R I SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN BN – SE TJ EN D PR Salah satu upaya untuk mengatasi kemandegan perekonomian saat ini adalah stimulus fiskal yang dapat dilakukan diantaranya melalui defisit anggaran. BI R O AN AL IS A AN G G AR AN D AN PE LA KS AN AA N AP SUN sebagai sumber utama pembiayaan defisit saat ini masih mempunyai prospek dan daya tarik bagi investor. Tetapi SUN tetap mempunyai “titik jenuh” atau kelemahan. Oleh karenanya, pengeloaan SUN harus dirumuskan dengan baik. Selain itu, diversifikasi sumber pembiayaan harus terus dilakukan baik melalui penerbitan yang mengarah pada target investor yang berbeda, maupun variasi instrumen yang diterbitkan. ORI dan sukuk merupakan beberapa contoh diversifikasi investor dan variasi instrumen. Pembiayaan Anggaran Definisi pembiayaan anggaran menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara: 1 “Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.” Defisit APBN ditutup dengan pembiayaan baik yang bersumber dari R I dalam negeri maupun luar negeri. Selama tiga tahun terakhir besarnya D PR pembiayaan selalu sama dengan besaran defisit. Besaran defisit dan EN pembiayaan angagran untuk tahun 2005 Rp 24,943 Triliun, tahun 2006 TJ Rp39,983 Triliun dan tahun 2007 adalah Rp40,512 Triliun seperti KS AN AA N AP BN – SE tercantum dalam grafik 1 berikut : Grafik 1. Defisit dan Pembiayaan LA PE 60.000,0 AN 40.000,0 20.000,0 defisit pembiayaan D - AN Triliun Rp Grafik Defisit dan Pembiayaan 2006 2007 AR 2005 G G Tahun AN Sumber : Diolah dari Departemen Keuangan IS A Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa selama tiga tahun besarnya AL pembiayaan selalu sama dengan defisit, artinya tidak ada SIKPA (Sisa AN Kurang Pembiayaan Anggaran) maupun SILPA (Sisa lebih Pembiayaan BI R O Anggaran) . Kompoisi Pembiayaan Komposisi pembiayaan anggaran menunjukkan besaran proporsi dari setiap sumber pembiayaan. Bagaimana komposisi pembiayaan anggaran selama tigatahun terakhir dapat dilihat pada grafik 2 . 2 Grafik 2. Komposisi Pembiayaan Anggaran Kom posisi Pem biayaan Anggaran R PR D 2007 EN 2006 TJ Tahun SE 2005 2. Penj. Aset Prog. Rest. Perbankan 3. Surat Utang Negara (SUN) 4. Penyertaan Modal Negara 5. Pinjaman Program 6. Pinjaman Proyek I 1. Privatisasi 50.000,00 40.000,00 30.000,00 20.000,00 10.000,00 0,00 -10.000,00 BN – Sumber : Diolah dari Departemen Keuangan AP Dari grafik 2 di atas dapat dilihat bahwa pembiayaan anggaran selama KS AN AA N tiga tahun terakhir didominasi oleh penerbitan Surat Utang Negara. Besaran (nilai) kompenen pembiayaan angagran dapat dilihat pada tabel PE LA 1 berikut : AN Tabel 1. Data Komposisi Pembiayaan Anggaran BI R O AN AL IS A AN G G AR AN D Sumber : Diolah dari Departemen Keuangan 3 PEMBIAYAAN DEFISIT ANGGARAN 2005 APBN-P II % UU selisih No.9/2004 55.257,7 55.068,3 4.270,6 25.515,4 17.906,5 37.351,2 12.962,0 42.106,3 -4.842,3 35.540,7 11.270,0 7,14% 24.270,7 4,96% B. Pembiayaan Luar Negeri (Bersih) I. Penarikan Pinjaman Luar Negeri 1. Pinjaman Program R -41,85% 13,52% 0,00% 1.500,0 40.606,3 -2.000,0 -15.273,8 37.550,4 12.075,1 34,78% -14.555,4 40.274,6 16.275,0 25.475,3 -5,79% 23.999,6 -40.382,9 -52.824,2 -54.830,0 24.943,7 39.983,9 40.512,9 64,74% 89,47% 73,74% 100,23% LA Jumlah 74,15% 88,54% PE % SUN terhadap Pembiayaan dalam Negeri IS A AN G G AR AN D AN % SUN terhadap Total Pembiayaan 2.000,0 EN KS AN AA N 2. Pinjaman Proyek II. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN 100,00% TJ 5.124,6 22.085,8 -5.195,0 SE 2. Penj. Aset Prog. Rest. Perbankan 3. Surat Utang Negara (SUN) 4. Dukungan Infrastruktur 1.000,0 PR 2.579,5 35.771,7 -2.000,0 3.500,00 D 71,43% 49,66% 61,97% 42,25% 1. Privatisasi (netto) I 29.786,0 – I. Perbankan Dalam Negeri II. Non Perbankan Dalam Negeri 2007 APBN UU No 18/2006 % selisih BN A. Pembiayaan Dalam Negeri AP Jenis Pembiayaan 2006 APBN-P UU No.14/2006 AL Pertumbuhan pembiayaan anggaran dari penerbitan surat utang negara AN dari tahun 2005 ke tahun 2006 adalah sebesar 61,97% (dari Rp22,085 BI R O Triliun menjadi Rp35,78 Triliun) sedangkan pertumbuhan dari tahun 2006 ke tahun 2007 adalah 13,52% (dari Rp35,78 Triliun menjadi Rp40,60 Triliun). Trend pembiayaan defisit APBN melalui SUN meningkat . Rasio penerbitan SUN terhadap total pembiayaan dalam negeri dari tahun 2005 hingga 2007 adalah masing –masing sebesar 74,15%, 64,74% dan 4 73,43%. Sedangkan rasio penerbitan SUN terhadap total pembiayaan dari tahun 2005 hingga 2007 adalah 88,54%, 89,47% dan 100,23%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar pembiayaan bersumber pada SUN, sehingga beban pembayaran bunga dan pokok R I semakin meningkat pula. Bila SUN tidak dikelola dengan baik, risiko D PR fiskal akan meningkat. D AN PE LA KS AN AA N AP BN – 2000 % 2001 % 2002 % 2003 % 250,18 62,58% 235,42 59,61% 228,18 57,90% 194,98 49,93% 138,73 34,70% 119,62 30,29% 105,19 26,69% 97,19 24,89% 6,95 1,74% 24,77 6,27% 13,83 3,51% 27,29 6,99% 1,23 0,31% 1,23 0,31% 1,21 0,31% 2,07 0,53% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0,87 0,22% 0,87 0,22% 0,87 0,22% 0 0,00% 0,02 0,01% 2,03 0,51% 35,72 9,06% 41,38 10,60% 1,04 0,26% 3,76 0,95% 6,51 1,65% 16,68 4,27% 0 0,00% 0 0,00% 1,04 0,26% 6,06 1,55% 0,01 0,00% 0,16 0,04% 0,36 0,09% 3,83 0,98% 0 0,00% 0,3 0,08% 0,13 0,03% 0,25 0,06% 0,76 0,19% 6,78 1,72% 1,02 0,26% 0,75 0,19% 399,79 100,00% 394,94 100,00% 394,06 100,00% 390,48 100,00% AN G G AR AN Kelompok Investor Bank BUMN Rekap Bank Swasta Rekap Bank Non Rekap BPD BI Depkeu Reksadana Asuransi Asing Dana Pensiun Sekuritas Lain-Lain Jumlah SE TJ EN Tabel 2. Komposisi Kepemilikan Obligasi Negara Domestik (dalam triliun rupiah) BI R O AN AL IS A Kelompok Investor Bank BUMN Rekap Bank Swasta Rekap Bank Non Rekap BPD BI Depkeu Reksadana Asuransi Asing Dana Pensiun Sekuritas Lain-Lain Jumlah 2004 % 2005 % 2006 % 2007 % 158,84 39,78% 154,50 38,64% 152,76 36,48% 149,99 33,93% 95,14 23,83% 85,38 21,35% 80,79 19,29% 76,77 17,36% 32,40 8,11% 45,79 11,45% 32,78 7,83% 31,91 7,22% 1,18 0,30% 3,96 0,99% 2,78 0,66% 4,18 0,95% 0,00 0,00% 10,52 2,63% 7,54 1,80% 12,47 2,82% 0,00 0,00% 0,00 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 53,98 13,52% 9,12 2,28% 21,43 5,12% 22,64 5,12% 27,08 6,78% 32,30 8,08% 35,04 8,37% 36,38 8,23% 10,74 2,69% 31,09 7,78% 54,92 13,12% 71,33 16,13% 16,42 4,11% 22,02 5,51% 23,08 5,51% 23,62 5,34% 0,43 0,11% 0,46 0,12% 1 0,24% 0,59 0,13% 3,08 0,77% 4,68 1,17% 6,63 1,58% 12,25 2,77% 399,30 100,00% 399,84 100,00% 418,75 100,00% 442,12 100,00% 5 Sumber : Diolah dari Departemen Keuangan Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk kategori perbankan, sebagian besar SUN hingga 2007 dimiliki oleh Bank BUMN rekap. Hal ini berkaitan dengan diterbitkannya obligasi dalam negeri oleh pemerintah R I untuk memberi tambahan modal dalam rangka program rekapitalisasi EN D PR perbankan (obligasi rekap). TJ Untuk kategori non perbankan sebagian besar SUN dimiliki oleh pihak SE asing. Pada tahun 2002, pihak asing hanya menguasai 0,26% SUN dan – sekarang pada tahun 2007 pihak asing telah menguasai 16,13% AP BN kepemilikan SUN. Rata – rata pertumbuhan kepemilikan asing atas SUN KS AN AA N dari tahun 2002 hingga 2006 adalah 3,17%. Hal ini mengingat daya tarik SUN bagi investor asing bukan hanya dari sisi yield tetapi dari perpajakan bersumber dari adanya tax treaty. PE LA Kepemilikan asing tersebut di satu sisi dapat membantu meningkatkan AN likuiditas pasar domestik, tetapi di sisi lain membuat pasar menjadi IS A AN G G AR AN D berisiko manakala arus balik modal asing terjadi. AL Posisi Outstanding Surat Utang Negara AN Penggunaan SUN sebagai instrumen pembiayaan telah mengakibatkan BI R O membengkaknya stok utang pemerintah. Berikut adalah data posisi outstanding Surat Utang Negara dari tahun 1999 – Februari 2007 : Tabel 3. Posisi Outstanding Surat Utang Negara Jumlah SUN Denominasi US$ (Miliar USD) 281,83 0,4 SUN (Denominasi Rupiah Triliun Rp) Tahun 1999 Fixed Rate 51,29 ORI Variable Rate 203,90 Hedge Bonds 26,64 6 425,53 430,73 422,42 404,77 402,01 399,84 415,47 442,11 0,4 0,4 0,4 0,4 1,4 3,9 5,5 7 I 26,61 35,79 28,09 14,29 2,71 0,00 0,00 0,00 R 179,44 219,48 175,46 219,48 154,73 239,60 159,04 231,44 178,73 220,57 189,16 210,68 235,28 3,28 180,19 267,24 3,28 174,87 Diolah dari Departemen Keuangan PR 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Sumber : D Resiko SUN TJ EN Risiko Kesinambungan Fiskal, adalah resiko akibat besarnya jumlah yang semakin besar dapat menyebabkan – bunga SE utang yang dapat mengurangi daya dukung fiskal; Beban pembayaran AP BN ketahanan fiskal (fiscal sustainability berkurangnya KS AN AA N Risiko Pasar terdiri dari: Risiko Nilai Tukar, jika besarnya pinjaman luar negeri Pemerintah dan sebagian besar SUN dalam mata uang asing; PE LA Risiko Perubahan Tingkat Bunga, jika hampir sepertiga dari total AN D (floating rate); AN utang negara merupakan utang dengan bunga mengambang AR Risiko Pembiayaan Kembali (refinancing risk), akibat besarnya G G volume utang negara yang jatuh tempo dan harus dilunasi pokoknya AN setiap tahun (periode 2006-2009); Dana yang dibutuhkan untuk IS A membayar kembali pokok dan bunga utang negara dalam jangka AL menengah (2007-2009) relatif sangat besar sehingga dapat BI R O AN meningkatkan refinancing risk Risiko Operasional, akibat kegagalan jika operasional pengelolaan utang sehari-hari tidak dikelola dengan baik, baik dari sisi sumber daya manusia maupun dari sisi kelembagaannya. Keunggulan dan Kelemahan SUN 7 Menurut praktisi keuangan, Paulus Nurwandono, keunggulan dan kelemahan Surat Utang Negara antara lain meliputi : Keunggulan : Transparansi pasar: Pricing maupun volume jelas sehingga lebih mudah untuk melakukan public scrutiny. R I Jumlah investor relatif lebih beragam sehingga tidak menimbulkan PR ketergantungan terhadap suatu institusi atau negara tertentu EN D Dari kacamata lembaga rating, SUN dapat menambah fleksibilitas TJ pembiayaan anggaran. SE Dapat menjadi acuan (benchmark) bagi imbal hasil investasi BN – domestik. AP Menjadi alternatif instrumen investasi bagi masyarakat serta KS AN AA N meningkatkan partisipasi dalam pembangunan. Kelemahan crowding-out kesulitan LA mengalami terjadi untuk PE Berpotensi mencari Sektor sumber korporasi pembiayaan AN domestik. effect. D Dalam kondisi tertentu, berpotensi dicorner oleh pasar sehingga AR AN biaya bunga menjadi mahal. Untuk meminimalkan risiko tersebut G perlu dikembangkan fungsi treasury pemerintah yang bertindak AN G aktif untuk melakukan stabilisasi pasar. AL IS A Keuangan negara menjadi terekspos pada volatilitas pasar global. AN Strategi Pengelolaan Surat Utang Negara BI R O Upaya pengelolaan utang dimaksudkan untuk menciptakan posisi stock utang yang aman dan sehat bagi perekonomian yaitu penurunan stok utang secara bertahap tanpa mengganggu stabilitas APBN. Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 8 tahun 2004-2009 telah diberikan pedoman umum pengelolaan utang pemerintah baik utang luar negeri maupun utang dalam negeri. Pengeloaan utang luar negeri pemerintah diarahkan untuk menurunkan stok pinjaman luar negeri tidak saja relatif terhadap Produk Domestik tetapi juga secara absolut (nominal). Sedangkan I (PDB) R Bruto PR pengelolaan utang dalam negeri diupayakan supaya tetap ada ruang EN D gerak fiskal yang cukup bagi sektor swasta melalui penarikan pinjaman TJ neto kurang dari 1% terhadap PDB, dan menurun secara bertahap. SE Dengan demikian, rasio stok utang terhadap PDB diperkirakan menurun BN – secara bertahap menjadi lebih rendah dari 40% terhadap PDB pada KS AN AA N AP akhir tahun 2009.1 Dalam rangka melaksanakan pedoman umum pengelolaan utang negara sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor LA 7 Tahun 2005 (RPJMN 2004- 2009), telah disusun Keputusan Menteri PE Keuangan Nomor 447/KMK.06/2005 tentang Strategi Pengelolaan Utang D AN Negara Tahun 2005-2009 AR AN Dalam KMK Nomor 447/KMK.06/2005 tersebut antara lain dikemukakan G bahwa secara umum, tujuan pengelolaan utang negara dalam jangka AN G panjang adalah meminimalkan biaya utang pada tingkat risiko yang IS A terkendali. Sedangkan secara rinci, tujuan pengelolaan utang adalah AL untuk: (i) menjamin terpenuhinya financing gap dan ketahanan fiskal AN yang berkesinambungan (fiscal sustainability) yang sesuai dengan BI R O kondisi ekonomi makro, serta berbiaya rendah; (ii) meningkatkan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan utang terutama untuk meminimalkan risiko, baik risiko pasar maupun risiko pembiayaan; dan (iii) mengembangkan upaya-upaya agar pinjaman yang sudah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan perkiraan biaya. 1 Nota Keuangan dan APBN Tahun Anggaran 2007 9 Dalam kaitannya dengan utang dalam negeri, kebijakan pokok penurunan stok utang dalam negeri dilakukan antara lain melalui pengelolaan utang secara baik dengan kematangan perhitungan (sound and prudent management policy). Langkah yang harus ditempuh adalah R I dengan pemenuhan kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang Pengaturan pembayaran kembali difokuskan D utang. pada EN bunga PR yang jatuh tempo, dan pengaturan pembayaran kembali pokok dan TJ pendistribusian beban pembayaran utang pada suatu tahun ke tahun- BN – SE tahun berikutnya dengan memperhatikan kemampuan membayar. AP Sementara itu, dalam kaitannya dengan pinjaman luar negeri, upaya KS AN AA N intensif yang menjadi prioritas pemerintah adalah memfokuskan pada efektivitas kebijakan stabilitas ekonomi makro dan strategi pendanaan pinjaman luar negeri (borrowing strategy) serta kebijakan pengelolaan (debt management strategy). Dalam strategi dimaksud, LA utang PE Pemerintah akan lebih berhati-hati menerapkan uji kelayakan persiapan AN proyek dari segi administrasi dan pengorganisasiannya (readiness D criteria), selalu mengutamakan sumber pinjaman lunak dengan cost of AR AN borrowing yang relatif murah dan dalam batas-batas yang tidak terlalu G mempersyaratkan keterikatan politis dan ekonomi (tied loan), serta AN G menempuh jalur diplomasi guna membantu penurunan stock utang AL IS A melalui mekanisme konversi utang (debt swap). AN Secara umum strategi yang ditempuh oleh pemerintah dalam jangka BI R O menengah periode tahun 2005 – 2009, khususnya berkaitan dengan pengelolaan portofolio dan risiko utang, antara lain meliputi: 1. Pengurangan utang negara 2. Penyederhanaan portofolio utang negara 3. Penerbitan/pengadaan utang negara dalam mata uang rupiah 4. Minimalisasi risiko pembiayaan kembali 5. Peningkatan porsi utang negara dengan bunga tetap 10 6. Penurunan porsi kredit ekspor 7. Penerapan prinsip pengelolaan utang negara yang baik. Di samping itu, juga telah, sedang dan akan terus diupayakan pengembangan pasar perdana dan pasar sekunder SUN agar dapat R I mendukung pengelolaan utang negara secara optimal yang bertujuan PR untuk menurunkan biaya utang pada tingkat risiko yang minimal dalam TJ EN D jangka panjang. – SE Alternatif Pengembangan Produk SUN BN 1. SUN Retail AP SUN retail ialah SUN yang dijual kepada investor individu melalui Agen dengan volume minimum yang KS AN AA N Penjual, yang telah ditentukan. Penerbitan SUN retail sangat bermanfaat bagi Pemerintah dalam hal memperluas basis investor SUN. Di lain pihak investor individu dapat PE LA memiliki kesempatan untuk berinvestasi secara langsung dan dalam dijamin oleh Undang-Undang. SUN retail yang telah D pokoknya AN denominasi yang kecil, pada instrument yang pembayaran bunga dan AN diterbitkan oleh pemerintah adalah Obligasi Republik Indonesia (ORI), AR pertama kali diterbitkan pada tahun 2006 dan nilainya hingga Februari IS A AN G G 2007 mencapai Rp3,28 Triliun.2 AL 2. SUN Berbasis Syariah AN Pembahasan mengenai SUN berbasis syariah telah berlangsung cukup BI R O lama, dengan melibatkan banyak pihak seperti Dewan Syariah Nasional, dan pihak lainnya. Penerbitan SUN berbasis syariah (sukuk) terbentur masalah peraturan perundang undangan yang belum mendukung. Berbagai hal yang belum diatur atau bertentangan dengan peraturan perundangan di antaranya: pembentukan SPV (Special Purpose Vehicle), dan penjaminan asset Pemerintah. Saat ini tengah dirintis upaya untuk 2 Posisi Outstanding Surat Utang Negara, Departemen Keuangan 11 menerbitkan peraturan perundang-undangan baru dan melakukan amandemen terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang sudah ada untuk dapat mendukung penerbitan sukuk. R I REFERENSI : BI R O AN AL IS A AN G G AR AN D AN PE LA KS AN AA N AP BN – SE TJ EN D PR 1. Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2007 2. Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Utang Negara 3. Data Pokok APBN, Departemen Keuangan 4. Outstanding Government Securities as of April 19, 2007 - Ditjen Pengelolaan SUN, Departemen Keuangan 5. Posisi Outstanding Surat Utang Negara - Departemen Keuangan 6. Posisi Kepemilikan Obligasi Negara Domestik – Departemen Keuangan 12