INTERAKSI SOSIAL ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH MASTER YAYASAN BINA INSAN MANDIRI DEPOK Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh Yustia Umamah NIM: 1110015000007 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M ABSTRAK Yustia Umamah, 1110015000007 “Interaksi Sosial Anak Jalanan Di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok”. Skripsi. Program Studi Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial antara anak jalanan dengan anak jalanan, anak jalanan dengan guru atau tutor dan anak jalanan dengan masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri yang terletak di Jalan Margonda Raya No.58 Pancoran Mas Terminal Terpadu Kota Depok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yakni mendeskripsikan tentang fenomena-fenomena yang ada. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa, pertama, bentuk-bentuk interaksi sosial anak jalanan dengan anak jalanan adalah bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif dan disosiatif yang meliputi kerja sama, akomodasi diantaranya (toleransi, mediasi ) dan pertikaian. kedua, bentuk interaksi sosial anak jalanan dengan guru atau tutor adalah bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif dalam bentuk kerja sama. Dan ketiga, interaksi sosial anak jalanan dengan masyarakat dalam bentuk kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu yang harus melibatkan anak-anak jalanan dengan masyarakat sekitarnya hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Kata kunci: Interaksi Sosial, Anak Jalanan, Rumah Singgah i ABSTRACT Yustia Umamah, 1110015000007 "Social Interaction Street Children in Shelter Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok". Thesis. IPS Education Studies Program, Faculty of MT and Teaching, State Islamic University in Jakarta, 2015. The purpose of this research is used for understanding the forms of social interaction between street children with street children, street children by teachers or tutors and their society. This Thesis is held in Master Shelter Home Yayasan Bina Insan Mandiri, located at Jalan Raya 58 Jewel Mas Margonda Integrated Terminal Depok. The method used in this research is descriptive qualitative, which describe the phenomena that exist. The data collection techniques using observation, interviews, and documentation. Based on the results of the study found that : first, the forms of social interaction with the street children street children is a form of social interaction which is associative and dissociative which includes cooperation, including accommodation (tolerance, mediation) and contention. second, forms of social interaction street children with the teacher or tutor is a form of social interaction which is associative in the form of cooperation. And third, the social interaction with the community of street children in the form of cooperation in certain activities should involve street children in the surrounding community only at certain times only. Keywords: Social Interaction, Street Children, Shelter Home ii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Tiada kata yang paling indah dan bermakna selain untaian kata syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat nikmat sehat, karunia serta ridho-Nya. Shalawat dan salam penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis bersyukur karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini tak lepas dari dukungan dan dorongan serta jasa dari seluruh pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih tak terhingga kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya,MA , selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Iwan Purwanto M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Drs. Syaripulloh selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan layanan akademik selama penulis menempuh perkuliahan. 3. Drs. Nurrochim M.M selaku dosen pembimbing skrispsi yang telah memberikan motivasi dan meluangkan waktu, tenaga, serta pikirannya untuk membimbing hingga terselesaikannya skripsi ini. 4. Seluruh Bapak/Ibu dosen program studi Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah mendidik, mengajar, dan melatih dengan memberikan ilmu dan pengetahuannya selama perkuliahan. 5. Kedua orang tua tercinta Mad Usin dan Atih yang tidak lelah mendidik penulis sampai saat ini, curahan kasih sayang yang tulus, do’a-do’a yang tiada henti mengalir, nasihat, motivasi serta dukungan moril maupun materil yang selalu diberikan selama ini. Dan tak lupa keluarga tercinta, Adik-adiku, Kakek dan Nenek tercinta H. Jahari dan Hj. Anoy, atas segala doa dan dukungannya selama ini. iii 6. Pimpinan Yayasan Bina Insan Mandiri Depok atau Sekolah Master Bapak Nurrohim, para pengurus serta para tutor dan anak binaan Yabim yang telah memfasilitasi penulis dalam melakukan penelitian hingga selesai. 7. Keluarga Terlalu Cantik Farida Hasanah, Muhammad Fakih S.Pd, Dara Rahmita Dewi S.Pd, Desstia Loveacna, S.Pd, dan Lesehan koceku ( Mimih dan Ayah). 8. Keluarga Ciwis Mutia Muqri,SS, Reni Cahaya Mufidah S.Pdi, Khairunnisa S.Pdi, Amanah Khairiyah SS dan Siti Nadiyah S.Kep yang terus memberikan motivasi dan kebersamaannya selama 12 Tahun ini. 9. Keluarga kece tercinta Nur Amalia S.Pd, Annisa Nur Afifah S.Pd, Amirah Nasution S.Sos.I, Minda Wh Yassin S.Sos.I , yang terus saling memotivasi dan atas kebersamaannya selama ini. 10. Teman-teman seperjuangan Penddidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 2010, Sosiologi Antropologi 2010, ATK Fam’s, sahabat-sahabatku Novi Mela Yuliani, Irot Rosita, Diah Yuniardi, Nur Aini, Bunga Anzelia, Putri Ridhania, Fitri Amalia Azzahro, Rizka Nurazizah, Prihartini, Nisrina Augustama, Wildati Auli Sya’bani, Ibnu Mustaqim serta Misbahudin. Atas kebersamaan dan canda tawa yang selalu tercipta selama masa perkuliahan. 11. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Bogor (Himabo), Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI) Komisariat Tarbiyah serta Himpunan Mahaswiwa Jurusan IPS (HMJ-IPS) . Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga seluruh kebaikan, jasa, dan doanya yang telah diberikan kepada penulis menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang oleh Allah SWT di dunia dan di akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan. Ciputat, 15 Januari 2015 Penulis Yustia Umamah iv DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN MUNAQASAH SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK ........................................................................................................... i ABSTRACT .......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... v DAFTAR TABEL ................................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 8 C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 8 D. Perumusan Masalah .................................................................................... 9 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis .................................................................................... 9 2. Manfaat Praktis ..................................................................................... 10 v BAB II KAJIAN TEORI A. Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial .................................................................... 11 2. Prinsip-Prinsip Dasar Interaksionalisme Simbolik a. Kemampuan untuk berfikir ............................................................. 15 b. Berpikir dan Berinteraksi ................................................................ 16 c. Pembelajaran Makna Simbol-simbol .............................................. 16 d. Aksi dan Interaksi ........................................................................... 16 e. Diri atau Self ................................................................................... 17 f. Kelompok-kelompok dan Masyarakat ............................................ 17 3. Ciri-ciri Interaksi Sosial ........................................................................ 17 4. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ........................................................ 17 a. Adanya Kontak Sosial ..................................................................... 18 b. Adanya Komunikasi ........................................................................ 20 5. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ............................................................ 24 a. Bentuk Proses Sosial Asosiatif ....................................................... 24 b. Bentuk Proses Sosial Disosiatif ...................................................... 28 B. Anak Jalanan 1. Pengertian Anak Jalanan ....................................................................... 30 2. Faktor Penyebab Anak Jalanan ............................................................. 33 a. Tingkat Mikro ................................................................................. 34 b. Tingkat Messo ................................................................................. 34 c. Tingkat Makro................................................................................. 35 3. Karakteristik Anak Jalanan ................................................................... 36 a. Anak Jalanan Yang Hidup Di Jalanan ........................................... 36 b. Anak Jalanan Yang Bekerja Di Jalanan .......................................... 37 c. Anak Yang Rentan Menjadi Anak Jalanan ..................................... 37 vi 4. Model Pembinaan Terhadap Anak Jalanan ........................................... 42 a. Model Rumah Singgah .................................................................... 42 b. Model Mobil Sahabat Anak ............................................................ 42 c. Model Boarding House atau Pemondokan ...................................... 43 C. Rumah Singgah 1. Pengertian Rumah Singgah ................................................................... 43 2. Tujuan Rumah Singgah ......................................................................... 44 3. Fungsi Rumah Singgah ......................................................................... 45 D. Penelitian Yang Relevan ............................................................................. 47 E. Kerangka Berfikir........................................................................................ 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 50 B. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 50 C. Metode Penelitian........................................................................................ 51 D. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................... 53 1. Data Primer ........................................................................................... 53 2. Data Sekunder ....................................................................................... 53 E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 54 1. Observasi ............................................................................................... 54 2. Wawancara ............................................................................................ 55 3. Dokumentasi ......................................................................................... 56 F. Instrumen Penelitian.................................................................................... 56 G. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ....................................................... 59 H. Pengecekan Keabsahan Data....................................................................... 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ........ 65 vii 2. Visi dan Misi Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri .............. 68 3. Keadaan Guru dan Siswa ...................................................................... 69 a. Keadaan Guru.................................................................................. 69 b. Keadaan Siswa ................................................................................ 74 4. Kurikulum Pembelajaran ...................................................................... 74 5. Sarana dan Prasarana............................................................................. 76 6. Struktur Pengurus Yayasan Bina Insan Mandiri .................................. 79 B. Deskripsi Data a. Interaksi Sosial Anak Jalanan di Rumah Singgah Master .............. 81 b. Interaksi Sosial Anak Jalanan Terhadap Sesama Anak Jalanan ..... 85 c. Interaksi Sosial Anak Jalanan Terhadap Guru atau Tutor .............. 91 d. Interaksi Sosial Anak Jalanan Terhadap Masyarakat ..................... 94 di Sekitar Rumah Singgah BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ........................................................................................... 98 B. IMPLIKASI ............................................................................................... 99 C. SARAN ....................................................................................................... 100 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN viii DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Ciri Fisik dan Psikis Anak Jalanan ..................................................... 41 Tabel 2.2 Pendekatan dan Penanganan Anak Jalanan ....................................... 44 Tabel 3.1 Waktu Penelitian ................................................................................ 52 Tabel 3.2 Instrumen Wawancara Kepala Rumah Singgah.................................. 59 Tabel 3.3 Instrumen Wawancara Guru atau Tutor .............................................. 60 Tabel 3.4 Instrumen Wawancara Anak Jalanan .................................................. 60 Tabel 3.5 Instrumen Wawancara Masyarakat ..................................................... 61 Tabel 4.1 Jumlah Guru atau Tutor di Rumah Singgah Master ........................... 72 Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Tutor Rumah Singgah Master ............................ 73 Tabel 4.3 Jadwal Belajar PKBM di Rumah Singgah Master .............................. 79 Tabel 4.4 Sarana dan Prsarana Yayasan Bina Insan Mandiri ............................. 81 ix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran1 Kegiatan Observasi Interaski Sosial Lampiran2 Hasil Kegiatan Observasi Lampiran3 Instrumen Wawancara Lampiran4 Hasil Wawancara Lampiran5 Dokumentasi Lampiran6 Data Responden Lampiran7 Lembar Uji Referensi Lampiran8 Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Lampiran9 Surat Izin Yayasan Bina Insan Mandiri Depok Lampiran10 Daftar Prestasi Yayasan Bina Insan Mandiri Depok x BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada dasarnya manusia dilahirkan seorang diri, namun demikian mengapa manusia harus hidup bermasyarakat? Karena manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Dari sejak lahir misalnya pada saat kita masih bayi harus diajari makan, berjalan, berlari, bermain-main dan lain sebagainya. Sudah terlihat jelas dari lahir pun manusia memang membutuhkan pertolongan manusia lainnya, begitu pun ketika dewasa harus saling berhubungan dengan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Soerjono Soekanto, “ketika dilahirkan, manusia diberikan dua hasrat atau keinginan pokok yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya (yaitu masyarakat) dan Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya”.1 Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut, manusia menggunakan fikiran, perasaan dan kehendaknya. Jadi, sejak dalam kehidupan manusia di permukaan bumi ini, sebagai seorang manusia yang normal dan berfikir pasti melaksanakan ikatan batin dengan cara berhubungan satu dengan yang lainnya. Baik sejenis maupun lawan jenis, kelompok dengan kelompok tetapi rasa ikatan dengan dasar kekeluargaan itu pasti ada. Maka mereka itu akan hidup secara bersama dan bekerjasama pula dalam mewujudkan cita-cita mereka. Menurut Henry l Tischloer dalam Gatut Murniatmo, “interaksi sosial terjadi akibat adanya tindakan seseorang yang berhubungan dengan seseorang atau mempunyai tujuan-tujuan tertentu dengan bermacammacam motivasi atau alasan-alasan yang mendukung”.2 Adanya motivasi 1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994), h.124 2 Salamun dan Taryati, Interaksi Sosial Penduduk Perumnas Condong Catur dengan Penduduk Sekitarnya,(Yogyakarta :Kepel Press, 2007), h.35 1 2 dan tujuan dalam melakukan interaksi antara individu dengan yang lainnya, supaya tindakan dari interaksi yang dilakukan sesuai de ngan tujuan yang akan dicapai oleh masing-masing individu tersebut. Sedangkan Interaksi Sosial menurut Soerjono Soekanto adalah “hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia”.3 Interaksi sosial sangat berguna untuk memperlihatkan dan mempelajari berbagai masalah yang ada di masyarakat. Menurut Syarbani Syarial, “suatu interaksi sosial dimungkinkan terjadi karena dua hal yaitu, adanya kontak sosial (social-contact) dan komunikasi(communication)”.4 Kontak sosial pada dasarnya merupakan aksi dari individu atau kelompok yang mempunyai makna bagi pelakunya yang ditangkap oleh individu atau kelompok lain. Dan kontak sosial merupakan usaha pendekatan pertemuan fisik dan rohaniah. Kontak sosial dapat bersifat primer (berjumpa face to face) dan dapat sekunder (berhubungan melalui media komunikasi, baik perantara orang maupun media benda, surat kabar, televisi, radio). Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih. Dengan komunikasi setiap individu dapat menyampaikan informasi, opini, konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap perbuatan dan sebagainya kepada sesamanya secara timbal balik. Tanpa komunikasi tidak mungkin terjadi proses interaksi sosial. Menurut R Linton yang dikutip oleh Ishaq Isjoni, “jika manusia hidup dan bekerjasama dengan manusia yang lainnya dalam kelompok dan dalam waktu yang cukup lama, sehingga akhirnya mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir mengenai dirinya sebagai satuan sosial yang mempunyai batas-batas tertentu. Maka kelompok itu menjadi 3 Soerjono Soekanto,op.cit., h.66 3 masyarakat”.5 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia masyarakat adalah “suatu kumpulan manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama”.6 Maka pada dasarnya masyarakat itu adalah hubungan manusia dengan manusia yang lainnya. Antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya saling melengkapi sesuai dengan tujuan dan motivasinya untuk melakukan hubungan interaksi sosial tersebut. Masyarakat merupakan sebuah fenomena kehidupan sosial yang dinamis. Kedinamisan masyarakat itu sendiri yang menjadi sebuah entitas majemuk yang terdiri dari berbagai macam golongan atau kelompok yang masing-masing memiliki ciri-ciri atau identitas tersendiri. Ciri-ciri yang dimiliki tiap-tiap kelompok tersebut dapat terlihat melalui berbagai hal seperti atribut, kebiasaan, nilai, ritual yang muncul pada saat berinteraksi di dalam lingkungan sosial. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk perlindungan sosial terhadap anak yang merupakan hak asasi manusia. Setiap anak berhak mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia. Dalam kenyataannya masih banyak ditemukan anak-anak yang terlantar yang hidup dijalanan. Fenomena anak yang berada di jalanan semakin meningkat, terutama banyak ditemukan di kota-kota besar seperti di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang ( Jabotabek) bukan hanya dari aspek kuantitas tetapi aktivitas yang mereka lakukan. Peningkatan ini bukan hanya saat Indonesia mengalami krisis tetapi beberapa tahun sebelumnya juga sudah terlihat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantara faktor kemiskinan, pendidikan dan keluarga. 5 6 Ishaq, isjoni, Masyarakat dan Perubahan Sosial, Uni press, h.07 Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke 3 (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h.721 4 Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik Republik Indonesia “Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,07 juta orang atau 11,37% dari jumlah penduduk di Indonesia”.7 Kemiskinan mengakibatkan rendahnya daya beli, keluarga miskin tidak mempunyai kemampuan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial dasar, seperti pangan, kesehatan, dan pendidikan. Dengan kata lain, keluarga miskin tidak mempunyai dana yang cukup untuk membeli makanan, meningkatkan status menyekolahkan kesehatannya. anak dan Dampak memelihara dari serta kemiskinan menimbulkan berbagai masalah sosial. Kesejahteraan keluarga semakin menurun sehingga menimbulkan banyak anak-anak yang terpisah dari orang tuanya. Gambar 1.1 Sumber: Data Susenas BPS8 7 Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2013 (Berita Resmi Statistik No. 47/07/Th. XVI, 1 Juli 2013), h. 1. 8 Booklet Kementerian Sosial dalam Angka Tahun 2012 (Jakarta: Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2012), h.29. 5 Berdasarkan tabel hasil survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 2009 memperlihatkan bahwa jumlah anak terlantar secara nasional berjumlah 3.176.462 anak. Dua tahun kemudian, tahun 2011, angka tersebut mengalami penurunan 60.685 anak menjadi 3.115.777 anak. Sedangkan anak jalanan yang sudah di tampung di Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) berjumlah 10.126 anak dari 88 LKS. Pada tahun yang sama anak yang tergolong rawan menjadi anak terlantar berjumlah 7.175.189 anak dari populasi anak Indonesia yaitu 58.171.746 anak anak usia 6 - 18 tahun. Sedangkan jumlah anak terlantar di DKI Jakarta tahun 2012 sebanyak 60.336 anak. Panti Sosial Asuhan Anak yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat berjumlah 30 panti dengan daya tampung 5.989 anak, sedangkan 54.347 anak belum tersentuh pelayanan pemerintah maupun organisasi sosial atau LSM. Angka tersebut menunjukan bahwa kualitas hidup anak kita memprihatinkan yang mengancam masa depan mereka, padahal mereka adalah aset, investasi Sumber Daya Manusia dan sekaligus tumpuan masa depan bangsa. Pada umumnya anak jalanan berasal dari keluarga yang ekonominya lemah, sehingga para orang tua tidak mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya. Selain itu juga dikarenakan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan tidak adanya kepedulian orang tua terhadap nasib pendidikan anak-anaknya, sehingga banyak anak turun ke jalan untuk membantu orang tuanya dalam mempertahankan hidup. Munculnya fenomena anak jalanan ini merupakan bukti tidak terpenuhinya perlindungan dan kebutuhan baik jasamani, rohani, maupun sosial yang menjadi hak anak seperti yang tercantum dalam konvensi hak-hak anak yang disadur dalam Undang-undang Perserikatan Bangsa-bangsa, yang selanjutnya tertuang dalam Undang-Undang perlindungan anak Republik Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 yang tertera dalam majalah societa bahwa “fakir miskin dan anak-anak 6 terlantar dipelihara oleh Negara”.9 Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Nurohim bahwa : Anak jalanan ada yang tinggal di kota Depok, Bogor, Jakarta, Tangerang maupun Bekasi. Ada anak jalanan yang ibunya tinggal di kota yang berbeda dengan tempat tinggal ayahnya karena pekerjaan, menikah lagi, atau cerai. Ada juga anak jalanan yang masih tinggal bersama keluarga, ada yang sudah terpisah akan tetapi sering pulang ke tempat keluarga, ada yang sama sekali tidak pernah tinggal bersama keluarganya atau bahkan ada yang tidak pernah mengenal sama sekali keluarganya.10 Oleh karena itu anak-anak jalanan yang tinggal di rumah singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok ini memiliki banyak latar belakang keadaan yang membuat anak-anak jalanan memilih hidup tinggal terpisah dari orang tuanya. Menurut Abudin Nata, “keharmonisan keluarga antara Bapak dan Ibu mempunyai pengaruh besar terhadap tingkah laku anak. Sekian banyak penyakit moral anak : egois, anarkis, hilangnya rasa percaya diri, sombong, dan tidak bertanggung jawab merupakan sumber awal dari suasana kehidupan keluarga”.11 Perilaku anak jalanan selalu berada dalam situasi rentan dalam segi perkembangan fisik, mental, sosial, bahkan nyawa sekalipun. Melalui stimulasi tindakan kekerasan terus menerus, terbentuklah sebuah nilai-nilai baru yang cenderung mengedepankan kekerasan sebagai cara untuk mempertahakan hidup. Di samping itu, anak jalanan dengan keunikan kerangka budayanya, memiliki tindak komunikasi yang berbeda didalam masyarakat. Perilaku sosial anak jalanan yang berada di masyarakat terlihat dari cara komunikasi yang kasar, memaksa, brutal, tata cara bicara 9 Anak Jalanan dan Terlantar, Tanggung Jawab Siapa? Majalah Societa, ( Jakarta: Kementrian Sosial RI edisi II/2011) h.7. 10 Hasil Wawancara dengan Nurrochim Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok 11 Abudin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits,( Ciputat: UIN Press,2005), Cet.1. h.236 7 yang buruk, gaya bahasa, pakaian yang tid12ak rapi, rambut yang di warnai membuat masyarakat tidak senang dengan anak jalanan. Dari kondisi tersebut, diperlukan suatu tempat atau lembaga untuk menampung dan memberikan pemenuhan kebutuhan pendidikan. Dalam khasanah penanganan anak jalanan dikenal dengan tiga pendekatan, yakni “street based (berpusat di jalanan), centre based (berpusat dipanti), dan community based (berpusat di masyarakat). Setiap pendekatan tersebut mempunyai ciri khas dari segi pelayanan, strategi, dan sasaran programnya”. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk penanganan anak jalanan yaitu pendekatan centre based (berpusat dipanti) dalam bentuk rumah singgah. Rumah singgah merupakan Lembaga Sosial Masyarakat yang memberikan solusi alternatif dengan memberikan pelayanan sosial kepada anak-anak yang kurang beruntung. Dimana bagi mereka disediakan rumah penampungan dan pendidikan yang berfungsi sebagai tempat bernaung dan media pendidikan non formal yang dapat membawa perubahan bagi anak jalanan. Selain itu mempertahankan kemampuan anak dimana penanganannya berdasarkan aspirasi dan potensi yang dimiliki anak. Para pekerja sosial dalam bekerja lebih banyak berprinsip pertemanan dalam pendampingan yang sejajar sebagai seorang sahabat. Penyediaan rumah singgah merupakan upaya agar hak-hak anak dari para anak jalanan dapat terpenuhi. Upaya penanganan anak jalanan melalui Rumah Singgah di Kota Depok khususnya yang dilakukan Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok merupakan yayasan yang berperan di bidang sosial, yang peduli dengan permasalahan sosial anak jalanan dengan melalui pendidikan luar sekolah, didalamnya memuat berbagai kegiatan antara lain: pembinaan keterampilan, sekolah terbuka, pendidikan nonformal, 12 Bagong Suyanto, “Masalah Sosial Anak” ( Jakarta: Kencana 2010).h. 201 8 bimbingan mental dan spiritual dan lain sebagainya. Pembinaan seperti ini merupakan pemenuhan hak anak dalam memperoleh pendidikan, karena pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar pendidikan anak-anak, namun terkadang kebutuhan itu tidak dapat terpenuhi dan banyak anak putus sekolah karena faktor kemiskinan sehingga anak di tuntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, situasi ini membawa konsekuensi banyak diantara mereka yang tidak pernah merasakan pendidikan. Pada masyarakat luas kehidupan sosial anak jalanan saat ini memberikan gambaran yang negatif. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku dan interaksi sosial anak-anak jalanan, terutama di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Interaksi sosial yang dilakukan meliputi bagaimana dalam kehidupan sehari-hari anak-anak melakukan interaksi dengan teman-teman sebaya, guru atau tutor dan masyarakat di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri. B. Identifikasi Masalah 1. Adanya keberadaan anak jalanan yang berasal dari berbagai wilayah seperti Depok, Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. 2. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi interaksi sosial pada masing-masing anak jalanan di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. 3. Adanya bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh anak-anak jalanan di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok C. Pembatasan Masalah Penelitian disini hanya akan dibatasi pada cara berinteraksi anak jalanan tingkatan pendidikan sekolah setara Sekolah Dasar terhadap teman sebaya, guru atau tutor dan masyarakat yang berada disekitar Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. 9 D. Perumusan Masalah Yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana bentuk Interaksi sosial anak jalanan terhadap sesama anak jalanan di rumah singgah yayasan bina insan mandiri Depok? 2. Bagaimana bentuk interaksi sosial anak jalanan terhadap guru atau tutor di rumah singgah yayasan bina insan mandiri Depok? 3. Bagaimana bentuk interaksi sosial anak jalanan terhadap masyarakat disekitar rumah singgah yayasan bina insane mandiri Depok? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan cara berinteraksi sosial anak-anak jalanan terhadap sesama teman, guru/tutor dan masyarakat yang berada di sekitar Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. F. Manfaat Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Menambah pengetahuan dan wawasan serta bahan dalam penerapan metode penelitian khususnya mengenai interaksi sosial pada kehidupan anak jalanan di rumah singgah. a. Bagi Peneliti Dapat mengembangkan ilmu menambah pengetahuan teori yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan. b. Bagi Institusi Pendidikan Dapat mengetahui bentuk interaksi sosial yang terjadi pada kehidupan anak-anak jalanan di Rumah Singgah. 10 c. Bagi masyarakat Dapat dijadikan khazanah keilmuan dan referensi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Dapat dijadikan sebagai rujukan dalam mengetahui bentuk-bentuk interaksi anak jalanan yang dijalan dengan anak jalanan yang tinggal di rumah singgah. a. Bagi Penelitian Dapat memberikan informasi tentang bentuk interaksi sosial anakanak jalanan di rumah singgah. b. Bagi Institusi Pendidikan (Yayasan) dan Masyarakat Dapat dijadikan rujukan dalam penerapan cara berinteraksi anakanak jalanan di rumah singgah. Dan untuk masyarakat Dapat dijadikan rujukan untuk mengetahui cara berinteraksi anak-anak jalanan BAB II KERANGKA TEORI A. Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai makhluk individu manusia memiliki dorongan atau motif untuk mengadakan interaksi dengan dirinya sendiri, sedangkan manusia sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain yang ada pada lingkungan sekitarnya. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau mengadakan interaksi sosial. Dengan demikian akan terjadi interaksi sosial antara manusia dengan manusia yang lain. Interaksi sosial berupa hubungan pengaruh yang tampak dalam pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. Salah satu sifat manusia adalah keinginan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya. Dalam hidup bersama antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok tersebut terjadi hubungan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui hubungan itu manusia ingin menyampaikan maksud, tujuan dan keinginannya masing-masing. Sedangkan untuk mencapai keinginan tersebut harus diwujudkan dengan tindakan melalui hubungan timbal balik. Tanpa adanya interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan masyarakat. Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang perorangan atau kelompok dengan kelompok manusia saling bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai tujuan bersama, 11 12 mengadakan persaingan, pertikaian, dan lain sebagainya. Maka, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial, yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Menurut Basrowi “Interaksi Sosial adalah hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok maupun orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerja sama, tetapi bisa juga berbentuk persaingan, pertikaian dan sejenisnya”.1 Jadi interaksi sosial merupakan hubungan yang mempertemukan seorang individu dengan individu lainnya atau inividu dengan kelompok, dalam bentuk interaksi sosial yang dibangun diantaranya tidak hanya sebuah kerja sama akan tetapi terlibat dengan persaiangan dan pertikanan juga. Sedangkan interaksi sosial menurut para tokoh antara lain : a. Kimball Young, interaksi sosial adalah kontak timbal balik antar dua orang atau lebih. b. Bonner, mengatakan bahwa interaksi sosial ialah suatu hubungan antara dua orang atau lebihs sehingga kelakuan individu yang satu mempengaruhi, merubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain dan sebaliknya.2 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok ataupun individu dengan kelompok. Hubungan yang dilakukan tidak hanya dalam bentuk kerja sama untuk saling memenuhi kebutuhan dari masing-masing individu atau kelompok tetapi juga dalam bentuk persaingan dan pertikaian. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena pada dasarnya manusia itu merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup secara individu dan memerlukan adanya hubungan antara sesama makhluk individu yang lain. Dalam interaksi sosial dan tindakan sosial dipengaruhi oleh dua macam orientasi. 1 Basowi,Pengantar Sosiologi,( Bogor: PT. Ghalia Indonesia,2005) h.138 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam ( Jakarta: Laboratorium Sosiologi agama,2008) h.57 2 13 Menurut Talcott Parsons yang dikutip oleh Yusran Razak, Orientasi tindakan dan interaksi sosial yang pertama adalah motivasional yaitu orientasi bersifat pribadi yang menunjuk pada keinginan individu yang bertindak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Yang kedua adalah orientasi nilai-nilai yang bersifat sosial, yakni orientasi yang menunjuk pada standar-standar normatif, seperti wujud agama dan tradisi setempat.3 Oleh karena itu tindakan dan interaksi sosial memperlihatkan dengan jelas bahwa keduanya memiliki hubungan yang tidak terpisahkan. Karena tindakan sosial merupakan perbuatan yang dipengaruhi oleh orang lain untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu, sedangkan interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik yang disebabkan oleh adanya tindakan atau reaksi dari kedua belah pihak. manusia tidak bisa menghindar dari keharusan berinteraksi dengan orang lain karena manusia adalah makhluk sosial yang keberadaan dirinya sangat ditentukan oleh orang lain. Seorang manusia tidak bisa lepas dari kelompok masyarakatnya. Dia membutuhkan berbagai hal yang hanya dapat dipenuhi apabila berinteraksi dengan orang lain. Menurut Douglas yang dikutip oleh Kamanto Sunarto mengatakan bahwa “dalam mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu, yang dikenal dengan interactionist perspective”4. Diantara berbagai pendekatan yang digunakan dalam interaksi sosial, dijumpai pendekatan yang dikenal dengan nama interaksionalisme simbolik (syimbolic interactionism). Sasaran yang digunakan dalam pendekatan ini adalah interaksi sosial dan simbolik yang mengacu kepada penggunaan simbol-simbol dalam kegiatan interaksi. Perspektif interaksionalisme simbolik ini memusatkan perhatiannya pada analisa hubungan antar-pribadi. Individu dipandang sebagai pe laku yang menafsirkan, menilai, mendefinisikan dan bertindak. 3 Ibid, h.58 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), Edisi Revisi h.35 4 14 Interaksionalisme simbolik menurut George Herbert Mead yang dikutip oleh Bernard Ravo, SVD “menekankan tentang Mind, Self, dan Society”.5 Mead memandang akal budi (mind) bukan sebagai satu benda, melainkan satu proses sosial. Akal budi manusia secara kualitatif berbeda dengan binatang. Kebanyakan tindakan manudia melibatkan suatu proses mental. Artinya antara aksi dan reaksi terdapat suatu proses yang melibatkan pikiran atau kegiatan mental. Herbert Mead menekankan pentingnya fleksibilitas dari akalbudi (mind) itu. Selain menghayati simbol-simbol yang sama dengan arti yang sama, fleksibilitas memungkinkan interaksi biarpun dalam situasi tertentu orang tidak mengerti arti dari stimulus atau simbol yang diberikan. Herbert Mead juga menekankan bahwa “simbol-simbol verbal (bahasa) penting karena kita selalu dapat mendengarkan diri sendiri walaupun kita mungkin tidak selalu bisa melihat tanda-tanda gerakgerik fisik kita”.6 Apa yang kita katakan selalu mempengaruhi diri kita sendiri dan orang-orang lain yang mendengarkan perkataan itu. Jadi, ketika kita sedang berbicara, dan sebelum lawan bicara kita memberikan reaksi atau tanggapan atas perkataan kita, kita dapat memutuskan apakah hal yang kita bicarakan membangkitkan reaksi yang kita inginkan atau tidak. Setelah konsep akal budi yang ditekankan oleh Mead, selanjutnya konsep tentang self (diri). Bagi Mead, “kemampuan untuk memberi jawaban kepada diri sendiri sebagaimana ia memberi jawaban terhadap orang lain, merupakan kondisi-kondisi penting dalam perkembangan akal budi itu sendiri”.7 Akal budi yang dimiliki setiap individu memiliki persepi yang berbeda-beda dalam menafsirkan segala sesuatu yang ada dihadapannya. Dan konsep yang 5 Bernard Ravo,SVD Teori Sosiologi Modern, ( Jakarta: Prestasi Pustakaraya,2007), cet,pertama. h.99 6 Ibid,101 7 Ibid,102 15 terakhir adalah society (masyarakat) pandangan Mead tentang masyarakat ialah “bahwa masyarakat ada sebelum individu dan proses mental atau proses berpikir muncul dari masyarakat”.8 2. Prinsip-prinsip Dasar Interaksionalisme Simbolik Ada beberapa prinsip dasar pada interaksionalisme simbolik diantaranya adalah, kemampuan untuk berpikir, berpikir dan berinteraksi dan pembelajaran makna simbol-simbol, aksi dan interaksi, membuat pilihan-pilihan, diri atau self, kelompok-kelompok dan masyarakat. Adapun Penjelasan dari prinsip-prinsip tersebut adalah: a. Kemampuan Untuk Berpikir Menurut Herbert Blummer,asumsi penting dari kemampuan berpikir bahwa, “Manusia memiliki kemampuan untuk berpikir membedakan interaksionalisme simbolik dari akarnya behaviorisme”.9 Kemampuan untuk berpikir itu berada di dalam akal budi tetapi interaksionalisme simbolik memahami akal budi secara lain. Akal budi berbeda dengan otak. Interaksionalisme simbolik juga tidak melihat akal budi sebagai benda atau struktur fisis melainkan suatu proses yang berkesinambungan. Proses itu adalah bagian dari proses yang lebih luas aksi dan reaksi. Akal budi berhubungan erat dengan konsepkonsep lain di dalam interaksionalisme simbolik termasuk sosialisasi, arti, simbol interaksi dan masyarakat. Jadi dalam kegiatan interaksi sosial yang berlangsung pada seorang individu harus mampu berpikir untuk memahami dan memberikan aksi reaksi kepada individu yang lain terhadap simbol-simbol dan makna yang diberikan dalam keberlangsungan interaksi sosial, Karena akal budi yang dimiliki manusia harus mampu untuk digunakan secara baik agar aksi-reaksi yang 8 9 Ibid,106 Ibid,107 16 diberikan sesuai dengan tujuan yang diinginkan pada interaksi sosial. b. Berpikir dan Berinteraksi Orang memiliki hanya kemampuan untuk berpikir yang bersifat umum. Kemampuan ini dibentuk dalam proses interaksi sosial. Interaksi sosial adalah suatu proses dimana kemampuan untuk berpikir dikembangkan dan diungkapkan. Segala macam interaksi menyaring kemampuan untuk berpikir. Lebih dari itu berpikir mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku. Dalam memperhatikan kebanyakan dan tingkah laku, memperhitungkan seseorang orang lain harus dalam memutuskan bagaimana ia harus bertingkah laku supaya sesuai dengan orang-orang lain. Namun demikian tidak semua proses interaksi sosial melibatkan proses berpikir. c. Pembelajaran Makna Simbol-simbol Dalam interaksi sosial, seseorang belajar simbol-simbol dan arti-arti. Kalau orang memberikan reaksi terhadap tanda-tanda tanpa berpikir panjang maka dalam memberikan reaksi kepada simbol-simbol, seseorang harus terlebih dahulu berpikir. Tanda memiliki arti di dalam diri mereka. Orang-orang menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan sesuatu tentang mereka. Menurut Bernard Ravo, Simbol-simbol menjadi penting karena memungkinkan manusia untuk bertindak secara sungguh-sungguh manusiawi. Oleh karena simbol-simbol, manusia tidak memberikan reaksi secara pasif kepada kenyataan yang dialaminya melainkan memberi arti kepadanya dan bertindak seturut arti yang diberikannya itu.10 d. Aksi dan Interaksi Perhatian utama dari interaksionalisme simbolik adalah dampak dari art-arti dan simbol-simbol dalam aksi dan interaksi manusia. Arti dan simbol-simbol memberikan aksi dan interaksi 10 Ibid,107 17 sosial suatu kekhasan. Arti dan simbol yang dilakukan dalam interaksi sosial akan menimbulkan tindakan sosial yang sesuai dengan apa yang ada di dalam pikirannya. e. Diri atau Self Diri atau self adalah konsep yang teramat penting bagi interaksionalisme simbolik. Guna memahami konsep diri dari apa yang dimaksudkan oleh Mead adalah memahami ide yang menjadi gagasan Ide Looking glass self. Adapun yang dimaksud dengan Looking Glass Self yang dikembangkan oleh Charles Horton Cooley yaitu diantaranya adalah “pertama, kita membayangkan bagaimana kita menampakkan diri kepada orang lain. kedua,penampilan kita dan yang ketiga, kita membayangkan bagaimana penilaian mereka terhadap semacam perasaan tertentu sebagai akibat dari bayangan kita tentang penilaian orang itu”.11 Self menjadi gambaran tentang perkembangan diri sendiri. Bagaimana diri sendiri melihat dan menilai apa yang menjadi tindakannya dihadapan masyarakat banyak, karena diri sendiri yang menjadi objek utama atas segala bentuk interaksi yang dilakukannya pada kehidupan di lingkungan sekitarnya. f. Kelompok-kelompok dan Masyarakat Kehidupan kelompok adalah keseluruhan tindakan yang sedang berlangsung. Namun demikian masyarakat tidak terbuat dari tindakan yang terisolasi. Disana ada tindakan yang bersifat kolektif yang melibatkan individu-individu untuk menyesuaikan tindakan mereka terhadap satu sama lain. Kelompok-kelompok dan masyarakat. 3. Ciri-Ciri Interaksi Sosial Menurut Basrowi Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang. 11 Ibid, 114 18 b. Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbolsimbol. c. Ada dimensi waktu ( masa lampau, masa kini, dan masa mendatang) yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung. d. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat.12 Dari ciri-ciri di atas interaksi sosial hanya akan terjadi jika dilakukan oleh dua orang atau lebih, hubungan tersebut dapat berupa individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Memiliki dimensi waktu dari pelaku interaksi yang dilakukan yang di dalam kegiatan interaksi memiliki tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh pelaku interaksi sosial untuk memenuhi kebutuhannya. 4. Mengacu pada ciri-ciri interaksi sosial, terdapat pula dua syarat terjadinya interaksi sosial yaitu: a. Adanya kontak sosial Menurut Bambang Pranowo “Kata kontak berasal dari bahasa latin, yaitu con atau cum ( bersama-sama) dan tango (menyentuh) jadi artinya bersama-sama menyentuh”.13 Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung antara satu pihak dengan pihak yang lainnya. Kontak sosial secara tidak langsung adalah kontak sosial yang menggunakan alat sebagai media perantara, misalnya melalui telepon, radio, surat dan lainlain. Sedangkan kontak sosial langsung merupakan kontak yang dilakukan secara langsung melalui suatu pertemuan dengan bertatap muka dan berdialog di antara kedua belah pihak tersebut. Dalam hubungan kontak sosial, dapat terjadi hubungan yang positif dan hubungan yang negatif. Kontak sosial positif terjadi oleh karena hubungan antara kedua belah pihak terdapat 12 Basrowi,op.cit., h.139. Bambang Pranowo, Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam ( Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama,2008), h.57. 13 19 saling pengertian, di samping menguntungkan masing-masing pihak tersebut, sehingga biasanya hubungan dapat berlangsung lebih lama, atau mungkin dapat berulang-ulang dan mengarah pada suatu kerja sama. Sedangkan pada kontak negatif terjadi oleh karena hubungan antar kedua belah pihak tidak melahirkan saling pengertian, mungkin merugikan masing-masing atau salah satu, sehingga mengakibatkan suatu pertentangan atau perselisihan. Menurut Soedjono yang dikutip oleh Abdul Syani, Kontak sosial mempunyai dua sifat yang pertama sifat primer, artinya terjadi apabila hubungan diadakan secara langsung yang berhadapan muka. Yang kedua bersifat sekunder artinya suatu kontak memerlukan suatu perantara. Kontak sosial dapat terjadi melalui dua cara. Cara pertama adalah verbal/gestural, yaitu kontak yang terjadi melalui saling menyapa, saling berbicara, dan berjabat tangan. Cara kedua adalah non-verbal/ non gestural yaitu kontak yang tidak mempergunakan kata-kata atau bahasa melainkan dengan isyarat. Misalnya, adalah bau minyak wangi, lambaian tangan dan sebagainya.14 Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu: 1) Antara perorangan, misalnya apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Menurut Kingsley Davis “Proses demikian melalui sosialiasai (socialization), yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai di masyarakat”.15 2) Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, misalnya apabila seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat atau apabila suatu partai politik memaksa anggota- 14 Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. Ke IV, 2002) h. 154. 15 Kingsley Davis: Human Society,Cetakan ke-13, The Macmillan Company, New York,1960. H. 149 20 anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan ideologi programnya. 3) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Umpanya, dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan partai politik yang ketiga di dalam pemilihan umum. Kontak sosial yang terjadi tidak semata-mata oleh karena adanya aksi belaka, akan tetapi harus memenuhi syarat pokok dari kontak sosial yaitu adanya tanggapan dari lawan kontak sosial. Karena kontak badaniah bukan merupakan syarat utama dalam melakukan kontak sosial. b. Adanya Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses saling memberikan tafsiran kepada atau perilaku pihak lain, seseorang mewujudkan perilaku sebagai reaksi terhadap maksud atau peran yang ingin disampaikan oleh pihak lain itu. Komunikasi dapat diwujudkan dengan pembicaraan, gerak-gerik fisik maupun perasaan. Selanjutnya, dari sini timbul sikap dan ungkapan perasaan, seperti senang, raguragu, takut atau menolak, bersahabat, dan sebagainya yang merupakan reaksi atas pesan ( message) yang diterima. Saat ada aksi dan reaksi itulah terjadi komunikasi. Menurut Soerjono Soekanto yang dikutip oleh Basrowi “komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perikelakuan orang lain ( yang berwujud apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut) orang yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut”.16 Dengan adanya sekelompok orang, dapat diketahui dan dipahami oleh pihak orang itu sekelompok lain. Hal ini berarti, apabila suatu hubungan sosial tidak terjadi komunikasi atau tidak saling mengetahui dan tidak saling 16 Basrowi,.Pengantar Sosioloigi ( Bogor: Ghalia Indonesia,2005), h.143 21 memahami maksud masing-masing pihak, maka dalam keadaan demikian, tidak terjadi kontak sosial. Dalam komunikasi terdapat banyak sekali tafsiran terhadap perilaku dan sikap masing-masing orang yang sedang berhubungan, ini halnya jabatan tangan dapat ditafsirkan sebagai kesopanan, persahabatan, kerinduan, sikap kebanggaan, dan lainlain. Dari uraian di atas tampak bahwa komunikasi hampir sama dengan kontak. Namun, adanya kontak belum tentu berarti komunikasi telah terjadi. Komunikasi menuntut adanya pemahaman makna atas suatu pesan dan tujuan bersama antara masing-masing pihak. Misalnya, orang Flores bertemu dan berjabat tangan dengan orang Madura, lalu dia berbicara dalam bahasa Flores, padahal si orang Madura itu sama sekali tidak mengerti bahasa Flores. Di sini, kontak sebagai isyarat pertama telah terjadi, tetapi komunikasi belum terjadi karena kedua orang itu tidak saling mengerti dan interaksi sosial pun tidak terjadi. Sementara itu berlangsungnya suatu interaksi sosial dapat didasarkan pada berbagai faktor sekalipun dalam bentuknya sederhana, ternyata interaksi merupakan proses yang kompleks. Menurut Sitorus dalam buku Pengantar Sosiologi yang dikutip oleh Basrowi mengatakan”berlangsungnya interaksi sosial dapat didasarkan pada berbagai faktor, antara lain imitasi,sugesti, identifikasi, dan simpati”.17 Faktor-faktor tersebut dapat bergerak dengan sendiri-sendiri secara terisah ataupun saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. 1) Faktor imitasi Imitasi adalah suatu proses belajat dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Dalam interaksi sosial, imitasi 17 Ibid,144. dapat bersifat positif, artinya imitasi tersebut 22 mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah nilai yang berlaku. Namun, imitasi juga dapat berpengaruh negatif apabila yang dicontoh itu adalah perilaku-perilaku menyimpang. Selain itu, imitasi juga melemahkan atau mematikan pengembangan daya kreativitas seseorang. 2) Faktor Sugesti Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berfikir panjang. Sugesti terjadi karena pihak yang menerima saran tersebut tergugah secara emosional dan biasanya emosi ini menghambat daya pikir rasionalnya. Proses sugesti lebih mudah terjadi apabila orang yang memberikan pandangan itu adalah orang yang berwibawa dan bersifat otoriter. Kiranya mungkin pula bahwa sugesti terjadi oleh sebab yang memberikan pandangan atau sikap merupakan bagian terbesar dari kelompok yang bersangkutan, atau masyarakat. 3) Faktor Identifikasi Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungankecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi menjadi sama dengan pihak lain. Sifat identifikasi lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan disengaja karena sering kali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya. Walaupun dapat berlangsung dengan sendirinya, proses identfikasi benar-benar mengenal pihak lain (yang menjadi idealnya) sehingga pandangan, sikap maupun 23 kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain tadi dapat melembaga dan bahwak menjiwainya. Nyatalah bahwa berlangsungnya identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam ketimbang proses imitasi dan sugesti walaupun ada kemungkinan bahwa pada mulanya proses identifikasi diawali oleh imitasi dan atau sugesti. 4) Faktor Simpati Simpati adalah perasaan “tertarik” yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa seolah-olah berada dalam keadaan orang lain. Proses ini seseorang merasa tertarik pada pihak lain dan perasaan memegang peranan penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Inilah perbedaan utamanya dengan identifikasi yang didorong oleh keinginan untuk belajar dari pihak lain yang dianggap kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati karena mempunyai kelebihan-kelebihan atau kemampuan-kemampuan tertentu yang patut dijadikan contoh. Proses simpati akan dapat berkembang di dalam suatu keadaan di mana faktor saling mengerti terjamin. Hal-hal tersebut di atas merupakan faktor-faktor minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial, walaupun dalam kenyataannya proses tadi memang sangat kompleks, sehingga kadang-kadang sulit untuk mengadakan pembedaan tegas antara faktor-faktor tersebut, akan tetapi dari keempat faktor interaksi di atas mereka saling memiliki keterkaitan antara faktor yang satu dengan faktor yang lain. 24 5. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Suatu pertikaian mungkin mendapatkan suatu penyelesaian. Mungkin penyelesaian pertikaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu. Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial menurut para tokoh adalah sebagai berikut yang dikutip oleh Soerjono Soekanto: a. Gillin dan Gillin, bentuk interaksi sosial adalah prosesproses yang asosiatif adalah (akomodasi, asimilasi, dan akulturasi). Dan proses-proses yang disosiatif adalah (persaingan, pertentangan). b. Menurut Kimball Young, bentuk interaksi sosial adalah : 1) Oposisi (Persaingan dan pertentangan) 2) Kerja sama yang menghasilkan akomodasi 3) Diferensiasi (tiap individu mempunyai hak dan kewajiban atas dasar perbedaan usia, seks, dan pekerjaan)18 Bentuk-bentuk interaksi sosial menurut para tokoh terdapat beberapa perbedaan. Namun perbedaan-perbedaan itu hanya tampak kecil karena masing-masing sistematika tersebut apabila digabungkan diharapkan akan dapat menghasilkan gambaran yang jelas tentang bentuk-bentuk interaksi sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat sosial. Bentuk-bentuk pokok interaksi sosial tersebut tidak merupakan suatu kesinambungan tergantung pada suatu kondisi dan situasi tertentu. a. Bentuk-bentuk Proses Sosial yang Asosiatif 1) Kerja Sama Kerja sama merupakan interaksi sosial yang paling penting. Pada dasarnya, setiap manusia melakukan interaksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerja sama timbul 18 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2002) cet.ke 3,h.65 25 karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-group nya). Menurut Charles Hurton Cooley yang dikutip dalam buku Pengantar Sosiologi Oleh Basrowi mengatakan kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadao diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerja sama, kesadaran akan adanya kepentingankepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.19 Sehubungan dengan kerja sama menurut Soerjono Soekanto ada tiga bentuk kerja sama yaitu “bargaining, cooptation, dan coalication”.20 Ketiga bentuk kerja sama yang pertama adalah bargaining, yaitu pelaksanaan mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih. Jadi bentuk kerja sama ini melakukan perjanjian terlebih dahulu sebelum akhirnya melakukan kerja sama antara individu atau kelompok dengan kesepakatan bersama. Kedua, Cooptation, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu menghindari terjadinya guncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. Dan yang ketiga yaitu coalication, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunya tujuan-tujuan yang sama. 2) Akomodasi Menurut Basrowi,“Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang menunjukkan 19 Basrowi, Pengantar Sosiologi, h.145-146 Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan,(Jakarta: PT. Bumi Aksara,2012), h.156. 20 26 keseimbangan yang berhubungan dengan nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat”21. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usahausaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Menurut Soedjono yang dikutip oleh Abdul Syani mengatakan bahwa “Akomodasi adalah suatu keadaan di mana suatu pertikaian atau konflik, mendapat penyelesaian, sehingga terjalin kerja sama yang baik kembali”.22 Dengan demikian, kepribadian masing-masing yang bertikai tetap terjaga dengan baik. Akomodasi sebagai suatu proses memiliki berbagai bentuk diantaranya: a) Coercion adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan oleh karena adanya paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, di mana salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. b) Compromise adalah suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. c) Arbitration merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya. 21 22 Basrowi, Op. Cit, h. 150 Ibid, h.159 27 d) Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. e) Conciliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama. f) Toleration juga sering dinamakan sebagai tolerantparticipation. Ini merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. g) Stalemate merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangan. h) Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan. 3) Asimilasi ( Assimilation) Menurut Basrowi Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia di tandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orangperorangan atau kelompok dengan kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama.23 Asimilasi dilakukan apabila orang-orang yang melakukan asimilasi ke dalam suatu kelompok manusia atau masyarakat, dia tidak lagi membedakan dirinya dengan kelompok tersebut yang mengakibatkan dirinya dianggap sebagai orang asing. Dalam proses asimilasi, mereka mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok. Proses asimilasi ditandai dengan 23 Ibid, h. 162 28 pengembangan sikap-sikap yang sama, walau kadangkala bersifat emosional dengan tujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi, pikiran, dan tindakan. Dari uraian di atas jelas bahwa proses asimilai terkait erat dengan pengembangan sikap-sikap dan cita-cita yang sama. Sehingga perbedaan-perbedaan yang ada dapat melebur menjadi satu karena adanya kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan dari kelompok. b. Proses-proses Disosiatif Menurut Soerjono Soekanto “Proses-proses disosiatif sering disebut sebagai Oppositional processes, yang persis halnya dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat yang bersangkutan”24. Suatu oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Prosesproses disosiatif diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Persaingan Persaingan merupakan suatu usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih daripada yang lainnya. Sesuatu itu bisa berbentuk harta benda atau suatu popularitas tertentu. Persaingan biasanya bersifat individu, apabila hasil dari persaingan itu dianggap cukup untuk memenuhi kepentingan pribadi. Menurut Basrowi “Bentuk kegiatan persaingan ini biasanya didorong oleh motivasi berikut ini untuk mendapatkan status sosial, memperoleh jodoh, mendapatkan kekuasaan, mendapatkan nama baik, mendapatkan kekuasaan dan lainlain”.25 24 25 Soerjono Soekanto, Op.cit. h.82 Basrowi, Loc.cit, h.146 29 Dengan kata lain adanya persaingan oleh karena ada perasaan atau anggapan bahwa seseorang itu lebih beruntung jika tidak bekerja sama dengan orang lain. Karena persaingan merupakan suatu upaya untuk mencapai suatu tujuan dengan bersaing terhadap yang lain. 2. Kontravensi Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian. kontravensi dtitandai oleh gejalagejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Kontravensi ini dalam bentuknya seperti keengganan, kebencian, penolakan, perlawanan, protes, gangguan-gangguan lain, dan bahkan rencana untuk menghalangi pihak lain agar itu tidak terjadi. Kontravensi apabila dibandingakan dengan persaingan dan pertentangan atau pertikaian, bersifat agak tertutup atau rahasia. Perang dingin, misalnya merupakan bentuk kontravensi karena tujuannya adalah untuk membuat lawan tidak tenang. Dalam hal ini, pihak lawan tidak diserang secara fisik, akan tetapi secara psikologis. 3. Pertikaian atau Pertentangan Pertikaian adalah bentuk persaingan yang berkembang secara negatif, artinya di satu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk menyingkirkan pihak lainnya. Menurut Soerjono Soekanto “ada beberapa hal yang menjadi penyebab dari pertikaian atau pertentangan antara lain, Perbedaan antara individu-individu, perbedaan 30 kebudayaan, perbedaan kepentingan dan adanya perubahan sosia”.26 Perbedaan-perbedaan ada di antara masyarakat yang kemudian berkembang menjadi sebuah pertikaian atau pertentangan, akan tetapi tidak semua bentuk pertikaian disertai dengan tindak kekerasan. Karena pertikaian atau pertentangan dapat memungkinkan untuk melakukan penyesuaian diri kembali jika fungsi-fungsi nilai dan norma sosial dan toleransi pribadi masih cukup kuat. Pertikaian akan dapat diselesaikan jika di antara masing-masing pihak yang bertikai dapat mengintropeksi diri, berusaha dan mau menyadari kesalahan dan kelemahan masing-masing. Alternatif yang terjadi kemudian diantara yang bertikai dapat hidup berdampingan dengan bekerja sama atau masing-masing menjauhkan diri secara tegas karena tidak mungkin dilakukan kerja sama. B. Anak Jalanan 1. Pengertian Anak Jalanan Ada beberapa pengertian anak jalanan yang dikemukakan oleh berbagai pihak, antara lain: a. Anak Jalanan menurut Rano Karno tatkala ia menjabat sebagai Duta Besar UNICEF, yang dikutip oleh Bagong Suyanto mengatakan bahwa, Anak Jalanan sesungguhnya mereka adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teraliensi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat.27 Jadi anak jalanan adalah anak yang teraliensi dari perlakukan kasih sayang, sehingga ia sejak usia anak-anak sudah terlibat dengan dunia dan lingkungan kota dan jalanan. 26 Soerjono Soekanto, op. cit. , h.91. Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak,( Jakarta : PT. Kencana Prenada Media Grup,2013).h. 199 27 31 b. Menurut Soedijar (1989) dalam buku “Anak Jalanan dan Kekerasan” dikemukakan bahwa, “Anak jalanan adalah anak-anak usia 7-15 tahun yang bekerja di jalan raya dan tempat umum lainnya yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan orang lain serta membahayakan keselamatan dirinya”.28 c. Menurut Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Departemen Sosial RI, “Anak jalanan adalah anak berusia antara 5 tahun sampai dengan 21 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah, berkeliaran di jalanan maupun di tempattempat umum”.29 d. Dalam Jurnal Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan yang disusun oleh Armai Arief dikemukakan bahwa: UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu : Street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya.30 Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa anak jalanan merupakan anak yang berusia di bawah 21 tahun, yang menggunakan sebagian waktunya di jalanan atau di tempat-tempat umum lainnya. Aktivitas anak jalanan bukan hanya yang bertujuan mencari uang atau mencari nafkah, tetapi juga aktivitas lain seperti bermain, istirahat, tidur, atau belajar. 28 Heru Prasadja, Murniati Agustian, “Anak Jalanan & Kekerasan”’ (Jakarta: PKMP Unika Atma Jaya bekerjasama dengan Depsos, 2000), h. 4. 29 Murdiyanto, “Pengaruh Penyuluhan dan Bimbingan Sosial, terhadap Persepsi Stakeholder pada Anak Jalanan di Palembang” (Yogyakarta: Citra Media, 2008), cet 1, h. 14. 30 Armai Arief, Upaya (http://anjal.blogdrive.com/archive/ 11. html) Pemberdayaan Anak Jalanan,2013 32 Di berbagai sudut kota, sering terjadi anak jalanan harus bertahan hidup dengan cara-cara yang secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat diterima masyarakat umum, sekedar untuk menghilangkan rasa lapar dan keterpaksaan untuk membantu keluarganya. Tidak jarang mereka pula dicap sebagai pengganggu ketertiban dan membuat kota menjadi kotor dengan keberadaan mereka. Menurut Bagong “Marginal, rentan, dan eksploitatif adalah istilah-istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan anak jalanan”.31 Anak Jalanan dikatakan marginal karena anak-anak jalanan melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas dengan jenjang kariernya, kurang dihargai, dan umumnya juga tidak menjanjikan prospek apapun di masa depan. Mereka juga rentan dengan resiko yang harus ditanggung akibat dari jam kerja yang sangat panjang benar-benar dari segi kesehatan maupun sosial sangat rawan. Dan adapun makna dari eksploitatif karena biasanya anak jalanan memiliki posisi tawar-menawar yang sangat lemah, tersubordinasi, dan cenderung menjadi objek perlakuan yang sewenang-wenang dari ulah para preman atau oknum aparat yang tidak bertanggung jawab. Menurut Farid yang dikutip oleh Bagong Suyatno dalam buku Masalah Sosial Anak, Sebagai bagian dari pekerja anak ( child labour), anak jalanan sendiri sebenarnya bukanlah kelompok yang homogen. Mereka cukup beragam, dan dapat dibedakan atas dasar pekerjaannya, hubungannya dengan orangtua atau dewasa terdekat, waktu dan jenis kegiatannya dijalanan, serta jenis kelaminnya. 32 Berdasarkan hasil kajian di lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok yaitu: Children On The Street, 31 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak,( Jakarta : PT. Kencana Prenada Media Grup,2013) h.200. 32 Ibid, h.203 33 Children from Children of the street dan Children from families on the street33. Pertama, children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan yang mereka dapatkan dijalanan akan diberikan kepada orang tuanya. Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya. Kedua, children of the street, yakni anak-anak jalanan yang berpartisipasi penuh dijalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orangtuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab, biasanya karena kekerasan, lari atau pergi dari rumah. Anak jalanan pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan yang salah, baik secara sosial dan emosional, fisik maupun seksual. Ketiga, children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di Jalanan. Walaupun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat yang lainnya dengan segala resiko yang akan dihadapinya. 2. Faktor Penyebab Anak Jalanan Secara umum ada tiga tingkatan penyebab keberadaan anak jalanan: a. Tingkat mikro (immediate causes), yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarganya, b. Tingkat messo (underlying causes), yaitu faktor yang ada dimasyarakat, 33 Ibid,h. 200 34 c. Tingkat makro (basic causes), yaitu berhubungan dengan struktur makro.34 faktor yang Adapun uraian untuk tiga tingkatan yang telah dikemukakan di atas adalah sebagai berikut: 1) Tingkat Mikro Pada tingkat ini, biasanya anak menjadi anak jalanan di sebabkan faktor internal dalam keluarga, yaitu: a) Keluarga mengalami kesulitan ekonomi, sehingga anak dengan sangat terpaksa lari dari keluarga, berusaha untuk mandiri dan berjuang sendiri mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhannya. b) Orang tua mengalami perceraian, perceraian menyebabkan berkurangnya perhatian, kasih sayang dan rasa aman yang diterima anak dari keluarga, sehingga anak mencari c) kebutuhan tersebut dengan cara menjadi anak jalanan.35 2) Tingkat Messo Pada tingkat messo, faktor penyebab dapat diidentifikasi sebagai berikut: a) Masyarakat atau komunitas miskin mempunyai pola hidup dan budaya miskinnya sendiri. Pola hidup yang tidak teratur dan memandang anak sebagai aset untuk menunjang hidup keluarga yang menyebabkan hilangnya kebutuhan-kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya. Sehingga kadang anak harus bekerja dan tidak bersekolah. Nilai bagaimana nantinya, tidak ada orientasi masa depan menyebabkan mereka dalam kondisi yang rentan dalam berbagai hal. Seperti ketika sakit, tidak 34 Dwi Astuti, Penelitian Rumah Singgah Se-Jawa Timur, 2013 (www.damadiri.or.id/file/ dwiastututiunairbab2.pdf). 34 Modul Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti, (Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI, 2006), h. 5. 35 mempunyai uang untuk berobat. Di lain pihak perkerjaan tidak jelas. b) Pola urbanisasi ke kota-kota besar tanpa perbekalan yang memadai. c) Penolakan masyarakat terhadap anak jalanan sebagai calon kriminal.36 3) Tingkat Makro Pada tingkat makro, faktor penyebab dapat diidentifikasi sebagai berikut: a) Ekonomi. Peluang pekerjaan sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal keahlian, mereka harus lama dijalanan dan meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan desa dan kota yang mendorong urbanisasi. b) Pendidikan. Biaya sekolah yang tinggi, perilaku guru yang diskriminatif, dan ketentuan-ketentuan teknis dan birokratis yang mengalahkan kesempatan belajar. c) Belum beragamnya unsur-unsur pemerintah memandang anak jalanan antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan (pendekatan kesejahteraan) dan pendekatan yang menganggap anak jalanan sebagai trouble maker atau pembuat masalah. Pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah adalah pendekatan keamanan (security approach).37 Dwi Astuti mengutip dari BKSN mengemukakan faktor penyebab anak turun ke jalan untuk bekerja dan hidup di jalanan adalah sebagai berikut: 1) Faktor pendorong : a) Keadaan ekonomi keluarga yang semakin dipersulit oleh besarnya kebutuhan yang ditanggung kepala keluarga, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga, 36 37 Ibid,h. 9 Dwi Astuti,loc. cit 36 maka anak-anak disuruh ataupun dengan sukarela membantu mengatasi kondisi ekonomi tersebut. b) Ketidak serasian dalam keluarga, sehingga anak tidak betah tinggal di rumah atau anak lari dari keluarga. a. Adanya kekerasan atau perlakuan salah dari orang tua terhadap anaknya sehingga anak lari dari rumah. b. Kesulitan hidup di kampung, anak melakukan urbanisasi untuk mencari pekerjaan mengikuti orang dewasa. c) Faktor Penarik : a. Kehidupan jalanan yang menjanjikan, dimana anak mudah mendapatkan uang, anak bisa bermain dan bergaul dengan bebas. b. Diajak teman. c. Adanya peluang di sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal dan keahlian.38 Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat disimpulkan, sesungguhnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan jalanan, seperti: tekanan kemiskinan, ketidak harmonisan keluarga, pengaruruh teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan untuk hidup di jalanan. Selain itu juga alasan anak memilih hidup di jalanan adalah karena kurang biaya sekolah dan membantu pekerjaan orang tua. Kombinasi dari faktor-faktor tersebut sering kali memaksa anak-anak mengambil inisiatif mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan. 3. Karakteristik Anak Jalanan Dalam buku Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan melalui Rumah Singgah, setiap Rumah Singgah boleh menentukan sendiri kategori anak jalanan yang didampinginya. Kategori anak jalanan 38 Ibid,89 37 dapat disesuaikan dengan kondisi anak jalanan di kota masing-masing. Secara umum kategori anak jalanan adalah sebagai berikut:39 a. Anak jalanan yang hidup di jalanan, dengan cirinya sebagai berikut: 1) Putus hubungan atau lama tidak bertemu dengan orang tuanya minimal setahun yang lalu, 2) Berada di jalanan seharian untuk bekerja dan mengelandang, 3) Bertempat tinggal di jalanan dan tidur di sembarang tempat seperti emper toko, kolong jembatan, taman terminal, stasiun, dan lain-lain. 4) Tidak bersekolah lagi. b. Anak jalanan yang bekerja di jalanan, cirinya adalah: 1) Berhubungan tidak teratur dnegan orang tuanya, yakni pulang secara periodik misalnya seminggu sekali, sebulan sekali, dan tidak tentu. Mereka umumnya berasal dari luar kota yang bekerja di jalanan. 2) Berada di jalanan sekitar 8 s.d 12 jam untuk bekerja, sebagian mencapai 16 jam, 3) Bertempat tinggal dengan cara mengontrak sendiri atau bersama teman, dengan orang tua atau saudaranya, atau di tempat kerjanya di jalan, 4) Tidak bersekolah lagi. c. Anak yang rentan menjadi anak jalanan, cirinya adalah: 1) Setiap hari bertemu dengan orang tuanya (teratur), 2) Berada di jalanan sekitar 4 s.d 6 jam untuk bekerja, 3) Tinggal dan tidur bersama orang tua atau wali, 4) Masih bersekolah. 39 Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah, (Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI, 2002), h. 13-15. 38 Dwi Astuti mengutip dari buku “Modul Pelatihan Pimpinan Rumah Singgah” kategori dan karakteristik anak jalanan:40 a. Kelompok anak yang hidup dan bekerja di jalanan. Karakteristiknya : 1) Menghabiskan seluruh waktunya di jalanan, 2) Hidup dalam kelompok kecil atau perorangan, 3) Tidur diruang-ruang atau cekungan diperkotaan, seperti: terminal, emper toko, kolong jembatan dan pertokoan, 4) Hubungan dengan orang tuanya biasanya sudah putus, 5) Putus sekolah, 6) Bekerja sebagai pemulung, ngamen, mengemis, semir, kuli angkut barang, 7) Berpindah-pindah tempat. b. Kelompok anak jalanan yang bekerja dijalanan dan masih pulang kerumah orang tua mereka setiap hari. Karakteristiknya : 1) Hubungan dengan orang tua masih ada tetapi tidak harmonis, 2) Sebagian besar dari mereka telah putus sekolah dan sisanya rawan untuk meninggalkan bangku sekolah, 3) Rata-rata pulang setiap hari atau seminggu sekali ke rumah, 4) Bekerja sebagai pengemis, pengamen diperempatan, kernet, asongan koran dan ojek payung. c. Kelompok anak jalanan yang bekerja dijalanan dan pulang ke desanya antara satu hingga dua bulan sekali. Karakteristiknya : 1) Bekerja di jalanan sebagai pedagangan asongan, menjual makanan keliling, kuli angkut barang, 2) Hidup berkelompok bersama dengan orang-orang yang berasal dari satu daerah dengan cara mengontrak rumah atau tinggal di sarana-sarana umum atau tempat ibadat seperti masjid, 3) Pulang antara 1 hingga 3 bulan sekali, 40 Dwi Astuti, loc.cit. 39 4) Ikut membiayai keluarga didesanya, 5) Putus sekolah. d. Anak remaja jalanan bermasalah (ABG). Karakteristiknya : 1) Menghabiskan sebagian waktunya dijalanan, 2) Sebagian sudah putus sekolah, 3) Terlibat masalah narkotika dan obat-obatan lainnya, 4) Sebagian dari mereka melakukan pergaulan seks bebas, pada beberapa anak perempuan mengalami kehamilan dan mereka rawan untuk terlibat prostitusi, 5) Berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Dalam buku Modul Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti, seorang anak dikatakan anak jalanan bilamana mempunyai indikasi sebagai berikut:41 a. Usia dibawah 18 tahun b. Orientasi Hubungan Hubungan dengan keluarganya adalah hubungan yang sekerdarnya, tidak ada komunikasi yang rutin diantara mereka, ada yang sama seklai tidak berhubungan dengan keluarganya, masih ada hubungan sosial secara teratur minimal dalam arti bertemu sekali setiap hari, dan masih ada kontak dengan keluarganya namun tidak teratur. c. Orientasi Waktu Mereka tidak mempunyai orientasi waktu mendatang. Orientasi waktunya adalah masa kini. Dan waktu yang dihabiskan dijalanan lebih dari empat jam setiap harinya. d. Orientasi Tempat Tinggal 1) Tinggal bersama orang tuanya, 2) Tinggal dengan teman-teman sekelompoknya, 3) Tidak mempunyai tempat tinggal, tidur disembarang tempat. 41 Modul Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti, op.cit., h. 3-5. 40 e. Orientasi Tempat Berkumpul Tempat berkumpul mereka adalah tempat-tempat yang kumuh, kotor banyak makanan sisa, tempat berkumpulnya orangorang. Misalkan pasar, terminal bus, stasiun kereta api, tamantaman kota, daerah lokalisasi Wanita Tuna Susila (WTS), perempatan jalan atau jalan raya, di kendaraan umum (pengamen), dan tempat pembuangan sampah. f. Orientasi Aktivitas Pekerjaan Aktivitas yang mereka kerjakan adalah aktivitas yang berorientasi pada kemudahan mendapat uang sekedarnya untuk menyambung hidup. Seperti, menyemir sepatu, mengasong, menjadi calo, menjajakan koran/majalah, mencuci kendaraan, menjadi pemulung, mengamen, menjadi kuli angkut, dan menjadi penghubung atau penjual jasa. g. Pendanaan dalam Aktivitasnya 1) Modal sendiri, 2) Modal kelompok, 3) Modal majikan/ patron, 4) Stimulant/ bantuan. h. Permasalahan-Permasalahan yang Dihadapi 1) Korban eksploitasi seks, 2) Dikejar-kejar aparat 3) Terlibat tindakan kriminal, 4) Konflik dengan kelompok lain atau teman dalam kelompok, 5) Potensi kecelakaan lalu lintas, 6) Ditolak masyarakat. i. Kebutuhan-Kebutuhan Anak Jalanan 1) Haus kasih sayang, 2) Rasa aman, 3) Kebutuhan sandang, pangan (gizi), kesehatan, 41 4) Kebutuhan pendidikan, 5) Bimbingan keterampilan, 6) Bantuan usaha, 7) Harmonis hubungan sosial dengan keluarga, orang tua dan masyarakat. Tabel 2.1 Berikut ciri-ciri fisik dan psikis anak jalanan dalam penelitian Dwi Astuti yang mengutip dari buku “Intervensi Psikososial”: Ciri Fisik Ciri Psikis ï€ ï€ ï€ ï€ ï€ ï€ ï€ ï€ ï€ ï€ ï€ ï€ ï€ Warna kulit kusam Rambut Kemerah-merahan Kebanyakan berbadan kurus Pakaian tidak terurus Mobilitas tinggi Acuh tak acuh Penuh curiga Sangat sensitif Berwatak keras Kreatif Semangat hidup tinggi Berani menanggung resiko Mandiri42 Sumber : Modul Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti, (Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI, 2006) Dari tabel di atas ciri anak jalanan terbagi dalam dua kategori yaitu fisik dan psikis. Ciri fisik anak jalanan adalah anak jalanan mempunyai warna kulit kusan, rambut kemerah-merahan, kebanyakan berbadan kurus, dan pakaian tidak terurus. Sedangkan ciri psikis adalah mereka mempunyai mobilitas yang tinggi terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, masa bodoh, mempunyai rasa penuh curiga, sangat sensitif, sulit diatur, berwatak keras, kreatif, semangat hidup yang tinggi, tidak berpikir panjang (berani mengambil resiko), dan mandiri. Mengenai profesi anak jalanan dikatakan oleh Armai Arief bahwa: 42 Ibid, h.8 42 Pekerjaan anak jalanan beraneka ragam, dari menjadi tukang semir sepatu, penjual asongan, pengamen sampai menjadi pengemis. Banyak faktor yang kemudian diidentifikasikan sebagai penyebab tumbuhnya anak jalanan. Parsudi Suparlan berpendapat bahwa adanya orang gelandangan di kota bukanlah semata-mata karena berkembangnya sebuah kota, tetapi justru karena tekanantekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tempat yang diduga dapat memberikan kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota (Parsudi Suparlan, 1984 : 36 ).43 Dwi Astuti mengutip dari BKSN tahun 2000 mengemukakan bahawa model pembinaan terhadap anak jalanan, diantaranya: a. Model Rumah Singgah Rumah singgah adalah suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu informal jalanan mereka. Rumah Singgah merupakan proses yang memberikan suasana resosialisasi kepada terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku anak di masyarakat setempat. Rumah singgah adalah tahapan awal bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan selanjutnya, oleh karena itu penting kiranya menciptakan suasana nyaman, tertib dan menyenangkan bagi anak jalanan. b. Model Mobil Sahabat Anak Mobil sahabat anak adalah sebuah unit mobil keliling yang dimaksudkan untuk mengunjungi dan memberikan pelayanan kepada anak jalanan di tempat- tempat mereka berkumpul atau berada di jalanan. Mobil sahabat anak ini bertujuan untuk membantu anak jalanan yang tidak menikmati pendidikan formal agar mereka mendapatkan pendidikan di tempat mereka berkumpul tanpa menggangu aktivitas mereka untuk bekerja dijalanan. Adapun Tujuan dari pelayanan ini adalah sebagai berikut: 43 Armai Arief, loc.cit. 43 1. Memberikan pelayanan penjangkauan yang mudah dan cepat 2. Memberikan pendampingan dan pelayanan sosial yang Boarding house adalah suatu wahana pelayanan lanjutan bagi anak dibutuhkan 3. Memberikan pelayanan rujukan. c. Model Boarding House atau Pemondokan jalanan yang bertujuan untuk: 1. Mempertahankan sikap dan prilaku positif, 2. Memberikan kesempatan kepada memperoleh pelayanan lanjutan anak dalam jalanan rangka untuk penuntasan masalah mereka, 3. Mempercepat proses kemandirian anak jalanan.44 Dari beberapa model pembinaan anak jalanan dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat 2 model pembinaan, yaitu; pertama, melalui sebuah tempat penampungan yang dapat digunakan sebagai tempat untuk berlindung, tempat untuk tinggal, dan juga untuk belajar. Kedua, model pembinaan yang langsung mengunjungi dan memberikan pelayanan kepada anak jalanan di tempat-tempat mereka berkumpul tanpa mengganggu aktivitas mereka untuk bekerja dijalanan. C. Rumah Singgah 1. Pengertian Rumah Singgah Rumah Singgah merupakan sebagai “tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut”.45 Sedangkan menurut Departemen Sosial RI Rumah Singgah didefinisikan sebagai “suatu wahana yang dipersiapkan sebagai 44 Dwi Astuti, Loc. cit Armai Arief, loc.cit. 45 44 perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka”.46 Rumah Singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana pusat resosialisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma di masyarakat. Rumah Singgah merupakan “tahap awal bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan. Selanjutnya, oleh karenanya penting menciptakan Rumah Singgah sebagai tempat yang aman, nyaman, menarik, dan menyenangkan bagi anak jalanan”.47 2. Tujuan Rumah Singgah Secara umum tujuan dibentuknya Rumah Singgah adalah membantu menemukan anak jalanan alternatif mengatasi untuk masalah-masalahnya pemenuhan kebutuhan dan hidupnya. Sedangkan secara khusus tujuan Rumah Singgah adalah: a. Membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. b. Mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga pengganti jika diperlukan. c. Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif.48 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dibentuknya rumah singgah yaitu untuk mengembalikan sikap dan perilaku anak jalanan sesuai dengan norma, mengupayakan agar anak kembali ke rumah, ke keluarga atau lembaga pengganti serta 46 Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah, op. cit., h. 6. 47 Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial RI, 1999), h. 5. 48 Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah, op. cit., h.7 45 menyiapkan masa depan melalui berbagai alternatif pelayanan pemberdayaan. 3. Fungsi Rumah Singgah Dalam buku Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah, Rumah Singgah memiliki fungsi sebagai berikut: a. Tempat penjangkauan pertama kali dan pertemuan pekerja sosial dengan anak jalanan untuk menciptakan persahabatan, kekeluargaan, dan mencari jalan keluar dari kesulitan mereka. b. Tempat membangun kepercayaan antara anak dengan pekerja sosial dan latihan meningkatkan kepercayaan diri berhubungan dengan orang lain. c. Perlindungan dari kekerasan fisik, psikis, seks, ekonomi, dan bentuk lainnya tyang terjadi di jalanan. d. Tempat menanamkan kembali dan memperkuat sikap, perilaku, dan fungsi sosial anak sejalan dengan norma masyarakat. e. Tempat memahami masalah yang dihadapi anak jalanan dan menemukan penjaluran kepada lembaga-lembaga lain sebagai rujukan. f. Sebagai media perantara antara anak jalanan dengan keluarga/lembaga lain, seperti panti, keluarga pengganti, dan lembaga pelayanan sosial lainnya. Anak jalanan diharapkan tidak terus-menerus bergantung kepada Rumah Singgah, melainkan dapat memperoleh kehidupan yang lebih abik melalui atau setelah proses yang dijalaninya. g. Tempat informasi berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan anak jalanan seperti data dan informasi tentang anak jalanan, bursa kerja, pendidikan, kursus keterampilan, dan lain-lain.49 49 Ibid, h.9 46 Sedangkan dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah, fungsi Rumah Singgah antara lain: a. Tempat pertemuan (meeting point) pekerja sosial dan anak jalanan. Dalam fungsi ini, Rumah Singgah merupakan tempat bertemu antara pekerja sosial dengan anak jalanan untuk menciptakan persahabatan, assessment/diagnosa, dan melakukan kegiatan program. b. Pusat assessment dan rujukan. Dalam fungsi ini, Rumah Singgah menjadi tempat melakukan ass essment atau diagnosis terhadap kebutuhan dan masalah anak jalanan serta melakukan rujukan (referal) pelayanan sosial bagi anak jalanan. c. Fasilitator (media perantara dengan keluarga/lembaga lain) Dalam fungsi ini, Rumah Singgah merupakan media perantara antara anak di jalanan dengan keluarga, keluarga pengganti, dan lembaga lainnya. Anak jalanan diharapkan tidak terus menerus bergantung kepada Rumah Singgah, melainkan dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik melalui atau setelah proses yang dijalaninya. d. Perlindungan Rumah Singgah dipandang sebagai tempat berlindung dari kekerasan/penyalahgunaan seks, ekonomi, dan bentuk-bentuk lainnya yang terjadi di jalanan. e. Pusat informasi Rumah Singgah menyediakan informasi berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan anak jalanan seperti data dan informasi tentang anak jalanan, bursa kerja, pendidikan, kursus keterampilan, dll. d. Kuratif dan rehabilitatif (mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak) 47 Dalam fungsi ini, para pekerja sosial diharapkan mampu mengatasi permasalahan anak jalanan dan membetulkan sikap dan perilaku sehari-hari yang akhirnya akan mampu menumbuhkan keberfungsisosialan anak. Cara-cara atau intervensi professional dilakukan untuk fungsi initermasuk menggunakan konselor yang sesuai dengan masalahnya. e. Akses terhadap pelayanan Sebagai persinggahan, Rumah Singgah menyediakan akses kepada berbagai pelayanan sosial. Pekerja sosial membantu anak mencapai pelayanan tersebut. f. Resosialisasi Lokasi Rumah Singgah yang berada ditengah-tengah lingkungan masyarakat sebagai upaya mengenalkan kembali norma, situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan. Pada sisi lain mengarah pada pengakuan, tanggung jawab dan upaya warga masyarakat terhadap penanganan masalah anak jalanan.50 Dari uraian diatas, Secara ringkas fungsi rumah singgah dapat disimpulkan sebagai tempat perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan yang kerap menimpa anak jalanan dari kekerasan dan prilaku penyimpangan seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan lainnya, sebagai tempat rehabilitasi yaitu mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak, dan sebagai akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus akses kepada berbagai pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan dan lain-lain. D. Relevansi Data Penelitian yang relevan dengan yang peneliti lakukan, juga telah dilakukan oleh : 50 Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah, op.cit.,h 6-8 48 1. Luthfian Taqwa Ginanjar (skripsi 2011), melakukan penelitian tentang Interaksi Sosial Antara Anggota Organisasi Ekstra Kampus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada penelitian ini ditemukan perbedaan pola interaksi sosial antara organisasi HMI dan organisasi PMII cabang Ciputat, dikarenakan kepada kepentingan dan pemahaman berorganisasi dalam menyikapi permasalahan yang dihadapinya serta berlomba-lomba mencari atau mempertahankan eksistensitas organisasi pada lingkungan di dalam kampus UIN Syarif Hidayatullah. 51 2. Nuraini (skripsi 2009) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, melakukan penelitian tentang Interaksi Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat Pribumi dalam Membangun Toleransi Beragama di Desa Tonjong, Bogor. Pada penelitian ini interaksi yang terjadi pada masyarakat Desa Tonjong tergolong dalam interaksi yang mengarah dalam bentuk kerjasama. Kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang merupakan sarana untuk mengadakan komunikasi dan kontak sosial antara kedua kelompok ini telah memberikan kontribusi yang baik dalam menjalin interaksi yang positif antara kelompok pendatang dan kelompok pribumi yang keduanya beragama Islam.52 3. Anik Widayanti (skripsi 2005), melakukan penelitian tentang Perbedaan Interaksi Sosial antara Mahasiswa S1 yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Organisasi Kemahasiswaan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Tahun Akademik 2004/2005 . pada penelitian ini mahasiswa yang mengikuti organisasi mempunyai kemampuan interaksi sosial lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi kampus. Organisasi kampus dapat memberikan kontribusi dan pengalaman kepada 51 Luthfian Taqwa Ginanjar, Interaksi Sosial Antara Anggota Organisasi Ekstra Kampus di UIN Syarif Hidyatullah Jakarta,( Jakarta : UIN Syarif Hidyatullah,2011) 52 Nuraini, Interaksi Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat Pribumi dalam Membangun Toleransi Beragama di Desa Tonjong, Bogor, ( Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,2009) 49 mahasiswa dalam berinteraksi sosial melalui kegiatan kemahasiswaan. dan mahasiswa yang mengikuti organisasi mempunyai kemampuan menjalin hubungan timbal balik, komunikasi dan penyesuaian diri lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi kemahasiswaan dapat membentuk kepribadian mahasiswa.53 E. Kerangka Berfikir Berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang pernah dilakukan, interaksi merupakan hubungan timbale balik yang dilakukan oleh individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Ciri-ciri dari interaksi sosial hanya akan terjadi jika dilakukan oleh dua orang atau lebih, hubungan tersebut dapat berupa individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Memiliki dimensi waktu dari pelaku interaksi yang dilakukan yang didalam kegiatan interaksi memiliki tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh pelaku interaksi sosial untuk memenuhi kebutuhannya. Anak jalanan merupakan jalanan merupakan anak yang berusia di bawah 21 tahun, yang menggunakan sebagian waktunya di jalanan atau di tempat-tempat umum lainnya. Aktivitas anak jalanan bukan hanya yang bertujuan mencari uang atau mencari nafkah, tetapi juga aktivitas lain seperti bermain, istirahat, tidur, atau belajar. Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri,Depok merupakan Lembaga Sosial Masyarakat yang sudah cukup lama berpartisipasi dan peduli terhadap anak-anak jalanan yang berada disekitarnya. Oleh karena itu aktivitas-aktivitas anak jalanan di rumah singgah akan menghasilkan interaksi sosial terhadap sesama teman, guru atau tutor dan masyarakat yang berada disekitar rumah singgah. 53 Anik Widayanti, Perbedaan Interaksi Sosial antara Mahasiswa S1 yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Organisasi Kemahasiswaan di Fakultas Pendidikan Universitas Semarang Tahun Akademik 2004/2005, ( Semarang: Universitas Negeri Semarang,2005) BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri yang terletak di Jalan Margonda Raya No.58 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Terminal Kota Depok. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan proses bertahap yaitu mulai dari tahap perencanaan, persiapan penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian dan diakhiri dengan laporan penelitian Tabel 3.1 : Rancangan Kegiatan No Bulan dan Tahun Kegiatan 1 Desember 2013 Pengajuan Judul Skripsi 2 Januari-Februari 2014 Proposal Skripsi 3 Maret-Mei Bimbingan Skripsi bab 1-3 4 Juli 2014 Bimbingan bab 3 5 Agustus 2014 Observasi tempat penelitian 6 Oktober-November Penelitian 2014 7 Desember 2014 Uji Referensi B. Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Sugiyono “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian 50 51 ditarik kesimpulannya”.1 Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh anak jalanan yang berada di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok berjumlah 85 anak jalanan. Sugiyono menambahkan bahwa, “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.2 Berdasarkan karakteristik yang telah dijelaskan maka pemilihan sampel dilakukan dengan teknik snowball sampling. Dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 orang anak jalanan dengan kriteria kelas VI Sekolah dasar. C. Metode Penelitian Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu tujuan umum penelitian adalah untuk memecahkan masalah maka langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah dirumuskan. Menurut Hadari Nawawi,“metode penelitian memungkinkan ditemukannya kebenaran yang objektif karena dibentengi oleh fakta-fakta sebagai bukti tentang adanya sesuatu dan mengapa adanya demikian atau sebab adanya demikian”.3 Dilihat dari tujuan penelitian ini, fokus penelitian ini adalah mengamati, dan melihat bagaimana interaksi sosial pada anak jalanan di Rumah Singgah Master maka pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan penafsiaran yang mendalam mengenai makna, kenyataan dan fakta yang relevan. Dalam penelitian 1 ini sasaran yang hendak dicapai adalah Sugiyono,Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung:Alfabeta,2012) h.297. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2012),cet,7.h.81 3 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, ( Yogyakarta: Gajah Mada University Press,1985) h.24-25 2 untuk 52 mendeskripsikan, memahami interaksi sosial anak jalanan di Rumah Singgah Master. Metode penelitian kualitatif menurut Sugioyono adalah “metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) melalui pengamatan, wawancara atau penelaahan dokumen”.4 (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purpose dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.5 Sedangkan Menurut Kirk dan Miller dalam Buku Basrowi mendefinisikan bahwa “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan perisitilahannya”.6 Oleh sebab itu, berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berfikir telah dipaparkan didepan, untuk mendapatkan data yang akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan maka jenis penelitian yang dianggap tepat adalah penelitian kualitatif. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Studi Kasus tentang Bagaimana Interaksi Sosial Anak Jalanan terhadap sesama Anak Jalanan, Anak Jalanan dengan Tutor dan Anak Jalanan dengan Masyarakat yang terjadi di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. 4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D ( Bandung : Alfabeta,2010), cet X.h.15 5 Ibid, h.15. 6 Basrowi, Memahami Penelitian Kualittaif (Jakarta: Rineka Cipta,2008) h.21 53 D. Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini menurut Beni Ahmad Saebani dan Kadan Nurjaman bahwa “pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian dilapangan,oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori”.7 Data merupakan sebuah hal yang sangat penting dan menjadi dasar keabsahan atau kevalidan dan kekuatan dalam penelitian. Data merupakan bahan yang belum diolah atau dapat disebut juga bahan mentah yang berkaitan dengan fakta. Sumber dan jenis-jenis data terbagi menjadi: a. Data primer Sumber data primer adalah sumber yang memberikan data langsung dari sumber utama dalam penelitian ini. Adapun yang dimaksud dengan sumber data primer adalah kepala rumah singgah dan guru/tutor yang aktif membina Interaksi sosial anak-anak jalanan di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM). b. Data sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung atau penunjang dalam penelitian ini. Adapun sebagai data penunjang peneliti adalah dokumen atau catatan dan foto dokumentasi kegiatan di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM), serta studi literatur yang berkaitan dengan penelitian. Kedua jenis data yang didapat yakni data primer dan data sekunder dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data yang terencana namun hanya berbeda dalam sumber data saja. Pengumpulan data merupakan cara yang digunkan untuk mendapatkan data yang diperlukan sesuai dengan rumusan 7 Beni Ahmad Saebani Dan Kadar Nurjaman, Manajemen Penelitian ,( Bandung: Penerbit CV. Pustaka Setia,2013), h.148 54 masalah. Dalam pengumpulan data yang sangat dibutuhkan Jamiluddin Ritonga,” untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat, pengumpulan data juga harus mengikuti prosedur yang dituntut oleh setiap metode penelitian yang sangat relevan”.8 E. Teknik Pengumpulan Data Teknik merupakan alat bantu atau cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Observasi Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian kualitatif ini adalah observasi atau pengamatan, langkah ini digunakan demi melengkapi data dengan cara terjun langsung ke rumah singgah master dan mengamati kegiatan interaksi sosial anak-anak jalanan tersebut. Menurut Husaini dan Purnomo “observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti”.9 Maksud dari observasi ini adalah mencari data yang valid yang hendak diteliti di lokasi penelitian yang melihat bagaimana bentuk interaksi sosial anak-anak jalanan di rumah singgah tersebut. Pengumpulan data dengan menggunakan observasi ini merupakan langkah awal dari dua teknik pengumpulan data selanjutnya dalam penelitian ini. Hubungan antara ketiganya diperlukan dalam proses pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data. Karena kevalidan data dan keajegan data yang didapatkan dari lapangan sangat ditentukan oleh ketiga teknik pengumpulan data ini. 8 Jamiludin Ritonga, Riset Kehumasan,( Jakarta: PT. Gramedia Grasindo,2004),h.39. Husaini Usman dan Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial,( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000),h.54 9 55 b. Wawancara Setelah proses studi observasi selesai, maka langkah selanjutnya adalah kegiatan wawancara. Menurut Sugiyono “metode wawancara adalah metode yang dilakukan melalui dialog secara langsung antara pewawancara dengan terwawancara untuk memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan”.10 Pandangan lainnya yang sangat mendukung ialah pendapat dari M. Nazir “yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antarasi penanya atau pewawancara dengan responden dengan situasi dan fenomena yang terjadi, menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)”.11 Hal ini menandakan dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang narasumber dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dalam hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Keuntungan melakukan wawancara adalah kita dapat melakukannya pada setiap individu tanpa dibatasi oleh faktor usia atau kemampuan baca yang sesuai dengan tujuan penelitian, wawancara juga dapat dilakukan langsung dengan orang yang kita duga mengetahui permasalahan yang sedang diteliti dan dengan wawancara kita dapat memperbaiki hasil yang diperoleh melalui pengamatan atau penyebaran kuisioner yang tidak dimengerti responden. Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui interaksi sosial anak jalanan di Rumah Singgah Master. Wawancara ini dilakukan kepada pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri Depok untuk mengetahui profil Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri serta pengelolan dan perhatian 10 11 Sugiyono,op.cit.,h.231 M. Nazir, Metodologi Penelitian,( Jakarta: Ghalia Indonesia,1985),h. 194 56 terhadap hubungan sosial anak-anak jalanan dirumah Singgah ini, Dua orang guru atau tutor rumah singgah, sepuluh orang anak jalanan dan dua orang masyarakat yang berada disekitar rumah singgah. c. Dokumentasi Langkah terakhir yang dilakukan peneliti adalah akan melakukan pengumpulan data dengan metode dokumentasi mengenai interaksi sosial anak jalanan di Rumah Singgah Master. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, dokumentasi adalah “pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan (seperti: gambar, kutipan, guntingan koran dan bahasa referensi lain)”.12 Pedoman wawancara yang digunakan untuk mengingatkan interview mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek apakah aspek-aspek tersebut telah dibahas atau belum. Dengan pedoman demikian interviewer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara konkrit. F. Instrumen Penelitian Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Wawancara dan observasi dilaksanakan terhadap beberapa pihak Kepala Yayasan Bina Insan Mandiri, Kepala Rumah Singgah, Tutor, Anak-anak Jalanan dan masyrakat Sekitar Rumah Singgah tersebut. Kisi-kisi wawancara yang akan dilakukan disusun dan dikembangkan sebagaimana dituliskan didalam tabel dibawah ini: 12 Tim Penyusun (Dendy Sugono,dkk.), Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Pusat Bahasa,2008),h.361 57 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Kepala Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri No Indikator No. Item Jumlah Item 1 Mengelola Rumah Singgah 2, 3, 4, 5, 6 5 1, 10, 11, 12 4 7, 8, 9 3 13,14 2 Master Yayasan Bina Insan Mandiri 2 Pemaparan Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri 3 Mitra Kerja Sama Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri 4 Aturan yang berlaku di Rumah Singgah Master Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Tutor Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok No 1 Indikator Aturan Yang Berlaku Di Nomor Jumlah Item Item 4,8 2 1,3,5,7 4 Rumah Singgah 2 Bentuk Interaksi Sosial Anak Jalanan 58 3 Program Kegiatan Untuk 6,2 2 Anak Jalanan Di Rumah Singgah Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Anak Jalanan Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok No Indikator Nomor Item Jumlah Item 1 Lama Di Jalan 2 1 2 Hubungan dengan Orang Tua 4,5 2 3 Pendidikan 1, 3,6 3 4 Hubungan Dengan OrangLain ( 7,9,10 3 8,11,12 3 Sesama anak jalanan, Tutor dan Masyarakat). 5 Tanggung Jawab Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Masyarakat Di Sekitar Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok No Indikator Nomor Item Jumlah Item 1 Perilaku Anak Jalanan 1,5 2 2 Hubungan anak jalanan dengan 2 1 3,4 2 masyarakat 3 Kerja sama masyarakat 59 G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Setelah semua data yang diinginkan diperoleh, langkah selanjutnya menggunakan data itu untuk penelitian. Data kemudian ditelaah dan dianalisis, atau lebih dikenal dengan istilah analisis data. Analisis data menurut Suharismi Arikunto adalah “cara mengolah data yang telah terkumpul untuk kemudian dapat memberikan interpretasi dan pengelolaan. Data ini digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan”.13 Analisis data bertujuan untuk menyusun data dengan cara yang bermakna sehingga dapat dipahami. Penganalisaan data merupakan suatu proses yang dimulai sejak pengumpulan data dilapangan, kemudian data yang terkumpul diperiksa kembali dan diklasifikasikan sehingga dapat diolah untuk dianalisis. Data yang dianalisis berdasarkan analisis logika induktif yakni analisis yang bergerak dari hal-hal yang khusus atau spesifik ke hal-hal yang bersifat umum. Adapun teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah: a. Data Reduction ( Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya jika diperlukan. Proses reduksi data dalam penelitian ini adalah merangkum hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi sesuai dengan rumusan masalah, fokus penelitian dan pertanyaan penelitian. Selama , maka akan proses tersebut berlangsung, peneliti menentukan hal pokok untuk disajikan. Melalui proses reduksi data, maka akan memperlihatkan sebuah data yang jelas dan terperinci. 13 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta” Rineke Cipta) cet.13 h.231 60 b. Data Display ( penyajian data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, matriks dan sejenisnya agar mudah dipahami. 1. Conclusion Drawing Atau Verification (verifikasi) Langkah ketiga dalam penelitian kualitatif adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahp pengumpulan data berikutnya. Tetapi menurut Ulber Silalahi,”apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten selama pengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel”.14 Penarikan kesimpulan pada tahap akhir analisis data penelitian Interaksi Sosial Anak Jalanan Di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok ini telah melalui dua proses sebelumnya sehingga kesimpulan tersebut dapat menjawab rumusan masalah penelitian. H. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data dimaksud untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan memperjelas data dengan fakta-fakta aktual di lapangan. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang terpercaya dan valid, menurut Sugiyono ada empat kriteria utama menjamin keabsahan data meliputi “credibility (validitas internal), 14 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial,(Bandung: Unpar Press,2006).h.311. 61 transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas)”.15 1. Credibility (Validitas internal) Menurut Nasution yang dikutip oleh said hudri dalam melakukan penelitian ini, untuk mencapai validitas internal (kredibilitas) dapat dilakukan dengan cara “memperpanjang masa observasi, melakukan pengamatan terus menerus, trianggulasi data, membicarakan dengan orang lain (peer debriefing), menganalisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi, dan mengadakan member check”.16 a. Memperpanjang Masa Observasi Adalah usaha peneliti memperpanjang keikutsertaan dalam melibatkan diri kegiatan anak-anak jalanan di Rumah Singgah Master. Setelah peneliti memperoleh banyak info tentang data yang diperlukan selama waktu penelitian, maka peneliti akan menambah waktu keterlibatan peneliti dalam proses kehidupan keseharian sampai dinyatakan bahwa data yang telah diperoleh dirasa dapat dipertanggung jawabkan. b. Melakukan Pengamatan Terus Menerus Dengan pengamatan terus menerus, peneliti akan dapat memperhatikan sesuatu dengan lebih cermat, terinci dan mendalam. Pengamatan yang terus menerus, akhirnya akan dapat menemukan mana yang perlu diamati dan mana yang tidak perlu untuk diamati sejalan dengan usaha pemerolehan 15 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2008), cet IV, h.366 16 Hudri, Said. “Keabsahan Data Instrumen Penelitian”, http://expresisastra.blogspot.com/2013/11/keabsahan-data-instrumen-penelitian.html, 05 Oktober 2014 62 data. Pengamatan secara terus menerus dilakukan untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian tentang fokus yang diajukan. c. Trianggulasi Data Menurut Lexy J Moleong, Trianggulasi adalah “teknik pemeriksaan keabsahan data memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya”.17 Tujuan trianggulasi data dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian di lapangan. Trianggulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan sumber dan metode,18 artinya peneliti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Trianggulasi data dengan sumber ini antara lain dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan dan key informan. Trianggulasi data dilakukan dengan cara, pertama, membandingkan hasil pengamatan pertama dengan pengamatan berikutnya. Kedua, membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Membandingkan data hasil wawancara pertama dengan hasil wawancara berikutnya. Penekanan dari hasil perbandingan ini bukan masalah kesamaan pendapat, pandangan, pikiran semata-mata. Tetapi 17 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2002), h.178 18 Hudri, Said. “Keabsahan Data Instrumen Penelitian”, http://expresisastra.blogspot.com/2013/11/keabsahan-data-instrumen-penelitian.html, 05 Oktober 2014 63 lebih penting lagi adalah bisa mengetahui alasan-alasan terjadinya perbedaan. d. Membicarakan Dengan Orang lain ((peer debriefing) Membicarakan dengan orang lain dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil data dengan orang lain yang paham dengan penelitian yang sedang dilakukan, sehingga peneliti mendapat masukan dalam bentuk kritik, saran, arahan dan lain-lain atas kekurangan yang mungkin terjadi dalam melakukan penelitian. e. Menganalisis Kasus Negatif Menganalisis kasus negatif maksudnya adalah mencari kebenaran dari suatu data yang dikatakan benar oleh suatu sumber data tetapi ditolak oleh sumber yang lainnya. f. Menggunakan Bahan Referensi Menggunakan bahan referensi sebagai pembanding dan untuk mempertajam analisa data. Hal ini sangat diperlukan oleh peneliti sebagai bahan pendukung dalam melakukan penelitian. g. Mengadakan Member Check Tujuan mengadakan member check adalah agar informasi yang telah diperoleh dan yang akan digunakan dalam penulisan laporan dapat sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan, dan key informan. Untuk itu dalam penelitian ini member check dilakukan setiap akhir wawancara dengan cara mengulangi secara garis besar jawaban atau pandangan sebagai data berdasarkan catatan peneliti tentang apa yang telah dikatakan oleh responden. Tujuan ini dilakukan adalah agar responden dapat memperbaiki apa yang tidak sesuai menurut mereka, mengurangi atau menambahkan apa yang masih kurang. Member check dalam penelitian ini 64 dilakukan selama penelitian berlangsung sewaktu wawancara secara formal maupun informal berjalan. 2. Transferability (validitas eksternal) Tranferabilitas atau keteralihan dalam penelitian kualitatif dapat dicapai dengan cara uraian rinci. Untuk kepentingan ini peneliti berusaha melaporkan hasil penelitiannya secara rinci. Uraian laporan diusahakan dapat mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang diperlukan oleh pembaca, agar para pembaca dapat memahami temuan-temuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri bukan bagian dari uraian rinci melainkan penafsirannya diuraikan secara rinci dengan penuh tanggung jawab berdasarkan kejadian-kejadian nyata. 3. Dependability (reliabilitas) Dependabilitas atau reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan ulang terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama. Untuk dapat mencapai tingkat reliabilitas dalam penelitian ini, maka dilakukan dengan tekhnik ulang atau check recheck. 4. Confirmability (obyektivitas) Dalam penelitian kualitatif, uji confirmability mirip dengan uji dependability sehingga dalam penelitian ini dilakukan bersama-sama Perbedaannya, pengauditan konfirmabilitas digunakan untuk menilai hasil (product) penelitian, sedangkan pengauditan dependabilitas digunakan untuk menilai proses (process) yang dilalui peneliti dilapangan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Gambaram Umum Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Rumah singgah Master merupakan lembaga non formal yang memberikan naungan dan menjadi fasilitator bagi para anak jalanan dan orang-orang yang tidak mampu untuk diberi penghidupan dan pendidikan yang lebih baik. Rumah singgah adalah suatu wahana yang dipersiapkan sebagi perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah Singgah Master berada di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri dengan alamat di Jalan Margonda Raya No.58 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Terminal Terpada Kota Depok. Lembaga ini memanfaatkan sebagian tempat di Masjid Terminal untuk kegiatan belajar mengajar dan menampung anak jalanan, maka lembaga ini lebih dikenal dengan sebutan Sekolah Master ( Mesjid Terminal). Master inilah yang menjadi cikal bakal Rumah Singgah Bina Insan Mandiri. Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri ini berdiri di atas lahan sebesar 6000 meter persegi dan saat ini sedang dalam proses pembangunan. Tanah ini merupakan tanah hibah dan wakaf dari masyarakat sekitar dan donator yang diamanahkan kepada Rumah Singgah Bina Insan Mandiri untuk dikelolanya. Rumah singgah ini berdiri pada tanggal 28 Oktober 2000 yang bertepatan dengan tanggal sumpah pemuda, karena melalui ide dan pemikiran bapak Nurrohim selaku pendiri dan para aktivis, remaja, mahasiswa yang peduli dan prihatin terhadap keadaam anak jalanan yang terlantar. Maka dengan modal yang dimiliki, beliau mendirikan 65 66 sebuah rumah singgah yang menampung anak-anak jalanan dan memberikan pendidikan dan keterampilan kepada mereka. Rumah singgah ini merupakan sekolah yang didirikan khusus untuk anak-anak jalanan atau orang-orang marginal. Mereka yang mendaftar masuk ke sekolah ini adalah anak jalanan, seperti pedagang asongan, pemulung, pengamen, serta anak-anak kaum dhuafa dan yatim. Setiap siswa dan siswi yang masuk ke sekolah ini tidak dipungut biaya atau gratis. Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri berdiri karena bentuk keprihatinan terhadap pendidikan terutama kaum miskin dan anak-anak jalanan. Berawal dari emperan mesjid, Berangkat dari sebuah keyakinan dimana masih banyak orang bingung untuk bersekolah dan banyak pula yang putus sekolah, jadi pendidikan ini belum merata, belum bisa dijangkau, belum bisa diakses oleh semua anak-anak. Wujud keprihatinan tersebut kehadiran master ini bagaimana melayani yang tidak terlayani, menjangkau yang tidak terjangkau. Nurrohim yang berlaku sebagai arsitek dari berdirinya Sekolah Master, ia melihat banyak anak- anak usia sekolah yang tidak sekolah dan hidup di jalanan. Padahal mereka mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Keprihatinan Nurrohim sendiri tidak terlepas dari latar belakang kehidupannya yang tidak jauh berbeda dengan anak jalanan. Ia pernah tumbuh di lingkungan pasar akibat korban perceraian orang tuanya. Setelah mereka bercerai ia dimasukkan ke Pesantren oleh kakek neneknya untuk menyelamatkan masa depannya. Keprihatinannya bertambah ketika anak-anak jalanan yang dia temui tidak dididik, tidak diarahkan ke bangku sekolah, sehingga bisa dibayangkan masa depan anak tersebut akan terus suram. Banyak anak miskin dan anak jalanan yang menjadi korban seks bebas, perdagangan anak, kekerasan anak dan korban eksploitasi. Itu tidak terlepas dari kurangnya pendidikan yang diberikan. 67 Dari pengalaman pribadinya yang tumbuh di jalanan, Nurohim ingin berbagi. Ia sadar bahwa pendidikan itu memiliki arti cukup besar, punya andil dalam masa depan anak-anak. Bahkan pendidikan dapat memutus mata rantai kemiskinan. Pendidikan harus dikedepankan diantara yang lainnya mulai dari lingkungan keluarga atau rumah tangga sampai tingkatan negara. Jika di lingkungan keluarga, perhatian pendidikannya cukup bagus maka anak-anak akan terlindungi dan masa depannya juga lebih bagus. Anak-anak adalah calon penerus generasi bangsa, merekalah yang akan melanjutkan kepemimpinan masa depan. Untuk itu, Nurohim bercita-cita setiap anak-anak harus tumbuh jadi orang hebat, pendidikannya harus bagus. Tidak boleh pendidikan itu terputus hanya sampai SD atau SMP. Diharapkan, kehadiran Sekolah Master menjadi jembatan bagi anak-anak putus sekolah untuk melanjutkan sekolahnya. Dengan motivasi yang kuat untuk membentuk masyarakat yang cerdas, mandiri, kreatif dan berbudi pekerti yang luhur PKBM Bina Insan Mandiri memberikan pendidikan gratis bagi para dhu'afa melalui pendidikan kesetaraan. Kehadiran PKBM Bina Insan Mandiri telah menyelamatkan pendidikan siswa-siswi yang terancam tidak dapat melanjutkan pendidikannya.dasar dan menengah. Suasana belajar di Sekolah Masjid Terminal sangat berbeda dengan sekolah umum lainnya. Sekolah Masjid Terminal atau yang lebih dikenal dengan singkatan Master ini adalah sekolah gratis yang memang diperuntukkan bagi anak-anak dari keluarga dhuafa. Tak heran banyak anakanak yang bersekolah adalah anak-anak jalanan atau anak-anak terminal yang sering kali sulit diatur. Sekolah Masjid Terminal Depok atau yang bernama resmi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Depok ini mengajarkan program Paket A, paket B dan Paket C mulai dari TK, SD, SMP dan SMA, serta berbagai kursus secara gratis kepada masyarakat. Mengingat perkembangan sekolah master yang semakin pesat, akhirnya pada tahun 2006 diresmikanlah Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) sebagai lembaga yang menaungi sekolah Master. Dimana Pada awalnya Nurrohim hanya berfikir yang terpenting adalah kaum marginal ini 68 mendapatkan layanan pendidikan, akan tetapi sekarang harus melegalkan kegiatan-kegiatannya karena jika ingin bekerja sama dengan lembaga pemerintahan atau perusahaan, maka harus mengikuti ujian nasional sehingga sekarang harus berfikir realistis untuk menyelamatkan warga belajar agar dapat memperoleh ijazah. Rumah Singgah Bina Insan Mandiri adalah rumah singgah yang indepen dan bergerak pada bidang pendidikan, sosial, ekonomi kerakyatan, dakwah serta pemberdayaan sosial bagi anak-anak jalanan dan kaum dhu’afa yang terletak strategis di kawasan kota Depok. Rumah Singgah ini bernaung pada sebuah Yayasan yang bernama, Yayasan Bina Insan Mandiri. Secara letak geografis Rumah Singgah ini beralamat di Jalan Margonda Raya NO.58 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Terminal Terpadu Kota Depok Kode Pos 16431 Jawa Barat. Dengan No. Telp/HP : (021) 7721 1501/ 02192612047. Yayasan ini dilegalkan oleh seorang akta notaries dengan nama Priharyanto S.H, No: 2 Tanggal 2 Februari 2005.1 2. Visi dan Misi Rumah Singgah Bina Insan Mandiri Depok a. Visi Rumah Singgah Bina Insan Mandiri “ Mewujudkan Masyarakat Cerdas Mandiri Kreatif dan Berbudi Pekerti Luhur” b. Misi Rumah Singgah Bina Insan Mandiri 1) Menyiapkan masyarakat yang mandiri, handal melalui keterampilan tepat guna dan berhasil guna berdasarkan nilainilai kemandirian dan kemanusiaan. 2) Menyelenggarakan pendidikan gratis dan berkualitas sehingga meningkatkan kualitas Sumber Daya pendukung kemandirian. 1 Profil Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok Manusia sebagai 69 3. Keadaan Guru dan Siswa a. Keadan Guru Menurut Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri “Jumlah tutor dan relawan yang terdaftar di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri ini berjumlah 200 Orang yang terdiri dari 120 orang relawan yang aktif. Dari 120 orang relawan yang aktif ini kemudian terbagi kepada relawan sosial, relawan pendidikan, relawan advokasi dan relawan lainnya”.2 Adapun relawan pendidikan yang memberikan pengajaran dan pembinaan di Rumah Singgah Bina Insan Mandiri ini pada tahun ajaran 2014/2015 terdiri dari 34 orang tutor tetap dan 18 orang relawan. Tabel 4.1 Jumlah Tutor Tetap dan Relawan di Rumah Singgah Bina Insan Mandiri No Status Laki- Perempuan Jumlah Persentase Laki 1 Tutor 17 17 34 70% Tetap 2 Relawan 5 13 18 30% 22 30 52 100% Jumlah Adapun klasifikasi guru secara keseluruhan berjumlah 52 orang guru yang terdiri dari 22 orang guru laki-laki dan 30 orang guru perempuan. Pendidikan terakhir Strata 2 (S2) 1 orang, Strata 1 (S1) 33 orang, Pendidikan Diploma 3 (D3) 6 orang, Pendidikan Diploma 1 (D1) 1 orang dan pendidikan terakhir SMA 11 orang. 2 Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 24 November 2014 70 Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Terakhir Tutor Rumah Singgah Bina Insan Mandiri No Tingkat Pendidikan Jumlah Terakhir 1 S2 1 2 S1 33 3 D1 1 4 D3 6 5 SMA 11 52 Jumlah Persentase 2% 63% 2% 12% 21% 100% Dari data yang diperoleh pengajar yang berada di Rumah Singgah Bina Insan Mandiri ini masih berstatus mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan ada juga yang memang sudah sarjana. Dengan visi dan misi rumah singgah, bagi pekerja sosial di Rumah Singgah status akademis tidak menjadi pembeda diantara mereka yang terpenting adalah tim kerja yang solid dan dedikasi yang tinggi untuk bersama mengabdi dan mengembangkan keterampilan dan pendidikan pada anakanak yang berada di Rumah Singgah Bina Insan Mandiri. Terdapat tiga kategori staf pengajar di Yayasan Bina Insan Mandiri ini.3 a. Guru Karir Guru karir merupakan guru yang di ajak langsung oleh Rumah Singgah Bina Mandiri untuk mengajar di Rumah Singgah Bina Insan Mandiri. Pada umumnya guru karir ini adalah lulusan dengan gelar S.Pd (Sarjana Pendidikan). Mereka tidak dibayar tetapi Rumah Singgah Bina Insan Mandiri memberikan kompensasi sebagai uang transportasi mereka menuju Rumah 3 Tim penyusun proposal YABIM, Proposal Yayasan Bina Insan Mandiri, (Depok: Yayasan Bina Insan Mandiri, 2012) 71 Singgah Bina Insan Mandiri.Pemberian uang jalan ini diberikan setelah mereka selesai mengajar. Jika pada hari tersebut terdapat lebih dari pertemuan, maka mereka akan dibayar sesuai kelipatan pertemuan mereka. b. Alumni Banyak para alumni yang berasal dari Rumah Singgah Bina Insan Mandiri yang menjadi staff pengajar seelah mereka mendapatkan ijazah kelulusan mereka. Pengabdian ini didasarkan pada keinginan mereka untuk balas budi dan bentuk ucapan terima kasih kepada pihak Rumah Singgah Bina Insan Mandiri yang selama ini telah membasarkannya. Bahkan ada alumni dari Rumah Singgah Bina Insan Mandiri yang masuk universitas Indonesia yang menjadi relawan untuk mengajar disana setelah mereka selesai kuliah. c. Guru Tamu Guru tamu merupakan staff pengajar yang berasal dari kerjasama program magang antara Rumah Singgah Bina Insan Mandiri dengan berbagai universitas di Jabodetabek. Jumlahnya sangat banyak dan berganti setiap bulannya. Banyak dari mereka mencari data untuk skripsi ataupun praktek mengajar, bagi mereka nantinya ingin berkarir sebagai seorang guru.Dalam merekrut tenaga pengajar disini tidak ada pedoman yang menunjukan kriteria standar minimal kualifikasi pengetahuan, pengalaman serta keterampilan seseorang untuk mengelola atau pekerja sosial di suatu rumah singgah. Kepala Yayasan Bina Insan Mandiri 72 mengemukakan bahwa Syarat untuk mengajar disini harus sudah lulus S3 (Sangat Sabar Sekali).4 Rumah Bina Insan Mandiri sangat membuka kesempatan bagi mereka yang ingin mengabdikan dirinya sebagai seorang pengajar yang rela tanpa dibayar, ataupun bagi mereka yang ingin melakukan penelitian guna menyelesaikan tugas akhir skripsi ataupun tesis.Untuk menjadi seorang guru di Rumah Singgah Bina Insan Mandiri sangat mudah tanpa perlu birokrasi yang panjang. Cukup datang dan mengisi lembar guru dan bisa langsung mengajar sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan mereka dalam mengajar. d. Kode Etik Tutor Sekolah Master Indonesia Yayasan Bina Insan Mandiri Depok 1. Para tutor harus bersikap sopan dan berakhlakul karimah. 2. Para tutor menjadi motor penggerak shalat berjamaah di masjid dan menjaga kebersihan lingkungan Sekolah Master Indonesia 3. Para tutor berkewajiban menjaga nama baik Sekolah Master Indonesia. 4. Para tutor yang diberi amanah sebagai koordinator, sekeretaris, bendahara, kesiswaan, tutor piket, wali kelas, diharapkan dapat mendedikasikan tanggung jawab sesuai dengan deskripsi tugas. 5. Para tutor dilarang melakukan tindakan yang melanggar norma agama, hukum, dan diskriminatif terhadap warga belajar. 4 Hasil Wawancara dengan Nurrohim,, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 24 Nomvember 2014 73 6. Para tutor dilarang merokok dan berpacaran dengan warga belajar selama berada di lingkungan Sekolah Master Indonesia. 7. Para tutor hadir 15 menit sebelum kegiatan belajar Sekolah Master Indonesia dimulai. 8. Para tutor berkewajiban masuk dan keluar pada jam belajar yang telah disepakati lalu mengisi daftar hadir. 9. Para tutor yang tidak dapat hadir dapat memberitahukan kepada tutor piket atau koordinator minimal satu hari sebelumnya. 10. Para tutor yang melanggar kode etik 1x akan mendapat teguran dari sumber daya tutor dan jika 2x melanggar maka akan mendapat teguran dari koordinator. 11. Para tutor harus mengedepankan kepentingan lembaga di atas kepentingan pribadi atau keluarga dengan dasar integritas, loyalitas dan kedaulatan dengan niat berjuang karena Allah. 12. Para tutor yang masih aktif menjadi warga belajar di Sekolah Master Indonesia diharapkan menjaga kapasitasnya sebagai seorang tutor maupun warga belajar. 13. Mekanisme sistem koordinasi atau komunikasi Sekolah Master Indonesia adalah: 1) Perkembangan tutor di bawah tanggung jawab sumber daya tutor dan apabila ditindak lanjuti Sumber Daya Tutor akan berkomunikasi dengan koordinator dalam mencari solusi yang terbaik. 74 2) Pihak lembaga akan merespon dinamika tutor atau warga belajar Sekolah Master Indonesia berkoordinasi langsung dengan pihak terkait untuk memantau dan menindaklanjuti demi stabilitas Sekolah Master Indonesia. 14. Para tutor dan koordinator yang kedatangan tamu khusus dari wartawan, media cetak maupun elektronik dengan keperluan meliput kegiatan Sekolah Master Indonesia dapat terlebih dahulu berkoordinasi dengan pihak Yayasan. b. Keadaan Siswa Hingga saat ini Yayasan Bina Insan Mandiri memiliki sekitar 3000 (tiga ribu) peserta didik. Sekitar 300 (tiga ratus) diantaranya anak jalanan yang berada di kota Depok dan sekitarnya, 35 orang ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) dan sisanya adalah golongan masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan.5 Sedangkan jumlah anak yang tinggal di rumah singgah Master jumlahnya tidak menentu, dikarenakan banyaknya anak yang kelauar masuk rumah singgah. Adapun data anak jalanan binaan Yayasan Bina Insan Mandiri dapat dilihat dilampiran.6 4. Kurikulum Pembelajaran Untuk melaksanakan pembelajaran, Yayasan Bina Insan Mandiri menggunakan kurikulum yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sebagai salah satuan acuan dalam melaksanakan pembelajaran. Akan tetapi, Para peserta 5 Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014 6 Depok. Dokumen lengkap tentang data Anjal PKSA Yayasan Bina Insan Mandiri 75 didik disini bukan hanya anak jalanan, tetapi juga anak-anak yang belum bisa mengakses pendidikan, rata-rata mereka adalah golongan masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Penggunanaan kurikukulum disini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat marginal yang kesulitan mengenyam pendidikan. Sehingga Yayasan Bina Insan Mandiri harus terus mengembangkan kurikulum dengan mengkombinasikan dengan hal-hal yang dibutuhkan anak oleh anak-anak yang didik di sana. Jadi kurikulum yang digunakan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri adalah kurikulum berbasis kebutuhan. Berkaitan dengan penggunaan kurikulum tersebut Nurrohim mengungkapkan.“Kita memakai kurikulum perpaduan. Kurikulum Sekolah Dasar Islam Terpadu ( SDIT), kurikulum Pondok Pesantren, kurikulum kementrian sosial, International Labour Organitation (ILO), dirangkum semua. Jadi bagaimana baiknya saja kita ambil. Dari kementrian agama, kementrian sosial, kementrian pendidikan dan budaya, kita ambil kisi-kisinya”.7 Kurikulum tersebut disusun berdasarkan kemampuan anak-anak jalanan yang dibina di Yayasan Bina Insan Mandiri. Pada umumnya mereka sekolah sambil bekerja, sehingga waktu belajar yang ada di Yayasan Bina Insan Mandiri ini sangat disesuaikan dengan kebutuhan para anak jalanan dan anak yang kuarang mampu. Proses kegiatan belajar mengajar bersifat fleksibel, anak-anak yang belajar pun tidak diwajibkan untuk memakai seragam. Adapun jadwal belajar dari jenjang PAUD hingga SMA adalah sebagai berikut: 7 Hasil Wawancara dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 24 November 2014. 76 Tabel 4.3 Jadwal Belajar PKBM di Rumah Singgah Bina Insan Mandiri8 Jenjang PAUD SD SMP Jenjang SMP SMA Jenjang Paket B Paket C Jadwal Belajar Pagi Hari Waktu Senin-Jum’at 08.00-11.00 WIB Senin-Sabtu 08.00-12.00 WIB Senin-Sabtu 08.00-12.30 WIB Jadwal Belajar Siang Hari Waktu Senin-Sabtu 13.00-17.00 WIB Senin-Sabtu 15.00-17.00 WIB Jadwal Belajar Malam Hari Waktu Jum’at-Minggu 20.00-22.00 WIB Jum’at-Minggu 20.00-22.00 WIB 5. Sarana dan Prasarana Berdasarkan hasil observasi bahwa sarana prasarana Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri masih dalam tahap pengembangan ke arah yang lebih baik. Penyediaan sarana prasarana dilakukan dengan perencanaan kebutuhan yang melibatkan kepala rumah singgah dan seluruh staff dan coordinator. Berkaitan dengan sarana dan prasarana penunjang pembinaan anak jalanan di rumah singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri, Nurrohim mengatakan” “Yang unik dari sekolah ini adalah ruang-ruang kelas, kantor, dan siswa yang masih semi permanen.Kebanyakan dari bangunan disini dibuat dari papan, triplek, bahkan kontainer bekas.Kelasnya tidak berupa sekat, tetapi semi terbuka. Sehingga sering kali perhatian anak-anak teralihkan dengan warga yang berlalu lalang atau hal-hal lain yang menarik perhatian mereka. Berbeda dengan sekolahsekolah kebanyakan, tidak ada kursi dan meja untuk belajar disini. Yang ada hanya bangku-bangku panjang yang mereka gunakan 8 Dokumentasi Yayasan Bina Insan Mandiri (Yabim) 77 sebagai meja untuk menulis dan mereka duduk lesehan. Hal ini dikarenakan begitu banyak siswa sedangkan ruangannya kecil, jadi agar semuanya tertampung desain ruangan yang seperti itu lah yang paling cocok. Hal ini pula lah yang menjadi alasan kenapa ruangannya semi terbuka untuk menjaga sirkulasi dan kenyamanan siswa. Disetiap ruangan kelas tergantung satu white board sebagai sarana penunjang utama.”9 Dari pemaparan di atas bahwa bangunan di yayasan ini masih semi permanen. Kebanyakan ruangan-ruangan disini yang menjadi kelas, kantor dan tempat kegiatan siswa terbuat dari papan triplek. Dan yang unik dari sekolah ini beberapa ruangan disini dibangun dari kontainer bekas, maka dari itu Master terkenal dengan nama Sekolah Kontainer. Desain ruang kelas disini dibangun semi terbuka. Anak-anak belajar tidak menggunakan meja dan kursi seperti sekolah lainnya, mereka duduk lesehan dan menggunakan bangku-bangku panjang untuk menulis. Desain seperti ini disesuaikan dengan banyaknya siswa dengan ruangan yang kecil agar siswa dapat tertampung semua untuk belajar dan untuk menjaga sirkulasi udara dan kenyamanan siswa. Terkait dengan fasilitas pendukung yang tersedia di rumah singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri, agar semua kegiatan berjalan dengan lancar, efektif dan efisien, maka disediakan sarana dan prasarana sebagai fasilitas penunjang, antara lain: Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Yayasan Bina Insan Mandiri No 1 Jenis Ruang Kelas 9 Jumlah Keterangan Ruang kelas ini digunakan oleh anakanak asuh dalam menerima materi dari tutor. Anak-anak yang belajar tidak berseragam dan duduk dilantai dengan 15 sejumlah meja kecil untuk meletakkan buku. Ruang kelas tersebut ada yang terbuat dari kontainer, ada juga yang berbentuk Hasil Wawancara dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri,Depok, 24 November 2014 78 2 3 Ruang Guru Perpustakaan 4 4 5 Ruang Tata Usaha Ruang Lab-Skill 1 1 2 6 7 8 9 10 11 Lapangan Olahraga Asrama Laki-Laki Asrama Perempuan Kamar mandi/WC Masjid Ruang Komputer 1 1 1 16 1 1 12 13 Ruang Kesehatan Ambulance 2 1 saung dari papan dan triplek. Sebagian berlantaikan ubin keramik dan papan, beratapkan seng dan asbes. Baik Terdapat berbagai macam buku bacaan dari tingkat TK, SD s/d SMA dan umum. Baik Ruang ini terletak dilantai 3 yang dipergunakan untuk keterampilan sablon, percetakan dan otomotif. Ruang ini digunakan untuk latihan praktek keterampilan. Baik 3 Ruang 2 Ruang Baik Baik Di ruang komputer ini terdapat 10 unit komputer yang dikhususkan untuk kursus para siswa dan anak binaan. Baik Baik 79 6. Struktur Pengurus Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Tabel 4.5 Struktur Pengurus Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok Yayasan Bina Insan Mandiri Pendidikan PKBM/Formal Sosial Hukum Kesehatan Ekonomi Paket A DKPS ATK SMP/Paket B Advokasi Koperasi SMA/Paket C Bakti Sosial TBM Rumah Singgah Lab. Skill -Percetakan -Bengkel -Sablon -Service HP -Bisnis -Menjahit -Desain Grafis -Salon -Ternak -Pertamanan 80 Penyelenggara PKBM Yayasan Bina Insan Mandiri Depok10 Pelindung : Yayasan Bina Insan Mandiri Pembina Teknis : Dinas Pendidikan / Penilik PLS Diknas Penasehat : Drs. Poewandriyono Ketua : Nurrohim, Amd Sekretaris : Tony Zulhendra Bendahara : Rakibayni Kelompok Belajar Usaha (KBU) : Bahtiar Program : Deny S Pembinaan : Ekwanto Pendanaan : Ardian Kemitraan : Hafizullah Litbang : M. Ansori Koordinator PAUD : Ma’rifah Koordinator SD : Lianti Koordinator SMP : Muh. Natsir Koordinator SMA : Puja Koordinator Kelas Musik : - Sigit Wahyu - Apriyanto Koordinator Kelas Design Grafis : Irfan Koordinator Kelas Bisnis : Abdul Basir 10 Dokumentasi Yayasan Bina Insan Mandiri (Yabim) 81 B. Deskripsi Data 1. Interaksi Sosial Anak Jalanan Di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok Fenomena anak yang berada di jalanan semakin meningkat, terutama banyak ditemukan di kota-kota besar seperti di wilayah Jabodetabek, bukan hanya dari aspek kuantitas tetapi aktivitas yang mereka lakukan. Peningkatan ini bukan hanya saat Indonesia mengalami krisis tetapi beberapa tahun sebelumnya juga sudah terlihat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antara faktor kemiskinan, pendidikan dan keluarga. Rumah Singgah merupakan sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut. Rumah singgah sebagai suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah Singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana resosialisasi kepada anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat setempat. Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ini sudah memiliki ciri-ciri yayasan sosial pada umumnya memiliki visi, misi, program, pengurus, serta sarana dan prasarananya yang mendukung pembinaan yang dilakukan Rumah Singgah Master. Seperti yang dikatakan oleh Pendiri Yayasan ini bahwa “Layanan pendidikan yang di berikan Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri kepada anak jalanan ini akan sangat berguna bagi masa depan mereka. Anak jalanan tersebut akan dibina agar memiliki masa depan yang lebih baik, karena mereka pun memiliki hak yang sama dengan anak-anak pada umumnya yaitu berhak untuk berprestasi, mengembangkan potensi dan mengasah bakat yang dimiliki. 82 Pendidikan di Yayasan Bina Insan Mandiri ini tidak hanya diperuntukan untuk anak-anak jalanan akan tetapi diperuntukan juga untuk anak-anak yang memiliki kemauan dan tekad sungguh-sungguh untuk menuntut ilmu akan tetapi terbatas pada faktor ekonomi”.11 Rumah singgah adalah tahapan awal bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan selanjutnya, oleh karena itu penting kiranya menciptakan suasana nyaman, tertib dan menyenangkan bagi anak jalanan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu informan bahwa “ aku betah tinggal dirumah singgah ini selain aku punya banyak temen dan guru-guru yang baik, aku di sini karena mau belajar hidup mandiri ka,pengen beli sesuatu dengan hasil keringat sendiri, uang yang didapetin dari hasil ngamen dipake untuk biaya kehidupan sehari-hari aku ka, kalo masih ada sisa,sisanya ditabungin deh.”12 Hal ini sependapat dengan Bayu yang mengatakan bahwa” aku disini betah ka karena di rumah singgah ini aku bisa sekolah dan hidup mandiri tanpa harus minta uang sama orang tua,soalnya aku engga mau jadi beban buat orang tua aku jadi aku cari uang sendiri dan uang yang aku dapet aku pake buat biaya hidup sehari-hari kaya makan, jajan dan keperluan lainnya”.13 Namun hal ini tidak sependapat dengan informan lainnya yang mengatakan “ aku lebih milih tinggal disini daripada dengan orang tua karena faktor ekonomi, jadi aku milih bantu cari uang untuk orang tua hasil ngamen yang aku dapet sehari-hari itu aku tabungin dan aku kasih buat orang tua. biasanya dalam waktu satu bulan sekali biasanya aku pulang dan kasih sebagian uang hasil ngamen yang aku kumpulin. Selain bisa cari uang aku juga bisa lanjutin sekolah disini karena biasanya sekolah itu pagi dan sore atau malem itu aku baru ngamen bareng sama 11 Hasil Wawancara dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 24 November 2014 12 Hasil Wawancara dengan Syawal, Anak Yang Tinggal di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok,10 November 2014 13 Hasil Wawancara dengan Bayu, Anak Yang Tinggal di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 10 November 2014 83 temen-temen yang lain”.14 Oleh karena itu rumah singgah memiliki salah satu fungsi sebagai tempat penjangkauan pertama kali dan pertemuan pekerja sosial dengan anak jalanan untuk menciptakan persahabatan, kekeluargaan, dan mencari jalan keluar dari kesulitan mereka. Pada dasarnya keberadaan anak-anak jalanan disini berasal dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu sehingga mereka pergi dari rumah orangtuanya dan memilih tinggal di Rumah Singgah Master Depok. Faktor ekonomi ini yang kemudian berkembang menjadi keterbatasan mereka untuk bisa menikmati dunia pendidikan pada usia semestinya. Di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri inilah yang merupakan satu lembaga sosial yang berada di wilayah Depok yang peduli terhadap nasib anak-anak jalanan, fakir, miskin dan dhuafa dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan hidup anak jalanan. Anak-anak jalanan yang pergi dari rumah orangtuanya masing-masing memilih tinggal di Rumah Singgah Master ini. Seperti yang dikatakan oleh pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri bahwa “ Penyebab dari keberadaan orang-orang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) ini adalah kurangnya pemerataan pembangunan pada setiap wilayah, lapangan kerja yang sulit diakses oleh orang-orang PMKS, kemudian masyarakat PMKS ini tidak mampu mengakses dunia pendidikan, ketika memang pemerintah memiliki program wajib belajar selama 9 tahun itu diberikan pula kepada orang-orang PMKS sehingga setelah mereka mampu mengakses pendidikan mereka pun mampu memiliki skill dan kualitas pendidikan yang baik dari hasil belajarnya sehari-hari”. 15 Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri ini tidak hanya diperuntukan untuk anak-anak jalanan, tapi diperuntukan juga untuk kaum dhuafa dan orang-orang yang memiliki masalah kesejahteraan sosial. Seperti yang dikatakan oleh Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri” Karena rumah Singgah Master ini melayani masyarakat yang yang tidak terlayani, 14 Hasil Wawancara Dengan Fahrul, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah, Depok, 10 November 2014 15 Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014 84 mengayomi yang tidak terayomi dan mendidik untuk yang tidak terdidik”.16 Hal ini sependapat dengan salah satu koordinator pendidikan bahwa Rumah Singgah Master ini terbuka untuk siapapun, tidak hanya diperuntukan bagi anak-anak jalanan tetapi juga diperuntukan untuk kaum dhuafa atau orang-orang yang memiliki keterbatasan ekonomi untuk menikmati dunia pendidikan. Karena selain sekolah anak-anak juga diberikan berbagai keterampilan dan kemampuan untuk mengembangkan skill masinh-masing seperti dalam bidang teater, bengkel, dan lain-lain yang sesuai dengan keinginan dari anak-anak. Untuk anak-anak yang berprestasi yang ingin melanjutkan ke dunia perkuliahan maka disini juga ada program orang tua asuh.17. Banyak cara yang dilakukan untuk pengembangan di berbagai aspek tidak hanya ditekankan pada pendidikan formal namun pengembangan dilakukan dalam bidang keterampilan, kreativitas maupun keinginan dari anak-anak jalanan itu sendiri untuk melatih potensi yang dimiliki sesuai dengan hobinya masingmasing. Seperti yang dikatakan oleh Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri bahwa: Upaya atau tindakan nyata yang saya lakukan di Master ini dengan harapan bisa menjadi percontohan untuk masyarakat lainnya yang peduli terhadap anak-anak jalanan dalam melakukan sebuah gerakan nyata dalam merubah cara pandang masyarakat terhadap anak-anak jalanan, anak jalanan yang dalam cara pandang masyarakat identik dengan sikap dan perilaku mereka yang terkesan brutal dan mengganggu kenyamanan masyarakat, dekat dengan narkoba, mabuk-mabukan atau berjudi dan lain-lain, maka Nurrohim merubah perilaku-perilaku negatif yang demikian dengan sebuah pendekatan personal kepada anak-anak 16 Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014 17 Hasil Wawancara Dengan Nana Sutarna, Tutor Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 24 November 2014 85 untuk mau belajar dan menempuh pendidikan di Rumah Singgah Master. 18 Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup saling berinteraksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Hal tersebut terjadi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui hubungan itu individu ingin menyampaikan maksud, tujuan dan keinginannya masing-masing. Sedangkan untuk mencapai keinginan tersebut harus diwujudkan dengan tindakan melalui hubungan timbal balik diantara yang satu dengan yang lainnya. Kegiatan interaksi sosial yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pada tiga bentuk Interaksi anak-anak jalanan diantaranya : 1. Interaksi Sosial Anak Jalanan Terhadap Sesama Teman-teman Di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Anak jalanan sesungguhnya mereka adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teraliensi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat. Interaksi sosial yang terjadi pada anak-anak jalanan di Rumah Singgah Master ini terjadi sangat baik,mereka saling menghormati satu sama lain terhadap teman-teman yang berada di lingkungan Rumah Singgah ataupun teman-teman yang berada diluar Rumah Singgah Master. Tak hanya saling menghargai anak-anak di Rumah Singgah ini pun melakukan kerja sama yang baik diantara anak-anak dengan anak-anak maupun anak-anak terhadap tutor-tutor yang berada disini. Kerja sama merupakan interaksi sosial yang paling penting. Pada dasarnya, setiap manusia melakukan interaksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerja sama timbul karena orientasi 18 Hasil Wawancara Dengan Nurrochim. Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014 86 orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-groupnya). Contoh kecil dari kerja sama menurut salah satu informan adalah “yang dilakukan oleh anak-anak jalanan disini adalah kerja bakti untuk membersihkan kelas, halaman sekolah, lapangan tempat mereka bermain, saling membantu jika ada teman yang kesulitan, bermain sepak bola antara sesama teman baik dari tingkatan kelas yang sama ataupun dari kelas yang berbeda”.19 Kerja sama merupakan salah satu bentuk interaksi yang didasarkan pada kepentingan dari masing-masing individu. Oleh karena itu bentuk kerja sama yang dicontohkan pada interaksi sosial pada anak-anak di Rumah Singgah itu didasari oleh kepentingan untuk saling mendekatkan diri dan saling mengenal diantara teman-teman lainnya yang berada di Rumah Singgah, agar selalu terjaga kekeluargaan diantara mereka. Setelah kekeluargaan diantara sesama anak jalanan tercipta dengan baik maka interaksi sosial sehari-hari yang mereka lakukan akan memberikan efek positif kepada perilaku mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Syawal,dari hasil wawancara bahwa “anakanak yang disini baik-baik, kita saling jaga dan menghormati satu sama lain sesama teman-teman, jarang berantem, kita selalu kompak. Kalau juga berantem paling karena teman kitanya ada yang ngocol. Karena kita engga suka temen-temen yang ngocol ka”.20 Hal ini juga sependapat dengan informan lainnya yang mengatakan bahwa “ kita disini sering main bareng ka sama temen-temen, engga pilih-pilih temen selama temen-temen engga saling ganggu satu sama lainnya dan engga ngocol maka kita engga pernah berantem. Kalau 19 Hasil Wawancara Dengan Hasan, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok,10 November 2014 20 Hasil Wawancara dengan Syawal, Anak Jalanan yang Tinggal Di Rumah Singgah, Depok, 11 November 2014. 87 temen ada yang ngocol baru kita engga temenin soalnya yang ngocol biasanya suka cari ulah sendiri semaunya mereka ka”.21 Dalam kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sehari-hari mereka tidak memiliki simbol-simbol yang menjadi ciri khas dari identitas mereka sebagai anak jalanan, hal ini sesuai dengan ungkapan dari Syawal bahwa” kita disini engga pake bahasa atau simbo-simbol yang aneh atau apa yang bisa jadi ciri khas, kita disini belajar hidup bersama-sama jadi engga mikirin hal-hal aneh yang berkaitan sama cara, simbol dan bahasa yang dipake kalau lagi sama temen-temen.”22. Orang memiliki hanya kemampuan untuk berpikir yang bersifat umum. Kemampuan ini dibentuk dalam proses interaksi sosial. Interaksi sosial adalah suatu proses dimana kemampuan untuk berpikir dikembangkan dan diungkapkan. Segala macam interaksi menyaring kemampuan untuk berpikir. Lebih dari itu berpikir mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku. Dalam kebanyakan tingkah laku, seseorang harus memperhatikan dan memperhitungkan orang lain dalam memutuskan bagaimana ia harus bertingkah laku supaya sesuai dengan orang-orang lain. Namun demikian tidak semua proses interaksi sosial melibatkan proses berpikir. Bahasa yang digunakannya adalah Bahasa Indonesia pada umumnya masyarakat gunakan. Hal ini tidak sesuai dengan teori Interaksionalisme bahwa dalam kegiatan Interaksi sosial dan simbolik yang mengacu kepada penggunaan simbol-simbol. Akan tetapi dari mengatakan bahwa seseorang belajar simbol-simbol dan arti-arti yang kemudian akan berkembang menjadi sebuah reaksi kepada simbolsimbol yang digunakan dalam memahami interaksi yang dibangun. George Herbet Mead menekankan bahwa “ simbol-simbol verbal(bahasa) penting karena selalu dapat mendengarkan diri sendiri 21 Hasil Wawancara Dengan Akbar, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah,Depok. 10 November 2014. 22 Hasil Wawancara dengan Syawal, Anak Jalanan yang Tinggal Di Rumah Singgah, Depok, 11 November 2014. 88 walaupun kita mungkin tidak selalu bisa melihat tanda-tanda gerakgerik fisik kita”.23 Jadi bahasa yang digunakan untuk komunikasi interaksi sosial mereka adalah bahasa Indonesia pada masyarakat umumnya. Akan tetapi bahasa-bahasa yang digunakan bukanlah bahasa baku, tetap menyesuaikan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak jalanan tersebut. Kegiatan anak-anak jalanan di Rumah Singgah terdiri dari sekolah, adapun Jadwal sekolah anak-anak di Rumah Singgah ini selain sekolah di waktu pagi ada juga yang sekolah di waktu siang dan sore hari, hal ini disesuaikan dengan keinginan dari masing-masing anak jalanan. Hal ini dijelaskan oleh koordinator pendidikan bahwa “jadwal belajar anak-anak disini terbagi menjadi tiga waktu yaitu pagi, siang dan sore hari”.24 Akan tetapi mereka tidak hanya terpaku pada salah satu waktu belajar, hal ini di ungkapkan oleh salah satu informan “aku sekolahnya kadang di waktu pagi kadang juga diwaktu siang hari ka”.25 Terkait dengan jadwal sekolah mereka, semua tidak menjadi permasalahan. Yang terpenting adalah kemauan mereka untuk tetap terlibat dalam kegiatan belajar mengajar disekolah sesuai dengan jadwalnya masing-masing, karena bagaimanapun keadaannya anak jalanan di Rumah Singgah mereka tetap diwajibkan untuk sekolah. Bahkan anak-anak yang di Rumah Singgah ada juga yang sekolah di Pondok Pesantren. Pondok Pesantren yang melakukan kerja sama dengan Yayasan Bina Insan Mandiri Depok terletak di Jonggol. Jadi anak-anak jalanan yang berminat untuk sekolah sekaligus menuntut Ilmu Agama maka mereka akan dititipkan di Pondok Pesantren. Berkaitan dengan teori dari Model Pembinaan Anak Jalanan, Pembinaan yang dilakukan pada tahap awal yaitu Model Rumah 23 Bernard Ravo, SVD, Teori Sosiologi Modern, ( Jakarta: Prestasi Pustakarya,2007),h.99 Hasil Wawancara Dengan Nana Sutarna, Tutor Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 24 November 2014. 25 Hasil Wawancar a Dengan Syawal, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok. 11 November 2014. 24 89 Singgah dan tahap selanjutnya yaitu model Boarding House atau pemondokan. Rumah Singgah sebagai tahapan awal bagi seorang anak untuk menciptakan suasana yang nyaman, tertib dan menyenangkan bagi anak-anak jalanan dan kemudian boarding house itu sebagai wahana pelayanan bagi anak jalanan selanjutnya dengan tujuan untuk mempertahankan sikap dan perilaku positif, memberikan kesempatan untuk anak jalanan memperoleh pelayanan dalam penuntasan masalah mereka yang kemudian untuk bisa mempercepat proses kemandirian anak-anak jalanan. Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok sebagai tempat awal perlindungan untuk anak-anak jalanan dan kemudian pondok pesantren sebagai tempat kedua dalam membina anak-anak jalanan yang ingin menuntut ilmu di pondok pesantren sebagai tempat pemondokan. Karena di Pemondokan kemudian segala keterampilan pun akan lebih dikembangkan sesuai bakat dan minat anak jalanan tersebut. Berkaitan dengan kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan di Yayasan ini, sebagian dari mereka adalah pengamen. Tetapi waktu mengamen hanya dilakukan pada sore hari hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu informan bahwa “kita itu kalau ngamen biasanya sore sampe malem. Soalnya kalo ngamen pagi atau siang suka banyak razia dari satpol pp. daripada kita ketangkep sama satpol pp mending kita cari aman aja”. Orientasi pekerjaan dari aktivitas yang mereka lakukan berorieantasi pada kemudahan untuk mendapatkan uang sekedar untuk menyambung hidup. Seperti sebagai pengamen, menjajakan koran atau majalah, mencuci kendaraan dan lain sebagainya. Meskipun dalam aktivitas yang mereka lakukan terkadang harus bertarung dengan dikejar-kejar aparat seperti Satuan Polisi Pamong Praja ( Satpol PP). Tempat mereka mengamen pun tidak hanya pada satu titik tempat saja, mereka menyebar ke wilayah sekitar Depok tidak jauh dari 90 yayasan yang mereka tempati. Hal ini di ungkapkan oleh salah satu informan yaitu “ kalau tempat kita ngamen biasanya nyebar ka, biasanya di Margonda, ITC, Detos, terminal Depok, dan sekitar depok lainnya ka”.26 Orientasi tempat berkumpul mereka setelah mengamen biasanya kembali ke Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri yang terletak di dekat dengan Terminal Depok. Penghasilan yang mereka dapatkan dari hasil ngamen tidak semua sama, Biasanya yang mereka dapatkan sekitar Rp. 10.000 sampai dengan Rp.50.000 . Walaupun penghasilan yang mereka dapatkan tidak sama hal itu tidak menyebabkan mereka untuk bersikap iri diantara satu sama lainnya. Seperti yang dikatakan “ berapa juga hasil ngamen yang kita dapet berarti itu udah rezeki dari Allah ka, jadi engga ada hal yang harus diiriin satu sama lain. Siapa tahu besok dan di waktu lain kan aku atau teman-teman lain yang hasil ngamennya lebih banyak”.27 Hasil dari pendapatan ngamen itu digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari mereka seperti makan, jajan, atau keperluan lainnya. Jika memang ada penghasilan sisa maka sebagaiannya akan mereka sisihkan untuk ditabungkan. Hal ini seperti dikatakan “ biasanya uang yang kita dapat dari hasil ngamen sehari-hari kita pakai untuk biaya hidup sehari-hari kita sendiri ka, kayak makan, jajan, dan keperluan lainnya. Kalau memang ada sisa baru nanti kita tabungin”.28 Biaya kehidupan sehari-hari hanya sebagian dari kebutuhankebutuhan anak jalanan. Akan tetapi mereka pun membutuhkan kasih sayang, rasa aman, kebutuhan sandang, pangan, kesehatan, kebutuhan pendidikan dan bimbingan keterampilan serta harmonisasi hubungan sosial dengan keluarga, orang tua dan masyarakat. Dan di Rumah 26 Hasil Wawancara Dengan Akbar, Anak Jalanan yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok.10 November 2014 27 Hasil Wawancara Dengan Syawal, Anak Jalanan yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 11 November 201 28 Hasil Wawancara Dengan Sandi, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, 10 November 2014 91 Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ini sebagaian kebutuhan mereka terpenuhi secara perlahan. Seperti bimbingan keterampilan, di Rumah Singgah ini banyak tersedia program pengembangan keterampilan untuk anak-anak jalanan sesuai dengan keinginan dari mereka. Kegiatan ngamen adalah sebagian dari aktivitas mereka. Dengan kegiatan ini, menurut mereka akan memperoleh uang untuk biaya kehidupan sehari-harinya. Selain itu, mereka belajar hidup mandiri tanpa harus bergantung pada orang tua ataupun orang lain yang ada di sekitar mereka. Akan tetapi penghasilan ngamen yang mereka dapatkan itu juga digunakan untuk membantu keuangan keluarganya. 2. Interaksi Anak Jalanan dengan Tutor Di Rumah Singgah Master Hubungan sosial yang baik tidak terjadi antara anak jalanan dengan teman sebayanya, teman-teman yang usianya lebih muda dari mereka tetapi juga terhadap tutor-tutor yang berada di Rumah Singgah ini. Anak-anak disini sangat menghormati tutor-tutor yang berada di Rumah Singgah Master ini karena tutor disini memiliki peran sebagai orang tua bagi mereka. Seperti sebagai pendidik, memberikan perlindungan, kenyamanan, melakukan pembinaan terhadap perilaku kehidupan sehari-hari mereka. Tanpa tutor disini anak-anak jalanan ini tak akan mampu memiliki pendidikan dan akhlak yang baik. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh koordinator pendidikan yang mengatakan bahwa ”Bukan suatu perkara yang mudah dalam melakukan pembinaan dan perhatian yang lebih kepada anak-anak jalanan, butuh kesabaran yang luar biasa untuk bisa memahami apa yang menjadi keinginan dari anak-anak jalanan tersebut.”29 Aturan-aturan yang dibuat sebagai tata tertib harus ditaati berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak Rumah Singgah dengan anak-anak jalanan sehingga tidak terjadi benturan-benturan diantara 29 Hasil Wawancara Dengan Nana Sutarna, Tutor Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok 24 November 2014. 92 pihak Rumah Singgah dengan Anak-anak jalanan. Dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari di kelas interaksi sosial pun terjadi dengan sangat efektif. Proses kegiatan belajar mengajar tidak hanya pada guru/tutor yang menjelaskan materi pelajaran saja. Akan tetapi, anakanak dilibatkan langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar seperti yang tidak mengerti materi pelajaran maka akan langsung mengajukan pertanyaan, kemudian akan ditanggapi langsung oleh tutor atau teman-teman yang lainnnya. Anak-anak jalanan di Rumah Singgah Master ini sangat senang terhadap tutor-tutor (Guru) yang sangat baik, tegas dan pengertian terhadap mereka. Akan tetapi mereka tidak senang terhadap guru yang bersikap terlalu galak dan keras terhadap mereka. Hal ini diungkapkan oleh salah satu informan yaitu “ iya ka kalau di sekolah kita seneng sama guru baik, engga pernah galak dan gebuk kita, kaau ada guru yang galak kita engga ikut pelajaran mereka”.30 Maka jika ada tutor yang memiliki sikap demikian mereka tidak akan pernah sungkan untuk meninggalkan pelajaran dan tidak ikut kegiatan belajar dalam mata pelajaran dengan tutor yang bersangkutan. Anak-anak yang berada di Rumah Singgah Master ini masih sangat tergolong cukup baik dan mau diatur, hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu tutor yang mengatakan “ anak-anak disini baik, mereka sopan dan mau diatur, tidak seperti anak-anak jalanan yang benarbenar hidup dijalanan. Mereka sangat nakal dan melakukan apa yang dikehendakinya tanpa menghiraukan himbauan orang lain yang berada disekitarnya”.31 Sikap saling menghormati dan menyayangi ini yang kemudian memberikan efek positif terhadap suasana sosial yang terjadi di Rumah Singgah sehingga tercipta interaksi yang baik antara tutor dengan anak-anak jalanan. 30 Hasil Wawancara Dengan Akbar, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri,, Depok,03 November 2014 31 Hasil Wawancara Dengan Bunda Adel,Tutor Matematika Di Sekolah Dasar Master, Depok, 24 November 2014 93 Jika di Rumah Singgah Master ini ada sebagian anak-anak yang bermasalah, maka para tutor memiliki peranan untuk menyadarkan mereka atas perbuatan yang telah mereka lakukan. Pendekatan yang dilakukan terhadap anak-anak jalanan di Rumah Singgah adalah pendekatan secara personal (Anak Jalanan dengan Tutor). Mereka diberikan pendekatan dan pengarahan khusus kemudian disesuaikan dengan keinginan anak-anak jalanan tesebut akan tetapi masih dalam pengawasan tutor. Seperti yang dikatakan oleh koordinaotor pendidikan bahwa : Sanksi yang diberikan kepada anak-anak disini disesuaikan dengan kesepakatan bersama, karena sebagian anak-anak disini engga terbiasa diberikan hukuman tanpa kesepakatan dari mereka. Anak-anak di Rumah Singgah ini terkadang jika diberi hukuman mereka malah seneng, ada juga yang dikasih hukuman malah jadi pemalas. Disinilah sanksi yang telah menjadi kesepakatan bersama akan berperan untuk tindak lanjut hukuman mereka. Karena mereka memiliki tanggung jawab dan komitmen atas apa yang menjadi kesepakatannya 32 Maka dengan upaya dan pendekatan yang dilakukan oleh para tutor dalam menyelesaikan pertikaian diantara masing-masing anak-anak yang bertikai dapat mengintropeksi diri, berusaha dan mau menyadari kesalahan dan kelemahannya masing-masing. Harapan yang akan tercipta diantaranya dapat hidup berdampingan dengan bekerja sama atau masing-masing menjauhkan diri secara tegas karena tidak mungkin dilakukan kerja sama antara anak-anak yang bertikai. Peran dan keberadaan tutor sangatlah penting dalam pengawasan terhadap perilaku kehidupan anak jalanan di Rumah Singgah M aster ini. Interaksi sosial antara anak dengan tutor lebih terlihat dilingkungan sekolah. Misalnya pada kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dan upaya tutor dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada anak-anak di Rumah Singgah Master ini. Anak-anak ketika dalam kegiatan 32 Hasil Wawancara Dengan Nana Sutarna, Tutor Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok,24 November 2014. 94 belajar mengajar tak sungkan untuk bertanya jika sedang mengalami kesulitan.33 3. Interaksi Anak Jalanan dengan Masyarakat Di Sekitar Rumah Singgah Master ( tambahkan teori) Masyarakat menjadi bagian penting dalam proses interaksi anak jalanan. Syarat utama dari sebuah interaksi sosial yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Di lingkungan Rumah Singgah Master anakanak jalanan pun mampu berinteraksi dengan masyarakat yang ada disekitarnya. Dalam Interaksionalisme Simbolik kehidupan kelompok adalah keseluruhan tindakan yang sedang berlangsung. Namun demikian masyarakat tidak terbuat dari tindakan yang terisolasi. Disana ada tindakan yang bersifat kolektif yang melibatkan individu-individu untuk menyesuaikan tindakan mereka terhadap satu sama lain. Kelompok-kelompok dan masyarakat. Dalam interaksi sosial yang terjadi di antara anak-anak dengan masyarakat di sekitar terjadi komunikasi dan kontak sosial. Komunikasi dan kontak sosial yang terjalin di antara keduanya cukup baik. Anak-anak yang berada di lingkungan Rumah Singgah bermain dan bergabung juga dengan anak-anak yang berada diluar dari lingkungan Rumah Singgah. Hal ini sesuai dengan informan yang bernama Ahmad “ saya engga tinggal dirumah singgah ini ka, tapi saya biasa dan nyaman main bareng sama temen-temen yang ada di Master. Anak-anak yang ada di Rumah Singgah Master baik-baik dan asikasik”.34 33 Hasil Observasi Kegiatan Belajar Di Kelas VI Sekolah Dasar Pada Mata Pelajaran Matematika, Depok, 15 Oktober 2014 34 Hasil Wawancara Dengan Ahmad, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014 95 Hal tersebut sependapat dengan Bapak Muhammad bahwa,”perilaku anak jalanan yang berada dirumah singgah tergolong cukup baik, kenakalan yang dilakukan masih pada batas yang dapat ditoleransi oleh masyarakat sekitar. Keberadaan anak jalanan terkadang sedikit membuat masyarakat terganggu jika anak jalanan sedang membuat kegaduhan saja”35 Anak-anak Jalanan yang berada di Rumah Singgah Master mampu terlibat dalam kehidupan sosial bersama dengan teman-teman lain yang tidak tinggal di Rumah Singgah Master, Mereka tetap melakukan pertemanan dengan baik dan mau berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Hal ini sesuai dengan salah satu warga yang berada tidak jauh dari rumah singgah, mengatakan bahwa” perilaku anak-anak jalanan disini bisa dibilang baik, kalau ada sikap-sikap yang agak bandel sedikit ya diwajarkan namanya juga masih anak-anak. Tapi mereka semua mau gabung dengan orang-orang disekitar Master ini kalau mereka lagi engga ada kegiatan sekolah ataupun ngamen.”.36 Meskipun Interaksi Sosial yang dilakukan hanya dalam bentuk saling menyapa. Yang terpenting dalam proses saling bertegur sapa tersebut terdapat unsur aksi dan reaksi dari anak dan masyarakat dalam menanggapi apa yang disampaikan diantara mereka. Dalam kehidupan sehari-hari anak jalanan di Rumah Singgah Master, mereka mampu melakukan interaksi sosial dengan baik terhadap masyarakat di sekitar rumah singgah. Adapun bentuk interaksi sosial tersebut hanya sekedar saling bertegur sapa, tidak terlalu banyak aktivitas anak jalanan dengan masyarakat dengan warga sekitar. Karena diantara anak jalanan dan masyarakat saling menghormati aktivitas-aktivitas masing-masing. 35 Hasil Wawancara Dengan Muhammad, Masyarakat Yang Tinggal Di Sekitar Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 25 November 2014 36 Hasil Wawancara Dengan Muhammad, Salah Satu Masyarakat Yang Berada Di Sekitar Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok 27 November 2014 96 Hal ini sesuai dengan pendapat dari pengurus bahwa “ pada dasarnya anak-anak disini mampu berhubungan interaksi sosial dengan baik kepada masyarakat sekitar rumah singgah, akan tetapi interaksi sosial itu hanya sekedar saling menyapa atau menolong diantara keduanya37. Tidak terlalu banyak aktivitas interaksi sosial dengan warga yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan. Meskipun tidak banyak kegiatan yang meilbatkan anak jalanan dengan masyarakat akan tetapi kegiatan kerja sama yang tercipta diantara pengelola rumah singgah dengan rumah singgah terjalin dengan sangat baik untuk saling mengingatkan, mengontrol dan mengawasi keberadaan dan aktivitas anak jalanan disekitarnya. Hal ini seperti diungkapkan oleh Ibu Ani bahwa” ada kerja sama yang terjalin diantara kami masyarakat dengan pihak pengelolala rumah singgah untuk mengawasi dan mengingatkan anak jalanan jika sedang terjadi keributan kecil diantara anak jalanan yang sedang berada disekitar rumah singgah”38 Adapun kegiatan interaksi sosial masyarakat yang melibatkan anak-anak jalanan hanya pada waktu-waktu tertent saja, seperti saat melakukan kegiatan gotong royong dalam membersihkan aliran kali Ciliwung, seluruh warga, anak-anak jalanan dan anggota TNI ikut terlibat dalam melakukan kegiatan ini”.39 Bentuk dari interaksi sosial yang terjadi diantara anak jalanan dengan masyarakat sekitar bersifat asosiatif. Interaksi sosial yang meliputi asosiatif salah satunya adalah dalam bentuk kerja sama. Kegiatan membersihkan kali Ciliwung yang melibatkan anak-anak jalanan di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, walaupun kerja sama itu hanya pada waktu-waktu tertentu. Karena 37 Hasil Wawancara Dengan Nana Sutarna, Tutor Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 24 November 2014 38 Hasil Wawancara Dengan Ibu Ani, Masyarakat Yang Berada Di Sekitar Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 20 November 2014 39 Hasil Wawancara Dengan Nana Sutarna, Tutor Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok. 24 November 2014 97 dalam kehidupan sehari-hari hubungan diantara warga sekitar Rumah Singgah semua terlihat baik-baik saja. Menurut Gillin dan Gillin, bentuk interaksi sosial adalah prosesproses yang asosiatif adalah (akomodasi, asimilasi, dan akulturasi). Dan proses-proses yang disosiatif adalah (persaingan, pertentangan)40. Bentuk-bentuk interaksi sosial anak jalanan dengan anak jalanan, dengan tutor/ guru dan dengan masyarakat sekitar rumah singgah bersifat asosiatif dan disosiatif. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif pada anak jalanan dalam bentuk kerja sama, toleransi, akomodasi dan lain-lain. Sedangkan interaksi sosial yang bersifat disasosiatif pada kehidupan interaksi sosial anak jalanan dalam bentuk persaingan dan pertentangan. 40 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2002) cet.ke 3,h.65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Interaksi sosial adalah hubungan yang dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok maupun orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerja sama, tetapi juga berbentuk persaingan, pertikaian dan sejenisnya. Anak jalanan merupakan anak yang berusia di bawah 21 tahun, yang menggunakan sebagian waktunya di jalanan atau di tempat-tempat umum lainnya. Aktivitas anak jalanan bukan hanya yang bertujuan mencari uang atau mencari nafkah, tetapi juga aktivitas lain seperti bermain, istirahat, tidur, atau belajar. Di berbagai sudut kota, sering terjadi anak jalanan harus bertahan hidup dengan cara-cara yang secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat diterima masyarakat umum, sekedar untuk menghilangkan rasa lapar dan keterpaksaan untuk membantu keluarganya. Tidak jarang mereka pula dianggap sebagai pengganggu ketertiban dan membuat kota menjadi kotor dengan keberadaan mereka. Rumah Singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana pusat resosialisasi anak jalanan terhadap system nilai dan norma di masyarakat. Rumah Singgah merupakan tahap awal bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan selanjutnya, oleh karenanya penting menciptakan Rumah Singgah sebagai tempat yang aman, nyaman, menarik, dan menyenangkan bagi anak jalanan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan adalah : 1. Bentuk Interaksi Sosial Anak Jalanan Kepada Sesama Anak Jalanan Bentuk-bentuk interaksi sosial anak jalanan kepada sesama anak jalanan, anak jalanan dengan tutor dan anak jalanan dengan masyarakat di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok adalah interaksi sosial asosiatif dan interaksi sosial disosiatif. Proses 98 99 interaksi sosial asosiatif meliputi kerja sama, dan akomodasi. Sedangkan bentuk proses sosial yang disosiatif meliputi pertikaian yang terjadi diantara mereka. 2. Bentuk Interaksi Sosial Anak Jalanan Kepada Tutor Bentuk interaksi sosial anak jalanan kepada tutor di Rumah Singgah terjalin dengan baik diantara keduanya. Kerja sama merupakan bentuk dari interaksi yang mereka lakukan. Ketika dalam kegiatan belajar mengajar disekolah pun hubungan diantara keduanya sangat akrab. Sikap anak-anak jalanan akan baik sekali pada tutor yang memang juga sangat pengertian kepada mereka, dan anak jalanan akan bersikap acuh kepada tutor atau guru yang mereka anggap sikapnya kurang sopan kepada anak-anak jalanan. 3. Bentuk Interaksi Sosial Anak Jalanan dengan Masyarakat Hubungan interaksi sosial anak jalanan dengan Masyarakat yang berada disekitar rumah baik, akan tetapi tidak ada hubungan interaksi yang terlalu banyak terlibat dalam kegiatan masyarakat sekitarnya. Dalam kebiasaan sehari-hari anak jalanan dengan masyarakat hanya sekedar berinteraksi dengan duduk bersama di sekitar rumah singgah, saling menghargai keadaan mereka masing-masing dan saling menghormati untuk segala aktivitas yang dilakukan . Untuk kegiatan dalam bentuk kerja sama yang mereka lakukan hanya pada saat acaraacara dan kegiatan-kegiatan tertentu yang memang melibatkan banyak pihak. B. Implikasi Jika Interaksi Sosial Anak Jalanan diantara sesama anak jalanan, Tutor atau Guru dan masyarakat dapat terkontrol dengan baik oleh pihak Rumah Singgah maka Interaksi diantara mereka pun dapat terjalin dengan baik dan menghasilkan sosialaisasi yang baik. 100 C. Saran Dari hasil penelitian ini penulis mencoba memberi sumbang saran demi peningkatan dan kemajuan Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok dalam menjalankan dan mengontrol aktivitas dan perilaku sosial anak-anak jalanan baik terhadap teman sebaya, interaksi sosial terhadap tutor atau guru dan interaksi sosial anak jalanan kepada masyarakat di sekitar Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok. Sehingga jika ada pengontrolan yang baik maka hubungan sosial anak-anak jalanan pun akan baik dan dapat memberikan manfaat untuk orang-orang yang berada disekitarnya. DAFTAR PUSTAKA Anak Jalanan dan Terlantar, Tanggung Jarvab Siapa? Majalah Societa, (Jakarta: Kementrian Sosial RI edisi IIl20ll) Anik Widayanti. Perbedaan Interaksi Sosial antara Mahasiswa Sl yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Organisasi Kernahasiswoan di Fakultas llntu P endi dikan Universitas Se marang Tahun Akademik Negeri Semarang, 2005. 2 00 4/2 00 5, Universitas Armai, Arief. Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan,20l3 (http: //anjal.blogdrive.com/ archive/1 i.html) Arikunto, Suharismi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineke Cipta) cet.13 Astuti, Dwi. Penelitian Rumah Singgah Se-Jawa (www. damadiri.or. id/fi lel dwi astututiunairbab Z.pdD. Basrowi, Memahami P ene li tian Kualittaif (Jakarta: Rineka cipta,200 ( Jakarta Timur, 2013 g) Basrowi, Pengantar Sosiologi (Bogor: Ghalia Indonesia,20O5) Bina Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI,2002 Booklet Kementerian Sosial dalam Angka Tahun 2012 (Jakarta: Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2012) Davis, Kingsley : Human society, cetakan ke-r3, The Macmillan company, New York,1960 Hasan, Alwi. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke 3, Jakarta:Pusat Bahasa, 2008 Isjoni, Ishaq. Masyarakat dan Perubahan Sosial Unipress Luthfian Taqwa Ginanjar. Interaksi Sosial Antara Anggota Organisasi Ekstra Kampus diUIN Syarif Hidyatullah Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,20l l. Murdianto. "Pengaruh Penyuluhan dan Bimbingan Sosial, terhadap persepsi stakeholder pada Anak Jalanan di palembang" (yogyakarta: citra Media, 2008) Modul Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti, (Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi dosial, Departemen Sosial RI, 2006) Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kuatimtrt Bandung : Remaja Rosda Karya, 2002 Nata, Abudin dan Fauzan. Pendidikan dalam perspektif Hadits, ciputat: UIN Press,2005 Narvawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial, yogyakarta: Gajah Mada University Press,1985 Nazir, M. Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia,lgg5 Nuraini, Interaksi Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat Pribumi dalam Membangun Toleransi Beragama di Desa Tonjong, Bogor, universitas Is lam Ne geri S yari f Hidayatu I lah J akarta,2009 . Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah, Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial RI, 1999 Pranowo, Bambang. Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi P e r sp e ktif Isl am, J akarta: Laboratorium Sosiologi Agama,200 g Prasadja, Heru dan Agustian. Murniati, Anak Jalanan & Kekerasan,, Jakarta: pKMp Unika Atma Jaya bekerjasama dengan Depsos, 2000 Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2013. Berita Resmi Statistik No. 47l07lTh. XVI, 1 Juli 2013 Profil Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Ravo, Bernard. Teori sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustakaraya,2007 Razak, Yusran. Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam, Jakarta: Laboratorium Sosiologi agama,2008 Ritonga, Jamiludin. Riset Kehumasan, Jakarta: PT. Gramedia Grasind o,2004 Said, Hudri. "Keabsahan Data Instrumen Penelitian,,, http://expresisastra.blogspot.com/2013/lllkeabsahan-data-instrumen-penelitian.html, 05 Oktober 2014 Salamun dan Taryati. Interaksi Sosial Penduduk Perumnas Condong Catur dengan P e ndudu k S e ki t arny a, (Yo gyakarta :Kepel Press, 2007), h.3 5 Saebani, Beni Ahmad Dan Kadar Nurjaman. Manajemen penelitian, Bandung: Penerbit CV. Pustaka Setia,2O13 Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui Rumah Singgah, (Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI,2002), h. 13-15. Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial, Bandung: Unpar Press,2006 Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar,Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan D ( Bandung : Alfabeta,2010), cet X Kuantitatif Kualitatif dan R & S ugiyono. Me to de P e ne I i t i an P e ndi di kan, B andung: A lfabeta,2O 12 Sunarto. Kamanto Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), Edisi Revisi Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Antak (Jakarta : PT. Kencana Prenada Media Grup 20t3) Syani, Abdul. sosiologi skematika, Teori, dan Terapan, Iakarta: 2012 pr. Bumi Aksara, Tim Penyusun (Dendy Sugono,dkk.). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa,2008. Usman, Husaini dan Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial,Jakarta: pr. Bumi Aksara,2000 wawancara dengan Nurrochim, Pendiri Rumah Singgah yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, I I November 2014. wawancara dengan Nana Sutama, Tutor di Rumah Singgah yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 24 November 2014 wawancara dengan Bunda Adel, Tutor di Rumah Singgah yayasan Bina Insan Mandiri, Depolg 24 November 2014 Wawancara Dengan Syawal, Anak Jalanan Yang Tinggal di Rumah Singgah yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 23 Novemb er 2014 wawancara Dengan Hasan, Anak Jalanan Yang Tinggal di Rumah Singgah yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 20 Novemb er 2014 Wawancara Dengan Akbar, Anak Jalanan yang Tinggal di Rumah Singgah yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 23 Novemb er 2014 Wawancara Dengan Sandi, Anak Jalanan Yang Tinggal Bina Insan Mandiri, Depok, 23 Novemb er 2014 di Rumah Singgah yayasan wawancara Dengan Ahmad, Anak Jalanan Yang Tinggal di Rumah Singgah yayasan Bina Insan Mandiri, Depok,23 November2014 PEDOMAN WAWANCARA Hari/ Tanggal : Kamis, 27 November 2014 Interview : Bapak Nurrohim Jabatan : Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri Waktu : 11.00 – 13.30 WIB Tempat : Kantor Yayasan Bina Insan Mandiri Pokok Pembicaraan 1. Siapakah pelopor/pendiri Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri? ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 2. Kurikulum apa yang dugunakan Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri? ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 3. Program apa saja yang diterapkan Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri? ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 4. Kendala apa saja yang dihadapi dalam peaksanaan pengelolaan pendidikan Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri? _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ 5. Bagaimana cara rumah singgah untuk menarik minat para anak jalanan agar mau mengikuti program-program di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri? _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ 6. Bagaimana keadaan tenaga pengajar Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, apakah sudah memadai? ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 7. Bagaimana cara pencarian dana di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri? ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 8. Berapa lamakah subsidi dana itu berlangsung? ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 9. Dengan pihak-pihak mana sajakah Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri ini melakukan kerja sama? Dalam bidang apa saja kerja sama itu dilakukan 10. Sudah berapa banyak lulusan dari Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri? ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 11. Output apa yang diberika n Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri kepada lulusannya? ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 12. Adakah prestasi-prestasi yang diraih oleh anak-anak di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri? ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ PEDOMAN WAWANCARA UNTUK ANAK JALANAN Nama : Umur : Jenis Kelamin : Kelas : Alamat : Pokok Pembicaraan 1. Sejak kapan adik berada di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok? ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 2. Berapa lama anda menghabiskan waktu dijalanan? Dan kegiatan apa yang anda lakukan? ____________________________________________________________ ______________________________________________________________ ____________________________________________________________ 3. Apakah anda sekolah di Yayasan Bina Insan Mandiri ini? ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ 4. Mengapa anda bisa berada di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ini? ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ 5. Apakah orang tua mengetahui keberadaan anda sekarang di Rumah Singgah ? Bagaimana Hubungan anda dengan orang tua? ___________________________________________________________ 6. Ketika anda sedang beraktivitas dijalanan, apakah anda merasa sekolah anda terganggu? ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ 7. Bagaimana Hubungan Interasi Sosial anda dengan teman sesama anak jalanan? adakah simbol-simbol yang digunakan sebagai ciri khas dalam interaksi? __________________________________________________________ __________________________________________________________ __________________________________________________________ 8. Apakah anda bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh sekolah ataupun rumah singgah? __________________________________________________________ __________________________________________________________ __________________________________________________________ 9. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan tutor atau Guru di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ? _________________________________________________________ _________________________________________________________ _________________________________________________________ 10. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan masyarakat di sekitar Rumah Singgah? _________________________________________________________ _________________________________________________________ _________________________________________________________ 11. Apakah anda merasa terbebani dengan peraturan-peraturan yang ada di Rumah Singgah? __________________________________________________________ __________________________________________________________ __________________________________________________________ 12. Berapa penghasilan yang anda dapatkan? Dan digunakan untuk apa penghasilannya tersebut? __________________________________________________________ __________________________________________________________ __________________________________________________________ Wawancara dengan Tutor atau Guru Nama : Jabatan : Waktu : Pertanyaan 1. Bagaimana karakter dan Bentuk Interaksi Sosial Anak Jalanan terhadap sesama Anak Jalanan di Rumah Singgah Master ini? ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ 2. Program-program apa saja yang diadakan oleh Rumah Singgah untuk mengembangkan bakat dan kemampuan anak-anak jalanan di Rumah Singgah ini? ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ 3. Bagaimana bentuk Interaksi Sosial Anak Jalanan terhadap guru/tutor di Rumah Singgah Master ini? __________________________________________________________ __________________________________________________________ __________________________________________________________ 4. Bagaimana peraturan yang dibuat oleh pihak Rumah Singgah untuk anakanak jalanan di Rumah Singgah Master? ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ 5. Bagaimana interaksi sosial anak jalanan dengan masyarakat yang berada disekitar Rumah Singgah? ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 6. Kapan saja kegiatan mengembangkan kemampuan anak-anak jalanan tersebut dilaksanakan? ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ 7. Bagaimana pihak Rumah Singgah mengontrol interaksi sosial anak-anak jalanan disini? ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ 8. Apakah dalam penerapan peraturan akan ada perbedaan untuk pelaksanaan hukuman bagi anak-anak jalanan yang melanggar aturan? ___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ ___________________________________________________________________ PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MASYARAKAT Nama : Umur : Jenis Kelamin : 1. Bagaimana perilaku anak-anak jalanan di rumah singgah Master ini? _____________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 2. Bagaimana hubungan interaksi sosial anak jalanan dengan masyarakat sekitar rumah singgah? ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 3. Apakah anak-anak jalanan sering terlibat dengan kegiatan-kegiatan yang diadakan dengan masyarakat sekitar? ______________________________________________________________ _____________________________________________________________ _____________________________________________________________ 4. Apakah ada kerja sama antara pihak rumah singgah dengan masyarakat sekitar dalam mengontrol kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak jalanan? _____________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 5. Apakah masyarakat sekitar merasa terganggu dengan keberadaan anak-anak jalan yang berada di Rumah Singgah Master? ______________________________________________________________ HASIL WAWANCARA DENGAN PENDIRI RUMAH SINGGAH Hari/ Tanggal : Kamis, 27 November 2014 Interview : Bapak Nurrohim Jabatan : Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri Waktu : 11.00 – 13.30 WIB Tempat : Kantor Yayasan Bina Insan Mandiri Pokok Pembicaraan 1. Siapakah pelopor/pendiri Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri? Awalnya saya sendiri, karena ini pekerjaan berat sampai akhirnya saya merekrut temen-temen aktivis, remaja, mahasiswa. Jadi saya selaku insiator yang konsep ini, saya butuh orang yang bisa jadi eksekutor. untuk keberlangsungan ini minimal butuh 3 sampai 5 orang. Jadi pekerjaan ini tidak mungkin dilakukan sendiri, apalagi anak-anak itu cukup antusias dan banyak, sehingga kita tidak ingin menyia-nyiakan impian mereka. Mereka punya semangat, punya kemauan, punya mimpi sehingga tugas kita mewujudkan impian dan harapan mereka 2. Kurikulum apa yang dugunakan Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri? Pada dasarnya kurikulum yang digunakan di sekolah master ini sama dengan kurikulum yang diterapkan oleh sekolah-sekolah lain, yaitu kurikulum yang berdasarkan peraturan dari pemerintah pusat yang dijadikan sebagai landasan dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari pada anak-anak, hanya saja dalam praktik kurikulum ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pada anak-anak di yayasan. Adapun kurikulum yang digunakan dalam perpaduan diantaranya, kurikulum SDIT, kurikulum pesantren, kuriulum kemensos, ILO, dirangkum semua, jadi bagaimana baiknya saja kita ambil. Dari kemenag, kemensos, kemendikbud kita ambil kisi-kisinya. Hal ini dimodifikasi untuk mengembangkan bakat dan kemampuan anak-anak sehingga anak-anak memiliki keterampilan yang sesuai dengan bakat dan hobbi dari masingmasing anak. 3. Program apa saja yang diterapkan Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri ? Yayasan Bina Insan Mandiri ini terdiri dari beberapa divisi. Diantara divisidivisi yang ada mereka memiliki program-program yang terdapat didalamnya. Diantaranya antara lain: Programnya setiap divisi berbeda-beda, kalau dari divisi pendidikan seperti PAUD, SD, SMP, SMA, baik jalur terbuka maupun paket atau pendidikan kesetaraan (paket A setara SD, paket B setara SMP, dan paket C setara SMA). Jalur SMP dan SMA terbuka menginduk ke SMP Negeri 10 Depok dan SMA Negeri 05 Depok. Selain itu, melalui pendidikan luar sekolah anak-anak diberikan keterampilan seperti: service handphone, las, bengkel, komputer, desain grafis, tata boga, menjahit dan lain sebagainya. Ada juga pelatihan untuk masyarakat sekitar yaitu, pelatihan lukisan global dan batik (pemberdayaan untuk ibu-ibu yang berada disekitar dan para siswi Yabim). Ada juga program “Coaching dan conselling” dengan tujuan mengembangkan potensi jiwa berwirausaha, memberikan motivasi berwirausaha, menciptakan lapangan kerja, melihat peluang usaha, menggali dan mengembangkan potensi daerahnya. Disini para anak didik yang telah mengikuti latihan kerja akan di serap oleh unit-unit usaha yang dikembangkan oleh Yabim. Ada juga dari divisi ekonomi seperti kewirausahaan, pendampingan dalam usaha mikro, pemberian pinjaman, koperasi Master yang baru dilauncing pada tanggal 29 November 2014 dan lain sebagainya. Divisi sosial seperti kesehatan, hukum untuk anak-anak bermasalah, baktibakti sosial untuk masyarakat sekitar sini. Keagamaan seperti bimbingan spiritual, kemandirian pada anak-anak jalanan. Dari banyak program yang ada di Rumah Singgah Master semua diikuti oleh anak-anak sesuai dengan keinginan dan bakat masing-masing anak agar mereka mengembangkan dan menjalankan segala hobi yang dimiliki tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Karena Rumah Singgah hanya menjadi fasilitator untuk anak-anak dalam mengembangkan keterampilan yang dimilikinya. 4. Kendala apa saja yang dihadapi dalam peaksanaan pengelolaan pendidikan Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri? Kita kan orang-orang yang khusus dan spesial semua. Seperti orang pecandu narkoba dan seks bebasnya dan ABH (Anak yang Berhadapan dengan Hukum) itu agak sulit dibina, karena butuh pendampingan khusus dan orangorang bisa mengahadapi ini sangat terbatas. Jika kategori anak terlantar dan anak jalanan masih bisa ditangani. Anak-anak yang tuna rungu atau ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), walaupun jumlahnya tidak banyak tapi relawannya jarang datang, kadangkadang kan kita tidak mau terjun payung juga untuk mendidiknya. Mereka dari keluarga miskin yang tidak bisa memilih untuk sekolah dimana, tiba-tiba datang dan menyerahkan kepada yayasan, yang penting anaknya di disini. Kita kan harus ada tenaga psikolog yang ahli yang bisa mendampingi anak ini. Jadi keterbatasan sumber daya untuk penanganan ABK, belum ada kemitraan yang permanen untuk ABK, infrastruktur dan sarana penunjang untuk bahan ajar untuk ABK kurang. 5. Bagaimana cara rumah singgah untuk menarik minat para anak jalanan agar mau mengikuti program-program di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri? Untuk segala program atau kegiatan yang berada di rumah singgah, ketika anak-anak mau sekolah, kita rumahkan, ketika yang dirumahkan ini sudah mulai bagus, baru kita kirim ke pesantren. Rumah singgah ini ada yang di Master, ada yang di Pondok Master, ada yang mau sekolah aja, atau mau belajar keterampilan saja disini, tapi kalau ingin mengkaji agama lebih dalam ya di pondok master yang lebih banyak kajian agamanya, kalau yang rumah singgah sini hanya pembinaan karakter tidak sampai menghafal qur’an, hanya hafalan surat-surat pendek saja. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan lebih kepada pendekatan personal. Anak-anak diberi pengertian akan pentingnya pendidikan ketika ia mau untuk melanjutkan sekolah yang berada di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok ini. 6. Bagaimana keadaan tenaga pengajar Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, apakah sudah memadai? Jumlah tutor tetap secara keseluruhan berjumlah sekitar 120 orang. disini ada juga yang kita sebut dengan guru tamu, banyak dari mereka mahasiswa yang magang, penelitian ataupun praktek mengajar. Jika dibandingkan dengan murid hampir 3000 orang tenaga pengajar disini masih kurang. Murid disini terdiri dari anak jalanan 300 orang, ABK (Anak berkebutuhan Khusus) 35 orang. Dari orang tua murid dan lingkungan sekitar, relawan bergabung untuk mengajar atau bisa untuk pendampingan-pendampingan anak-anak, banyak orang tua yang kapasitasnya bagus bergabung menjadi relawan banyak disini. Syarat untuk mengajar disini harus sudah lulus s3 untuk mengajar disini (Sangat Sabar Sekali). 7. Bagaimana cara pencarian dana di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri? Yayasan ini tidak mencari dana. Banyak peserta didik berkualitas, banyak mendapatkan juara dimana-mana, akhirnya banyak media yang ke yayasan untuk mencari berita kesini. Ketika di blow up di media, banyak perusahaan yang mengadakan program CSR (bidang kemanusiaan, bidang pendidikan, kesehatan, pemberdayaan), badan amil zakat, para donator, pada datang untuk meminta kerjasama. NGO luar yang bekerjasama dengan kita hampir 10, seperti: hope our children, program education jepang, save children, ILO, word education, dll. 8. Berapa lamakah subsidi dana itu berlangsung? Biasanya per program Ada yang 3 bulan dan 6 bulan, mereka lebih ke program SDM dan manajemen. Ada yang Cuma sekali aja diundang ada semacam forum diskusi, seminar, semacam kerjasama lintas jaringan aja. Kerjasama di program forum rumah singgah, forum PKBM, BNKS, perguruan tinggi swasta. Pusat kegiatan masyarakat untuk penguatan kapasitas SDM dan kelembagaan. 9. Dengan pihak-pihak mana sajakah Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri ini melakukan kerja sama? Dalam bidang apa saja kerja sama itu dilakukan? Kita membangun kemitraan dengan pihak praktisi, akademisi, lintas sektor, dengan dinas terkait dengan kalangan pengusaha, bagaimana ini kita jadikan isu bersama dan problem kita semua, sehingga orang tergerak untuk berpartisipasi untuk memberikan solusi masalah, sehingga dengan kebersamaan ini akan mudah dan lebih cepat untuk proses berkembangnya dan semakin banyak orang-orang yang terlayani. Supaya ini gratis tapi bisa berkualitas karena ditangani sama-sama dan orang yang memberikan kontribusi bukan hanya memberikan materi, tetapi berupa ide, bisa saran. 10. Sudah berapa banyak lulusan dari Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri? Sekitar 4-5 ribu orang. Ujian di Yabim berlangsung setahun 3 kali, pesertanya sekitar 300 orang sekali ujian. 11. Output apa yang diberikan Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri kepada lulusannya? Mereka punya keterampilan wirausaha sesuai dengan minat dan bakatnya dan punya bekal ijazah. 12. Adakah prestasi-prestasi yang diraih oleh anak-anak di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri? Prestasi-prestasi yang diperoleh oleh anak-anak di Rumah Singgah Master ini diantaranya adalah 13. Adakah hukuman dan aturan untuk anak-anak jalanan? Siapa yang membuat atura tersebut? Ada. Aturan dan sanksi yang dibuat atas kesepakatan bersama dengan anakanak jalanan. Anak-anak yang membuat aturan dan anak-anak pula yang memberikan sanksi kepada yang melanggar aturan. Hal ini dilakukan agar semua anak-anak disini merasa nyaman tanpa ada unsure paksaan untuk melakukan segala aktivitas dilingkungan rumah singgah. Maka ketika mereka melanggar aturan, teman-teman mereka yang akan memberikan sanksi tersebut agar mereka memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri. Karena dalam pendidikan yang ditanamkan di lingkungan ini anak-anak diberikan pendidikan setelah itu diberikan pemahaman untuk dilakukan sebagai pembiasaan dan pengamalan atas pendidikan, materi atau hal-hal apa saja yang telah mereka dapatkan di Rumah Singgah. Karena ada yang bisa karena terbiasa ataupun bisa karena dipaksa. Bisa yang dimaksud disini yaitu menjalankan kewajiban-kewajiban mereka untuk menghindari dari pelanggran-pelanggaran aturan yang telah dibuat atas kesepakatan bersama. Karena di Dunia apapun ada aturan hanya bagaimana aturan yang dibuat itu mampu mengakomodir segala bentuk yang sesuai dengan keinginan anakanak. Depok, 24 November 2014 Pewancara (Yustia Umamah) Terwawancara Hasil Wawancara Dengan Anak Jalanan Nama : Sandi Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 14 Tahun Kelas : VI Sekolah Dasar Pokok Pembicaraan 1. Sejak kapan adik berada di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok? Saya tinggal di rumah singgah ini sejak tahun 2009. 2. Berapa lama anda menghabiskan waktu dijalanan? Dan apa yang dilakukan? Biasanya kegiatan yang saya lakukan di jalanan itu adalah ngamen, ojek payung untuk mencari uang di sekitar Depok dan itu menghabiskan waktu sebanyak 4-5 Jam saja bersama teman-teman. 3. Apakah anda sekolah di Yayasan Bina Insan Mandiri ini? Selain tinggal di rumah singgah ini saya juga sekolah. Tingkat Sekolah Dasar Master kelas VI. 4. Mengapa anda bisa berada di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ini? Awalnya karena faktor ekonomi keluarga yang kurang baik, saya kabur dari rumah untuk belajar mandiri. Mencari uang dan memenuhi kebutuhan seharihari saya tanpa harus meminta kepada kedua orang tua. Sejak kabur dari rumah saya pergi ke terminal Depok sini dan bertemu dengan banyak teman. Mereka tinggal di Yayasan Bina Insan Mandiri dan saya memutuskan untuk ikut menetap disini. 5. Apakah orang tua mengetahui keberadaan anda sekarang di Rumah Singgah ? Bagaimana Hubungan anda dengan orang tua? Awalnya orang tua saya tidak mengetahui, tapi sekarang mereka tahu saya tinggal disini. 6. Ketika anda sedang beraktivitas dijalanan, apakah anda merasa sekolah anda terganggu? Tidak merasa terganggu. 7. Bagaimana Hubungan Interasi Sosial anda dengan teman sesama anak jalanan ? adakah simbol-simbol yang digunakan sebagai ciri khas dalam interaksi? Hubungan saya dengan teman-teman baik-baik saja. Kita tidak memiliki bahasa, atau simbol yang menjadi ciri khas kami sebagai anak jalanan ketika interaksi sosial dengan yang lainnya. 8. Apakah anda bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh sekolah ataupun rumah singgah? Ya saya bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan untuk saya. 9. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan tutor atau Guru di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ? Hubungan interaksi sosial yang saya lakukan dengan guru atau tutor di sekitar Rumah Singgah ini saya menjaga nya dengan baik. Menghormati mereka sebagaimana orang tua saya sendiri. 10. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan masyarakat di sekitar Rumah Singgah? Hubungan saya dengan masyarakat sekitar juga terjalin baik. Saling tolong menolong jika memang ada masyarakat yang sedang mengalami kesulitan. 11. Apakah anda merasa terbebani dengan peraturan-peraturan yang ada di Rumah Singgah? Saya tidak merasa terbebani. 12. Berapa penghasilan yang didapat dari hasil ngamen? Dan digunakan untuk apa uang tersebut? Biasanya uang hasil ngamen yang saya dapatkan adalah sebesar Rp. 15.00035.000, dan uang tersebut saya gunakan untuk keperluan saya sehari-hari selama di rumah singgah. PEDOMAN WAWANCARA UNTUK ANAK JALANAN Nama : Hasan Usia : 11 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Kelas : VI Sekolah Dasar Alamat : Tangerang Pertanyaan 1. Sejak kapan adik berada di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok? Saya tinggal di rumah singgah ini sudah sejak tahun 2012 2. Berapa lama anda menghabiskan waktu dijalanan? Dan apa yang dilakukan? 3-5 Jam biasanya. Kegiatan yang saya lakukan adalah ngamen, berjualan tissue atau menjadi tukang semir. Kegiatan itu dilakukan masih disekitar Depok. 3. Apakah anda sekolah di Yayasan Bina Insan Mandiri ini? Ya saya sekolah di Yayasan Bina Insan Mandiri ini. Selain tinggal di rumah singgahnya, pendidikan saya di Sekolah Dasar Master Indonesia. 4. Mengapa anda bisa berada di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ini? Pada awalnya saya kabur dari rumah orang tua di Tangerang, kemudian saya nyasar dan sampai di rumah singgah ini. Sejak itu juga saya memutuskan untuk berada di Rumah singgah ini karena banyak teman-teman sebaya. 5. Apakah orang tua mengetahui keberadaan anda sekarang di Rumah Singgah ? Bagaimana Hubungan anda dengan orang tua? Awalnya orang tua tidak mengetahui keberadaan saya. Tapi akhirnya saya sempet pulang untuk memberi kabar kepada mereka bahwa sekarang saya tinggal di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok. Kemudian saya memutuskan untuk kembali kerumah singgah ini. 6. Ketika anda sedang beraktivitas dijalanan, apakah anda merasa sekolah anda terganggu? Saya tidak merasa terganggu dengan kegiatan sekolah saya. 7. Bagaimana Hubungan Interasi Sosial anda dengan teman sesama anak jalanan ? adakah simbol-simbol yang digunakan sebagai ciri khas dalam interaksi? Hubungan interaksi sosial saya dengan teman yang lainnya baik-baik saja. Diantara kami saling bergabung. Tidak ada simbol-simbol tertentu yang kami gunakan dalam ciri khas kami sebagai anak jalanan yang tinggal di master. Bahasa dan simbol yang kami gunakan sama dengan yang biasa digunakan oleh masyarakat lainnya. Kami anak-anak jalanan disini juga jarang bertengkar. 8. Apakah anda bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh sekolah ataupun rumah singgah? Ya jika ada tugas yang harus dilakukan maka saya akan mengerjakan sesuai dengan kemampuan saya. 9. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan tutor atau Guru di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ? Hubungan saya dengan guru atau tutor yang ada di rumah singgah dan sekolah semua baik-baik saja, saya hormat dan santun kepada guru. Hanya saya tidak suka dengan guru atau tutor yang galak. 10. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan masyarakat di sekitar Rumah Singgah? Hubungan interaksi dengan masyarakat yang ada disekitar rumah singgah juga baik-baik saja. Saya main dan berbaur juga dengan teman-teman sebaya yang ada. 11. Apakah anda merasa terbebani dengan peraturan-peraturan yang ada di Rumah Singgah? Terkadang saja saya merasa terbebani dengan peraturan yang ada. 12. Berapa penghasilan yang didapat dari hasil ngamen? Dan digunakan untuk apa uang tersebut? Biasanya uang yang didapat sebesar 10-40 Ribu, dan uangnya saya gunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti membeli makan, jajan dan kadang sisanya saya tabung. Hasil Wawancara Dengan Anak Jalanan Nama : Bayu Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 13 Tahun Kelas : VI Sekolah Dasar 1. Sejak kapan adik berada di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok? Saya tinggal di Master ini sejak tahun 2008. 2. Berapa lama anda menghabiskan waktu dijalanan? Dan apa yang dilakukan? Biasanya saya menghabiskan waktu 3-6 Jam selama di jalan. Hal-hal yang saya lakukan bersama teman-teman adalah mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan kegiatannya adalah ngamen, ojek payung, terkadang semir sepatu. 3. Apakah anda sekolah di Yayasan Bina Insan Mandiri ini? Ya. Selain tinggal disini saya juga sekolah dan saat ini saya sudah kelas VI Sekolah Dasar Master 4. Mengapa anda bisa berada di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ini? Saya berasal dari V bersaudara dan orang tua dengan ekonomi yang paspasan. Makanya saya memilih pergi dari rumah untuk belajar mandiri. Rumah saya di Jakarta, waktu pertama kali kabur saya naik kereta Bogor dan kemudian turun di Stasiun Depok. Dari stasiun ada yang member tahu saya ada sekolah gratis dekat dengan terminal. Saya langsung kesini dan betah tinggal disini sampai dengan sekarang. 5. Apakah orang tua mengetahui keberadaan anda sekarang di Rumah Singgah ? Bagaimana Hubungan anda dengan orang tua? Ya, orang tua saya mengetahui keberadaan saya sekarang ini. Karena saya pernah pula dan menceritakan keberadaan tempat tinggal saya sekarang. Hubungan saya dengan orang tua sekarang baik, terkadang kalau saya kangen sama orang tua saya pulang kerumah tapi tidak untuk waktu yang lama. Karena tidak betah dirumah, tidak banyak teman seperti di Master ini. 6. Ketika anda sedang beraktivitas dijalanan, apakah anda merasa sekolah anda terganggu? Aktivitas di Jalanan bukan menjadi penghambat saya untuk tetap sekolah. Jadi saya tidak pernah merasa terganggu. 7. Bagaimana Hubungan Interasi Sosial anda dengan teman sesama anak jalanan ? adakah simbol-simbol yang digunakan sebagai ciri khas dalam interaksi? Saya sama teman-teman yang ada disini saling menjaga pertemanan satu sama lainnya. Kita jarang bertengkar, mungkin jika bertengkar pun dikarenakan ada teman-teman yang sedikit belagu aja. Kita juga main-main aja, komunikasikomunikasi tanpa ada simbol atau bahasa yang menjadi ciri khas dari kami. 8. Apakah anda bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh sekolah ataupun rumah singgah? Jika memang ada tugas dan saya mampu mengerjakannya, maka akan saya kerjakan. 9. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan tutor atau Guru di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ? Interaksi saya dengan guru atau tutor disini harus saya jaga dengan baik, karena mereka adalah orang tua saya selama saya disini. Tapi terkadang jika ada guru atau tutor yang galak saya agak males dengannya. Saya sangat senang dengan guru atau tutor yang baik jika mengajar dikelas ataupun diluar dari jam belajar. 10. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan masyarakat di sekitar Rumah Singgah? Hubungan dengan masyarakat disekitar sini juga baik. 11. Apakah anda merasa terbebani dengan peraturan-peraturan yang ada di Rumah Singgah? Terkadang merasa terbebani tapi terkadang juga tidak. 12. Berapa penghasilan yang didapat dari hasil ngamen? Dan digunakan untuk apa uang tersebut? Pengahasilan yang saya dapatkan adalah Rp.20.000-50.000,00. Dan uang yang didapatkan dari hasil ngamen itu saya gunakan untuk keperluan jajan sendiri dan jika ada sisanya saya tabung. Pedoman Wawancara Nama : Syawal Jenis Kelamin : Laki-laki Umur :11 Tahun Kelas :VI Sekolah Dasar Pertanyaan 1. Sejak kapan adik berada di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok? Saya berada di Rumah Singgah ini sudah sejak lama sekali, yaitu sejak tahun 2010. 2. Berapa lama anda menghabiskan waktu dijalanan? Dan apa yang dilakukan? Biasanya saya dijalanan itu waktunya sore hari ka. Dari jam 15.00 s/d Selesai ( 15.00-20.00 Wib). 3-6 Jam dijalanan. Kegiatan yang saya lakukan dengan teman-teman biasanya adalah ngamen. Ngamen disekitar terminal depok, Itc Depok dan sekitarnya. Hanya waktunya tidak siang, karena kalau siang takut kena razia satpol PP. 3. Apakah anda sekolah di Yayasan Bina Insan Mandiri ini? Iya saya sekolah di Sekolah Master Indonesia. Selain saya dijalanan mencari uang tapi saya senang disini karena saya juga bisa sekolah dan belajar dengan teman-teman yang lainnya. Awalnya saya tidak mau sekolah, tapi oleh pihak Yayasan anak-anak jalanan disini disediakan fasilitas sekolah dan program yang sesuai dengan keinginan anak-anak jalanan untuk meningkatkan kreativitas kami 4. Mengapa anda bisa berada di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ini? Awalnya saya ikut dengan kakak saya, kemudian ada yang memberi tahu saya tentang rumah singgah ini, saya pergi saja naik kereta dan kemudian saya betah disini dan ingin belajar mandiri maka saya memutuskan untuk tetap tinggal disini tanpa orang tua. 5. Apakah orang tua mengetahui keberadaan anda sekarang di Rumah Singgah ? Bagaimana Hubungan anda dengan orang tua? Ya. Orang tua saya tahu kok tentang keberadaan saya, kadang saya sering disuruh pulang sama mereka, tapi saya tidak mau pulang. Karena dirumah engga banyak temen kayak disini. Kalau disini kan selain bisa cari uang dari ngamen, saya bisa sekolah dan punya temen yang banyak juga. 6. Ketika anda sedang beraktivitas dijalanan, apakah anda merasa sekolah anda terganggu? Saya tidak merasa terganggu dengan sekolah dan aktivias jalanan yang saya lakukan. Kadang terkadang suka merasa jenuh saja. 7. Bagaimana Hubungan Interaksi Sosial anda dengan teman sesama anak jalanan ? adakah simbol-simbol yang digunakan sebagai ciri khas dalam interaksi? Hubungan dengan teman-teman yang ada di lingkungan Yayasan Bina Insan Mandiri Depok ini semua baik-baik saja. Kami merasa sudah sebagai keluarga sendiri. Paling jika ada sedikit pertengkaran itu karena diantara kami ada yang susah diberitahu dan sedikit bersikap kurang baik kepada yang lainnya. Tidak ada bahasa dan simbol-simbol khusus yang kami gunakan dalam kegiatan interaksi sehari-hari. 8. Apakah anda bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh sekolah ataupun rumah singgah? Jika memang ada tugas yang harus dikerjakan saya kerjakan, tapi kadang juga suka tidak dikerjakan karena lupa. 9. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan tutor atau Guru di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ? Hubungan saya dengan tutor atau guru disini saya berusaha menjaga nya dengan baik. Karena untuk saya mereka semua adalah orang tua saya disini. Mereka baik-baik maka saya senang dan betah tinggal disini. 10. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan masyarakat di sekitar Rumah Singgah? Hubungan saya dengan masyarakat disekitar juga baik. Saya menghormati yang lebih tua dari saya. 11. Apakah anda merasa terbebani dengan peraturan-peraturan yang ada di Rumah Singgah? Saya tidak merasa terbebani dengan peraturan yang ada. Saya nyamannyaman saja disini. Karena peraturan dibuat juga untuk kebaikan saya. 12. Berapa penghasilan yang didapat dari hasil ngamen? Dan digunakan untuk apa uang tersebut? Penghasilan yang didapat dari hasil ngamen dan lainnya tidak menentu ka. Kadang 20 ribu, kadang 30 ribu. Paling besar 50 ribu tapi itu jarang. Karena keinginan buat mandiri makanya saya ngamen buat meringankan beban orang tua. Hasil ngamen saya gunakan buat biaya sehari-hari saya aja sebenarnya. Hasil Wawancara Nama : Muhammad Fahrul Usia : 14 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Kelas : VI Sekolah Dasar Alamat : Citayem Pokok Pembicaraan 1. Sejak kapan adik berada di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok? Saya tinggal di Master ini sejak tahun 2010. 2. Berapa lama anda menghabiskan waktu dijalanan? Dan apa yang dilakukan? Waktu yang saya gunakan dijalanan dalam aktivitas sehari-hari biasanya 2-6 Jam. Kegiatan yang dilakukan adalah ngamen, berjualan tissue, ojek payung dan lain-lain. Biasanya saya melakukan itu di wilayah sekitar Depok saja. 3. Apakah anda sekolah di Yayasan Bina Insan Mandiri ini? Ya , saya sekolah di Master. Sekarang saya kelas VI SD, nanti mudahmudahan saya bisa melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya. Supaya bisa memperbaiki kehidupan saya kedepannya dengan pendidikan yang sedang saya jalani ini. 4. Mengapa anda bisa berada di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ini? Awalnya saya ikut kakak saya pergi ke daerah Jakarta sekitar Monumen Nasional ( Monas). Di Jakarta kemudian saya tidak betah, saya izin ikut dengan adiknya dari teman kaka saya untuk pergi ke Depok. Nah, pertama kali saya kesini saya merasa betah dan nyaman kemudian saya pun memutuskan untuk menetap disini. Karena saya ingin belajar hidup mandiri tanpa harus memberatkan kedua orang tua saya. 5. Apakah orang tua mengetahui keberadaan anda sekarang di Rumah Singgah ? Bagaimana Hubungan anda dengan orang tua? Iya, kedua orang tua saya mengetahui keberadaan saya. Kadang mereka datang kesini untuk melihat keadaan saya. 6. Ketika anda sedang beraktivitas dijalanan, apakah anda merasa sekolah anda terganggu? Saya tidak pernah merasa terganggu dengan aktivitas yang saya lakukan. Karena sekolah ya tetap harus saya jalani, dan mencari uang juga memang hal yang harus saya lakukan. 7. Bagaimana Hubungan Interasi Sosial anda dengan teman sesama anak jalanan ? adakah simbol-simbol yang digunakan sebagai ciri khas dalam interaksi? Hubungan saya dengan teman-teman yang berada di rumah singgah ini baikbaik saja. Kita saling bekerja sama dan bermain satu sama lainnya. Tidak ada yang membeda-bedakan kita kelas berapa, usia berapa. Pokoknya kita saling mengayomi satu sama lain. Dalam kegiatan sehari-hari kita menggunakan bahasa Indonesia yang juga sama digunakan oleh orang lain, tidak ada simbolsimbol khusus yang kami miliki untuk interaksi kepada sesama anak jalanan disini. Kita jarang bertengkar antara satu dengan yang lain. 8. Apakah anda bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh sekolah ataupun rumah singgah? Ya saya bertanggung jawab terhadap tugas sekolah atau rumah singgah yang harus saya kerjakan. 9. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan tutor atau Guru di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri ? Guru atau tutor mereka saya anggap sebagai orang tua sendiri. Oleh karena itu saya harus menjaga hubungan baik dengannya. Menghormati dan santun kepada mereka yang menjaga dan memberikan ilmu saya disini. Hanya saja terkadang saya tidak suka jika ada guru-guru yang memiliki karakter galak. Saya sangat senang dengan guru-guru yang baik. 10. Bagaimana hubungan interaksi sosial anda dengan masyarakat di sekitar Rumah Singgah? Hubungan dengan orang-orang yang ada disekitar rumah singgah ini juga baik-baik saja. 11. Apakah anda merasa terbebani dengan peraturan-peraturan yang ada di Rumah Singgah? Saya tidak merasa terbebani dengan peraturan-peraturan yang ada. 12. Berapa penghasilan yang anda dapatkan? Dan digunakan untuk apa penghasilannya tersebut? Penghasilan yang saya dapatkan dari mulai 15-50 Ribu Rupiah, dan uang itu saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan saya sehari-hari seperti makan, jajan, dan jika ada sisanya maka uang tersebut akan saya tabungkan. Hasil Wawancara Dengan Masyarakat Nama : Muhammad Umur : 39 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki 1. Bagaimana perilaku anak-anak jalanan di rumah singgah Master ini? Setahu saya perilaku anak-anak yang berada di rumah singgah master tergolong cukup baik, adapun kalau ada yang nakal ya dimaklumi karena mereka masih anak-anak. Selama perbuatan dan kelakuan anak-anak tidak ada yang membuat masyarakat resah kita baik-baik saja. 2. Bagaimana hubungan interaksi sosial anak jalanan dengan masyarakat sekitar rumah singgah? Hubungan antara masyarakat dengan anak-anak jalanan baik. Sebatas pada saling menghormati mereka dan menggap mereka seperi anak sendiri. hehe 3. Apakah anak-anak jalanan sering terlibat dengan kegiatan-kegiatan yang diadakan dengan masyarakat sekitar? Terkadang ikut terlibat, terkadang juga jarang. Tergantung pada kegiatan apa yang memang sedang diadakan masyarakat sehingga bisa melibatkan anakanak jalanan tersebut. 4. Apakah ada kerja sama antara pihak rumah singgah dengan masyarakat sekitar dalam mengontrol kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak jalanan? Ada. Masyarakat dan pihak rumah singgah saling berkomunikasi jika ada anak-anak yang membuat masyarakat resah agar ditindaklanjuti oleh pihak rumah singgah. 5. Apakah masyarakat sekitar merasa terganggu dengan keberadaan anak-anak jalan yang berada di Rumah Singgah Master? Terkadang terganggu jika anak-anak jalanan meembuat keributan. Tapi jika tidak maka baik-baik saja tidak merasa terganggu. PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MASYARAKAT Nama : Ibu Ani Umur : 35 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan 1. Bagaimana perilaku anak-anak jalanan di rumah singgah Master ini? Perilaku anak-anak jalanan disini sama saja dengan perilaku anak-anak pada umumnya. 2. Bagaimana hubungan interaksi sosial anak jalanan dengan masyarakat sekitar rumah singgah? Hubungan saya sendiri dengan anak-anak jalanan baik kok. Saling membantu jika memang saling membutuhkan bantuan diantara kami. 3. Apakah anak-anak jalanan sering terlibat dengan kegiatan-kegiatan yang diadakan dengan masyarakat sekitar? Jarang. Terlibat dengan kegiatan masyarakat pada suatu waktu saja. Jika memang harus mengajak anak-anak jalanan tersebut. 4. Apakah ada kerja sama antara pihak rumah singgah dengan masyarakat sekitar dalam mengontrol kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak jalanan? Kerja sama antara rumah singgah dengan masyarakat sekitar ada. Saling mengingatkan anak-anak saja jika memang kami masyarakat melihat ada keributan kecil diantara anak-anak. 5. Apakah masyarakat sekitar merasa terganggu dengan keberadaan anak-anak jalan yang berada di Rumah Singgah Master? Kadang terganggu, kadang tidak. Tergantung pada situasi yang seperti apa. Kita saling menghargai dan coba menyesuaikan diri saja dengan keberadaan mereka. LAMPIRAN DATA ANAK JALANAN PKSA YAYASAN BTNA INSAN MANDIRI DEPOK Nama Lembaga : Yayasan Bina Insan Mandiri Alamat Lembaga : Jl. Margonda Raya No.58 Terminal Depok wi DATA ANAK No I 2 J 4 5 DATA ORANG TUA LtP Nama Sandi L Abdul Mathin Abdul Rahman fuzik Akbar L L L L Syawal Jakarta, 01 2000 Cirebon, I I Mei April 1998 Depok,13 Juli 1997 Jakarta, 12 April 09 Mei 2000 Jakarta, 2003 Tangerang, 19 Juli 6 Hasan L 7 Fahrul L Tangerang, 08 Juni 8 Adnan Buyung L Depok, 9 l0 Bayu Agil L Topik Eko L Agung t1 Gunawan L Citra t2 t3 Agung Pamungkas Agung Pangestu L L 2003 2003 14 November 1998 Jakarta, 15 Mei 2003 Depok,l6 Januari 2002 Depok,l0 September 1999 Jakarta, 27 Mei 2000 Bojong Gede,31 Agustus 2000 Nama Orang Tua Pekerjaan Orang tua Anak Ayah Ib.r Ayah Ibu Ngamen Depok DwiWakaf Wastiri Buruh IRT Ngamen Depok-Jakarta Karmat Titin Petani Petani Pemulung Margonda Deook Alm.Abdul Wahid Nurhayati Buruh IRT Ngamen Depok-Jakarta Didi Aisyah Ojek TKWArab Supryadi Sarah Satpam IRT Anak Akti{itas Anak SD 5SD Pend. TTL SD VI SD Lokasi Aktifitas Terminal SD Ngamen SD Ngamen Stasiun Depok Cece Mariah Buruh IRT SD Ngamen Depok Ahmad Uti Buruh IRT SD Ojek payung Terminal Depok Ilham Suriati Buruh IRT SD Ngamen Depok Andi Sutini Buruh IRT Supamo Kasmini Ojek IRT Riyan Ela Nurlela Supir IRT Didi Mira Peg Swasta IRT Bambang Yati SD Ojek payung SD Ojek Payung Ojek SD Payung, Ngamen 4SD Ngamen, Ojek palung Depok Terminal Deook Terminal Depok Terminal Depok Depok Kuli Bangunan IRT Ahmad l4 Daman Huri L (Adam) 15 Ahmad Fajar L Citayam, 28 Agustus 2000 Depok, 08 Oktober r997 3SD Ngamen Depok Yono Dawiayah Listrik Pedagang 6SD Ojek payung Depok Darwis Yani Buruh IRT Depok Roni Nurmi Supir truk Dagang Emul Darmi Buruh Pedagang Ahmad l6 Saputra L Depok,28 Mei 1999 3SD Ojek payung P Depok,2O |uni2002 SD Ojek payung 3 SMA Ngamen, Joki Depok-Jakarta Hendrik Ojek Payung Depok Uus Yanti Depok-Jakarta Tumpal Saktiawan Sri Tasriyah Depok-Jakarta Parodi Sutri Jaga Pos IRT Depok Aden Nunung Clean Service IRT Margonda Denok Eko Soliha Supir IRT Depok-Jakarta Maing Omas Buruh IRT Maya Dagang Dagang (Putra) 17 t8 Ajeng Akbar Feri (Peri) L Semarang, 20 Maretl996 t9 Aldi Maulana L Depok, 12 Maret 5SD 2000 20 Ammerudin L Jakarta,T Mar 1999 Andi L 21 22 andre Ahmad Subarga L ')? Angelika P 24 Anipah Lestari P 25 Anisa Fadilla (Nisa) P Bandung, 12 Juni 1999 Jakarta, 3 Agustus 2000 Bogor, 25 desember 2000 Desember 2001 SD Ngamen,ojek DAytINS Ngamen Depok Ngamen Ngamen, 4SD ngemis, ojek payung Depok,2l Mei2002 Jakarta, 3SD Terminal SD Ngamen O.iek Tukang Parkir Kuli Cuci IRT Ojek SD Payung, Ngamen 13 4SD Ojek payung Depok 26 Anita Julianti 27 Anita Rueliyanti 28 29 30 3l 32 -t -, 34 Apry Yanto Arapik (Apik) Arjuna Gusti Wardana Arma Vigi P P L L L L Asep P Astri Wardani P Aswandi L Aulia 35 36 37 38 39 Nurrahman (Santi) P Ayu Sinta P Ayub Juanda Idham (Ayub) Badi Badrun Jakarta,28 Juni 2001 SD Bekasi, 04 Oktober DO2 1996 SMP Bekasi t997 Depok, L L 2l Maret 199s Depok 25 Agustus r999 1999 Banjarnegara 8 Maret 1999 Jakarta,9 September 2000 Depok,29 agustus 1996 Depok, 03 Agustus 995 Bogor, 20 November 2002 Tanggerang, l0 maret 1998 Depok, 05 Oktober 1996 Citayem, Agustus 2004 Stasiun Depok Zulkipli Sri Suningsih Pedagang Pedagang Ngamen Depok Karnadi Siti Munayah Supir IRT 5SD Joki 3 in I Jakarta Sumantri Nimah Pedagang Pedagang 2 SMP Ngamen Depok-Jakarta Anto Mestri Pedagang Pedagang SD Payung, JL.Juanda Iwan Irawan Dewi Anggraini Wiraswasta IRT Ojek Ngamen Depok, l9 desember 1 L , 25 April Ngamen 16 SD Ojek payung Terminal Depok Toni Jamilah Wiraswasta IRT SD Ngamen Stasiun Depok Juned Ponidah Pemulung Pemulung SD Pedagang Psr Kemiri Darman Jumi Buruh IRT SD Ojek payung Terminal Depok Sadi Seni Buruh IRT 3 SMP Ngamen Depok-Jakarta M. Oktariani Satpam IRT SD Ojek Payrng, Ngamen Depok-Jakarta M Tamim M Mediyanti Pedagang IRT 6SD Ngamen Depok-Jakarta Nadian Idham 3 SMA Cuci Mobil Depok Mat Jaih Suryani Bojong Mat Jaih Survani 3SD Rentan Kejalan Daeng Idrus Wiraswasta Supir Angkot Supir Angkot PRT PRT 40 Bisma SM L Tasik,24 Agst 1994 3 SMA L Jakarta,lT Juni 2001 SD Ngamen, Depok-Jakarta Rodi Niring Politikus IRT Ngamen Psr Kemiri Slamet S.Sofiah Pemulung IRT SD Pemulung Margonda Deook Rusman Jumrih Buruh IRT SMA Ngamen Depok-Jakarta M.Yunus Koria Buruh IRT SD Ojek payung Depok-Jakarta Carudi Karmina Buruh IRT Paket B Rentan Kejalan Depok M. Ihsan Gokasina Penrulung Pemulung SD Ngamen Psr Kemiri Budiman Nani Aprilia Wiraswasta IRT SD Ngamen Margonda Depok Adji Ripah Supir IRT 5SD Ojek Payung S. Masithah Pemulung IRT Ojek IRT Jualan Koran Boykod 41 42 43 44 45 46 47 Warda Pansestu Bramantyo Birmantara Budi Sebastian Candra Wahw Dinata Carles Paringotan Danu Hendrik setiawan Dara Zailatul Zanah L L L L P P Depok,4 Desember 2004 Bogor, 16 Oktober 1996 lndramayu,l3 Februari 2002 Jakarta, l8 Juni 1994 Bogor,04 Desember I 998 Depok,l0 Seotember 1999 Depok, 30 Maret Terminal 48 Darmansysh L 49 Delestari P Jakarta, 2 Desember 1999 SMP Ngamen Depok-Jakarta Darman Jumi s0 Deni L Depok,30 Sep 1997 l Ngamen, Ojek payung Depok-Jakarta Sahri Dian 5l DeniS L SMA Ngamen Depok-Jakarta Bidayah Tati Buruh IRT 52 Desti Nuraini P SD Ngamen Terminal Depok Ratno Kartono Nuraini Wiraswasta IRT 5SD Ngamen Depok Darwin Diana Pelipat Kertas IRT SD Ojek payung Alm.Basri Dede Cahyati Buruh IRT Akbar (Deni) I Depok, 54 Deva Andalusia Dhea Wati Widia P P 13 September 2002 Iakarta, 1 53 998 03 Oktober 998 Jakarta,3 Jan 2005 Bogor,26 2000 Februari SMP Depok Terminal Depok Agus S. Ojek Motor IRT 55 Dhita Febriani P 56 Diah L P 57 58 Diana Pumama Sari Diana Diego 59 P Warmati Kasih L Saputra (Dieso) 60 61 Diky M. Haidir (Diky) Dini Oktaviani L P 62 Erik Saputra P 63 Fadli Husein L 61 Fajar Farel (Fajar) L 65 Faras Fauzan L 66 Fazat Romadon L 67 68 Ferdiansyah Ferdinand (Kelfin) L L Depok, 27 Maret SD Ngamen Depok-Jakarta Makmur Herlina Pemulung IRT Depok, 4 April 1999 SD Ngamen Klapa2 Alm.Yasman Iwen Buruh IRT Depok,5 Juli SD Ngamen Shahrul Arlina Buruh IRT SD Ngamen Depok-Jakarta 2 SMP Ngamen, Ojek payung Depok-Jakarta 6SD Ngamen, Ngemis Depok SMP Ngamen SD 2000 1998 28 Jakarta, Mei 2000 Bogor, 22 April 1996 Jakarta, 2l Mei 2004 Bandung, 28 Oktober 1998 Depok, 28 Desember 1998 Bogor, 27 Mei200l Bandung, Desember 2001 Depok 19 Novemeber 2005 Depok,9 Februari 2003 Depok, 1l Agustus 1998 Depok, 2002 1l Oktober Terminal Depok Barta Dadang Sapurta Buruh Happv PLN Pelipat IRT Darwin Diana Depok-Jakarta Jaenudin Sumirah Buruh IRT Ngamen Stasiun Depok Salim Beda Buruh IRT SD Ojek payung JL.Juanda Wahyudin Yulianti Seniman IRT 6SD Ngamen, Ojek palung Depok Wawan Sella Pedagang Pedagang SD Ojek payung Terminal Depok Hadi Saputra Mardiah Buruh IRT SD Ojek payung Terminal Deook Yanto Rasnawati Pemulung IRT 4SD Ngamen, Ngemis, Ojek Payung, Joki Depok-Jakarta Udin lmok Ngamen Depok-Jakarta Salmon Nani 3SD Kertas Bandar Kelapa Tiada (Alm) IRT PRT Pedagang 55 Dhita Febriani P 56 Diah L 57 Diana Purnama Sari P 58 Diana Diego 59 P Warmati Kasih L Saputra (Dieeo) 60 6t Diky M. Haidir (Diky) Dini Oktaviani L P 62 Erik Saputra P 63 Fadli Husein L 64 65 66 67 Fajar Farel (Fajar) Faras Fauzan Fazar Romadon Ferdiansyah L L L L Depok, 27 Maret SD Ngamen Depok-Jakarta Makmur Herlina Pemulung IRT Depok,4 April 1999 SD Ngamen Klapa 2 Alm.Yasman Iwen Buruh IRT Depok, 5 Juli 1998 SD Ngamen Terminal Depok Shahrul Arlina Buruh IRT SD Ngamen Depok-Jakarta Barta 2 SMP Ngamen, Ojek payung Depok-Jakarta 6SD Ngamen, Ngemis Depok SMP Ngamen SD 2000 28 Mei Bogor, 22 Apnl Jakarta, 2000 1996 Jakarta, 2l Mei 2004 Bandung, 28 Oktober 1998 Depok, 28 Desember 1998 Bogor, 27 Mei2001 Bandung, Desember 2001 Depok 19 Novemeber 2005 Depok,9 Februari 2003 Depok, l1 Agustus 1998 Dadang Buruh Happy PLN IRT Darwin Diana Pelipat Kertas IRT Depok-Jakarta Jaenudin Sumirah Buruh IRT Ngamen Stasiun Depok Salim Beda Buruh IRT SD Ojek payung JL.Juanda Wahyudin Yulianti Seniman IRT 6SD Ngamen, Ojek palung Depok Wawan Sella Pedagang Pedagang SD Ojek payung Hadi Saputra Mardiah Buruh IRT SD Ojek payung Yanto Rasnawati Pemulung IRT Depok-Jakarta Udin Imok Depok-Jakarta Salmon Nani 4SD Ngamen, Ngemis, ojek Terminal Depok Terminal Deook Sapurta Bandar Kelapa PRT Payung, Joki 68 Ferdinand (Kelfin) L Depok, 11 Oktober 2002 3SD Ngamen Tiada (Alm) Pedagang 69 Firmansyah P 10 FitriA. Ani P 71 Fitriani P 1) Galuh L 73 Gilang R L 74 Gita Ayu P 75 Rangga L 76 Putra L 77 Paikem P 78 Muhammad Hendra L 79 M. Rizal L Jakarta,l8Mei 1999 Indramayu,29 Mei 1998 Jakarta, 10 Agustus 1999 Depok, 17 April 2003 Bogor, 07 Januari 1997 Depok, 17 Mei 1999 Bogor, 01 November 2007 Depok, 17 Oktober 2000 Wonosobo, 25 Oktober 2001 Depok, 08 April t999 Makasar, 14 Januari 1998 SD Ngamen SD Ojek payung SMP Ngamen Depok-Jakarta 6SD Ngamen, Ngemis, Ojek Payung Depok Udin Rusina I Ojek Payung Bogor Hendrik Lasinem Pedagang IRT SMP Ngamen Depok-Jakarta Andi Hati Helawati Swasta IRT SD Ngamen, Ojek Payung Depok Ujang Ita Ojek IRT SD Ngamen Depok M. SMA Depok-Jakarta Terminal Denok Joko Nur Wahyu Sutini Peg Swasta Peg Swasta Sri Rahayu Buruh IRT Heri Setiawan Nur Jaya IRT Pesulap Duit IRT Buruh P-osadi Ojek SD Payung, ngamen Depok Pumowo Rubes SMP Ngamen Depok Marnis Kusniawati SD Ngamen, Joki 3 in 2 Depok Alm.Ilham Almh, Hasanah Buruh IRT Juli Andrean Sella Suhendra 2l November 1999 SD Depok, 22 Juni 2002 Depok, 08 Ojek Payung April I 27 1994 Depok, November 2000 Mei M. Tamin Pedagang SMA IRT Terminal Depok Kusniawati Pemulung Januari 2001 Jakarta, Terminal Depok Ngamen 2000 Indramayu, Ojek Payung Buruh Ngamen Teminal Depok Ngamen Jakarta Nur kasih Tk. Parkir IRT LAMPIRAN FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN Ket. Gambar: Ruang belajar yang terbuat dari container sumbangan dari Tupperware Ket. Gambar: Suasana Belajar di Sekolah Master Ket. Gambar: Gerbang Depan Yayasan Bina Insan Mandiri Ket. Gambar: Ruang Kantor Yayasan Bina Insan Mandiri yang terbuat dari container sumbangan dari PT. Antam. UJI REFERENSI Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul “Interaksi Sosial Anak Jalanan Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok” disusun Yustia Umamah, NIM. 1110015000007, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah diuji kebenarannya oleh Dosen Pembimbing Skripsi pada tanggal 31 Desember 2014. Jakarta, 31 Desember 2014 Pembimbing Skipsi Drs. Nurrochim, MM NIP: 19500307 97903 1 004 LEMBAR UJI REFERENSI Nama : Yustia Umamah NIM : 1110015000007 Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Judul Skripsi : Interaksi Sosial Anak Jalanan Di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, Jawa Barat Pembimbing : Drs. H Nurrochim, MM No Sumber Referensi Halaman Paraf Refersni Pembimbing BAB I 1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 124 (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994) 2 Salamun dan Taryati, Interaksi Sosial Penduduk 35 Perumnas Condong Catur dengan Penduduk Sekitarnya,(Yogyakarta :Kepel Press, 2007) 3 Soerjono Soekanto,op. cit. 66 4 Syarbaini, syahrial, dan Rahman, sosiologi dan 27 politik, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2002) 5 Ishaq, isjoni, Masyarakat dan Perubahan Sosial, 7 Uni Press 6 Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke 3 721 (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008) 7 Anak Jalanan dan Terlantar, Tanggung Jawab Siapa? Majalah Societa, ( Jakarta: Kementrian Sosial RI edisi II/2011) 7 8 Abudin Nata dan Fauzan, Pendidikan dalam 236 Perspektif Hadits,( Ciputat: UIN Press,2005), Cet.1 BAB II 1 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: 35 Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), Edisi Revisi . 2 Bernard Ravo,SVD Teori Sosiologi Modern, ( 99 Jakarta: Prestasi Pustakaraya,2007), cet,pertama. 3 Ibid 101 4 Ibid 102 5 Ibid 106 6 Ibid 107 7 Ibid 107-108 8 Ibid 114 9 Ibid 115 10 Basowi,Pengantar Sosiologi,( Bogor: PT. Ghalia 138 Indonesia,2005) 11 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar 57 Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam ( Jakarta: Laboratorium Sosiologi agama,2008) 12 Ibid 58 13 Basrowi,op.cit. 139 14 Bambang Pranowo, Sosiologi Sebuah Pengantar 57 Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam ( Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama,2008) 15 Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori, dan 154 Terapan ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. Ke IV, 2002) 16 Kingsley Davis: Human Society,Cetakan ke-13, 149 The Macmillan Company, New York,1960 17 Basrowi,.Pengantar Sosiologi( Bogor: Ghalia 143 Indonesia,2005) 18 Ibid 144 19 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 65 (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1994) 20 Basrowi, Pengantar Sosiologi (Bogor: PT. Ghalia 145-146 Indonesia,2005) 21 Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori, dan 156 Terapan,(Jakarta: PT. Bumi Aksara,2012) 22 Ibid 159 23 Soerjono Soekanto, op. cit 82 24 Basrowi, loc. Cit 146 25 Soerjono Soekanto, op. cit. 91 26 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak,( Jakarta : 199 PT. Kencana Prenada Media Grup,2013) 27 Heru Prasadja, Murniati Agustian, “Anak Jalanan 4 & Kekerasan”’ (Jakarta: PKMP Unika Atma Jaya bekerjasama dengan Depsos, 2000) 28 Murdiyanto, “Pengaruh Penyuluhan dan 14 Bimbingan Sosial, terhadap Persepsi Stakeholder pada Anak Jalanan di Palembang” (Yogyakarta: Citra Media, 2008), cet 1 29 Armai Arief, Upaya Pemberdayaan Anak Jalanan,2013 (http://anjal.blogdrive.com/archive/ 11. html) 30 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak,( Jakarta : 200 PT. Kencana Prenada Media Grup,2013) 31 Ibid 203 32 Ibid 200 33 Dwi Astuti, Penelitian Rumah Singgah Se-Jawa Timur, 2013 (www.damadiri.or.id/file/ dwiastututiunairbab2.pdf). 34 Modul Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis 5 Panti, (Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI, 2006) 35 Ibid 8 36 Dwi Astuti,loc. Cit 35 37 Ibid 38 Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui 13-15 Rumah Singgah, (Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI, 2002), h. 13-15. 39 Dwi Astuti, loc.cit. 40 Modul Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis 3-5 Panti, op.cit. 41 Ibid 42 Armai,Loc.cit 43 Dwi Astuti, loc.cit. 44 Armai Arief, loc.cit. 45 Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui 6 Rumah Singgah, op. cit 46 Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak 5 Jalanan Melalui Rumah Singgah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial, Departemen Sosial RI, 1999) 47 Sumber: Tata Sudrajat, YKAI Jakarta, 1996 dalam buku Bagong Suyanto. “Masalah Sosial Anak” (Jakarta: Kencana 2010) 48 Ibid 49 Standar Pelayanan Sosial Anak Jalanan Melalui 7 Rumah Singgah, op. cit. 50 Pedoman Penyelenggaraan Pembinaan Anak 6-8 Jalanan Melalui Rumah Singgah, op. cit. BAB III 1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 297 (Bandung:Alfabeta,2012) 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, Kualitatif 81 (Bandung: Alfabeta,2012),cet,7 3 Ibid 85 4 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang 24-25 Sosial,( Yogyakarta: Gajah Mada University Press,1985) 5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan 15 Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D ( Bandung : Alfabeta,2010), cet X 6 Basrowi, Memahami Penelitian Kualittaif 21 (Jakarta: Rineka Cipta,2008) 7 Beni Ahmad Saebani Dan Kadar Nurjaman, 148 Manajemen Penelitian ,( Bandung: Penerbit CV. Pustaka Setia,2013) 8 Jamiludin Ritonga, Riset Kehumasan,( Jakarta: 39 PT. Gramedia Grasindo,2004) 9 Husaini Usman dan Purnomo, Metodologi 54 Penelitian Sosial,( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000) 10 Sugiyono,op.cit. 231 11 M. Nazir, Metodologi Penelitian,( Jakarta: Ghalia 194 Indonesia,1985) 12 Tim Penyusun (Dendy Sugono,dkk.), Kamus 361 Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Pusat Bahasa,2008) 13 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu 231 Pendekatan Praktek, ( Jakarta” Rineke Cipta) cet.13 14 Ulber Silalahi, Metode Penelitian 311 Sosial,(Bandung: Unpar Press,2006) 15 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan 366 Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2008), cet IV, 16 Hudri, Said. “Keabsahan Data Instrumen Penelitian”, http://expresisastra.blogspot.com/2013/11/keabsa han-data-instrumen-penelitian.html, 05 Oktober 2014 17 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian 178 Kualitatif (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2002) 18 Hudri, Said. “Keabsahan Data Instrumen Penelitian”, http://expresisastra.blogspot.com/2013/11/keabsa han-data-instrumen-penelitian.html, 05 Oktober 2014 BAB IV 1 Profil Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok 2 Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014 3 Tim penyusun proposal YABIM, Proposal Yayasan Bina Insan Mandiri, (Depok: Yayasan Bina Insan Mandiri, 2012) 4 Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, November 2014 5 Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014 6 Dokumen lengkap tentang data Anjal PKSA Yayasan Bina Insan Mandiri Depok lihat Lampiran 13, h.155-169. 7 Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014 8 Dokumentasi Yayasan Bina Insan Mandiri (Yabim) 9 Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014 10 Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014 11 Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014 12 Hasil Wawancara dengan Syawal, Anak Yang Tinggal di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan 27 Mandiri, Depok,10 November 2014 13 14 15 Hasil Wawancara dengan Bayu, Anak Yang Tinggal di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 10 November 2014 Hasil Wawancara Dengan Fahrul, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah, Depok, 10 November 2014 Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014. 16 Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014. 17 Hasil Wawancara Dengan Nana Sutarna, Tutor Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 24 November 2014 18 Hasil Wawancara Dengan Nurrohim, Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014 19 Hasil Wawancara Dengan Hasan, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok,10 November 2014 20 21 Hasil Wawancara dengan Syawal, Anak Jalanan yang Tinggal Di Rumah Singgah, Depok, 11 November 2014. Hasil Wawancara Dengan Akbar, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah,Depok. 10 November 2014. 22 Hasil Wawancara dengan Syawal, Anak Jalanan yang Tinggal Di Rumah Singgah, Depok, 11 November 2014. 23 Bernard Ravo, SVD, Teori Sosiologi Modern, ( Jakarta: Prestasi Pustakarya,2007) 24 Hasil Wawancara Dengan Nana Sutarna, Tutor Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 24 November 2014. 25 Hasil Wawancar a Dengan Syawal, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok. 11 November 2014. 26 Hasil Wawancara Dengan Akbar, Anak Jalanan yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok.10 November 2014 27 Hasil Wawancara Dengan Syawal, Anak Jalanan yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 11 November 201 28 Hasil Wawancara Dengan Sandi, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, 10 November 2014 29 Hasil Wawancara Dengan Nana Sutarna, Tutor Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok 24 November 2014. 30 Hasil Wawancara Dengan Akbar, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri,, Depok,03 November 2014 31 Hasil Wawancara Dengan Bunda Adel,Tutor Matematika Di Sekolah Dasar Master, Depok, 24 November 2014 32 Hasil Wawancara Dengan Nana Sutarna, Tutor Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, 99 Depok,24 November 2014. 33 Hasil Wawancara Dengan Ahmad, Anak Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok, 27 November 2014 34 Hasil Wawancara Dengan Muhaimin, Salah Satu Masyarakat Yang Berada Di Sekita Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok 27 November 2014 35 Hasil Wawancara Dengan Nana Sutarna, Tutor Di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri, Depok. 24 November 2014 Untuk memenuhi validasi skripsi yang berjudul “Interaksi Sosial Anak Jalanan Di Rumah Singgah Master Yayasan Bina Insan Mandiri Depok”, maka perlu pengujian daftar referensi untuk mengetahui sumber data yang diperoleh. Jakarta, 31 Desember 2014 Mengetahui, Dosen Pembimbing Skripsi Drs. H. Nurochim, MM NIP.19590715 198403 1 003 ,',$6 wi':,w zfMb xsy"', &**-&.. 'w&*w KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK J! tr .4 ruandaNogSCtpulatls4l2 No. FORM (FR) ndonesia Tgl. No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082 Terbit : 'l Maret 2010 Revisi: : Hal A2 1t1 SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI Norrror : Un.O 1/F. 1 /KSM.01 .3 1 Jakarta, 20 Agustus 2014 ........12014 Lamp. : OfilinelProposdl Hal : Permohonan Izin Observasi KepadaYth. Kepala Rumah Singgah Master di Tempat A s s al amu' al ai kunew r.w b. Dengan hormat kami sampaikan bahwa, :Yustia Umamah :1110015000007 NIM :Pendidikan IPS Jurusan Semester :IX (Sembilan) .Tudul Skripsi :lnteraksi Sosial Anak Jalanan Di Rumah Singgah Master Depok, Nama adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi,dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. 14/tt s s ul amu' al ai kunt w r. w b. Dekan Kajur Pendidikar Dr. Iwan Purwanto, M.Pd NrP. 1 9730 4242408Ar t0l2 Tembusan: Dekan FITK 2. Perabantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan l. KEMENTERIAN AGAMA utN JAKARTA FITK ,,&. i.t3L. i i.!*T-Ij Jt k. H. Juaaa Nossciputat FORM (FR) 15412 tndonesia : No. Tgl. Dokumen No. Revisi: : Terbit : Hal FITK-FR-AKD-082 1 Maret 2010 02 1t1 SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN Nonror : Un.0 1 /F. I iKSM.01 .3 /........12014 Larnp. : Outline/Proposal Hal : PermohonanlzinPenelitian Jakarta, 17 November 2014 KepadaYth. Kepala Rumah Singgah Master di Tempat A ss al amu' al a i kumw r. w b. Dengan hormat kami sampaikan bahwa, :Yustia Umamah : I 1 i0015000007 NIM :Pendidikan IPS Jurusan Semester :lX (Sembilan) Judul Skripsi :lnteraksi Sosial Anak Jalanan Di Rumah Singgah Master Depok, Nama adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi,dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi yang Saudara pimpin. Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. li/as s alamu' al aikum wr.w b. '" a.h. Dekan, .', .t ,, Kajur P.6ndidi - Dr. Iwarr Purwanto, M.Pd NrP. 1973 0 42420080 t t 0 12 Tembusan: Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan l. Bina InSan Mandiri rounoation YAYASAN PENDIDIKAN SOSIAL DAKWAH DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT SK MENKUMHAM NO : C-1555.HI.01 02 TH2007 SURAT KETERANGAN No : 05/YABIMIPBKM/SOS/XIUI4 Yang bertanda tangan di bawah ini : Nur Rohim Ketua PKBM Bina Insan Mandiri PAUD, Paket A, Paket B & Paket C Jl. Margonda Raya No. 58 Terminal Depok Nama Jabatan Unit Kerja Alamat Menyatakan bahwa Nama : Yustia Umamah TTL Bogor, 28Mei 1992 : Gunung Sindur - Bogor Alamat : Adalah benar nama tersebut di atas telah melakukan penelitian untuk keperluan skripsi dengan judul "Interaksi Sosial Anak Jalanan di Rumah Singgah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok". Dari mulai bulan November 2014 samapai dengan Desember 2014. Demikian Keterangan ini dibuat agar dapat digunakan sebagai mana mestinya Atas perhatiaanya kami ucakan terima kasih. 5 Desember 2014 ina Insan Rohim) Sekretoid: Jl. Mmgonda Raya No. 58 Terminal Depok Telp. 021 92612047 I 021 77211501 I 021 95728385 No. Rekening 06 1 00-271 -93 a.n Yayasan Bina Insan Mandiri D^-r- 9.,^;^L a r^-l:i n^L^-^ n^--t. lJ+ LAMPIRAN ppEsTArI DAH Hlrrru$. I{EPJA ' 1. Juoro r Lombo menuris surcrt untuh presiden Rr , tsMNAs ( 2oos ) 3. luoro t ll don ll olimpiode rnotemcrtqihc setoro SD lobodetqbeh ( 2006 ) 4' Penghorgoon dqri MENDTKNAS dorom rqnsho HUT Grrru (zoo5 ) s. Juoro cerdor cermr:t I setorr: sD TK Jqwo borot zooT 6. Juoro metuhis muroi Iuoro lll cerdos cermot pohet c setoro sMU 2oo' g. Juora tTutor Berpreltosi TK luwo Bqrot 2ooa 7. 9" Juoro I Lornbo pKBM TK Jowo Borot 2oog wqrgo belojor'l-etodon pohet B ZOoe ll" juoro l wqrgq belojor Telodon pohet C iO. Juoro I , Juoru r Lombo Musih bcJrqng behqr ( Troshic ) TH lobodetobeh I.i, 1ro.o I Lombo lv{enulis Bebq: 12. 1.1. juoro Pencoh silot tinghcrt Jrborjetobeh t-;. Diliptrt di lt stosirrn swqsto ( ihlon grotis ) ilitro Kerjo pendidihcn 1. z. 4, Dinos pendidihon Koto Depoh Dinos Sosiol don Tenooo Kerjo Kotq Depoh FE UI s. SIA| Al eudwoh 6, sTIE TRINANDRA 7, BEM UI Ii