KARBON TERSIMPAN DI ATAS PERMUKAAN TANAH DI

advertisement
KARBON TERSIMPAN DI ATAS PERMUKAAN TANAH DI
LABORATORIUM LAPANG TERPADU FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
(SKRIPSI)
Oleh
Tika Mutiasari
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
Tika mutiasari
ABSTRAK
KARBON TERSIMPAN DI ATAS PERMUKAAN TANAH
DI LABORATORIUM LAPANGAN TERPADU FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh
Tika Mutiasari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah karbon tersimpan di atas
permukaan tanah serta jumlah serapan CO2 di Laboratorium Lapang Terpadu
(LLT) Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan di
LLT FP Unila dari bulan April 2015 sampai dengan November 2015. Satuan
Percobaan berupa petak 5 m x 5 m disusun dalam rancangan acak kelompok
(RAK) dengan perlakuan lima kelas satuan lahan kemiringan lereng dan empat
kelompok. Estimasi biomassa tanaman kayu menggunakan persamaan allometrik,
estimasi biomassa tanaman bawah menggunakan persamaan berat kering tanaman
dan untuk C-organik tanaman menggunakan analisis kimia dengan metode
Walkey and Black. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satuan lahan dengan
tutupan vegetasi tanaman berkayu yang rapat berpengaruh nyata terhadap total
biomassa tanaman kayu, besar C-Organik tanaman kayu dan jumlah karbon total.
Nilai biomassa tanaman kayu terbesar pada satuan lahan 5 yaitu 1.196,88 ton/ha,
C-organik tanaman kayu terbesar pada satuan lahan 2 (46,50 %) namun tidak
berbeda dengan satuan lahan 3 (44,49 %) dan satuan lahan 5 (43,02 %), dan untuk
Tika mutiasari
karbon total terbesar terdapat pada satuan lahan 5 dengan karbon seberat 437,19
ton/ha. Dengan demikian LLT memiliki total karbon tersimpan di atas permukaan
tanah seberat 1.815,35 ton/ha dengan total biomassa tanaman 4.812,27 ton/ha,
dan LLT mempunyai serapan karbondioksida sebanyak 6.656,88 ton/ha.
Kata kunci: Biomassa, C-Organik, Karbon, Persamaan Allometrik.
KARBON TERSIMPAN DI ATAS PERMUKAAN TANAH DI
LABORATORIUM LAPANG TERPADU FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh
TIKA MUTIASARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Tika Mutiasari, lahir di Tanjung Karang, Kota Bandar
Lampung pada tanggal 05 Januari 1993. Penulis merupakan anak keempat dari
lima bersaudara, putri dari pasangan Bapak Saiful Bahri dan Ibu Usmawati Hakki.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 4 Bumi Waras
Teluk Betung Selatan selesai pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) 9 Bandar Lampung selesai pada tahun 2006, dan Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN) 16 Bandar Lampung selesai pada tahun 2009.
Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN
(Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT Great Giant
Pineapple (PT GPP) Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah dan pada
tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bina Bumi,
Kecamatan Meraksa Aji, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Selama
menjadi mahasiswa penulis bergabung dalam UKM Pecinta Alam GUMPALAN
FP Unila dan menjabat sebagai Ketua Umum periode 2014-2015. Penulis pernah
bergabung dalam program Upaya Khusus Peningkatan Padi, Jagung dan Kedelai
(UPSUS PAJALE) di Kecamatan Ngambur periode April-Juli 2015.
MOTTO
“Berusahalah Untuk Menjadi Lebih Baik,
Walaupun Tidak Untuk Menjadi Yang Terbaik”
(Anonim)
“Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Maka apabila engkau
telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).”
(QS Al-Insyirah: 5-8)
“Barang siapa menginginkan kebahagiaan di dunia maka haruslah dengan ilmu,
barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat haruslah dengan ilmu,
dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan pada keduanya
maka haruslah dengan ilmu.”
(HR. Ibnu Asakir)
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu,
Maka Allah SWT memudahkannya mendapat jalan ke syurga”
(HR. Muslim)
“Ilmu itu diperoleh dari lidah yang gemar bertanya, serta akal yang suka berfikir”
(Abdullah bin Abbas)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin..
Sujud syukurku bersimpuh kepada-Mu Tuhan Yang Maha Kuasa atas takdirMu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan
bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu
langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.
Sebagai tanda bakti, hormat, dan terima kasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini untuk keluargaku tercinta terutama untuk
almarhum ayahku (Saiful Bahri) dan ibundaku tersayang (Usmawati Hakki S.Pd)
yang selalu melimpahkan kasih sayang yang tak terhingga, doa, dukungan, dan
selalu memberikan yang terbaik untukku, namun tiada mungkin dapat kubalas
hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan, serta
kakak ku tersayang (Nefi Gusmasari, S.Si, Ade Firmansyah, dan Rezeki Amalia)
dan adikku tercinta (Bella Permatasari) yang selalu memberikan kehangatan
kasih sayang, memberi warna hariku dan selalu mendukungku dalam berusaha
menggapai cita-citaku.
Terima kasih kepada para sahabat setia dan seperjuanganku (Wika Ma’rifatul,
S.P., Susi Susanti, Dwi Risca Septiani, Widiana Ekawati, S.P., Senja Akhlirinhua,
S.P.,Tiya Oviana, S.P., Tri Purnamasari, S.P., Sri Mulyani, S.P., Nurrul Aslichah,
S.P.,), dan semua sahabat-sahabatku yang melukis hariku dengan warna yang
indah selama masih kuliah. Serta untuk seseorang yang masih dalam misteri yang
dijanjikan Ilahi yang siapapun itu, terimakasih telah menjadi baik dan bertahan di
sana.
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar,
untuk sebuah harapan, agar hidup jauh lebih bermakna. Aku akan terus belajar,
berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi orang banyak. Amin.
-AlhamdulillahTika Mutiasari
vi
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat,
karunia dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh proses
penelitian yang dituangkan dalam karya ilmiah (Skripsi) dengan judul “Karbon
Tersimpan Di Atas Permukaan Tanah Di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas
Pertanian Universitas Lampung” yang dibuat berdasarkan hasil penelitian
dilapangan yang dilaksanakan penulis di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
Selama penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan banyak pihak.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Pembimbing Utama
yang telah memberikan bimbingan, pemikiran, nasihat, waktu serta dorongan
semangat selama penulis melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi.
2. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si., selaku Pembimbing Kedua atas
bimbingan, pemikiran, serta motivasi selama penulis melaksanakan penelitian
dan penulisan skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, Ph.D., selaku Penguji atas masukan,
arahan, saran, dan koreksi dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi atas
nasihat dan pengarahannya selama penulis menjadi mahasiswa.
vii
5. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.Agr.Sc., selaku Ketua Bidang Minat Jurusan
Ilmu Tanah atas nasihat, bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada
penulis selama penulis menjadi mahasiswa.
6. Bapak Ir. Muhammad Nurdin, M.P., selaku Pembimbing Akademik atas
nasihat, waktu, motivasi dan semangat yang diberikan kepada penulis selama
menjadi mahasiswa.
7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agroteknologi atas ilmu pengetahuan dan
wawasan yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa.
8. Mas Sigit, Pak Suwarto, S.P, Ibu Tus, dan Mas Adi serta Bapak dan Ibu Staf
Laboratorium FP Unila, atas bantuan dan kerjasama selama penulis menjadi
mahasiswa.
9. Keluargaku Ibunda Usmawati Hakki, S.Pd., Kak Nefi Gusmasari, S.Si., abang
Ade Firmansyah, Kak Rezeki Amalia dan Adikku Bella Permatasari atas doa,
kasih sayang, semangat, dan motivasi kepada penulis untuk menggapai citacita.
10. Sahabat-sahabatku : Wika Ma’rifatul Fitriyah, S.P., Susi Susanti, Dwi Risca
Septiani, Senja Aklirinhua, S.P, Widiana Ekawati, S.P., Tri Purnama Sari, S.P.,
Tiya Oviana, S.P., Sri Mulyani, S.P, dan Nurrul Aslichah, S.P., Terima kasih
atas kebersamaan, keceriaan, semangat, dan dukungan kepada penulis selama
ini. See you on top guys.
11. Teman-teman tim praktik umum Restu, Andi, Agung, Yudi, dan Agus terima
kasih atas kerjasama, kebersamaan dan pengalaman selama praktik umum.
12. Teman-teman ku Umai, Sherly, Linda, Taufik, Sofyan, Agung dan Stevan
terima kasih atas semangat dan keceriaan yang telah kalian berikan.
viii
13. Teman-teman Jurusan Agroteknologi angkatan 2010 khususnya teman-teman
minat penelitian ilmu tanah dan rekan-rekan yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu juga adik-adik tingkat. Terimakasih atas kebersamaan dan tali
silahturahim yang selalu indah untuk dikenang.
14. Keluarga besar GUMPALAN FP UNILA terimakasih atas semangat
yang tertanam dalam diriku yang membuatku selalu yakin bahwa selalu ada
jalan untuk mereka yang mau berbuat, berusaha dan berdoa. Terimakasih
atas kebersamaan selama ini, “Fight Till The End”. Hijauku Tetap Hijau Akan
Terus Berkibar Tak Kan Mati Walau Ditelan Zaman. Pertanian Jaya.
Semoga Allah SWT dapat membalas semua bantuan, bimbingan, do’a dan nasihat
yang telah diberikan kepada penulis, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.
Bandar Lampung, Juni 2016
Tika Mutiasari
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xiii
I.
PENDAHULUAN .................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1
1.2 Tujuan ...............................................................................................
4
1.3 Kerangka Pemikiran .........................................................................
5
1.4 Hipotesis ...........................................................................................
7
II. TINJAUN PUSTAKA ..........................................................................
8
2.1 Laboratorium Lapang Terpadu .........................................................
8
2.1.1 Kondisi Geografi ......................................................................
8
2.1.2 Satuan Lahan ............................................................................ 10
2.1.3 Curah Hujan ............................................................................. 10
2.1.4 Tanah ....................................................................................... 11
2.1.5 Penggunaa Lahan ..................................................................... 11
2.2 Manfaat Laboratorium Lapang Terpadu .......................................... 13
2.3 Biomassa .......................................................................................... 13
2.4 Karbon .............................................................................................. 14
2.5 Penyimpanan Karbon......................................................................... 14
2.6 Metode Pengukuran Karbon ............................................................ 17
2.6.1 Pengukuran Biomassa Pohon Dan Nekromasa ........................ 17
2.6.2 Pengukuran Biomassa Tanaman Bawah ................................. 19
III. BAHAN DAN METODE ..................................................................... 20
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 20
3.2 Bahan dan Alat ................................................................................. 20
3.3 Metode Penelitian ............................................................................ 20
3.4 Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 21
3.4.1 Pengamatan Peta dan Penentuan Titik Pengamatan ............... 21
3.4.2 Pendataan Vegetasi ................................................................. 21
3.4.3 Pengukuran Biomassa Tanaman Berkayu .............................. 22
3.4.4 Pengukuran Biomassa Tanaman Bawah ................................. 22
3.4.5 Pengukuran Karbon Nekromassa Berkayu ............................. 23
3.4.6 Analisis Laboratorium ............................................................ 23
3.4.7 Estimasi Karbon Di Atas Permukaan Tanah ........................... 24
3.4.8 Serapan CO2 .............................................................................. 24
3.4.9 Analisis Data ........................................................................... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 26
4.1 Hasil ................................................................................................. 26
4 1.1 Biomassa Tanaman .................................................................. 26
4.1.2 C-Organik ................................................................................ 26
4.1.3 Karbon Total Tanaman ............................................................ 27
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 27
4.2.1 Biomassa Tanaman ................................................................. 27
4.2.2 C-Organik ................................................................................. 30
4.2.3 Karbon Total Tanaman ............................................................ 31
4.2.4 Serapan CO2 di LLT ................................................................ 32
V.
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 34
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 34
5.2 Saran ................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 36
LAMPIRAN .................................................................................................. 40
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Peta Laboratorium Lapang Terpadu ................................................... 10
2. Satuan Lahan 1 ...................................................................................... 56
3. Satuan Lahan 2 ...................................................................................... 56
4. Satuan Lahan 3 ...................................................................................... 57
5. Satuan Lahan 4 ...................................................................................... 57
6. Satuan Lahan 5 ...................................................................................... 58
7. Satuan Lahan 5 ...................................................................................... 58
8. Pengukuran DBH .................................................................................. 59
9. Pengambilan sampel tanaman bawah .................................................... 59
10. Pengeringan sampel tanaman menggunakan oven .............................. 60
11. Penimbangan sampel tanaman setelah oven ....................................... 60
12. Penggilingan sampel tanaman untuk analisis C-Organik .................... 61
13. Analisis C-Organik ............................................................................. 61
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Estimasi biomassa pohon menggunakan persamaan allometrik ............. 18
2. Pengaruh satuan lahan terhadap biomassa tanaman kayu, biomassa
tanaman bawah, C-Organik tanaman kayu, C-Organik tanaman bawah
dan Karbon total ...................................................................................... 28
3. Jumlah karbon total, biomassa tanaman, dan serapan karbon dioksida .. 32
4. Jumlah karbon total, biomassa tanaman, dan serapan karbon dioksida
di LLT ....................................................................................................... 33
5. Perhitungan biomassa tanaman kayu satuan lahan 1 ............................... 41
6. Perhitungan biomassa tanaman kayu satuan lahan 2 .............................. 42
7. Perhitungan biomassa tanaman kayu satuan lahan 3 .............................. 43
8. Perhitungan biomassa tanaman kayu satuan lahan 4 .............................. 44
9. Perhitungan biomassa tanaman kayu satuan lahan 5 .............................. 46
10. Data biomassa tanaman kayu ................................................................ 48
11. Homogenitas biomassa tanaman kayu ................................................... 48
12. Analisis ragam biomassa tanaman kayu ................................................ 48
13. Data biomassa tanaman bawah .............................................................. 49
14. Homogenitas biomassa tanaman bawah ................................................ 49
15. Transformasi data biomassa tanaman bawah ........................................ 49
16. Homogenitas biomassa tanaman bawah ................................................ 50
17. Analisis ragam biomassa tanaman bawah ............................................. 50
18. Data biomassa total ................................................................................ 51
xii
19. Homogenitas biomassa total .................................................................. 51
20. Analisis ragam biomassa total ............................................................... 51
21. Data C-Organik tanaman kayu .............................................................. 52
22. Homogenitas C-Organik tanaman kayu ................................................. 52
23. Analisis ragam C-Organik tanaman kayu .............................................. 52
24. Data C-Organik tanaman bawah ............................................................ 53
25. Homogenitas C-Organik tanaman bawah .............................................. 53
26. Analisis ragam C-Organik tanaman bawah ........................................... 53
27. Data C-Organik rata-rata ........................................................................ 54
28. Homogenitas C-Organik rata-rata ......................................................... 54
29. Analisis ragam C-Organik rata-rata ....................................................... 54
30. Data Karbon Total ................................................................................. 55
31. Homogenitas Karbon Total .................................................................... 55
32. Analisis ragam C Karbon Total ............................................................. 55
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak ribuan tahun yang lalu perkembangan kehidupan di berbagai ekosistem
yang ada di alam ini telah membentuk suatu pola aliran karbon melalui sistem
lingkungan global. Pertukaran karbon terjadi secara alami antara atmosfer, lautan
dan daratan, namun pola pertukaran itu telah berubah karena adanya aktivitas
manusia dan alih guna lahan. Hampir semua lahan di Indonesia pada awalnya
merupakan ‘hutan alam’ yang secara berangsur dialih-fungsikan oleh manusia
menjadi berbagai bentuk penggunaan lahan lain seperti pemukiman dan
pekarangan, pertanian, kebun dan perkebunan, hutan produksi atau tanaman
industri, dan lain-lainnya (Widianto, Hairiah, Suharjito, dan Sardjono, 2003).
Salah satu fungsi hutan yang penting adalah sebagai cadangan karbon di alam
karena karbon disimpan dalam bentuk biomassa vegetasi. Alih guna lahan hutan
mengakibatkan peningkatan emisi CO2 di atmosfer yang berasal dari hasil
pembakaran dan peningkatan mineralisasi bahan organik tanah selama pembukaan
lahan, serta berkurangnya vegetasi sebagai lubuk atau penyimpan karbon (C-sink).
(Widianto dkk., 2003).
2
Peningkatan konsentrasi CO2 yang tajam ini membawa dampak langsung terhadap
perubahan iklim melalui perubahan suhu dan perubahan distribusi hujan baik
dalam skala waktu maupun ruang dengan implikasi sosial-ekonomi yang luas.
Perubahan iklim adalah perubahan magnitude (besaran) dan juga distribusi
komponen iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan dalam jangka waktu yang
panjang, 50-100 tahun. Perubahan iklim terjadi akibat meningkatnya konsentrasi
gas-gas rumah kaca (GRK) seperti CO2, N2O, CH4, dan CO (Murdiyarso, 2004).
Selanjutnya, IPCC (2007 dalam Hairiah, 2007) melaporkan tiga jenis gas yang
paling sering disebut sebagai GRK utama adalah CO2, CH4 dan N2O, karena
akhir-akhir ini konsentrasinya di atmosfer terus meningkat hingga dua kali lipat.
Meningkatkan konsentrasi CO2 di atmosfer dari 285 ppmv (part per million by
volume) pada masa pra-industri menjadi 336 ppmv pada abad ke 19 di tahun
1998. Nilai ini meningkat sekitar 28% dari nilai awal yang diperoleh pada 150
tahun yang lalu. Berkenaan dengan upaya pengembangan lingkungan bersih,
maka jumlah CO2 di udara harus dikendalikan dengan jalan meningkatkan jumlah
serapan CO2 oleh tanaman sebanyak mungkin dan menekan pelepasan (emisi)
CO2 ke udara serendah mungkin. Mempertahankan keutuhan hutan alami,
menanam pepohonan pada lahan-lahan pertanian dan melindungi lahan gambut
sangat penting untuk mengurangi jumlah CO2 yang berlebihan di udara (Hairiah
dan Rahayu, 2007 dalam Riartha 2009 ).
Laboratorium Lapang Terpadu (LLT) FP Unila merupakan lahan percobaan
penelitian dan praktikum bagi mahasiswa dan dosen FP Unila, terletak di
kompleks kampus Universitas Lampung yang memiliki luas kurang lebih 6,784
ha. LLT juga merupakan icon baru pada bidang pertanian yang diharapkan dapat
3
menjadi brand image bagi masyarakat luas, bahwa pertanian dapat dijadikan
profesi yang prosfektif dan menarik untuk dilakukan. Tujuan utama
pembangunan LLT FP Unila adalah sebagai sarana pendukung kegiatan belajar
mengajar dan penelitian mahasiswa Fakultas Pertanian Unila demi mendukung
Visi Fakultas Pertanian Unila yaitu menjadi 5 besar Fakultas Pertanian terbaik
Indonesia pada tahun 2025 (FP Unila, 2013)
Menurut Banuwa, Syam, dan Wiharso (2011), LLT FP Unila mempunyai kelas
lereng yang sangat beragam. Secara umum, di dominasi oleh lereng agak miring/
bergelombang (8-15 %) dengan luas 65% dari total luas areal LLT FP Unila.
Berdasarkan hasil survei lapang dan analisis contoh tanah serta peta kelas lereng,
diperoleh 5 satuan lahan pada laboratorium lapang terpadu, yaitu satuan lahan 1
dengan kemiringan 0-3 % (Datar) seluas 0,737 ha: satuan lahan 2 dengan
kemiringan 3-8 % (Landai) seluas 0,245 ha: satuan lahan 3 dengan kemiringan 815 % (Bergelombang) seluas 3,417 ha: satuan lahan 4 dengan kemiringan 15-30
% (berbukit) seluas 2,034 ha: satuan lahan 5 dengan kemiringan 30-40 % (Agak
Curam) seluas 0,351 ha Dengan kemiringan yang beragam (Datar – Agak Curam)
LLT mempunyai potensi erosi yang cukup besar, sehingga tanah sangat rentan
kehilangan unsur hara dan bahan organik yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Sebagai sarana penelitian dan percobaan dibidang
pertanian, kesuburan tanah pada LLT FP Unila haruslah terjaga, maka tindakan
konservasi tanah perlu dilakukan (Banuwa, dkk., 2011)
Keberadaaan keragaman vegetasi dan komoditas tanaman yang ada di LLT
berpengaruh terhadap penyerapan CO2 dan pelepasan O2 ke lingkungan melalui
4
proses fotosintesis. Dalam proses fotosintesis tanaman akan menyerap CO2 dari
atmosfir dan mengubahnya menjadi O2 yang digunakan mahluk hidup untuk
proses respirasi, dan juga menghasilkan karbohidrat yang akan disimpan dalam
tubuh tanaman yang kemudian akan diproses lanjut menjadi kambium sebagai
sumber karbon (C) tanaman. Jumlah karbon tersimpan antar lahan berbeda-beda
tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya
serta cara pengelolaannya (Hairiah dan Rahayu., 2011).
Penyimpanan karbon suatu lahan menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan
tanahnya baik, atau dengan kata lain jumlah karbon tersimpan di atas tanah
(biomasa tanaman) ditentukan oleh besarnya jumlah karbon tersimpan di dalam
tanah (bahan organik tanah, BOT) (Hairiah dan Rahayu, 2007). Dengan kata lain
jumlah karbon tersimpan di dalam tanah dapat dijadikan indikator kesuburan
tanah. Selain itu banyaknya tanah yang tererosi dipengaruhi oleh banyak faktor
dan salah satunya adalah faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Karbon tersimpan di atas permukaan
tanah di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung
1.3 Kerangka Pemikiran
Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan karena
terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfir. Keseimbangan
tersebut dipengaruhi antara lain oleh peningkatan gas-gas karbon dioksida (CO2),
metana (CH4) dan nitrogen oksida (N2O) yang lebih dikenal dengan gas rumah
5
kaca (GRK). Saat ini konsentrasi GRK sudah mencapai tingkat yang
membahayakan iklim bumi dan keseimbangan ekosistem (Hairiah, Rahayu, 2007).
Jumlah karbon dioksida di atmosfer sudah terlalu banyak, diperkirakan sekitar
1035 Giga ton CO2 dilepaskan ke atmosfer sejak tahun 1850 hingga tahun 2000,
dan hal tersebut terus-menerus meningkat. Kenaikan suhu udara disebabkan
karena aktivitas manusia seperti penebangan hutan, pembakaran, industri dan lain
sebagainya.
Peningkatan jumlah gas rumah kaca yang memicu pemanasan global
menyebabkan meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi.
Idealnya rata-rata temperatur permukaan bumi sekitar 15° C (59 °F). Selama
seratus tahun terakhir, rata-rata temperatur ini telah meningkat sebesar 0,6 °C (1
°F). Kenaikan temperatur ini mengakibatkan mencairnya es di kutub dan
menghangatkan lautan, yang mengakibatkan meningkatnya volume lautan serta
menaikkan permukaannya sekitar 9 - 100 cm (Apps, dkk., 2003 dalam Al Fitri.,
2010).
Radiasi sinar matahari yang terjebak akan memberi kehangatan bagi makhluk
hidup di bumi. Efek ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang buruk. Justru dengan
efek ini memberikan kesempatan adanya kehidupan di bumi (Stern, 2007). Jika
tidak ada efek rumah kaca maka suhu rata-rata permukaan bumi bukanlah 15 oC
seperti sekarang tetapi –18 oC. Yang menjadi masalah adalah jumlah GRK ini
bertambah secara berlebihan sehingga bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan
secara global. GRK yang bertambah secara berlebihan ini akan menahan lebih
banyak radiasi dari pada yang dibutuhkan oleh kehidupan di bumi, sehingga
6
terjadi gejala yang disebut pemanasan global (Larson dan Ribot, 2009). Jika
pemanasan global berlangsung terus menerus, maka di khawatirkan dapat
menyebabkan bencana besar bagi dunia, berkenaan dengan hal itu maka
pengembangan lingkungan yang lebih bersih harus segera dikembangkan yaitu
dengan cara mengendalikan jumlah CO2 di atmosfer. Salah satu cara untuk
mengendalikan jumlah CO2 di atmosfer adalah dengan meningkatkan jumlah
serapan CO2 oleh tanaman sebanyak mungkin dan menekan pelepasan (emisi)
CO2 ke udara serendah mungkin (Lasco, 2002).
Tumbuhan memerlukan sinar matahari, gas CO2 yang diserap dari udara serta air
dan hara yang diserap dari dalam tanah untuk kelangsungan hidupnya. Melalui
proses fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi
karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan akhirnya
ditimbun dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga dan buah.
Proses penimbunan karbon dalam tubuh tanaman hidup dinamakan proses
sekuestrasi (C-sequestration). Dengan demikian mengukur jumlah karbon yang
disimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomasa) pada suatu lahan dapat
menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfir yang diserap oleh tanaman (Hairiah
dan Rahayu, 2007).
Hairiah dan Rahayu (2007) menyatakan bahwa tanaman atau pohon
berumur panjang yang tumbuh di hutan maupun di kebun campuran (agroforestri)
merupakan tempat penimbunan atau penyimpanan karbon (rosot C = C sink) yang
jauh lebih besar dari pada tanaman semusim. Oleh karena itu, hutan alami dengan
7
keragaman jenis pepohonan berumur panjang dan serasah yang banyak
merupakan gudang penyimpanan karbon tertinggi (baik di atas maupun di dalam
tanah). Hutan juga melepaskan CO2 ke udara lewat respirasi dan dekomposisi
(pelapukan) serasah, namun pelepasannya terjadi secara bertahap, tidak sebesar
bila ada pembakaran yang melepaskan CO2 sekaligus dalam jumlah yang besar.
Bila hutan diubah fungsinya menjadi lahan-lahan pertanian atau perkebunan atau
padang penggembalaan maka karbon tersimpan akan merosot. Jumlah karbon
tersimpan antar lahan berbeda-beda, tergantung pada keragaman dan kerapatan
tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara pengelolaannya. Penyimpanan
karbon suatu lahan menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik, atau
dengan kata lain jumlah karbon tersimpan di atas tanah (biomassa tanaman)
ditentukan oleh besarnya jumlah karbon tersimpan di dalam tanah (bahan organik
tanah, BOT) (Hairiah dan Rahayu, 2007).
Sebagai lokasi penelitian dan praktikum bagi mahasiswa Fakultas Pertanian
Universitas Lampung, Kondisi lingkungan dan kesuburan tanah di LLT perlu
dijaga demi kelestarian dan kemajuan LLT. Selain untuk menjaga kelestarian,
pengukuran karbon tersimpan di atas permukaan tanah pada LLT juga bertujuan
untuk inventarisasi tanaman sekaligus untuk mengetahui jumlah kabon tersimpan,
dan jumlah serapan karbon dioksida di LLT.
1.4 Hipotesis
Karbon tersimpan di atas permukaan tanah paling besar terdapat pada lahan
dengan tutupan vegetasi pohon paling rapat, yaitu pada satuan lahan 5.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laboratorium Lapang Terpadu
2.1.1 Kondisi Geografi
Secara geografis, lokasi penelitian terletak antara 526.650 mT dan 9.406.450 mU
sampai – 527.200 mT dan 9.406.850 mU (koordinat UTM) atau 5° 22’11.38” LS
dan 105° 14’25.96” BT sampai 5° 21’ 58.35” LS dan 105° 14’ 43.83” BT.
Ketinggian tempat antara 110 – 130 m dpl. Secara administratif, lokasi penelitian
terletak di Kelurahan Gedong Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota
Bandarlampung. Batas-batas lokasi penelitian dikelilingi dengan pagar tembok
(Utara, Barat dan Timur), dan pagar kawat berduri (Selatan). Di sebelah barat
lokasi penelitian terdapat Masjid Al Wasi’i di Jl. Soemantri Brojonegoro, sebelah
Utara terdapat gedung gedung perkuliahan Fakultas MIPA Unila dan gedung
jurusan Peternakan FP Unila, sebelah timur terdapat rumah penduduk dan di
sebelah selatan terdapat perumahan dosen dan karyawan Universitas Lampung
(Zulkarnain, 2012).
9
titik plot
pengamatan pada
satuan lahan
Gambar 1. Peta Laboratorium Lapang Terpadu FP Unila (Banuwa, dkk, 2011)
10
2.1.2 Satuan Lahan
Berdasarkan pengukuran pada hasil surve lapangan, analisis tanah serta peta
topografi skala 1 : 500 diperoleh 5 (lima) satuan lahan yaitu satuan lahan 1 yang
tergolong datar (0 – 3 % ), satuan lahan 2 yang tergolong landai (3 – 8 % ), satuan
lahan 3 yang tergolong bergelombang (8–15 %), satuan lahan 4 yang tergolong
berbukit (15 – 30 % ), dan satuan lahan 5 yang tergolong agak curam (30- 45 %)
dengan masing-masing luas lahan persatuan lahan adalah 0,737 ha; 0,245 ha;
3,744 ha; 1,708 ha; 0,351 ha dari total luas LLT 6,784 ha. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lahan LLT FP Unila didominasi
oleh lereng yang bergelombang (kemiringan 8 – 15%) yang mencapai luas 65 %
dari luas LLT (Banuwa, dkk., 2011).
2.1.3 Curah Hujan
Data curah hujan yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Masgar, Tegineneng,
curah hujan tahunan rata-rata tahun (2006 – 2011) di lokasi penelitian adalah
sebesar 2.156 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu
sebesar 3.297 mm. Sedangkan curah hujan bulanan rata-rata berkisar antara 78
mm (Agustus) hingga 297 (Februari). Bulan basah terjadi pada bulan Desember
hingga mei (6 bulan),bulan lembab terjadi pada bulan juni-juli dengan curah hujan
60-100 mm/bulan dan bulan kering (<60 mm) terjadi pada bulan Agustus dan
September.
11
2.1.4 Tanah
Jenis tanah di LLT tergolong tanah Ultisol dengan bahan induk batuan
beku/vulkanik. Kedalaman efektif tanah berkisar antara 72 – 136 cm. Dari hasil
penelitian Banuwa, Syam, Wiharso (2011), status kesuburan tanah LLT FP Unila
tergolong rendah, dengan pH 5,12 – 5,63, kandungan Nitrogen total antara 0,310
– 0,469 % (tergolong sedang), kandungan Phosphat antara 5,301 – 8,573 ppm
(tergolong sangat rendah), kandungan Kalium dapat ditukar (K-dd) berkisar antara
0,165 – 0,760 me/100 g, kandungan Kalsium dapat ditukar (Ca-dd) berkisar antara
2,298 – 3,612 me/100 g (tergolong rendah), kandungan Magnesium dapat ditukar
0,374 – 0,553 me/100 g (tergolong rendah), nilai Kapasitas Tukar kation (KTK)
berkisar antara 8,740 – 13,821 me/100 g (tergolong rendah) dan kadar Karbon (C)
organik tanah berkisar antara 1,51 – 1,96 % (tergolong rendah).
2.1.5 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan pada saat dilakukan penelitian ini ada beberapa jenis. Pada
bagian tengah memanjang dari barat ke timur pada satuan lahan 1 sebagian besar
lahan digunakan sebagai lahan persawahan, selain itu juga terdapat beberapa
kolam ikan, 2 kandang pemeliharaan unggas, dan aliran irigasi untuk mengairi
lahan sawah, Pada satuan lahan 1 hanya terdapat beberapa tanaman kayu yaitu
kayu laban, bungur lilin dan pasiran, kelapa dan juga tanaman pisang. Pada
satuan lahan 2 lahan dipergunakan sebagai lahan praktikum tanaman pangan, pada
lahan ini di dominasi oleh tanaman singkong dan pisang, selain itu pada satuan
lahan 2 juga terdapat beberapa pohon kelapa dan sonokeling. Selanjutnya pada
satuan lahan 3 yang sering digunakan sebagai lahan percobaan praktikum dan
12
juga penelitian mahasiswa dan dosen FP Unila merupakan lahan yang paling
sering diolah sebagai lahan pertanaman, satuan lahan 3 ditanami berbagai macam
tanaman sayuran yaitu kangkung, sawi, bayam, kedelai, timun selada dan lain
sebagainya, serta tanaman pangan yaitu jagung, singkong ubi jalar dan juga
sorghum, selain itu satuan lahan 3 juga ditanami tanaman pisang pada beberapa
pinggiran lahan. pada bagian selatan LLT satuan lahan 3 yang merupakan jalan
masuk utama terdapat beberapa bagunan permanen yang digunakan sebagai
kantor, tempat tinggal penjaga, gudang penyimpanan alat dan mesin, rumah kaca,
dan kandang ternak. Tidak berbeda dengan satuan lahan 3 satuan lahan 4 juga
dipergunakan sebagai lahan praktikum namun pada satuan lahan ini telah diolah
dan dibuatkan teras untuk menahan laju erosi tanah akibat aliran permukaan,
vegetasi tanaman berkayu yang tumbuh pada satuan lahan 3 juga sedikit hanya
terdapat beberapa pohon kelapa dan aren. Satuan lahan 5 merupakan satuan lahan
yang memiliki vegetasi tanaman berkayu paling banyak, hal ini dikarenakan
kemiringan lereng yang tergolong agak curam menyebabkan satuan lahan ini tidak
dipergunakan sebagai lahan percobaan sehingga kealamian vegetasi pada satuan
lahan ini tetap terjaga, tumbuhan yang hidup pada satuan lahan 5 yaitu bambu,
ketapang, pasiran, aren dan juga beberapa tanaman pisang.
Penggunaan lahan sangat erat hubungannya dengan pengolahan tanah dan juga
pemeliharaan tanah. Menurut Utomo, dkk. (2012) pengolahan tanah dan
pemupukan N berpengaruh terhadap kadar karbon organik tanah, berdasarkan
hasil penelitian setelah penanaman selama 23 tahun, karbon organik tanah pada
kedalaman 0-5 cm dengan perlakuan no tillage dengan kombinasi pemupukan N
200 kg/ha, ternyata 46,1% lebih besar dibandingkan dengan no tillage dan tanpa
13
pemupukan N. Sedangkan pada kedalaman 5 – 10 cm karbon organik tanah pada
perlakuan minimum tillage 26,2 % lebih tinggi daripada no tillage dan 13,9 %
lebih tinggi dari intensive tillage. Pada kedalaman 10 - 20 cm, pemberian pupuk
N sebanyak 200 kg/ha menyebabkan karbon organik tanah 20,3 % dan 25, 8 %
lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian pupuk N 0 kg/ha dan 100 kg/ha.
2.2 Manfaat Laboratorium Lapang Terpadu FP Unila
Selain menjadi pusat lokasi penelitian dan praktikum bagi mahasiswa FP Unila,
LLT FP Unila juga diharapkan mampu menjadi show windows agricultural
sehingga mampu menyebar luaskan produk-produk teknologi pertanian di
masyarakat, dan membantu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi
oleh masyarakat, serta mampu menjadi pusat pengenalan dini pertanian secara
integral melalui program agroeducation dan agroturism bagi masyarakat luas (FP
Unila, 2013).
2.3 Biomassa
Biomassa adalah total berat atau volume organisme dalam suatu area atau volume
tertentu (IPCC,1995). Menurut Sutaryo (2009), Biomassa merupakan total berat
kering dari seluruh mahluk hidup yang dapat didukung pada masing-masing
tingkat rantai makanan. Biomassa juga didefinisikan sebagai total jumlah materi
hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton
berat kering per satuan luas (Brown, 1997).
14
2.4 Karbon
Karbon adalah unsur kimia yang memiliki nomor atom 6 (C6) (Badan
Standardisasi Nasional (ICS), 2011) . Tumbuhan akan mengurangi karbon
dioksida di atmosfer (CO2) diserap melalui proses fotosintesis dan tumbuhan akan
menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebut
tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu dari
sejumlah kantong karbon. Semua komponen penyusun vegetasi baik pohon,
semak, liana dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas permukaan. Di
bawah permukaan tanah, akar tumbuhan juga merupakan penyimpan karbon
selain tanah itu sendiri. Pada tanah gambut, jumlah simpanan karbon mungkin
lebih besar dibandingkan dengan simpanan karbon yang ada di atas permukaan.
Karbon juga masih tersimpan pada bahan organik mati dan produk-produk
berbasis biomassa seperti produk kayu baik ketika masih dipergunakan maupun
sudah berada di tempat penimbunan.
2.5 Penyimpanan Karbon
Carbon sequestration adalah penangkapan dan penyimpanan CO2 dari atmosfir
dan mendepositkannya ke reservoir dan disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Penyimpanan karbon juga merupakan salah satu cara memitigasi pemanasan
global dan perubahan iklim, cara ini juga telah diusulkan sebagai cara untuk
memperlambat akumulasi gas rumah kaca di atmosfer dan lautan yang dilepaskan
akibat pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida secara alami ditangkap
dari atmosfer melalui proses biologi, kimia dan fisika dan beberapa menggunakan
proses sintetik.
15
Tumbuhan menyerap (CO2) dari atmosfer secara bebas dan mengubahnya menjadi
oksigen (O2) dan karbohidrat (C6H12O6), oksigen akan dilepaskan ke atmosfer
yang kemudian akan digunakan mahluk hidup untuk proses respirasi (bernafas)
sedangkan karbohidrat akan disimpan dan digunakan oleh tanaman untuk tumbuh
dan berkembang menjadi organ tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga dan
buah. Dengan demikian mengukur jumlah karbon yang disimpan dalam tubuh
tanaman hidup (biomassa) pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya
CO2 di atmosfer yang diserap 2 oleh tanaman. Sedangkan pengukuran C yang
masih tersimpan dalam bagian tumbuhan yang telah mati (nekromasa) secara
tidak langsung menggambarkan CO2 yang tidak dilepaskan ke udara lewat
pembakaran (Hairiah, dkk., 2011).
Karbon sebagai penyusun bahan organik peredarannya selama pelapukan jaringan
tanaman sangat penting. Sebagian besar energi yang diperlukan oleh flora dan
fauna tanah berasal dari oksidasi karbon. Akibat dari hal itu maka CO2 terus
menerus dibentuk. Berbagai perubahan menyerupai reaksi karbon tersebut di
dalam dan di luar tanah disebut peredaran karbon (Soepandi, 1983 dalam
Zulkarnain, 2012). Karbon masuk ke dalam tanah melalui fotosintesis, dengan
mengubah CO2 atmosfer menjadi senyawa organik yang akhirnya masuk
kedalam tanah sebagai serasah tanaman, akar dan eksudat akar (Young, 1977
dalam Zulkarnain, 2012).
Menurut Bohn, dkk. (1979 dalam Zulkarnain, 2012). Kandungan karbon organik
tanah merupakan hasil bersih dari nilai masukan karbon dari fotosintesis dan
16
karbon yang hilang. Kandungan bahan organik pada tanah aerob berkisar antara
0,5 % atau kurang untuk tanah berpasir sampai 5 % untuk permukaan mineral
horizon pada tanah alami pada daerah beriklim sedang. Jumlah bahan organik
menurun tajam dengan semakin dalamnya permukaan tanah. Pengolahan tanah
biasanya menyebabkan kehilangan 1/3 sampai ½ bahan organik. Kandungan
bahan organik pada tanah secara umum meningkat dengan semakin meningkatnya
curah hujan dan dengan semakin menurunnya suhu. Suhu dingin meningkatkan
kandungan karbon organik tanah dengan mengurangi nilai kehilangan karbon di
dalam tanah.
Penggunaan tanaman penutup tanah seperti rerumputan, semak dan terutama
pohon-pohonan dapat meningkatkan periode pertumbuhan aktif dan menghasilkan
proporsi yang lebih besar karbon dalam tanah. Jumlah C organik dalam tanah
dipengaruhi oleh jenis tanaman yang ada pada lahan tersebut. Pertanian dengan
tanaman tahunan merupakan cara yang efektif untuk menjaga kandungan karbon
tanah. Tingkat akumulasi karbon akan menurun berdasarkan waktu, sebagian
penyerapan karbon terjadi melalui akar dan serasah tanaman (Zulkarnain, 2012).
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini
dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun
biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik tanah dilakukan berdasarkan
jumlah C organik (Marpaung, 2009). Bahan organik sangat menentukan interaksi
antara komponen biotik dan abiotik dalam ekosistem tanah. Kandungan bahan
organik sangat erat kaitannya dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat
17
meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan
degradasi kimia, fisik dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan
menyebabkan terjadinya pemadatan tanah (Marpaung, 2009).
2.6 Metode Pengukuran Karbon
CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca (GRK) dan termasuk dalam kelompok
gas rumah kaca utama (CO2, CH4, N2O), menurut Hairiah (2007) tiga jenis gas
tersebut akhir-akhir ini konsentrasinya di atmosfer terus meningkat hingga dua
kali lipat yang tentunya meningkatkan dampak negatif bagi bumi yaitu perubahan
iklim. Menurut Banuwa (2013) jumlah karbon tersimpan setiap penggunaan lahan
berbeda-beda, tergantung pada keragaman, kerapatan tumbuhan, jenis tanah, cara
pengelolaan dan lain-lain.
Oleh karena itu, penetapan karbon yang tersimpan baik di atas tanah dan di dalam
tanah sangat penting dilakukan untuk penerapan konservasi tanah, air dan juga
lingkungan. Pengukuran karbon di atas permukaan tanah meliputi pengukuran
biomassa pohon, nekromassa, dan tumbuhan bawah.
2.6.1
Pengukuran Biomassa Pohon dan Nekromassa
Proporsi terbesar penyimpanan karbon di daratan umumnya terdapat pada
komponen pepohonan. Untuk mengurangi dampak pengrusakan selama
pengukuran, biomassa pohon dapat diukur dengan menggunakan persamaan
allometrik yang didasarkan pada pengukuran diameter batang pohon. Pengukuran
diameter pohon dilakukan dengan cara tidak merusak bagian tanaman (non
destructive) dengan cara kerja : mencatat semua nama pohon, dan mengukur
18
diameter batang pohon setinggi dada (dbh = diameter breast height = 1.3 m dari
permukaan tanah) pada seluruh petak, selanjutnya estimasi biomassa pohon
dihitung dengan persamaan allometrik yang dikembangkan oleh Alternative to
Slash and Burn (Hairiah dan Rahayu, 2007) disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Estimasi Biomassa Pohon Menggunakan Persamaan Allometrik
Jenis pohon
Pohon bercabang
Pohon tidak
bercabang
Kopi dipangkas
Pisang
Bambu Bambu
Sengon
Pinus
Nekromassa
Estimasi Biomasa pohon,
kg/pohon
BK = 0.11p D2.62
BK = πp H D2/40
Sumber
BK = 0.281 D2.06
BK = 0.030 D2.13
BK = 0.131 D2.28
BK = 0.0272 D2.831
BK = 0.0417 D2.6576
BK = πp H r2/40
Arifin , (2001)
Arifin, (2001)
Priyadarsini, (2000)
Sugiharto, (2002)
Waterloo, (1995)
Hairiah dan Rahayu
(2007)
Ketterings, (2001)
Hairiah et al, (1999)
(Hairiah dan Rahayu, 2007)
Keterangan :
BK
D
P
H
r
: Berat Kering
: DBH (Diameter Breast Height, 1,3 m)
: Berat Jenis Kayu
: Tinggi pohon
: jari-jari batang pohon
Dari berat kering komponen penyimpanan karbon dalam suatu luasan tertentu
kemudian dikonversi ke nilai karbonnya dengan perhitungan sebagai berikut :
Karbon Biomassa = total berat kering * 0,46
(Hairiah dan Rahayu, 2007)
Biomassa kayu mati juga dikenal dengan istilah nekromassa berkayu. Pengukuran
dilakukan pada diameter dan panjang semua pohon mati yang berdiri maupun
19
yang roboh, tunggul tanaman mati, cabang dan ranting. Biomassa kayu mati
tumbang dihitung dengan rumus :
B = Л *r2*h*s/40
(Hairiah dan Rahayu, 2007)
Keterangan:
B = biomassa (kg)
r = jari-jari kayu (cm)
2.6.2
h = panjang kayu (m)
s = berat jenis (g/cm3) dan nilai 40 adalah konstanta
Pengukuran Biomassa Tumbuhan Bawah
Biomassa tumbuhan bawah meliputi semak belukar yang berdiameter < 5 cm,
tumbuhan menjalar, rumput-rumputan atau gulma. Estimasi biomassa tumbuhan
bawah dilakukan dengan mengambil bagian tanaman (melibatkan perusakan /
Destructive). Pengambilan tumbuhan bawah dan serasah tanaman dilakukan
dipetak contoh. Tumbuhan bawah yang diambil adalah semua tanaman yang
berdiameter < 5 cm, herba, dan rumput-rumputan, setelah itu berat basah total
tanaman ditimbang dan kemudian dimasukkan kedalam plastik (100 gram) untuk
dikeringkan kedalam oven pada suhu 80o C selama 48 jam. Biomassa tumbuhan
bawah dan serasah dihitung dengan persamaan berat kering total tanaman, yaitu
menggunakan persamaan sebagai berikut :
Total BK (g) = BK sub contoh (g) X BB Total (g)
BB sub contoh (g)
Dimana, BK = berat kering dan BB = berat basah, (Banuwa, 2013).
20
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di LLT Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan
Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian
dilakukan pada bulan April 2015 sampai November 2015.
3.2 Bahan dan Alat
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Peta LLT, GPS (Global
Positioning System), Christenmeter alat untuk mengukur ketinggian pohon,
kompas, kamera, meteran, tali, patok kayu, parang, kantong plastik, alat tulis,
borang data tanaman, timbangan, oven dan alat-alat laboratorium untuk analisis
tanah dan tanaman, sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel tanaman
kayu, sampel tanaman bawah, K2Cr2O7, H2SO4 pekat, akuades, H3PO4, NaF 4%,
indikator difenilamin, dan ammonium ferosulfat.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan satuan lahan LLT dengan 4 ulangan disusun
dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Homogenitas ragam diuji dengan uji
Bartlet, adiktivitas data diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi data
21
dianalisis dengan sidik ragam, perbedaan nilai tengah perlakuan diuji denga uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pengamatan Peta dan penentuan titik pengamatan
Pengamatan peta berdasarkan perlakuan satuan lahan di LLT yang terdiri dari 5
(lima) satuan lahan yaitu satuan lahan 1 tergolong datar (0 – 3% ); satuan lahan 2,
landai (3 – 8 %); satuan lahan 3, bergelombang (8–15 %); satuan lahan 4, berbukit
(15 – 30 %); dan satuan lahan 5, agak curam (30- 45 %) dengan masing-masing
kelas di tentukan 4 titik ulangan dengan luasan pengamatan 5 m x 5 m.
3.4.2 Pendataan Vegetasi
Pendataan vegetasi merupakan kegiatan pengelompokan jenis sekaligus
pendataan nama jenis tanaman kayu yang hidup pada tiap kelas kemiringan
lereng. Pendataan vegetasi dilakukan untuk memudahkan dalam pengelompokan
tanaman (tanaman berkayu dan tanaman bawah/rumput) sehingga memudahkan
dalam pelaksanaan penelitian. Tanaman yang ada di LLT akan digolongkan
menjadi 2, yaitu tanaman berkayu dan tanaman bawah. Tanaman berkayu adalah
tanaman yang memiliki kambium dan memiliki diameter batang >5 cm,
sedangkan tanaman bawah adalah tanaman rumput ataupun tanaman legum
penutup tanah dan juga semak yang tumbuh pada setiap satuan lahan di LLT
Fakultas Pertanian Unila.
22
3.4.3 Pengukuran Biomassa Tanaman Berkayu
Kandungan karbon pada tanaman berkayu dapat diukur menggunakan persamaan
Allometrik yang didasarkan pada pengukuran diameter batang pohon atau
Diameter at Breast Height (DBH) setinggi 1,3 meter dari atas permukaan tanah.
Sebelum pengukuran dimulai nama lokal dan nama ilmiah dari pohon yang akan
diukur harus dicatat di dalam kertas pendataan baru kemudian diameter batang
pohon diukur menggunakan meteran posisi meteran harus sejajar untuk semua
arah sehingga data yang diperoleh akurat. Untuk mempermudah dalam penentuan
titik DBH dapat menggunakan tongkat kayu sepanjang 1.3 m yang diletakkan
tegak lurus dari permukaan tanah di dekat pohon yang akan diukur. Setelah
mendapatkan titik DBH lingkar batang tersebut diukur dan dicatat didalam borang
data,. Dan kemudian dilakukan pengukuran tinggi total tanaman menggunakan
Christenmeter sebagai data pendukung total karbon bagi tanaman tidak bercabang.
3.4.4 Pengukuran Biomassa Tanaman Bawah
Metode pengukuran karbon pada tanaman bawah berbeda dengan metode dalam
pengukuran karbon tanaman berkayu, pengukuran dilakukan menggunakan
persamaan berat kering tanaman. Pengambilan sampel tanaman diawali dengan
penentuan titik plot pengamatan dengan ukuran 1 x 1 m, kemudian tanaman
dipangkas dan ditimbang berat basahnya menggunakan timbangan, selanjutnya
tanaman akan di keringkan menggunakan oven dengan suhu 80 oC selama 24 jam
atau hingga berat tanaman konstan. Setelah kering tanaman ditimbang kembali
untuk mengetahui kadar air tanaman dan juga berat kering tanaman lalu sampel
23
tanaman tersebut akan digiling dan diayak menggunakan ayakan 0,5 mm untuk
digunakan sebagai bahan analisis C-Organik.
3.4.5 Pengukuran Karbon Nekromassa Berkayu
Biomassa kayu mati juga dikenal dengan istilah nekromassa berkayu. Pengukuran
dilakukan pada diameter dan panjang semua pohon mati yang berdiri maupun
yang roboh, tunggul tanaman mati, cabang dan ranting. Kemudian diambil sedikit
contoh kayu ukuran 3 x 3 x 3 cm, ditimbang berat basahnya lalu dimasukkan
dalam oven dengan suhu 80oC selama 48 jam untuk menghitung berat jenisnya.
Biomassa kayu mati tumbang dihitung dengan rumus :
B = π *r 2 * h * s/40
P
P
Keterangan :
B = Biomassa (kg);
h = panjang kayu (m);
r = jari-jari kayu (cm);
s =berat jenis (g/cm3) dan nilai 40 adalah konstanta.
3.4.6 Analisis C-Organik
Analisis C-Organik di laboratorium menggunakan metode Walkey and Black
dengan langkah kerja sebagai berikut :

Disiapkan alat dan bahan analisis

Timbang 0,03 gram sampel tanaman lalu dimasukkan ke dalam
erlenmayer

Tambahkan 5 ml K2Cr2O7 goyang tabung perlahan

Tambahkan 10 ml H2SO4 perlahan, akan terjadi pelepasan energi
panas masukkan ke dalam ruang asap hingga dingin
24

Tambahkan 100 ml akuades , 5 ml H3PO4, 2,5 ml NaF 4%

Tambahkan 5 tetes indikator difenilamin

Titrasi larutan menggunakan ammonium ferosulfat hingga berubah
warna menjadi hijau terang
3.4.7 Estimasi Karbon Di Atas Permukaan Tanah
Setelah di dapat biomassa (pohon, tumbuhan bawah) dan kandungan C-organik
tanaman, di dalam tiap-tiap perlakuan satuan lahan. Selanjutnya adalah
melakukan estimasi total karbon tersimpan di atas permukaan tanah. Dengan
persamaan yang dikembangkan oleh Alternative to Slash and Burn (Hairiah dan
Rahayu, 2007) berikut :
Total penyimpanan C = Biomassa Total x % C
Keterangan :
C total = biomassa total (pohon + tumbuhan bawah + serasah +nekromassa)
%C
= konsentrasi C dalam bahan organik yang terdapat pada tanaman
3.4.8 Serapan CO2
Serapan CO2 adalah kemampuan tanaman dalam menyerap CO2 dalam satu luasan
area. Dari hasil perhitungan karbon tersimpan di atas permukaan tanah dapat
diketahui jumlah penyerapan karbon dioksida (CO2) oleh tanaman menggunakan
rumus sebagai berikut :
25
Mr CO2
Serapan CO2 =
x Kandungan C
Ar C
Dimana : Mr CO2 = berat molekul senyawa (44)
Ar C = berat molekul relatif atom C (12)
( Rifyunando, 2011)
3.4.9 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam. Keseragaman data diuji
dengan uji Bartlet dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey, selanjutnya
nilai tengah rata-rata diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%.
34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Karbon tersimpan di atas permukaan tanah dan biomassa tanaman kayu
paling besar terdapat pada lahan dengan tutupan vegetasi pohon berkayu
paling rapat, yaitu pada satuan lahan 5.
2. LLT memiliki total karbon tersimpan di atas permukaan tanah sebesar
1.815,35 ton/ha dengan jumlah biomassa tanaman 4.812,27 ton/ha dan LLT
mempunyai serapan karbondioksida sebesar 6.656,88 ton/ha .
5.2 Saran
LLT yang akan menjadi show windows agricultural bagi masyarakat luas
diharapkan mampu memiliki simpanan karbon di atas permukaan tanah yang
besar sehingga dapat menjaga keseimbangan lingkungan melalui siklus karbon.
Satuan lahan dengan kemiringan lereng yang curam seperti satuan lahan 5 perlu
ditambah populasi tanaman berkayu sehingga dapat dijadikan lokasi permanen
unit praktikum dan penelitian seperti untuk jurusan kehutanan FP Unila.
Selain itu persediaan karbon di dalam tanah pada tiap satuan lahan di LLT juga
perlu diketahui sebagai informasi cadangan karbon dan juga sebagai acuan dalam
pengembangan kesuburan tanah di LLT, maka dari itu penelitian mengenai
35
jumlah karbon tersimpan di dalam tanah di LLT FP Unila juga perlu untuk
dilakukan kedepannya.
36
DAFTAR PUSTAKA
Al Fitri, S.H. 2010. Estimasi Karbon Tersimpan Pada Tumbuhan Eceng Gondok
(Eichornia crassipes) di Rawa Lebak. (Skripsi). Universitas Lambung
Mangkurat. Kalimantan Selatan. http://skripsiecenggondok.blogspot.co.id
/2010. Diakeses pada tanggal 12 maret 2015.
Anonim. 2013. http://staff.unila.ac.id/laboratoriumlapangterpadu/. Diakses
tanggal 16 Oktober 2014 pada pukul 20.45 WIB.
Apps, M.J. Canadell, M. Heiman, V. Jaramillo, D. Murdiyarso, D. Schimel
(meeting Program Committee) & M. Manning (IPCC Working Group I
TSU). 2003. Science Statement on Current Scientific Understanding of the
Processes Affecting Terrestrial Carbon Stocks and Human Influences upon
Them. IPCC. Geneva. 37 hlm.
Badan Standardisasi Nasional. 2011. Pengukuran dan penghitungan cadangan
karbon –Pengukuran lapangan untuk penaksiran cadangan karbon hutan
(ground based forest carbon accounting). Jakarta.
Banuwa, I.S. 2013. Erosi. Kencana. Jakarta. 204 hlm.
Banuwa, I.S. 2007. Strategi Mitigasi Pemanasan Global Melalui Pengelolaan
DAS. Makalah Pada Lokakarya Pengelolaan DAS di Provinsi Lampung.
Diselenggarakan Forum DAS Provinsi Lampung. Tanggal 13 Desember
2014. Bandar Lampung. 15 hlm.
Banuwa, I.S. dan H. Buchari. 2010. C-tersimpan pada Berbagai Pola Usahatani
Berbasis kopi/Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Konservasi Tanah
dan Air Indonesia, Hal. 3-595 – 3-609. Jambi
Banuwa, I.S., T. Syam, dan D. Wiharso. 2011. Karakteristik Lahan Laboratorium
Lapang Terpadu FP Unila (Laporan Penelitian). Bandar Lampung.
37
Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests: a
Primer UN FAO. Forestry paper 134. Rome. 87 hlm. www.fao.org/
drocrep/w4095e/w4095e00.html. Diakses pada tanggal 06 juni 2016 pada
pukul 20.30 WIB.
Bouwman, A. F, 1990. Soil And Greenhouse Gases. John Willy and Sons. United
States. Hal 261-266
Chambers, R. E. 1978. Klimatologi Pertanian Dasar. Bogor. Fakultas Pertanian
IPB. Halaman 23-24.
Chang, J. H. 1968. Climate and Agriculture An Ecological Survey. Chicago :
Aldine Publishing Company. Hal 304-310.
Hairiah, K. 2007. Pengukuran Karbon Stock Diatas Permukaan Tanah. Transkip
Presentasi Pada Workshop Lahan Gambut Untuk Perlindungan Iklim
Global dan Kesejahteraan Masyarakat. Diselenggarakan Climate Change
Forests and Peatlands in Indonesia. Weatlands International. Http :
www.wetlands.or.id.com/publications/files/book/pdf. Diakses tanggal 12
Maret 2015.
Hairiah, K., A. Ekadinata., R.R., Sari. dan S. Rahayu. 2011. Pengukuran
Cadangan Karbon: dari Tingkat Lahan ke Bentang Lahan. Petunjuk
praktis. Edisi kedua. Bogor. World Agroforestry Centre. Bogor.
Indonesia. 88 hlm.
Hairiah, K., dan S., Rahayu. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai
Macam Penggunaan Lahan . World Agroforestry Center. Bogor.
Indonesia. 77 hlm.
Hairiah, K., dan Widianto. 2007. Adaptasi dan Mitigasi pemanasan Global
Melalui Pengelolaan Diversitas Pohon Di Lahan-Lahan Pertanian.
Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Bunga Rampai Konservasi Tanah Dan Air. Pengurus Pusat Masyarakat
Konservasi Tanah dan Air Indonesia 2004-2007. Bogor. Hal 1-12.
Intergovernmental Panel on Climate Change. 1995. Climate Change 1995 A
Report Of The Intergovernmental Panel On Climate Change.
https://www.ipcc.ch.pdf.ipcc-2ndassessment.com. Diakses tanggal 12
Maret 2015.
Larson, A.M dan J.C., Ribot. 2009. Lessons from Forestry decentralisation.
Realising REDD+: National Strategy And Policy Options. Center for
International Forestry Research (CIFOR). Bogor. Indonesia. Hal 175-190.
38
Lasco, R. D. 2002. Forest Carbon Budgets an Southeast Asia Following
Harvesting and land Cover Change. In : Impacts of Land Use Change on
the Terrestrial Carbon Cycle in the Asian Pasific Region. Sciencein China.
45: 76-87.
Marpaung, Boy. 2009. Sifat Kimia Tanah. http://boymarpaung.wordpress
.com/2009/02/19/sifat-kimia-tanah/. Diakses tanggal 16 Oktober 2014
pukul 16.10 WIB.
Murdiyarso, D., U. Rosalina, K. Hairiah, L. Muslihat, I. N. N. Suryadiputra, dan
Adijaya. 2004. Petunjuk Lapangan Pendugaan Cadangan Karbon Diatas
dan Dibawah Permukaan Pada Lahan Gambut. Proyek Climate Change,
Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International-Indonesia
Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia.
www.wetlands.or.id.com/climate/publication/reference/files/book/pdf.
Diakses Tanggal 12 Maret 2015.
Rahayu, S., B. Lusiana,. dan V. M. Noordwijk. 2007. Pendugaan Cadangan
Karbon Diatas Tanah Pada Berbagai Penggunaan Lahan Di Kabupaten
Nunukan.KalimantanTimur. www. wetlands.or.id.com/publication
/reference/ files/book/pdf. Diakses Tanggal 12 Maret 2015.
Riartha, Faisal Moch. 2009. Pengukuran Karbon Tersimpan (Carbon Sink) Di
Atas Permukaan Tanah Pada Berbagai Pola Usaha Tani Berbasis Kopi
Dan Kemiringan Lereng Di DAS Sekampung Hulu Kecamatan Air
Naningan Kabupaten Tanggamus. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar
Lampung. 65 hlm.
Rifyunando, Regi. 2011. Estimasi Stok Karbon Mangrove di Kawasan Cagar
Alam Reuweung Sancang Kecamatan Cibolang Kabupaten Garut.
(Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Sutaryo, D. 2009. Penghitungan biomassa. Wetlands International Indonesia
Programme. Bogor. 39 hlm.
Stern, N. 2007. The Stern Review: The Economics of Climate Change.
Cambridge University Press. Cambridge.
39
Utomo, M., H. Buchari, I.S. Banuwa, L.K. Fernando, dan R. Saleh. 2012. Carbon
Storage And Carbon Dioxxide Emission As Influenced By Long-Term
Conservation Tillage And Nitrogen Fertilization In Corn-Soybean
Rotation. Jurnal Tanah Tropika. 17 (1):75-84.
Widianto., K. Hairiah, D. Suharjito, dan A.M Sardjono. 2003. Fungsi dan Peran
Agroforestri.World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor. Indonesia. .
Http : www.worldagroforestry.org/sea/publications/files/book/pdf. Diakses
Tanggal 23 Maret 2015.
Zulkarnain, I. 2012. Evaluasi Erosi Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Melalui Pendekatan Satuan Lahan.
(Tesis). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 95
hlm.
Download