BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus1. Sebagai kehidupan bersama religius, Gereja menjadi tempat untuk bersekutunya setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Dalam kehidupan bersama di Gereja, banyak orang berkumpul, bersekutu, dan berbagi bersama untuk sama-sama belajar dari Firman Tuhan. Kehidupan bersama itu tentu saja dibentuk oleh orang-orang dengan pertolongan dari Roh Kudus. Sebagai kehidupan bersama religius, Gereja dalam kehidupannya menetapkan jabatan-jabatan khusus yang bertugas untuk mengatur segala bentuk kegiatan yang dilakukan Gereja yang disebut dengan majelis Gereja. Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) menetapkan tiga macam jabatan gerejawi yang kemudian disebut sebagai majelis, yaitu: Penatua, Pendeta dan Diaken. Ketiga jabatan gerejawi ini bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan organisasi Gereja, kesaksian, dan pemeliharaan keselamatan warga Gereja2. Ketiga pejabat gerejawi ini kesemuanya dipilih, dipanggil dan diteguhkan oleh Gereja untuk melayani jemaat3 Tuhan. Untuk mengatur kehidupan bergereja, Gereja-gereja Kristen Jawa menggunakan Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja-gereja Kristen Jawa. Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ ini memuat Tata Gereja yang berisi Mukadimah yang menyatakan pemahaman hakiki tentang Gereja (eklesiologi), dan pasal-pasal yang mengatur halhal prinsip berkenaan dengan hidup dan karya Gereja, serta memuat Tata Laksana yang mengatur hal-hal yang menyangkut prosedur pelaksanaan dari Tata Gereja4. Dengan Tata Gereja dan Tata Laksana ini Gereja-gereja Kristen Jawa mengatur 1 Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ, Sinode GKJ, Salatiga, 2005, Mukadimah Ibid, hal. 6 3 Untuk selanjutnya jika terdapat kata: Jemaat maksudnya adalah Gereja 4 Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ, , hal. V: Pengantar 2 1 2 segala urusan yang berkenaan dengan urusan kehidupan gerejawi baik yang berupa urusan internal maupun urusan eksternal. Prosedur pelaksanaan Tata Gereja yang termuat di dalam Tata Laksana salah satunya berbicara mengenai pengorganisasian, baik pengorganisasian Gereja, Klasis, maupun Sinode. Pengorganisasian Gereja dimaksudkan untuk mengatur supaya kehidupan Gereja dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini kehidupan Gereja yang dimaksud mencakup identitas Gereja, tata cara pencalonan, pemilihan, pemanggilan dan peneguhan majelis (Penatua, Pendeta, dan Diaken). Pengorganisasian Klasis mengatur tentang kegiatan Klasis itu sendiri. Di antaranya berdirinya Klasis, sidang Klasis, visitasi Klasis, Badan Pelaksana Klasis, Badan Pengawas Klasis, administrasi Klasis, dan kekayaan Klasis. Sedangkan pengorganisasian Sinode juga bertujuan untuk mengatur segala hal yang berhubungan dengan kegiatan Sinode, yaitu sidang Sinode, naik banding, visitasi Sinode, Badan Pelaksana Sinode, Badan Pengawas Sinode, administrasi Sinode, dan kekayaan Sinode. Dalam Tata Laksana tahun 2005 Pasal 7 – 10 termuat aturan-aturan yang ditetapkan bagi Gereja untuk melakukan pemanggilan Pendeta5. Dalam Pasal 7 ayat (1) disebutkan: (1) Pemanggilan Pendeta dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Pemanggilan dari seorang yang belum berjabatan Pendeta harus melalui proses pencalonan, pemilihan, pemanggilan, pembimbingan, pendampingan, ujian calon Pendeta, vikariat, dan penahbisan. 2. Pemanggilan Pendeta dari seorang yang sudah berjabatan Pendeta dari GKJ lain harus melalui proses pencalonan, pemilihan, pemanggilan, dan peneguhan. 3. Pemanggilan Pendeta dari seorang yang sudah berjabatan Pendeta dari gereja lain yang seajaran harus melalui proses pencalonan, pemilihan, pemanggilan, pembimbingan, pendampingan, ujian calon Pendeta, dan peneguhan. Pasal tersebut dijelaskan bahwa pemanggilan Pendeta dalam GKJ diatur melalui proses (tahapan-tahapan): pencalonan, pemilihan, pemanggilan, pembimbingan, 5 Lampiran hal 57 – 66 3 pendampingan, ujian calon Pendeta, vikariat, dan penahbisan. Namun di dalam Tata Gereja GKJ sebelumnya yaitu Tata Gereja GKJ tahun 1999 Pasal 15 ayat 2 proses pemanggilan Pendeta dijelaskan lebih rinci sebagai berikut: (2) Pemilihan calon Pendeta dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Gereja yang akan memanggil calon Pendeta menyampaikan program pemanggilan calon Pendeta itu kepada Klasis. Menanggapi hal tersebut, Klasis melakukan Visitasi dan pendampingan. Tujuan Visitasi dan pendampingan itu untuk meneliti kelayakan Gereja yang memanggil, calon yang akan dipanggil sebagai calon Pendeta, dan proses pemanggilan. Semua itu demi kebaikan Gereja pemanggil dan kebersamaan, dengan memberlakukan Tata Gereja. 2. Majelis bisa menentukan kriteria tambahan selain syarat umum yang ditetapkan pada ayat 1 pasal 15 ini bagi calon Pendeta yang diinginkan dengan meminta persetujuan sidang Klasis. 3. Majelis mempertimbangkan masukan dari Warga Gereja, Majelis menetapkan bakal calon sementara Pendeta. Bakal calon sementara itu bisa tunggal atau tidak tunggal. 4. Majelis menyampaikan surat untuk menanyakan kesanggupan atau 6 ketidaksanggupan bakal calon sementara Pendeta yang bersangkutan . Dari Tata Gereja GKJ tahun 1999 ini terlihat lebih jelas proses pemanggilan Pendeta yang dilakukan oleh GKJ. Mulai dari penyampaian program pemanggilan calon Pendeta kepada Klasis hingga pada penetapan calon sementara Pendeta semuanya dilakukan oleh Gereja. Selain hal tersebut, Majelis juga dapat menambahkan kriteria tambahan sesuai dengan ayat 2 (dua) butir ke 2 (dua) di atas. Hal ini dikarenakan setiap Gereja memiliki ciri khas dan kebutuhan masing-masing. Tentu saja supaya ciri khas dan kebutuhan tersebut dapat dipenuhi, maka Majelis Gereja dapat menambahkan kriteria tambahan sesuai dengan kebutuhan Gereja. 2. RUMUSAN MASALAH GKJ Jatimulyo Yogyakarta sebagai bagian dari tubuh Kristus menyadari akan kebutuhan pelayan untuk melayani jemaat sebagai Pendeta. Karena itu GKJ Jatimulyo memanggil seorang Pendeta untuk melayani jemaat Tuhan. Pemanggilan 6 Tata Gereja Gereja‐gereja Kristen Jawa, Sinode GKJ, Salatiga, 1999, hal. 13 4 Pendeta tersebut dilaksanakan sesuai dengan Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ tahun 2005. Namun demikian GKJ Jatimulyo Yogyakarta mengadakan pemanggilan bakal calon Pendeta yang sedikit berbeda dengan Tata Laksana Gereja pada Pasal 7, 8, 9, dan 10. Yaitu dalam pemanggilan bakal calon Pendeta, Gereja mengumumkan akan kebutuhan tenaga seorang Pendeta dan kemudian meminta bakal calon Pendeta menyampaikan surat akan kesediaannya “melamar” untuk menjadi Pendeta7. Dan kemudian jika dirasa sesuai dengan kebutuhan Gereja maka proses pencalonan dilanjutkan sesuai dengan Tata Laksana GKJ. Dengan demikian terlihat adanya dua cara yang dilakukan oleh GKJ Jatimulyo untuk melakukan pemanggilan Pendeta. Yang pertama segala proses pencarian bakal calon Pendeta dilakukan oleh Gereja sepenuhnya, dari pencarian bakal calon Pendeta hingga menyampaikan surat untuk menanyakan kesanggupan atau ketidaksanggupan bakal calon Pendeta yang bersangkutan dilakukan Gereja sepenuhnya. Yang kedua, proses pencarian bakal calon Pendeta tidak dilakukan sepenuhnya oleh Gereja. Bakal calon juga aktif dalam meresponi pencarian calon Pendeta tersebut yaitu dengan memasukkan surat lamaran pada Gereja. Tentu saja sebagai Gereja yang menggunakan sistem pemerintahan Presbiterial, GKJ Jatimulyo berhak untuk melaksanakan cara tersebut. Namun demikian GKJ Jatimulyo juga menggunakan sistem pemerintahan Sinodal. Sehingga setiap hal yang dilakukannya tentu akan berdampak pada Gereja GKJ-GKJ yang lain. Berdasarkan uraian di atas, masalah yang hendak dibahas dalam skripsi ini meliputi: 2.1. Bagaimana pemahaman dan penghayatan GKJ Jatimulyo terhadap sistem Presbiterial-Sinodal yang ada pada GKJ? 2.2. Hal-hal apa sajakah yang melatarbelakangi majelis Gereja GKJ Jatimulyo melakukan proses pemanggilan Pendeta dengan dua cara? 2.3. Apakah pemanggilan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara teologis? 7 Lampiran hal 69 5 B. PEMILIHAN JUDUL 1. RUMUSAN JUDUL Untuk membahas masalah di atas, maka dipilihlah judul skripsi sebagai berikut: PROSES PEMANGGILAN PENDETA DI GKJ JATIMULYO YOGYAKARTA (Suatu Tinjauan Teologis) 2. ALASAN PEMILIHAN JUDUL 2.1. Menarik Pembahasan pemanggilan pendeta yang berbeda tentunya akan memberi wacana yang berbeda. Tentu saja hal ini menarik untuk dibahas secara akademis karena proses pemanggilan Pendeta ini cukup unik bila di bandingkan dengan tradisi pemanggilan Pendeta yang selama ini telah dilakukan oleh sinode Gereja-gereja Kristen Jawa. Dalam hal ini secara akademis tentu akan memperkaya wawasan teologis dan juga kepada Sinode Gereja-gereja Kristen Jawa. 2.2. Baru Pembahasan ini merupakan hal yang baru dalam hal teologis. Karena pembahasan skripsi dengan topik bahasan ini belum pernah ada Sehingga dengan demikian penyusunan skripsi ini tentu akan memperkaya di bidang eklesiologi sinode Gereja-gereja Kristen Jawa. 2.3. Bermanfaat. Sebagai suatu karya tulis ilmiah, tentu saja pembahasan ini bermanfaat untuk mengembangkan keilmuan teologi baik secara akademis ataupun pada sinode Gereja-gereja Kristen Jawa sendiri. 6 C. METODE PEMBAHASAN 1. METODE PEMBAHASAN Dalam pembahasan skripsi ini akan menggunakan metode pembahasan deskriptifanalitis. Yaitu memberikan gambaran tentang pemanggilan pendeta di GKJ Jatimulyo untuk selanjutnya dianalisa. Tujuan dari analisa ini untuk mendapatkan nilai-nilai yang terkandung dalam pemanggilan Pendeta di GKJ Jatimulyo. Nilainilai yang didapatkan inilah yang diterapkan relevansinya bagi GKJ. 2. METODE PENGUMPULAN BAHAN Untuk membantu pembahasan dengan menggunakan metode deskriptif-analitis ini, penyusun menggunakan metode pengumpulan bahan dengan studi literatur dan penelitian lapangan. Dalam penelitian lapangan ini penyusun melakukan wawancara kepada aktifis gereja, pendeta, dan tokoh-tokoh gereja. Wawancara ini dilakukan secara kualitatif supaya mendapatkan data yang akurat yang diperlukan oleh penyusun. D. SISTEMATIKA PEMBAHASAN BAB I. PENDAHULUAN Pada bagian ini penyusun akan mengemukakan beberapa hal penting yang sekiranya dapat memperjelas penyusunan skripsi ini. Hal-hal yang dimaksud adalah permasalahan, pemilihan judul, metode pembahasan, serta sistematika pembahasan. BAB II. PEMANGGILAN PENDETA DI GEREJA-GEREJA KRISTEN JAWA Pada bagian ini penyusun akan memaparkan data-data mengenai pemanggilan Pendeta di ruang lingkup sinode GKJ. BAB III. PEMANGGILAN PENDETA DI GKJ JATIMULYO Pada bagian ini penyusun akan membahas mengenai GKJ Jatimulyo, dengan memfokuskan pada pemanggilan Pendeta ke lima yang telah dilakukan oleh GKJ Jatimulyo pada tahun 2006. 7 BAB IV. TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PROSES PEMANGGILAN PENDETA DI GKJ JATIMULYO Pada bagian ini penyusun akan melakukan tinjauan teologis terhadap fakta-fakta yang terdapat dalam proses pemanggilan Pendeta di GKJ Jatimulyo. BAB V. PENUTUP Bagian ini berisi kesimpulan dan saran dari penyusun.