuatan kontraksi
semakin bertambah
Rasa nyeri terasa di bagian belakang
dan menyebar ke depan
Dengan berjalan bertambah intensitas
Ada
hubungan
antara
tingkat
kekuatan kontraksi dengan intensitas
nyeri
Lendir darah sering tampak
Adanya penurunan bagian kepala
janin
Kepala janin sudah terfiksasi di PAP
diantara kontraksi
Pemberian obat penunjang, tidak
menghentikan
proses
persalinan
sesungguhnya
Persalinan semu
Tidak ada perubahan pada serviks
Rasa nyeri tidak teratur
Tidak ada perubahan interval antara
rasa nyeri yang satu dengan yang lain
Tidak ada perubahan pada waktu dan
kekuatan kontraksi
Kebanyakan rasa nyeri di depan
Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan
berjalan
Tidak ada hubungan antara tingkat
kekuatan kontraksi uterus dengan
intensits rasa nyeri
Tidak ada lendir darah
Tidak ada kemajuan penurunan bagian
terendah janin
Kepala belum masuk PAP walaupun ada
kontraksi
Pemberian obat penenang yang efisien
menghentikan
rasa
nyeri
pada
persalinan semu
d. Tahapan persalinan
Persalinan di bagi menjadi 4 tahap. Pada kala I dinamakan kala
pembukaan dimana serviks membuka dari 0 sampai 10 cm. kala II di
sebut juga kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan
mengedan, janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III di sebut
kala urie, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV
mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian, dalam kala IV
diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum (Sumarah, 2008; h.
5-8).
1)
Persalinan kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada
permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga ibu masih dapat berjalan-jalan. Pada kala I berlangsung
kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase yaitu fase
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
33
laten (8 jam) dari pembukaan 0 sampai pembukaan serviks 3 cm,
dan fase aktif (7 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai
pembukaan serviks 10 cm. dalam fase ini masih di bagi menjadi 3
fase yaitu fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan
3 cm menjadi 4 cm. fase dilatasi maksimal, yaitu fase dalam waktu
2 jam pembukaan berlangsung sanagt cepat, dari pembukaan 4
cm menjadi 9 cm, dan fase deselerasi, dimana pembukaan
menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm
menjadi 10 cm. kontraksi lebih kuat dan lebih sering pada fase
aktif (Sumarah, 2009; h. 5).
2)
Persalinan kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat,
kurang lebih 2-3 menit sekali. Wanita/ ibu merasa adanya tekanan
pada rektum dan seperti akan buang air besar. Kemudian perinium
menonjol dan menjadi lebar dengan membukanya anus. Labia
mulai membuka dan tidak lamakemudian kepala janin tampak
didepan vulva pada saat ada his. Dengan kekuatan his dan
megedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput
dibawah simpisis dan dahi, muka, dagu melewati perinium.
Setelah his istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk
mengeluarkan anggota badan bayi (Sumarah, 2009; h. 6).
3)
Persalinan kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir
uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.
Beberapa
menit
kemudian
uterus
berkontraksi
lagi
untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya (Sumarah, 2009; h. 7).
4)
Persalinan kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum. Observasi yang harus di lakukan pada kala IV adalah :
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
34
a) Tingkat kesadaran klien
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan
pernafasan.
c) Kontraksi uterus
d) Terjadinya perdarahan
Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak
melebihi 400 sampai 500 cc (Sumarah, 2009; h. 8).
e. Kebutuhan ibu selama persalinan
1.
Kebutuhan fisiologis
a) Oksigen.
b) Makan dan minum.
c) Istirahat selama tidak ada his.
d) Kebersihan badan terutama genetalia.
e) Buang air kecil dan buang air besar.
f) Pertolongan persalinan yang terstandar.
g) Penjahitan luka perinium jika perlu (Sumarah, 2009; h. 55).
2.
Kebutuhan rasa aman
a) Memilih tempat dan penolong persalinan.
b) Informasikan tentang proses persalinan atau tindakan yang
akan dilakukan.
c) Posisi tidur yang dikehendaki ibu.
d) Pendampingan oleh keluarga.
e) Pantauan selama persalinan.
f) Intervensi yang perlu dilakukan (Sumarah, 2009; h. 55).
3. Kebutuhan dicintai dan mencintai
a) Pendamping oleh suami atau keluarga.
b) Kontak fisik (memberikan sentuhan ringan).
c) Masase untuk mengurangi rasa sakit.
d) Berbicara dengan suara yang lemah, lembut serta sopan
(Sumarah, 2009; h. 55).
4. Kebutuhan harga diri
a) Merawat bayi sendiri dan menetekinya.
b) Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privacy ibu
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
35
c) Pelayanan yang bersifat empati dan simpati.
d) Informasi bila akan melakukan tindakan.
e) Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang
dilakukan (Sumarah, 2009; h. 55).
5. Kebutuhan aktualisasi diri
a) Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan.
b) Memilih pendamping selama persalinan.
c) Bounding and attachment.
d) Ucapan selamat atas kelahiran anaknya (Sumarah, 2009; h.
55).
f. Tujuan asuhan persalinan
Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi minmal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Dalam memberikan asuhan
persalinan kelahiran bayi yang bersih dan aman terdapat lima aspek
dasar yaitu :
1)
Membuat keputusan klinik
2)
Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
3)
Pencegahan infeksi
4)
Pencatatan (rekam medik)
5)
Rujukan.
Kelima aspek tersebut melekat pada setiap persalinan baik normal
maupun patologis. Dan akan selalu berlaku dalam penatalaksanaan
persalinan mulai dari kala I sampai kala IV termasuk penatalaksanaan
bayi baru lahir (Rukiyah, 2009; h.8-10).
3. Bayi baru lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dalam satu jam
pertama hingga usia 4 minggu dengan usia gestasi 37 hingga 42
minggu, berat badan lahir 2500-4000 gram, segera menangis dan tidak
ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat. Bayi kurang bulan
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
36
adalah bayi dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu (Muslihatun,
2010; h. 1).
Berat badan lahir adalah berat badan neonatus pada saat kelahiran,
ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir. Berat badan lahir
cukup (BBLC) adalah bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.
Berat badan lahir rendah (BBLR) dalah bayi dengan berat lahir 1500
sampai kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir sangat rendah
(BBLSR) adalah bayi dengan berat badan lahir 1000-1500 gram. Bayi
berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi lahir hidup
dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram (Muslihatun, 2010;
h.1).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir segera menangis, warna kulit kemerahan dan
gerakan aktif, bayi baru lahir normal dengan berat 2500-4000 gram
dengan usia gestasi 37-42 minggu.
a. Penilaian segera bayi baru lahir
Segera setelah bayi lahir lakukan penilaian awal yang dilakukan
oleh bidan yaitu dengan menilai :
a) Apakah bayi cukup bulan
b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur meconium
c) Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis
d) Apakah tonus otot bayi baik (Prawirohardjo, 2009; h. 349).
b. Asuhan segera setelah bayi lahir
a)
Nilai APGAR skor secara cepat
Tabel.2.3 nilai APGAR
Tanda
Appearance
Pulse
Grimace
Activity
0
Biru pucat, tungkai
biru
Tidak teraba
Tidak ada
Lemas/lumpuh
Respiratory
Tidak ada
1
Badan pucat
2
Semuanya merah
< 100
Lambat
Gerak
sedikit/fleksi
tungkai
Lambat, tidakteratur
> 100
Menangis kuat
Aktif/fleksi
tungkai
baik/reaksi melawan
Baik, menangis kuat
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
37
Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variable dinilai dengan
angka 0,1 dan 2, nilai tertinggi adalah 10, selanjutnya dapat
ditentukan keadaan bayi sebagai berikut :
1) Nilai 7-10 menunjukan bahwa bayi dalam keadaan baik
2) Nilai 4-6 menunjukan bayi mengalami depresi sedang dan
membutuhkan tindakan resusitasi
3) Nilai 0-3 menunjukan bayi mengalami depresi serius dan
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi (Walyani,
2015; h. 151).
b)
Usap lender atau darah pada wajah bayi untuk mencegah
hambatan jalan nafas terutama pada mulut dan hidung.
c)
Letakan bayi dengan handuk di atas perut ibu.
d)
Klem tali pusat dengan 2 buah klem pada jarak 2-3 cm dari
pangkal pusat bayi.
e)
Potong tali pusat diantara 2 klem sambil melindungi bayi, ikat
tali pusat.
f)
Jaga bayi tetap hangat
g)
Kontak dini dengan ibu.
c. Asuhan perawatan lanjutan
a)
Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir.
b)
Mencegah terjadinya hipotermia, bayi baru lahir harus segera
dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian
diletakan tertelungkup diatas dada ibu untuk mendapatkan
kehangatan dari dekapan ibu.
c)
Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil.
d)
Menghindari Kehilangan panas pada bayi baru lahir (Dewi,
2011; h. 3-4).
d. Ciri –ciri bayi baru lahir normal
a) Berat badan 2500-4000 gram.
b) Panjang badan 48-52 cm.
c) Lingkar dada 30-38 cm.
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
38
d) Frekuensi jantung pada menit pertama ± 180 x/menit kemudian
turun 120-160 x/menit.
e) Pernafasan pada menit-menit pertama ± 80 x/menit kemudian
turun 60-40 x/menit.
f)
Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup.
g) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
h) Kuku agak panjang dan lemas.
i)
Genetalia : perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora sedangkan pada laki-laki testis sudah turun, skrotum
sudah ada.
j)
Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
k) Reflek morrow sudah baik
l)
Refleks graps atau menggenggam sudah baik
m) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2011; h.
2).
e. Mekanisme kehilangan panas
Menurut (Muslihatun, 2010; h. 12-13) terdapat empat mekanisme
kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke
lingkungannya yaitu :
1) Konduksi
Panas di hantarkan dari tubuh bayi kebenda sekitarnya yang
kontak langsung dengan tubuh bayi. Contoh hilangnya panas
tubuh bayi secara konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas
timbangan, tangan penolong yang dingin memegang bayi baru
lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi
baru lahir (Muslihatun, 2010; h. 12).
2) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi keudara sekitarnya yang sedang
bergerak. Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi,
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
39
ialah membiarkan bayi baru lahir di ruang yang terpasang kipas
angin (Muslihatun, 2010; h. 13).
3)
Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke
lingkungan yang lebih dingin. Contoh bayi mengalami kehilangan
panas tubuh secara radiasi, ialah bayi baru lahir dibiarkan dalam
ruangan ber AC (Muslihatun, 2010; h.13).
4)
Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada
kecepatan dan kelembaban udara (Muslihatun, 2010; h. 13).
f. Kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
1) Perdarahan Tali Pusat
Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh trauma, ikatan
tali pusat yang longgar. Perdarahan tali pusat dapat disebabkan
oleh robekan umbilicus, tersayatnya dinding umbilicus atau
plasenta sewaktu seksio sesaria (Dewi, 2011; h. 9).
2) Asfiksia Neonaturum
Asfiksia neonaturum adalah keadaan dimana bayi baru lahir
tidak dapat/gagal bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir (Dewi, 2011; h. 9).
3) Kejang neonatus
Merupakan suatu gejala penting akan adanya penyakit lain
sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan susunan saraf
pusat (Dewi, 2011; h. 9).
4. Nifas
Masa nifas adalah masa pemulihan kembali, mulai dari pesalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama
masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 2011; h. 87).
Masa dari kelahiran plasenata dan selaput janin, hingga kembalinya
traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Periode pemulihan
berlangsung sekitar enam minggu (Varney, 2007; h. 958).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
40
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari
rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan (Suherni,
2009; h. 1).
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa masa
nifas adalah masa di mulai sejak bayi lahir serta plasenta lepas dan
keluar dari rahim, hingga kembalinya organ-organ kandungan wanita
seperti sebelum hamil yang membutuhkan waktu 6-8 minggu setelah
melahirkan.
a) Perubahan fisiologis masa nifas
1) Perubahan uterus
Menurut (Saleha, 2009; h. 54) terjadi perubahan pada uterus
yaitu :
Tabel 2.4 perubahan uterus
Infolusi
Bayi Lahir
Uri lahir
Satu minggu
Dua minggu
Enam minggu
Delapan minggu
Tinggi Fundus Uteri
Setinggi pusat
Dua jari bawah pusat
Pertengahan pusat simpisis
Tak teraba di atas simpisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
Berat uterus
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
2) lochea
Dari cavum uteri keluar cairan sekret disebut lochea. Ada
beberapa jenis lochea yaitu :
a) Lochea rubra
Lochea ini berwarna merah karena berisi darah segar dan
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa,
lanugo, dan meconium selama 2 hari pscapersalinan.
b) Lochea sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
yang
keluar
pada
hari
ke-3
sampai
hari
ke-7
pascapersalinan.
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
41
c) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi
pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pascapersalinan.
d)
Lochea alba
Lochea ini Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2
minggu.
e)
Lochea purulenta
Lochea ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
f)
Lochiotosis
Lochea ini tidak lancar keluarna (Saleha, 2009; h. 56).
3) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan plasenta desidua, dan selaput janin.
Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan
jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009; h.
56).
4) Serviks
Serviks menjadi sangat lembek, kendur, dan terkulai. Lubang
serviks lambat laun akan mengecil. Rongga leher serviks bagian
luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat
empat minggu postpartum (Saleha, 2009; h. 57).
5) Vagina
Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae
(lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali (Saleha, 2009; h.
57).
6) Payudara (Mamae)
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi
terjadi
secara
alami.
Proses
menyusui
mempunyai
dua
mekanisme fisiologis, yaitu produksi susu dan sekresi susu.
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
42
ASI pada hari pertama sampai hari ketiga di sebut ASI
colostrum, 4-7 hari dilanjutkan dengan ASI peralihan, kemudian
3-4 minggu dan seterusnya di sebut ASI matur (Saleha, 2009; h.
58).
7) Sistem endoktrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada sistem endoktrin, terutama pada hormon-hormon yang
berperan dalam proses tersebut.
a) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.
Isapan bayi saat menyusui dapat merangsang produksi ASI
dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali
kebentuk normal (Saleha, 2009; h. 60).
b) Prolaktin
Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui
bayinya kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan (Saleha, 2009;
h. 60).
c) Ekstrogen dan Progesteron
pada wanita yang menyusui dan tidak menyusi akan
mempengaruhi
lama
datangnya
menstruasi.
Seringkali
menstruasi pertama bersifat anovulasi yang dikarenakan
rendahnya kadar eksterogen dan progesteron (Saleha, 2009;
h. 60).
b) Tahapan masa nifas
1) Puerperium dini
Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial
Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kirakira antara 6-8 minggu (Walyani, 2015; h. 2-3).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
43
3) Remot puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama
apabila
ibu
selama
hamil
atau
persalinan
mempunyai komplikasi (Walyani, 2015; h.2-3).
c) Peran dan tanggung jawab bidan
1) Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan
komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6
hari, 2 minggu, dan 6 minggu.
2) Mengadakan kolaborasi antara orang tua dan keluarga.
3) Membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan
administrator (Suherni, 2009; h. 2).
d) Kebijakan program nasional masa nifas
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, juga telah
memberikan kebijakan dalam hal ini, sesuai dengan dasar
kesehatan pada ibu pada masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali
kunjungan pada masa nifas (Suherni, 2009; h. 3).
Tabel 2.5 Kunjungan masa nifas
Kunjungan
1
2
Waktu
6-8
jam
setelah
persalinan
6 hari setelah
persalinan
Tujuan
1.mencegah perdarahan, karena atonia
uteri.
2.mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan, rujuk bila perdarahan
lanjut.
3.memberikan konseling pada ibu atau
anggota keluarga cara mencegah
perdarahan karena atonia uteri
4.pemberian ASI awal
5.melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
6.menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi.
1.memastikan involusi uterus berjalan
normal. Uterus berkontraksi, fundus di
bawah
umbilikus,
tidak
ada
perdarahan abnormal.
2.menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau perdarahan abnormal.
3.memastikan ibu mendapat cukup
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
44
3
4
2
minggu
setelah
persalinan
6
minggu
setelah
persalinan
makanan, cairan, dan istirahat.
4.memastikan ibu menyusui dengan baik
dan benar.
5,memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi. Seperti
perawatan tali pusat, menjaga bayi
agar tetap hangat dan perawatan bayi
sehari-hari.
Sama seperti di atas (6 hari setelah
persalinan).
1.menanyakan
pada
ibu
tentang
penyulit-penyulit yang ibu alami dan
bayinya.
2.memberikan konseling KB secara dini.
3.menganjurkan/mengajak ibu membawa
bayinya keposyandu atau puskesmas
untuk penimbangan dan imunisasi.
5. Keluarga berencana
Dari data WHO (1990) di dapatkan bahwa di seluruh dunia terjadi
lebih dari 100 x 10 (6) senggama setiap harinya dan terjadi 1 juta
kelahiran baru per hari di mana 50% diantaranya tidak di rencanakan
dan 25% tidak di harapkan. Dari 150.000 kasus abortus yang terjadi
perhari, 50.000 di antaranya abortus ilegal dan lebih dari 500
perempuan meninggal akibat komplikasi abortus
tiap harinya. Dari
faktor tersebut, kita dapat membuat perencanaan keluarga untuk
menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan, dan tidak hamil lagi
(Prawirohardjo, 2011; h. 436).
Program KB adalah bagian terpadu dalam program pembangunan
nasiona dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi,
spiritual dan social budaya penduduk Indonesia agar dapat tercapai
keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional.
a. Tujuan keluarga berencana
Tujuan dari keluarga berencana adalah menciptakan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera. Sedangkan sasaran program KB
yaitu pasangan usia subur (sasaran langsung), dan pelaksana dan
pengelola program KB (sasaran tidak langsung) (Handayani, 2010;
h. 38).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
45
b. Macam-macam jenis kontrasepsi
1) Alat Kontrasepsi Dalam Kulit (AKDK)
Merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dibawah kulit.
efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk jadena, indoplant,
atau implanon. Kontrasepsi ini nyaman di pakai, dapat di pakai
oleh semua ibu dalam usia reproduksi. Kesuburan segera
kembali setelah implant di cabut. Pemasangan pencabutan
memerlukan pelatihan. Efek samping utama dari kontasepsi ini
berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan
amenorea. Kontrasepsi ini aman di pakai pada masa laktasi
(Saifudin, 2010; h. 53).
a) jenis implant
1. Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berrongga,
panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 cm, isinya 36mg
Levonorgestrel, dan lama penggunaannya 5 tahun.
2. Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur, panjang
kira-kira 40 mm diameter 2 mm, isi 68mg Keto-desogestrel,
dan lama penggunaan 3 tahun.
3. Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yan di isi
dengan 75mg Levonorgestrel dan lama penggunaan 3
tahun.
b) Cara kerja Implant yaitu lendir serviks menjadi kental.
Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga
sulit terjadi implantasi. Mengurangi transportasi sperma. Dan
menekan ovulasi.
c) Yang tidak boleh menggunakan implan yaitu Ibu yang sedang
hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum
jelas penyebabnya, ada benjolan atau kanker ayudara atau
riwayat kanker payudara, ibu yang memiliki riwayat hipertensi
ibu yang memiliki diabetes millitus.
d) Tempat pemasangan implant di lengan kiri dan sebelumnya
dilakukan anestesi lokal (Saifudin, 2010; h. 53).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
46
2) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat kontrasepsi dalam rahim merupakan alat kontrasepsi
paling banyak digunakan karena dianggap sangat efektif untuk
mencegah kehamilan dan memiliki manfaat yang relatif banyak
dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya. Penggunaan alat
kontrasepsi dalam rahim ini berjangka panjang yaitu 10 tahun :
CuT-380A. Haid menjadi lebih lama dan banyak, pemasangan
pencabutan memerlukan pelatihan. Dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduksi dan tidak boleh di pakai oleh
perempuan yang terpapar pada infeksi menular seksual (IMS)
(Saifudin, 2010; h. 2).
a) Jenis AKDR
AKDR CuT-380A. Ukurannya kecil, kerangka dari plastik
yang fleksibel, berbentuk T diselubungi oleh kawat halus yang
terbuat dari tembaga.
b) Cara Kerja AKDR yaitu menghambat kemampuan sperma
untuk masuk ke tuba falopi. Mempengaruhi fertilitas sebelum
ovum mencapai kavum uteri. AKDR bekerja terutama
mencegah sperma dan ovum bertemu. Memungkinkan untuk
mencegah implantasi telur dalam uterus.
c) Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR yaitu ibu yang
sedang hamil, perdarahan vagina yang tidak diketahui.
Sedang menderita infeksi alat genital. Tiga bulan terakhir
sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus
septik. Kelainan bawaan uterus yang abnormal. Penderita
TBC pelvik, kanker alat genital dan ukuran rongga rahim
kurang dari 5 cm (Saifudin, 2010; h. 2).
3) Kontrasepsi Pil
a) Mini Pil
Mini pil merupakan pil KB yang mengandung hormon
progesteron dalam dosis rendah. Jenis mini pil dalam
kemasan dengan isi 28 pil mengandung 75 mikro gram
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
47
desogestrel, mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil
mengandung 300 mikro gram levonogestrel.
Cara kerja mini pil yaitu menghambat ovulasi, mencegah
implantasi,
mengentalkan
lendir
serviks
sehingga
menghambat penetrasi sperma. Efektifitas mini pil yaitu
diminum setiap hari pada saat yang sama.
Kerugian mini pil yaitu membutuhkan biaya, mini pil harus
di minum pada waktu yang sama, angka kegagalan tinggi
apabila
penggunaannya
tidak
benar
atau sering
lupa
meminum mini pil.
Efek samping dari mini pil yaitu mual, pusing, perubahan
mood, berjerawat, depresi nyeri tekan payudara, gangguan
haid seperti perdarahan bercak dan haid tidak teratur
(Saifudin, 2010; h.48).
b) Pil Kombinasi
Pil kombinasi adalah pil yang mengandung hormone
eksterogen dan progesterone, sangat efektif bila diminum
setiap hari. Jenis pil kombinasi yaitu monofasik, bifasik, trifasik
yang terdiri dari 21 tablet. Cara kerja dari pil kombinasi yaitu
mengentalkan lendir serviks, menghambat kapasitas sperma,
menghambat perjalanan ovum/implantasi. Manfaat dari pil
kombinasi tidak mengganggu hubungan seksual, siklus haid
teratur, mudah dihentikan setiap saat.
Kelemahan
pil
kombinasi
antara
lain
mahal
dan
membosankan. Efek samping pusing, nyeri payudara, dapat
meningkatkan tekanan darah. Pil kombinasi tidak boleh
diberikan pada ibu menyusui, hamil dan diduga hamil,
penyakit hati akut, kanker payudara, riwayat kanker payudara,
riwayat DM dan riwayat hipertensi (Saifudin, 2010; h. 28).
4) Kontrasepsi Suntik
Menurut (Saifudin, 2010; h. 35) kontrasepsi suntik adalah
kontrasepsi yang sangat efektif, aman, dapat di pakai oleh
semua perempuan dalam usia reproduksi, kembalinya kesuburan
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
48
lebih lambat rata-rata 4 bulan, cocok untuk masa laktasi karena
tidak menekan produksi ASI. Kontrasepsi ini terdiri dari 2 jenis
yaitu :
a. Suntik Kombinasi (suntik 1 bulanan)
Suntik kombinasi merupakan suntikan yang diberikan tiap 1
bulan dengan penyuntikan secara IM, berisi 25 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat. Cara kerja KB ini adalah untuk
menekan ovulasi, lendir serviks menjadi kental dan sedikit
sehingga
sulit
ditembus
spermaprotozoa,
menghambat
transport ovum dalam tuba falopi.
Keuntungan
kontrasepsi
ini
yaitu
resiko
terhadap
kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada hubungan seksual,
tidak memerlukan pemeriksaan dalam, jangka panjang, efek
samping sangat kecil. Kerugian KB suntik 1 bulanan yaitu
terjadi perubahan pola haid, mual, sakit kepala, nyeri
payudara ringan dan dapat terjadi perubahan berat badan
(Saifudin, 2010; h. 34).
b. Suntik tribulan atau progestin (suntik 3 bulanan)
Kontrasepsi yang diberikan setiap 3 bulan dan diberikan
secara IM. Jenis kontrasepsi tribulan yaitu DMPA dan
Noristerat. Cara kerja dari kontrasepsi ini yaitu menghalangi
terjadinya ovulasi, menghambat penetrasi sperma melalui
serviks
uteri
dan
menghambat
implantasi
ovum
dan
endometrium. Efektifitasnya bila dilakukan secara teratur
sesuai dengan jadwal penyuntikan.
Keuntungan suntik 3 bulanan yaitu sederhana pemakainya,
dapat
digunakan
menurunkan
krisis
pada
ibu
anemia,
yang
dapat
menyusui
mencegah
anaknya,
kanker
endometrium. Kekurangan suntik 3 bulanan yaitu terdapat
gangguan haid seperti amenorhea, metroragia, timbul jerawat
di badan dan wajah dengan infeksi, berat badan bertambah,
pusing dan sakit kepala (Saifudin, 2010; 41-43).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
49
Yang dapat memakai kontrasepsi ini adalah ibu usia
reproduksi, ibu pasca persalinan, ibu pasca keguguran, ibu
yang sedang menyusui, ibu yang tidak memiliki riwayat
hipertensi. Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik
3 bulanan yaitu ibu hamil atau di curigai hamil, ibu yang
menderita kanker payudara, DM disertai komplikasi (Saifudin,
2010; h. 41-43).
c. Penapisan KB
1. Penapisan metode kontrasepsi non hormonal ( AKDR)
Menanyakan hari pertama haid terakhir 7 hari atau
lebih, menanyakan apakah Klien mempunyai pasangan seks
lain dan menanyakan apakah klien mempunyai penyakit
infeksi menular Seksual (IMS) (Handayani, 2010; h. 37-38).
2. Penapisan
metode
kontrasepsi
hormonal
(pil,
suntik,
implant)
Menanyakan Hari pertama haid terakhir 7 hari atau
lebih, menayakan apakah klien sedang menyusui dan
kurang dari 6 minggu pasca salin, menanyakan pada klien
setelah senggama adakah perdarahan / bercak antara haid.
memeriksa klien untuk mengetahui apakah terdapat tandatanda ikterus pada kulit atau seklera mata, menanyakan
kepada klien apakah klien pernah mengalami nyeri kepala
hebat atau gangguan visual, Nyeri hebat pada betis, paha
atau dada, atau tungkai bengkak (oedema), tekanan darah
klien di atas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg ( diastolik),
memastikan pada klien adakah massa atau benjolan pada
payudara, dan menanyakan apakah klien sedang minum
obat-obatan epilepsy (Handayani, 2010; h. 37).
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
kebidanan yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, ketrampilan,
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
50
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu
keputusan yang terfokus pada pasien (Sulistyawati, 2010; h. 219).
1. Manajemen kebidanan menurut Helen Varney
Manajemen asuhan kebidanan menurut varney sebagai berikut :
Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini
dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :
1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan.
3. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
4. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya
dengan hasil studi.
Pada langkah pertama ini, dikumpulkan semua data
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar
terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar datadata yang telah di kumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga di temukan
masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis
kebidanan yaitu diagnosis yang di tegakan oleh profesi
(bidan)
dalam
lingkup
praktik
kebidanan
dan
memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis
kebidanan.
1. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.
2. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan.
3. Memiliki ciri khas kebidanan.
4. Didukung oleh clinical judgenment dalam praktik
kebidanan.
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen
kebidanan.
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
51
Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosis
potensial
lain
berdasarkan
rangkaian
masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi.
Langkah
ini
memungkinkan
membutuhkan
dilakukan
antisipasi,
pencegahan,
bila
sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap
bila
diagnosis/masalah
potensial
ini
benar-benar
terjadi.
Langkah IV:Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter / di konsultasikan atau ditangani bersama
dengan tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh.
Pada
langkah
ini
dilakukan
perencanaan
yang
menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya.
Langkah
ini
terhadap
dignosis
diidentifikasi
merupakan
atau
atau
kelanjutan
masalah
diantispasi,
pada
manajemen
yang
telah
langkah
ini
informasi / data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di
langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagaian dilakukan oleh bidan dan
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
52
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis.
2. Pendokumentasian asuhan kebidanan dengan cara SOAP
Menurut (Mangkuji, 2013; h.8) pendokumentasian asuhan
kebidanan dengan cara SOAP yaitu :
a) Subjektif
Pendokumentasian
hasil
pengumpulan
data
klien
melalui
anamnesis. Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
klien (ekspresi mengenai kekhawatiran dan keluhannya).
b) Objektif
Pendokumentasian
pemeriksaan
hasil
laboratorium
pemeriksaan
/
fisik
pemeriksaan
klien,
Hasil
diagnostik
lain.
Informasi dari keluarga atau orang laian.
c) Assesment
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan)
data subjektif dan data objektif.
d) Planning
Pendokumentasian tindakan dan evaluasi meliputi : asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling dan
tindakan lanjut.
C. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN DAN KOMPETENSI
BIDAN
1. Landasan hukum kewenangan bidan
Peraturan
Mentri
Kesehatan
1464/MENKES/PER/X/2010
yang
Republik
berisisi
Indonesia
Tentang
nomor
izin
dan
penyelenggaraan praktik bidan. Pada pasal 9 disebutkan bahwa
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi Pelayanan kesehatan ibu yang diberikan
pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui dan masa antara dua kehamilan. Kemudian
pelayanan kesehatan anak yang diberikan pada bayi baru lahir,
bayi, anak balita, dan anak prasekolah. Memberikan pelayanan
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
53
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana dengan
memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana. Bidan dalam melakuakn
tugasnya wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai
dengan
pelayanan
yang
diberikan
kemudian
ditunjukan
ke
puskesmas wilayah tempat praktek dikecualikan untuk bidan yang
bekerja difasilitas pelayanan kesehatan.
2. Kompetensi Bidan
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki
posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan kematian
ibu. Bidan harus mempunyai pengetahuan dan ketramilan dari ilmuilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar
dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk
wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan
kesehatan
yang
tanggap
terhadap
budaya
dan
pelayanan
menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan
kehidupan keluarga sehat, perencanaan kehamilan, dan kesiapan
menjadi orang tua. Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu
tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan. Bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi tanggap terhadap budaya
setempat setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan
yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan
tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayi baru
lahir.
Bidan dapat memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui
yang bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya setempat.
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif
pada bayi baru lahir sehat sampai usia 1 bulan. Bidan memberikan
asuhan yang bermut tinggi dan komprehensif pada bayi dan balita
sehat. bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan
komprehensif
pada keluarga
dan kelompok.
Bidan
mampu
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
54
melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan
system reproduksi (Konas, IBI ke XII).
Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015
Download