3 4 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap gizi makanan serta berkembangnya industri pangan dan pakan ternak mengakibatkan kebutuhan kedelai meningkat pula. Selama kurun waktu lima tahun ke depan, setiap tahunnya rata-rata kebutuhan kedelai berkisar 2.300.000 ton biji kering, tetapi kemampuan produksi baru mampu memenuhi sebanyak 851 286 ton (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian pertanian, 2013), berarti baru terpenuhi kira-kira sebanyak 37% saja. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri, maka Indonesia terpaksa harus mengimport. Kondisi tersebut tidak bisa dibiarkan, oleh karena itu usaha-usaha untuk meningkatkan produksi baik perluasan lahan tanaman kedelai maupun peningkatan hasil harus terus dilakukan. Saat ini produktivitas kedelai di Indonesia baru mencapai 1.4 ton/ha, padahal jika lingkungan tumbuh optimal potensi hasil tanaman kedelai dapat mencapai sekitar 2.5 ton/ha. Dilain pihak lahan yang tersedia untuk pengembangan tanaman kedelai tidak seluruhnya berada dalam kondisi yang ideal, bahkan diantaranya banyak yang mengalami kendala seperti cekaman dari faktor abiotik. Salah satu usaha peningkatan hasil, adalah dengan memperbaiki lingkungan tumbuh kedelai agar tercipta lingkungan tumbuh yang bebas dari faktor cekaman. Saat ini cekaman dari logam berat dalam bentuk pencemaran pada lahan pertanian akibat kegiatan industri ataupun pertanian seperti penggunaan bahan-bahan agrokimia yang tidak terkontrol, mengakibatkan kemunduran kualitas tanah sebagai media tumbuh, yang berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanamanpun menjadi tidak baik dan ujung-ujungnya hasil tanaman yang diperoleh pun rendah dengan kualitas yang rendah pula. 5 Logam berat seperti kadmium sering menjadi pencemar pada lahan pertanian karena berasosiasi dengan penggunaan pupuk pospat (P). Hasil penelitian Kurnia dkk.(2004) menunjukkan bahwa beberapa lokasi di Jawa Barat lahan yang terkena polusi limbah meningkat sekitar 18-98% dan mengandung jenis logam berat seperti Cd, Hg dan Pb. Penggunaan pupuk anorganik yang diproduksi secara kimiawi jika pemakaiannya tidak bijaksana, berpotensi mencemari lingkungan lahan pertanian dan sumber pencemar diantaranya pupuk P karena logam berat kadmium (Cd) sebagai unsur ikutan dalam pupuk tersebut (Setyorini, dkk.,2014). Polusi logam berat selain dapat menyebabkan menurunkan produktivitas tanaman juga kontaminan pada produk yang dihasilkan. Pupuk fosfat mengandung Cd berkisar antara 0.1 - 170 ppm (Setyorini, dkk., 2014) tergantung dari konsentrasi awal Cd dalam batuan fosfat yang digunakan untuk memproduksi pupuk. Konsentrasi Cd dalam pupuk P dan frequensi aplikasi merupakan factor penting yang berpengaruh terhadap ketersediaan Cd dalam tanah. Hasil penelitian pada tanaman radish menunjukkan bahwa konsentrasi Cd dalam tanah 100-150 mg/kg dapat menurunkan bobot kering akar, jumlah daun,kandungan klorofil dan asam amino total (Farouk et.al.,2011). Dengan demikian, jika pengaplikasian pupuk fosfat berkisar 100-150 kg/ha, dan terus menerus dilakukan maka berpotensi terakumulasinya residu Cd dalam tanah. Wang et al., (2013) menyebutkan bahwa tanaman kedelai mampu menyerap Cd dalam konsentrasi tinggi, sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu proses fisiologis tanaman. Mobilitas Cd dalam tanah lebih besar dibandingkan dengan Pb dan Cu, sehingga Cd lebih mudah diserap tanaman dan dapat terakumulasi di organ-organ vegetative maupun generatif. Hasil penelitian yang dilaksanakan Raharjo dkk. (2001) mengungkapkan bahwa pemberian pupuk P yang meningkat ternyata meningkat pula kadar Cd dalam rimpang temu 6 ireng, yaitu pada pemupukan TSP takaran 5 dan 7.5 g per tanaman mengakibatkan kandungan Cd dalam rimpang tersebut sebesar 2.68 dan 2.72 ppm, nilai ini di atas ambang batas WHO sebesar 0.24 ppm, dan di samping itu hasil rimpangpun menurun. Batas kritis Cd dalam tanaman berkisar antara 5-30 mg/kg (Setyorini dkk., 2014), sedangkan batas kritis Cd dalam tanah sebesar 0.5 ppm. Toksisitas Cd dapat menghambat proses-proses fisiologi seperti menghambat sintesis klorofil, fotosintesis, perkecambahan biji, pertumbuhan akar.dan fiksasi nitrogen. Haghighi et.al., (2010) mengungkapkan bahwa bobot kering daun tanaman lettuce menurun sampai 42% sejalan dengan meningkatnya konsentrasi Cd pada media tumbuh sebesar 4 mg/L. Dalam upaya mendukung program swasembada kedelai, maka pemanfaatan seluruh potensi lahan yang ada merupakan kegiatan prioritas, termasuk memanfaatkan lahan yang marjinal akibat mengalami cekaman logam berat. Lahan pertanian yang mengalami kendala seperti cekaman akibat pencemaran logam berat tentu akan sangat membatasi potensi pertumbuhan dan hasil tanaman. Tanaman yang tumbuh pada lahan yang terkontaminasi Cd akan mengalami keracunan yang sangat nyata tampak pada daun muda yang mengalami klorosis, mempengaruhi penurunan berat kering akar dan konsentrasi klorofil daun, menurunkan persentase perkecambahan biji, menghambat pertumbuhan akar sekunder, serta tanaman menjadi kerdil. Hasil penelitian pada tanaman tembakau, ternyata gejala klorosis positif ditemukan pada tanaman yang terpapar logam Cd pada konsentrasi 50 – 300 µM (Rosidah,dkk., 2014), di samping itu juga pertambahan panjang akar sangat dipengaruhi oleh konsentrasi Cd dalam media tumbuh. Lingkungan tumbuh yang berkualitas merupakan hal yang sangat penting. Tingkat cekaman Cd sangat menentukan kualitas lahan, dan jika konsentrasi Cd dalam tanah tinggi, 7 maka merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan kedelai. Dengan demikian perlu ada usaha-usaha yang signifikan untuk meningkatkan toleransi tanaman kedelai terhadap konsentrasi kadmium dalam media tumbuh, melalui upaya yang dapat mengurangi serapan kadmium oleh tanaman kedelai. Salah satu usaha adalah perbaikan lingkungan tumbuh dengan pemberian asam humat. Asam humat mempunyai kemampuan untuk mengikat logam berat termasuk kadmium dengan membentuk senyawa khelat (Stevenson, 1994; Rahmawati dan Santoso, 2012) sehingga tanaman dapat lebih toleran karena serapan logam berat oleh tanaman akan berkurang. Tanaman memiliki beberapa mekanisme pertahanan terhadap cekaman logam berat, pertahanan ini ditunjukkan dengan tidak terganggunya pertumbuhan tanaman seperti pertumbuhan akar, metabolisme fotosintesis, dan lainnya (Didy Sopandie, 2014). Pertumbuhan akar dan warna daun umumnya menjadi patokan respon fisiologis tumbuhan akibat cekaman logam . Pada penelitian ini akan mengkaji tingkat toleransi kedelai terhadap cekaman logam berat kadmium pada tanah yang diberi asam humat. 1.2. Identifikasi Masalah Bagaimana tingkat toleransi tanaman kedelai terhadap cekaman logam berat kadmium pada media tumbuh yang diberi asam humat. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui tingkat toleransi tanaman kedelai terhadap cekaman logam berat kadmium pada media tumbuh yang diberi asam humat melalui indikator morfologis, fisiologis, dan agronomis. 8 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak terutama para petani sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam mengatasi dampak cekaman yang diakibatkan oleh logam berat, dan secara praktis dapat dijadikan landasan bagi pengembangan dan peningkatan hasil tanaman kedelai pada lahan-lahan yang mengalami cekaman logam berat Cd. 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Cekaman logam berat kadmium dan pengaruhnya terhadap tanaman Kadmium (Cd) merupakan salah satu dari berbagai jenis logam berat yang berbahaya bagi kehidupan baik tanaman, hewan maupun manusia. Efek toksik kadmium terhadap tumbuhan telah diteliti sejak beberapa tahun terakhir. Pada umumnya kadmium telah menunjukkan pengaruh terhadap pengambilan, pengangkutan, dan penggunaan beberapa unsur seperti Ca, Mg, P, dan K dan juga air pada tumbuh-tumbuhan (Das et al.,1997 dalam Liong, 2012). Kadmium juga mengurangi penyerapan nitrat dan pengangkutannya dari akar ke pucuk, juga menghambat aktivitas enzim nitrat reduktase di dalam pucuk-pucuk tanaman (Hernandez et al.,1996). Kadmium menurunkan aktivitas ATP-ase pada bagian membran plasma dari tanaman gandum dan bunga matahari (Fodor et al., 1995 dalam Liong, 2012). Rascio et al. (1993 dalam Liong, 2012) menemukan pengurangan panjang akar dan pucuk sekitar 45 dan 35 % pada tanaman jagung setelah 18 hari ditumbuhkan dalam nutrien yang mengandung ion Cd(II) 28,1 ppm, sedangkan ion Cd(II) 11,2 ppm tidak mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan akar. Cd bukan hara essensial bagi tanaman, namun mempunyai afinitas yang tinggi terhadap gugusan thiol (-SH) dalam enzim dan protein sehingga keberadaan Cd dalam tanaman mengganggu aktivitas enzim, metabolism Fe dan menyebabkan klorosis pada tanaman. Sifat Cd mudah larut dalam tanah sehingga mudah diserap ke dalam jaringan tanaman, dan tingkat serapan Cd oleh tanaman tergantung dari konsentrasi Cd dalam tanah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Haghighi et.al .,( 2010 ) menunjukkan bahwa meningkatnya 10 kandungan Cd dalam media tumbuh meningkat pula kandungan Cd dalam daun Lettuce. Logam berat Cd diserap tanaman dilakukan secara simplastik melalui korteks akar ke stele, lalu ditransportasikan ke bagian atas tanaman (tunas) melalui xylem. Distribusinya dalam tanaman dipengaruhi oleh transportasi dari akar ke tunas melalui xylem, dari bagian xylem ke floem dan transportasi melalui floem dari source ke sink. Penyerapan ion Cd berlangsung dalam kompetisi dengan unsur seperti N, K,Ca,P,Mg,Fe,Mn,Cu,Zn dan Ni . Seperti hasil penelitian Farouk et.al.,( 2011 ) meningkatnya konsentrasi Cd dalam tanah sampai 150 mg kg-1 secara signifikan meningkat pula konsentrasi Cd dalam jaringan tanaman, tetapi konsentrasi N,P dan K menurun secara signifikan. Pengaruh negative lainnya secara signifikan Cd dapat menurunkan konsentrasi pigmen-pigmen fotosintetik, karena menghambat kerja enzim yang bertanggungjawab pada biosintesis klorofil seperti 5-aminolaevulinic acid dehydratase dan protochlorophyllide reductase, di samping itu aktivitas Ribulose diphosphate carboxylase juga menurun ( Farouk et.al.,2011 ), yang akhirnya kandungan gula total dan kandungan asam amino total menurun. Di samping itu hasil tanamanpun mengandung logam berat, seperti hasil penelitian Rini dan Denah (2011) pada tanaman sayuran famili Brassicaceae yang tanahnya dikontaminasi logam Cd antara 2 mg/kg sampai 32 mg/kg menghasilkan pucuk sayuran yang mengandung Cd di atas batas yang diizinkan oleh WHO untuk bahan pangan yaitu 0.4 mg/kg. Cd mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam dengan jumlah normal Cd di tanah berada di bawah 1 ppm. Cd yang ada di dalam tanah dapat berasal dari alam dan akan lebih lama terbawa atau terdistribusi dibandingkan Cd yang ada pada udara dan air. Disamping itu manusia juga berkontribusi dalam proses masuknya Cd ke dalam lingkungan, seperti penggunaan pupuk kimia, dan kegiatan industri. Cd yang terakumulasi di dalam tanah 11 akan menggangu organisme yang hidup di dalam tanah. Tanah yang mengandung Cd akan terserap kandungan logamnya oleh organisme yang hidup pada lingkungan tanah tersebut. Tanaman yang terkontaminasi Cd akan mengalami keracunan yang sangat nyata tampak pada daun muda yang mengalami klorosis pada daun, mempengaruhi penurunan berat kering akar dan konsentrasi klorofil daun, menurunkan persentase perkecambahan biji, menghambat pertumbuhan akar sekunder, berwarna merah kecoklatan pada batang, serta tanaman menjadi kerdil. Cd yang masuk kedalam tanah dan tumbuhan memiliki batasan toleransi dan memiliki jalur pendedahan yang berbeda-beda. Cd tidak dapat didegradasi secara kimia maupun secara biologi, oleh karena itu logam Cd di dalam tanah, maupun tumbuhan harus dikurangi atau dihilangkan untuk menghindari terjadinya dampak negatif terhadap proses kehidupan. 2.1.2 Peranan Asam Humat Terhadap Kesuburan Tanah Struktur asam humat terdiri dari campuran senyawa organik alifatik dan aromatik, diantaranya ditunjukkan dengan adanya gugus aktif asam karboksilat sehingga asam humat memiliki kemampuan untuk menstimulasi dan mengaktifkan proses biologi dan fisiologi pada organisme hidup di dalam tanah (PT. Global Growth, 2009). Humat sebagai komponen utama bahan organik tanah mempunyai efek langsung dan tidak langsung pada pertumbuhan tanaman meliputi peningkatan sifat-sifat tanah seperti agregasi, aerasi, permeabilitas, kapasitas menahan air, transport dan ketersediaan mikronutrien. Menurut Stevenson (1994), fungsi asam humat dalam memperbaiki tingkat kesuburan tanah adalah (a) Meningkatkan Kapasitas Tukar Kation tanah, (b) Meningkatkan kadar unsur hara terutama N dan S, (c) Meningkatkan kemampuan tanah menahan dan menyediakan air, dan (d) Memperbaiki struktur tanah, kapasitas infiltrasi dan permeabilitas 12 tanah. Meningkatnya kapasitas tukar kation tanah berarti akan meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara makro dan mikro agar terhindar dari pencucian. Kation-kation yang tertahan secara bertahap dilepaskan bagi kepentingan penyerapan oleh tanaman (Mac Carthy et.al 1990). Hasil penelitian Suwardi dan Darmawan (2009), menunjukkan bahwa asam humat mempunyai kemampuan memperlambat proses transformasi N-amonium menjadi bentuk Nnitrat, mengurangi penguapan nitrogen menjadi gas amoniak. Semakin tinggi kadar asam humat dalam tanah laju pelepasan nitrogen menjadi nitrat semakin lambat. Hal ini berkaitan dengan kemampuan asam humat yang dapat mengikat nitrogen, sehingga asam humat dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Asam humat terlibat dalam hampir semua aspek dari proses-proses kimia, fisika, dan biologi tanah, karena bahan itu di dalam tanah sangat reaktif. 1. Pengaruh asam humat terhadap sifat fisika tanah. Humat dapat memperbaiki struktur tanah serta meningkatkan aerasi tanah akibat dari bertambahnya pori tanah (porositas) akibat pembentukan agregat. Udara yang terkandung dalam pori tanah tersebut umumnya didominasi oleh gas-gas O2, N2, CO2. Hal ini penting bagi respirasi mikroorganisme tanah dan akar tanaman. Warna tanah menjadi semakin coklat kehitaman, sehingga meningkatkan penyerapan radiasi sinar matahari yang akan meningkatkan suhu tanah menjadi lebih hangat. 2. Pengaruh asam humat terhadap sifat kimia tanah: Asam humat dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK). Humat membentuk kompleks dengan unsur hara sehingga melindungi unsur tersebut dari pencucian oleh air hujan. Humat mampu mengikat logam berat (membentuk senyawa khelate) kemudian mengendapkan sehinggga mengurangi keracunan tanah atau menurunkan kadar logam, seperti Fe dan Al, termasuk logam berat. 13 Pada tanah masam, humat dapat mengikat Al sebagai senyawa kompleks yang sulit larut dalam air (insoluble), sehingga unsur P dapat diserap secara maksimal oleh tanaman. 3. Pengaruh asam humat terhadap sifat biologi tanah: Humat dapat menstimulasi perkembangan mikroorganisme tanah yang berfungsi dalam proses dekomposisi yang menghasilkan humus (humification), serta dari aktivitas mikroorganisme dapat dihasilkan hormon-hormon pertumbuhan seperti auxin, sitokinin, dan giberillin yang bermanfaat bagi tanaman. 2.1.3. Peranan Asam Humat Terhadap Tanaman Bentuk ikatan pada asam humat lebih stabil karena asam humat lebih banyak dijumpai ikatan C-O dan C-C di samping ikatan O dan N. Schnitzer (1986), mengemukakan bahwa logam berat seperti Cd, As, Cu, Mn, Ni, Pb, dan Zn lebih banyak berinteraksi dengan asam humat, yang stabilitasnya meningkat dengan meningkatnya pH serta kadar asam humat di dalam tanah. Hasil penelitian yang dilaksanakan Rahmawati dan Santoso (2012), menunjukkan bahwa Cd lebih mudah membentuk kompleks dengan asam humat dibandingkan dengan Pb, hal ini menunjukkan bahwa Cd memiliki kemampuan membongkar ikatan makromolekul asam humat baik antar maupun inter makromolekul asam humat untuk membentuk ikatan Cd-humat, sehingga dapat mengurangi dampak buruk dari Cd. Unsur karbon dalam asam humat relatif tinggi yaitu sekitar 56,2 % (Schnitzer, 1986), hal ini memungkinkan asam humat menjadi sumber energi bagi organisme tanah termasuk organisme yang menguntungkan seperti bakteri pemfiksasi N, bakteri pelarut fosfat, dan bakteri yang terlibat dalam proses nitrifikasi (Paul dan Clark, 1989), dengan demikian aplikasi asam humat pada tanaman kedelai akan mendukung bakteri Rhizobium untuk memfiksasi N (nitrogen). Menurut Vaugan et.al (1985), asam humat dapat mempengaruhi pertumbuhan 14 tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung pengaruhnya adalah turut dalam proses metabolisme, seperti respirasi dan sintesis protein atau asam nukleat. Secara tidak langsung pengaruhnya adalah meningkatkan penyerapan hara masuk kedalam tanaman. Sehingga dengan aplikasi asam humat dapat mengurangi dosis pupuk rekomondasi. Hasil penelitian yang ditulis Chen dan Aviad (1990), bahwa asam humat pada konsentrasi rendah yaitu 10 mg/L dapat mempengaruhi sintesis enzim fosforilase pada tanaman kedelai. Mekanisme asam humat dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara langsung didukung oleh beberapa bukti seperti dapat meningkatkan permeabilitas membran sel, serapan unsur hara makro, dan aktivitasnya seperti hormon tumbuh. Pemberian asam humat ke dalam tanah mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Mengikat dan mengatur pelepasan hara (slow release) sesuai kebutuhan tanaman, sehingga dapat meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk dan mengurangi kehilangan hara karena terlarut atau menguap (Rendi, 2011). 2. Memperbaiki struktur tanah secara fisika maupun kimia (kegemburan, pH, pengikatan air, sifat koloid, katalis organik, dsb), sehingga mampu menopang pertumbuhan tanaman dengan baik dan tanaman tidak mudah mengalami cekaman. 3. Peningkatan energi sel tanaman dan sebagai hasilnya adalah intensifikasi proses pertukaran ion. Sehingga mempercepat pertumbuhan sistem akar dan membuat akar lebih panjang. Tanaman dapat secara maksimal menangkap dan menyerap nutrisi di tanah, meningkatkan permebilitas (kemampuan penyerapan) membran sel tanaman, memudahkan nutrisi terserap ke dalam sel, serta mempercepat proses respirasi tanaman. Tanaman dapat menyerap zat yang diperlukan secara maksimal dan cepat, sehingga pertumbuhan tanaman akan jauh lebih baik (Chen dan Aviad, 1990). 15 4. Menstimulasi peningkatan aktivitas mikrobiologi tanah yang menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman (PT. Global Growth, 2009). 5. Peningkatan penetrasibilitas (kemampuan penyerapan) membran sel tanaman. Memudahkan nutrisi untuk terserap ke dalam sel serta mempercepat proses respirasi tanaman. 2.2. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Salah satu faktor kendala atau pembatas bagi peningkatan produktivitas kedelai di Indonesia diantaranya disebabkan oleh terjadinya degradasi kualitas lahan yang diantaranya adalah cekaman logam berat yang diakibatkan dari hasil limbah industri dan pertanian seperti penggunaan bahan-bahan agrokimia yang tidak terkontrol yang mengakibatkan kemunduran kualitas tanah sebagai media tumbuh, yang pada akhirnya pertumbuhan dan perkembangan tanamanpun tidak berlangsung dengan sempurna sehingga hasil tanaman yang diperolehpun menjadi rendah baik kualitas maupun kuantitas. Polusi logam berat selain dapat menyebabkan menurunkan produktivitas tanaman juga dapat berkontaminan pada produk yang dihasilkan. Logam berat juga mempunyai daya rusak yang tinggi terhadap tanaman kedelai sejak mulai dari perusakan terhadap tanah, biji tanaman, pertumbuhan tanaman, sampai dengan pasca panen, sehingga perlu diupayakan perlakuan tertentu yang mampu mengendalikannya. Dari hasil limbah industri dan penggunaan pupuk anorganik ternyata mengandung unsur-unsur logam berat yang dapat menurunkan kualitas lingkungan tumbuh tanaman, sehingga tanaman dapat mengalami cekaman. Toksisitas Cd dapat menghambat proses-proses fisiologi seperti menghambat sintesis klorofil, fotosintesis, perkecambahan biji, pertumbuhan akar, dan fiksasi nitrogen sehingga bobot kering daun tanaman menurun sampai 42 % sejalan dengan meningkatnya konsentrasi 16 Cd pada media tumbuh sebesar 4 mg/L (Haghighi et.al 2010). Setyorini et.al., (2014) menyatakan fakta ini menunjukkan bahwa logam berat Cd yang masuk ke dalam lingkungan hidup kebanyakan berasal dari kegiatan manusia. Akan tetapi logam berat di dalam lingkungan tidak dengan sendirinya membahayakan kehidupan. Logam berat membahayakan apabila masuk ke dalam sistem metabolisme dalam jumlah melebihi ambang batas. Dalam kejadian ini sumber logam berat adalah tanah, air, dan udara dengan perantara tumbuhan yang menyerap logam berat dari sumber-sumber tersebut dan menyimpannya dalam jaringan. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa teknik menanggulangi tanah dan air yang tercemar limbah logam berat memerlukan biaya yang mahal, memakan waktu, dan bahkan dapat merusak lingkungan. Logam tidak dapat didegradasi, karena itu membersihkannya dengan cara memobilisasi untuk mengurangi atau menghilangkan racun. Untuk membersihkan logam pencemar diantaranya dengan menggunakan asam humat sebagai akumulator dan penyerap logam berat, memperbaiki aerasi tanah, serta mempertahankan retensi air (Haghighi et.al 2010). Karakteristik asam humat yang penting dan berhubungan dengan kemampuannya memperbaiki sifat fisik, kimia, maupun biologi tanah, sehingga berdampak terhadap peningkatan toleransi tanaman terhadap cekaman logam berat, adalah: 1) Fraksi humat mengandung berbagai jenis gugus fungsional dengan nilai pH yang berbeda, sehingga reaktifitasnya tetap tinggi pada selang pH tanah yang lebar, 2) Fraksi humat mempunyai muatan negativ yang berasal dari disosiasi ion H dari berbagai gugus fungsional, yang menyebabkan fraksi humat mempunyai kafasitas tukar kation (KTK) sangat tinggi. Dengan demikian fraksi humat mampu meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat, menjerap, dan mempertukarkan kation, serta membentuk senyawa kompleks dengan logam berat dan 17 lempung, 3) Fraksi humat mempunyai kemampuan untuk mengubah konfirmasi struktur sebagai respon terhadap perubahan pH, konsentrasi garam, dan 4) Fraksi humat dapat menyediakan unsur hara seperti N, P, K dan S ke dalam tanah, serta C sebagai sumber energi bagi mikroba tanah. Dengan demikian humat sebagai komponen utama bahan organik tanah mempunyai efek langsung dan tidak langsung pada pertumbuhan tanaman, meliputi peningkatan sifat-sifat tanah seperti agregasi, aerasi, permeabilitas, kapasitas menahan air, transport dan ketersediaan mikronutrien (Farouk et.al., 2011). Aplikasi asam humat mampu meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat dan mempertukarkan kation serta membentuk senyawa kompleks yang stabil dengan logam berat (Stevenson, 1994; Rahmawati dan Santoso, 2012). Dengan terjadinya perbaikan sifat tanah tersebut, tentu saja secara tidak langsung dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap lingkungan tersebut. Toleransi tanaman terhadap lingkungan merupakan rekayasa khusus karakter-karakter anatomi dan fisiologi untuk menyesuaikan kehidupan di habitat tertentu. Oleh karena itu karakter anatomi dan fisiologi yang terukur dari hasilnya dapat dijadikan indikator terhadap perubahan lingkungan. Sensitifitas terhadap perubahan lingkungan setiap jenis tanaman berbeda pula, sehingga ada yang mampu tumbuh pada tanah yang kaya Al, Fe ataupun logam berat lainnya, tetapi pada umumnya logam berat dengan konsentrasi tinggi mengakibatkan perubahan reaksi fisiologis sehingga menurunkan vigor tanaman dan secara total menghambat pertumbuhan (Didy Sopandie, 2014). Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut : Toleransi tanaman kedelai terhadap cekaman logam berat kadmium dipengaruhi oleh banyaknya asam humat yang diberikan. 18 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan dilaksanakan dalam pot di rumah plastik di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Waktu percobaan ini berlangsung selama 4 bulan yaitu mulai bulan September – Desember 2015. 3.2. Bahan dan Alat Percobaan Bahan-bahan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah : (1) logam berat Cd dalam bentuk Cdcl2 ;(2) Benih kedelai varietas Grobogan; (3) asam humat , (4) pupuk urea , SP36 dan KCl, (5) pestisida, (6) tanah dalam bentuk top soil. Alat-alat yang akan digunakan adalah timbangan, polybag, plastik bening untuk naungan, perangkat alat-alat laboratorium yang meliputi alat-alat untuk analisis kandungan hara tanah dan tanaman, alat untuk mengukur luas daun dan bobot kering tanaman; alat untuk membuat rumah plastik serta alat-alat untuk budidaya kedelai. 3.3. Metode Percobaan 3.3.1. Rancangan Percobaan Percobaan dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok dengan pola faktorial. Faktor 1 = tingkat cekaman logam berat Cdcl2 (C), terdiri dari 3 level (c0 = tanpa 0 mg/kg tanah = tanpa cekaman, c1= 5 mg/kg tanah = cekaman ringan, c2= 10 mg/kg tanah= cekaman sedang), Faktor 2 = kadar asam humat (H), terdiri dari 4 level (h0 = 0 g/kg tanah, h1 = 3 g/kg tanah, h2= 6 g/kg tanah, h3= 9 g/kg tanah). Percobaan tersebut diulang sebanyak tiga kali. Setiap plot percobaan terdiri dari 10 pot , sehingga seluruhnya berjumlah 360 pot. 3.3.2. Pelaksanaan Percobaan 1. Persiapan tanah. 19 Tanah untuk media tumbuh diambil dari luar kebun percobaan, selanjutnya tanah diayak lalu dimasukkan ke dalam polybag dengan bobot 5 kg per polybag. Kemudian dari tanah tersebut diambil sampelnya untuk dilakukan analisis untuk mengetahui kandungan kadar hara, analisis tanah dilakukan di laboratorium yang meliputi analisis tanah awal dan analisis tanah akhir. Aplikasi Kadmium (Cd) Cd dalam bentuk Cdcl2 yang takarannya disesuaikan dengan perlakuan, kemudian diaduk merata dengan tanah pada waktu persiapan media tanam, dan diinkubasi selama 3 (tiga) hari. 2. Aplikasi Asam Humat Aplikasi asam humat diberikan sesuai dengan takaran perlakuan dengan cara diaduk rata dengan tanah pada waktu sebelum tanam. 3. Inokulasi Rhyzobium Inokulasi rhyzobium dilakukan pada waktu menjelang penanaman benih kedelai. Cara pemberian rhyzobium yaitu sebanyak 15 gram, dibasahi dengan air sekitar 10 cc, rhyzobium tersebut dicampur dengan 1 kg benih kedelai dan dikocok hingga merata agar seluruh kulit biji terbungkus dengan inokulum. Kemudian setelah diinokulasi, benih tersebut dibiarkan (diangin-anginkan) sekitar 15 menit dan dihindarkan dari sinar matahari langsung, selanjutnya dilakukan penanaman. 4. Persiapan Benih Benih yang digunakan adalah benih varietas Grobogan (diperoleh dari Balitkabi Malang), benih dipilih yang terbaik dengan syarat mutu minimal kemurnian 97 %, matang, murni (bersih tidak tercampur biji gulma dan kotoran lainnya), mempunyai 20 vigor yang cukup baik, sehat, bernas, tidak keriput, mulus, tidak ada bekas gigitan hama serangga, cukup kering dengan kadar air sekitar 13 %, dan daya tumbuh 90 %. 5. Penanaman Penanaman dilakukan dengan cara ditugal sedalam ± 2 cm, biji kedelai ditanam sebanyak tiga butir per polybag, dengan jarak tanam antara polybag 20 x 20 cm. 6. Pemupukan Pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk Urea sebanyak 100 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, KCl 75 kg/ha, sehingga jika dikonversi untuk kebutuhan per polybag adalah Urea 0,125 gram/polybag, SP-36 0,25 gram/polybag, dan KCl 0,1875 gram/polybag. Pemupukan dasar diberikan pada saat tanaman berumur 5 hari, dengan cara meletakan pupuk di sekitar lubang tanaman. 7. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan, dan pembumbunan. a) Penyiraman dilakukan secara teratur sesuai dengan kebutuhan tanaman, terutama jika tidak ada hujan. b) Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 7 hari setelah tanam. Penyulaman dilakukan dengan tujuan untuk mengganti benih kedelai yang mati atau tumbuh abnormal. c) Penyiangan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 1 (satu) minggu setelah tanam (mst), penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu 21 setelah tanam (mst), dan penyiangan ketiga dilakukan pada saat tanman berumur 4 minggu setelah tanam (mst), atau dilakukan sesuai dengan kondisi dan keadaan gulma di lapangan. Penyiangan tidak dilakukan waktu kedelai sedang berbunga, karena dikhawatirkan mengakibatkan kerontokan pada bunga. d) Pembumbunan dilakukan setelah penyiangan ketiga. Pembumbunan bertujuan untuk mencegah rebahnya tanaman kedelai dan sekaligus untuk menggemburkan kembali tanah di sekitar perakaran. e) Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Desis 2,5 EC, dengan dosis 2 ml/liter air. Sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan menyemprotkan fungisida Dithane M-45, dengan dosis 2 g/liter air. Penyemprotan dilakukan dengan interval 2 minggu sekali atau disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit di lapangan. 8. Pemanenan Pemanenan dilakukan ± 76 hari setelah tanam, dengan kriteria polong berwarna kuning kecoklatan, daun sudah banyak yang kering dan rontok, serta batang sudah menguning. 3.4. Pengamatan Parameter pengamatan dalam penelitian ini adalah : 3.4.1. Pengamatan Penunjang Pengamatan penunjang adalah pengamatan sepintas yang digunakan sebagai data penunjang serta tidak dianalisis secara statistika. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel pengamatan yang diamati, dilakukan analisis data dengan sidik ragam univariat dan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf probabilitas 95 % (Steel dan Torrie, 1993). Variabel pengamatan pendukung lainnya adalah: 22 1. Analisis tanah, dilakukan pada tanah percobaan sebelum penelitian dimulai, yaitu untuk mengetahui karakteristik kesuburan tanah yang akan digunakan. Analisis ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya. 2. Analisis kandungan Cd pada asam humat, untuk mengetahui kandungan asam Cd pada asam humat yang akan digunakan. Analisis ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Universitas Padjajaran Bandung. 3. Analisis tanaman, untuk mengetahui kandungan Cd tanaman. Analisis ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Universitas Padjajaran Bandung. 3.4.2. Pengamatan Utama Pengamatan utama merupakan pengamatan yang dianalisis secara statistik, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana perlakuan yang diberikan dapat mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman percobaan. Parameter yang diamati terdiri dari : 1. Tinggi tanaman (cm), adalah rata-rata tinggi tanaman sampel pada tiap petak percobaan. Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang bawah di atas permukaan tanah sampai bagian titik tumbuh tertinggi dari tanaman. Pengamatan ini dilakukan pada tanaman berumur 15 ‒ 35 ‒ 65 hari setelah tanam (hst). 2. Luas daun (cm2), dilakukan secara destruktif pada tanaman sampel, yaitu pada tanaman berumur 45 hari setelah tanam (hst), akhir pertumbuhan vegetatif, atau pada saat pengisian polong, dengan memproyeksikan daun-daun tanaman sampel dengan cara digambar, lalu digunting sesuai dengan pola daun kemudian ditimbang, setelah itu yang sama digunting dengan ukuran 1 cm2, kemudian 23 ditimbang kembali. Sebagai standar ditentukan bobot kertas sejenis dengan rumus sebagai berikut : Bobot kertas seluruh daun yang diproyeksikan (g) x 1 cm2 Bobot kertas ukuran 1 cm2 (g) 3. Jumlah bintil akar, dilakukan pada tanaman sampel secara destruktif yang diambil secara acak, tetapi bukan pada tanaman untuk pengamatan komponen hasil dari masing-masing perlakuan. Pengamatan ini dilakukan pada saat panen. 4. Jumlah polong isi per tanaman, adalah jumlah rata-rata polong yang berisi biji kedelai yang dihasilkan tiap sampel tanaman pada masing-masing petak percobaan. Pengamatan ini dilakukan setelah panen. 5. Jumlah biji per tanaman, jumlah biji diperoleh dari rata-rata jumlah biji setiap tanaman sampel pada masing-masing petak percobaan. Pengamatan ini dilakukan setelah panen. 6. Jumlah cabang produktif, diperoleh dari rata-rata jumlah cabang yang menghasilkan polong. Jumlah cabang produktif dihitung pada seluruh tanaman dari tiap petak percobaan. Pengamatan ini dilakukan pada umur 61 hari setelah tanam. 7. Bobot 25 butir biji kering (g), adalah rata-rata bobot 25 butir biji yang sudah kering (kadar air ± 14 %) dari masing-masing petak percobaan, dilakukan dengan cara mengambil 25 butir biji sampel yang diambil secara acak tanpa memilih ukuran dan warna biji sebanyak 3 kali pengambilan. Pengamatan ini dilakukan setelah panen. 24 8. Bobot kering biji (g), bobot seluruh biji kering dari tiap perlakuan (g). Pengamatan dilakukan setelah panen. 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengamatan Penunjang 4.1.1 Analisis Tanah dan Asam Humat Berdasarkan hasil analisis kimia tanah yang dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi diperoleh data sebagai berikut : kadar air (KA) 43,9%, pH H20 termasuk agak alkalis, kandungan N total 0,67% termasuk tinggi, kandungan P205 termasuk rendah, dan kandungan C-organik termasuk rendah. Asam humat dianalisis di lab kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran, hasilnya diperoleh bahwa asam humat mengandung kadmium sebesar 0,14 ppm. 4.1.2 Curah Hujan Berdasarkan data curah hujan selama sepuluh tahun terakhir, dari tahun 2003 sampai 2012, curah hujan di kebun percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi, Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Tasikmalaya, menurut Schmidt dan Ferguson termasuk daerah ke dalam tipe curah hujan C, yaitu agak basah. 4.1.3 Pertumbuhan Gulma Gulma merupakan tumbuhan liar diantara tanaman pokok. Gulma secara langsung maupun tidak langsung dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan, karena akan terjadi kompetisi dengan tanaman pokok dalam mendapatkan cahaya matahari, air, unsur hara, ruang tumbuh dan udara. Jenis gulma yang tumbuh pada lahan pertanaman adalah teki (Cyperus rotundus L.), kakawatan (Cynodon dactylon L.), babadotan (Ageratum conyzoides L.), dan rumput jarum (Andropogan aciculatusL.). 26 Pengendalian gulma-gulma tersebut dilakukan dengan cara mencabut langsung dengan tangan dari sekitar tanaman. Dilakukan penyiangan terhadap gulmagulama tersebut sebanyak 3 kali, yaitu pada tanaman berumur 1, 2, 4 minggu setelah tanam (mst). 4.1.4 Serangan Hama dan Penyakit Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan terdapat beberapa gangguan hama dan penyakit yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan menurunkan hasil produksi kedelai. Hama yang menyerang tanaman kedelai diantaranya adalah hama lalat bibit atau lalat kacang (Ophiomya phaseoli),serangannya berupa bercak-bercak cokelat atau hitam pada keping biji atau daun pertama. Gejala lebih lanjut akan tampak liang gerekan pada bagian tanaman yang terserang, sehingga menyebabkan tanaman layu, daun kekuning-kuningan, dan berguguran. Ulat grayak (Spodoptera litura), menyebabkan daun kedelai tinggal tulangtulangnya saja atau daun gundul dan polong berlubang-lubang. Ulat penggulung daun (Lamprosema indicata), gejala kerusakan tanaman akibat serangan ulat tersebut adalah pada daun terlihat menggulung dengan bagian atas merekat, dan apabila dibuka pada bagian dalam terlihat pada tulang dan daging daun telah dimakan ulat. Serangan berat menyebabkan daun kedelai gundul atau tinggal tulang-tulangnya saja, menyerang terutama pada tanaman berumur 3-6 minggu. Selain itu, ulat penggerek polong (Etiella zinckenella), hama ini menyerang tanaman kedelai dengan gejala kerusakan terdapat lubang kecil pada polong dan biji kedelai, serta hama belalang (Valanga nigricornis), dengan gejala kerusakan yang 27 menyebabkan daun berlubang. Pengendalian hama-hama diatas dapat dilakukan secara mekanis dengan cara mencabut tanaman kemudian dibakar, atau menggunakan insektisida Desis 2,5 EC. Penyakit yang menyerang tanaman kedelai pada penelitian ini diantaranya adalah penyakit karat daun (Phakospora phachyrizi), dengan gejala daun tampak bercak coklat yang menonjol, dan selanjutnya bercak ini berubah warna menjdi kemerahan seperti karat besi. Serangan penyakit ini tidak menimbulkan kerusakan yang berarti, karena pengendaliannya dapat diatasi dengan cara mencabut tanaman yang terserang, atau dengan menggunakan Dithane M-45. 4.2 Pengamatan Utama 4.2.1 Komponen Pertumbuhan Tanaman Kedelai Hasil analisis statistik terhadap komponen pertumbuhan dan nilai rata-rata komponen pertumbuhan dari berbagai perlakuan dapat dilihat pada tabel 1. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terjadi interaksi antara cekaman logam berat dengan asam humat terhadap tinggi tanaman, luas daun, bobot kering batang dan bobot kering akar. Cekaman logam berat dan pemberian asam humat ternyata tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap tinggi tanaman dan luas daun. Nampaknya pengaruh media tumbuh sebagai tempat tanaman hidup lebih kuat pengaruhnya dalam menyediakan sejumlah kebutuhan hidup bagi tanaman termasuk unsur hara. Sesuai dengan analisis tanah yang telah dilakukan terlihat bahwa unsur hara yang terkandung dalam tanah yang digunakan dalam penelitian ini terutama kandungan unsur hara N nya termasuk katagori tinggi, sehingga dinilai sudah dapat mencukupi untuk pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai, terutama untuk tinggi 28 tanaman dan luas daun. Menurut Mulyani Sutedjo (2010), bahwa unsur N (nitrogen) merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti pada daun, batang, dan akar. Tabel 1. Komponen pertumbuhan vegetative kedelai yang mengalami cekaman logam berat cadmium pada media tumbuh yang diberi asam humat. Tinggi tanaman (cm) Luas daun (cm2) Bobot kering batang (g) Bobot kering akar (g) Tanpa cekaman (0) 62,8 a 493 a 27,4 a 4,01 a Cekaman ringan (5) 62,0 a 555 a 18,6 b 3,19 b Cekaman sedang (10) 62,6 a 503 a 19,6 b 3,10 b 0 63,0 a 539 a 19,9 a 2,85 a 3 62,4 a 483 a 23,7 a 4,86 b 6 62,3 a 551 a 21,8 a 3,97 b 9 62,2 a 496 a 22,4 a 3,95 b Perlakuan Cekaman Cdcl2 (mg/kg) Asam humat (g/kg) Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Berbeda dengan tinggi tanaman dan luas daun, cekaman logam berat mengurangi bobot kering batang dan bobot kering akar secara signifikan. Dengan terjadinya cekaman, maka terbentuklah kondisi lingkungan tumbuh yang sub optimum , yang tentu saja akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan perakaran kedelai sehingga bobot kering kedelai menjadi berkurang. Lingkungan tanah yang mengandung logam berat juga akan mengganggu mikroorganisme termasuk bakteri Rhizobium yang hidup di dalam tanah tersebut, sehingga peranan 29 yang menguntungkan melalui mekanisme simbiosis mutualistic dengan perakaran kedelai mengalami ganggguan. Dilain pihak bahwa pemberian asam humat secara signifikan dapat meningkatkan bobot kering akar. Menurut Tan (2003) dalam Maulana, Herdhata (2008), secara fisik asam humat berpengaruh terhadap tanah, diantaranya dapat memperbaiki struktur dan aerasi tanah akibat dari bertambahnya pori tanah (poraritas). Udara yang terkandung dalam pori tanah tersebut umumnya didominasi oleh gas O2, N2, dan CO2 yang penting bagi kebutuhan hidup mikroorganisme dan akar tanaman. Pinus Lingga dan Marsono (2013), berpendapat bahwa keuntungan struktur tanah yang remah adalah pada udara dan air tanah berjalan lancar serta temperaturnya stabil, sehingga dapat memacu pertumbuhan jasad renik yang memegang peranan penting di dalam tanah. Secara kimia, asam humat dapat mengikat ion logam yang bersifat racun seperti Al dan Fe pada tanah masam, sehingga ion logam tersebut menjadi tidak larut dan dapat mengurangi keracunan bagi mikroorganisme dalam tanah. Sesuai dengan pendapat Achmad Mulyadi (2012), bahwa sebagian besar bakteri Rhyzobium dapat mati karena keasaman tanah. Pada tanah yang masam, bakteri tersebut akan kekurangan unsur P yang dibutuhkan sebagai pensuplai energi untuk pembentukan bintil akar karena diikat oleh Al dan Mn. Akibat berpengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah, asam humat ini mampu menciptakan situasi tanah yang kondusif untuk menstimulasi perkembangan mikroorganisme tanah, salah satunya adalah untuk perkembangan bakteri Rhyzobium. Maka dapat disimpulkan 30 bahwa asam humat ini dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan bakteri Rhyzobium dalam pembentukan bintil akar. Tabel 2. Jumlah bintil akar kedelai yang mengalami cekaman logam berat kadmium pada media tumbuh yang diberi asam humat Asam humat (g/kg) 0 Cekaman Cdcl2 (mg/kg) Tanpa cekaman Cekaman ringan Cekaman sedang (0) (5) (10) 19,7 a 9,6 a 7,2 a A B B 3 23,6 a 14,8 b 15,8 b A B B 6 22,6 a 19,6 b 18,4 b A AB B 9 21,7 a 18,9 b 16,9 b A AB B Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama dan huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 % Cekaman logam berat dan perlakuan asam humat memberikan pengaruh signifikan secara interaksi terhadap jumlah bintil akar kedelai (Tabel 2.). Pada kondisi tanpa cekaman Cdcl2 (0 mg/kg), pemberian asam humat yang makin meningkat ternyata tidak meningkatkan jumlah bintil akar. Kondisi ini dimungkinkan terjadi, karena sebelum benih ditanam dilakukan inokulasi Rhizobium terlebih dahulu. Sementara itu, semakin meningkatnya cekaman Cdcl2, semakin mengurangi jumlah binti akar pada semua level pemberian asam humat. Demikian juga terlihat bahwa pemberian asam humat dapat mengurangi dampak buruk akibat cekaman Cdcl2 terhadap penurunan jumlah bintil akar. Asam humat mempunyai kemampuan untuk mengikat logam berat termasuk cadmium dengan membentuk senyawa khelat (Rahmawati dan Santoso, 2012) sehingga tanaman kedelai termasuk 31 bintil akar dapat lebih toleran karena cadmium yang tidak terikat menjadi berkurang. Selain itu, asam humat mengandung unsur karbon yang tinggi yakni sekitar 56,2 % (Schnitzer, 1986), sehingga dapat digunakan sebagai sumber energy oleh berbagai organisme tanah termasuk oleh bakteri Rhizobium . Asam humat mempunyai manfaat yang banyak, selain memperbaiki kondisi fisik tanah, menstimulasi aktivitas biologi tanah, juga berperan dalam perbaikan sifat kimia tanah (Stevenson, 1994; Mac Carthy et al, 1990), sehingga dapat mengurangi efek buruk yang diakibatkan oleh cekaman logam berat. Cekaman logam Cdcl2 dan pemberian asam humat memberikan pengaruh secara tidak signifikan terhadap jumlah polong isi per tanaman, sedangkan jumlah biji per tanaman dipengaruhi oleh cekaman Cdcl2, tetapi tidak oleh pemberian asam humat (Tabel 3). Tabel 3. Komponen hasil kedelai yang mengalami cekaman logam berat cadmium pada media tumbuh yang diberi asam humat. Jumlah polong isi per tanaman Jumlah biji per tanaman Tanpa cekaman (0) 30,4 a 42,0 a Cekaman ringan (5) 32,2 a 44,7 a Cekaman sedang (10) 32,5 a 34,1 b 0 32,5 a 41,8 a 3 29,4 a 38,4 a 6 31,5 a 40,8 a 9 35,1 a 42,2 a Perlakuan Cekaman Cdcl2 (mg/kg) Asam humat (g/kg) Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak 32 Berganda Duncan pada taraf 5%. Cekaman Cdcl2 serta pemberian asam humat pada lingkungan tumbuh tanaman kedelai tidak mampu memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan reproduktif tanaman kedelai khususnya pembentukan polong. Hal ini mungkin diakibatkan oleh keadaan tanah yang digunakan sebagai media tumbuh mengandung sejumlah unsur hara yang cukup bagi kebutuhan kedelai terutama unsur nitrogen, selain itu inokulasi Rhizobium yang dilakukan sebelum penanaman juga sangat membantu bagi pertumbuhan vegetative tanaman seperti batang dan akar, namun tidak cukup untuk mendukung bagi pembentukan polong. Cekaman Cdcl2 secara signifikan mempengaruhi proses pembentukan biji. Tingkat cekaman yang tidak ringan apalagi yang disebabkan oleh logam berat akan menurunkan kualitas tanah dan mengurangi tingkat produktivitas lahan sehingga akan berdampak langsung bagi penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen. Sifat cadmium yang mudah larut dalam tanah akan memudahkan Cd terserap masuk ke dalam jaringan tanaman, semakin banyak Cd terlarut dalam tanah makin banyak Cd yang masuk ke dalam jaringan tanaman (Haghighi et al, 2010). Dilain pihak Cd mempunyai daya afinitas yang tinggi terhadap gugus thio (-SH) dalam enzim dan protein, sehingga keberadaan Cd dalam jaringan tanaman akan mengganggu aktivitas enzim dan metabolisme tanaman. Kadmium juga secara nyata menurunkan konsentrasi pigmen fotosintetik dan menghambat kerja enzim yang bertanggung jawab pada proses biosintesis klorofil seperti aminolaevulinic acid dehidratase dan protoklorofillide reductase serta menurunkan aktivitas ribulose difosfat karboksilase (Farouk et al, 2011) yang akan 33 menurunkan kadar gula total dan asam amino, sehingga akan mengurangi akumulasi nya ke dalam biji yang akhirnya berdampak terhadap penurunan jumlah biji. Cekaman Cdcl2 dan pemberian asam humat memberikan pengaruh yang signifikan secara interaksi terhadap ukuran biji (bobot 25 butir biji) kedelai (Tabel 4). Tabel 4. Bobot 25 biji kedelai yang mengalami cekaman logam berat cadmium pada media tumbuh yang diberi asam humat Asam humat (g/kg) 0 Cekaman Cdcl2 (mg/kg) Tanpa cekaman Cekaman ringan Cekaman sedang (0) (5) (10) 5,1 a 4,2 a 3,7 a A B B 3 5,5 a 4,7 a 4,7 b A B B 6 4,9 a 4,3 a 4,3 b A B B 9 4,6 a 4,7 a 4,7 b A A A Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama dan huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 % Pada kondisi lingkungan tumbuh yang mengalami bebas cekaman Cdcl2 hingga cekaman ringan, pemberian asam humat tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ukuran biji. Namun pada lahan yang mengalami cekaman sedang, pemberian asam humat dapat mencegah atau mengurangi penurunan ukuran biji bahkan berbeda secara signifikan dibandingkan dengan yang tidak diberi asam humat. Di lain pihak pada semua kondisi lahan baik yang diberi asam humat maupun yang tidak diberi asam humat, terjadinya cekaman Cdcl2 akan menciptakan lingkungan yang sub optimum bagi tanaman yang tentu saja akan menjadi kendala 34 bagi pertumbuhan vegetative dan reproduktif sehingga berdampak terhadap terhadap menurunnya bobot 25 butir biji kedelai. Hasil panen biji kedelai dipengaruhi dengan signifikan secara interaksi antara cekaman Cdcl2 dengan pemberian asam humat (Tabel 5). Tabel 5. Hasil biji per tanaman kedelai yang mengalami cekaman logam berat cadmium pada media tumbuh yang diberi asam humat Asam humat (g/kg) 0 Cekaman Cdcl2 (mg/kg) Tanpa cekaman Cekaman ringan Cekaman sedang (0) (5) (10) 19,1 a 14,3 a 7,7 a A B C 3 18,0 a 14,8 a 16,2 b A A A 6 18,1 a 17,3 ab 15,3 b A A A 9 24,2 a 20,4 b 17,8 b A AB B Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama dan huruf besar yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 % Pada lahan dengan berbagai pemberian asam humat dari 0 hingga 9 g/kg, terjadinya cekaman yang ditimbulkan oleh logam berat cadmium menyebabkan penurunan hasil panen biji kedelai. Pada umumnya semakin berat tingkat cekaman Cdcl2 yang terjadi akan semakin menurunkan hasil panen. Kondisi ini menggambarkan bahwa tanaman kedelai akan menurun tingkat toleransinya terhadap lingkungan cekaman Cdcl2 seperti terekspresikan dengan rendahnya hasil panen biji. Pemberian asam humat dimaksudkan sebagai upaya peningkatan toleransi kedelai secara tidak langsung melalui mekanisme pengkelatan cadmium oleh asam organic dalam hal ini asam humat dengan membentuk senyawa kompleks asam humat- 35 kadmium, dengan demikian tingkat toksisitas atau dampak buruk dari cekaman Cdcl2 menjadi berkurang (Didy Sopandie,2014). 36 BAB V. KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan 1. Tingkat toleransi kedelai terhadap cekaman logam berat cadmium dipengaruhi oleh banyaknya asam humat yang diberikan pada media tumbuh. 2. Tingkat cekaman logam berat cadmium dan pemberian asam humat, selain mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai juga mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme tanah seperti dicerminkan dengan jumlah bintil akar. 3. Terjadinya cekaman logam berat cadmium mereduksi hasil panen biji kedelai lebih dari 59 persen, yakni dari 19,1 g per tanaman hingga menjadi 7,7 g per tanaman, namun dengan pemberian asam humat sebanyak 9 g/kg tanah, efek cekaman dapat dinetralisir sehingga hasil panen biji kedelai meningkat hingga mencapai 17,8 g per tanaman. 5.2. Saran Bila lahan mengalami cekaman logam berat kadmium, maka untuk pengembangan budidaya kedelai pada lahan tersebut, perlu diberikan pupuk humat paling tidak sebanyak 3 g/kg tanah atau identik dengan 2 t/ha. 37 DAFTAR PUSTAKA Chen,Y., and T. Aviad. 1990. Effect of humic substance on plant growth. P.161. In P. MacCarthy C.E, Clapp,R.L. Malcolm, and P.R. Bloom (ed.). Humic Substances in soil and Crop Sciences : Selected Reading. American Society of Agronomy, Inc., Soil Science Society of America, Inc., Madison,WI. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2013. Kedelai. Kementerian Pertanian. Didi Sopandie. 2014. Fisiologi Adaptasi Tanaman terhadap Cekaman Abiotik pada Agroekosistem Tropika. IPB Press. Bogor. Farouk S., A.A.Mosa, A.A. Taha, Heba M.Ibrahim and A.M.El-Gahmery. 2011. Protective Effect of Humic acid and Chitosan on Radish ( Raphanus sativus,L.var.sativus ) Plants Subjected to Cadmium Stress. Journal of Stress Physiology & Biochemistry. 7(2) : 99 – 116. Haghighi M., M.Kafi, P.Fang, and L.Gui-Xiao. 2010. Humic acid decrease Hazardous of Cadmium Toxicity on Lettuce ( Lactuca sativa L. ). Vegetable Crops Research Bulletin .72 : 49 – 61. Liong, S. 2012. Disertasi Universitas Hasanudin dalam repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/…. Diakses tanggal 3 Maret 2014. MacCarthy,P., R.L.Malcolm, C.E. Clapp, and P.R. Bloom. 1990. An introduction to soil humic Substunces. p.1-12. In Humic Substances in Soil and Crop Science : Selected Reading. American Society of Agronomy,Inc., Madison, WI. Paul,E. A., and F.E. Clark. 1989. Soil microbiology and biochemistry. Academic Press.Inc., UK. Rahardjo M., Rosita SMD.,dan I. Darwati. 2001. Status logam berat Cadmium ( Cd ) dan hasil rimpang temu ireng ( Curcuma aeruginosa Roxb. ) pada pemupukan Fosfat. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 7(1): 16 – 20. Rahmawati A., dan S J Santoso. 2012. Studi adsorpsi logam Pb(II) dan Cd(II) pada asam humat dalam media cair. ALCHEMY. 2(1) : 46-57. Rini Susana dan Denah Suswati. 2011. Ketersediaan Cd, Gejala Toksisitas dan Pertumbuhan 3 spesies Brassicaceae pada Media Gambut yang Dikontaminasi Kadmium (Cd). J.Tek.Perkebunan &Lahan Tropika. (1):9-16. Rosidah S., Y U Anggraito, dan KK Pukan. 2014. Uji Toleransi Tanaman Tembakau terhadap Cekaman Kadmium (Cd). Timbal (Pb), dan Tembaga (Cu) pada Kultur Cair. Jurnal MIPA . 37(1) : 7-15 38 Setyorini D.,Soeparto,dan Sulaeman.2014.Kadar Logam Berat Dalam Pupuk. www.pustaka.litbang.deptan.go.id/bptpi/lengkap/IPTANA/…/18.pd/. diakses 12 Pebruari 2014. Schnitzer,M. 1986. Binding of humic substances by soil mineral colloids. p.77-101. In P.M. Huang and M.Schnitzer (ed.). Interaction of Soil Minerals with Natural Organic and Microbes. Soil Science Society of America, Inc., Madison, WI. Steel, R.G.D., dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Stevenson, F.J. 1994. Humus Chemistry : Genesis, Composition, Reactions. John Willey and Sons, Inc., New york. Wang,Y., X.Xiao, H. Kang, J. Zeng, X. Fan, L. Sha, H. Zhang, K. Yu dan Y. Zho. 2013. Alteration of Water and Dry Matter Content in Soybean Exposed to Cadmium. American- Eurasian J. Agric.&Environ.Sci. 13 (5 ) : 606-610. 39 LAMPIRAN Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian 1. Honor Honor/jam Waktu Jabatan Peneliti Minggu (Rp) (jam/minggu) Ketua 10.000 7 20 Anggota 1 4.600 7 20 Jumlah Honor Tahun I Tahun II 1.400.000 600.000 SUB TOTAL (Rp) 2.000.000 2. Bahan, Alat Penunjang Penelitian dan Tenaga Kerja Harga Justifikasi Material Satuan Kuantitas Tahun I Kuantitas Tahun II Pemakaian (Rp) a. Bahan Habis Pakai Asam Humat Bahan 200.000 2 kg (400.000) percobaan Kadmium Bahan 1,5 juta 250 g (1.500.000) percobaan Pupuk Urea, Bahan 8.000 10 kg SP36 dan percobaan KCl Benih Bahan 100.000 1 kg 100.000 Kedelai percobaan bersertifikat Pestisida Pengendali hama 400 250 ml 100.000 dan penyakit Polybag Sebagai pot 1.000 300 300.000 media tumbuh Kantong Tempat sampel 1.000 300 Plastik/ tanah dan Kertas tanaman Tiang bambu Kerangka 10.000 40 (400.000) naungan batang Papan nama Identitas 3.000 percobaan perlakuan Plastik Naungan tempat 3.000 200 m (600.000) transparan percobaan persegi Bahan-bahan Analisis tanah 200.000 2 sampel 400.000 kimia Analisis jumlah 100.000 36 3.600.000 klorofil sampel Analisis Cd 250.000 tanaman Jumlah 4.500.000 40 b. Sewa Alat dan Tenaga Kerja Hand Sprayer Aplikasi asam 150.000 humat dan pestisida Pengadaan tanah Memasukkan tanah ke polybag Pembantu aplikasi perlakuan Perawatan/ penyiangan Pengendalian hama/ penyakit Panen Pengolahan Pasca panen Tenaga Membantu lapangan/lab pengamatan 1 unit (150 000) 60.000 5 HOKP (300.000) 60.000 5 HOKP (300.000) 50.000 4 HOKW (200.000) 50.000 5 HOKW 2 HOKP (250.000) 2 HOKP 3 HOKW 4 bulan (120.000) (150.000) 60.000 60.000 50.000 250.000 Sub Total (120.000) 1.000.000 1.000.000 3. Perjalanan Tujuan Justifikasi Perjalanan Tasikmalaya – Analisis Sampel Bogor Tasikmalaya Perjalanan lokal dan sekitar SUB TOTAL (Rp) Harga Satuan (Rp) Biaya Perjalanan per Tahun (Rp) Kuantitas Tahun I 1.000.000 1 kali 1.000.000 500.000 (total) 500.000 (total) 1.500.000 Kuantitas Tahun II 41 4. Lain-lain Harga Satuan (Rp) Publikasi ke Jurnal Akreditasi 750.000 Perbanyakan Laporan 250.000 SUB TOTAL (Rp) TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (Rp) Kuantitas Tahun I 1 kali 1 750.000 250.000 1.000.000 10.000.000 Kuantitas Tahun II 42 Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas Alokasi Instan waktu No Nama/NIDN si Bidang Ilmu (jam/mingg Asal u) 1. Prof. Dr. H. Maman Suryaman Ir. Unsil Ilmu 7 MS./ 0021055702 Tanaman 2. Dr. Ida Hodiyah, MP./ 0023115801 Unsil Ilmu Tanaman 7 3. Ir. Yaya Sunarya, M.Sc./ 0427066102 Unsil Ilmu Tanah 7 Uraian tugas Penggagas Pelaksana Manajerial Analisis Data Pelaksana Analisis Data Pelaksana 43 Lampiran 4. Biodata Tim Peneliti 1. Ketua Tim A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap (dengan Gelar) 2 Jenis Kelamin 3 Jabatan Fungsional 4 NIP/NIK/Identitas Lainnya 5 NIDN 6 Tempat dan Tanggal Lahir 7 E-mail 8 Nomor Telepon/HP 9 Alamat Kantor 10 Nomor Telepon/Faks 11 Lulusan yang Telah Dihasilkan 12 Mata Kuliah yang Diampu Prof. Dr. H. Maman Suryaman Ir. MS. Laki-Laki Guru Besar / IV-D 19570521 1985031001 0021055702 Tasikmalaya, 21 Mei 1957 [email protected] 081323222123 Jl. Siliwangi no. 24 Tasikmalaya (0265) 335757 S-1= 83 Orang S-2= 12 Orang 1. Dasar Agronomi 2. Dasar Teknologi Produksi Pertanian 3. Teknologi dan Produksi Benih 4. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 5. Teknologi Produksi Tanaman Pangan 6. Filsafat Ilmu B. Riwayat Pendidikan S-1 Nama Perguruan Universitas Tinggi Padjadjaran (UNPAD) Bandung Jawa Barat S-2 Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung Jawa Barat S-3 Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung Jawa Barat Bidang Ilmu Ilmu Tanaman Ilmu Pertanian Nama Pembimbing/ Ir. Tajudin Promotor 1990 2002 Pertumbuhan dan Respon Kedelai Hasil Kacang Hijau terhadap Inokulasi yang diberi Cendwan Mikoriza Triacontanol Arbuscula dan Rhyzoplus pada Kondisi Cekaman Air Selama Periode Pengisian Polong Prof. Dr. Giat Prof. Dr. Giat Suryatmana, Ir. Suryatmana, Ir. Agronomi/ Agroekoteknologi Tahun Lulus 1982 Judul Skripsi/ Tesis/ Efisiensi Pemupukan Disertasi Nitrogen pada Padi Sawah C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir 44 No Tahun 1. 2010 2. 2011 3. 2012 4. 2012 Judul Penelitian Dampak Cekaman Kekeringan Terhadap Tanaman Kedelai dan Fiksasi Nitrogen Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik, Pupuk Anorganik dan Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Kultivar Ciherang dalam Polybag Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Kedelai yang Mengalami Cekaman Kekeringan Pengaruh Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Terhadap Bawang Merah yang diberi Pupuk Fospor dengan Dosis yang Berbeda Pendanaan Sumber Jml (juta Rp) UNSIL 2.000.000 UNSIL 3.000.000 UNSIL 3.000.000 UNSIL 4.000.000 D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir No. Tahun 1. 2010 2. 2011 3. 2012 4. 2013 Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pelatihan Pelestarian tanaman Aren untuk Petani Hutan Rakyat Kota Tasikmalaya Peningkatan Fungsi Pekarangan Melalui Intensifikasi Budidaya Cabe Rawit di Kelurahan Tamanjaya Kota Tasikmalaya Budidaya dan Pengelolaan Lidah Buaya Sebagai Upaya Pemberdayaan dan Peningkatan Pendapatan Kelompok Wanita Tani di Kota Tasikmalaya Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Tamanjaya Kota Tasikmalaya Melalui Budidaya Jamur Tiram Putih Pendanaan Sumber Jml (juta Rp) UNSIL 3.000.000 UNSIL 2.500.000 UNSIL 2.500.000 UNSIL 2.500.000 E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal alam 5 Tahun Terakhir No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik, Pupuk Anorganik dan Media Pertanian Jurnal 1. Pupuk Hayati Terhadap Vol. 3 No. 1 Mei 2011 Ilmu-Ilmu Pertanian Pertumbuhan dan Hasil Padi (Oryza sativa L.) Dampak Cekaman Kekeringan Media Pertanian Jurnal 2. Terhadap Tanaman Kedelai Vol. 2 No. 1 Mei 2010 Ilmu-Ilmu Pertanian dan Fiksasi Mitrogen 45 F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir Nama Pertemuan No Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat Ilmiah/Seminar Seminar Tentang Pertanian 1. Pertanian Organik 2010 Organik Penjaminan Mutu Pelatihan Penjaminan Mutu 2. Akademik Perguruan 2011 Akademik Perguruan Tinggi Tinggi Pelatihan Audit Mutu Akademik Audit Mutu Akademik 3. 2012 Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan , saya sanggup menerima risikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu syarat dalam pengusulan Penelitian Hibah Bersaing dengan judul “Peningkatan Toleransi Kedelai terhadap Cekaman Logam Berat Kadmium pada Media Tumbuh yang Diberi Asam Humat”. Tasikmalaya, Agustus 2015 Pengusul, Prof. Dr. Ir. Maman Suryaman, M.S.