DIMENSI SOSOK PEMIMPIN YANG IDEAL

advertisement
DIMENSI SOSOK PEMIMPIN YANG IDEAL
(Dalam pandangan Administrasi publik)1
A. PENDAHULUAN
Sebelum membahas subtansi, perlu terlebih dahulu diutarakan isitilah dimensi,
menurut Wikipedia, dalam penggunaan umum, dimensi berarti parameter atau
pengukuran yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sifat-sifat suatu objek yaitu panjang,
lebar, dan tinggi atau ukuran dan bentuk. dapat diartikan UKURAN, jadi jika satu hal
diukur atau dinyatakan dalam dua jenis ukuran maka disebutlah dua dimensi.misalnya
kecepatan benda bergerak yang diukur berdasarkan jarak tempuh dan waktu tempuh.
Secara murni dimensi itu bisa sampai sangat banyak berpuluh-puluh dimensi atau
beratus dst, dimensi bukan hal yang luar biasa. Semua bidang dapat menggunakan
dimensi ini dalam pembahasan. Jadi yang dimasudkan disini adalah dimensi dalam arti
ukuran dan bentuk, yaitu bagi seorang pemimpin (ketua) sebenarnya apa saja dapat
dilihat dan ditinjau dari berbagai sudut pandang.
Ingatkah ketika kita masih kecil, kita mengidolakan seseorang? Misal
mengidolakan seorang tokoh dalam film seperti “Superman atau Spaiderman”. Dan
sekarang ketika kita sudah dewasa, siapakah yang diidolakan?
Setiap orang pasti mempunyai figur yang diidolakan. Seorang pemimpin adalah
salah satu contoh nyata yang bisa mengispirasi orang – orang disekitarnya jika ia
berperan dengan baik dalam kepemimpinannya. Contohnya saja Presiden pertama
Republik Indonesia, Soekarno. Ia tidak hanya menjadi inspirasi seluruh bangsa
Indonesia, bahkan pemimpin – pemimpin dari negeri seberang juga merasa bahwa
Soekarno adalah seseorang yang patut menjadi inspirasi.
Menjadi pemimpin yang dapat memberikan inspirasi memang bukanlah perkara
yang mudah. Membuat orang mengikuti
belum tentu dijadikan sebagai inspirasi.
Menjadi seorang pemimpin berarti kita harus mempunyai kualitas diri yang baik. Tidak
hanya kualitas diri yang baik tapi cara bersikap juga harus baik. Coba yakinkan pada
diri sendiri “i have a great personality”. Selain itu juga harus bisa meningkatkan kuali
1 Abdul Malik, Hakim PA Sukabumi, Pasacasarjana STISIP Sukabumi
1
tas diri dengan belajar, belajar melihat dan mendengarkan orang lain.
Jika kita seorang manager IT, maka sudah selayaknyalah menguasai bidang yang
selama ini geluti. Selain itu berprestasi dalam bidang pekerjaan juga sangat diperlukan.
Bayangkan jika
seorang manager IT tetapi tidak mengetahui banyak tentang IT,
ditambah lagi tidak berprestasi, apakah bisa mengispirasi orang lain? Apakah bawahan
mau mendengarkan ?
Mengapa integritas penting dalam kepemimpinan? Jawaban yang cocok untuk
pertanyaan ini adalah karena integritas akan memberikan kekuatan pada kata-kata dan
tindakan, bertindaklah sesuai dengan apa yang dikatakan dan gunakan hati agar
kepemimpinan dapat berjalan dengan baik. Dalam aajaran islam Allah SWT akan
murka apabila apa yang kita katakan tidak senyatanya diterjemhkan dalam kehidupan
dengan kata lain tidak dikerjakan. Satu catatan penting untuk para pemimpin yang
sebenarnya hal ini bersifat sepele tapi luar biasa dampaknya jika dilakukan. Perhatikan
orang-orang yang mengerti pekerjaannya dan berprestasi dalam pekerjaan. Berikanlah
reward dan ucapkan terima kasih, hari ini, besok dan kemudian.
Kesuksesan bermula
pada rasa cinta terhadap apa yang dilakukan. Mulailah dengan mencintai pekerjaan,
karyawan, customer, satpam dan yang penting diri sendiri.
Tak mudah menjadi pemimpin yang baik. Begitu kata Gubernur DKI Jakarta
Joko Widodo (sekarang Presiden ke 7). Dia beralasan ada kriteria baru yang berbeda
dan harus dipenuhi. "Salah satunya, pemimpin sakarang harus bersikap lebih horizontal
kepada rakyat dan bawahannya dibanding bersikap vertikal,"ujar Jokowi saat kuliah
tentang kepemimpinan di kantor pusat PGN (Perusahaan Gas Negara), Gajah Mada,
Jakarta Pusat. Bersikap horizontal yang dimaksud Jokowi adalah mau mendekati
masyarakat dan membangun komunikasi yang sejajar, bukan top-down (vertikal).
Pemimpin juga harus mau mendekati masalah untuk dipelajari, bukan menjauhinya.
Jokowi berkata, sikap horizontal menjadi salah satu kriteria paling sering
dilupakan oleh pemimpin sekarang. Kebanyakan pemimpin atau pejabat cenderung
bersikap eksklusif. Alhasil, kedekatan dengan masyarakat atau tempat masalah
bersumber tak terbentuk. "Kalau korporasi, pemimpin atau pejabat, masih bertahan
dengan model vertikal, saya jamin masa kepemimpinannya tak akan bertahan lama,"ujar
Jokowi. Ia mencontohkan jatuhnya Mubarak atau Morsi di Mesir. Tak cuma sikap
horizontal saja. Jokowi menganggap inti dari pemimpin yang baik adalah mampu
2
mendengar keluhan masyarakat. Usai mendengarkan masyarakat, seorang pemimpin
harus mampu mendekatkan masyarakat, sedekat mungkin dengan harapannya.
Terakhir, Jokowi berkata, blusukan merupakan cara dia untuk bersikap horizontal. Di
situlah, kata Jokowi, dia mendapat gambaran rill masyarakat dan mengerahkan
bawahannya untuk mencari solusi. "Saya di kantor itu paling cuman tanda tangan
dokuman-dokumen doank,"kata dia terkekeh.
Dikatakan oleh Ricard L Daft that "subordinates to follow the lead of respect,
grandeur, or their affection on the figure of their leader personally or ideas
boss".“bawahan mengikuti pimpinan karena rasa hormat, keagungan, atau rasa sayang
mereka atas sosok pemimpin mereka secara pribadi atau ide-ide pimpinannya”. Dari hal
tersebut bagaimana ukuran seorang pemimpin /Ketua dalam kajian Administrasi publik,
berikut akan di ulas sejauh pengetahuan penulis.
B. PEMBAHASAN
1. Dimensi yang pertama adalah sosok administrator,
Administartor publik adalah orang-orang yang berasal dari kalangan orang baik,
yang menguasai berbagai perinsip, metode dan tehnik yang dibutuhkan untuk menaiap
tujuan organisasi publik. Artinya sosok administrator publik dalam sifat dan
penguasannya adalah sebagai sosok yang etis, rasional, pandai menggunakan perinsip,
metode dan teknik-ttehnik sesuai dengan kebutuhan, demikan pula responsip.
James L. Perry (dalam Yeremias) menggambarkan administrator yang ideal adalah
yang memiliki tehnical skills, human skills, conceptual skills, berorientasi pada hasil,
mampu mengembangkan jaringan kerja, dan memiliki kemampuan melakukan
komunikasi dan menjaga kesimbangan antara keputusan dan kegiatan.
Karakteristik pribadi adalah sebuah kualitas menjelaskan kriteria perilaku atau
berbasis kompetensi secara logis terkait dengan prestasi keberhasilan tugas-tugas
penting / tanggung jawab dalam pekerjaan tertentu. Keterampilan teknis yang
diperlukan kadang-kadang ditemukan pada deskripsi pekerjaan. Analisis jabatan lanjut
harus diselesaikan untuk mengidentifikasi kualitas tidak dicatat pada deskripsi
pekerjaan. Beberapa kualitas dapat teknis serta pribadi.
Sebenarnya adminsitrator adalah orang-orang pilihan, artinya ia menduduki suatu
jabatan atas dasar kompetisi, bukan atas dasar kepangkatan atau kepercayaan semata.
Dengan kompetisi maka yang diplih adalah orang-orang yang lebih baik dari lawan-
3
lawannya yang juga menginginkan dlam jabatan tersebut. Tuntutan sosok seperti ini
telah diungkap oleh Herbertc Spencer (Martin,1989) dan harus terus diupayakan serta
diakomodasikan kedalam sistem administrasi publik secara umum masyarakan atau
perkantoran akan dipimpin oleh orang-orang baik.
Dalam kegiatan administrasi publik bertujuan memenuhi kepentingan publik atau
secara akademik dikenal dengan istrest, kenyataannya terdapat banyak kepentingan,
seperti kepentingan publik, pribadi, kelompok/golongan, jabatan dan seterusnya, namun
ada kewajiban yang harus diperjuangkan oleh para administrator adalah kepentingan
publik adalah pelayanan hukum yang dapat memuaskan
Dalam kenyataannya kita juga sering melihat adanya kesulitan untuk memilih
antara nilai efiensi dengan nilai keadilan, nilai rasionalitas dengan nilai kepuasan nilai
netralitas dengan nilai-nilai keberpihakan serta nilai besar kecilnnya derajat intervensi.
Seorang sosiolog dari Colombia Univercity yaitu Rebert Mcver mengatakan seorang
administrator harcus menguasai seni, dan seni tersebut harus dapat diterapkan dalam
berbagai kegiatannya agar sukses. Karenya sulitnya menangani berbagai masalah yang
menjadi dilema dan keharusannya menggunakan seni, maka seorang administrator harus
diberikan discretion untuk bertindak, disini administartor harus melakukan adjustment
sesuai dengan kode etik propesi dan tuntutan dan itulah menjadi titik paling kritis dalam
dunia administrator publik. Impilkasi dari adanya discretion adalah bahwa yang pantas
menjadi administrtor adalah orang yang memiliki etika dan akuntabiltas yang tinggi.
Dalam Undang-undang Dasar 1945 atau dikenal dengan konstitusi negara
Republikl Indonesia, istilah “administrasi publik” tidak digunakan.Negara yang telah
maju Amerika Serikat diklain sebagai negara asal disiplin Administarsi publik, karena
Woodrow Wilson yang pernah menjadi Presiden AS asalah”bapak administrasi publik”
berasal dari negara ini, istilah tersebut juga tidak diketemukan dalam konstitusnya.
Dengan tidak disebutkan dalam konstitusi sautu negara tidak berarti bawha administrasi
publik tidak penting tetapi administrasi publik adalah penjelmaan dari keseluruhan
kegiatan dari apa yang telah ditentukan dalam konstitusi tersebut. Suatu institusi,
sebagaimana dikenal selmama ini, berkenaan dengan keputusan strategis tentang “apa”
4
yang harus diselenggarakan atau yang diberikan kepada rakyat, sedangkan administrasi
publik merupakan implementasi dari apa yang telah diputuskan itu.2 Konstitusi memuat
pernyataan tentang”tujuan” sementara administrasi publik tentang “cara” untuk
merealisiasikan tujuan tersebut.
2. Dimennsi kedua sosok manajer propesinal
Beberapa ciri-ciri manager atau pimpinan “ketua” suatu organisasi yang dengan
cara berfikirnya profesional : ciri ciri manager profesional seorang manager yang
profesional selalu bekerja keras untuk memenangkan rasa hormat dari anak buahnya.
Dia percaya bahwa dia harus bekerja lebih keras daripada anak buahnya karena dia
seorang manager yang harus selalu memberi contoh baik. Seorang manager yang
profesional menghargai anak buahnya secara sejajar, dan mencoba untuk memahami
mereka sebagai individu. Dia berkomunikasi secara terbuka sesering mungkin dengan
mereka. Dia juga berkomunikasi secara terbuka dengan atasannnya karena dia sadar
bahwa interaksi ini akan banyak menolong dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dengan
baik. Seorang manager yang profesional menyadari bahwa hubungan dengan anak
buahnya harus dalam bentuk hubungan yan memuaskan bagi kedua belah pihak dalam
hal pekerjaan. Maka biasanya dia bertindak tenang, masuk akal dan tidak emosional,
walaupun dalam menangai masalah-masalah atau kesalahan anak buahnya serius.
Seorang manager yang profesional secara aktif mendorong anak buahnya untuk
mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak buahnya. Dia merasa bahagia bila
nak buahnya berhasil. Seorang manager profesional mendelegasikan pekerjaan dengan
tepat agar supaya tujuan-tujuan perusahaan dapat tercapai secara objektif dan seefisien
mungkin. Dia akan mengambil tanggung jawab bisa dia membuat kesalahan-kesalahan,
mengakui kesalahan-kesalahan tersebut serta meminta maaf dengan tulus kepada anak
buahnya. Seorang manager yang profesional menghargai hasil pekerjaan yang baik anak
buahnya. Manager tersebut akan mengoreksi anak buahnya dengan cara yang
profesional ketika mereka tidak menampilkan kerja yang kurang baik atau kurang
disiplin. Seorang manager yang profesional percaya bahwa nak buahnya mampu
memberi andil untk kesuksesan perusahaannya. Ini berarti bahwa dia sejauh mungkin
2
Dalam berbagai peraturan perundangan yang meruapakan pelaksanaan atau terjemahan dari
konstitusi, istilah administrasi publik juga tidak disebutkan secara ekpilisit).
5
akan mengajak anak buahnya untuk memberikan masukan-masukan, ide-ide, dan saransaran untuk pemecahan masalah yang dihadapi di tempat kerja. Dia juga berkeinginan
untuk mendengar, memahami dan menindak lanjuti kritikan dan tuntutan-tuntutan dari
anak buahnya.
Sebagai contoh hasil penelitian kuisioner yang pernah dilakukan disebuah bank
asing mengenai contoh perilaku manager yang tidak disukai (perilaku buruk):
Penyebab manajer tidak efektif

Menegur didepan umum

Tidak menetapkan tujuan yang jelas

Cenderung suka pada orang tertentu (favoritisme)

Tidak pernah memuji untuk pekerjaan yang baik yang telah dilakukan
bawahannya

Percaya pada gossip

Membuat keputusan yang sewenang-wenang

Tidak memberikan instruksi dan bimbingan yang jelas

Menggunan kriteria yang sangat subjektif dalam menilai kinerja bawahannya

Suka mengambil keuntungan

Pencari kesalahan

Tidak melakukan yang dikatakan atau dianjurkan

Meminta anak buah melakukan pekerjaan pribadi (yang tidak berhubungan
dengan pekerjaan)
sedangkan perilaku manager yang baik biasanya:

Seorang komunikator yang efektif (dia pendengar yang baik dan menyampaikan
pesan dengan jelas)

Orang yang adil (memberikan tugas sesuai dengan kemampuan seseorang)

Menilai kinerja sesuai dengan standar yang jelas dan sesuai kesepakatan

Menghargai kinerja dengan baik

Memberikan contoh yang baik (sesuai dengan nilai, kebijakan, peraturan dan
regulasi perusahaan)

dan lain lain yang tentunya bisa anda tambahkan sendiri.
6
Seorang manajer profesional bisa membawa kemajuan bagi organisasi. Lalu apa
kriteria manajer profesional tersebut? Seorang manajer profesional setidaknya harus
memenuhi beberapa persyaratan pokok berikut ini:
a) Mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas tentang bidang bisnis dan
organisasi yang ditanganinya. Syarat ini adalah syarat pokok yang harus dimiliki
oleh seorang manajer profesional. Tanpa pengetahuan dan wawasan yang luas,
bagaimana bisa manajer tersebut bisa menjalankan organisasinya secara efektif dan
menghasilkan keuntungan bagi bisnis yang dijalankannya.
b) Mempunyai kepribadian yang baik dan tangguh sesuai dengan norma-norma yang
berlaku secara umum di masyarakat. Seorang manajer profesional harus seorang
yang mempunyai budi pekerti yang luhur. Perilaku seorang manajer harus sesuai
dengan nilai-nilai positif. Dengan demikian, sumber daya manusia yang berkualitas
adalah syarat penting yang harus dimiliki oleh seorang manajer profesional.
c)
Mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang bisnis yang dijalankannya. Seperti
kita semua ketahui, pengalaman adalah lebih penting daripada pengetahuan.
Pengetahuan tanpa disertai dengan pengalaman yang memadai tidak akan banyak
berguna dalam menghasilkan output yang bernilai positif bagi organisasi bisnis.
Pengetahuan yang luas disertai dengan pengalaman yang luas adalah senjata utama
bagi keefektifan kerja seorang manajer profesional.
d) Mempunyai kemampuan bersosialisasi yang baik. Tugas seorang manajer adalah
mengurus orang-orang yang ada di bawahnya. Tanpa kemampuan sosialisasi yang
baik, tidak mungkin akan tercapai suatu hubungan yang saling menguntungkan
antara atasan dan bawahan. Kemampuan sosialisasi sangat penting untuk
mengarahkan bawahan menuju tercapainya tujuan organisasi.
e)
Mempunyai kemampuan manajerial yang memadai. Kemampuan manajerial adalah
pengetahuan utama yang harus dimiliki oleh seorang manajer profesional.
Kemampuan ini bisa dipelajari di sekolah-sekolah formal atau melalui kursus atau
melalui buku-buku manajemen. Ilmu manajerial yang hebat akan menjadi nilai
lebih yang sangat bagus bagi seorang manajer untuk dapat menjalankan organisasi
secara efektif dan efisien.
Adapun ciri karakteristik seorang manajer profesional dapat diuraikan sebagai
berikut :
7
1. Menantang Proses
Setiap kasus kepemimpinan yang terbaik selalu melibatkan satu jenis tantangan.
Apapun tantangannya, semua kasus melibatkan perubahan dari statusquo. Tidak ada
satu orang pun yang menyatakan telah melakukan yang terbaik secara pribadi dengan
terus mempertahankan banyak hal tetap sama. Singkatnya, semua pemimpin menantang
proses. Pemimpin adalah pelopor,- orang yang bersedia melangkah ke luar dan
memasuki apa yang belum diketahui. Mereka bersedia mengambil resiko, melakukan
inovasi dan percobaan supaya bisa menemukan cara yang baru yang lebih baik untuk
melakukan banyak hal.
Sumbangan utama pemimpin adalah dalam mengenali gagasan yang baik, dukungan
kepada gagasan itu, dan kesediaan menantang sistem supaya bisa mengaplikasikan dan
mewujudkan gagasan itu.
2. Mengilhamkan Wawasan Bersama
Pemimpin mengilhamkan wawasan bersama. Mereka melayangkan pandangan ke
seberang cakrawala waktu, membayangkan kesempatan menarik yang disediakan
setelah mereka dan peserta mereka sampai pada tujuan yang jauh ini. Pemimpin
mempunyai hasrat supaya sesuatu terjadi, untuk mengubah cara banyak hal terjadi,
menciptakan sesuatu yang tidak ada seorang pun pernah menciptakannya sebelumnya.
Tapi ingat: orang yang tidak punya pengikut/peserta bukanlah pemimpin. Orang
baru akan mengikuti setelah mereka menerima wawasan pemimpin sebagai wawasan
mereka sendiri. Supaya bisa mengajak orang lain mempunyai wawasan, pemimpin
harus mengenal peserta mereka dan bicara dalam bahasa mereka. Dengan demikian
peserta tahu bahwa pemimpin memahami kebutuhan mereka.
3. Memungkinkan Orang Lain Bisa Bertindak
Pemimpin teladan menarik dukungan dan bantuan semua orang yang harus membuat
kegiatan berjalan. Dengan satu cara, pemimpin melibatkan mereka yang harus hidup
dengan hasilnya, dan mereka memungkinkan orang lain bisa melakukan pekerjaan
dengan baik. Mereka memungkinkan orang lain bisa bertindak. Pemimpin tahu bahwa
tidak ada seorang pun yang melakukan apa yang terbaik bagi dirinya kalau dia merasa
lemah, tidak cakap, atau terasing; mereka tahu orang yang diharapkan aktif harus
mempunyai rasa kepemilikan. Pemimpin tidak menimbun kekuasaan, tetapi
8
mendelegasikannya. Pemimpin dengan bangga bicara mengenai kerjasama tim,
kepercayaan, dan pemberdayaan sebagai unsur pokok upaya mereka.
4. Menjadi Penunjuk Jalan
Pemimpin berjalan terlebih dahulu. Mereka memberikan contoh dan membina
komitmen melalui tindakan sehari-hari yang sederhana, yang menciptakan kemajuan
dan momentum. Pemimpin menjadi penunjuk jalan melalui contoh pribadi dan
pelaksaanaan yang penuh pengabdian. Supaya ia bisa menjadi penunjuk jalan secara
efektif, pertama-tama ia harus jelas terhadap prinsip bimbingannya. Ia harus bisa
membela kepercayaannya. Akan tetapi perbuatan pemimpin jauh lebih penting daripada
kata-kata mereka, dan harus konsisten dengan kata-kata mereka.
5. Mendorong Hati
Usaha mendaki ke puncak berat dan lama. Orang jadi kehabisan tenaga, frustasi dan
kehilangan semangat. Mereka sering tergoda untuk menyerah. Pemimpin mendorong
hati peserta mereka untuk jalan terus. Tindakan kepedulian yang sesungguhnya bisa
meningkatkan semangat dan menarik orang ke depan. Misalnya apabila seorang berhasil
dalam satu tugas tidak ada salahnya diberikan ganjaran yang sepantasnya.
Dalam banyak kasus, pemimpin bukan hanya memberikan dorongan kepada orang lain,
akan tetapi harus juga dapat memberikan dorongan kepada dirinya sendiri untuk terus
bertahan dan berusaha untuk melayani dengan sebaik-baiknya.
Ciri Khas Pemimpin yang Dikagumi Peserta/Pengikut.
Fakta dibawah ini adalah hasil survey yang dilakukan suatu organisasi yang
bergerak dalam penelitian kepemimpinan tentang sifat-sifat pemimpin yang dikagumi
pengikut mereka.
1. Jujur
Dalam setiap survai, kejujuran lebih sering dipilih dibandingkan dengan ciri khas
kepemimpinan apapun lainnya. Ini secara konsisten muncul sebagai suatu unsur yang
paling penting dalam hubungan pemimpin-peserta. Jelas sekali, kalau kita bersedia
mengikuti seseorang-apakah ke medan pertempuran atau suatu rapat tertentu, ke dalam
rumah yang gelap, ke suatu kantor, atau ke garis depan-, kita mula-mula ingin
meyakinkan diri kita bahwa orang itu layak mendapatkan kepercayaan kita. Konsistensi
antara kata-kata dan perbuatan merupakan sarana yang kita pergunakan untuk menilai
apakah seseorang jujur.
9
2. Memandang ke Depan
Kita mengharapkan pemimpin kita mempuyai rasa akan arah, dan perhatian kepada
masa depan organisasi. Tetapi apakah kita menyebut kemampuan itu wawasan, impian,
panggilan, tujuan, atau agenda pribadi, pesannya sudah jelas: pemimpin harus tahu
kemana mereka akan pergi kalau ingin mengharapkan orang lain bersedia bergabung
dengan mereka dalam perjalanan.
Dengan kemampuan memandang ke depan, yang dimaksudkan orang bukanlah
kekuatan ajaib untuk bisa meramalkan masa depan yang luar biasa. Realita jauh lebih
berpijak di bumi: kemampuan menetapkan atau memilih tujuan yang diinginkan yang
seharusnya dikejar oleh jemaat atau organisasi.
3. Memberikan Inspirasi
Kita juga mengharapkan pemimpin kita antusias, penuh semangat, dan positif
tentang masa depan. Kita mengharapkan mereka bisa memberikan inspirasi. Tidak
cukup seorang pemimpin untuk punya impian tentang masa depan. Seorang pemimpin
harus bisa menyampaikan wawasan dengan cara yang mendorong kita untuk bisa
bertahan dan bertindak.
4. Cakap
Supaya bisa mengajak orang dalam perjuangan orang lain, kita harus berkeyakinan
bahwa orang itu cakap membimbing kita ke tempat yang kita tuju. Kita harus melihat
pemimpin cakap dan efektif. Kalau kita meragukan kemampuan pemimpin, kita tidak
bisa diajak dalam perang suci. Kata orang: kita tidak bisa memberikan kepercayaan dan
diri kita kepada orang yang tidak punya catatan keberhasilan. Kecakapan yang
dimaksud bukanlah dalam arti serba bisa. Tetapi seorang pemimpin harus cakap di
bidang mana dia memimpin. Misalnya seharusnya seksi olahraga lebih cakap dalam
menjelaskan masalah olah raga dibandingkan seksi kerohanian. Jujur, Memandang ke
Depan, Memberikan Inspirasi, dan Cakap hasilnya : KREDIBILITAS.
Kita menginginkan pemimpin kita bisa dipercaya. Kita harus merasa yakin katakata mereka bisa dipercaya, bahwa mereka akan melakukan apa yang mereka katakan,
bahwa mereka sendiri bergairah dan antusias dengan arah yang mereka tuju, bahwa
mereka mempunyai pengetahuan dan keahlian memimpin. Kepemimpinan: Kalau kita
tidak percaya kepada si pembawa pesan, maka kita tidak akan mempercayai pesannya.
Kalau orang melihat bahwa pemimpin mereka memiliki kredibilitas mereka akan bisa:
10
· bangga mengatakan kepada orang lain bahwa mereka bagian dari organisasi.
· memiliki rasa semangat tim yang kuat
· memandang nilai-nilai pribadi mereka konsisten dengan nilai-nilai organisasi.
· merasa berhubungan dan berkomitmen dengan organisasi.
· mempunyai rasa memiliki organisasi
Kredibiltas adalah atribut yang susah diperoleh. Dan itu adalah kualitas manusia
yang sangat rapuh. Ini diperoleh menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, bulan
demi bulan, dan tahun demi tahun. Tetapi ini bisa hilang dengan sekejap kalau tidak
dipelihara. Seorang pengikut bisa memaafkan ketidaktepatan janji pemimpin, salah
omong, keseleo lidah, tindakan yang kurang hati-hati, atau beberapa kesalahan penting.
Akan tetapi akan tiba saatnya ketika batas kesabaran seorang pengikut apabila ketidak
konsistenan berlangsung terus-menerus. Disitu pemimpin kehilangan kredibilitas, dan
amat susah untuk mendapatkannya kembali.
Untuk memahami lebih dalam tentang ciri-ciri pemimpin ada baiknya melihat
pendapat yang dikemukakan oleh George R.Terry. George R.Terry mengemukakan
delapan ciri-ciri pemimpin yaitu :
1. Energi, mempunyai kekuatan mental dan fisik
2. Stabilitas Emosi, seorang pemimpin tidak boleh berprasangka jelek terhadap
bawahannya, ia tidak boleh cepat marah dan percaya pada diri sendiri harus
lebih besar.
3. Humam relationship, mempunyai pengetahuan tentang hubungan manusia.
4. Personal motivation, keinginan untuk menjadi pemimpin harus besar, dan dapat
memotivasi diri sendiri.
5. communication skill, mempunyai kecakapan untuk berkomunikasi.
6. teaching skill, mempunyai kecakapan untuk mengajarkan, menjelaskan dan
mengembangkan bawahannya.
7. social skill, mempunyai keahlian dibidang sosial, supaya terjamin kepercaiaan
dan kesulitan bawahannya, ia harus suka mendorong, senang jika bawahannya
maju, peramah serta luwes dalam pergaulan.
8. technical competent, mempunyai kecakapan menganalisis, merencanakan,
mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan dan mampu
menyusun konsep.
11
Apabila dilihat dari fungsinya manajemen menurut Gulick meliputi Planning,
Organizing, Staffing, Directing,Coordinating, Reporting and Budgeting(POSDCRB).
Sumber daya yang dikelola meliputi 7 M, Man, Money, Material,Metthods, Machine,
Markets, Minute(waktu), kreteria pencapaian tujuan adalah efektif dan efesien.
3.
Dimensi ketiga sosok Birokrat
Belakangan
kemapanan
status
istimewa
para
birokrat
mulai
terusik.
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesetaraan kedudukan, serta kesamaan hak
dan kewajiban dalam hidup berbangsa, bernegara dan bermasyarakat yang kiat menguat,
pada gilirannya mendorong tumbuhnya sikap kritis masyarakat terhadap posisi peran
kaum birokrat yang istimewa tersebut.
Kritik serta penilaian negatif terhadap perilaku kaum birokrat, dalam
perkembangannya memang semakin berani diungkap terbuka. Dalam persepsi masyarakat awam, etos kehidupan birokrat, seringkali dianggap identik dengan ketidak-beresan
pelayanan, kerja santai, praktek kolusi, komersialisasi jabatan, serta arogansi kekuasaan.
Munculnya, penilaian seperti ini, sebenarnya bukan kekeliruan masyarakat semata. Tapi
dalam banyak hal, juga itu terjadi karena sikap kaum birokrat itu sendiri, yang
cenderung tidak mau memahami arus demokratisasi yang berlangsung saat ini.
Kenyataan menunjukkan, bagian terbesar birokrat kita, dalam interaksi sosial masih
berperilaku “priyayi”. Mereka belum memposisikan dirinya sebagai “pelayan masyarakat”. bahkan menempatkan dirinya sebagai bangsawan yang harus dilayani.
Pada hal keberanian rakyat menuntut hak-hak pelayanan semakin meningkat.
Akibatnya, yang terjadi bukan hanya sebatas kritik sebagai gerak reaksi masyarakat,
tapi juga gugatan balik terhadap para birokrat itu sendiri. Sebagaimana terlihat dari
kenaikan kasus yang sedang ditangani oleh Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Atau Pengadilan di tingkat pertama bahkan sampai Peninjauan Kembali.
Meski kemapanan peran kaum birokrat bagi kehidupan masyarakat kian hari
semakin berkembang meluas, namun secara sosio-kultural, posisi tersebut lama
kelamaan akan mengalami pergeseran. Secara faktual, nuansa kehidupan birokrat di
masa kini, semakin berbeda dengan sosok birokrat era abdi dalem atau priyayi. Semakin
berkembangnya kesadaran akan demokrasi, serta ketergantungan sumber penghidupan
birokrat pada gaji yang relatif minim, telah mengakibatkan kegagalan mereka untuk
mempertahankan posisi sebagai lapisan sosial tersendiri yang eksklusif di masyarakat.
12
Meningkatnya kemajuan di bidang pendidikan serta ekonomi, telah memberikan
peluang bagi setiap kelompok masyarakat untuk dapat tampil sebagai lapisan elite
dalam struktur sosial. Sementara arus demokratisasi telah mengubah pola rekrutmen di
lingkungan birokrasi, yang lebih mengutamakan faktor keahlian/profesionalisme,
ketimbang aspek hubungan darah atau silsilah gaya abdi dalem atau priyayi. Dampak
dari perubahan tersebut adalah, status sosial sebagai birokrat selalu dipandang sebagai
status yang berada pada kedudukan yang setara atau tidak berbeda dengan kelompok
sosial lainnya.
Kendati nuansa pergeseran semakin memasyarakat, namun tampaknya masih
ada keengganan kaum birokrat untuk melepaskan bayangan elititas kehidupan di masa
silam. Berbagai upaya untuk mengembalikan keberadaan status elite ala jaman feodal,
memang masih kuat menggejala, meski secara halus diikemas dengan dalih
“pengabdian kepada negara”.
Indikator dari keinginan tampil beda dengan masyarakat kebanyakan, antara lain
tercermin dari banyaknya atribut ritual kebirokratan yang digunakan saat ini. Misalnya,
berbagai upacara jabatan, peraturan penggunaan pakaian seragam (safari) dengan badge
dan lencananya, upacara penyumpahan untuk kesetiaan kepada pemilik kekuasaan
(negara), pengarahan dan sebagainya. Bentuk ritualisasi tersebut, mungkin saja berbeda
dengan masa abdi dalem dan priyayi. Namun esensi yang terkandung di dalamnya,
sebetulnya sama.
Jika dikiatkan dengan fenomena demokratisasi dan modernisasi, maka perubahan
budaya birokrasi akan tak terelakkan. Ini tentu positif bagi bagi kehidupan bangsa dan
negara. Menguatnya kesadaran politik rakyat, serta kesadaran umum tentang fungsi
birokrat sebagai pelayan masyarakat, pada akhirnya menuntut adanya sumber daya
manusia birokrat yang profesional. Dampaknya pola rekrutmen sumber daya manusia
birokrat, sistem promosi jabatan yang seringkali mengutamakan faktor kedekatan
politik, menjadi tidak relevan. Demikian pula pemanfaatan jaringan birokrasi
pemerintahan untuk kepentingan politik dari suatu kelompok tertentu jadi terbatas.
Fenomena ini tentu patut dicermati sebab kebiasaan para birokrat ta yang mapan
tidak hanya menyebabkan ketebengkalaian tugas pelayanan masyarakat, tapi dalam
kondisi tertentu akan bisa menimbulkan reaksi balik dari masyarakat itu sendiri.
13
Reaksi balik itu dalam skala pasif berupa ketidak-percayaan terhadap para abdi
negara dan bila diabaikan bisa berubah menjadi pembangkangan atau perlawanan
terhadap kebijakan birokrasi yang dinilai sudah jauh menyimpang dari fungsi sebagai
pelayan masyarakat.Meskipun demikian, mengubah perilaku birokrat kedalam format
ideal, jelas tidak mudah. Sebab akar tradisi sebagai bagian dari penguasa yang
diwariskan oleh etos abdi dalem/priyayi sudah terlanjur melekat sebagai etos kehidupan
para birokrat.
4.
Keempat dimensi Etika
Bertens(2000) berkesimpulan ada tiga arti perting etika, yatitu etika(1) sebagai
nilai-nilai moral dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, atau disebut “sistemnilai” (2)sebagai
kumpulan azas atau nilai moral yang sering dikenal dengan “kode etik” (3)sebagai ilmu
tentang yang baik dan buruk, yang acapkali disebut “filsafat moral”.
Dalam dunia administrasi publik atau pelayanan bublik, etika diartikan sebagai
filsafat dan “ profesional standards”(kode etik), atau moral atau “right rules of conduct”
(aturan berprilaku yang benar) yang seharusnya dipatuhi oleh pemberi pelayanan publik
atau administrator publik (Denhard dalam Yeremias, 2008)
Aplikasi etika dan moral dapat dilihat dari kode etik yang dimiliki oleh
administrator publik. Kode etik masih terbatas pada beberapa kalangan serti ahli hukum,
kode etik kedokteran, kode etik hakim, ketiadaan kode etik telah memberikan peluang
bagi para pemberi pelayanan untuk mengenyampingkan kepentingan publik. Kehadiran
kode etik itu sendiri lebih berfungsi sebagai kontrol langsung sikap dan prilaku dalam
bekerja, mengingat tidak semua aspek dalam bekerja diatur secara lengkap melalu
aturan dan tata tertib yang ada.
Berbagai kasus yang ada perselingkuhan sering terdengar, meskipun kode etik jalas
ada, oleh karenya kode etik bukan hanya sekedar ada, tetapi implementasi dalam
bekerja, dinilai tingkat implementasinya melalui monitoring, kemudian dievaluasi, dan
diupayakan perbaikan melalui konsensus.Dalam praktek pelayanan publik saat ini para
adiministrator secara umum memperhatikan kdua aliran kaum retivis dan kaun
absolutis, atau dengan kata lain para pemberi pelayan publik harus mempelajari normanorma etika yang bersifat universal, karena dapat digunakan sebagai penuntut tingkah
lakunya.
14
Perbedaan aliran dalam mempengaruhi para administrator
dalam pengambilan
keputusan dan dalam melakukan berbagai kegiatannya, yang sering dianggap
kotroversil. Ada yang berpendapat bahwa keputuan yang dibuat atau aktivitas yang
dilakukan telah didasarkan atas etika dan moral yang benar, sementara yang lain
berpendapat sebabaliknya. Mereka yang mengutamakan tujuan sebagai penilaian pokok
etika, tentu akan berbeda dengan yang mementingkan kewajiban atau aturan yang harus
ditaati.
Menurut Chandler dan Plano(1988) asalkan administrator publik menegerjakan
pekerjaan mereka secara efesien dan ekonomis, maka mereka telah mengganggap
sebagai pihak yang bermoral. Dan kini aspek etika menjadi sorotan utama bagi para
administrator, karena harus membuat keputusan yang tidak saja mempertimbangkan
efesiansi, ekonomis dan perinsip-perinsip administrasi, tetapi juga aspek moralitas.
Masalah etika ini kini lebih dituntut untuk diperhatikan karena terjadi kompetisi antara
kepentingan publik dan kepentingan lain(competing intrests)
C. KESIMPULAN
Dikatakan oleh Ricard L Daft that "subordinates to follow the lead of respect,
grandeur, or their affection on the figure of their leader personally or ideas
boss".“bawahan mengikuti pimpinan karena rasa hormat, keagungan, atau rasa sayang
mereka atas sosok pemimpin mereka secara pribadi atau ide-ide pimpinannya” atau
dengan kata lain pemimpin lebih di hormati dan dikagumi karena kepemilikan karakter ,
bukan karena jabatan yang disandangnya. Jabatan adalah amanah, namun budi pekerti
serta karakter adalah sermin jiwa yang terpancar dalam sikap, tindak, dan tanduk
Baik buruknya seorang ketua/Peminpin suatu lembaga akan mendapatkan
sorotan utama baik dari masyarakat terutama dari bawahannya, sorotan ini akan selalu
dibandingkan dengan pemimpin sebelumnya yang secara umum akan dilihat dari etos
kerja atau prilaku serta pendekatan kepada karyawan apakah pormat yang diperlihatkan
sebagai priyayi atau sebagai administaror, manajer propesional, birokrat dan yeng
beretika, yang memiliki tehnical skills, human skills, conceptual skills, berorientasi
pada hasil, mampu mengembangkan jaringan kerja, dan memiliki kemampuan
melakukan komunikasi dan menjaga kesimbangan antara keputusan dan kegiatan.
Seorang pemimpin juga adalah seorang manager yang dengan cara berfikirnya
profesional; ciri ciri manager profesional seorang manager yang profesional selalu
15
bekerja keras untuk memenangkan rasa hormat dari anak buahnya. Dia percaya bahwa
dia harus bekerja lebih keras daripada anak buahnya karena dia seorang manager yang
harus selalu memberi contoh baik. Seorang manager yang profesional menghargai anak
buahnya secara sejajar, dan mencoba untuk memahami mereka sebagai individu. Dia
berkomunikasi secara terbuka sesering mungkin dengan mereka. Dia juga
berkomunikasi secara terbuka dengan atasannnya karena dia sadar bahwa interaksi ini
akan banyak menolong dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Seorang
manager yang profesional menyadari bahwa hubungan dengan anak buahnya harus
dalam bentuk hubungan yan memuaskan bagi kedua belah pihak dalam hal pekerjaan
Dalam persepsi masyarakat awam, etos kehidupan birokrat, seringkali dianggap
identik dengan ketidak-beresan pelayanan, kerja santai, praktek kolusi, komersialisasi
jabatan, serta arogansi kekuasaan. Munculnya, penilaian seperti ini, sebenarnya bukan
kekeliruan masyarakat semata. Tapi dalam banyak hal, juga itu terjadi karena sikap
kaum birokrat itu sendiri, yang cenderung tidak mau memahami arus demokratisasi
yang berlangsung saat ini. Kenyataan menunjukkan, bagian terbesar birokrat kita, dalam
interaksi sosial masih berperilaku “priyayi”. Mereka belum memposisikan dirinya
sebagai “pelayan masyarakat”. bahkan menempatkan dirinya sebagai bangsawan yang
harus dilayani. Yang tidak kalah pentinya juga seorang pemimpin yang beretika akan
menjadi pijakan dalam melaksanakan pekerjaan dan cermin bagi bawahannya.
16
SUMBER BACAAN
T. Keban, Yeremias, 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori
dan Isu.Penerbit, Gava Media.
Sugiono, 2014, Metode Penelitian Administrasi, di Lengkapi dengan Metode R&D,
penerbit Alfabeta, Bandung.
Denhardt, K.G, 1988 The ethics public service;resolving moral dilemmas in
publicorganizations. New york; Grewoor Press..”The New Public Servic;
https://www.luther.edu/hr/hiring-process/technical-skills/
http://www.rozikinroz.com/2012/10/ciri-ciri-manager-profesional.html
http://bankernote.com/ciri-manajer-baik-dan-manajer-yang-buruk/
http://rangkiangbudaya.wordpress.com/2014/09/17/budaya-birokrat-indonesia-dariabdi-dalem-priyayi-ambtenar-pegawai-negeri-hingga-abdi-negara-part-ii/
http://www.tempo.co/read/news/2013/07/05/231493715/Pemimpin-yang-Baik-versiJokowi
17
Download