B.01 INTENSI MELAKUKAN SEKS PRANIKAH PADA MAHASISWA DITINJAU DARI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA-ANAK Erin Ratna Kustanti Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro [email protected] Abstraksi. Mahasiswa yang berada pada masa remaja mengalami masa transisi yang memberikan perubahan pada banyak sisi, salah satunya dari sisi seksualitas. Kematangan seksual yang sudah mulai terbentuk pada masa remaja menyebabkan munculnya minat dan rasa keingintahuan yang tinggi terhadap perilaku seksual. Rasa keingintahuan yang tinggi ini bila tidak diimbangi dengan pengetahuan yang benar dapat menjerumuskan remaja dalam memandang perilaku seksual. Remaja akan memiliki persepsi dan sikap yang kurang tepat sehingga memunculkan perilaku yang menyimpang, salah satunya adalah perilaku seks pranikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efektivitas komunikasi interpersonal orangtua-anak dengan intensi melakukan seks pranikah pada mahasiswa. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive random sampling. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala efektivitas komunikasi interpersonal orangtua-anak yang disusun mengacu pada aspek yang dikemukakan DeVito (1995) dan skala intensi melakukan seks pranikah yang disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan Azjen (2005). Analisis data menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson. Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi sebesar r = -0,230 dengan nilai p = 0,025 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi negatif antara komunikasi interpersonal orangtua-anak dengan intensi melakukan seks pranikah pada mahasiswa, sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Kata kunci: intensi, seks pranikah, efektivitas komunikasi interpersonal Masa remaja sebagai masa transisi kehidupan sosialnya. Perubahan fisik salah dari anak-anak menuju dewasa membawa satunya terjadi karena hormon-hormon baru konsekuensi-konsekuensi yang tidak mudah. diproduksi oleh kelenjar endokrin sehingga Pada masa ini remaja akan dihadapkan pada mengakibatkan perubahan pada ciri-ciri seks gejolak dan pergulatan sehingga masa ini primer dan memunculkan ciri-ciri seks disebut juga masa yang penuh badai sekunder. Perubahan ini memberi tanda (Hurlock, bahwa 2003). Pada saat individu fungsi reproduksi sudah mulai memasuki masa remaja, terjadi perubahan- bekerja. Perubahan fisik dan hormonal ini perubahan fisik, tentunya juga disertai perubahan dalam kognitif, emosi yang tentunya akan memberikan implikasi pada aspek 334 emosi. Perubahan hormonal Intensi Melakukan Seks Pranikah pada Mahasiswa ditinjau dari Efektivitas Komunikasi Interpersonal Orangtua-Anak | 335 Kustanti, E.R. [hal.334-343] menyebabkan perubahan menimbulkan dorongan seksual dan terdapat 4,1 % aborsi, 59,3 % KTD, dan 26 perasaan- % masalah IMS, Sedangkan pada tahun perasaan yang baru. Ketertarikan untuk 2007 terdapat 32,1 % oborsi, 29,5 % KTD, menjalin hubungan yang lebih intim mulai serta 21,4 % menderita IMS. Berdasarkan terjadi di masa remaja. Hal ini dibuktikan data yang diperoleh dari Youth Center Pilar dengan mulai menjalin kedekatan dengan PKBI Jawa Tengah, dari 7810 mitra lawan jenis dengan melakukan pacaran. konseling hingga Maret 2008 ditemukan dan Kematangan seksual pada usia remaja kasus hubungan seks pranikah sebanyak 671 menyebabkan munculnya minat seksual dan kasus (8,6%), KTD 240 kasus (3,1%), aborsi keingintahuan 137 kasus (1,37%), dan IMS 195 kasus (2,5 yang tinggi tentang seksualitas. Konsekuensi dari adanya minat tersebut diantaranya %).(Pawestri,2012). muncul perubahan Berdasarkan data Perkumpulan perilaku seksual pada remaja. Hal ini Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa menjadikan remaja sangat rentan mengarah Tengah, pada tahun 2010 remaja yang pada perilaku seks pranikah (Muzayyanah, melakukan 2008). Rendahnya pengetahuan tentang sebanyak kesehatan reproduksi dan seksual dan menikah 452 orang, infeksi menular seksual kurangnya pemahaman nilai agama dan 283 orang, masturbasi 337 orang, aborsi 244 moral munculnya orang. Kasus ini meningkat dari tahun 2009 penafsiran, persepsi dan sikap yang kurang dimana kasus remaja yang melakukan seks tepat dalam memandang perilaku seks pranikah 765 orang, hamil sebelum menikah pranikah. Seks bebas diluar nikah yang 367 orang, infeksi menular seksual 275 dilakukan remaja baik oleh pelajar dan orang, Masturbasi 322 orang, aborsi 166 mahasiswa dapat dikatakan bukanlah suatu orang (Pilar, 2010). Survei yang dilakukan penyimpangan lagi, melainkan telah menjadi oleh Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah hal yang wajar, telah menjadi kebiasaan tahun 2010 dengan 99 responden siswa bahkan menjadi sebuah trend. Fenomena SMA ayam kampus menjadi salah satu bukti berpegangan tangan 82,8%, berpelukan bahwa seks pranikah dikalangan mahasiswa 68,7%, mencium pipi 64,6%, berciuman sudah menjadi hal yang wajar. bibir 62,6%, saling meraba badan dan mengakibatkan di hubungan 863 orang, Semarang. seks pranikah hamil sebelum Didapatkan data Pada rentang waktu kurang dari satu kelamin 32,3%, melakukan petting 20,2%, dasawarsa terakhir, seks pranikah semakin melakukan oral seks 8,1%, melakukan menunjukkan trend yang memprihatinkan. hubungan seks vagina 14,1% (Pilar, 2010). Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang Kuatnya pengaruh teman sebaya pada menunjukkan bahwa pada tahun 2006 usia remaja juga menjadikan mahasiswa 336 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013 memiliki sikap dan perilaku seksual yang terjadi karena kurangnya jalinan komunikasi tidak orangtua-anak sehingga anak dapat bergaul sehat. Kurangnya pengawasan orangtua, lingkungan yang mendukung, bebas pengaruh menyebabkan Keengganan orangtua untuk membicarakan remaja mudah melakukan seks pranikah masalah seks pada anak juga berperan dalam sebagai bentuk kesenangan (Gemari, dalam menyumbang terjadinya perilaku seks bebas Andayani, 2009). Pengawasan yang kurang di kalangan remaja (Andayani, 2009). Kunci dari remaja pengendalian perilaku seksual pada remaja cenderung out of control sehingga mudah supaya tetap berada pada koridor perilaku terlibat perilaku seks pranikah (Sakti, 2006). yang sehat yaitu dengan adanya komunikasi Faktor yang dapat menyebabkan perilaku yang sehat dan efektif antara remaja dan seks pranikah pada remaja yaitu kurangnya orangtua. teman orangtua pengawasan sebaya menyebabkan orangtua, orangtua. Komunikasi interpersonal orangtua- kurangnya komunikasi antara orangtua-anak anak yang efektif sangat penting dalam (Kartono,2002). Komunikasi memiliki peran membantu dan fungsi yang vital dalam keluarga penting sehingga komunikasi mutlak diperlukan Meskipun telah memasuki masa remaja dalam dimana keluarga tidak lagi merupakan keluarga. hal pengawasan ini sebuah dalam tanpa Keluarga remaja pada masa yang dilewatinya. pengaruh untuk melaksanakan proses sosialisasi dan remaja, dukungan keluarga tetap diperlukan pembentukan Anak bagi perkembangan kepribadian remaja. belajar tentang nilai, ideologi, cinta, moral Peran orangtua sangat penting, terutama dan di dalam menciptakan sistem sosialisasi yang interpersonal baik dan sehat bagi perkembangan moral memegang peran penting dalam proses remaja, dalam hal ini berkaitan dengan sosialisasi perilaku pendidikan keluarga. yang anak. pertamakali Komunikasi dan penanaman nilai-nilai seks bagi fase-fase merupakan lembaga pertama dan utama kepribadian tunggal melewati pranikah. perkembangan Remaja tetap tersebut, termasuk juga penanaman tentang memerlukan kehadiran orang dewasa yang seks pada anak. mampu memahami dan memperlakukannya Hasil penelitian remaja yang lebih menunjukkan kecenderungan secara bijaksana (Santrock, 2002). melakukan Kedekatan yang terjalin dengan orangtua seks pranikah ternyata jarang menghabiskan juga akan menumbuhkan kepercayaan dan waktu Remaja secure attachment sehingga remaja dapat menunjukkan perilaku seks bebas tanpa rasa lebih terbuka dan lebih percaya diri untuk bersalah karena kurangnya pemahaman mengungkapkan yang didapatkan dari orangtua. Hal ini dihadapi. Berdasarkan uraian diatas, peneliti bersama orangtua. semua masalah yang Intensi Melakukan Seks Pranikah pada Mahasiswa ditinjau dari Efektivitas Komunikasi Interpersonal Orangtua-Anak | 337 Kustanti, E.R. [hal.334-343] tertarik untuk menggali lebih jauh tentang memunculkan suatu perilaku. Niat akan hubungan antara efektivitas komunikasi mengarahkan perilaku sehingga ketika ada interpersonal orangtua-anak dengan intensi waktu dan kesempatan yang tepat akan melakukan seks pranikah pada remaja. mengubah keinginan berperilaku tersebut menjadi suatu tindakan. Aspek-aspek intensi adalah aspek Remaja Masa remaja merupakan masa transisi tindakan, aspek sasaran, aspek konteks dan dari masa anak-anak menuju dewasa yang aspek waktu (Azjen, 2005). Aspek tindakan ditandai adanya perubahan pada aspek fisik, merupakan bentuk perilaku spesifik yang emosi dan psikososial. Masa remaja secara nantinya akan diwujudkan karena adanya global berlangsung dari usia 12 – 21 tahun niat untuk berperilaku. Aspek sasaran yang terbagi pada fase remaja awal, remaja merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam pertengahan dan remaja akhir (Monks, suatu perilaku tertentu. Aspek konteks 2002). Perubahan fisik remaja ditandai merupakan situasi atau dengan berkembangnya tubuh dengan pesat diinginkan untuk memunculkan dan kemampuan perilaku tertentu yang meliputi tempat dan reproduksi. Perubahan emosional ditandai keadaan yang dialami individu tersebut. dengan ketegangan emosi dan labilnya Aspek waktu berkaitan dengan waktu yang emosi. diperlukan untuk mewujudkan perilaku berkembangnya Perubahan psikososial ditandai dengan lebih kuatnya pengaruh sebaya keadaan yang suatu tertentu dibandingkan orangtua. Remaja juga dihadapkan pada tugastugas perkembangan. Seks Pranikah Tugas-tugas Perilaku seks pranikah adalah tingkah diantaranya laku yang berhubungan dengan dorongan membentuk hubungan yang lebih dewasa seksual dengan lawan jenis maupun sesama dengan teman dari jenis kelamin yang jenis berbeda dan mempersiapkan pernikahan dan pernikahan kehidupan berkeluarga (Havighurst, dalam seksual merupakan perilaku yang didasari Fuhrmann, 1990). oleh dorongan seksual atau kegiatan untuk perkembangan remaja yang dilakukan sebelum adanya (Sarwono,2008). Perilaku mendapatkan kesenangan organ seksual Intensi Melakukan Seks Pranikah melalui berbagai perilaku. Bentuk perilaku Intensi seks pranikah biasanya diawali dengan Intensi adalah niat untuk necking, petting hingga melakukan memunculkan perilaku yang pasti (Azjen, hubungan intim (Santrock,2003). Kategori 2005). Individu akan membentuk niat untuk perilaku seks pranikah yaitu berciuman, 338 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013 bercumbu dan bersenggama (Hurlock,2004). yang berlangsung secara tatap muka dan dua Bentuk yaitu arah, yang disertai adanya niat kedua belah ditandai pihak untuk berperan sebagai pembicara dan dengan pegangan tangan, berpelukan dan pendengar sehingga menimbulkan respon berangkulan; dan feedback. Aspek-aspek komunikasi perilaku bersentuhan seks pranikah (touching) yang berciuman (kissing) yang dimulai dari kecupan (light kissing) sampai interpersonal berdasarkan pendekatan pada french kiss (deep kissing); bercumbu humanistik (petting) berupa aktivitas dengan tujuan sikap suportif, sikap positif dan kesetaraan membangkitkan gairah seksual biasanya (DeVito,1995). yaitu : keterbukaan, empati, dengan sentuhan dan rabaan pada daerah Keterbukaan merupakan usaha untuk erogen; berhubungan badan (coitus) yaitu menunjukkan keinginan membuka diri dan adanya kontak dan penetrasi penis kedalam berbagi informasi serta mampu merespon vagina (Reiss,dalam Rezha,2005) pesan yang diterima dengan jujur. Empati Seks pranikah dilakukan merupakan kemampuan untuk merasakan dampak apa yang dirasakan orang lain atau mencoba negatif pada kehidupan selanjutnya. Resiko merasakan apa yang sedang dialami orang kehamilan, aborsi, tertular virus HIV-AIDS lain. Sikap suportif ditunjukkan dengan dan penyakit kelamin menular, kanker rahim dukungan merupakan risiko yang harus ditanggung memelihara keberlangsungan komunikasi pelaku seks pranikah. Sedangkan dampak yang baik. Sikap positif ditunjukkan dengan psikologis yang muncul seperti rasa memberikan respon atau penghargaan yang bersalah, marah, depresi. Konsekuensi positif (pujian, penguatan atau penekanan psikososial juga akan dihadapi, misalnya pesan positif). Komunikasi akan efektif bila terhambatnya proses semua pihak berada pada situasi yang menyelesaikan studi, peran sosial yang tiba- sejajar. Kesetaraan juga menjadi aspek tiba berubah bila sampai terjadi kehamilan, penting untuk menghindari keengganan sanksi moral dan sosial dari masyarakat juga berkomunikasi karena salah satu pihak menjadi beban yang tidak mudah. terlalu mendominasi. mahasiswa tentunya atau yang memiliki terhentinya untuk memotivasi dan Berdasarkan uraian diatas, hipotesis Efektivitas Komunikasi Interpersonal Orangtua-Anak Efektivitas komunikasi interpersonal orangtua-anak adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara orangtua dan anak pada penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara efektivitas komunikasi interpersonal orangtua-anak dengan intensi melakukan seks pranikah pada remaja. Intensi Melakukan Seks Pranikah pada Mahasiswa ditinjau dari Efektivitas Komunikasi Interpersonal Orangtua-Anak | 339 Kustanti, E.R. [hal.334-343] terdiri dari 33 aitem dengan koefisien Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode reliabilitas 0,923. Metode analisis data yang kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah digunakan adalah metode analisis regresi mahasiswa sebanyak 74 orang dengan dengan program analisis statistik komputer karakteristik: masih aktif menempuh studi di yaitu SPSS versi 20. perguruan tinggi, berada pada fase remaja akhir atau dewasa awal, sedang atau pernah memiliki pacar. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random Hasil Penelitian Hasil yang diperoleh dari uji hipotesis dengan teknik analisis regresi sederhana sampling. ditampilkan pada tabel 1 yang menunjukkan Metode pengumpulan data yang digunakan adanya pada penelitian ini menggunakan skala komunikasi interpersonal orangtua anak intensi melakukan seks pranikah dan skala dengan intensi melakukan seks pranikah efektivitas interpersonal pada mahasiswa. Hasil penelitian ini sesuai orangtua anak. Skala intensi melakukan seks dengan hipotesis yang diajukan bahwa ada pranikah terdiri dari 30 aitem dengan hubungan koefisien reliabilitas 0,923. Skala efektivitas interpersonal orangtua-anak dengan intensi komunikasi melakukan seks pranikah pada mahasiswa. komunikasi interpersonal orangtua-anak hubungan yang negatif negatif antara antara komunikasi Tabel 1. Hasil Uji Korelasi kominterps 1 intensi -,230* ,025 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Sum of Squares and kominterps 22577,784 -5403,324 Cross-products Covariance 309,285 -74,018 N 74 74 Pearson Correlation -,230* 1 Sig. (1-tailed) ,025 Sum of Squares and Intense -5403,324 24512,014 Cross-products Covariance -74,018 335,781 N 74 74 *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). Hubungan antara dua variabel dapat hubungan antara variabel komunikasi dilihat dari nilai koefisien korelasi dengan interpersonal orangtua-anak dengan intensi nilai r= -0,230 dengan nilai p= 0,025 (p < melakukan seks pranikah pada mahasiswa. 0,05). Tanda negatif menunjukkan arah Hubungan yang negatif mengindikasikan 340 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013 bahwa semakin komunikasi tinggi interpersonal efektivitas orangtua-anak pula sebaliknya semakin rendah efektivitas komunikasi interpersonal orangtua-anak maka semakin rendah intensi melakukan maka semakin tinggi intensi melakukan seks seks pranikah pada mahasiswa. Demikian pranikah pada mahasiswa. Tabel 2 Sumbangan Efektif Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,230a ,053 ,040 17,958 a. Predictors: (Constant), kominterps Hasil analisis regresi menunjukkan sebaliknya tidak peduli sehingga tidak ada sumbangan efektif variabel komunikasi keterbukaan termasuk ketika membicarakan interpersonal orangtua-anak sebesar 40% tentang seks pada anak. Orangtua yang terhadap intensi melakukan seks pranikah kurang menjalin komunikasi dengan anak pada mahasiswa. cenderung kurang memberikan perhatian Komunikasi antara orangtua-anak pada anak. Akibat yang muncul adalah anak memegang peran yang sangat penting bagi kurang perkembangan kepribadian anak. Melalui memiliki kebebasan yang terlalu besar komunikasi, orangtua dapat memasukkan (Rice, 1990). Perilaku seks pranikah muncul nilai-nilai kehidupan dan penanaman moral disebabkan karena kurangnya komunikasi tentang apa yang boleh dilakukan dan apa antara orangtua dan anak. Sebagian besar yang tidak boleh dilakukan, termasuk orangtua didalamnya tentang batasan-batasan dalam mengenai seksual pada anak. Hal ini terjadi hubungan seks dan konsekuensi bila batasan karena ketidaktahuan orangtua, sikap yang tersebut dilanggar. Anak dapat memperoleh tidak terbuka dan masih menganggap tabu informasi tentang seks dengan tepat dan untuk tahu batasan-batasannya bila komunikasi (Sarwono, 2008). interpersonal yang terjalin antara orangtua dengan anak semakin efektif. mendapatkan sulit pengawasan untuk membicarakan dan membicarakan mengenai seks Saat ini kecenderungan tentang seks bebas di masyarakat telah mengalami Salah satu faktor yang berpengaruh perubahan. Perubahan ini terjadi karena terhadap intensi melakukan seks pranikah iklim sosial yang mendukung semakin pada mahasiswa adalah ketidakhadiran permisifnya pola pergaulan di kalangan orangtua (Ronosulistyo, 2006). Remaja yang mahasiswa. Sebelumnya, proses berpacaran melakukan seks pranikah disebabkan karena pada mahasiswa diawasi dengan ketat oleh pergaulan bebas dan pola pengasuhan orangtua. Orangtua memiliki kontrol yang orangtua yang cenderung permisif atau kuat. Namun sekarang telah terjadi Intensi Melakukan Seks Pranikah pada Mahasiswa ditinjau dari Efektivitas Komunikasi Interpersonal Orangtua-Anak | 341 Kustanti, E.R. [hal.334-343] pergeseran. Pada proses pacaran ini perilaku Komunikasi yang efektif antara seks pranikah lebih sering terjadi. Perubahan orangtua dan anak dapat menjadi sumber ini menunjukkan pergeseran besar dalam bagi remaja untuk mendapatkan informasi standar yang mengatur perilaku seks pada yang benar tentang seks remaja. Pandangan yang dulu memegang Keterbukaan dan perubahan cara pandang prinsip hanya orangtua juga diperlukan sehingga tidak ada dilakukan setelah menikah, saat ini bergeser lagi anggapan bahwa pembicaraan tentang menjadi perilaku yang lumrah dilakukan seks adalah hal yang tabu. Ketidakterbukaan meskipun belum menikah. orangtua akan mendorong remaja untuk bahwa hubungan seks Disinilah peran penting orangtua sangat diperlukan. Kondisi yang sehat. mencari informasi dari sumber yang lain. psikologis Hal ini penting dilakukan mengingat saat ini remaja yang masih labil sangat rentan remaja memiliki akses yang sangat luas mendapatkan pengaruh yang tidak baik dari untuk lingkungan sosialnya. Pada perilaku seks berkaitan dengan seks. Hasil penelitian pranikah pengaruh lingkungan juga sangat menunjukkan besar. Mahasiswa yang melakukan perilaku melakukan seks pranikah biasanya karena pengaruh mengaku teman sebaya pengalaman melakukan hubungan seks dari video porno, berpacaran,dan informasi tentang seks yang internet, majalah dan teman sebaya (Wijaya, mudah diakses. Lingkungan yang dimasuki dalam Annisa, 2009). Remaja mendapatkan oleh mahasiswa dapat memberikan tekanan informasi yang salah tentang seks dari film, untuk terjadinya perilaku seks pranikah. televisi atau majalah disebabkan karena Tekanan teman sebaya biasanya jauh lebih orangtua cenderung jarang berbicara tentang kuat. Pada umumnya mahasiswa melakukan seks (Benokraitis, 1996). perilaku seks pranikah untuk membuktikan perilaku seks pranikah yang terus meningkat bahwa mahasiswa tersebut sama dengan dikalangan mahasiswa teman-temannya, sehingga dapat diterima penyebaran informasi menjadi kelompoknya. seksual melalui media massa menjadi tidak Pengalaman berpacaran juga memberikan terbendung lagi (Sarwono, 2004). Kondisi pengaruh. Pengalaman berpacaran dapat ini juga didukung rasa ingin tahu dan ingin menyebabkan mahasiswa permisif terhadap mencoba yang besar menjadikan mahasiswa perilaku seks pranikah. Remaja akhir dan mudah untuk meniru apa yang dilihat dan dewasa awal yang berpacaran lebih permisif didengar dari media massa. Pada umumnya, terhadap terjadinya perilaku seks pranikah mahasiswa yang berada pada kondisi seperti yang kuat, bagian dari (Kinsey, dalam Santrock, 2003). mendapatkan berbagai bahwa hubungan mendapatkan informasi remaja seks yang pranikah gagasan untuk Kecenderungan terjadi dan karena rangsangan 342 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013 ini belum pernah mengetahui masalah komunikasi seksual secara lengkap dari orangtuanya. maka semakin rendah intensi melakukan Hasil analisis regresi pada penelitian interpersonal orangtua-anak seks pranikah pada mahasiswa, begitu juga ini juga menunjukkan sumbangan efektif sebaliknya variabel komunikasi interpersonal orangtua- komunikasi anak maka semakin tinggi intensi melakukan seks sebesar 40% terhadap intensi semakin rendah interpersonal pada efektiivtas orangtua-anak melakukan seks pranikah pada mahasiswa. pranikah mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa konsistensi menunjukkan variabel intensi melakukan seks pranikah interpersonal orangtua-anak berjalan efektif pada mahasiswa dapat diprediksi oleh maka intensi mahasiswa untuk melakukan variabel efektivitas komunikasi seks pranikah akan semakin kecil. interpersonal orangtua-anak. Sedangkan bahwa bila Hal komunikasi Berdasar simpulan tersebut maka 60% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak penulis menyusun saran sebagai berikut. diungkap dalam penelitian ini. 1. Subjek Perilaku seks pranikah dipengaruhi ini Mahasiswa lebih intensif dalam oleh faktor internal dan faktor eksternal. menjalin komunikasi dengan orangtua Faktor internal berupa stimulus dari dalam untuk mendapatkan informasi yang diri individu. Faktor eksternal meliputi benar tentang segala hal yang berkaitan pengalaman berpacaran, informasi mengenai dengan seks. seksualitas, jenis kelamin dan pengaruh 2. Orangtua orang yang lebih dewasa (Hurlock, 2003). Orangtua Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan komunikasi dengan anak dan lebih bahwa intensi melakukan seks pranikah terbuka dalam hal pendidikan seks pada mahasiswa turut dipengaruhi oleh sehingga dapat memberikan bimbingan efektivitas yang benar pada anak. komunikasi interpersonal orangtua-anak. lebih intensif menjalin 3. Peneliti selanjutnya Perlu dipertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi intensi melakukan Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komunikasi perilaku seks pranikah sehingga diperoleh pemahaman dan pengetahuan interpersonal memiliki hubungan negatif yang lebih komprehensif dengan intensi melakukan seks pranikah perilaku seks pranikah pada mahasiswa. pada mahasiswa. Semakin efektif mengenai Intensi Melakukan Seks Pranikah pada Mahasiswa ditinjau dari Efektivitas Komunikasi Interpersonal Orangtua-Anak | 343 Kustanti, E.R. [hal.334-343] DAFTAR PUSTAKA Andayani, T.R. & Setiawan, I. (2005). Perilaku Seksual Pranikah dan Sikap terhadap Aborsi. Jurnal Psikologi, 2, 1-9 Anissa, K. (2009). Making love sama dengan cinta itu seks. Cetakan 1. Yogyakarta : Garasi De Vito, J.A. (1995). The interpersonal communication book. New York : Collins Hurlock, E.B. 2003. Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi ke enam. Jakarta : Erlangga Monks, F.J. & knoers, A.M.P. (2002). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Muzayyanah. N. (2008). “Dampak perilaku seks bebas bagi kesehatan remaja,” diunduh dari http://halalsehat.Com/index.php/Remaja-Sukses/DAMPAK-PERILAKUSEKS-BEBASBAGI-KESEHATAN-REMAJA-*.html pada tanggal 13 Mei 2013 Pawestri, & Setyowati, D. (2012). Gambaran perilaku seksual pranikah pada mahasiswa pelaku seks pranikah di Universitas X Semarang. Seminar Hasil Penelitian LPPM Unimus. Diunduh dari http://jurnal.unimus.ac.id pada tanggal 13 Mei 2012 PILAR PKBI. (2010) . Penelitian perilaku seksual remaja. PKBI Jawa Tengah Rice, P. F. (1990). The adolescence development relation culture. 6th edition, Boston : Allyn and Bacon, Inc Sakti, H & Ganjar, T. (2006). Antara dua sisi : sebuah kajian psikologi tentang free sex dan video porno. Yogyakarta : Sahabat Setia Sambas, R. I. Andayani, T.R., Astuti, T.P. (2005). Hubungan antara perilaku mengakses situs porno internet dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal Psikologi,2 Santrock, J. W. (2003). Adolescence perkembangan remaja, 6th edition. Boston. McGrawHill. Santrok, J. W. (2003). Life span development, Jakarta : Penerbit Erlangga. Sarwono, S. W. (2008). Psikologi remaja. Jakarta : Balai Pustaka